pendampingan program strategis kementerian...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR TAHUN
PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGISKEMENTERIAN PERTANIAN SL-PTT KEDELAI
DI PROVINSI ACEH
PENELITI UTAMA
IR. CHAIRUNAS, MS
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN
2012
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya
penyusunan Laporan Akhir Tahun Kegiatan SL-PTT Kedelai di Provinsi Aceh tahun
2012 yang dilaksanakan di Kabupaten Bireuen.
Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif
seluruh Dinas/Instansi yang terkait, petani kooperator dan penyuluh/peneliti yang
ada di BPTP Aceh. Namun demikian kami menyadari dalam pelaksanaan kegiatan ini
masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan
ini mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang dilanjutkan dengan
penyusunan laporan tengah tahun ini, kami ucapkan terimakasih dan semoga
laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Banda Aceh, Desember 2012Penanggung Jawab,
Ir. Chairunas, MSNIP. 19551010 198203 1 001
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
2
RINGKASAN
Chairunas, dkk. Pendampingan SL-PTT Kedelai Mendukung Program SL-PTT di WilayahAceh bertujuan memperkenalkan teknologi PTT kedelai dalam upaya mendukung SL-PTTkedelai di Provinsi Aceh dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan petani dalamberusahatani kedelai. Sampai saat ini masih terjadi kesenjangan produktivitas yang cukupbesar antara hasil pengkajian/penelitian dengan hasil di tingkat petani. Dalam rencanastrategis Badan Litbang Pertanian 2010-2014, BPTP Aceh pada tahun 2012 telahmelaksanakan Diseminasi hasil penelitian dalam bentuk “Pendampingan SL-PTT Kedelai diKabupaten Biruen pada dua lokasi kegiatan yaitu kecamatan Peusangan dan KecamatanKota Juang”. Pendekatan secara partisipatif dengan melibatan penyuluh dan petani kedelaisecara aktif. Komponen teknologi yang diterapkan adalah : Varietas Anjasmoro dan KipasMerah, Benih dengan daya kecambah > 90 %, Tanpa Olah Tanah (TOT), bedengan lebar 2m, panjang 10 - 20 m, Jarak tanam 20 cm x 40 cm, 2 biji per lubang (populasi tanaman+125.000 rumpun), pupuk kandang dan abu sekam sebagai penutup lubang tanam,pemupukan pada umur 15 hst dan umur 30-35 hst) + 100 kg/ha SP36 pada umur 15 harisetelah tanam/hst), pengendalian gulma sesuai dengan mekanisme pelaksanaan SL-PTT dantergantung pertumbuhan gulma di lapangan, panendan pasca panen. Hasil pendampinganmenunjukan bahwa terjadi peningkatan produktivitas kedelai sebesar 20% (1,7 t/ha) padalokasi SL-PTT dan 45% (2.03 t/ha) pada Laboratorium Lapang (LL) dibandingkan denganteknologi petani (1,4 t/ha) dan telah dapat meningkatkan pengetahuan petani dalampenguasaan teknologi budidaya kedelai sebesar 25.
Kata Kunci : SL-PTT, teknologi, kedelai, spesifik lokasi, pendampingan
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
3
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ….……………………………………………………..……. i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….……………. ii
RINGKASAN ………………………………………………………………………….……… iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL …………………………………………………………..………………. v
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………….. v
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………..………………… v
I. PENDAHULUAN …………………………………………………………….………..1.1. Latar Belakang
…….……………………………………………..….……….1.2. Tujuan
………………………………………………………………..….………1.3. Keluaran yang Diharapkan
………………………………………………..1.4. Hasil yang Diharapkan
………………………..……………………………1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ………………………………………..
112223
II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………………….2.1. Tanaman Kedelai
……………………………………………………………..2.2. Prinsip PTT
……………………………………………………………………..2.3. Strategi PTT
…………………………………………………………………….
5566
III. PROSEDUR ……………………..…………………………………………………….3.1. Ruang Lingkup Kegiatan
……………………………………………………3.2. Pendekatan
………………….………………………………………………….3.3. Pola Pendampingan
………………………………………………………….3.4. Komponen Teknologi PTT Kedelai
……………………………………..3.5. Bahan dan Peralatan
……………………………..…………….…………..3.6. Teknik Diseminasi
…………………………………………………………….
7779
101010
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………………..4.1. Hasil
…………………………………………………………………………………4.2. Pembahasan
1314
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
4
……………………………………………………………………..
V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………………..5.1. Kesimpulan
………………………………….…………………………………..5.2. Saran
……………………………………………………………………………….
353535
VI. Kinerja Hasil Kegiatan ……………………………………………………………… 36
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………….. 37
LAMPIRAN …………………………………………………………………………………… 39
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kedelai merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan
jagung. Komoditas ini kaya protein nabati yang diperlukan untuk meningkatkan gizi
masyarakat, aman dikonsumsi, dan harganya murah. Kebutuhan kedelai terus
meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan untuk bahan pakan ternak dan
4organic4 pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tauco dan snack
(Suryana. A. 2008).
Pada tahun 2011, pertumbuhan 4industri4 pakan ternak diperkirakan 6
persen. Produksi pakan ternak tahun 2010 mencapai 9,1 juta ton. Produk kedelai
sebagai bahan olahan pangan berpotensi dan berperan dalam
menumbuhkembangkan 4industri kecil menengah bahkan berpeluang pula sebagai
komoditas ekspor. Berkembangnya 4industri4 pangan berbahan baku kedelai
membuka peluang kesempatan kerja dalam sistem produksi, mulai dari budidaya,
panen, pengolahan pascapanen, transportasi, pasar hingga indusri4 pengolahan
pangan. Agar produksi kedelai dan produk olahannya mampu bersaing di pasar,
maka mutunya perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, pembinaan terhadap
pengembangan proses produksi, pengolahan dan pemasaran, khususnya penerapan
jaminan mutu memegang peranan penting. (Ditjen Tanaman Pangan, 2010)
Kebutuhan kedelai pada tahun 2010 sudah mencapai 4,61 juta ton,
sedangkan produksi dalam negeri pada tahun 2010 hanya 0,908 juta ton dan
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
5
kekurangannya terpaksa diimpor. Hanya sekitar 21,2% dari total kebutuhan yang
dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Dari total impor tersebut di atas, impor
kedelai dalam bentuk bungkil kedelai 62,25 persen, naik dari 2,32 juta ton pada
tahun 2009 menjadi 2,87 juta ton pada tahun 2010. Keadaan ini tidak dapat
dibiarkan terus-menerus, mengingat potensi lahan cukup luas, teknologi, dan
sumberdaya lainnya cukup tersedia. (Kementerian Pertanian, 2010).
Untuk menekan laju impor kedelai sekaligus mendukung swasembada
kedelai tahun 2014 yang telah dicanangkan Kementrian Pertanian diperlukan upaya
khusus peningkatan produksi kedelai nasional. Strategi yang disusun untuk
peningkatan produktivitas dan produksi meliputi: 1) Peningkatan produktivitas, 2)
Perluasan areal tanam, 3) Pengamanan produksi, dan 4) Pemberdayaan
kelembagaan pertanian serta dukungan pembiayaan usahatani kedelai. (Badan
Litbang Pertanian, 2009b).
Salah satu pendekatan untuk meningkatkan produktivitas kedelai dilakukan
melalui introduksi varietas unggul baru dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT). Penyerbar luasan PTT dilakukan melalui Sekolah Lapang (SL). PTT
dan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) telah diadopsi oleh
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai salah satu Program Strategis
Kementerian Pertanian untuk peningkatan produktivitas dan produksi pangan
khususnya kedelai.( Puslitbangtan 2009)
Berkenaan dengan SL-PTT sebagai salah satu Program Strategis
Kementerian Pertanian, peneliti dituntut berperan nyata memberikan dukungan
dalam bentuk pendampingan untuk melakukan pengawalan penerapan teknologi di
lapangan.
1.2. Tujuan
Memperkenalkan teknologi PTT kedelai dalam upaya mendukung SL-PTT
Kedelai dan peningkatan produktivitas kedelai sebesar 15% di wilayah Aceh
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam usahatani
kedelai di Provinsi Aceh.
1.3. Keluaran yang Diharapkan
Terlaksananya pendampingan dan pengawalan teknologi pada kegiatan SL-
PTT kedelai sebanyak 2 (dua) lokasi di Aceh.
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
6
Terlaksananya koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan pendampingan SL-
PTT kedelai sebanyak 2 (dua) lokasi di Aceh.
Tercapainya peningkatan produktivitas kedelai dalam usaha meningkatkan
pendapatan serta kesejahteraan petani pada areal SL-PTT kedelai.
Terlaksananya cara penerapan teknologi budidaya kedelai spesifik lokasi
yang diwujudkan dalam bentuk demplot kepada petani/masyarakat.
1.4. Hasil yang Diharapkan
Teknologi PTT Kedelai dapat meningkatkan hasil (15%)
Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petani kedelai
Meningkatnya kemampuan petani dalam menerapkan teknologi dan upaya
untuk meningkatkan produktivitas melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) dengan prinsip partisipatif, spesifik lokasi, terpadu, sinergis
atau serasi dan dinamis.
Meningkatnya produktivitas kedelai >15% per hektar sekaligus
meningkatkan pendapatan petani.
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Perkiraan Manfaat :
Hasil pengkajian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi petani dalam upaya
meningkatkan pendapatannya, bermanfaat bagi pengambil kebijakan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempercepat tingkat adopsi teknologi PTT
spesifik lokasi sehingga senjang hasil antara hasil pengkajian dan hasil
ditingkat petani dipersempit.
Perkiraan dampak :
Meningkatnya tingkat adopsi teknologi PTT kedelai di Provinsi Aceh
Meminimalkan faktor-faktor penghambat/kendala tingkat adopsi teknologi
PTT kedelai di tingkat petani
Memaksimalkan faktor-faktor peningkatan tingkat adopsi teknologi PTT
kedelai di tingkat petani
Produksi kedelai di Aceh meningkat (15%), dan benih kedelai bermutu
tersedia ditingkat petani.
