berkembangnya industri fashion di jawa tengah

27
E-PAPER DINPERINDAG Provinsi Jateng EDISI JANUARI 2012 “ONE TEAM, ONE SPIRIT, ONE GOALDinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Jl. Pahlawan No. 4 Telp. 8311705, 8311708, Fax.8311707, 8451700 Semarang 50241 website : http://dinperindag.jatengprov.go.id

Upload: dinas-perindustrian-dan-perdagangan-provinsi-jawa-tengah

Post on 18-Mar-2016

239 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

e-Paper Bulan Januari 2012. © 2012. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah. Website : http://dinperindag.jatengprov.go.id | Email : [email protected] | Twitter : @dinperindag | Facebook : https://www.facebook.com/dinperindagprov

TRANSCRIPT

Page 1: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

E-PAPER DINPERINDAG Provinsi Jateng

EDISI JANUARI 2012

“ONE TEAM, ONE SPIRIT, ONE GOAL”

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Jl. Pahlawan No. 4 Telp. 8311705, 8311708, Fax.8311707, 8451700 Semarang 50241

website : http://dinperindag.jatengprov.go.id

Page 2: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

TIM PENYUSUN E-PAPER INFO INDAG Penanggung Jawab : Kepala Dinas

Pengarah : 1. Sekretaris Dinas 2. Para Kepala Bidang/Balai

Ketua Umum : Sigid Adi Brata Sekretaris : Siti Chiswati

Ketua Redaksi : Nina Veronika Marthahima Redaksi : 1. Hadi Pangestu

: 2. Sigid Adi Brata : 3. Teguh Prihadi : 4. Listyati PR

: 5. Kumarsi : 6. Subandi : 7. Faria Suryani

Publikasi TI : 1. Nandhi Nur Ardisasmito 2. Febriyan Nurul Santoso

Sekretariat Operasional

:

1. Hery Sutantyo K

2. Rebo Sukimin 3. Nugroho 4. Ludyantoro Sri Marsetyo

5. Budi Prasetyo

Sekapur Sirih

BERKEMBANGNYA INDUSTRI

FASHION DI JAWA TENGAH

ASSALAMU’ALAIKUM WR WB.

Industri kreatif

merupakan salah satu

kegiatan industri oleh

masyarakat dengan

memanfaatkan

kreativitas, ketrampilan

dan bakat individu serta didukung oleh daya

kreasi dan daya cipta sehingga mampu

menghasilkan atau menciptakan produk yang

diminati pasar dan memberikan nilai tambah

bagi individu yang mempuyai ide dan kreatifitas

tersebut, secara nasional share industri kreatif

terhadap PDB masih sangat kecil, industri

kreatif baru menyumbang 1,9 persen. Kedepan

industri kreatif diharapkan mampu memberikan

kontribusi terhadap PDB sebesar 10 persen.

Bulan ini kita kembali membahas

tentang industry kreatif, utamanya industri

kreatif yang dikembangkan di Jawa Tengah

seperti industri IT, industri kerajinan dan

industri fashion. Yang paling menonjol

perkembangannya adalah industri fashion,

karena sumber daya lokalnya sangat

mendukung adanya industri batik dan kain lurik

serta bordir semakin memperkuat industri

fashion tumbuh menjadi industri andalan. Yang

lebih menarik industri batik, kain lurik dan

bordir di Jawa Tengah didominasi oleh UKM /

Page 3: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

IKM yang secara ekonomis lebih tahan banting

dibandingkan industri besar yang rentan oleh

badai krisis.

Potensi industri fashion masih sangat

terbuka untuk dikembangkan karena pasar

industri ini masih sangat terbuka, baik pasar

dalam negeri maupun ekspor, jumlah penduduk

Indonesia kurang lebih 230 juta merupakan

pasar yang sangat potensial, sedangkan pasar

ekspor produk fashion Jawa Tengah khusus

untuk pakaian jadi nilai ekspor selama tahun

2011 mencapai US$ 904.119.732 dengan

volume sebesar 52.538.950 kg dan untuk

produk alas kaki ( sepatu, sandal) mencapai

USD 19.602.515 dengan volume 962.657 ton.

Sedangkan Negara tujuan ekspor antara lain

Amerika Serikat, Inggris dan Jerman serta

Jepang.

Pada sisi penyerapan tenaga kerja dan

lapangan usaha, industri fashion mampu

mendominasi jumlah penyerapan tenaga kerja

bila dibandingkan dengan kegiatan industri

kreatif lainnya. Kebanyakan industri fashion (

pakaian jadi dan alas kaki ) mempekerjakan

tenaga kerja dalam jumlah besar terutama di

industri garment.

Walaupun perkembangan industri

kreatif khususnya fashion tidak diragukan lagi

tetapi masih terdapat kendala terutama dari

industri yang masih kecil dan menengah,

kendala tersebut antara lain yang permodalan,

pengurusan perijianan dan hak cipta, serta

pembuatan desain / model pakaian / sepatu.

Mengadakan lomba busana dan

mendatangkan desainer ternama untuk melatih

UKM garmen agar mampu membuat/

menciptakan mode pakaian sendiri adalah

salah upaya untuk memperbaiki kemampuan

SDM UKM, disamping mendorong UKM fashion

untuk memanfaatkan teknologi informasi

melalui E-Commerce, sebagai salah satu upaya

membuka pasar.

Diperlukan kepedulian dari berbagai

pihak untuk membangun industri fashion di

Jawa Tengah sehingga nantinya Jawa Tengah

bisa menjadi basic industri Fashion dan dapat

menguasai pasar lokal maupun ekspor.

WASSALAMU’ALAIKUM WR WB.

Semarang, Januari 2012

Ir.IHWAN SUDRAJAT,MM

Page 4: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

Tajuk Rencana

Perkembangan industri kreatif di

Indonesia semakin meningkat seiring dengan

keluarnya blue print arah pengembangan

industri kreatif, dimana ada 14 komoditi yang

diakui sebagai industri kreatif termasuk

didalamnya industri fashion , Jawa Tengah yang

industrinya berbasis pada UKM dan IKM

mempunyai kesempatan untuk

mengembangkan industri kreatif sekaligus

menumbuhkan UKM dan IKM yang

memproduksi / bergerak pada produk garment,

sepatu dan asesoris pakaian. Industri fashion

dengan bahan batik dan lurik merupakan

andalan karena bahan baku lurik dan batik

banyak diproduksi oleh UKM dan IKM di

Pekalongan dan Solo dan hampir semua

kabupaten / kota di Jawa Tengah telah

mempunyai produk batik dengan ciri khas

daerah masing –masing, sedangkan lurik

berkembang pesar di Kabupaten klaten dan

Jepara yang terkenal dengan nama kain troso.

Tentang batik barang kali sudah tidak

asing lagi bahwa UNESCO telah mengakui batik

sebagai budaya Indonesia yang memberikan

legimitasi bahwa batik adalah milik Indonesia,

hampir semua masyarakat Indonesia memiliki

dan mengenakan busana batik tidak hanya pada

event tertentu tetapi batik adalah pakaian

sehari –hari, hal ini terbukti berapapun

besarnya produksi batik pasti terserap di pasar

dan disain pakaian batik sudah mendunia,

perancang-perancang ternama sekaliber Anne

Avantie merancang batik yang tadinya pakaian

tradisional formal menjadi pakaian modern

yang disukai sehingga dapat digunakan oleh

semua kalangan baik tua, muda maupun anak-

anak di segala suasana.

Satu lagi produk tekstil sebagai bahan

pembuat pakaian / fashion adalah lurik yang

merupakan produk lokal Jawa Tengah yang

perlu dikembangkan agar mampu sejajar

dengan ketenaran batik, membutuhkan waktu

dan ide kreatif untuk mengembangkan kain

lurik, pada bulan Juli tahun 2010 Gubernur Jawa

Tengah mewajibkan PNS di lingkungan Pemda

Provinsi Jawa Tengah menggunakan pakaian

lurik setiap hari rabu dan diikuti oleh beberapa

Kabupaten / kota di Jawa Tengah, kebijakan ini

kembali mengangkat kembali kejayaan lurik

industri rumah tangga di Kabupaten Klaten dan

Jepara mendapat angin segar dan kembali

bergairah memproduksi kain lurik.

