kajian kelembagaan formal dan informal dalam...

62
LAPORAN AKHIR KEGIATAN KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN INOVASI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN DI PROVINSI NAD PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN Oleh : Abdul Azis, S.Pi Nazariah, SP. M.Si Ir. Basri A. Bakar, M.Si BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NAD BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Jl. Panglima Nyak Makam No. 27 Banda Aceh Kode Pos (23125), Telp. (0651)7551811, Fax. (0651)7552077, Email: [email protected] 2011

Upload: doanhanh

Post on 22-Feb-2018

234 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

LAPORAN AKHIR KEGIATAN

KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN INOVASI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI

UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN DI PROVINSI NAD

PROGRAM INSENTIF RISET TERAPANPROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN

Oleh :

Abdul Azis, S.Pi Nazariah, SP. M.Si

Ir. Basri A. Bakar, M.Si

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NAD

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Jl. Panglima Nyak Makam No. 27 Banda Aceh Kode Pos (23125), Telp. (0651)7551811, Fax. (0651)7552077,

Email: [email protected]

2011

Page 2: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

1  

 

RINGKASAN

Abdul Azis,. dkk. Kajian Kelembagaan Formal dan Informal dalam Pengembangan Inovasi Spesifik Lokasi untuk Mendukung Pembangunan di Provinsi NAD. Kajian ini dilaksanakan bulan Maret – Nopember 2011 di Kabupaten Pidie, Pidie Jaya dan Bireuen. Tujuannya yaitu untuk: 1). Mengidentifikasi dan menganalisis potensi kelembagaan informal dalam pengembangan inovasi pertanian di daerah, 2). Menganalisis kinerja lembaga formal dan informal yang mengembangkan inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Menganalisis sinkronisasi peran lembaga formal secara vertikal dan horizontal dalam pengembangan inovasi pertanian. Data dianalisis dengan kualitatif dengan penjelasan secara deskriptif. Sedangkan keluaran yang diharapkan adalah : 1). Data dan informasi potensi kelembagaan informal dalam pengembangan inovasi pertanian di daerah, 2). Kinerja lembaga formal dan informal yang mengembangkan inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi peran lembaga formal secara vertikal dan horizontal dalam pengembangan inovasi pertanian. Pengambilan lokasi sampling dan sample penelitian dilakukan secara purposive sampling (secara sengaja). Masing-masing kabupaten dipilih 3 kecamatan, setiap kecamatan dipilih 3 desa, dan masing-masing desa terdiri 20 orang sampel. Sehingga total responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 540 orang. Peran kelembagaan formal di Kabupaten Pidie Jaya mendapat dukungan dari Bupati setempat dan lebih dominan dalam mendiseminasikan inovasi teknologi spesifik lokasi melalui jaringan BPTP, BAPELUH, BPP dan Kelompok tani.

Kata Kunci : kelembagaan formal, informal, inovasi, spesifik lokasi, umpan balik.

Page 3: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

2  

 

KATA PENGANTAR

Laporan ini disusun berdasarkan hasil pelaksanaan survey lokasi di tiga

kabupaten; Pidie, Pidie Jaya dan Kabupaten Bireuen mulai Maret – Oktober 2011.

Kajian Kelembagaan Formal dan Informal dalam Pengembangan Inovasi Spesifik Lokasi

untuk Mendukung Pembangunan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan

Program Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa (PIPKPP) tahun

2011.

Laporan ini dapat diselesaikan atas dukungan berbagai pihak dan kerjasama

anggota tim sebagai bentuk pertanggungjawaban dukungan dana dari Kementerian

Riset dan Teknologi RI.

Penyusunan laporan ini dirasakan masih jauh dari kesempurnaan, sehingga

perlu kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan dalam penulisan.

Ucapan terimakasih kepada Bapak Kepala BPTP NAD dan anggota tim yang

telah membantu dalam penyusunan laporan ini, sehingga diharapkan dapat bermanfaat

bagi yang membutuhkannya. Semoga...!!!

Banda Aceh, 29 Oktober 2011

Penanggungjawab Kegiatan,

Abdul Azis, S.Pi NIP. 19661231 199302 1 001

Page 4: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

3  

 

DAFTAR ISI

                  Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. i RINGKASAN .................................................................................. ii KATA PENGANTAR ........................................................................ iii DAFTAR ISI ................................................................................... iv DAFTAR TABEL .............................................................................. v DAFTAR GAMBAR .......................................................................... vi I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah .............................................................. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5 2.1. Kelembagaan Formal ............................................................ 6 2.2. Kelembagaan Informal ......................................................... 6 2.3. Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi ............................................ 8 2.4. Pembangunan Daerah ........................................................... 9 III. TUJUAN DAN MANFAAT ......................................................... 11 3.1. Tujuan ................................................................................. 11 3.2. Keluaran ............................................................................. 11 3.3. Manfaat ............................................................................... 11 IV. METODOLOGI ......................................................................... 12 4.1. Kerangka Pemikiran .............................................................. 12 4.2. Lokasi dan Waktu ................................................................ 13 4.3. Populasi Sampel ................................................................... 13 4.4. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 14 4.5. Analisis Data ....................................................................... 15 4.6. Rancangan (Design) Riset ..................................................... 15 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 17

5.1. Kegiatan koordinasi, survey dan penetapan lokasi ..................... 17 5.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 19

5.3. Karakteristik Umum Organisasi ................................................ 31 5.4. Proses dan Motivasi terbentuknya Organisasi ............................ 33 5.5. Aspek Kinerja Organisasi ......................................................... 37 5.6. Aspek Keuangan dan Permodalan ............................................ 42 5.7. Kapasitas dan Kemampuan Organisasi ..................................... 44 5.8. Pengembangan Inovasi di Tingkat Pengguna ............................ 47

Page 5: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

4  

 

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberadaan Badan Litbang Pertanian selama 30 tahun telah cukup ditunjukkan

dengan keberhasilan dalam pengadaan inovasi pertanian. Inovasi teknologi,

kelembagaan, dan kebijakan telah digunakan secara luas dan terbukti menjadi pemicu

utama pertumbuhan dan perkembangan usaha dan sistem agribisnis. Salah satu bukti

empiris ialah Revolusi Hijau pada agribisnis padi dan jagung berupa penemuan varietas

unggul baru pendek, dan perkembangan perkebunan sawit yang cukup pesat atas

dukungan teknologi perbenihan/ pembibitan. Namun berdasarkan evaluasi eksternal

maupun internal, seiring dengan perkembangan waktu, kecepatan dan tingkat

pemanfaatan inovasi yang dihasilkan cenderung melambat, bahkan menurun (Musyafak

dan Tatang 2006).

Peran utama Badan Litbang Pertanian dalam sistem inovasi pertanian nasional

adalah: (1) menemukan atau menciptakan inovasi pertanian maju dan strategis, (2)

mengadaptasikan inovasi pertanian menjadi tepat guna spesifik pemakai dan lokasi,

dan (3) menginformasikan dan menyediakan materi dasar inovasi/teknologi. Namun

kegiatan penyuluhan, advokasi, dan fasilitasi agar inovasi tersebut diadopsi secara luas

tidak termasuk dalam tugas pokok Badan Litbang Pertanian (Simatupang 2004).

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nanggroe Aceh Darussalam (BPTP NAD)

yang diresmikan pada tahun 2001 merupakan perpanjangan tangan Badan Litbang

Pertanian di tingkat Provinsi yang mengemban tugas utama untuk mengembangkan

teknologi tepat guna yang sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing dan

kemudian menyebarkan teknologi spesifik lokasi kepada pengguna.

BPTP NAD telah menghasilkan sejumlah inovasi teknologi spesifik lokasi yang

telah didiseminasikan dengan berbagai metode komunikasi, dan juga melalui jaringan

BPTP, BAPELUH, BPP dan Kelompok tani.

Kelembagaan formal ditekankan pada kelembagaan pembentukan pemerintah

dengan pola top-down dan dibakukan secara nasional.

Page 6: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

5  

 

Menurut Suradisastra (2006) pola komunikasi dan alih teknologi pada lembaga

formal lebih banyak dilakukan satu arah dari atas ke bawah (top down atau vertical

unilateral) dan sangat instruktif.

Kelembagaan formal adalah kelembagaan resmi yang sengaja dibentuk

pemerintah untuk mendukung program tertentu, didukung dengan surat keputusan

institusi.

Menurut Pakpahan, 1989 menyatakan bahwa Non formal adalah kelembagaan

yang tumbuh di masyarakat secara alamiah. Tumbuhnya kelembagaan di masyarakat

bisa muncul karena adanya persoalan yang tidak bisa diatasi secara individual,

sehingga muncul kesepakatan untuk menumbuhkan kelembagaan.

Kelembagaan yang tumbuh dari masyarakat cenderung menjadi lembaga

informal dan ia akan bertahan hidup bila eksistensinya dirasakan oleh masyarakat

mampu berperan dalam memecahkan permasalahan yang ada di lingkungannya yang

spesifik.

Di sisi lain, bentuk dan nilai kelembagaan juga dapat berubah, manakala ada

campur tangan dari pihak luar, seperti pemerintah atau organisasi lain, melalui aturan-

aturan atau perundang-undangan dan sebagainya. Hanya saja, perubahan

kelembagaan tersebut cenderung menjadi lembaga formal ( Gunawan et al. 1989

dalam Agus et al., 1996).

Terkait dengan usaha pertanian, Koestiono dan Purnomo (2008)

mengemukakan bahwa kelembagaan adalah pembangunan komplek nilai dan struktur

yang dikembangkan untuk meningkatkan kinerja usaha-usaha pertanian. Proses

pengembangan kelembagaan pada dasarnya merupakan bagian dari usaha-usaha

pendidikan kemasyarakan dan merupakan proses belajar bersama (Ponniah, 2008).

Pengembangan Teknologi merupakan rangkaian kegiatan lanjutan dari tahap

pengkajian, dilakukan pada skala usaha agribisnis melalui pengujian terhadap aspek

sosial, ekonomi, budaya dan kelembagaan setempat, yang menghasilkan model-model

pengembangan dan paket teknologi.

Jalur diseminasi teknologi secara formal adalah melalui instansi dan petugas

resmi pemerintah, baik melalui peneliti/pengkaji, penyuluh pertanian, maupun pejabat

Dinas Pertanian/Kementerian Pertanian (Sumarno, 2008; Bachrein dan Gozali, 2006).

Page 7: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

6  

 

Sebaliknya kelembagaan informal adalah kelembagaan petani swadaya,

lembaga adat dan kelembagaan swasta yang melakukan kegiatan pengembangan

inovasi teknologi pertanian.

1.2. Perumusan Masalah

Meskipun banyak lembaga yang terlibat dalam jaringan penyampaian inovasi

teknologi pertanian maupun teknologi eksisting lainnya seperti yang disebutkan di atas,

akan tetapi sampai sekarang belum diketahui lembaga mana yang berperan aktif dalam

penyebarluasan inovasi teknologi tersebut. Disamping itu, sampai sekarang belum

didapatkan umpan balik yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki inovasi teknologi

yang sudah ada.

Peran lembaga dalam penyebarluasan inovasi teknologi pertanian kepada

pengguna serta untuk menjaring umpan balik sangat besar. Lembaga-lembaga tersebut

baik lembaga formal seperti Dinas/Instansi terkait mulai dari Dinas Pertanian sampai ke

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang ada dikecamatan diketahui telah berperan aktif

dalam mendiseminasikan inovasi teknologi pertanian. Selain itu di Provinsi NAD,

kelembagaan non formal seperti ”kejuruan blang” dan lembaga adat lainnya ikut

berperan dalam menyebarluaskan inovasi teknologi pertanian baik teknologi indigenous

maupun inovasi teknologi lainnya yang sudah berkembang.

Lembaga-lembaga tersebut melakukan penyampaian inovasi teknologi dengan

berbagai metoda, seperti; komunikasi tatap muka, peragaan teknologi maupun

pengembangan informasi pertanian. Hal ini dilakukan dalam upaya mendukung

pencapaian sasaran penciptaan lapangan kerja terutama di perdesaan dan mendukung

pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu perlu dikaji lembaga formal dan

informal mana saja yang berperan dalam penyampaian inovasi teknologi tersebut dan

bagaimana sistem model kelembagaan penyampaian inovasi pertanian eksisting dan

umpan baliknya yang efektif dipergunakan.

Meskipun banyak lembaga yang terlibat dalam jaringan penyampaian inovasi

teknologi pertanian maupun teknologi eksisting lainnya seperti yang disebutkan di atas,

akan tetapi sampai sekarang belum diketahui lembaga mana yang berperan aktif dalam

penyebarluasan inovasi teknologi tersebut. Disamping itu, sampai sekarang belum

Page 8: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

7  

 

didapatkan umpan balik yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki inovasi teknologi

yang sudah ada.