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
7
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kedelai
Kedelai merupakan salah satu komoditi pangan utama yang menyehatkan
karena mengandung protein tinggi dan memiliki kadar kolesterol yang rendah.
Kebutuhan akan komoditi kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun baik sebagai
bahan pangan utama, pakan ternak maupun sebagai bahan baku industri skala
besar (pabrikan) hingga skala kecil (rumah tangga). Rata-rata kebutuhan kedelai
setiap tahunnya ± 2.300.000 ton. Untuk memenuhi kebutuhan kedelai tersebut,
produksi dalam negeri saat ini (ATAP Tahun 2010, BPS) baru mampu memenuhi ±
907.031 ton ( ± 41,22 %) dari kebutuhan sedangkan ARAM III Tahun 2011 baru
mencapai 870.068 atau 37,85 % dari total kebutuhan, sedangkan kekurangannya
berasal dari impor. Besarnya impor tersebut, menyebabkan kehilangan devisa
negara yang cukup besar dan sangat rentan terhadap Ketahanan Pangan Nasional.
Di Indonesia, kedelai mempunyai peran strategis sebagai bahan pangan dan
bahan baku industri. Permintaan kedelai di Indonesia dari tahun ke tahun terus
miningkat, tetapi produksinya kian berkurang karena penurunan luas areal panen.
Produksi kedelai di Indonesia tahun 2010 mencapai 905.015 ton (BPS 2011), tetapi
kebutuhan dalam negeri diperkirakan mencapai 2.088.330 ton (Sudaryanto dan
Swastika 2007), sehingga masih mengalami defisit produksi 1.183.315 ton. Defisit
produksi kedelai tersebut, pada masa mendatang akan terus terjadi apabila harga
dan tata niaga kedelai tidak diperbaiki, karena usahatani kedelai secara ekonomi
kalah bersaing dengan jagung dan kacang tanah (Krisdiana dan Heryanto 2010).
Kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama masyarakat Indonesia,
meskipun Indonesia harus mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelai. Ini terjadi
karena kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Ketergantungan
terhadap kedelai impor sangat memprihatinkan, karena seharusnya kita mampu
mencukupinya sendiri. Ini karena produktivitas rendah dan semakin meningkatnya
kebutuhan kedelai. BPTP selaku perpanjangan tangan Badan Litbang Pertanian
berusaha membantu dalam peningkatan produksi secara kuantitas, kualitas dan
kelestarian lingkungan sehingga kita bisa bersaing di era pasar bebas.
Rendahnya produksi kedelai di dalam negeri antara lain disebabkan masih
rendahnya produktivitas, di tingkat petani rata-rata hanya mencapai 13,78 ku/ha
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
9
(ARAM III Tahun 2011, BPS), sedangkan potensi produksi beberapa varietas unggul
dapat mencapai 20,00– 35,00 ku/ha, hal ini karena belum diterapkannya teknologi
spesifik lokasi.
2.2. Prinsip PTT
Penerapan PTT didasarkan pada 4 prinsip utama, yaitu:
1. Partisipatif: artinya PTT membutuhkan partisipasi berbagai pihak, baik fasilitator
atau petugas (Penyuluh, POPT, PBT, Widyaiswara, Peneliti) maupun petani.
Petugas mendorong partisipasi aktif petani pelaksana dalam memilih dan
menentukan teknologi yang akan diterapkan pada lahan usahataninya serta
mendorong agar petani dapat menguji teknologi rekomendasi tersebut sesuai
dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran,
2. Integrasi atau Terpadu: artinya PTT merupakan suatu keterpaduan
pengelolaan sumberdaya lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman
(OPT) dan iklim secara bijak untuk menjamin keberlanjutan proses produksi,
3. Dinamis atau Spesifik Lokasi: artinya PTT memperhatikan kesesuaian
teknologi yang dikembangkan dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial
ekonomi petani. Komponen teknologi di dalam PTT bukan “paket teknologi”
yang bersifat tetap, kaku atau “fixed” melainkan komponen teknologi yang
dikembangkan bersifat fleksibel dan petani diberikan ruang dan kesempatan
untuk memilih, menentukan, menetapkan, mencoba, menguji, mengevaluasi
dan memperbaiki teknologi sesuai dengan permasalahan usahatani, kebutuhan
teknologi dan karakteristik sumberdaya (lahan, air, iklim, OPT, sosial ekonomi,
dan sosial budaya) setempat (spesifik lokasi) sehingga bersifat dinamis.
4. Interaksi atau Sinergisme: artinya PTT memanfaatkan teknologi pertanian
terbaik yang dihasilkan, dimaksudkan mendapatkan efek sinergisme dari
interaksi akibat penerapan berbagai komponen teknologi PTT, baik tergolong
ke dalam teknologi dasar maupun tergolong ke dalam teknologi pilihan
(alternatif).
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
10
2.3. Strategi PTT
1. Peningkatan Produktivitas
Upaya peningkatan produktivitas dilaksanakan melalui: (a) penggunaan
varietas unggul/bibit unggul bermutu, (b) pemupukan secara berimbang, (c)
pengelolaan pengairan, (d) aplikasi teknologi budidaya seperti, penyiapan
lahan, pengaturan jarak tanam, pemberian mulsa, (e) pemeliharaan dan
sanitasi, (f) optimalisasi penggunaan alat dan mesin pertanian, dan (g)
perbaikan budidaya, panen dan pasca panen disertai pengawalan,
sosialisasi, pemantauan, pendampingan dan koordinasi.
2. Perluasan Areal
Perluasan areal dilaksanakan melalui: (a) pemberdayaan atau optimalisasi
lahan kering/lahan terlantar pada daerah- daerah
transmigrasi/Perhutani/Inhutani/PTPN, (b) Investasi pihak Swasta, dan (c)
Kemitraan.
3. Pengamanan Produksi
Pengamanan produksi dilakukan dalam rangka mengamankan produksi dari
(a) serangan hama dan penyakit, (b) dampak perubahan iklim seperti banjir
dan kekeringan, (c) pengamanan kualitas produksi akibat residu pestisida.
Pengamanan produksi terhadap serangan hama dilakukan melalui
pengendalian secara secara kultur teknis, fisik dan mekanis serta secara
kimiawi, sedangkan upaya pengamanan produksi akibat dampak perubahan
iklim adalah dengan antisipasi dampak perubahan iklim dan upaya-upaya
lain yang dapat mengurangi dampak perubahan iklim tersebut.
4. Penyempurnaan Manajemen
Strategi ini dilakukan melalui antara lain : a). Kebijakan pasar, distribusi dan
harga hasil produksi; b). Kebijakan peluang usaha yang kondusif dan
pertanggungan resiko petani; c). Kerjasama Pusat, Diperta Provinsi dan
Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, Petani dan Pengusaha/Sawasta; d).
Perbaikan sistem perencanaan, data dan informasi.
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
11
III. METODOLOGI/PROSEDUR
3.1. Ruang Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan berada di kabupaten Bireuen, desa Paloh, Kecamatan
Peusangan yang merupakan lahan sawah tadah hujan dan di desa Cot Jrat,
Kecamatan Kota Juang, yakni lahan kering. SL-PTT kedelai akan dilakukan
pendampingan oleh BPTP Aceh bekerjasama dengan penyuluh (PPL). Model SL-PTT
untuk komoditas kedelai di suatu wilayah dapat berbeda dengan di wilayah lain,
bergantung pada masalah yang akan diatasi.
Langkah pertama dalam mengembangkan suatu model yaitu: (1)
mengidentifikasi masalah di suatu tempat, (2) mengidentifikasi ketersediaan sumber
daya dan lingkungan fisik maupun biologi, (3) mengidentifikasi teknologi-teknologi
yang tersedia untuk suatu ekosistem, dan (4) mempelajari keterkaitan dan sistem di
antara teknologi lain yang tersedia dengan sosial budaya petani (Kartaatmadja dan
Fagi, 2000). Dari hasil identifikasi permasalahan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan masalah-masalah utama yang ditemukan di desa contoh. Dari sini
dapat diidentifikasi teknologi-teknologi yang tersedia serta teknologi yang perlu
dikembangkan lebih lanjut dalam Demonstrasi Plot.
Cakupan kegiatan, meliputi: (a) koordinasi BPTP Aceh dengan pemerintah
daerah/kabupaten, (b) membantu kegiatan Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP)
untuk menggali potensi dan permasalahan di lokasi SL-PTT, (c) apresiasi teknologi
PTT, (d) bimbingan penerapan PTT, (e) demplot PTT, f) melatih tenaga inti
pelaksana, serta g) monev pendampingan SL-PTT.
3.2. Pendekatan
Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat,
maka proses pemilihan atau perakitan teknologi didasarkaan pada hasil analisis
potensi, kendala dan peluang atau dikenal dengan Participatory Rural Appraisal
(PRA). Dari hasil PRA teridentifikasi masalah yang dihadapi dalam upaya
peningkatan produksi. Untuk memecahkan masalah yang ada dipilih teknologi yang
akan diintroduksikan, baik dari komponen teknologi dasar maupun pilihan.
Komponen teknologi pilihan dapat menjadi komponen teknologi dasar jika hasil PRA
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
12
memprioritaskan penerapan komponen teknologi tersebut untuk pemecahan
masalah utama di wilayah setempat (Suryana A, dkk, 2008).
PRA akan dilaksanakan di salah satu desa dalam kabupaten sasaran oleh tim
peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang telah mendapatkan pelatihan PRA
sebelumnya dan dilaksanakan bersama-sama dengan petani dan PPL di tingkat
kecamatan. Dalam kegiatan ini fokus identifikasi dilakukan terhadap:
Karakterisasi lokasi, mencakup validasi peta desa, peta topografi dan hidrologi,
peta usaha industri rumah tangga, peta sumberdaya, kalender musim, rangking
matriks, sejarah desa, penggunaan tenaga kerja berdasarkan gender, dan arus
sumberdaya.