Sebelum lebih jauh membahas

pengembangan kain lurik kita perlu mengenal

lebih dalam apa itu lurik, kata lurik sendiri

berasal dari bahasa Jawa, lorek yang berarti

garis-garis, yang merupakan lambang

kesederhanaan. Sederhana dalam penampilan

maupun dalam pembuatan namun sarat dengan

makna. Selain berfungsi untuk menutup dan

Page 5: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

melindungi tubuh, lurik juga memiliki fungsi

sebagai status simbol dan fungsi ritual

keagamaan. Motif lurik yang dipakai oleh

golongan bangsawan berbeda dengan yang

digunakan oleh rakyat biasa, begitu pula lurik

yang dipakai dalam upacara adat disesuaikan

dengan waktu serta tujuannya.

Dan berbagai definisi yang telah

disebutkan di atas, dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa lurik merupakan kain yang

diperoleh melalui proses penenunan dari seutas

benang (lawe) yang diolah sedemikian rupa

menjadi selembar kain katun. Proses yang

dimaksud yaitu diawali dari pembuatan benang

tukel, tahap pencelupan yaitu pencucian dan

pewarnaan, pengelosan dan pemaletan,

penghanian, pencucuk-an, penyetelan, dan

penenunan. Motif atau corak yang dihasilkan

berupa garis-garis vertikal maupun horisontal

yang dijalin sedemikian rupa sesuai warna yang

dikehendaki dengan berbagai variasinya.

Upaya mengangkat kembali tekstil

dengan bahan dasar lurik dilakukan dengan

menjadikan lurik menjadi bahan produk-produk

modern, yang tidak hanya terbatas untuk

pakian saja, tetapi lurik dijadikan sebagai bahan

tas, dompet, map, dan lain sebagainya. Untuk

busana telah dikembangkan beberapa fashion

seperti gaun panjang, kemeja pria, rok, jaket,

dan sebagainya.

Diperlukan pembinaan yang

berkesinambungan mulai dari proses produksi,

dan desain kain lurik, serta strategi pemasaran

yang tepat. Memadukan lurik dan batik dalam

satu kain merupakan ide pengembangan desain

kain lurik agar tidak monoton dengan motif

garis – garis dan kotak kotak , mengikut

sertakan IKM / UKM produsen kain lurik pada

event pameran nasional merupakan upaya

mengenalkan kain lurik kepada masyarakat

agar masyarakat peduli dengan produk local

dan mau menggenakan kain lurik dengan

bangga.

Batik dan lurik merupakan warisan

leluhur yang harus dilestarikan, bukan hanya

menjadi tugas pegrajin batik dan lurik saja

tetapi tugas kita semua. Pemerintah bertugas

melakukan pembinaan terhadap industri batik

dan lurik melalui langkah – langkah yang

terrencana dan komprehensif sedangkan

masyarakat mempunyai fungsi sebagai pelestari

batik dan lurik dengan tetap menggunakan

batik dan lurik sebagai fashion / busana sehari-

hari.

Page 6: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

LURIK, DARI MASA KE MASA

Indonesia dikaruniai keragaman suku

bangsa dengan budayanya masing-masing. Hal

ini terlihat pada cara berpakaian yang tidak

sama antara satu suku bangsa dengan suku

bangsa lainnya, baik dalam hal gaya, bentuk

maupun bahan yang digunakan. Demikian

halnya dengan masyarakat Jawa di Jawa Tengah

dan Yogyakarta yang memiliki pakaian

tradisional khas, salah satunya lurik. Lurik

merupakan nama kain. Kata “lurik” sendiri

berasal dari bahasa Jawa “lorek” yang berarti

garis-garis, yang merupakan lambang

kesederhanaan. Sederhana dalam penampilan

maupun dalam pembuatan, tetapi sarat makna

(Djoemena, 2000).

Selain berfungsi menutup dan

melindungi tubuh, lurik juga memiliki fungsi

sebagai status simbol dan fungsi ritual

keagamaan. Motif lurik yang dipakai oleh

golongan bangsawan berbeda dengan yang

digunakan oleh rakyat biasa. Begitu pula lurik

yang dipakai dalam upacara adat, disesuaikan

dengan waktu dan tujuannya.

Nama motif lurik diperoleh dari nama

flora, fauna, atau dari benda yang dianggap

sakral. Motif lurik tradisional memiliki makna

yang mengandung petuah, cita-cita, dan

harapan kepada pemakainya. Namun, saat ini

pengguna lurik semakin sedikit dibandingkan

beberapa puluh tahun yang lalu. Perajinnya pun

dari waktu ke waktu mulai menghilang. Lurik

menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997)

adalah suatu kain hasil tenunan benang yang

berasal dari daerah Jawa Tengah dengan motif

dasar garis-garis atau kotak-kotak dengan

warna-warna suram yang pada umumnya

diselingi aneka warna benang. Kata “lurik”

berasal dari akar kata “rik” yang artinya garis

atau parit yang dimaknai sebagai pagar atau

pelindung bagi pemakainya.

Dari berbagai definisi yang telah

disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa

lurik merupakan kain yang diperoleh melalui

proses penenunan dari seutas benang (lawe)

yang diolah sedemikian rupa menjadi selembar

kain katun. Proses itu diawali dari pembuatan

benang tukel, tahap pencelupan berupa

pencucian dan pewarnaan, pengelosan dan

pemaletan, penghanian, pencucuk-an,

penyetelan, dan penenunan. Motif atau corak

yang dihasilkan berupa garis-garis vertikal

maupun horisontal yang dijalin sedemikian rupa

sesuai warna yang dikehendaki dengan

berbagai variasinya.

Tidak banyak ditemui tulisan mengenai

kain tenun lurik. Buku yang ditulis Nian S

Djoemena yang berjudul Lurik, Garis-garis

Bertuah menjelaskan proses pembuatan kain

lurik beserta alat yang digunakan. Selain itu,

diuraikan pula macam-macam motif lurik,

Page 7: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

makna, waktu pemakaian, dan fungsinya secara

garis besar, terutama dalam acara ritual

keagamaan dan perkawinan.

Lurik yang diuraikan dalam buku

tersebut tidak hanya terbatas pada motif lurik

Yogyakarta, tetapi juga motif Jawa Tengah dan

Tuban. Ada pula motif mirip lurik yang terdapat

di luar Jawa maupun luar Indonesia. Namun,

buku ini belum menjelaskan lebih lanjut

mengenai perkembangan lurik saat ini dan

usaha pelestariannya.

Motif kain lurik ternyata tidak hanya

berupa garis-garis membujur, tetapi juga dalam

perkembangannya muncul motif kotak-kotak

sebagai hasil kombinasi antara garis melintang

dan garis membujur.

Motif ini juga berkembang menjadi kain

polos dengan berbagai warna, seperti merah

dan hijau atau dikenal dengan nama lurik

polosan. Seperti apa yang diungkapkan Dibyo,

“Sifat lurik yaitu bahannya dari katun, gambar

garis, tetapi kadang kotak-kotak ataupun polos.

Meskipun polos, namanya tetap lurik.”

Nilai Kehidupan

Salah satu keunggulan manusia adalah bahwa ia

memiliki daya kreatif untuk membuat dan

membentuk apa yang ada di sekelilingnya,

kemudian diolah menjadi sesuatu yang

bermanfaat. Daya kreativitas tersebut

merupakan bagian yang penting dalam proses

berkarya seni. Seni merupakan kegiatan kreatif

imajinasi manusia untuk menerangkan,

memahami, dan menikmati kehidupan

(Haviland, 1993). Dengan daya kreatif yang

dimilikinya, manusia berusaha menciptakan

pakaian yang dibuat dari kapas atau bahan lain,

kemudian ditenun menjadi kain. Kain dijahit

menjadi pakaian.