Peran lembaga dalam penyebarluasan inovasi teknologi pertanian kepada

pengguna serta untuk menjaring umpan balik sangat besar. Lembaga-lembaga tersebut

baik lembaga formal seperti Dinas/Instansi terkait mulai dari Dinas Pertanian sampai ke

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang ada dikecamatan diketahui telah berperan aktif

dalam mendiseminasikan inovasi teknologi pertanian. Selain itu di Provinsi NAD,

kelembagaan non formal seperti ”kejuruan blang” dan lembaga adat lainnya ikut

berperan dalam menyebarluaskan inovasi teknologi pertanian baik teknologi indigenous

maupun inovasi teknologi lainnya yang sudah berkembang.

Keberadaan kelembagaan informal dalam proses pengembangan inovasi

pertanian di daerah baik jumlah maupun bentuknya, data dan informasinya belum

dimiliki BPTP.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Potensi kelembagaan informal dalam pengembangan inovasi pertanian di

daerah belum dimanfaatkan secara optimal

2. Kinerja kelembagaan formal dan informal dalam pengembangan inovasi

pertanian belum optimal sehingga perlu melakukan identifikasi dan analisis

tiga pilar kelembagaan yaitu (i) sisi regulasi, (ii) sisi normative dan (iii) sisi

kultural - kognitif,

3. Belum sinkronnya hubungan vertikal dan horizontal antar kelembagaan

formal dalam pengembangan inovasi pertanian

Page 9: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

8  

 

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam memenuhi atau mencapai tujuan masyarakat dalam kehidupan akan

dilayani oleh organisasi-organisasi baik yang bersifat formal maupun informal.

Organisasi formal adalah kelompok para individu yang nyata (bukan sistem norma dan

nilai) yang mengkordinir usaha-usaha mereka guna mencapai tujuan tertentu yang

telah di tentukan secara khusus (Cohen, 1992, 388). Umumnya organisasi formal

adalah organisasi yang besar dan mempunyai pedoman dan aturan-aturan tertentu

seperti hukum, undang-undang, dan memiliki hirarki kewenangan (otoritas) dan

tanggung jawab yang dibatasi secara jelas guna mengkordinir kegiatan-kegiatan untuk

mencapai tujuan-tujuannya. Lembaga atau organisasi formal adalah organisasi yang

berstruktur tegas, para anggota harus mematuhi peraturan yang berlaku dan peraturan

dilaksanakan oleh hirarki kecil para pejabat. Kegiatan organisasi formal diatur dalam

suatu aturan dan regulasi yang jelas.

Organisasi informal umumnya lebih kecil dan tidak tergantung pada perangkat

peraturan dan prosedur tetap dalam menjalankan urusannya. Struktur organisasinya

bersifat longgar dimana lebih banyak otonomi bagi anggotanya dan pelibatan anggota

dalam proses pembuatan keputusan. Dalam organisasi informal dapat terjadi

penyimpangan untuk mengadakan penyesuaian dengan kebutuhan pekerjaan (Cohen,

1992, 392). Mereka tidak terikat dengan aturan atau peraturan yang tetap dalam

menjalankan urusan-urusannya.

Suatu birokrasi yang tidak dapat memenuhi atau melayani kepentingan

masyarakat, sehingga akan muncul suatu informalitas didalamnya. Di dalam organisasi

formal juga terjadi hubungan-hubungan pribadi. Hal ini akan menimbulkan struktur

informal yang dapat menyelesaikan persoalan yang tidak tercakup dalam peraturan-

peraturan formal. Struktur informal dapat menyesuaikan diri dengan kondisi atau

kebutuhan yang ada.

Fokus utama aspek keorganisasian adalah struktur, karena menyediakan

kejelasan tentang bagian-bagian pekerjaan dalam aktifitas kelembagan, bagaimana

kaitan antar fungsi-fungsi yang berbeda, penjenjangan antar bagian, konfigurasi

otoritas, kesalinghubungan antar otoritas, serta berhubungan dengan lingkungan

Page 10: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

9  

 

sekitar. Struktur tidak hanya menjadi pedoman seluruh anggota untuk bertindak (fungsi

internal), namun juga menjelaskan siapa atau bagaimana yang harus

bertanggungjawab untuk berhadapan dengan pihak luar (fungsi eksternal).

2.1. Kelembagaan Formal

Dalam kamus (Wikipedia, 2011), kelembagaan formal memiliki suatu struktur

yang terumuskan dengan baik, yang menerangkan hubungan-hubungan otoritasnya,

kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawabnya. Struktur yang ada juga

menerangkan bagaimana bentuk saluran-saluran melalui apa komunikasi berlangsung.

Kemudian menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya.

Hierarki sasaran kelembagaan formal dinyatakan secara eksplisit. Status, prestise,

imbalan, pangkat dan jabatan, serta prasyarat lainnya terurutkan dengan baik dan

terkendali. Selain itu kelembagaan formal tahan lama dan beraturan, serta relatif tidak

fleksibel. Contoh kelembagaan formal ádalah badan-badan pemerintah, dan

universitas-universitas.

2.2. Kelembagaan Informal

Menurut North 1990 dalam Hidayat 2007, kelembagaan informal adalah

kelembagaan yang keberadaannya di masyarakat umumnya tidak tertulis, contohnya:

adat istiadat, tradisi, pamali, kesepakatan, konvensi dan sejenisnya degan beragam

nama dan sebutan dikelompokkan sebagai kelembagaan informal. Kelembagaan

informal yang terdapat dalam masyarakat berawal dari kebutuhan setiap individu yang

mulai diatur dalam suatu norma kemasyarakatan. Norma-norma tersebut dianggap

penting dalam hidup kemasyarakatan. Keberadaan kelembagaan informal memiliki

fungsi, sebagai berikut: (a) memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang

sikap dalam menghadapi masalah di masyarakat, (b)menjaga keutuhan dari

masyarakat yang bersangkutan, (c) memberikan pegangan kepada anggota

masyarakat untuk mengadakan pengawasan terhadap tingkah laku para anggotanya.

Hal ini menjelaskan bahwa kelembagaan informal mengatur hubungan antara individu

dalam bermasyarakat dan terdapat dalam masyarakat sederhana maupun masyarakat

modern (Wikipedia 2011).

Page 11: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

10  

 

Kelembagaan informal dapat dialihkan menjadi kelembagaan formal apabila

hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan.

Kelembagaan informal dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun

yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat

dalam pembangunan bangsa dan negara. Keberadaan lembaga informal tidak lepas

dari adanya nilai dan norma dalam masyarakat. Di mana nilai merupakan sesuatu yang

baik, dicita- citakan, dan dianggap penting oleh masyarakat. Oleh karenanya, untuk

mewujudkan nilai sosial, masyarakat menciptakan aturan-aturan yang tegas yang

disebut norma sosial. Nilai dan norma inilah yang membatasi setiap perilaku manusia

dalam kehidupan bersama. Sekumpulan norma akan membentuk suatu sistem norma.

Pada awalnya kelembagaan informal terbentuk dari norma-norma yang dianggap

penting dalam hidup kermasyarakatan. Terbentuknya lembaga informal berawal dari

individu yang saling membutuhkan, kemudian timbul aturan-aturan yang disebut

dengan norma kemasyarakatan. Menurut Purwanto, 2008, Lembaga informal sering

juga dikatakan sebagai sebagai Pranata sosial. Suatu norma tertentu dikatakan telah

melembaga apabila norma tersebut : diketahui, dipahami dan dimengerti, ditaati, dan

dihargai.

Ciri-ciri Kelembagaan Informal sebagai berikut :

1. Formalitas, adanya perumusan tertulis daripada peratutan-peraturan,

ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan, tujuan, strategi, dan seterusnya.

2. Hierarkhi, adanya suatu pola kekuasaan dan wewenang yang berbentuk

piramida, artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan dan

kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada anggota biasa pada

organisasi tersebut.

3. Besarnya dan Kompleksnya, memiliki banyak anggota sehingga hubungan sosial

antar anggota adalah tidak langsung (impersonal), gejala ini biasanya dikenal

dengan gejala “birokrasi”.

4. Lamanya (duration), eksistensi suatu kelembagan lebih lama daripada

keanggotaan orang-orang dalam organisasi itu (Soerjono,1982)

Page 12: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

11  

 

2.3. Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi Menurut Soetrisno (2004), inovasi dapat diartikan sebagai upaya menciptakan

perubaan yang direncanakan dan terfokus dalam sebuah organisasi atau tatanan

masyarakat. Sedangkan Hanafie (2010) menjelaskan bahwa inovasi dapat diartikan

sebagai ide – ide baru, praktik – praktik baru, atau obyek – obyek baru yang dapat

dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu, kelompok atau masyarakat. Inovasi

sudah merupakan kebutuhan yang luas dalam berbagai bidang, baik industri,

pemasaran, jasa termasuk bidang pertanian. Fungsi inovasi adalah melakukan

perubahan secara partisipatif, oleh karena itu sudah selayaknya dimiliki oleh organisasi

yang sedang berjalan, baik organisasi bisnis maupun organisasi layanan masyarakat

Meningkatnya produksi pertanian adalah sebagai akibat pemakaian teknik –

teknik atau metode – metode dalam usahatani. Kepemilikan sumberdaya alam dimasa

yang akan datang tampaknya tidak lagi merupakan faktor dominan yang dapat

menjamin posisi daya saing pembangunan pertanian. Fakta telah menunjukkan bahwa

negara–negara berkembang yang mampu memperkuat sumberdaya IPTEK dan

mendayagunakannya ke dalam pengembangan sistem pertanian dapat

mentransformasikan dirinya menembus pasar internasional. Pertanian di Thailand telah

mengadopsi total quality management (TQM) melalui koperasi, yaitu dengan

menerapkan standardisasi mulai dari sistem perbenihan sampai pada treatment pada

budidaya dan penanganan pasca panen ( Sutrisno, 2008).

Pembangunan pertanian harus didukung oleh berbagai inovasi teknologi dan

manajemen. Pendekatan yang dipakai sebagai acuan untuk pembangunan pertanian

adalah selalu menekankan pada dinamika kegiatan ekonomi (economic viable), sosial

kelembagaan, kelestarian lingkungan dan inovasi. Pertimbangan utamanya adalah

pengelolaan sumber daya alam, manusia dan lingkungan secara lokal spesifik, sehingga

secara fisik dapat menjamin kelestarian dan ramah lingkungan (environmentally

friendly).

Page 13: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

12  

 

2.4. Pembangunan Daerah

Kebijaksanaan otonomi daerah yang tertuang dalam Undang Undang No

22/1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi menjadi Undang

Undang No 32/2004 secara substantif telah memberikan kepada pemerintah daerah

kewenangan penuh untuk mengatur dirinya sendiri, kecuali dalam bidang politik luar

negeri, pertahanan, keamananan, peradilan, monoter, fiskal, dan agama. Dalam

kaitannya dengan kewenangan pembangunan pertanian, maka pemerintah daerah

mempunyai peluang yang cukup luas dalam menentukan arah dan kebijaksanaan

pembangunan pertanian sesuai dengan permasalahan, potensi dan karakter daerah.

Untuk melaksanakan pembangunan pertanian wilayah yang sesuai dengan

tuntutan undang–undang otonomi daerah, maka pemerintah kabupaten juga

melakukan penataan fungsi–fungsi kelembagaan pemerintah di berbagai sektor

termasuk sektor pertanian sehingga tidak sama untuk setiap wilayah kabupaten.

Kelembagaan pertanian daerah baik formal maupun informal khususnya di daerah

perdesaan seharusnya memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia, peningkatan produksi dan pendapatan serta kesejahteraan

petani. Namun kinerjanya belum optimum yang dicirikan oleh masih sulitnya akses

petani terhadap pelayanan lembaga-lembaga yang ada termasuk akses pemasaran

(Krisnamurthi, 2006). Akibatnya produktivitas pertanian dan pendapatan petani relatif

masih rendah. Keadaan ini disebabkan oleh berbagai faktor berikut:

1. Peran antar lembaga pendidikan dan pelatihan, balai penelitian, dan penyuluhan

belum terkoordinasi dengan baik. Kualitas sumberdaya manusia pelaku lembaga

dan fasilitas masih rendah. Penyediaan paket teknologi dari hasil penelitian belum

merata diterima para petani. Sementara itu rekomendasi paket teknologi masih

berskala nasional yang belum tentu sesuai dengan lokal spesifik.

2. Fungsi dan keberadaan lembaga penyuluhan cenderung terabaikan. Jumlah dan

tenaga penyuluh yang berkualitas sesuai dengan perkembangan IPTEK relatif

rendah. Akibatnya kualitas penyuluhan dalam pelaksanaan program intensifikasi

relatif rendah. Partisipasi petani juga semakin rendah. Hal itu menyebabkan

produktivitas pertanian khususnya di sektor tanaman pangan juga rendah.

Page 14: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

13  

 

3. Koordinasi dan kinerja lembaga-lembaga keuangan perbankan perdesaan masih

rendah. Hal ini ditunjukkan oleh daya serap plafon Kredit Usahatani (KUT)

termasuk untuk produksi pangan masih rendah. Selain itu tunggakan pembayaran

masih tinggi.