Identifikasi dan analisa permasalahan
Persepsi petani mengenai permasalahan dan akar permasalahan
Peluang mengatasi permasalahan
Bentuk dukungan yang akan dilakukan BPTP Aceh adalah sebagai berikut:
a. Penyediaan benih sumber kedelai dilakukan pada seluruh lokasi LL kedelai
851,9 unit.
b. Komponen teknologi yang digunakan didasarkan kepada hasil assessment
dengan petani pada waktu pelaksanaan PRA. Dosis pupuk standar yang
digunakan adalah pupuk Urea 50 kg/ha, pupuk SP 36 75-100 kg/ha, pupuk KCl
75-100 kg/ha. Dalam pelaksanaan pengkajian dilakukan
monitoring/pengamatan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman
(OPT). Apabila terdapat serangan maka dilakukan pengendalian hama dengan
menggunakan pestisida kimia. Demikian pula pada komoditas padi, jagung, dan
kacang tanah, komponen teknologi yang akan diterapkan berdasarkan hasil
analisis PRA.
c. Penyediaan informasi, juklak, juknis, dan prototipe SL-PTT kedelai bagi
Pemandu Lapangan.
d. Pelatihan tenaga inti dan pendamping dari 1 kabupaten, sebanyak 60 orang
dengan memberikan materi peningkatan produksi melalui penerapan SL-PTT.
Pelatihan petugas SL-PTT dilaksanakan di Kabupaten lokasi SL-PTT, secara
berurutan yang dimulai dari pelatihan Pemandu Lapangan, terakhir pelatihan
penyuluh di BPP dan pelatihan petani di Kabupaten/Kota.
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
13
Perserta pelatihan Pemandu Lapangan adalah PPL, Pengendali Organisme
Pengganggu Tanaman (POPT) dan Pengawas Benih Tanaman (PBT) dengan
materi pelatihan meliputi tatacara pelaksanaan SL-PTT dan dititikberatkan pada
praktek lapangan. Narasumber adalah para ahli dari lingkup Dinas Pertanian
Kabupaten dan BPTP.
e. Teknologi & tool spesifik lokasi SL-PTT diterapkan pada seluruh lokasi LL
sedangkan lokasi SL-PTT kedelai diharapkan dapat mengikutinya melalui
kegiatan diseminasi yang dilaksanakan oleh BPTP Aceh. Seluruh unit LL akan
mendapatkan teknologi PTT dan SL diharapkan mampu menerapkan di
lokasinya masing-masing.
f. Kegiatan monitoring dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan sampai
dengan panen oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten, yang meliputi
perkembangan pelaksanaan SL-PTT, hasil yang telah dicapai, pemecahan
permasalahan dan lain-lain. Evaluasi juga dilaksanakan oleh petugas Pusat,
Provinsi dan Kabupaten, setelah seluruh rangkaian kegiatan dalam SL-PTT
selesai dilaksanakan. Evaluasi meliputi: 1) Komponen kegiatan pelaksanaan SL-
PTT, 2) Tingkat pencapaian sasaran areal dan hasil, 3) Kenaikan produktivitas
di lokasi LL dan SL, dan 4) Penerapan komponen teknologi PTT dan lain-lain.
3.3. Pola Pendampingan
Pola pendampingan yang akan dilaksanakan oleh BPTP Aceh tersebut
dapat pula dilihat pada Gambar 1, berikut:
Gambar 1. Struktur Pola Pendampingan BPTP NAD pada SL-PTT Padi dan Kedelai
Tim Tekn is SL -PTTP rovi ns i
Pe ndam p in g diL okas i SL-P TT
P P /T HL- TB
SL-P TT LL1 0-2 5 h a
1 h a
K C D/K UP T/Ma n tri Ta n i
PO PT
Konta k T an i /Pe ta ni Ma ju
DemplotIntroduksiVUB
Bahancetak-VCDteknologi
Pelatihan
PendampinganTeknologi
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
14
3.4. Komponen Teknologi PTT KedelaiKomponen teknologi pendukung teknologi PTT kedelai yang diterapkan
adalah sebagai berikut:
1. Varietas unggul, yaitu Anjasmoro dan Kipas Merah Biruen
2. Benih berkualitas, daya kecambah 95-97%
3. Penyiapan lahan, olah tanah konservasi.
4. Saluran drainase, bertujuan untuk membuang kelebihan air pada saat
adanya hujan yang kadang-kadang masih cukup tinggi.
5. Populasi tanaman optimal dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm, 2 biji
perlubang tanam
6. Penananam dengan tugal, lubang tanam ditutup dengan abu jerami dan atau
pupuk kandang
7. Pemupukan: menggunakan pupuk NPK ponska (15-15-15) dengan dosis
200 kg/ha (berdasarkan PUTK, status hara tanan ; N rendah, P rendah-
sedang dan K rendah-sedang)
8. Penyiangan, secara manual pada umur 15-20 hst dan umur 35-40 hst
9. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu
10. Panen, tanaman kedelai yang sudah masak dipotong menggunakan sabit
bergerigi, dikeringkan, kemudian pembijian menggunakan treshar.
3.5. Bahan dan Peralatan
Bahan yang digunakan adalah benih kedelai varietas unggul (Kipas Merah,
Anjasmoro) , pupuk (Urea, SP-36, KCl, NPK, Kompos dan pupuk kandang),
herbisida, pestisida, dan bahan pendukung lainnya seperti: tali rafia/ajir, papan
nama kegiatan, cangkul, meteran, dan alat lapangan lainnya, di samping petunjuk
teknis sebagai acuan dalam pelaksanaan SL-PTT Kedelai.
3.6. Teknik Diseminasi
Metode Pelaksanaan Kegiatan
1. Penetuan lokasi dan petani kooperator dengan luas lahan 2 ha pada
masing-masing lokasi dengan metode PRA.
2. Pelatihan penyuluh dan petani yang terlibat kegiatan, dengan materi
pendampingan SL-PTT kedelai (tahap 1)
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
15
3. Pengadaan benih kedelai varietas Anjasmoro dan Kipas Merah
4. Penyiapan lahan :
- TOT, menggunakan herbisida untuk pengendalian gulma
- Pembuatan bedengan lebar 2 m, panjang 10-20 cm
5. Penanaman :
- Secara tugal dengan jarak tanam 20 x 40 cm, 2 biji per lubang, lubang
tanam ditutup dengan abu jerami/pupuk kandang
6. Pemupukan secara tugal 5 cm di samping tanaman, pada umur 10 hari
setelah tanam. Dosis pupuk : 50 kg Urea/ha + 75 kg SP36 + 75 kg KCl.
7. Pengendalian gulma (buang rumput) pada umur 20 hari setelah tanam
(tergantung pertumbuhan gulma).
8. Pelatihan kedua, dengan peserta penyuluh dan petani yang ada di
kecamatan, dengan materi Teknologi SL-PTT Kedelai
9. Pengamatan terhadap : umur berbunga, hama dan penyakit dominan,
jumlah cabang per rumpun, jumlah polong isi per rumpun dan jumlah
polong hampa per rumpun dari tanaman sampel.
10. Temu lapang pada salah satu dari dua lokasi kegiatan. Lokasi untuk temu
lapang dipilih yang terbaik dari dua lokasi kegiatan
11. Pengambilan ubinan 1 x 5 m sebanyak 4 ubinan pada masing-masing lokasi.
12. Panen dan Prosesing hasil yang meliputi : pemotongan, pengeringan,
pembijian, dan penimbangan hasil dari ubinan
13. Analisa data
14. Pelaporan
15. Seminar hasil
Komponen Teknologi yang diterapkan
Komponen teknologi yang diterapkan adalah :
- Varietas Anjasmoro dan Kipas Merah
- Benih dengan daya kecambah > 90 %
- Penyiapan lahan : Tanpa Olah Tanah (TOT),
- Saluran drainase, dengan membuat bedengan lebar 2 m, panjang 10 - 20 m
- Penanaman : Jarak tanam 20 cm x 40 cm, 2 biji per lubang (populasi
tanaman +125.000 rumpun).
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
16
- Penananam secara tugal, 2 biji per lubang, kemudian lubang tanam, 5 cm
disamping rumpun padi yang baru dipanen, kemudian ditutup dengan : (1)
pupuk kandang (kebutuhan 2 ton/ha)
(2) abu sekam (kebutuhan 2 ton/ha)
(3) tanah (umum dilakukan petani setempat)
- Pemupukan :
a) tanpa pupuk (untuk melihat pengaruh residu pupuk, pada waktu tanam
padi petani beri pupuk 200 kg/ha urea (Urea diberikan dua kali yaitu
umur 15 hst dan umur 30-35 hst) + 100 kg/ha SP36 pada umur 15 hari
setelah tanam/hst) dengan hasil 5,5 ton/ha GKP.
b) diberi pupuk dengan dosis 50 kg/ha Urea + 75 kg/ha SP36 + 75 kg/ha
KCl (berdasarkan hasil analisa tanah dengan PUTS, kandungan N rendah,
P tinggi dan K tinggi). Pupuk pertama diberikan pada umur 10 hst secara
tugal, 5 cm di samping tanaman
- Pengendalian gulma sesuai dengan mekanisme pelaksanaan SL-PTT dan
tergantung pertumbuhan gulma di lapangan
- Pengandalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan mekanisme
pelaksanaan SL-PTT
- Panen : panen dilakukan dengan cara memotong batang kedelai yang telah
masak secara fisiologis (daun telah gugur, polong kering warna coklat tua
atau kuning)
- Pasca panen : pembijian dilakukan dengan Tresher setelah polong kering.
Sebagai pembanding adalah teknologi yang biasa dilakukan petani di lokasi
pengkajian.
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Penentuan Lokasi Kegiatan (metode PRA)
A. Kelompok Tani Desa Paloh:
1. Melakukan koordinasi dengan Kepala BPP Peusangan untuk menentukan lokasi
SL-PTT Kedelai.