Seni juga memiliki tujuan praktis, yakni

manfaat yang diperoleh secara langsung bagi

penggunanya. Tujuan praktis dari pakaian yaitu

untuk melindungi tubuh dari hawa dingin,

gigitan serangga, terik matahari dan berbagai

gangguan lainnya. Selain itu seni memiliki fungsi

sebagai norma perilaku yang teratur,

meneruskan adat kebiasaan dan nilai-nilai

budaya. Dalam adat berpakaian, seperti dalam

penggunaan kain lurik, terdapat nilai budaya

yang akan disampaikan dan untuk diteruskan

kepada generasi selanjutnya.

Pada suatu masyarakat tradisional,

selain memiliki fungsi manfaat, pakaian

seringkali memiliki fungsi lain, seperti status,

simbol, maupun ritual keagamaan. Orang yang

memiliki kedudukan sosial tinggi berbeda

pakaiannya dengan orang yang status sosialnya

lebih rendah. Begitu pula pakaian yang dipakai

untuk upacara, tertentu berbeda dengan yang

dipakai pada hari biasa.

Sesuai dengan keanekaragaman umat

manusia, pakaian yang digunakan juga

bermacam-macam dan bervariasi. Pada

masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai-

nilai tradisinya seperti yang terdapat pada

Page 8: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

kelompok-kelompok suku bangsa di Indonesia,

pakaian yang digunakan menunjukkan identitas

dari suatu suku bangsa. Dalam hal ini pakaian

bukanlah semata-mata sebagai suatu benda

materi yang hanya dipakai tanpa memiliki arti

apapun. Kain lurik misalnya, merupakan suatu

simbol karena ia memiliki makna. Simbol

merupakan tanda yang dapat ditafsirkan

(Geertz, 1992:17) atau dijelaskan. Makna-

makna tersebut merupakan sesuatu yang tidak

tampak, tetapi dapat dilihat melalui penafsiran,

pemahaman yang kemudian ditata sedemikian

rupa. Simbol adalah segala sesuatu (benda,

peristiwa, tindakan, ucapan, dan sebagainya)

yang telah dilekati arti tertentu. Simbol bukan

milik individu, melainkan milik suatu kelompok

masyarakat. Kelompok masyarakat tersebut

terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki

sistem pengetahuan, gagasan, ide, adat

kebiasaan serta norma perilaku yang sama,

yang diungkapkan dalam tata cara kehidupan

manusia yang terwujud dalam benda-benda

budaya.

Kain tenun lurik merupakan salah satu

benda budaya karena dimiliki oleh suatu

masyarakat tertentu. Benda ini merupakan

wujud fisik dari ide, nilai, maupun norma yang

mengatur dan memberi arah bagi masyarakat

pada suatu kebudayaan tertentu. Sebagaimana

yang dijelaskan oleh Koentjaraningrat (2000)

bahwa terdapat tiga wujud kebudayaan, yaitu

norma sebagai tata kelakuan yang mengatur

dan memberi arah, aktivitas yang berpola, dan

benda hasil karya manusia sebagai wujud

fisiknya.

Sejarah Lurik

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997)

disebutkan bahwa lurik diperkirakan berasal

dari daerah pedesaan di Jawa, tetapi kemudian

berkembang, tidak hanya menjadi milik rakyat,

tetapi juga dipakai di lingkungan keraton. Pada

mulanya, lurik dibuat dalam bentuk sehelai

selendang yang berfungsi sebagai kemben

(penutup dada bagi wanita) dan sebagai alat

untuk menggendong sesuatu dengan cara

mengikatkannya pada tubuh, sehingga

kemudian lahirlah sebutan lurik gendong.

Dari beberapa situs peninggalan

sejarah, dapat diketahui bahwa pada masa

Kerajaan Majapahit, lurik sudah dikenal sebagai

karya tenun. Bahwa lurik sudah menjadi bagian

dari kehidupan masyarakat lampau, dapat

dilihat dari cerita Wayang Beber yang

menggambarkan seorang ksatria melamar

seorang putri raja dengan alat tenun gendong

sebagai mas kawinnya. Keberadaan tenun lurik

ini tampak pula pada salah satu relief Candi

Borobudur yang menggambarkan orang yang

sedang menenun dengan alat tenun gendong.

Selain itu adanya temuan lain, yaitu prasasti

Raja Erlangga dari Jawa Timur pada tahun 1.033

yang menyebut kain Tuluh Watu sebagai salah

satu nama kain lurik (Djoemena, 2000).

Page 9: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

Pada awalnya, motif lurik masih sangat

sederhana, dibuat dalam warna yang terbatas,

yaitu hitam, putih atau kombinasal antar

keduanya. Pada zaman dahulu proses

pembuatan tenun lurik ini dimulai dari

menyiapkan bahan yaitu benang. Benang ini

berasal dari tumbuhan perdu dengan warna

dominan hitam dan putih. Selanjutnya, benang

tadi diberi warna dengan menggunakan

pewarna tradisional, yaitu yang bernama tarum

dan dari kulit batang mahoni. Rendaman daun

pohon tarum menghasilkan warna nila, biru tua,

dan hitam, sedangkan kulit batang mahoni

menghasilkan warna coklat.

Sebelum ditenun, benang dicuci berkali-

kali, kemudian dipukul-pukul hingga lunak

(dikemplong), setelah itu dijemur, lalu dibaluri

nasi dengan menggunakan kuas yang terbuat

dari sabut kelapa. Setelah bahan atau benang

ini kaku, kemudian diberi warna. Setelah itu

dijemur kembali dan benang siap untuk

ditenun.

Dahulu, alat yang digunakan untuk

menenun dikenal dua macam alat, yaitu alat

tenun bendho dan alat tenun gendong. Alat

tenun bendho terbuat dari bambu atau batang

kayu, yang biasanya digunakan dalam

pembuatan stagen, yakni ikat pinggang dari

tenunan benang yang sangat panjang dan

digunakan untuk pengikat kain (jarik) oleh

perempuan Jawa. Alat tenun ini digunakan

dengan posisi berdiri. Disebut sebagai alat

tenun bendho karena alat yang digunakan

untuk merapatkan benang pakan berbentuk

bendho (golok).

Adapun alat tenun gendong digunakan

untuk membuat bahan pakaian, selendang

lebar, maupun jarik (kain panjang). Disebut

demikian karena salah satu bagiannya

diletakkan di belakang pinggang, sehingga

tampak seperti digendong. Dalam proses

pembuatan kainnya, penenun dalam posisi

duduk memangku alat tenun tersebut

Kain lurik dulu dipakai hampir oleh

semua orang, sebagai busana sehari-hari. Untuk

perempuan dibuat kebaya ataupun kain untuk

bawahan (tapih/nyamping/jarik). Untuk laki-

laki, lurik dipakai sebagai bahan baju, yakni

beskap di Solo dan surjan di Yogyakarta. Selain

itu, lurik juga dibuat selendang (jarik gendong)

yang biasanya dipakai oleh bakul (pedagang) di

pasar untuk menggendong tenggok (wadah

yang terbuat dari anyaman bambu), terutama di

daerah Solo dan Klaten.

Selain dibuat untuk bahan pakaian

ataupun selendang, kain lurik dahulu digunakan

dalam upacara yang berkaitan dengan

kepercayaan, misalnya labuhan ruwatan,

siraman, atau mitoni.

Beberapa Macam Corak Lurik

Meskipun motif lurik ini hanya berupa garis-

garis, variasinya sangat banyak. Terdapat

banyak ragam motif kain lurik tradisional.

Djoemena menyebutkan beragam nama corak

Page 10: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

lurik, yaitu klenting kuning, sodo sakler, lasem,

tuluh watu, lompong keli, kinanti, kembang

telo, kembang mindi, melati secontong, ketan

ireng, ketan salak, dom ndlesep, loro-pat,

kembang bayam, jaran dawuk, kijing miring,

kunang sekebon.

Dalam Ensiklopedi Indonesia (1997) di-

sebutkan pula beberapa motif, seperti ketan

ireng, gadung mlati, tumenggungan, dan bribil.