4. Koperasi perdesaan khususnya yang bergerak di sektor pertanian masih belum

berjalan optimum. Bahkan jumlah yang masih aktif relatif sedikit atau diperkirakan

hanya sekitar 15 % saja. Selebihnya berada pada posisi pasif dan cenderung akan

berhenti beroperasi kalau tidak ada pembinaan. Dengan demikian fungsi koperasi

untuk mensejahterakan anggotanya tidak berjalan baik.

5. Keberadaan lembaga-lembaga tradisi di perdesaan seperti lumbung desa, gotong

royong dan organisasi pengairan belum sepenuhnya dimanfaatkan secara

optimum.

Page 15: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

14  

 

III. TUJUAN DAN MANFAAT

3.1. Tujuan

Berdasarkan permasalahan di atas, kegiatan kajian sintesis kelembagaan formal

dan informal dalam pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi bertujuan:

1. Mengidentifikasi dan menganalisis potensi kelembagaan informal dalam

pengembangan inovasi pertanian di daerah.

2. Menganalisis kinerja lembaga formal dan informal yang mengembangkan

inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah.

3. Menganalisis sinkronisasi peran lembaga formal secara vertikal dan horizontal

dalam pengembangan inovasi pertanian .

3.2. Keluaran

Manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini adalah :

1. Tersedianya data dan informasi potensi kelembagaan informal dalam

pengembangan inovasi pertanian di daerah.

2. Diperolehnya kinerja lembaga formal dan informal yang mengembangkan

inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah.

3. Terciptanya sinkronisasi peran lembaga formal secara vertikal dan horizontal

dalam pengembangan inovasi pertanian.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembuat kebijakan untuk

menjadi salah satu referensi penggunaan kelembagaan yang efektif dalam rangka

mendiseminasikan hasil-hasil inovasi baru kepada pengguna.

Page 16: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

15  

 

IV. METODOLOGI

4.1. Kerangka Pemikiran

Keberhasilan kegiatan diseminasi teknologi dan informasi pertanian tercermin

dari tingkat penggunaan/penerapan teknologi dan informasi yang didiseminasikan,

tingkat pembaharuan teknologi dan informasi yang telah dan atau sedang digunakan

oleh pengguna, meluasnya, penggunaan/penerapan informasi teknologi tersebut di

kalangan penggunaannya, peningkatan kemampuan pengguna dalam pelaksanaan

tugas/pekerjaan pokoknya, serta peningkatan kesejahteraan pengguna yang dicapai

dengan penerapan/ penggunaan teknologi dan informasi yang didiseminasikan.

Keberhasilan kegiatan ini tidak diperoleh hanya dari satu kegiatan diseminasi, tetapi

dari berbagai kegiatan yang saling mendukung, dan memerlukan waktu untuk

memperolehnya (Angkasa. 2003).

Havelock (1971) mengemukakan faktor yang mempersulit diterapkannya

teknologi yang dihasilkan oleh lembaga penelitian kepada para pengguna, antara lain

disebabkan karena masing-masing mempunyai aturan, tata nilai, bahasa, serta pola

komunikasi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini dipertegas dengan

beberapa hasil pengamatan di lapangan, di mana penyuluh belum mendapatkan

informasi hasil penelitian secara berkesinambungan. Di sisi lain peneliti dinilai kurang

efektif karena penelitiannya tidak berkaitan langsung dengan masalah yang dihadapi

petani, di samping itu peneliti dan penyuluh hampir tidak pernah menerima umpan

balik untuk penyusunan program penelitiannya (Tjitropronoto, 1988). Oleh karena itu

dalam proses adopsi teknologi diperlukan saluran komunikasi yang efektif yang

diharapkan mampu menjembatani ketersediaan teknologi di tingkat peneliti/penyuluh

dengan teknologi yang dibutuhkan pengguna.

Sistem Kajian kelembagaan formal dan informal dalam pengembangan inovasi

spesifik lokasi untuk mendukung pembangunan di Provinsi NAD dilaksanakan untuk

mengetahui lembaga formal dan informal mana yang berperan dan untuk mengetahui

model sistem kelembagaan penyampaian inovasi pertanian eksisting dan umpan

baliknya di Provinsi NAD.

Page 17: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

16  

 

4.2. Lokasi dan Waktu

Kajian kelembagaan formal dan informal dalam pengembangan inovasi spesifik

lokasi untuk mendukung pembangunan di propinsi NAD dilaksanakan pada tiga

kabupaten yaitu Pidie, Pidie Jaya dan Bireuen. Berdasar pertimbangan bahwa daerah

tersebut adalah lokasi pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian spesifik lokasi

dilaksanakan, sedangkan pelaksanaan pengkajian dilakukan bulan Maret – Nopember

2011.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel kelembagaan yang dijadikan sebagai responden meliputi

kelembagaan formal dan informal di tingkat, kabupaten, kecamatan dan desa yang

mengembangkan teknologi. Responden kelembagaan formal tingkat kabupaten antara

lain Dinas Pertanian Kabupaten, atau Badan Pelaksana Penyuluhan (Bapeluh), pelaku

usaha. Kelembagaan formal tingkat kecamatan antara lain Balai Penyuluhan Pertanian

(BPP), PPL, Gapoktan/Poktan, pelaku usaha. Responden kelembagaan informal adalah

kelembagaan informal yang terdapat di masing-masing wilayah, kabupaten dan

kecamatan.

Populasi dari penelitian ini adalah petani yang ada di ketiga kabupaten tersebut

di atas. Pengambilan lokasi sampling dan sample penelitian dilakukan secara purposive

sampling (secara sengaja). Masing-masing kabupaten akan dipilih 3 kecamatan,

masing-masing kecamatan akan dipilih 3 desa, masing-masing desa akan dipilih 20

orang sampel, sehingga total responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 540

orang responden.

Page 18: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

17  

 

4.4. Jenis dan Sumber Data

Tabel 1. Tahapan kegiatan pengkajian Kelembagaan Formal dan Informal dalam Pengembangan Teknologi Spesifik Lokasi untuk Mendukung Pembangunan I Provinsi NAD.

No. Tahapan

Kegiatan Uraian Pelaksana/

Lokasi 1. Persiapan Menyusunan petunjuk kegiatan secara operasional,

penyusunan kisi-kisi (pedoman lapang) dan kuesioner (pedoman wawancara).

Penanggung Jawab dan Anggota Tim/ kabupaten Pidie, Pidie Jaya dan Bireuen

2. Koordinasi dan Konsultasi

Melakukan kunjungan ke dinas/ instansi terkait dalam rangka mendapatkan informasi awal serta dukungan pelaksanaan kegiatan secara legal formal.

Tim Survey/ kabupaten Pidie, Pidie Jaya dan Bireuen

3. Survey dan Penetapan Lokasi

Kegiagatan terhadap karakterisasi dan potensi lokasi yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian.

Tim Survey/ kabupaten Pidie, Pidie Jaya dan Bireuen

4. Kegiatan Lapang (Pendekatan massa, kelompok dan individu).

Kegiatan lapang dilakukan di tiga kabupateni, pada tiga kecamatan dan tiga desa. Kajian lapang dilaksanakan melalui kegiatan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner terstruktur dilakukan dengan peneliti, penyuluh, PPL dan pengguna inovasi pertanian sedangkan teknik FGD menggunakan pedoman wawancara dilakukan pada key informan dari lembaga formal dan informal. Data sekunder digunakan untuk mendukung informasi terkait kinerja lembaga formal dan informal dalam pengembangan inovasi pertanian.

Tim dan dinas/ instansi terkait untuk 3 kabupaten yaitu : kabupaten Pidie, Pidie Jaya dan Bireuen

 

 

 

 

 

 

Page 19: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

18  

 

Tabel 1. (Lanjutan)

No. Tahapan Kegiatan

Uraian Pelaksana/ Lokasi

5. Pengumpulan data, Analisis dan tabulasi data

- Data diperoleh melalui informasi keberadaan lembaga informal existing yang ada di kabupaten dan kecamatan. Sumber data berasal dari tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, penyuluh dan peneliti senior.

- Jenis data yang dikumpul adalah informasi mekanisme penyampaian dan penyebaran inovasi pertanian. Sumber data berasal dari pimpinan lembaga formal dan informal. Sumber data berasal pimpinan lembaga formal yang ada di daerah

- Jenis data yang dikumpulkan adalah informasi tata hubungan kerja secara vertkal dan horizontal diantara lembaga formal yang ada di daerah. Sumber data berasal pimpinan lembaga formal yang ada di daerah.

Tim Survey/ kabupaten Pidie, Pidie Jaya dan Bireuen

6. Penulisan Laporan (draft)

Penjab danTim

7. Seminar dan Laporan akhir (final)

Penjab danTim

4.5 Analisis Data

Data kualitatif yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif

(Ancok, 1989; Bungin, 2003). Data kuantitatif untuk membandingkan kapasitas, dan

kapabilitas kelembagaan antar desa, kecamatan, dan kabupaten dianalisis dengan

deskriptif, uji t.

4.6. Rancangan (Design) Riset

Dimensi kajian kelembagan mencakup: (1) Motivasi dengan parameter meliputi:

sejarah kelembagaan, misi yang diemban (tujuan), kultur,sikap dan perilaku anggota;

(2) Kapasitas dengan parameter: strategi kepemimpinan, perencanaan program,

manajemen dan pelaksanaan, alokasi sumberdaya yang dimiliki, hubungan dengan

pihak luar; (3) Kondisi lingkungan eksternal dengan parameter: kondisi politik dan

pemerintahan, sosiokultural, teknologi, stake holders, infrastruktur dan kebijakan

pengelolaan sumberdaya dan (4) Kinerja kelembagaan meliputi parameter: keefektifan

Page 20: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

19  

 

kelembagan dalam mencapai tujuan, efisiensi penggunaan sumberdaya dan

keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan kelompok luar.

Page 21: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

20  

 

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kegiatan koordinasi, survey dan penetapan lokasi

Tahap awal dilakukan kunjungan dalam rangka konsultasi dan koordinasi

kegiatan kajian kelembagaan formal dan informal dalam pengembangan inovasi spesifik

lokasi ini adalah terhadap Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pidie, Badan

Pelaksanaan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pidie, Badan Pelaksanaan

Penyuluhan dan Ketananan Pangan Kabupaten Pidie Jaya dan Badan Pelaksanaan

Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bireuen. Dalam kunjungan ini tim

melakukan diskusi dengan Kepala Badan dan beberapa staf serta Kasie Produksi padi

dan palawija dinas dalam rangka memperoleh data.

Hasil kunjungan ini telah disepakati beberapa agenda kegiatan yang akan

dilanjutkan pada waktu menentukan lokasi sampel. Rencana pengambilan desa sampel

akan dilakukan pada tiga kecamatan di mana masing-masing kecamatan diambil tiga

desa akan diambil satu kelompok sebagai sampel selanjutnya dalam kelompok ini akan

diambil sebanyak 20 orang petani sebagai responden yang akan diwawancarai.

Dalam konsultasi disepakati terhadap beberapa kirteria desa yang akan

dijadikan sebagai desa sampel antara lain adalah desa tersebut berada pada lokasi

yang strategis, mudah dijangkau, mempunyai kelompoktani yang handal, dapat

mewakili informasi yang diperlukan sesuai dengan keperluan kajian ini.

Penentuan kelompok yang digunakan sebagai sampel disepakati bahwa

kelompok yang diambil sebagai sampel berasal dari tiga kelas kelompok tani yaitu

kelompok tani pemula, kelompok tani madya dan kelompok tani maju atau juga

berdasarkan pembagian wilayah kerja. Hal ini disesuaikan pada saat kegiatan

peninjauan ke lokasi untuk melakukan penilaian dan penentuan desa sampel.

Piihak dinas maupun badan pelaksana penyuluhan yang dikunjungi dalam

rangka koordinasi dan konsultasi pelaksanaan kajian tersebut sangat menyambut positif

serta mendukung sepenuhnya untuk dilaksanakan kegiatan pengkajian. Selanjutnya

juga pihak Dinas dan Badan bersedia meluangkan waktu untuk mendampingi tim pada

Page 22: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

21  

 

saat pelaksanaan survey kegiatan dengan melibatkan Balai Penyuluhan Pertanian di

tingkat kecamatan.