2. Melakukan pertemuan dengan Ketua Kelompok Tani Desa Paloh Kecamatan
Peusangan dan Kelompok Tani Desa Cot Jrat Kecamatan Kota Juang Bireuen,
dalam rangka koordinasi, PRA dan identifikasi jadwal tanam kedelai.
3. Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota kelompok tani Desa Paloh,
mereka masih melakukan budidaya kedelai pada lahan tadah hujan dengan
sistem tradisional. Pola tanam yang digunakan petani selama ini adalah kedelai-
kedelai-padi. Pengolahan tanah hanya dilakukan 1 kali setelah penanaman
kedelai atau sebelum penanaman padi.
4. Petani masih melakukan pemupukan dengan cara disebar dengan dosis:
NPK: 30-35 kg/ha, Urea: 20-25 kg/ha, KCl : 25-30 kg/ha. pemupukan dilakukan
pada umur 7 HST, dengan mengaduk rata semua jenis pupuk. Pada umur 20
HST ditambahkan NPK, Urea dan KCl sebanyak 10 kg/ha dengan mengaduk
semua pupuk.
5. Hasil pengukuran sampel tanah dengan menggunakan PUTS pada 2 lokasi
calon SL-PTT Kedelai adalah:
Lokasi 1). N: rendah, P: tinggi, K: tinggi dan pH: > 8 (Alkalis).
Lokasi 2). N: sedang, P: tinggi, K: tinggi dan pH: > 8 (Alkalis).
6. Petani dilokasi pengkajian melakukan perlakuan benih dengan rizobium, untuk
daya tumbuh dan mencegah agar tidak dimakan serangga. Kebutuhan benih 50
kg/ha dengan jarak tanam yang digunakan petani selama ini adalah 40x30 cm
dengan 3-4 biji per lubang.
7. Kendala utama adalah hama walang sangit ketika pengisian polong.
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
18
B. Kelompok Tani Desa Cot Jrat:
1. Hasil wawancara pendahuluan dengan kelompok tani Desa Cot Jrat Kecamatan
Kota Juang, petani masih melakukan budidaya kedelai pada lahan kering dengan
sistem tradisional. Pola tanam yang digunakan petani adalah kedelai-kedelai.
Pengolahan tanah hanya dilakukan 1 kali untuk 3 kali penanaman kedelai
dengan traktor besar.
2. Petani di Desa Cot Jrat tidak memberikan pupuk pada lahan kedelai, karena
selama ini menurut mereka lahan yang digunakan cukup subur.
3. Hasil pengukuran sampel tanah dengan menggunakan PUTS pada lokasi calon
SL-PTT Kedelai adalah: Lokasi 1). N: rendah, P: tinggi, K: tinggi dan pH: 5-6
(agak masam).
4. Petani hanya melakukan pemupukan dengan pupuk daun dan PPC. Seleksi
perlakuan benih dilakukan berdasarkan kondisi lapangan, jika dalam kondisi
hujan maka dilakukan seleksi benih untuk menghindari agar tidak dimakan
serangga. Kebutuhan benih 50 kg/ha dengan jarak tanam yang digunakan
selama ini adalah 40x20 cm.
5. Kendala utama adalah hama walang sangit ketika pengisian polong.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Analisis Ekonomi Budidaya Tanaman Kedelai Di Lahan Sawah DiDesa Paloh, Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Perkembangan tanaman kedelai Indonesia selama 10 tahun terakhir
menunjukkan penurunan yang cukup besar, lebih dari 50%, baik dalam luasan areal
maupun produksinya. Pada tahun 1992, luas areal tanaman kedelai mencapai 1,6
juta ha, sedangkan pada tahun 2003, luas areal hanya 526.796 ha. Total produksi
selama periode yang sama menurun dari 1,9 juta ton menjadi 700 ribu ton.
(Sumber: Anonimous, 2004)
Ada dua masalah yang saling terkait dan berpengaruh terhadap
perkembangan kedelai, yaitu faktor teknis dan sosial-ekonomi. Faktor teknis yang
berpengaruh terhadap perkembangan kedelai yaitu kualitas benih yang ditanam,
cara tanam, cara pemeliharaan tanaman, serta panen dan penanganan pascapanen.
Adapun faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi usaha tani kedelai di tingkat
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
19
petani, diantaranya yaitu luas pemilikan lahan, status tanaman kedelai, modal, dan
resiko.
Pertanaman kedelai di Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa (60%);
Sumatera (15%); Nusa Tenggara Barat (5%); serta selebihnya tersebar di Pulau
Sulawesi, Kalimantan, Bali, NTT, Maluku, dan Papua. Kondisi tersebut
mencerminkan adanya perbedaan sumber daya yang akhirnya menyebabkan
adanya keragaman dalam usaha tani kedelai yang dilakukan oleh petani. Hal ini pula
yang menyebabkan biaya dan keuntungan yang diperoleh petani bervariasi.
Pengeluaran biaya dalam usaha tani kedelai yang berbeda tersebut antara lain
harga benih, pupuk, pestisida, dan lain-lain.
A. Biaya dan keuntungan (Teknologi Introduksi)
Untuk memberi gambaran umum, analisis usaha tani kedelai mengambil
data dari salah satu sentra pertanaman kedelai di Provinsi Aceh, yaitu Kabupaten
Bireuen, Kecamatan Peusangan pada Desa Paloh dengan luas lahan 1 ha, berupa
lahan sawah.
Upah 1 hari orang kerja (HOK) senilai Rp 50.000/hari.
Harga jual biji kedelai saat panen di tingkat petani Rp 6.000/kg.
Volume produksi sebanyak 1.770 kg.
1. Biaya
Secara umum, biaya yang digunakan pada kegiatan usaha tani dapat
dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah jumlah
biaya yang harus dikeluarkan dalam jumlah yang tetap dan tidak terpengaruh oleh
jumlah produk yang akan dihasilkan. Sementara yang dimaksud dengan biaya tidak
tetap adalah jumlah biaya yang dikeluarkan dan jumlah tersebut akan berpengaruh
terhadap jumlah produk yang dihasilkan. Ini berarti, semakin besar produk yang
dihasilkan maka akan semakin besar pula jumlah biaya yang harus dikeluarkan.
a. Biaya tetap
Biaya tetap yang diperlukan pada kegiatan usaha tani kedelai seluas 1 ha selama
satu musim tanam (4 bulan) sebagai berikut :
Sewa lahan 1 ha .......Rp 500.000
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
20
b. Biaya tidak tetap (variabel)
Biaya tidak tetap pada usaha tani kedelai dengan teknologi introduksi dapat dilihat
pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Analisa usahatani kedelai varietas Anjasmoro teknologi Introduksi diDesa Paloh Kecamatan Peusangan Kab. Bireuen skala 1 hektar selama1 MT
Uraian Jumlah Harga (Rp) Biaya (Rp)InputBiaya TetapSewa lahan 1 ha 500.000 500.000Biaya Tidak TetapBenih 40 kg 7.000 280.000Pupuk
Urea 0 kg 2.000 -SP-36 20 kg 3.000 60.000KCl 30 kg 7.000 210.000NPKp 150 kg 3.500 525.000pupukkandang 2.000 kg 1.100 2.200.000
Insektisida 250 Cc 300 75.000Fungisida 200 Gram 150 30.000Pengolahan tanah 0 m2 0 -Penanaman 15 HOK 50.000 750.000Penyiangan 30 HOK 50.000 1.500.000Pemupukan 0 HOK 0 -Penyemprotan 4 KL 10.000 40.000Pengairan 0 MT 0 -Pemanenan 15 HOK 50.000 750.000
Perontokan 10 % dari hasil 177 kg 6.000 1.062.000
Ongkos angkut 5 HOK 50.000 250.000
Total Input 8.232.000
Output
Produksi 1.770 kg 6.000 10.620.000Pendapatan (Output -Input) 2.388.000
R/C Ratio 1,29
B/C Ratio 0,29
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
21
2. Pendapatan dan keuntungan
Produksi biji kedelai yang diperoleh dari luas areal tanam 1 ha selama satu musim
tanam (3 bulan) mencapai 1,7 ton/ha. Bila harga jual pada saat panen dapat
mencapai Rp 6.000/kg maka pendapatan yang diperoleh petani sebagai berikut :
Pendapatan = Volume produksi x Harga jual
= 1.770 kg x Rp 6.000/kg
= Rp 10.620.000
Keuntungan yang diperoleh dari usaha tani kedelai seluas 1 ha sebagai berikut :
Keuntungan = Pendapatan – Total biaya produksi
= Rp 10.620.000 – Rp 8.232.000
= Rp 2.388.000
3. Analisis kelayakan usaha
Penilaian suatu kelayakan usaha tani dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
return of investment (ROI) dan perbandingan biaya dengan pendapatan (benefit
cost ratio, B/C rasio).
a. Return of investment (ROI)
Return of investment merupakan ukuran perbandingan antara keuntungan dengan
total biaya produksi. Cara ini digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi
penggunaan modal atau mengukur keuntungan usaha tani dalam kaitannya dengan
jumlah modal yang diinvestasikan. Perhitungan ROI dilakukan dengan rumus
sebagai berikut :
= = Rp. 10.620.000Rp. 8.232.000= 1,29
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
22
Nilai ROI untuk usaha tani kedelai sebesar 1,29. Berarti, setiap modal Rp 1 yang
dikeluarkan untuk usaha tani kedelai akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp
1,29. Dengan demikian, usaha tani kedelai tersebut dinilai efisien dalam
penggunaan modal.
b. Revenue cost ratio (R/C rasio)
Revenue cost ratio (R/C rasio) merupakan suatu ukuran perbandingan antara
pendapatan total dengan total biaya produksi sehingga dapat diketahui kelayakan
usaha taninya. Bila nilai R/C rasio lebih besar dari 1, berarti usaha tani tersebut
layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya, bila nilai R/C rasio lebih kecil dari 1, usaha
tani tersebut tidak layak untuk dijalankan.