Dalam perkembangannya muncul motif- motif

lurik baru, di antaranya motif yuyu, sekandang,

sulur ringin, lintang kumelap, polos abang, dan

polos putih. Motif yang paling mutahir adalah

motif hujan gerimis, tenun ikat, dam mimi, dan

galer.

Dahulu macam ragam corak lurik sangat

banyak, tetapi sekarang banyak yang sudah

terlupakan. Tidak semua orang termasuk para

perajin lurik yang ada sekarang ini tahu dan

ingat motif apa saja yang pernah ada.

Perusahaan tenun lurik Kurnia misalnya, tidak

membuat motif lurik seperti yang disebutkan di

atas karena peminatnya tidak ada lagi.

Motif-motif lurik yang sekarang dibuat

perusahaan milik Dibyo Sumarto itu sekarang

lebih bervariasi, disesuaikan dengan warna-

warna yang sedang disukai atau sedang tren.

Jadi, motif atau corak lurik yang dibuat

cenderung berubah dan makin berkembang.

Beberapa motif disesuaikan dengan yang

dikehendaki pembeli.

Begitu pula dengan perusahaan tenun

lurik yang dikelola oleh Nur. Perusahaannya

bahkan tidak banyak membuat motif tenun jika

tidak ada pesanan. Beberapa kain lurik ia buat

untuk seragam sekolah dan selendang. Selain

itu pembelinya kebanyakan dari siswa sekolah

yang sedang praktik tata busana.

Namun demikian, perusahaan tenun ini

masih membuat beberapa kain lurik tradisional

yang masih dipakai sejak zaman dulu, yaitu yang

dipakai di lingkungan keratin, seperti yang

dikenakan oleh para abdi dalem dan para

prajuritnya. Motif yang dipakai para abdi dalem

kerajaan tersebut dinamakan corak telu-pat

atau tiga empat dalam bahasa Indonesia.

Pakaian dengan motif ini dinamakan baju

peranakan. Baju ini dikenakan oleh mereka

ketika sowan atau caos (menghadap raja).

Ada pula motif lurik lain yang juga

hanya digunakan oleh orang-orang tertentu

pada waktu tertentu pula, yaitu yang dikenakan

oleh abdi dalem dan para punggawa keraton.

Ketika menghadiri pisowanan (menghadap

raja), para abdi dalem memakai baju peranakan

dengan motif telu pat, sedangkan para prajurit

keraton masing-masing juga memakai motif

lurik yang telah ditentukan. Prajurit Jogokaryan

memakai motif jogokaryo, prajurit Mantrijeron

memakai motif mantrijero, begitu pula dengan

prajurit Patangpuluhan memakai motif

patangpuluh. Motif lurik untuk prajurit keraton

Page 11: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

lainnya adalah motif ketanggung, yaitu yang

dikenakan oleh prajurit Ketanggungan.

Motif-motif itu semula hanya dipakai oleh

kalangan keraton, tidak bisa dipakai umum.

Namun sebagaimana dituturkan Dibyo,

sekarang pembeli bebas memilih motif mana

yang dikehendaki. Pembeli boleh memakai kain

lurik dengan berbagai macam corak, entah itu

yang semestinya dipakai untuk sowan ataupun

yang digunakan untuk prajurit keraton.

Untuk saat ini, biasanya motif lurik yang

tidak boleh dikenakan atau dijual untuk umum

adalah yang dipakai untuk seragam sekolah

karena motif tersebut sudah merupakan

identitas atau ciri khas kalangan pendidikan. .

Lurik Masa Kini

Menurut beberapa orang, berbagai macam

motif yang dulu pernah dibuat sekarang sudah

tidak dibuat lagi karena peminatnya pun sudah

tidak ada. Banyak perajin di perusahaan tenun

tradisional yang sudah berusia lanjut, tetapi

tidak ada regenerasi perajin untuk meneruskan

keahliannya.

Saat ini orang lebih memilih pekerjaan

lain daripada menenun. Dahulu ketika seorang

perajin menenun, ketika ada waktu senggang ia

minta anaknya untuk ikut menenun. Si anak

diberi pelajaran sedikit demi sedikit, sehingga

lama kelamaan bisa meneruskan pekerjaan

orang tuanya. Tetapi saat ini hal itu sulit

dilakukan. Generasi muda tidak lagi mau

menenun karena lebih memilih pekerjaan

lainnya.

Kondisi ini mendorong mendorong

beberapa desainer membentuk kelompok Lawe,

PPPPTK Seni dan Budaya untuk

mengembangkan produk tekstil dengan bahan

dasar lurik. Kelompok ini bertujuan mengangkat

kembali lurik menjadi produk-produk modern

yang tidak hanya terbatas untuk pakaian, tetapi

juga bahan tas, dompet, dan map. Untuk

busana, desainer Ninik Darmawan telah

mengembangkan gaun panjang, kemeja pria,

rok, dan jaket. Beberapa pakaian merupakan

gabungan motif lurik dengan kain batik.

Ninik mengembangkan kain tenun lurik

itu karena kain yang bercorak garis-garis ini

memiliki nilai kesederhanaan. Kain yang terbuat

dari bahan katun tersebut sebenarnya juga

cocok dengan iklim di Indonesia meskipun

kesan lurik sebagai pakaian rakyat cukup kental.

Melalui desainnya, Ninik hendak

menyampaikan pesan bahwa motif

luriksebenarnya dapat dikembangkan dan dapat

dikenakan di berbagai tempat dan waktu.

Menurutnya, dengan sentuhan desain, kain

tersebut dapat diolah, dikembangkan, dijadikan

busana masa kini, tanpa mengubah arti atau

makna yang terkandung di dalamnya.

Produk-produk tekstil dari bahan lurik

dengan desain baru yang indah, tidak kalah

menarik apabila dibandingkan dengan busana-

busana dari bahan batik atau bahan lainnya.

Page 12: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

Apa yang dilakukan Ninik Darmawan, Lawe, dan

PPPPTK Seni dan Budaya merupakan bentuk

transformasi budaya yang mengangkat budaya

lama Indonesia menjadi suatu budaya baru

dengan tidak meninggalkan kekayaan yang

diwariskan generasi sebelumnya.

Tradisi bukanlah suatu barang yang

mati, tetapi berkembang dan menjelma menjadi

wujud baru mengikuti perubahan zaman.

Tradisi melayani kebutuhan kehidupan manusia

sehingga harus sesuai dengan jiwa zamannya.

Tradisi yang tidak berubah akan menghambat

perkembangan dan akan menjadi nilai atau

produk yang basi. Dengan demikian, seni tradisi

seperti lurik harus dapat melayani kehidupan

manusia masa kini sehingga lurik akan lebih

bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan dari

masa ke masa.

Artikel diambil dari “Lurik, Dari Masa ke

Masa”, Majalah ARTISTA No. 1 & 2 Vol. 10 Thn.

2007, dengan pengeditan seperlunya

Ditulis oleh: Feti Anggraeni, S.Ant, Instruktur,

pemerhati, dan pengkaji tekstil, Technoart Park

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

sumber: http://www.houseoflawe.com/id/jelajah/sejarah-

lurik.html

Page 13: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

HARGA KEPOKMAS BULAN DESEMBER 2011

Beras

Perkembangan harga beras khususnya Cisadane II dan IR64 selama bulan Desember 2011

terjadi kenaikan harga memasuki Minggu III sampai Minggu IV Desember 2011 dikarenakan

terjadinya hujan yang cukup besar diikuti angin puting beliung sehingga pedagang besar beras

mengalami kesulitan menggiling padi menjadi beras, persediaan/stock di tingkat pedagang

besar Jateng semakin menipis, beras yang beredar di Jateng sebagian kecil berasal dari

beberapa Kab di Jateng sedangkan sebagian besar lainnya berasal dari Jabar (Karawang,

Cirebon) dan Jatim (Bojonegoro, Magetan), permintaan konsumsi beras masyarakat masih

cukup tinggi disebabkan musim penghujan dan masuknya masa liburan sekolah.