Kegiatan survey dan penetapan lokasi menentukan tiga Kabupaten, kecamatan

dan desara terpilih seperti Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Nama kabupaten, kecamatan dan desa sebagai lokasi pengkajian

No Kabupaten Kecamatan Desa Petugas Keterangan

1. Pidie 1. Sakti 1. Perlak Hasan 2. Paloh Jeureula 3. Dayah Tuha

Saifullah, SP Ir. Faridah M. Jamil, SP

Lanjut Pemula Madya

2. Kembang Tanjong

1. Gampong Barat 2. Ceubrek 3. Tanjong

Zakaria Ir. Marzuki Saifullah

Madya Lanjut Pemula

3. Padang Tiji 1. Jurong Anoe 2. Blang

Geuleuding 3. Beuni Reuling

Dewi Keumalasari Sukardi, SP Fakhrizal

Madya Pemula Lanjut

2. Pidie Jaya 1. Meureudu 1. Pulo U 2. Rhing Blang 3. Beurawang

Zakaria Ir. Marzuki Saifullah

Pemula Lanjut Madya

2. Ulim 1. Pulo Ulim 2. Dayah Baroh 3. Mns. Kumbang

A.Halim Ishak, S.Pt

Zahratul Rahmi Muntasir

Lanjut Pemula Madya

3. Bandar Dua 1. Kumba 2. Uteun Bayu 3. Drien Bungong

Syukri, STP Syafwan, SP Khalidi, S.Hut

Madya Lanjut Pemula

3. Bireuen 1. Makmur 1. Batee Dabai 2. Lapihan Mesjid 3. Mon Ara

Mukhlis, SP Usfia, SP

Taufik, SSP

Madya Pemula Lanjut

2. Kota Juang 1. Mns.Tgk. Digadong

2. Cot Gapu 3. Blang Reuling

Sitti Jamalia, SP Mariana, SP

Ekawati

Madya Lanjut Pemula

3. Peudada 1. Dayah Mon Ara 2. Matang Pasi 3. Hagu

Cut Ira Riska Yuli Mustika Suci,

STP Masdarlena, SP

Lanjut Madya Pemula

Page 23: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

22  

 

5.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Kabupaten Pidie

Kabupaten Pidie dengan ibu kotanya Sigli, terletak antara 4º30 dan 4º60’ pada

Lintang Utara dan 95º73’ - 96º20’ Garis Bujur Timur dengan batasan sebagai berikut :

Ø Sebelah Utara berbatas dengan Selat Malaka.

Ø Sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Aceh Barat.

Ø Sebelah Barat berbatas dengan Kabupaten Aceh Besar.

Ø Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Pidie Jaya.

Sedangkan luas Kabupaten Pidie 3562, 14 KM persegi yang meliputi 23

kecamatan di dalamnya.

Pengembangan tanaman padi di Kabupaten Pidie dari tahun ke tahun terus

menerus diupayakan untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi. Hal ini

mengingat komoditi padi merupakan ”komoditi strategis dan politis” karena

menyangkut bahan makanan pokok bagi kebutuhan masyarakat banyak.

Tabel 3. Perbandingan Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Padi di Kab. Pidie

No. Tahun Luas Tanam

(ha)

Luas Panen

(ha)

Produktivitas

(ton/ha) Produksi (ton)

1.

2.

2009

2010

38.658

43.153

40.073

40.198

7.22

6.95

292.913

285.221

Menurut dapa statistik tahun 2008 perkembangan jumlah penduduk di

Kabupaten Pidie berjumlah 355.103 jiwa yang terdiri dari 170.395 jiwa laki-laki dan

184.708 jiwa perempuan dengan kepadatan penduduk 79,41 keluarga per KM². Jika

dibandingkan dengan tahun 2007 tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Pidie

Mengimbangi laju penambahan penduduk secara Nasional yaitu 2,34 %. Hal ini

disebabkan sebagian besar penduduk yang ada disini banyak yang bermigrasi ke luar

Page 24: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

23  

 

daerah sebagai pedagang. Perincian mata pencarian penduduk di Kabupaten Pidie

dapat di klasifikasikan sebagai berikut.

Tabel 4. Persentase mata pencarian penduduk di Kabupaten Pidie

No. Jenis Mata Pencaharian Persentase Keterangan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Pertanian tanaman pangan Peternakan dan perikanan Perikanan Laut Industru dan Kerajinan Pedagang Jasa Angkutan Pabrik Lain nya

58,44 % 18,03 % 3,97 % 6,32 % 7,89 % 2,03 % 0,28 % 3,04 %

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk (58,44 %) di

Kabupaten Pidie bermata pencarian di sektor Pertanian Tanaman Pangan. Untuk lebih

jelasnya perkembangan penggunaan lahan lahan di Kabupaten Pidie pada tahun 2008

secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Perkembangan Penggunaan Lahan di Kabupaten Pidie Tahun 2008

No Penggunaan Lahan Luas (Ha)

Persentase (%) Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Sawah Pekarangan Tegalan / Kebun Ladang / Huma Pengembalaan / Padang Rumput Sementara tidak diusahakan Ditanami pohon / Hutan Rakyat Hutang Negara Perkebunan Rawa-rawa Tambak Kolam/Tebat/Empang/Lain-lain Lainnya

29.208 45.719 31.541 24.575 15.319 18.414 30.331 133.927 10.218 626,5 2.572 693,5 13.097

8,2 12,2 8,9 6,9 4,3 5,2 8,5 37,6 2,9 0,2 0,7 0,2 3,7

Jumlah 356.241 100

Page 25: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

24  

 

Adapun perbandingan jumlah penduduk, produksi, konsumsi surplus minus

gabah tahun 2009 dan 2010 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Perbandingan Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Gabah di Kab. Pidie

Tahun Jumlah

Penduduk (orang)

Jumlah Produksi

(ton)

Pemakaian Gabah Surplus Minus Gabah (ton)

Konsumsi

(ton)

Benih

(ton)

Bufer Stock

(ton

2009

2010

419.884

378.278

292.913

285.221

100.772

90.787

1.160

1.078

5.039

4.539

185.942

188.817

Keterangan : - Konsumsi = 240 kg/jw/thn - Benih = 25 kg/ha - Bufer Stock = 5 % dari konsumsi - GKP = 20 kg Gabah = 12 kg beras/bln

Inventarisasi Kelompok Keujruen Blang Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai

Air (GP3A) dan P3A di Kecamatan Sakti, Kembang Tanjong dan Padang Tiji Wilayah

Pidie Tahun 2011.

Tabel 7. Daerah Irigasi dan Nama Kelompok Keujreun Blang (GP3A/P3A) di Kab. Pidie

Nama Daerah Irigasi

Nama Kelompok Keujruen Blang

(GP3A/P3A)

Luas Areal (Ha)

Lokasi Nama Ketua Kelompok

Jumlah Ang-gota

Kecamatan Desa

1 2 3 4 5 6 7 Baro Raya

Blang Data Cot Teng Mali Jaya Pante Mali Lampoh Ranup Jurong Pante Udep Saree Po Temeurehom Makmu Beurata Blang Cut Tgk.Mns. Raya Tj. Bungong

764 124 26 61 39 49 65 68 43 128 112 21 28

Sakti Sakti Sakti Sakti Sakti Sakti Sakti Sakti Sakti Sakti Sakti Sakti

Lhok Empeh Dayah Tuha Mali Guyui Mali Uke Mns. Balee Kp.Jeumpa Barieh Kp. Cot Riweuk Bt.Perlak Lameu Raya Mali Cot

Muzakir Isa T.Syarifuddin Gani Ramli Samsuddin M Razali Yusuf Mukhtar Zakaria Nurdin Is Tgk.Sulaiman Abdullah Is M. Isa Tgk.Muhammad

- - - - - - - - - - - -

Page 26: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

25  

 

Tabel 6. (Lanjutan)  

1 2 3 4 5 6 7

Krueng Tiro Blang Gapu Dayah Blang Tanjong Blang Barat Blang Cut Kuta Baro Blang Crueng Lueng Gapong Aron Jaya Kampong Blang Kampong Asan

862 45 65 82 62 85 90 63 48 85 110 127

Kb.Tanjong Kb.Tanjong Kb.Tanjong Kb.Tanjong Kb.Tanjong Kb.Tanjong Kb.Tanjong Kb.Tanjong Kb.Tanjong Kb.Tanjong Kb.Tanjong

Baro Mon Ara Tanjong Bentayan Glumpang Kp. Barat Kupula Jr. Masjid Aron Asan Kb Masjid Kampong Asan

Burhanuddin Rusli Sulaiman A.Manaf Husaini Razali Aswadi Mustafa Rusli Ibrahim Usman Daud Ibnu Sakdan

A. M

117 120 145 185 190 172 118 105 155 175 225

Seumayam Gogo Alue Rheue Alue Baroh

GP3A Bl.Seumayam Tgk.Chik Digogo Meugo Seujahtra Peumakmu Nangro

450 510 385 150

Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji

Pulo Hagu Gogo Jurong Anoe Suyo

Muhammad Yacob Mahyuddin Muslim Anwar Risyad

Blang Lincah Blang Leuen Jasa Alam Jeureula Tgk.Chik Digogo Lampoh Reutoh Harkat Balee Kuta Beujaya Lueng Simpang Kuta Baro Jeut Bina Tani Lhok Panah Paya Itek Leun Ateung Jaya Lam Linggoh Pusa Laot Balee Meuriya Makmu Beurata Blang Sawang Blang Payame Lembah Merpati Blang Paloh Paya Kulam Blang Raya Pulo Awee Blang Cut

85 118 60 80 76 105 85 95 118 95 80 90 130 105 77 105 70 129 115 75 105 60 48 39 40 105 120 80 80

Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji Pdg. Tiji

Glee Gogo Tuha Gogo Buloh Gogo Kembang Gogo Mesjid Gogo Teungoh Drien Mukee Gogo Raya Gogo Aron Bunot Adang Beurabo Mukee Beurabo Baro Beurabo Seukeum Brok Seulanggieng Sukon Peudaya Perlak Peudaya Cut Peudaya Tunong Pedaya Buloh Peudaya Tengoh Pedaya Jurong Anoe Gp.Cut Paloh Capa Paloh Kreet Suyo Jurong Gp.Cot Trieng Paloh Pulo Hagu Siron Tanjong

Usman Ys Tgk. Adnan Abd. Rauf Mahyuddin M. Amin Mukhtar

- - - - - - - -

Syukri Syamaun - - - - -

M. Nasir - -

Hanafiah Bustamam

- - -

Asnawi

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Page 27: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

26  

 

b. Kabupaten Pidie Jaya

  Kabupaten Pidie Jaya adalah salah satu kabupaten yang baru terbentuk berada

dalam wilayah pemerintah Aceh dengan ibu kota kabupaten Meureudu. Kabupaten ini

dibentuk berdasarkan Undang – Undang No 7 tahu 2007, pada tanggal 2 Januari 2007.

Kabupaten ini terdiri dari 8 (delapan) kecamatan , yaitu: Bandar Baru, Pante Raja,

Trieng Gadeng, Meureudu, Meurah Dua, Ulim, Jangka Buya, dan Kecamatan Bandar

Dua. Secara keseluruhan wilayah kabupaten pidie Jaya memiliki luas 1.162,85 KM2,

dengan wilayah yang terluas di Kecamatan Meurah Dua dan Bandar Baru , masing –

masing luas 25,13%, dan 24,19%. Batas wilayahnya adalah:

Ø Sebelah utara berbatasan langsung dengan selat Malaka,

Ø Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bireuen,

Ø Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pidie (Kecamatan Tangse,

Kecamatan Geumpang , dan Kacematan Mane),

Ø Sebelah barat juga berbatasan dengan Kabupaten Pidie (Kecamatan

Geulumpang Tiga, Kercamatan Geulumpang Baro dan kecamatan Kembang

Tanjong)

Kabupaten Pidie Jaya juga merupakan salah satu wilayah yang terkena dampak

tsunami dan mengakibatkan sebagian wilayah pesisir luluh lantak, struktur

perekonomian, infrastruktur dan prasarana lainnya. Wilayah kabupaten ini terdiri dari

8(delapan) wilayah kecamatan, yaitu: Bandar Baru, Pante Raja, Trienggadeng,

Meureudu, Meurah Dua, Ulim, Jangka Buya, dan Kecamatan Bandar Dua. Secara

keseluruhan wilayah Kabupaten Pidie Jaya memilki luas 1.162,85 Km², dengan wilayah

yang terluas di Kecamatan Meurah Dua dan Bandar Baru, masing-masing luasan

25,13% dan 24,19% dari luas wilayah Kabupaten Pidie Jaya.

Kabupaten Pidie Jaya termasuk kedalam wilayah beriklim tropis basah,

temperatur berkisat dari suhu minimum 190 – 220 sampai suhu maksimum 300- 350.

Merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki daerah kelas lereng yang lebih besar

dari 40 % dan daerah pesisir pantai yang memiliki klasifikasi lereng 0 – 3 %, dengan

jenis tanah dominan podsolit merah kuning.

Page 28: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

27  

 

Kabupaten Pidie Jaya menurut kelas ketinggiannya bervariasi antara 0 – 1500m

dpl. Kondisi fisik dataran dengan ketinggian yang relatif rendah berada di sebelah utara

dengan kemiringan lereng yang cenderung landai antara 0 -25 %, yaitu sebesar 28,33

%. Sedangakan dataran dengan ketinggian relatif tinggi berada di selatan dengan

kemiringan lereng antara 25-> 40 %.