Perhitungan R/C rasio usaha tani kedelai dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
/ = = Rp. 10.620.000Rp. 8.232.000= 1,29Hasil perhitungan nilai R/C rasio pada usaha tani kedelai senilai 1,29. Artinya, setiap
satuan biaya yang dikeluarkan akan diperoleh hasil penjualan sebesar 1,29 kali lipat.
Hasil ini menunjukkan bahwa usaha tani kedelai layak untuk dikembangkan.
c. Benefit cost ratio (B/C rasio)
Benefit cost ratio (B/C rasio) merupakan suatu ukuran perbandingan antara
keuntungan bersih dengan total biaya produksi sehingga dapat diketahui kelayakan
usaha taninya. Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai
B/C > 0. Semakin besar nilai B/C semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh
dari usaha tersebut.uatu usaha
Perhitungan B/C rasio usaha tani kedelai dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
23
/ = = . . . . . . = 0,29
Hasil perhitungan nilai B/C rasio pada usaha tani kedelai senilai 0,29. Artinya, setiap
satuan biaya yang dikeluarkan akan diperoleh hasil penjualan sebesar 0,29 kali lipat.
Hasil ini menunjukkan bahwa usaha tani kedelai layak untuk dikembangkan.
B. Biaya dan keuntungan (Teknologi Petani)
Untuk memberi gambaran umum, analisis usaha tani kedelai mengambil
data dari salah satu sentra pertanaman kedelai di Provinsi Aceh, yaitu Kabupaten
Bireuen, Kecamatan Jeumpa pada Desa Paloh dengan luas lahan 1 ha, berupa lahan
sawah.
Upah 1 hari orang kerja (HOK) senilai Rp 50.000/hari.
Harga jual biji kedelai saat panen di tingkat petani Rp 6.000/kg.
Volume produksi sebanyak 1.140 kg.
1. Biaya
Secara umum, biaya yang digunakan pada kegiatan usaha tani dapat
dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah jumlah
biaya yang harus dikeluarkan dalam jumlah yang tetap dan tidak terpengaruh oleh
jumlah produk yang akan dihasilkan. Sementara yang dimaksud dengan biaya tidak
tetap adalah jumlah biaya yang dikeluarkan dan jumlah tersebut akan berpengaruh
terhadap jumlah produk yang dihasilkan. Ini berarti, semakin besar produk yang
dihasilkan maka akan semakin besar pula jumlah biaya yang harus dikeluarkan.
a. Biaya tetap
Biaya tetap yang diperlukan pada kegiatan usaha tani kedelai seluas 1 ha selama
satu musim tanam (3 bulan) sebagai berikut :
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
24
Sewa lahan 1 ha ......................................................Rp 500.000
b. Biaya tidak tetap (variabel)
Biaya tidak tetap pada usaha tani kedelai dengan teknologi petani dapat dilihat pada
tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2. Analisa usahatani kedelai varietas Kipas Merah teknologi Petani diDesa Paloh Kecamatan Peusangan Kab. Bireuen skala 1 hektarselama 1 MT
Uraian jumlahsatuan
harga(Rp) biaya (Rp)
InputBiaya TetapSewa lahan 1 ha 500000 500.000Biaya Tidak TetapBenih 50 kg 7000 350.000Pupuk
Urea 0 kg 2000 -SP-36 0 kg 3000 -KCl 0 kg 7000 -NPKp 0 kg 3500 -pupukkandang 0 kg 1100 -
Insektisida 250 Cc 300 75.000Fungisida 200 Gram 150 30.000Pengolahan tanah 0 m2 0 -Penanaman 15 HOK 50000 750.000Penyiangan 30 HOK 50000 1.500.000Pemupukan 0 HOK 0 -Penyemprotan 4 KL 10000 40.000Pengairan 0 MT 0 -Pemanenan 15 HOK 50000 750.000Perontokan 10 % dari hasil 114 kg 6000 684.000Ongkos angkut 5 HOK 50000 250.000Total Input 4.929.000OutputProduksi 1140 kg 6000 6.840.000Pendapatan (Output -Input) 1.911.000
R/C Ratio 1,39
B/C Ratio 0,39
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
25
2. Pendapatan dan keuntungan
Produksi biji kedelai yang diperoleh dari luas areal tanam 1 ha selama satu musim
tanam (3 bulan) mencapai 1,1 ton/ha. Bila harga jual pada saat panen dapat
mencapai Rp 6.000/kg maka pendapatan yang diperoleh petani sebagai berikut :
Pendapatan = Volume produksi x Harga jual
= 1.140 kg x Rp 6.000/kg
= Rp 6.840.000
Keuntungan yang diperoleh dari usaha tani kedelai seluas 1 ha sebagai berikut :
Keuntungan = Pendapatan – Total biaya produksi
= Rp 6.840.000 – Rp 4.929.000
= Rp 1.911.000
3. Analisis kelayakan usaha
Penilaian suatu kelayakan usaha tani dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
return of investment (ROI) dan perbandingan biaya dengan pendapatan (benefit
cost ratio, B/C rasio).
a. Return of investment (ROI)
Return of investment merupakan ukuran perbandingan antara keuntungan dengan
total biaya produksi. Cara ini digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi
penggunaan modal atau mengukur keuntungan usaha tani dalam kaitannya dengan
jumlah modal yang diinvestasikan. Perhitungan ROI dilakukan dengan rumus
sebagai berikut : = = . . .. . .= 1,39Nilai ROI untuk usaha tani kedelai sebesar 1,39. Berarti, setiap modal Rp 1 yang
dikeluarkan untuk usaha tani kedelai akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp
1,39. Dengan demikian, usaha tani kedelai tersebut dinilai efisien dalam
penggunaan modal.
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
26
b. Revenue cost ratio (R/C rasio)
Revenue cost ratio (R/C rasio) merupakan suatu ukuran perbandingan antara
pendapatan total dengan total biaya produksi sehingga dapat diketahui kelayakan
usaha taninya. Bila nilai R/C rasio lebih besar dari 1, berarti usaha tani tersebut
layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya, bila nilai R/C rasio lebih kecil dari 1, usaha
tani tersebut tidak layak untuk dijalankan.
Perhitungan R/C rasio usaha tani kedelai dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
/ = = Rp. 6.840.000Rp. 4.929.000= 1,39
Hasil perhitungan nilai R/C rasio pada usaha tani kedelai senilai 1,39. Artinya, setiap
satuan biaya yang dikeluarkan akan diperoleh hasil penjualan sebesar 1,39 kali lipat.
Hasil ini menunjukkan bahwa usaha tani kedelai layak untuk dikembangkan.
c. Benefit cost ratio (B/C rasio)
Benefit cost ratio (B/C rasio) merupakan suatu ukuran perbandingan antara
keuntungan bersih dengan total biaya produksi sehingga dapat diketahui kelayakan
usaha taninya. Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai
B/C > 0. Semakin besar nilai B/C semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh
dari usaha tersebut.uatu usaha
Perhitungan B/C rasio usaha tani kedelai dilakukan dengan rumus sebagai berikut :/ = = Rp. 1.911.000Rp. 4.929.000= 0,39
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
27
Hasil perhitungan nilai B/C rasio pada usaha tani kedelai senilai 0,39. Artinya, setiap
satuan biaya yang dikeluarkan akan diperoleh hasil penjualan sebesar 0,39 kali lipat.
Hasil ini menunjukkan bahwa usaha tani kedelai layak untuk dikembangkan.
4.2.2. Analisis Ekonomi Budidaya Tanaman Kedelai Dengan SistemTanpa Olah Tanah (Tot) Di Desa Cot Jrat Kecamatan Kota JuangKabupaten Bireuen
Perkembangan tanaman kedelai Indonesia selama 10 tahun terakhir
menunjukkan penurunan yang cukup besar, lebih dari 50%, baik dalam luasan areal
maupun produksinya. Pada tahun 1992, luas areal tanaman kedelai mencapai 1,6
juta ha, sedangkan pada tahun 2003, luas areal hanya 526.796 ha. Total produksi
selama periode yang sama menurun dari 1,9 juta ton menjadi 700 ribu ton.
(Sumber: Anonimous, 2004)
Ada dua masalah yang saling terkait dan berpengaruh terhadap
perkembangan kedelai, yaitu faktor teknis dan sosial-ekonomi. Faktor teknis yang
berpengaruh terhadap perkembangan kedelai yaitu kualitas benih yang ditanam,
cara tanam, cara pemeliharaan tanaman, serta panen dan penanganan pascapanen.
Adapun faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi usaha tani kedelai di tingkat
petani, diantaranya yaitu luas pemilikan lahan, status tanaman kedelai, modal, dan
resiko.
Pertanaman kedelai di Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa (60%);
Sumatera (15%); Nusa Tenggara Barat (5%); serta selebihnya tersebar di Pulau
Sulawesi, Kalimantan, Bali, NTT, Maluku, dan Papua. Kondisi tersebut
mencerminkan adanya perbedaan sumber daya yang akhirnya menyebabkan
adanya keragaman dalam usaha tani kedelai yang dilakukan oleh petani. Hal ini pula
yang menyebabkan biaya dan keuntungan yang diperoleh petani bervariasi.
Pengeluaran biaya dalam usaha tani kedelai yang berbeda tersebut antara lain
harga benih, pupuk, pestisida, dan lain-lain.
A. Biaya dan Keuntungan
Untuk memberi gambaran umum, analisis usaha tani kedelai mengambil
data dari salah satu sentra pertanaman kedelai di Provinsi Aceh, yaitu Kabupaten
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
28
Bireuen, Kecamatan Kota Juang pada Desa Paloh dengan luas lahan 1 ha, berupa
lahan sawah.
Upah per hari orang kerja (HOK) senilai Rp 50.000/hari.
Harga jual biji kedelai saat panen di tingkat petani Rp 6.000/kg.