Page 14: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR - IMPOR NON MIGAS JAWA TENGAH TAHUN 2011

Neraca perdagangan nonmigas Jawa Tengah

pada 2011 menunjukkan surplus. Peningkatan

nilai ekspor nonmigas sebesar 19,39% dari

tahun sebelumnya menunjukkan kinerja ekspor

yang lebih baik setelah pada 2010 dikejutkan

dengan lonjakan impor produk China yang

mengakibatkan neraca perdagangan nonmigas

defisit.

Amerika Serikat masih menjadi negara tujuan

ekspor utama Jateng, dengan ekspor mencapai

US$1.258,43 juta atau meningkat 13,8% dari

2010 dan share 26,26% dari total ekspor

nonmigas Jawa Tengah ke seluruh dunia.

Komoditas utama ekspor nonmigas ke negara

itu, antara lain tekstil dan produk tekstil,

perabot penerangan rumah, bulu unggas, kayu

dan barang dari kayu, ikan dan udang,

mesin/peralatan listrik, keramik, kopi, teh,

rempah-rempah, daging, ikan olahan dan

tembakau.

Ekspor Nonmigas Jateng

Pada 2011, nilai ekspor Jateng mengalami

peningkatan dengan capaian US$4.897,28 juta

US$ ke berbagai negara di seluruh dunia.

Dibandingkan dengan nilai ekspor 2010, ekspor

2011 mengalami kenaikan US$795,51 juta atau

naik 19,39% (lihat grafik pada gambar 1).

Negara tujuan utama ekspor Jateng adalah

Amerika Serikat dengan nilai ekspor ke negara

itu mencapai US$1.258,43 juta atau naik 13,8%

dibanding nilai ekspor 2010. Urutan kedua

ditempati Jepang dengan nilai ekspor

US$379,24 juta atau naik 58,64% dibanding nilai

ekspor 2010, disusul Jerman dengan nilai ekspor

US$295,38 juta naik 2,17% dibanding 2010.

Total ekspor Jateng ke sepuluh negara tujuan

utama selama 2011 mencapai US$3.083,52 juta

atau naik 20,5% dari 2010. Total ekspor dari

sepuluh negara tujuan utama pada 2011

mampu memberikan market share hingga

62,96% terhadap total ekspor Jateng (lihat tabel

1).

Tabel 1

NILAI EKSPOR NON MIGAS JAWA TENGAH MENURUT

NEGARA TUJUAN UTAMA

PERIODE : 2010 - 2011

Nilai : juta US$

No. Negara Tujuan 2010 2011 (+/-)% Share %

th. '10-"11 2011

1 Amerika 1,105.79 1,258.43 13.80 25.70

Page 15: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

Serikat

2 Jepang 239.06 379.24 58.64 7.74

3 Jerman 289.10 295.38 2.17 6.03

4 R.R.C 134.98 254.63 88.64 5.20

5 Korea Selatan 165.84 197.26 18.95 4.03

6 Negara bagian

Amerika 185.27 196.99 6.32 4.02

7 Australia 142.22 186.80 31.35 3.81

8 Malaysia 169.27 172.37 1.83 3.52

9 Belanda 127.48 142.42 11.71 2.91

10 Inggris 140.65 142.05 0.99 2.90

- Ekspor Utama 2,559.01 3,083.52 20.50 62.96

- Tujuan lain 1,542.76 1,813.77 17.57 37.04

- Total Ekspor

Jateng 4,101.77 4,897.28 19.39 100.00

Sumber : Bank Indonesia ( data diolah Dinperindag -Prov. Jateng )

1.1 Ekspor Non Migas Menurut Kelompok Komoditas

Menurut kelompok komoditas, tiga

kelompok komoditas yang mempunyai

peran tertinggi terhadap total nilai ekspor

nonmigas Jateng selama 2011 adalah tekstil

dan produk dari tekstil (US$2,301,81 juta),

kayu dan barang dari kayu (US$657,45 juta)

serta perabot, penerangan rumah

(US$575,95 juta).

Share kelompok komoditas tersebut masing-

masing 47%, 13,42% dan 11,76%, Dibanding

2010, tekstil dan produk dari tekstil mengalami

kenaikan 19,58%, kayu dan barang dari kayu

29,87% serta perabot, penerangan rumah

meskipun menduduki peringkat ketiga

kelompok komoditi tertinggi, nilai ekspornya

turun 7,3% (lihat tabel 2).

Page 16: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

Tabel 2

NILAI EKSPOR NON MIGAS JAWA TENGAH

MENURUT KOMODITI UTAMA

PERIODE : TAHUN 2010 - 2011

Nilai : Juta US$

No. Komoditi 2010 2011

(+/-)% Share %

th.' 10-

'11 2011

1 TPT 1,924.97 2,301.81 19.58 47.00

2 Kayu, Barang dari Kayu 506.24 657.45 29.87 13.42

3 Perabot, Penerangan Rumah 621.32 575.95 (7.30) 11.76

4 Mesin / Peralatan Listik 102.14 137.04 34.17 2.80

5 Bulu Unggas 87.72 121.08 38.03 2.47

6 Ikan dan Udang 102.11 120.24 17.75 2.46

7 Lemak & Minyak Hewan / Nabati 59.08 81.68 38.26 1.67

8 Karet dan Barang dari Karet 45.97 81.12 76.45 1.66

9 Berbagai Produk Kimia 66.71 81.02 21.45 1.65

10 Berbagai Makanan Olahan 58.06 64.24 10.65 1.31

11 Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 31.20 57.41 84.00 1.17

12 Plastik dan Barang dari Plastik 50.48 55.81 10.56 1.14

13 Kopi, Teh, Rempah-rempah 36.13 53.98 49.41 1.10

14 Bijih, Kerak dan Abu Logam 10.73 48.88 355.41 1.00

15 Tembakau 42.92 48.00 11.84 0.98

- Ekspor Utama 3,745.78 4,485.70 19.75 91.60

- Komoditi lain 355.99 411.59 15.62 8.40

- Total Ekspor Jateng 4,101.77 4,897.28 19.39 100.00

Sumber : Bank Indonesia ( data diolah Dinperindag Prov. Jateng )

Page 17: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

2. Impor Non Migas Jawa Tengah

Nilai impor Jateng pada 2011 meningkat 4,65% dari impor pada 2010 menjadi US$4.539,63 juta

(lihat gambar 1). Negara pemasok barang impor terbesar adalah Republik Rakyat China (RRC). Nilai

impor Jateng dari negara itu selama 2011 mencapai US$1,576,41 juta atau naik 28,62% dari tahun

sebelumnya. Di urutan kedua, terdapat Amerika Serikat dengan nilai impor mencapai US$ 425,91

juta atau naik 70,07%, disusul Australia senilai US$327,04 juta atau naik 2,97% (lihat table 3).

Tabel 3

NILAI IMPOR NON MIGAS JAWA TENGAH MENURUT NEGARA ASAL UTAMA

PERIODE : 2010 - 2011

Nilai : juta US$

No. Negara Asal 2010 2011 (+/-)% Share %

th. 10-11 2011

1 R.R.C 1,225.63 1,576.41 28.62 34.73

2 Amerika Serikat 250.43 425.91 70.07 9.38

3 Australia 317.63 327.04 2.97 7.20

4 Hongkong 206.66 218.01 5.49 4.80

5 Thailand 176.75 211.50 19.66 4.66

6 Amerika Selatan 133.80 208.38 55.74 4.59

7 Korea Selatan 183.12 197.93 8.09 4.36

8 Jepang 656.02 180.99 (72.41) 3.99

9 Taiwan 160.22 179.24 11.87 3.95

10 India 104.61 139.92 33.75 3.08

- Impor Negara Asal Utama 3,414.87 3,665.35 7.33 80.74

- negara lainnya 922.90 874.28 (5.27) 19.26

- Total Impor 4,337.77 4,539.63 4.65 100.00

Sumber : Bank Indonesia ( data diolah Dinperindag Prov. Jateng )

Page 18: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

Impor Menurut Kelompok Komoditi

Kelompok komoditas dengan nilai impor terbesar selama 2011, yakni kelompok tekstil dan produk

tekstil yang mencapai US$1.263,56 juta dengan share sebesar 27,83% dari total impor nonmigas

Jateng. Dibanding 2010, nilai impor komoditas ini naik 29,61%.