Penggunaan lahan di Kabupaten Pidie Jaya yang terluas diperuntukkan untuk

pemukiman dan pertanian/perkebunan (21.74%), dengan rincian sawah 7.997 Ha,

Perkebunan 8.644 Ha, Pekarangan 8.640 ha, sisanya adalah hutan lebat/lindung dan

lainnya sebagai kawasan non budi daya.

Keberadaan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPKP) pada

saat ini masih menggunakan sarana gedung Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Plus,

sehingga untuk mendukung agar aktifitas lebih lancar maka seyogyanya harus sudah

memiliki bangunan sendiri. Harapan kami dimasa yang akan datang ada perhatian

khusus Pemda Pidie Jaya untuk membangun sarana gedung kantor tsb. Demikian pula

halnya dengan Sarana dan Fasilitas Bangunan gedung kantor di kecamatan sebaiknya

ada satu Balai Penyuluhan Pertanian ( BPP ) pada setiap kecamatan.

Sebagai basis wadah Penyuluh Pertanian/Peternakan, Perikanan/Kelautan dan

Perkebunan/Kehutanan di kecamatan adalah Balai Penyuluhan namun oleh karena

ketersediaannya terbatas, dari 8 kecamatan yang ada di Kabupaten Pidie Jaya 1 (satu)

Kecamatan yang memiliki fasilitas Gedung Balai Penyuluhan dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Sarana fasilitas bangunan gedung BPP di Kab. Pidie Jaya.

No. Kecamatan yang memiliki BPP

Kondisi Keterangan

Baik Sedang Rusak 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Bandar Baru Pante Raja Trienggadeng Meureudu Meurah Dau Ulim Bandar Dua Jangka Buya

- - - - √ - - -

- - - - - - - -

- - - - - - - -

Belum Ada Belum Ada Belum Ada

Ada Belum Ada Belum Ada Belum Ada Belum Ada

Page 29: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

28  

 

Sebagai gambaran jumlah kelompok tani menurut kelas kemampuannya yang

ada dalam wilayah Kabupaten Pidie Jaya dapat di lihat pada tabel 8.

Tabel 9. Jumlah Kelompok menurut kelas kemampuan di Kab. Pidie Jaya.

No Kecamatan Kelas Kemampuan Kelompok

Jumlah Ket Pemula Lanjut Madya Utama

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8.

Bandar Baru Pante Raja Trienggadeng Meureudu Meurah Dua U l i m Bandar Dua Jangka Buya

-- -- -- -- -- -- -- --

80 20 100 100 45 60 75 40

4 2 13 12 10 9 30 9

-- -- -- 5 3 -- 4 --

84 22 113 117 58 69 109 49

J U M L A H -- 520 89 12 621

Jumlah Penyuluh PNS yang yang tersedia sangat sedikit hanya sembilan belas

orang. Sejak Tahun 2007 mulai diterima penyuluh Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu

Penyuluh Pertanian (THL-TBPP). Sampai Tahun 2011. jumlah penyuluh THL-TBPP

mencapai 107 orang. Sehingga total penyuluh pertanian 126 orang. Disamping itu

terdapat penyuluh swakarsa sebanyak delan orang. Jumlah ini masih sangat jauh jika

dibandingkan dengan jumlah desa (222 desa) sesuai dengan program pemerintah satu

penyuluh satu desa.

Kurangnya jumlah penyuluh mengakibatkan kurang efektifnya sistem

penyuluhan yang berjalan. Selain itu terdapat faktor-faktor lain diantaranya sarana dan

prasarana yang kurang memadai. Seperti kenderaan operasional untuk mencapai

lokasi-lokasi penyuluhan yang belum memadai.

Perekrutan THL-TB PP yang berasal dari berbagai disiplin ilmu menambah

jumlah penyuluh. Akan tetapi THL-TB PP tersebut berasal dari berbagai tingkatan

lulusan dengan usia yang sangat bervariasi. Sebagaian besar THL-TB PP masih kurang

berpengalaman dalam bidang penyuluhan.

Kemampuan petani dalam mengaplikasikan teknologi baru masih kurang,

disebabkan kurang efektifnya sistem penyuluhan.

Page 30: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

29  

 

Kondisi ideal yang diharapkan dalam bidang pembinaan dan pengembangan

penyuluhan adalah tersedianya jumlah penyuluh pertanian sebanyak 222 orang. Baik

berasal dari penyuluh PNS, THL-TBPP ataupun penyuluh swakarsa.

Untuk efektifitas sistem penyuluhan diperlukan sarana dan prasarana

pendukung seperti kendaraan operasional penyuluh, alat-alat untuk media penyuluhan

baik berupa alat-alat elektronik ataupun berupa leaflet, brosur ataupun dalam bentuk

perpustakaan. Selain itu diperlukan juga alat-alat untuk pengukuran kadar air

(moustuiretester), pengukur pH tanah, alat ubinan, dan lain-lain.

Selain itu untuk media penyuluhan diperlukan percontohan-percontohan dalam

bentuk demonstrasi area (demplot) maupun sekolah lapang, baik sekolah lapang

budidaya ataupun sekolah lapang pengendalian hama dan penyakit (SL-PHT)

Penyuluh pertanian seharusnya memiliki kapasitas yang memadai dalam bidang

penyuluhan, meliputi bidang pertanian, peternakan, perikanan ataupun perkebunan.

Petani dapat mengaplikasikan teknologi baru dan mutakhir untuk peningkatan

produksi. Sehingga akan meningkatkan pendapatan petani.

Pembangunan dibidang Penyuluhan dan Ketahanan Pangan di Kabupaten Pidie

Jaya menghadapi beberapa kendala dan hambatan baik yang disebabkan oleh faktor

konflik maupun permasalahan lainnya. Namun dengan tekad Pemerintah Daerah dan

dukungan berbagai pihak secara bertahap akan berupaya melakukan terobosan inovasi

dan tekhnologi dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan pelaku

utama dan pelaku usaha.

Tujuan pembangunan ketahanan pangan adalah menjamin ketersediaan dan

konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu,bergizi dan berimbang baik pada tingkat

nasional, daerah hingga rumah tangga. Ketahanan pangan harus diwujudkan secara

merata diseluruh wilayah sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumberdaya,

kelembagaan dan budaya lokal. Mengingat pangan juga merupakan komoditas

ekonomi, maka pembangunannya dikaitkan dengan peluang pasar dan peningkatan

daya saing yang dibentuk dari keunggulan spesifik lokasi, keunggulan kwalitas serta

efisiensi dengan penerapan tehnologi inovasi. Selanjutnya karena produksi pangan

nasional sebagian besar dilaksanakan petani dengan skala usaha kecil oleh masyarakat

Page 31: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

30  

 

miskin di pedesaan, maka pembangunan ketahanan pangan sangat strategis untuk

memperkuat ekonomi pedesaan dan mengentaskan masyarakat dari kemiskinan.

Sasaran pembangunan pertanian/peternakan diarahkan untuk peningkatan

mutu dan produktifitas secara menyeluruh baik komoditi Pertanian/Peternakan,

Perikanan/Kelautan maupun Perkebunan/Kehutanan.

Untuk memperbaiki sinergi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pemerintah,

pemerintah daerah dan masyarakat serta efektifitas kebijakan dan kegiatan operasional

pembangunan ketahanan pangan, maka diperlukan suatu acuan bersama yang memuat

konsep dan filosofi, kebijakan, strategi hingga kegiatan operasional serta peran masing-

masing pihak dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.

c. Kabupaten Bireuen

Kabupaten Bireuen merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam, dengan luas wilayah 190.121 km2. Kabupaten Bireuen terletak pada garis

4º54’ - 5º18’ Lintang Utara dan 96º20 - 97º21 Bujur Timur, dengan batas wilayah :

Ø Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

Ø Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah

Ø Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie

Ø Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara

Kabupaten Bireuen topografi wilayahnya terdiri dari; dataran rendah (0-15%)

dibagian pantai utara dan bagian tengah daerah, sedangkan bagian selatan sampai ke

Bukit Barisan merupakan daerah bergelombang dengan ketinggian mencapai 450 m

dpl (15%).

Kabupaten Bireuen mempunyai beberapa jenis tanah, antara lain; aluvial,

podsolid, latosol, hidromorf, dengan tingkat kemiringan yang berbeda-beda. Daerah

yang mempunyai lereng tertinggi adalah 45%, sedangkan daerah yang tingkat

kemiringannya 0 – 15% merupakan daerah yang paling luas. Kabupaten Bireuen

tergolong daerah beriklim basah. Dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 1.105,6

mm – 4.073 mm.

Page 32: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

31  

 

Pembangunan di bidang Penyuluhan dan Ketahanan Pangan di Kabupaten

Bireuen menghadapi beberapa kendala dan hambatan baik yang disebabkan oleh

keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) dan minimnya Sarana dan Prasarana

Penyuluhan.

Namun dengan tekat dan kemauan yang kuat Pemerintah Daerah Kabupaten

Bireuen dengan mendukung berbagai elemen masyarakat sacara bertahap terus

berupaya melakukan terobosan inovasi dan teknologi dalam rangka meningkatkan taraf

hidup dan kesejahteraan Pelaku Utama (petani, peternak, nelayan dan masyarakat

disekitar hutan) dan Pelaku Usaha (pengusaha yang bergerak di bidang agribisnis).

Sasaran pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan diarahkan untuk

peningkatan kualitas semua komoditi dengan memperhatikan dampak lingkungan dan

peningkatan produktifitas pelaku utama dan pelaku usaha. Untuk mempercepat

pencapaian sasaran, instansi Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan

(BP2KP) akan terus berupaya memberdayakan dan mengembangkan Balai Penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K). Untuk peningkatan kinerja penyuluh telah

disediakan tempat yang layak karena dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah

Kabupaten Bireuen saat ini telah dibangun 17 Bangunan Balai Penyluhan Pertanian,

Peternakan dan Kehutanan (BP3K) diseluruh kecamatan. Hanya perlengkapan kantor

belum tersedia secara lengkap dan sesuai kebutuhannya.

Page 33: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

32  

 

Tabel 10. Kondisi Bangunan BP3K setiap Kecamatan di Kab. Bireuen.

No. Kecamatan Telah Memiliki Bangunan BP3K

Kondisi Baik Sedang Rusak

1 2 3 4 5 1. Samalanga ü - - 2. Simpang Mamplam ü - - 3. Pandrah ü - - 4. Jeunieb ü - - 5. Peulimbang ü - - 6. Peudada ü - - 7. Jeumpa ü - - 8. Juli ü - - 9. Kuala ü - - 10. Kota Juang ü - - 11. Peusangan ü - - 12. Jangka ü - - 13 Peusangan Selatan ü - - 14. Peusangan Siblah Krueng ü - - 15. Makmur ü - - 16. Gandapura ü - - 17. Kuta Blang ü - -

Page 34: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

33  

 

Tabel 11. Nama-nama Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) yang terbentuk pada tahun 2010 melalui Kegiatan WISMP pada Distannakbunhut Bireuen.

No Nama

Kelembagaan GP3A

Kecamatan Desa yang terairi

Daerah Irigasi Ketua Luas

(Ha)

1 Tiga Sepakat Makmur Leubu Cot, Kuta Barat, Trieng Gadeng

Ie Rhob Timu A.Hamid Hasan 350

2 Beumangat Hate Sp.Mamplam Ie Rhob Timu Waduk Aiyub Usman 137

3 Beuna Harapan Peusangan Tanoh Mirah, Uteun Bunta, Paya Reuhat

Ie Rhob Barat

Zulkifli Affan 520

4 Jaya Bersama Sp.Mamplam Ie Rhob Barat Ie Rhob Barat

Fadli A.Rahman 245

5 Tgk. Di Lhok Jrok

Gandapura Blang Guron, Pulo Gisa

Pompanisasi/ Waduk

Tgk.Abdullah Bahron 310

Tabel 12. Nama-nama Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) yang terbentuk pada tahun 2010 melalui Kegiatan WISMP pada Distannakbunhut Bireuen

No Nama Kelembagaan P3A Kecamatan Desa Daerah

Irigasi Ketua Luas (Ha)

1 Bunga Tani Gandapura Cot Puuk Leubu Hasan Salam 110

2 Tgk.Glee Meulinteung

Makmur Suka Ramai Bintah Sa Bachtiar Jamil 100

3 Udeep Beusare Makmur Panton Mesjid/ Blang Perla

Bintah Sa Syaifuddin A.Wahab

142

4 Blang Pante Geulima Makmur Paya Dua Leubu Fadli A.Rahman

150

5 Gle Kuprai Jaya Gandapura Blang Keude/Keude Lapang/ Cot Puuk

Leubu Tarmizi Husen 240

Page 35: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

34  

 

5.3. Karakteristik Umum Organisasi

Organisasi adalah merupakan sekumpulan jaringan dari relasi sosial yang

melibatkan orang-orang tertentu, memiliki tujuan tertentu, memiliki aturan dan norma,

serta memiliki struktur. Organisasi dapat dibentuk dari sebuah keinginan sekelompok

orang-orang yang mempunyai relasi sosial dan juga dapat dibentuk oleh sebuah

lembaga yang formal atas dasar tuntutan sebuah manajemennya. Ada empat

karakteristik utama dari sebuah organisasi, yaitu: tujuan, kumpulan orang, struktur,

sistem dan prosedur.