1. Biaya
Secara umum, biaya yang digunakan pada kegiatan usaha tani dapat
dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah jumlah
biaya yang harus dikeluarkan dalam jumlah yang tetap dan tidak terpengaruh oleh
jumlah produk yang akan dihasilkan. Sementara yang dimaksud dengan biaya tidak
tetap adalah jumlah biaya yang dikeluarkan dan jumlah tersebut akan berpengaruh
terhadap jumlah produk yang dihasilkan. Ini berarti, semakin besar produk yang
dihasilkan maka akan semakin besar pula jumlah biaya yang harus dikeluarkan.
a). Biaya Tetap
Biaya tetap yang diperlukan pada kegiatan usaha tani kedelai per hektar per
musim tanam (3 bulan) sebagai berikut :
Sewa lahan per hektar (ha) sebesar Rp 500.000,-
b). Biaya tidak tetap (variabel)
Biaya tidak tetap pada usaha tani kedelai dengan teknologi petani dan teknologi
introduksi dapat dilihat pada tabel 3.
2. Pendapatan dan Keuntungan
a) Teknologi Introduksi
Produksi biji kedelai yang diperoleh dari luas areal tanam per hektar per
musim tanam (3 bulan) mencapai 2,3 ton/ha. Bila harga jual pada saat
panen mencapai Rp. 6.000,-/kg memberikan pendapatan yang diperoleh
petani sebagai berikut :
)(arg)(Prtan kgaJualxHkgoduksiVolumePendapa
000.6.383,2 xRp
,000.298.14.Rp
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
29
Tabel 3. Analisa usahatani kedelai di lahan kering Desa Cot Jrat Kecamatan KotaJuang Kab. Bireuen skala 1 hektar selama 1MT.
No Perlakuan Harga(Rp)
P. Petani P. Introduksi
Vol Jumlah(Rp) Vol Jumlah
(Rp)I Biaya Produksi1 Sewa Lahan (MT/ha) 500,00
0 1 500,000 1 500,000
2 Sarana Produksia. Benih (kg/ha) 7,000 50 350,000 40 280,000b. Urea (kg/ha) 2,000 - - - -c. SP-36 (kg/ha) 3,000 - - 20 60,000d. KCL (kg/ha) 7,000 - - 30 210,000e. NPKp (kg/ha) 3,500 - - 150 525,000f. Kompos (kg/ha) 1,100 - - 2,000 2,200,000g. Insektisida (cc/ha) 300 250 75,000 250 75,000h. Fungisida (gr/ha) 150 200 30,000 200 30,000
3 Tenaga Kerja (HOK)a. Penyiapan Lahan (HOK) 50,000 - - - -b. Penanaman (HOK) 50,000 15 750,000 15 750,000c. Penyiangan (HOK) 50,000 30 1,500,000 30 1,500,000d. Pemupukan (HOK) 50,000 - - 2 100,000e. Penyemprotan (KL) 10,000 4 40,000 4 40,000f. Pengairan (MT) 50,000 - - - -g. Pemanenan (HOK) 50,000 15 750,000 15 750,000h. Perontokan 10% Hasil (kg) 6,000 139 831,600 238 1,429,800i. Ongkos Angkut (HOK) 50,000 5 250,000 5 250,000
Total Biaya Produksi 5,076,600 8,699,800II Hasil Produksi (kg/ha) 1,386 2,383
Harga Jual (Rp/kg) 6,000 6,000III Penerimaan (Rp/ha) 8,316,000 14,298,00
0IV Keuntungan (Rp) 3,239,400 5,598,200V R/C Ratio 1.64 1.64VI B/C Ratio 0.64 0.64
Keuntungan yang diperoleh dari usaha tani kedelai per hektar sebagai
berikut : oduksiTotalBiayaPendapaKeuntungan Prtan
800.699.8.000.298.14. RpRp
,200.598.5.Rp
b). Teknologi Petani
Produksi biji kedelai yang diperoleh dari luas areal tanam 1 ha selama satu musim
tanam (3 bulan) mencapai 1,3 ton/ha. Bila harga jual pada saat panen dapat
mencapai Rp 6.000/kg maka pendapatan yang diperoleh petani sebagai berikut :
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
30
)(arg)(Prtan kgaJualxHkgoduksiVolumePendapa
000.6.386.1 xRp
,000.316.8Rp
Keuntungan yang diperoleh dari usaha tani kedelai seluas 1 ha sebagai berikut :
oduksiTotalBiayaPendapaKeuntungan Prtan
600.076.5.000.316.8. RpRp
,400.329.3.Rp
3. Analisis kelayakan usaha
Penilaian suatu kelayakan usaha tani dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
return of investment (ROI) dan perbandingan biaya dengan pendapatan (benefit
cost ratio, B/C rasio).
1. Return of investment (ROI)
a). Teknologi Introduksi
Return of investment merupakan ukuran perbandingan antara keuntungan
dengan total biaya produksi. Cara ini digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi
penggunaan modal atau mengukur keuntungan usaha tani dalam kaitannya dengan
jumlah modal yang diinvestasikan. Perhitungan ROI dilakukan dengan rumus
sebagai berikut :
oduksiTotalBiaya
PendapaROI
Pr
tan
800.699.8.
000.298.14.
Rp
Rp
64,1
Nilai ROI untuk usaha tani kedelai sebesar 1,64. Berarti, setiap modal Rp 1 yang
dikeluarkan untuk usaha tani kedelai akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp
1,64. Dengan demikian, usaha tani kedelai tersebut dinilai efisien dalam
penggunaan modal.
b). Teknologi Petani
Return of investment merupakan ukuran perbandingan antara keuntungan
dengan total biaya produksi. Cara ini digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi
penggunaan modal atau mengukur keuntungan usaha tani dalam kaitannya dengan
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
31
jumlah modal yang diinvestasikan. Perhitungan ROI dilakukan dengan rumus
sebagai berikut :
oduksiTotalBiaya
PendapaROI
Pr
tan
600.076.5.
000.361.8.
Rp
Rp
64,1
Nilai ROI untuk usaha tani kedelai sebesar 1,64. Berarti, setiap modal Rp 1 yang
dikeluarkan untuk usaha tani kedelai akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp
1,64. Dengan demikian, usaha tani kedelai tersebut dinilai efisien dalam
penggunaan modal.
2. Revenue cost ratio (R/C rasio)
a) Teknologi Introduksi
Revenue cost ratio (R/C rasio) merupakan suatu ukuran perbandingan antara
pendapatan total dengan total biaya produksi sehingga dapat diketahui kelayakan
usaha taninya. Bila nilai R/C rasio lebih besar dari 1, berarti usaha tani tersebut
layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya, bila nilai R/C rasio lebih kecil dari 1, usaha
tani tersebut tidak layak untuk dijalankan.
Perhitungan R/C rasio usaha tani kedelai dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
oduksiTotalBiaya
PendapaCR
Pr
tan/
800.699.8.
000.298.14.
Rp
Rp
64,1
Hasil perhitungan nilai R/C rasio pada usaha tani kedelai senilai 1,64. Artinya, setiap
satuan biaya yang dikeluarkan akan diperoleh hasil penjualan sebesar 1,64 kali lipat.
Hasil ini menunjukkan bahwa usaha tani kedelai layak untuk dikembangkan.
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
32
b). Teknologi Petani
Revenue cost ratio (R/C rasio) merupakan suatu ukuran perbandingan antara
pendapatan total dengan total biaya produksi sehingga dapat diketahui kelayakan
usaha taninya. Bila nilai R/C rasio lebih besar dari 1, berarti usaha tani tersebut
layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya, bila nilai R/C rasio lebih kecil dari 1, usaha
tani tersebut tidak layak untuk dijalankan.
Perhitungan R/C rasio usaha tani kedelai dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
oduksiTotalBiaya
PendapaCR
Pr
tan/
600.076.5.
000.316.8.
Rp
Rp
64,1
Hasil perhitungan nilai R/C rasio pada usaha tani kedelai senilai 1,64. Artinya, setiap
satuan biaya yang dikeluarkan akan diperoleh hasil penjualan sebesar 1,64 kali lipat.
Hasil ini menunjukkan bahwa usaha tani kedelai layak untuk dikembangkan.
3. Benefit Cost Ratio (B/C rasio)
a). Teknologi Introduksi
Benefit cost ratio (B/C rasio) merupakan suatu ukuran perbandingan antara
keuntungan bersih dengan total biaya produksi sehingga dapat diketahui kelayakan
usaha taninya. Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai
B/C > 0. Semakin besar nilai B/C semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh
dari usaha tersebut.uatu usaha
Perhitungan B/C rasio usaha tani kedelai dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
oduksiTotalBiaya
KeuntunganCB
Pr/
800.699.8.
200.598.5.
Rp
Rp
64,0
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
33
Hasil perhitungan nilai B/C rasio pada usaha tani kedelai senilai 0,64. Artinya, setiap
satuan biaya yang dikeluarkan akan diperoleh hasil penjualan sebesar 0,64 kali lipat.
Hasil ini menunjukkan bahwa usaha tani kedelai layak untuk dikembangkan.
b). Teknologi Petani
Benefit cost ratio (B/C rasio) merupakan suatu ukuran perbandingan antara
keuntungan bersih dengan total biaya produksi sehingga dapat diketahui kelayakan
usaha taninya. Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai
B/C > 0. Semakin besar nilai B/C semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh
dari usaha tersebut.uatu usaha
Perhitungan B/C rasio usaha tani kedelai dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
oduksiTotalBiaya
KeuntunganCB
Pr/
_,600.076.5.
,400.239.3.
Rp
Rp
64,0
Hasil perhitungan nilai B/C rasio pada usaha tani kedelai senilai 0,64. Artinya, setiap
satuan biaya yang dikeluarkan akan diperoleh hasil penjualan sebesar 0,64 kali lipat.
Hasil ini menunjukkan bahwa usaha tani kedelai layak untuk dikembangkan.
Pelatihan Petani Kedelai Tahap Pertama
A. Pelatihan di BPP Peusangan:
1. Persiapan
Koordinasi dengan koordinator SL-PTT di Kecamatan Peusangan untuk
memastikan jadwal dan tempat pelaksanaan Pelatihan SL-PTT.