Di urutan kedua, ada komoditas mesin-mesin/pesawat mekanik dengan nilai impor US$575,27 juta

dan share 12,67% dari total impor. Dibanding 2010, nilai impor komoditas ini menurun 33,2%. Di

urutan ketiga, peranan diberikan oleh komoditas mesin/peralatan listrik sebesar 9,99% atau setara

US$453,59 juta. Nilai impor komoditas ini menurun 0,76% dibanding tahun sebelumnya (lihat tabel

4).

Tabel 4

NILAI IMPOR NON MIGAS JAWA TENGAH MENURUT KOMODITI UTAMA

PERIODE : 2010 - 2011

Nilai : juta US$

No. Komoditi 2010 2011 (+/-)% Share %

th. '10 - '11 2011

1 TPT 974.92 1,263.56 29.61 27.83

2 Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 861.15 575.27 (33.20) 12.67

3 Mesin / Peralatan Listik 457.08 453.59 (0.76) 9.99

4 Plastik dan Barang dari Plastik 227.94 321.85 41.20 7.09

5 Gandum-ganduman 149.74 218.02 45.60 4.80

6 Gula dan Kembang Gula 207.45 213.29 2.82 4.70

7 Biji-bijian berminyak 112.92 200.33 77.41 4.41

8 Susu, Mentega, Telur 99.11 128.46 29.61 2.83

9 Besi dan Baja 69.58 100.17 43.95 2.21

10 Bahan Kimia Organik 82.03 97.35 18.66 2.14

11 Kendaraan dan Bagiannya 57.64 75.08 30.25 1.65

12 Kertas / Karton 46.41 67.60 45.64 1.49

13 Benda-benda dari Besi dan Baja 175.72 59.06 (66.39) 1.30

14 Tembakau 17.43 54.30 211.50 1.20

15 Kayu, Barang dari Kayu 46.14 47.43 2.80 1.04

- Impor Komoditi Utama 3,585.29 3,875.37 8.09 85.37

- Komoditi lainnya 752.48 664.26 (11.72) 14.63

Page 19: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

- Total Impor Komoditi Jateng 4,337.77 4,539.63 4.65 100.00

Sumber : Bank Indonesia( data diolah Dinperindag Prov. Jateng )

3. Neraca Perdagangan Ekspor Impor Non Migas

Neraca perdagangan ekspor impor nonmigas Jateng pada 2011 menunjukkan surplus US$357,66

juta, dengan nilai ekspor mencapai US$4.897,28 juta dan nilai impor nonmigas US$4.539,63 juta.

Sebagaimana diketahui, pada 2010 neraca perdagangan nonmigas provinsi ini defisit US$236 juta,

dengan nilai ekspor US$4.101,77 juta dan nilai impor US$4.357,77 juta (lihat tabel 5).

Tabel 5

NERACA PERDAGANGAN NON MIGAS JAWA TENGAH

PERIODE : 2006 - 2011

Nilai : Juta US$

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011

trend % (+/-)%

th.'07-

'11

th.'10-

'11

Ekspor Non Migas 3,156.66 3,473.05 3,738.10 3,290.36 4,101.77 4,897.28 8.11 19.39

Impor Non Migas 1,660.21 2,107.56 2,707.85 2,484.13 4,337.77 4,539.63 22.21 4.65

Neraca

Perdagangan 1,496.46 1,365.48 1,030.25 806.22 (236.00) 357.66 - -

Surplus / ( Defisit )

Sumber : BI ( data diolah Dinperindag Prov. Jateng )

Page 20: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

POTENSI DAN PELUANG ETHIOPIA SEBAGAI PASAR NON TRADISIONAL

BAGI PRODUK JAWA TENGAH

Kemajuan perekonomian Ethiopia saat ini cukup

mencengangkan. Jangan bayangkan sebuah

negara yang tersungkur dengan potret

kemiskinan dimana-mana. Bahkan musisi Iwan

Fals pun mengabadikannya dalam salah satu

syair lagunya. Mungkin itu dulu tetapi begitu

banyak perubahan politik dan ekonomi terjadi

sepanjang kepemimpinan Perdana Menteri

Meles Zenawi.

Seiring demokrasi Ethiopia yang berjalan di

negara tersebut yang membawa dampak

kemajuan luar biasa sebagai negara moderen

yang sedang giat membangun. Sebagai

gambaran, Ethiopia merupakan sebuah negara

yang berada di kawasan tanduk Afrika (The

Horn of Afrika) dengan luas wilayah 1,1 juta

km2 atau dua kali pulau Kalimantan

berpenduduk 83 juta jiwa yang merupakan

penduduk terbesar di kawasan Afrika setelah

Nigeria dan Mesir.

Pertumbuhan ekonomi negara tersebut

mencapai 11 persen dalam 5 tahun terakhir.

Sejak reformasi kebijakan perdagangan dan

investasi tahun 2002, Ethiopia membuka kran

bagi kemudahan investasi ke negara tersebut,

membuka pasar bebas bagi masuknya produk

impor bahkan ketergantungan pada impor yang

sangat besar seiring pembangunan yang terus

berjalan di negara tersebut.

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh

Republik Indonesia untuk Ethiopia dan Uni

Afrika di Addis Ababa, Ramli Saud memaparkan

semua hal tentang Ethiopia dalam acara

semiloka peluang bisnis Indonesia–Ethiopia di

Hotel Ciputra Semarang akhir Februari lalu.

Acara ini dihadiri kalangan dunia usaha

khususnya IKM Jawa Tengah dan unsur

pemerintahan. Begitu besar potensi dan

peluang Ethiopia sebagai pasar non-tradisional

bagi produk ekspor Indonesia khususnya Jawa

Tengah yang selama ini telah terjalin. Hubungan

ini bisa lebih ditingkatkan lagi dengan

memperkenalkan produk-produk Jateng ke

Afrika khususnya Ethiopia dengan mengikuti

kegiatan promosi melalui Trade Fair yang ada di

Addis Ababa dan Jakarta.

Peluang bisinis yang cukup luas di Ethiopia

antara lain bagi produk minyak goreng, bahan

bangunan, obat dan alat kesehatan, alat-alat

pertanian, furnitur, jasa tenaga kerja untuk

sector konstruksi, jalan raya, perumahan

(mempersyaratkan joint venture dengan

pengusaha Ethiopia). Upaya dan semangat

Dubes Ramli Saud untuk membantu pengusaha

dan IKM Jateng ini dilandasi dengan keyakinan

setelah melihat potensi dan sumber daya

manusia yang melimpah yang dapat diekspor ke

Ethiopia.

Page 21: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

Dia juga berjanji akan membantu dan

menfasilitasi pengusaha dan IKM yang serius

untuk melakukan kegiatan bisnis baik investasi

maupun perdagangan ke Ethiopia maupun Uni

Afrika. Perlu diketahui ekspor non-migas Jawa

Tengah ke Afrika tahun 2011 sebesar 114,41

juta USD naik 34,74 persen dari tahun 2010

(84,91 juta USD) sedangkan impornya tahun

2011 sebesar 94,00 juta USD turun 5,60 persen

dari tahun 2010 (99,58 juta USD). Sedangkan

ekspor non-migas Jawa Tengah ke Ethiopia

tahun 2011 sebesar 5.496,27 ribu USD turun

4,35 persen dari ekspor tahun 2010 (5.746,49

ribu USD).

Komoditi ekspor Jateng ke Ethiopia antara lain

serat stafel buatan, kapas, filamen buatan, lak

getah dan dammar, perabot penerangan

rumah, sabun dan preparat pembersih serta

alas kaki dan impornya sebesar 1.226,62 ribu

USD naik 260,33 persen dari impor tahun 2010

(sebesar 340,42 ribu USD). Sedangkan komoditi

impor dari Ethiopia antara lain jangat dan kulit

mentah, biji-bijian berminyak dan kapas.