Setiap organisasi harus memiliki tujuan. Tujuan dicerminkan oleh sasaran-

sasaran yang dilakukan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tiga bidang

utama dalam tujuan organisasi yaitu profitability (keuntungan), growth (pertumbuhan),

dan survive (bertahan hidup). Ketiganya harus berjalan berkesinambungan demi

kemajuan organisasi.

Struktur dibentuk dalam sebuah organisasi dengan tujuan agar posisi setiap

anggota organisasi dapat dipertanggungjawabkan, mengenai hak maupun

kewajibannya. Struktur dibentuk agar organisasi berjalan rapi, karena terdapat struktur

komando, siapa yang berwenang dan siapa yang diberi wewenang.

Karakteristik yang terakhir ini menggambarkan bahwa sebuah organisasi diatur

berdasarkan aturan-aturan yang ditetapkan bersama dan tentu saja harus dengan

penuh komitmen dalam menjalankannya. Implementasi dari sistem dan prosedur ini

ialah adanya ketetapan mengenai tata cara, sistem rekrut, dan birokrasi.

Secara garis besar ada beberapa bentuk organisasi yang berada pada wilayah

penelitian ini dan terkait langsung dengan penelitian ini, untuk itu dapat dikelompokkan

dalam : (1) Organisasi Pemerintahan : Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Perangkat

desa, LKMD/LPMD, dan Tuha Peut, (2) Organisasi Adat: tokoh masyarakat/panutan,

keujreun blang, P3A, gotong royong dan kelompok tani, (3) Organisasi Keagamaan :

Majelis Ta’lim, Remaja Masjid, Kelompok yasinan, Pengajian. 4. Organisasi Ekonomi :

Koperasi simpan pinjam, Kelompok tani, kelompok pencari dan pemakai air, arisan. 5.

Organisasi Sosial Baru : PKK, Posyandu, Karang Taruna/ Organisasi pemuda, organisasi

olah raga, dan Dasa Wisma.

Page 36: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

35  

 

Pembentukan organisasi secara garis besar dapat dibedakan dalam dua cara,

yaitu pertama, berdiri secara alamiah berdasarkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat,

seperti perkumpulan pengajian, keagamaan, ikatan keluarga, ikatan kekerabatan atau

trah, kelompok arisan, kelompok kesenian dan olah raga dan adat. Organisasi ini

cenderung adaptif dengan kemampuan lokal, dengan mempertahankan dan

melestarikan nilai-nilai sosial budaya lokal, tradisi dan kebiasaan, serta sumber daya

lokal dan sarana rekreasi. Melalui organisasi semacam inilah masyarakat yakni para

anggota mensosialisasikan diri dalam suatu kelompok melalui kegiatan-kegiatan yang

disepakati bersama. Kedua, perkumpulan yang pembentukannya diprakarsai oleh

pemerintah. Organisasi ini merupakan kepanjangan tangan pemerintah untuk

merealisasikan program-program pemerintah kepada masyarakat, seperti Gampong,

PKK, Posyandu dan sebagainya. Untuk kelompok yang pembentukannya diprakarsai

oleh pemerintah pada umumnya tujuan dan sasaran kegiatannya terjadwal dengan baik

dan secara administrasi juga nampak lebih tertib.

Dari hasil survey menunjukkan bahwa sifat keanggotaan dalam organisasi

kemasyarakatan pada umumnya sukarela. Untuk menjadi anggota sebuah

perkumpulan/ organisasi tidaklah sulit, karena secara geografis domisili masing-masing

anggota tidak jauh, bahkan masih dalam satu lingkungan sosial dan administrasi yang

sama, misalnya Gampong. Sementara untuk yang tingkat desa biasanya melalui

informasi dari keluarga, teman atau orang lain. Cara menjadi anggota biasanya

langsung bergabung saja, ada yang mendaftar secara lisan dan ada pula yang harus

mendaftarkan diri secara tertulis melalui formulir yang disediakan. Hak dan kewajiban

anggota biasanya sudah dirumuskan dalam suatu organisasi dalam bentuk kesepakatan

lisan maupun tertulis. Kesepakatan tertulis ini biasanya diwujudkan dalam bentuk

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (untuk jenis organisasi yang

berhubungan dengan ekonomi/keuangan). Hak dan kewajiban anggota di antara

perkumpulan memiliki banyak persamaan antara lain hak untuk memperoleh

pendidikan, mengikuti pengajian, memperoleh arisan, memperoleh bantuan sosial dan

mengikuti setiap kegiatan perkumpulan. Sedangkan kewajiban anggota antara lain

menghadiri pertemuan rutin, iuran wajib, iuran sukarela, mengikuti arisan wajib dan

keharusan mengikuti kegiatan perkumpulan secara aktif.

Page 37: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

36  

 

Wilayah kerja/kegiatan organisasi pada umumnya pada tingkat dusun dan

Gampong. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari organisasi, yang awal pendiriannya

didasarkan pada tujuan memberikan palayanan sosial dengan prinsip dari, untuk dan

oleh masyarakat sendiri. Yakni mereka berkumpul membuat komitmen dan

melaksanakan komitmen berdasarkan pada kepentingan bersama dalam rangka

meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan tempat kegiatan dilaksanakan secara

bergantian sesuai dengan kesepakatan anggotanya misalnya kegiatan pengajian dan

arisan. Mengenai jangkauan wilayah ini sebenarnya bukan menjadi persolan, karena

memang sangat berkait dengan sifat organisasi yang selain suka rela juga terbentuknya

bermula dari adanya kebutuhan warga untuk sosialisasi diri, dan membantu

memperbaiki kualitas kehidupan bersama.

Melihat jangkauan organisasi lokal tersebut, menunjukkan bahwa ada variasi

keanggotaan pada organisasi, yaitu jenis kelamin, pendidikan, umur dan kultur. Dengan

demikian organisasi lokal telah menjangkau berbagai lapisan sosial dalam masyarakat

bawah. Keaneka ragaman tersebut merupakan kenyataan yang menggambarkan,

bahwa organisasi lokal telah berhasil mengorganisasikan orang-orang yang memiliki

perbedaan secara sosial, ekonomi dan budaya. Dalam kerangka pembangunan

masyarakat, karakteritik keanggotaan organisasi lokal ini merupakan modal sosial bagi

upaya mewujudkan dinamika dan kedamaian sosial.

5.4. Proses dan Motivasi terbentuknya Organisasi

Organisasi kelompok tani ataupun gapoktan di lokasi penelitian terbentuk

melalui proses dan motivasi para petani itu sendiri. Petani adalah sekelompok

masyarakat yang ada di pedesaan yang kegiatan hariannya melakukan atau bermata

pencaharian di bidang usaha tani. Usaha tani yang paling utama mereka lakukan yaitu

mengelola lahan sawah yang ditanami dengan komoditi utama yaitu padi.

Untuk lebih terarah usaha taninya dengan semangat bermusyawarah dan

berembuk dengan para tokoh adat untuk mencari jalan keluar agar usaha tani yang

mereka geluti dapat menjadi lebih mudah terutama dalam mendapatkan pinjaman

modal usaha. Akibat tersendatnya usaha tani maka secara musyawarah muncullah ide-

ide mereka untuk membuat kelompok tani, dengan adanya kelompok tani akan

Page 38: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

37  

 

mempermudah upaya mengumpulkan modal melalui sistem simpan pijam.

Mengorganisasikan petani secara formal merupakan pendekatan utama pemerintah

untuk pemberdayaan petani.

Hampir pada semua lokasi penelitian untuk mendapatkan program, petani

disyaratkan untuk berkelompok, dimana kelompok menjadi alat untuk mendistribusikan

bantuan (material atau uang tunai), dan sekaligus sebagai wadah untuk berinteraksi

baik antar peserta maupun dengan pelaksana program (Badan SDM Deptan, 2007;

Balitbangtan, 2006). Padahal untuk mewujudkan ini, telah dihabiskan anggaran dan

dukungan tenaga lapang yang cukup besar. Akibatnya, kelompoktani yang terbentuk

menjadi tidak solid dan susah dipertahankan.

Disisi lain pemerintah juga mengharapkan dengan adanya kelembagaan

kelompok tani yang merupakan wadah petani dalam rangka menguatkan usaha tani

melalui penguatan modal, maka petani dapat menjadi lebih bersemangat dalam

mengupayakan peningkatan produksi. Kelembagaan kelompok tani atau gapoktan yang

ada dipedesan sudah terstuktur dengan baik dimana didalam kelompok sudah ada

ketua sekretaris dan bendara dan ketiga struktur ini sudah dapat meminit jalannya

kelembagaan kelompok tani/ gapoktan

Petani adalah satu kesatuan komunitas yang berdomisili di pedesaan dan

mengantungkan hidupnya pada usaha pertanian baik itu taman pangan ataupun

perkebunan dan ternak. Petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudidaya ikan

pengolah ikan dan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan merupakan

bahagian dari masyarakat Indonesia dan khususnya Aceh perlu ditingkatkan

kesejahteraan dan kecerdasan. Peran untuk meningkatkan kesejahteraan dan

kecerdasan menjadi beban penyuluh melalui penyuluhan yang harus dilaksanakan

dengan penuh ketulusan. Penyuluh akan lebih mudah dan terarah apabila di pedesaan

sudah ada kelompok taniyang akan menerima informasi teknologi. Dengan demikian

penyampaian informasi baik informasi pasar, permodalan dan sumber daya lain dapat

dengan mudah diterima sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas , efisiensi

usaha, pendapatan dan kesejahteraan serta meningkatkan kesadaran dalam

pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Page 39: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

38  

 

Dengan adanya kelompok tani dalam mengatur pertemuan sudah mudah

dilakukan. Kelompok akan mengatur jadwal pertemuan baik dengan sesame anggota

atau dengan penyuh yang ada diwilayah mereka. Dengan adanya pertemuan baik

dengan tokoh adat atau dengan penyuluh petani semakin lama semakin bertambah

pengetahuannya terutama dibidang usaha taninya. Dengan adanya pertemuan

diharapkan petani akan lebih meningkatkan wawasan berpikir akibat adanya berbagai

informasi yang didapat dalam pertemuan kelompok baik itu berasal dari penyuluh atau

tokoh tani dan tokoh adat setempat.

Dalam tahun 2010 dan 2011 banyak perkembangan usaha tani khususnya padi.

Adopsi teknologi sudah terjadi walaupun tidak secara cepat. Hal ini dapat terbukti

bahwa setiap desa yang terlibat pengkajian ini sudah melakukan adopsi teknologi

terutama penggunaan benih VUB. Pengunaan benih bermutu dan berlabel sudah

dilakukan oleh setiap petani. Hampir 99 persen petani Aceh khususnya kabupaten Pidie

Jaya , Pidie , Bireuen menggunakan benih padi dari varietas ciherang, mekongga,

cibogo, dan impari. Penggunana benih ungul merupakan hasil prakarsa BPP yang

dinovasikan oleh BPTP. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri bahwa di Aceh peran

BPTP sangat signifikan dalam mengadopsikan beberapa teknologi yang ada dalam

model PTT. Adopsi teknologi yang paling dapat dilihat yaitu penanaman sistin legowo.

Hampir di setiap kabupaten yang terlibat pengkajian ini,sudah mengadopsi sistim

tanalegowo terutama dapat dilihat disetip lahan sawah yang terletak dipingir jalan raya

yang menuju ketiga kabupaten.

Pada hakekatnya kelompoktani juga punya berbagai macam keinginan untuk

mencapai hasil usahat ani yang dapat meningkatkan pendapatannya. Banyak program

yang ingin dibuat bersama diantaranya adalah Program penydiaan sarana olah tanah

yang memadai, program turun kesawah yang serentak, Program untuk memperoleh

benih bermutu, program pengaturan air yang sesuai kebutuhan tanaman, program

untuk memperoleh modal yang lebih besar, program penyediaan sarana produksi yang

tersedia, , program pengendalian hama dan penyakit yang efektif,serta program pasar

yang dapat menampung hasil panen yang memadai (harga yang baik). Dalam tiga

tahun terakhir ini (2008-2009), program yang paling luas sebarannya adalah progam

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Gabungan Kelompok Tani

Page 40: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

39  

 

(Gapoktan) terbentuk merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran

bantuan modal usaha bagi anggota. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi

menjadi salah satu indikator keberhasilan PUAP yakni berupa indikator benefit dan

impact.