2. Pembukaan
Kegiatan pelatihan petani dan penyuluh pertanian lapangan dalam SL-PTT
kedelai dibukan oleh Bapak Kepala Balai Penyuluhan Pertanian, Peternakan
dan Perikanan Kecamatan Peusangan. Dalam arahannya kepala BP4K
mengatakan “kegiatan pelatihan ini hanya semata-mata untuk
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
34
meningkatkan pengetahuan penyuluh dan petani dalam meningkatkan
produksi kedelai ditingkat petani”.
3. Pelaksanaan
Waktu dan tempat
Pelaksanaan Pelatihan dilakukan pada tanggal 23 Februari 2012 di Aula
Balai Penyuluhan Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kecamatan
Peusangan.
Materi
Tentang Pendampingan SL-PTT Kedelai
Teknologi Spesifik Lokasi PTT Kedelai
Nara Sumber :
1. Tim BPTP Aceh
2. Koordinator BPP Peusangan
4. Praktikum
Kunjungan ke lapangan untuk meninjau lokasi kegiatan SL-PTT kedelai.
5. Hasil pengujian Pretest yang dilakukan di Kecamatan Peusangan dengan
nilai rata-rata adalah 54 sedangkan nilai Postest adalah 33.
6. Kendala yang dihadapi petani kedelai:
o Musim tanam yang bergeser dan terjadinya serangan hama dan penyakit
pada tanaman kedelai.
B. Pelatihan di Desa Cot Jrat:
1. Persiapan
Melakukan pertemuan dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) untuk
Koordinasi menentukan lokasi pelaksanan kegiatan pelatihan petani dan
penyuluh dalam pada program SL-PTT kedelai.
2. Pembukaan
Kegiatan pelatihan petani dan penyuluh pertanian lapangan dalam SL-PTT
kedelai dibuka oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Kota
Juang yaitu Zulfikar, SP. Dalam sambutannya Zulfikar menjelaskan secara
detail tentang kegiatan program SL-PTT, mulai dari keinginan petani hingga
teknologi yang akan diterapkan dalam budidaya kedelai.
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
35
3. Pelaksanaan
Waktu dan tempat
Pelaksanaan Pelatihan dilakukan pada tanggal 24 Februari 2012 di Aula
Balai Pertemuan Desa di Kampung Cot Jrat.
Materi
Tentang Pendampingan SL-PTT Kedelai
Teknologi Spesifik Lokasi PTT Kedelai
Nara Sumber :
1. Tim BPTP Aceh
2. Koordinator BPP Kota Juang
4. Praktikum
Kunjungan ke lapangan untuk meninjau lokasi kegiatan SL-PTT kedelai.
5. Hasil pengujian Pretest yang dilakukan di Desa Cot Jrat dengan nilai rata-
rata adalah 46 sedangkan nilai Postest adalah 44
6. Kendala yang dihadapi petani kedelai:
o Musim tanam yang bergeser dan terjadinya serangan hama dapenyakit
pada tanaman kedelai.
Penanaman Kedelai di desa Paloh Kecamatan Peusangan :
1. Persiapan
Koordinasi dengan koordinator SL-PTT di Kecamatan Peusangan untuk
memastikan jadwal dan tempat pelaksanaan penanaman kedelai.
2. Acara Penanaman Perdana
Kegiatan penanaman kedelai dalam pendampingan SL-PTT kedelai dibuka oleh
Bapak Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh. Dalam arahannya
kepala BPTP mengatakan kegiatan pendampingan SL-PTT Kedelai ini
merupakan program strategis Kementerian Pertanian untuk mendukung
meningkatkan produksi pangan dan kesejahteraan petani di Provinsi Aceh.
Kepala Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Bireuen memberikan arahan “kegiatan pendampingan SL-PTT Kedelai ini
merupakan kegiatan yang bersumber dari APBN tahun 2012, dimana Dinas P3K
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
36
Kabupaten Bireuen memiliki tugas menyediakan dan menyalurkan Saprodi SL-
PTT Kedelai ke Petani sesuai dengan Kelompok Tani yang telah ditetapkan.
Dalam acara tersebut, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan
Pangan Kabupaten Bireuen juga memberikan arahan kepada penyuluh dan
petani yang terlibat pada kegiatan Pendampingan SL-PTT Kedelai
mengharapkan “agar melaksanakan SL-PTT Kedelai ini secara terpadu dan
terfokus, sehingga kegiatan ini berjalan sesuai yang diharapkan, serta
menghimbau agar Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di desa Paloh untuk
senantiasa meluangkan waktu dan memberikan arahan kepada petani dalam
melakukan SL-PTT Kedelai ini.
Kepala Balai Peternakan dan Perikanan Kecamatan Peusangan mengharapkan
petani di desa Paloh dapat membudidayakan kedelai secara maksimal, agar
dapat menghasilkan produksi kedelai sesuai harapan, serta menegaskan kepada
PPL di desa Paloh untuk mengawasi dan mengontrol kegiatan SL-PTT Kedelai
ini, agar berjalan dengan baik.
3. Pelaksanaan
a. Waktu dan tempat
Pelaksanaan Pelatihan dilakukan pada tanggal 17 Maret 2012 pada lokasi
penanaman kedelai di desa Paloh Kecamatan.
b. Peserta
Jumlah peserta yang hadir oleh 40 orang, yang terdiri dari BPTP Aceh, Dinas
Pertanian Kab. Bireuen, BP2KP Kab. Bireuen, PPL Kecamatan Peusangan dan
Petani Kedelai di Desa Paloh.
Pelatihan Petani Kedelai Tahap Kedua
A. Pelatihan di BPP Peusangan:
1. Persiapan
Koordinasi dengan koordinator SL-PTT di Kecamatan Peusangan untuk
memastikan jadwal dan tempat pelaksanaan Pelatihan SL-PTT.
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
37
2. Pembukaan
Kegiatan pelatihan petani dan penyuluh pertanian lapangan dalam SL-PTT
kedelai dibukan oleh Bapak Kepala Balai Penyuluhan Pertanian, Peternakan dan
Perikanan Kecamatan Peusangan. Dalam arahannya kepala BP4K mengatakan
“kegiatan pelatihan ini hanya untuk meningkatkan pengetahuan penyuluh dan
petani dalam meningkatkan produksi kedelai di Kabupaten Bireuen dalam
upaya mendukung swasembada kedelai 2014 yang dicanangkan secara
nasional”.
3. Pelaksanaan
a. Waktu dan tempat
Pelaksanaan Pelatihan dilakukan pada tanggal 23 Februari 2012 di Aula Balai
Penyuluhan Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kecamatan Peusangan.
b. Materi
Pengendalian Hama dan penyakit secara terpadu
Teknologi Panen dan Pasca panen kedelai
c. Nara Sumber : Tim dari BPTP ACEH
i. Tim Peneliti dan Penyuluh BPTP Aceh
ii. Penyuluh BPP Kecamatan Peusangan
4. Praktikum
Kunjungan ke lapangan untuk memantau perkembangan hama dan penyakit di
lapangan.
5. Hasil pengujian Pretest yang dilakukan di Kecamatan Peusangan dengan nilai
rata-rata adalah 56 sedangkan nilai Postest adalah 73.
6. Kendala yang dihadapi petani kedelai:
o Terjadi banjir di Desa Paloh Kec. Peusangan selama 5 jam karena hujan
sehingga pertumbuhan kedelai tertekan .
o Serangan hama pemakan daun dengan tingkatserangan ringan
B. Pelatihan di Desa Cot Jrat:
1. Persiapan
Melakukan pertemuan dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) untuk
Koordinasi menentukan lokasi pelaksanan kegiatan pelatihan petani dan
penyuluh dalam pada program SL-PTT kedelai.
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
38
2. Pembukaan
Kegiatan pelatihan petani dan penyuluh pertanian lapangan dalam SL-PTT
kedelai dibuka oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Kota Juang
yaitu Zulfikar, SP. Dalam sambutannya Zulfikar menjelaskan secara detail
tentang kegiatan program SL-PTT, mulai dari keinginan petani hingga teknologi
yang akan diterapkan dalam budidaya kedelai.
3. Pelaksanaan
b. Waktu dan tempat
Pelaksanaan Pelatihan dilakukan pada tanggal 24 Februari 2012 di Aula Balai
Pertemuan Desa di Kampung Cot Jrat.
c. Materi
Tentang Pendampingan SL-PTT Kedelai
Teknologi Spesifik Lokasi PTT Kedelai
d. Nara Sumber :
i. Ir. Chairunas, MS
ii. Nurlatifah, SP
7. Praktikum
Kunjungan ke lapangan untuk meninjau lokasi kegiatan SL-PTT kedelai.
8. Hasil pengujian Pretest yang dilakukan di Desa Cot Jrat dengan nilai rata-rata
adalah 46 sedangkan nilai Postest adalah 44
9. Kendala yang dihadapi petani kedelai:
o Musim tanam yang bergeser dan terjadinya serangan hama dapenyakit pada
tanaman kedelai.
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
39
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pendampingan SL-PTT di Provinsi Aceh telah dapat :
meningkatkan produktivitas kedelai sampai 2.04 t/ha dengan dengan
menerapkan teknologi introduksi (varietas Anjasmoro, pemupukan berimbang,
penggunaan bahan organik)
meningkatkan pengatahuan petani tentang budidaya kedelai melalui pelatihan
5.2. Saran
Kegiatan pendampingan ini perlu dilanjutkan pada lokasi yang berbeda
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
40
VI. Kinerja Hasil Kegiatan
Pelaksanaan pendampingan Sekolah Lapang Pengelolaan Terpadu (SL-PTT)
kedelai di Aceh berjalan baik. Kegiatan diawali pertemuan/koordinasi dengan
Dinas/Instansi terkait baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota, terutama
dalam penentuan/penetapan lokasi pendampingan.