Berikut tips dari Dubes Ramli Saud bagi mereka

yang ingin berbisnis di Ethiopia, diantaranya :

• Ubah mind-set lama tentang Ethiopia dan

Afrika. Kini Ethiopia sudah menjadi negara

modern yang sedang giat membangun

• Manfaatkan peluang bisnis di Ethiopia

karena pasarnya tidak hanya Ethiopia tapi juga

negara- negara sekitarnya

• Hubungi KBRI Addis Ababa bilamana akan

melakukan bisnis dengan Ethiopia maupun Uni

Afrika

• Ikuti kegiatan promosi melalui Trade Fair

yang ada di Addis Ababa dan Jakarta

• KBRI Addis Ababa siap membantu

penyebaran informasi tentang produk usaha

Indonesia yang diminati di Ethiopia dan Uni

Afrika

• Memahami karakter atau perilaku

konsumen), metode kontrak, dan sistem

pembayaran di Ethiopia maupun Uni Afrika..

Page 22: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

COKROKEMBANG, PASAR PERCONTOHAN DALAM BINGKAI TRADISIONAL

Apa yang tinggal dalam benak kita saat

mengunjungi pasar-pasar tradisional di berbagai

daerah di Indonesia? Sebagian besar

pemandangan kumuh, kotor dengan aliran

penataan pedagang yang semrawut hampir

pasti kita dapati saat berbelanja di sana. Tak

bisa dimungkiri, proses transaksi jual beli di

pasar tradisional menjadi sebuah pemandangan

yang khas. Sebuah hal yang barangkali sulit

ditemui ketika kita mencari barang kebutuhan

di supermarket atau hipermarket.

Keberadaan pasar tradisional ini lama

kelamaan juga mulai tergeser oleh maraknya

pembangunan minimarket (waralaba/non-

waralaba) yang hampir ada di setiap sudut kota

bahkan menyisir perumahan atau

perkampungan di wilayah pinggiran. Tapi tentu

saja pemerintah menilai keberadaan pasar

tradisional patut untuk tetap dipertahankan.

Paling tidak dengan kucuran dana untuk

mewujudkan pasar percontohan nasional di

berbagai daerah se-Indonesia ini menjadi bukti

kepedulian dari pemerintah. Inilah jawaban bagi

masyarakat kecil yang semakin terdesak oleh

konglomerat berkantong tebal dalam

mendirikan pertokoan retail di setiap tempat-

tempat strategis

Tidak hanya menjadi pusat

perdagangan, Pasar Cokrokembang juga

didorong untuk bisa menjadi pasar wisata bagi

masyarakat di Jawa Tengah. Ini karena

Cokrokembang terletak di dekat wisata umbul

Ingas.,sehingga keberadaannya bisa

disinergikan dengan obyek wisata tersebut.

Cokrokembang direvitalisasi sejak Juni 2011

dan menghabiskan biaya Rp 8,4 miliar. Pasar

yang dibangun di atas lahan seluas 8.928 m2 ini

mampu menampung 542 pedagang dengan

fasilitas berupa los, kantor pengelola, mushola,

toilet, pos jaga, water treatment serta area

parkir yang memadai. Diresmikan pada 20

Januari 2012 oleh Menteri Perdagangan Gita

Wirjawan, pasar yang nyaman ini diharapkan

juga mampu meningkatkan omzet pedagang

seiring perubahannya menjadi pasar harian.

Semula pasar tradisional yang berdiri

sejak 1960 hanya buka setiap pasaran Legi dan

Pon dengan omzet Rp.150 juta hingga 200 juta

per hari pasaran. Dengan banyak fasilitas ini,

para pedagang tentu bisa menaikkan

omzetnya dua atau tiga kali lipat. Pemerintah

Provinsi Jateng berupaya agar pengelola pasar,

pedagang dan pemerintah daerah setempat

bisa bersinergi agar kegiatan ekonomi terus

berlangsung hingga 24 jam, sehingga mampu

menaikan transaksi. Dengan perekonomian

yang sedang tumbuh, lokasi pasar ini juga bisa

diarahkan sebagai tempat pemasaran produk

bagi masyarakat kecamatan Tulung dan

sekitarnya. Tulung merupakan daerah yang

sedang perekonomiannya banyak ditopang dari

sentra lumbung padi.

Kendati demikian, ada banyak harapan

dari masyarakat salah satunya adalah

tersedianya angkutan umum sehingga

mempermudah masyarakat Klaten menuju

Pasar Cokrokembang. Apalagi dengan

kedekatannya di salah satu obyek wisata Umbul

Ingas, paling tidak ada fasilitasi bukan sekadar

angkutan tetapi bagaimana Dinas Pariwisata

berupaya melakukan terobosan agar wisatawan

bisa mampir ke pasar Cokrokembang yang juga

digadang-gadang sebagai pasar wisata. Berbagai

acara bisa digelar mulai dari festival kuliner,

lomba burung berkicau, atau pameran produk

industry kecil dan menengah misalnya, akan

menjadikan pasar percontohan dalam bingkai

tradisional ini akan menjadi lebih hidup.

Page 23: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

BATIK SEMARANG YANG MULAI POPULER

Pada awal abad ke 20, ada perusahaan

batik Batikkerij Tan Kong Tien yang cukup

ternama. Kemudian pada 1980-an, muncul

perusahaan batik Sri Retno yang memegang

peran penting bagi industri batik di Kota

Semarang.

Namun, keduanya tak bisa bertahan

melawan arus zaman.

Batik Semarang seakan

lenyap karena terdesak

batik cetak (printing).

Corak dan motif

yang terdapat pada batik

Semarang cukup unik dan

tidak kalah dengan batik-

batik yang sudah popular

selama ini. Selain itu,

warna yang tersemburat

dari batik Semarang juga

lebih monokromatik

sehingga tampil sangat

menawan setelah diolah.

Umumnya orang Semarang tempo

doeloe membatik dengan motif naturalis,

seperti ikan, kupu-kupu, bunga, pohon, bukit,

dan rumah. Ini berbeda dengan batik-batik dari

daerah Surakarta dan Yogyakarta yang

cenderung simbolis.

Motif naturalis menjadi ciri khas batik yang

diproduksi oleh masyarakat pesisir Utara Jawa.

Ciri itu dapat dimaknai sebagai karakter

masyarakat yang lebih terbuka dan ekspresionis

dibandingkan masyarakat Surakarta dan

Yogyakarta yang dilingkupi sIstem simbol,

norma, dan aturan, di bawah kekuasaan raja.

Pada umumnya batik

Semarang berwarna

oranye kemerah-

merahan karena

mendapat pengaruh dari

China yang banyak

menampilkan motif fauna

daripada flora, misalnya

kupu-kupu, merak, dan

cendrawasih.

Adapun motif

Semarang yang

menonjolkan ikon Kota

Semarang banyak

menggunakan motif Tugu Muda, Lawang Sewu,

Gereja Blenduk, burung kuntul, bukit dan laut.

Hal ini disikapi benar oleh Umi S. Adi

Susilo yang mendirikan Batik Semarang 16 pada

2005. Inspirasi nama sanggar berasal dari

tempat produksi dan 16 berasal dari surat ke 16

dalam Al-Qur’an, yaitu surat An-Nahl yang

berarti lebah madu, yang pada saat itu menjadi

salah satu inspirasi motif batik.

Page 24: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

Semua berasal dari kecintaannya

terhadap batik dan semangat tingginya untuk

melestarikan karya adiluhung bangsa ini. Dia

sempat belajar membatik kepada beberapa

pakar batik. Saat ini dia juga menjadi instruktur

pada pelatihan batik di sekolah-sekolah, mulai

SD, SMA, hingga kalangan umum.

Demi mewujudkan cita-citanya pula, dia

mendirikan sebuah tempat kursus batik

bernama Semar 16 Batik Course dan Umizie

Batik Course.