Pasar merupakan juga program akhir petani untuk mendapatkan untung dari

harga penjualan gabah. Harapan yang paling besar dari petani yaitu harga gabah

menjadi mahal seperti pada tahun 2010 dimana harga gabah dapat mencapai Rp

4.800. Harga ini akan memberikan kelegaan pada petani. Harapan petani kepada

pemerintah agar harga gabah dapat stabil disaat musim panen tentunya harga yang

sesuai dengan output pengeluaran dan adanya sisa penjualan yang dapat

meningkatkan pendapatan untuk menuju peningkatan kesejahteraan. Eksistensi

organisasi milik petani bergantung terutama kepada kondisi lingkungan dimana ia

hidup. Dua kekuatan yang menentukan dalam konteks ini adalah negara dan pasar.

Negara menginginkan petani diorganisasikan secara formal, sementara pasar

cenderung menekan petani (secara individu dan kelompok) untuk berperilaku efisien

dan menguntungkan. Sesuai dengan tekanan kultur pasar, petani tidak harus

berperilaku secara kolektif dalam kelompok-kelompok formal; sebaliknya negara

terutama untuk kepentingan administratif membutuhkan petani diorganisasikan secara

formal untuk menjalankan program-program pemberdayaan petani di pedesaan.

Petani secara kelompok tidak mempungkiri bahwa bantuan yang diberikan oleh

pemerintah melalui dinas pertanian sering mereka terima di setiap musim tanam.

Bantuan tersebut berupa benih unggul, Pupuk kimia dan organik serta insektisida disaat

ada serangan. Demikian pula bantuan berupa informasi teknologi yang tidak putus-

putusnya dari Penyuluh.

Umumnya kelompok tani belum memiliki badan hukum. Hal ini mungkin

disebabkan karena kiprah kelompok tani belum jauh dalam hal berhubungan dengan

pihak-pihak luar yang memberi pengaruh terhadap kegiatan kelompok dan kelompok

tani masih melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan anggotanya

sendiri. Demikian pula permasalan belum mengarah kepada hal-hal yang bermasalah

yang dapat menimbulkan pengaruh tindak pidana terhadap kelompok tani itu sendiri.

Page 41: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

40  

 

Sumber hukum dalam rangka jalannya kelembagaan kelompok tani atau

gapoktan adalah merupakan kesepakatan anggota. Apabila ada permasalahan yang

terjadi dalam kelompok maka anggota kelompok tani bermusyawarah bersama lalu

adanya keputusan hukum, tentunya hukum adat untuk pemberian sangsi kepada yang

membuat masalah didalam kelompok.

Hubungan kerjasama tentunya yang paling berkompeten adalah pemerintah.

Pemerintah yang diwaili oleh dinas terkait tentunya menjalin kerja sama yang erat

dengan kelompok tani/gapoktan daalam rangka peningkatan taraf hidup petani.

LSM dan Dinas terkait tentunya punya kepentingan dengan kelompok tani.

Dinas pertanian,peternakan, perikanan dan kehutanan, petani merupakan mitra kerja

mereka. Kolompok tani merupakan wadah untuk mencairkan dana yang sudah

diprogramkan. Demikian juga LSM.

5.5. Aspek Kinerja Organisasi

Kinerja merupakan aspek yang penting dalam manajemen sumber daya

manusia beberapa pengertian yang dikemukakan adalah sebagai berikut :

Sedarmayanti (2007) menyatakan bahwa kinerja merupakan sistem yang

digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seseorang telah melaksanakan

pekerjaannya secara keseluruhan, atau merupakan perpaduan dari hasil kerja (apa

yang harus dicapai seseorang) dan kompetensi (bagaimana seseorang mencapainya).

Selanjutnya Handoko (2001) menyatakan bahwa kinerja (perfomance appraisal)

adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi

kerja karyawan dimana dalam kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan

personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan

kerja mereka.

Sedangkan menurut Simanjuntak (2005) kinerja adalah tingkat pencapaian hasil

atas pelaksanaan tugas tertentu, dalam hal ini mencakup kinerja individu, kinerja

kelompok, kinerja perusahaan yang dipengaruhi faktor intern dan ekstern.

Selanjutnya Dharma (2005) menyatakan bahwa penilaian kinerja didasarkan

pada pemahaman, pengetahuan, keahlian, kepiawaian dan prilaku yang diperlukan

Page 42: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

41  

 

untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik dan analisis tentang atribut perilaku

seseorang sesuai kriteria yang ditentukan untuk masing-masing pekerjaan.

Menurut Mahsun (2006) bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program, kebijakan dalam mewujudkan

sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu

organisasi.

Sedangkan menurut Robertson dalam Mahsun (2006) juga menyatakan bahwa

pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan

dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya termasuk informasi atas efisiensi

penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang/jasa, kualitas barang/jasa, hasil

kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan.

Dari hasil survey yang dilakukan terhadap kelompok kelembagaan informal di

tiga Kabupaten yakni Pidie, Pidie Jaya dan Bireuen menunjukkan bahwa secara umum

kinerja kelembagaan formal masih perlu penyempurnaan.

1. Kelembagaan Formal

a. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pidie

Tahun anggaran 2010, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pidie

mengelola anggaran sebesar Rp 6.694.343.369,- yang bersumber Dana Alokasi Umum

(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Rutin. Semua program dan kegiatan yang

direncanakan sudah dilaksanakan sesuai administrasi keuangan dan peraturan yang

berlaku dengan realisasi mencapai 99,3 %.

Khusus kegiatan bidang pertanian, berupa penerapan teknologi pertanian/

perkebunan, secara umum dapat direalisasikan 100 % sesuai rencana. Namun

beberapa masalah yang dirasakan antara lain masih belum sempurnanya pembinaan

sistem pelaporan menyangkut kegiatan yang dilaksanakan.

Page 43: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

42  

 

Adapun program sektor pertanian dan peternakan yang diusulkan pada tahun

2010 mencapai Rp 5.045.403.800,- terdiri dari :

1. Program peningkatan kesejahteraan petani

2. Program peningkatan ketahanan pangan

3. Program peningkatan penerapan teknologi pertanian

4. Program peningkatan produksi pertanian

5. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak

6. Program peningkatan produksi hasil peternakan

Program peningkatan penerapan teknologi peternakan

b. Dinas Pertanian dan Peternakan Pidie Jaya

Secara umum Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pidie Jaya telah

mampu merelaisir secara maksimal seluruh target indikator kegiatan yang ditetapkan

dalam Rencana Kerja Tahun 2010. Hal tersebut dapat dicapai karena SDM yang terlibat

dapat diandalkan untuk bekerja secara optimal. Capaian kinerja indikator input, telah

memberikan kontribusi terhadap pencapaian target kinerja indikator output. Dari

pencapaian target kinerja output, sebanyak 18 kegiatan dan 10 di antaranya tercapai

sesuai rencana, sedangkan 7 kegiatan berkinerja kuran (90 %) serta 1 kegiatan tidak

dapat direalisasikan sesuai rencana karean alasan tertentu.

Program peningkatan ketahanan pangan, dialokasikan dana sebesar Rp 65 juta,

dengan realisasi sebesar Rp 64.337.000,- (98,98%). Adanya sisa dana disebabkan

kegiatan proses kontrak dengan pihak rekanan.

Sedangkan program peningkatan penerapan teknologi, program pencegahan

dan penanggulangan penyakit ternak serta program peningkatan produksi hasil

peternakan, relaisasi dana mencapai 99 %.

Page 44: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

43  

 

c. Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Bireuen

Pada tahun 2010, Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan

Bireuen melaksanakan 7 program dan 25 kegiatan, dengan jumlah anggaran belanja

mencapai Rp 15.926.974.490, terdiri anggaran tidak langsung sebesar Rp

8.527.825.990,- dengan realisasi sebesar Rp 7.605.311.054,- Sedangkan jumlah

anggaran belanja langsung Rp 7.435.148.500,- dengan realisasi sebesar Rp

7.324.594.944,-

Masih banyaknya kendala dan tantangan yang dapat menyebabkanb kinerja

lembaga dinas ini belum dapat berjalan secara optimal, baik teknis maupun non teknis.

Secara umum kelemahan-kelemahan yang terjadi antara lain :

- Masih belum sinergisnya antara kinerja kegiatan/ proyek dengan kinerja

struktural

- Belum optimalnya kompetensi teknis yang dimiliki

- Pengaruh faktor eksternal yang bersifat teknis dan non teknis.

2. Lembaga Informal

Kelembagaan informal di masyarakat relatif mudah tumbuh, namun jarang yang

sampai pada kemandirian. Menginisiasi kelembagaan informal di masyarakat umumnya

menghadapi kendala pada aspek legalisasi. Komitmen yang tinggi dari anggota

terhadap bidang-bidang yang akan ditangani masih belum cukup untuk mencapai tahap

pengakuan atas eksistensinya, bila kelembagaan informal ini tidak menjadi lembaga

formal (legal).

Pengakuan atas suatu lembaga adalah awal dari perkembangaan kelembagaan

menuju jenjang selanjutnya, yakni tingkat dimana lembaga tersebut mulai diterima oleh

berbagai pihak, kemudian tingkat dimana lembaga tersebut mulai berpengaruh

terhadap kehidupan masyarakat, hingga pada tingkat kemandirian (lembaga swadaya).

Karena bersifat informal, kiprah lembaga menjadi terbatas pada tataran yang bukan

penentu, lebih bersifat situasional, dan bisa jadi tidak konsisten.

Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara

sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak

seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota

Page 45: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

44  

 

dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi

informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi

informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan

kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan.

Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi

sekunder menurut Hicks:

• Organisasi Primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara

lengkap, pribadi dan emosional anggotanya. Mereka berlandaskan ekspektasi

rimbal balik dan bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan eksak. Contoh

dari organisasi semacam ini adalah keluarga-keluarga tertentu.

• Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat

intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan

memberikan kepuasan batiniah, tapi mereka memiliki anggota karena dapat

menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya.

Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan dengan

calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar

pembayaran gajinya.

Menurut J Winardi, umumnya sasaran yang ingin dicapai kelembagaan informal adalah:

1. Organisasi berorientasi pada pelayanan (service organizations), yaitu organisasi

yang berupaya memberikan pelayanan yang profesional kepada anggotanya

maupun pada kliennya. Selain itu siap membantu orang tanpa menuntut

pembayaran penuh dari penerima servis.

2. Organisasi yang berorientasi pada aspek ekonomi (economic organizations),

yaitu organisasi yang menyediakan barang dan jasa sebagai imbalan dalam

pembayaran dalam bentuk tertentu.

3. Organisasi yang berorientasi pada aspek religius (religious organizations)

4. Organisasi-organisasi perlindungan (protective organizations)

5. Organisasi-organisasi pemerintah (government organizations)

6. Organisasi-organisasi sosial (social organizations)

Page 46: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

45  

 

Ditinjau dari sasaran yang ingin dicapai, maka secara umum kelembagaan yang

ada di tiga kabupaten survei lebih mengarah pada kelompok yang berorientasi aspek

religius (keagamaan) yakni sekitar 80 %, sedangkan sisanya berupa organiasasi yang

berorientasi ekonomi dan sosial.

3. Kinerja Kelembagaan Informal

Kelembagaan Informal yang ada di Kabupaten Pidie, Pidie Jaya dan Bireuen,

umumnya kelompok pengajian dan arisan. Dalam sektor pertanian, kelompok informal

belum memberikan kontribusi nyata terutama dalam menetapkan kebijakan dan aturan.

Secara umum, kelompok informal berperan dalam kegiatan sosial masyarakat desa

seperti gotong royong, peringatan hari-hari besar Islam, sedangkan dalam sektor

pertanian relatif sedikit.

Dalam kelompok masyarakat tani, kelembagaan informal hanya berperan pada

sistem budidaya seperti penanaman padi, pengendalian hama penyakit dan

pemanenan. Sedangkan pada sistem pengolahan hasil belum ditemukan di setiap desa,

kecuali beberapa desa dalam Kabupaten Bireuen dan Pidie.

Di kabupaten Bireuen, peran kelembagaan informal mulai mengarah ke

agribisnis terutama pengolahan keripik pisang kepok. Namun demikian kelompok ini

belum membentuk kesatuan dalam bentuk koperasi.

Sedangkan di Kabupaten Pidie, kegiatan pengolahan hasil lebih didominir oleh

wanita dengan memproduksi emping melinjo. Kegiatan kerajinan rumah tangga ini

dilakukan sepulang dari pekerjaan berusahatani atau saat padi telah masa tanam.