Pendampingan/pengawalan SL-PTT kedelai difokuskan pada teknologi
usahatani. Perakitan beberapa komponen teknologi budidaya kedelai melalui
pendekatan pemilihan teknologi PTT kedelai baik itu teknologi dasar maupun
teknologi pilihan sesuai kebutuhan lokasi dengan memperhatikan sumberdaya yang
tersedia, sehingga diperoleh teknologi budidaya kedelai spesifik lokasi, upaya ini
dilakukan untuk pencapaian peningkatan produktivitas kedelai sebesar 15%.
Hasil pertemuan tim BPTP dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota telah disepakati lokasi
pendampingan SL-PTT kedelai di Aceh adalah Kecamatan Peusangan dan
Kecamatan Kot Juang Kabupaten Biruen dengan luasan masing-masing 2 ha.
Keluaran yang diperoleh dari kegiatan ini adalah : (1) Teknologi PTT Kedelai
dapat meningkatkan hasil (15%). (2) Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan
petani kedelai. (3) Meningkatnya kemampuan petani dalam menerapkan teknologi
dan upaya untuk meningkatkan produktivitas melalui pendekatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) dengan prinsip partisipatif, spesifik lokasi, terpadu, sinergis
atau serasi dan dinamis. (4) Meningkatnya produktivitas kedelai >15% per hektar
sekaligus meningkatkan pendapatan petani. Namun demikian, dampak dari kegiatan
tersebut baru dapat dilihat pada musim tanam berikutnya.
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
41
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto.T, 2005. Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta
Arsyad. AM; D.Pasaribu; N. Sunarlin; Budiharjo, 1991. Teknologi Budidaya Kedelai diLahan Kering P:114-229.n, dalam Prosidding Seminar dan Work ShopPenelitian Serta Usaha Tanaman Poangan dalam Produksi Kedelai. Bogor22-23 Januari 1991.
Badan Litbang Pertanian, 2009a. Petunjuk pelaksanaan sinergi Balit-BPTP (BahanRaker Solo, belum dipublikasi).
Badan Litbang Pertanian,2009b .Pedoman umum PTT kedelai.
Badan Litbang Pertanian, 2010. Rencana Strategis Badan Penelitian danPengembangan Pertanian 2010-2014.
Badan Pusat Statistik. 2010. Aceh Dalam Angka. Badan Pusat Statistik PropinsiNanggroe Aceh Darussalam. Banda Aceh, hal. 127-165
Chairunas, 2008. Developing Technology for Soybean in Tsunami-Affected in theProvinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Proceeding International Worshop onPost Tsunami Soil Management. Bogor, Indonesia, 1-2 Juli 2008. Page 163-167.
Departemen Pertanian,2005. Permentan Nomor 3 tahun 2005 tentang pedomanpenyiapan dan penerapan teknologi pertanian, 17 Januari 2005.
Ditjen Tanaman Pangan, 2010. Pedoman pelaksaan SLPTT padi, jagung, kedelaidan kacang tanah tahun 2010.Kementerian Pertanian
Han. B. Darman, MA., dan Nazariah 2002 Rekomendasi Paket Teknologi Kedelaipada Lahan Kering di Kecamatan Meurah Mulia dan Tanah Luas di AcehUtara serta Kecamatan Peureulak di Aceh Timur dalam Rekomendasi HasilPaket Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Loka Pengkajian TeknologiPertanian (LPTP) Banda Aceh . 156 hal.
Jamal, E. 2009. Telaahan penggunaan pendakatan sekolah lapang dalampengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi: Kasus di Kabupaten Blitar danKediri, Jawa Timur. Analisis Kebijakan Pertanain 7(4): 337-349 PSE-KP
Kementerian Pertanian, 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014.
Mubyarto,1989. Pengantar Ekonomi Pertanian.LP3ES. Jakarta.
Muji Rahayu, Lalu Wirajaswadi dan Awaluddin Hip, 1997. Peningkatan ProduktivitasKedelai Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (Ptt) Di
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
42
Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu.www.ntb.litbang.deptan.go.id/2007/TPH/peningkatanproduktivitas.doc
Najiyati,S. dan Danarti, 1999. Palawija budidaya dan Analisa Usahatani. PenebarSwadaya. Jakarta.
Oldeman L.R; Darwis, SN; Irsal Las, 1979. An Agroclimatic map of Sumatera. Contr.Res. Agric. No.52. Bogor.
Puslitbangtan 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT, Kerjasama BalaiBesar Pengkajian Teknologi Pertanian, BPTP Jawa barat dan BPTP JawaTimur.
Saleh, N; T. Adisarwanto; A.Kasno dan Sudaryono, 2000. Teknologi Kunci dalamPengembangan Kedelai di Indonesia dalam Makarim AK, dkk. TonggakKemajuan Teknologi Produksi Pangan. Simposium Penelitian TanamanPangan IV. Bigir, 22 – 24 Nopember 1999.
Suryana. A. 2008. Penganekaragaman pangan dan gizi: Faktor pendukungpeningkatan kualitas sumberdaya manusia. Majalah Pangan. MediaKomunikasi dan Informasi No 52/XVII/Oktober-Desember 2008, Jakarta.
Siaran Pers. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. 12 Februari 2008.Ketersediaan Teknologi Dalam Mendukung Peningkatan Produksi KedelaiMenuju Swasembada. Jakarta
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
43
Lampiran 1 :
DAFTAR RISIKO
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
UNIT KERJA/UPT : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH
NAMA PIMPINAN : Ir. T. Iskandar, MSi
NIP : 19580121 198303 1 001
KEGIATAN : Pendampingan SL-PTT Kedelai
TUJUAN KEGIATAN : 1. CPCL
2. Penanaman
3. Pemeliharaan
4. Panen
No Risiko Penyebab Dampak1. Petani Kurang
KoperatifKelompok yang kurang aktifatau belum mantap
Informasi tidak sampai(terputus) terutama teknologianjuran sehingga kegiatanusahatani kurang baik
2. Distribusi Benih Keterlambatan pengirimanbenih ke petani
Panen dan jadwal tanamsehingga mengganggupertumbuhan/perkembangantanaman
3. Lahan tidakmemenuhiPersyaratanTumbuh
Keterbatasan lahan/lokasiatau pengelolaan lahan yangkurang sempurna
Pertumbuhan tanaman yangkurang optimal
4. Pertumbuhanvegetatif kurangbaik
Karena Banjir, kurangmemperhatikan pengelolaanlahan, kurang unsur haraatau air serta serangan hamapenyakit
Produktivitas menjadiberkurang
Disusun Tanggal : Desember 2012Penjab Kegiatan :
Ir. Chairunas, MSNIP. 19551010 198203 1 001
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
44
Lampiran 2 :
PENANGANAN RESIKOBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
UNIT KERJA/UPT : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH
NAMA PIMPINAN : Ir. T. Iskandar, MSi
NIP : 19580121 198303 1 001
KEGIATAN : Pendampingan SL-PTT Kedelai
TUJUAN KEGIATAN : 1. CPCL
2. Penanaman
3. Pemeliharaan
4. Panen
No Resiko Penyebab Dampak UpayaPenanganan
1. PetaniKurangKoperatif
Kelompok yangkurang aktif ataubelum mantap
Informasi tidaksampai (terputus)terutama teknologianjuran sehinggakegiatan usahatanikurang baik
Benah kelompok danmeningkatkanintensitaspembinaan olehDinas/Instansiterkait
2. DistribusiBenih
Keterlambatanpengiriman benih kepetani
Panen dan jadwaltanam sehinggamengganggupertumbuhan/perkembangan tanaman
Penyediaan benihsesuai dengankebutuhan(kuantitas/kualitas)dan mantapkanjadwal tanam
3. Lahan tidakmemenuhiPersyaratanTumbuh
Keterbatasanlahan/lokasi ataupengelolaan lahanyang kurangsempurna
Pertumbuhantanaman yangkurang optimal
Penekanan padapengolahan tanahdan penggunaanpupuk terutamapupuk organik
4. Pertumbuhanvegetatifkurang baik
Kualitas kurang baik,kurangmemperhatikanpengelolaan lahan,kurang unsur haraatau air sertaserangan hamapenyakit
Produktivitasmenjadi berkurang
Pengolahan tanahsempurna danpenambahan unsurhara dan air sertapengendalian OPTsecara terpadu
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
45
No Resiko Penyebab Dampak Upaya Penanganan
5. TerlambatPanen
Kurang memahamicara pengelolaanpasca panen
Kualitas dan kuantitasproduksi menjadiberkurang
Informasi petugaslapangan mengenaipenanganan pascapanen
Disusun Tanggal : Desember 2012Penjab Kegiatan :
Ir. Chairunas, MSNIP. 19551010 198203 1 001
Lampiran 3. Organisasi Pelaksana Kegiatan
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
46
No Nama Jabatan dalamKegiatan Uraian Tugas
AlokasiWaktu
(Jam/mg)
1. Ir.Chairunas, MS Penjab Kegiatan Mengkoordinir kegiatan mulaiperencanaan sampai laporan
10
2. Nazariah, SP., MSi. Pelaksana - Menyusun proposal danlaporan
5
3. Rizki Ardiansyah, SP Pelaksana - Mengolah dan menganalisisdata
- Mengumpulkan data
5
4. Husaini, SP Pelaksana - Pelaksana 55. Rosdewani, SE Pelaksana - Pelaksana 5
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
45
Lampiran 6
Dokumentasi/foto kegiatan: di Kec. Peusangan
Foto Kegiatan PRA/Penentuan Lokasi di Desa Paloh
Pelatihan Penyuluh dan Petani Kooperator di Desa Paloh
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
46
Foto Tanam Perdana di Desa Paloh Kec. Peusangan
Keragaan Tanaman Kedelai Umur 45 HST di Desa Paloh
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
47
Dokumentasi/foto kegiatan: di Desa Cot Jrat
Pelatihan Penyuluh dan Petani Kooperator di Desa Cot Jrat
Foto Tanam di Desa Cot Jrat Kec. Kota Juang
Keragaan Tanaman Kedelai di Desa Cot Jrat Kec. Kota juang Kab. Bireuen
Pendampingan SLPTT Kedelai 2012
48
KEGIATAN TEMU LAPANG DI DESA COT JRAT