Selama masa itu Umi sudah aktif

membuat batik dengan pewarna alami, seperti

jalawe, tingi, tegeran, nila, dan kapur.

Pemasaran Batik Semarang 16 masih di

sekitar Kota Semarang. Saat ini dia menjalin

kerja sama dengan Club Merby, Puri Fashion,

Puri Batik, Hotel Dafam, dan Sambara Resto.

Walaupun pemasarannya masih di Kota

Semarang, banyak pula pejabat dari daerah lain

yang sering mampir di workshop milik Umi,

yang terletak di Dusun Sumberejo, Kelurahan

Meteseh, Kecamatan Tembalang. Mereka yang

berkunjung, antara lain berasal dari Bengkulu,

Sulawesi, juga turis dari Jerman, London,

Australia dan Jepang yang senang dengan motif

batik semarangan. Kebanyakan dari mereka

menyukai motif asem, wewe gombel, Lawang

Sewu, dan Tugu muda.

Kapasitas produksi Batik Semarang 16

mencapai 1.000 lembar per bulan untuk batik

cap dan 25 lembar per bulan untuk batik tulis.

Dengan jumlah karyawan sebanyak 50 orang,

Uni berhasil meraup omzet rata-rata Rp 65 juta

per bulan.

Umi ingin terus mengembangkan

usahanya dengan mengekspor batiknya ke luar

negeri. Sejauh ini, Umi bekerjasama dengan

rekannya di Australia dan anak keduanya yang

saat ini menimba ilmu di Amerika Serikat.

Page 25: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

PIKK LOPAIT TUNTANG

HIDUP SEGAN , MATI TAK MAU

(PERLU TEROBOSAN ALIH KONSEP PENGELOLAAN)

Pusat Industri Kecil Kerajinan (PIKK)

“Lopait” Tuntan di Kabupaten Semarang

menjadi salah satu asset Pemerintah yang

dikelola oleh Dinas Perindustrian dan

Perdagangan (Dinperindag) Jateng. Seperti

tertulis di judul ini, kondisi PIKK Lopait yang

telah berumur kurang lebih 11 tahun masih

sangat stagnan dan belum dapat berkembang

secara maksimal. Meski berbagai inovasi

kegiatan yang diadakan di PIKK Lopait telah

digelar namun keberadaannya sampai sekarang

belum memiliki nilai jual yang cukup berarti

untuk meningkatkan pendapatan asli daerah

(PAD) Jateng.

Keberadaan kios-kios di PIKK Lopait

sebenarnya cukup baik sebagai salah satu

tujuan konsumen untuk membeli aneka batik

dan kerajinan dari Jateng. Diversifikasi dan

penataan barang maupun kios telah dilakukan

termasuk inovasi ‘’Resto Tahu’’. Ide ini

merupakan salah satu terobosan untuk

mengenalkan resto yang berorientasi pada

aspek kesehatan, dikarenakan produk tahu yang

dibuat dari bahan baku kedele merupakan

sumber protein dan sangat baik untuk

kesehatan.

Kondisi PIKK pada akhir penghujung

tahun 2011 lalu, masih berada pada posisi yang

sama dengan tahun 2010. Belum ada

pemasukan yang cukup berarti untuk

penambahan PAD, bahkan cenderung

mengalami penurunan minat konsumen untuk

berkunjung dan memanfaatkan fasilitas yang

ada di dalamnya. Beberapa permasalahan

kurang berkembangnya PIKK Lopait hendaknya

menjadi pemikiran kita bersama. Selama ini,

pengelolaan PIKK Lopait memang belum

profesional. Tenaga kerja yang berada di PIKK

Lopait memang direkrut hanya sebagai tenaga

kesekretariatan baik untuk administrasi,

keamanan dan kebersihan. Pengelolaan yang

Page 26: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

belum profesional inilah yang menjadikan salah

satu hal penting yang harus segera dibenahi.

Rekrutmen manajer PIKK Lopait sudah

sangat diperlukan, untuk menghindari

keterpurukan PIKK lebih lanjut. Bahkan

diharapkan, PIKK Lopait bisa menjadi salah satu

bagian UPTD Dinperindag yang mempunyai

kewenangan pengelolaan dan pelaksanaan

kegiatan tersendiri sehingga segala kegiatan

yang berlangsung dapat dimonitor oleh

pengelola UPTD yang berdomisili di PIKK Lopait

setiap waktu dan setiap saat. Tentunya hal ini

akan sangat berbeda jika selama ini yang terjadi

pada PIKK Lopait hanya diawasi dan dikelola

oleh aparat yang berdomisili di Kota Semarang.

Mapping pengembangan PIKK Lopait

juga pernah dilakukan, yaitu dengan rencana

renovasi maupun penambahan fasilitas di PIKK,

termasuk rencana perluasan area yang

dilengkapi dengan sarana prasarana untuk

wisata dan rest area. Mapping ini sebenarnya

bisa menjadi salah satu upaya untuk

menawarkan pengelolaan PIKK pada calon

investor.

Alih Konsep Pengelolaan

Menemukan investor yang berminta

mengelola PIKK ini bukanlah hal yang mudah,

kendati demikian hendaknya penawaran ini

dapat dilakukan secara terbuka lewat

mekanisme aturan kerjasama sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Memperhatikan kondisi PIKK Lopait yang

berada pada jalur cepat Semarang-Solo dan

bahkan apabila jalur tol Semarang-Solo sudah

berfungsi, kemungkinan besar PIKK Lopait tidak

dapat berkembang dengan konsep ruang publik

untuk pemasaran produk-produk industri kecil

dan kerajinan. Hal ini mengingat jalur Tuntang

ini tidak akan dilalui oleh mobil-mobil pribadi

yang memiliki kecenderungan untuk

beristirahat sekaligus berbelanja di PIKK Lopait.

Oleh karena itu diperlukan masukan

dan dukungan berbagai pihak untuk menyusun

lebih lanjut rencana pengembangan PIKK Lopait

dengan perubahan konsep “alih usaha pasar“

menjadi konsep lain yang tentunya tidak

bersinggungan dengan konsumen yang akan

berbelanja. Perubahan konsep tersebut

tentunya dibarengi dengan konsekuensi untuk

penataan ruang dan sarana prasarana yang

sudah ada di PIKK Lopait sampai saat ini.

Mampukah PIKK Lopait beralih konsep

pengelolaan? Jenis usaha apa yang layak

dikembangkan di PIKK Lopait selanjutnya? Inilah

PR kita saat ini. Sebagai aparat Dinperindag

Provinsi Jateng, hendaknya tidak boleh

berpangku tangan dengan kondisi PIKK Lopait

ini. Kita juga jangan mencemooh PIKK Lopait

yang sampai saat ini belum dapat berkembang

dengan maksimal, namun mendorong

munculnya ide-ide cemerlang dari segenap staf

di Dinperindag Provinsi Jateng untuk mampu

Page 27: Berkembangnya Industri Fashion di Jawa Tengah

EDISI JANUARI 2012

Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Provinsi Jawa Tengah

Jl.Pahlawan No.4 Semarang, Jawa Tengah.

Indonesia

Phone ( 024 ) 8419826 / 8417601

Fax ( 024 ) 8311710.

[email protected]

”One Team, One Spirit, One Goal”

Find Us on Web:

http://dinperindag.jatengprov.go.id

menjawab tantangan guna mengoptimalkan

asset PIKK Lopait.

Penulis yakin, apabila segenap

pimpinan dan staf di Dinperindag Jateng

bekerjasama membangun ide untuk

berkembangnya PIKK Lopait, tempat ini akan

menjadi salah satu asset andalan pemerintah

Jateng. Namun demikian, sampai saat ini

memang belum terlihat adanya kebersamaan

dalam mengoptimalkan keberadaan PIKK

Lopait, bahkan ada kecenderungan upaya

menghindari dan keengganan segenap

pimpinan maupun staf untuk mencarikan solusi

segala permasalahan PIKK Lopait. Semoga

tahun 2012 ini, muncul pencerahan di PIKK

Lopait untuk berkembang lebih baik daripada

tahun yang sebelumnya. (*)