5.6. Aspek Keuangan dan Permodalan

Dana bagi sebuah kelembagaan atau kelompok adalah memang merupakan

kebutuhan yang amat diperlukan untuk kelangsungan kegiatan kelembagaan tersebut

dalam mencapai tujuan. Namun terhadap beberapa kelompok adat dan

kemasyarakatan yang ada pada daerah penelitian ini ternyata masalah dana meski

sangat dibutuhkan namun bukan menjadi sesuatu yang terlalu menghambat. Sebagian

kelompok untuk pendanaan kegiatan usahataninya bersumber dari bantuan pemerintah

Page 47: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

46  

 

dan kas kelompok, kecuali organisasi yang ada kaitannya dengan program pemerintah

seperti PKK, Posyandu dan sejenisnya, hampir tidak ada organisasi yang menerima

secara rutin apalagi menggantungkan pendanaan organisasi dari pihak lain.

Sumber keuangan bagi sebagian anggota kelompok pada daerah penelitian ini

adalah sangat bervariasi menurut jenis kegiatan dalam kelompok tersebut, antara lain

dari program simpan pinjam dari dana kelompok dan koperasi, dari hasil kerja

sampingan dan juga dari kegiatan usahataninya sendiri serta dari bantuan Pemerintah

Kabupaten melalui dinas terkait seperti bantuan benih dan pupuk pada program

intensifikasi, dana dari PNPM khusus untuk sarana dan prasarana dan juga ada bantuan

dana dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa yaitu dana pemberdayaan ekonomi

masyarakat desa.

Dana yang berasal dari bantuan gampong biasanya digunakan untuk kegiatan-

kegiatan yang bersifat fisik, apalagi memang kadang kala turunnya berupa paket atau

proyek pembangunan sarana dan prasarana (infrastruktur). Namun demikian meski

berupa proyek kadang besar dana yang diterima tidak sesuai kebutuhan, sehingga

kelompok masih harus mencari tambahan dari sumber lain. Dalam hal ini hal yang

paling mudah adalah dengan menggalang dana dari warga dengan besaran sesuai

kemampuan dan penentuannya dilakukan dalam sebuah musyawarah warga Gampong.

Dipihak lain, sekarang ini banyak lembaga permodalan yang menawarkan

bantuan kredit untuk kegiatan usahatani. Namun untuk akses mendapatkan kredit pada

perbankan tersebut adalah sangat sulit sekali dan ini dirasakan hampir semua anggota

kelompok yang merupakan responden dalam penelitian ini. Hal ini karena bertambah

ketatnya persyaratan yang buat oleh pihak perbankan seperti harus adanya agunan

sebagai jaminan sehingga banyak dana-dana seperti ini tidak dapat dimanfaatkan oleh

petani untuk kelangsungan usahataninya.

Untuk mengatasi permasalahan seperti ini pihak pemerintah perlu memikirkan

sebuah terobosan baru dibidang permodalan untuk kegiatan masyarakat tani yang

bersifat membina dan melindungi pengguna modal, sehingga setiap bantuan pinjaman

yang dikucurkan tersebut dapat dilunasi kembali oleh masyarakat.

Page 48: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

47  

 

5.7. Kapasitas dan Kemampuan Organisasi

Hasil survey tiga kabupaten terhadap dinas maupun instansi terkait dalam hal

ini pemerintah mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam pengelolaan pelayanan

publik, namun ternyata pemerintah memiliki kapasitas sumberdaya, terutama dana,

yang cenderung semakin terbatas untuk memproduksi keluaran pelayanan publik yang

tuntutannya semakin tinggi. Sebagai konsekwensinya, pihak pemerintah perlu

mengerahkan dan memanfaatkan masukan sumberdaya yang tersedia melalui

penggalangan kerjasama atau pengembangan kemitraan antar organisasi.

Secara empirik, pemerintah sejak beberapa dekade yang lalu telah

mengeluarkan kebijakan pengembangan kemitraan dalam memecahkan permasalahan

keterbatasan kapasitas sumberdaya, terutama dana, untuk memenuhi permintaaan

peningkatan pelayanan publik, khususnya pelayanan infrastruktur. Secara teoritik,

pengembangan kemitraan diperlukan untuk meningkatkan produktifitas suatu

organisasi melalui pengerahan dan pemanfaatan masukan sumberdaya yang dirniliki

pihak lain yang terlibat dalam jaringan kerja pelayanan publik.

Dalam konteks pemecahan permasalahan keterbatasan kapasitas sumberdaya

dan peningkatan kinerja pelayanan publik, penelitian ini melihat pentingnya penguatan

kemampuan organisasi pemerintah untuk mengembangkan hubungan kerja kemitraan

antar organisasi dalam pengelolaan pelayanan publik. Begitu juga halnya kajian tentang

penguatan kemampuan organisasi baik kelembagaan formal dan informal untuk

mengembangkan hubungan kerja kemitraan antar organisasi dalam pengelolaan

pelayanan anggaran dan pelaksanaan penyuluhan di lapangan, perlu menitik beratkan

pada penyediaaan kelembagaan berbasis swadaya masyarakat.

Pada dasamya, dalam proses terbangunnya lingkungan kelembagaan, mulai dari

perekrutan pegawai/anggota, penganggaran, dan penyediaan prasarana dan sarana

lingkungan llembaga, hampir selalu terjadi hubungan kerja antar organisasi yang

terlibat dalam jaringan kerja pelayanan lembaga. Permasalahannya adalah ternyata

proses terbangunnya lingkungan kelembagaan berlangsung dalam kondisi tidak

normal'. Hal ini cenderung menciptakan lcualitas lingkungan kelembagaan yang kurang

teratur dan fungsional. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa disatu sisi terdapat

kecenderungan konfigurasi hubungan kerja antara Dinas/Badan penyuluhan, instansi

Page 49: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

48  

 

terkait, dan masyarakat kurang kohesif. Disisi lain, ternyata kemampuan organisasi

Dinas maupun Badan Penyuluhan dalam pengembangan kemitraan antar organisasi

menunjukkan kondisi yang kurang memadai.

Dengan melihat tugas pokok Dinas/Badan dan konfigurasi hubungan kerja antar

organisasi dalam pengelolaan pelayanan masyarakat terutama petani, seharusnya

Dinas/Badan perlu memiliki peran yang sentral untuk mengkoordinasikan peran dan

pengerahan masukan sumberdaya yang dimiliki oleh pihak lain melalui peran jaringan

kerja pelayanan masyarakat. Sementara itu, dengan melihat tugas pokok dan

keterbatasan kapasitas sumberdaya, seharusnya Dinas/Badan memiliki kapasitas

internal organisasi untuk memproduksi pelayanan masyarakat secara bersama dan

sekaligus mengembangkan kemitraan antar organisasi. Sebagai konsekwensinya,

Dinas/Badan perlu melakukan penguatan kemampuan organisasi untuk

mengembangkan hubungan kerja kemitraan antar organisasi dalam pengelolaan

pelayanan masyarakat. Namun demikian, belum tentu berhasil melakukan penguatan

kemampuan organisasi untuk mengembangkan hubungan kerja kemitraan antar

organisasi.

Faktor-faktor kondisional yang mempengaruhi keberhasilan Dinas maupun

Badan dalam penguatan kemampuan organisasi untuk mengembangkan hubungan

kerja kemitraan antar organisasi dalam rangka mendukung peningkatan kinerja

pelayanan terhadap masyarakat pengguna. Keberhasilan Dinas/ instansi dalam

penguatan kemampuan organisasi untuk mengembangkan hubungan kerja, kemitraan

antar organisasi dalam pengelolaan pelayanan masyarakat, tergantung atau

dipengaruhi oleh: a) dukungan lingkungan eksternal bagi Dinas/ instansi untuk

melaksanakan tugas dan kegiatan dalam pengembangan kemitraan antar organisasi, b)

kapasitas sumberdaya organisasional untuk menjalin hubungan kerja kemitraan dengan

pelaku berkepentingan, c) kapasitas mengelola fungsi kelembagaan jaringan kerja

untuk mengkoordinasikan peran dan mengerahkan masukan sumberdaya yang dimiliki

pelaku berkepentingan, dan d) kehandalan melakukan proses pemberdayaan

masyarakat untuk meningkatkan partisipasi aktif organisasi masyarakat setempat,

sebagai inisiator dan mitra, dalam pelaksanaan kegiatan bersama pemerintah.

Page 50: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

49  

 

Kapasitas kelembagaan di Kabupaten Pidie, Pidie Jaya dan Bireuen

menunjukkan bahwa: kapasitas sumberdaya organisasional untuk menjalin hubungan

kerja kemitraan dengan pihak lain, dan kapasitas mengelola fungsi kelembagaan

jaringan kerja menunjukkan kondisi yang kurang memadai, sehingga menjadi faktor

kondisional yang menghambat keberhasilan Dinas/ Badan dalam penguatan

kemampuan organisasi untuk mengembangkan hubungan kerja kemitraan antar

organisasi. Sementara itu, dukungan lingkungan eksternal bagi Dinas untuk

melaksanakan tugas dan kegiatan dalam pengembangan kemitraan antar organisasi

dan kehandalan melakukan proses pemberdayaan masyarakat menunjukkan kondisi

yang cukup memadai, sehingga menjadi faktor kondisional yang mendukung

keberhasilan Dinas tersebut.

Dibalik permukaan, ternyata terdapat faktor yang sesungguhnya mempengaruhi

keberhasilan Dinas dalam penguatan kemampuan organisasi untuk mengembangkan

hubungan kerja kemitraan antar organisasi, yakni: pola pengaturan tatanan

kelembagaan antar organisasi di dalam lingkungan organisasi pemerintah kabupaten,

yang meliputi aspek: kewenangan, tanggungjawab, pembagian tugas, alokasi

sumberdaya, mekanisme kerja, serta hubungan kerja antar organisasi. Faktor tersebut

ternyata kurang mendukung penguatan kapasitas internal organisasi Dinas/ Badan

untuk memproduksi keluaran pelayanan kelembagaan secara bersama dan sekaligus

untuk mengembangkan kemitraan antar organisasi, yang meliputi: kesiapan sistem

manajemen, ketersediaan sumberdaya, dan kemampuan aparat untuk berinteraksi

dengan pihak lain dalam jaringan kerja pelayanan masyarakat pengguna.

Lepas dan adanya kondisi tersebut, pada saat ini struktur organisasi, pembagian

tugas, dan mekanisme kerja antar organisasi di dalam lingkungan pemerintah

kabupaten ternyata sangat bersifat sektoral; dan instansi terkait cenderung

melaksanakan kegiatan secara sendiri-sendiri sesuai tugas pokok yang diembannya.

Dalam kondisi seperti itu terdapat kecenderungan bahwa instansi terkait mengabaikan

tugasnya dalam hal mengatur dan mengelola proses terbangunnya lingkungan

kelembagaan. Kondisi tersebut berdampak pada penciptaan kondisi lingkungan

lembaga yang kurang teratur dan fungsional. Fenomena tersebut menunjukkan

Page 51: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

50  

 

ketidakmampuan Dinas untuk mendukung peningkatan kinerja pelayanan masyarakat

pengguna.

Jika dikaji dan ditelusuri secara mendalam terhadap fenomena tersebut,

sesungguhnya terjadi proses `madinalisase terhadap tugas Dinas, sebagai akibat pola

pengaturan tatanan kelembagaan antar organisasi di dalam Iingkungan pemerintah

kabupaten yang cenderung kurang proporsional dan harmonis. Faktor inilah yang

sesungguhnya merupakan faktor tersamar yang mempengaruhi keberhasilan Dinas

dalam penguatan kemampuan organisasi untuk mengembangkan hubungan kerja

kemitraan antar organisasi.

Hasil temuan penelitian ini memberikan `pemikiran bare' tentang pentingnya

kapasitas organisasi untuk melakukan pengaturan pola tatanan kelembagaan antar

organisasi yang dapat mendukung keberhasilan suatu organisasi pemerintah dalam

penguatan kemampuan organisasi pemerintah untuk mengembangkan hubungan kerja

kemitraan antar organisasi dalam pengelolaan pelayanan publik. Dalam penelitian ini,

rekomendasi kebijakan penguatan kemampuan organisasi dalam pengembangan

hubungan kerja kemitraan antar organisasi perlu dilakukan dengan mempertimbangkan

kesesuaian antara alokasi sumberdaya dan tugas suatu organisasi, disertai dengan

penguatan kapasitas internal organisasi untuk mengelola koordinasi peran pelaku

berkepentingan, sinkronisasi kegiatan yang berkaitan, serta integrasi mekanisme kerja

dalam penyediaan pelayanan publik.

5.8. Pengembangan Inovasi di Tingkat Pengguna

Setiap upaya pembangunan yang disampaikan melalui kegiatan penyuluhan

pada dasarnya ditujukan untuk tercapainya perubahan-perubahan perilaku masyarakat

demi terwujudnya mutu hidup yang mencapai banyak aspek, baik ekonomi, sosial,

budaya, ideologi, politik maupun pertahanan keamanan.

Menurut Mardikanto, 1993 menyatakan bahwa pesan-pesan pembangunan yang

disuluhkan haruslah mampu mendorong atau mengakibatkan terjadinya perubahan-

perubahan yang memiliki sifat-ifat pembaharuan yang disebut dengan istilah

innovativeness.

Page 52: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

51  

 

Penelitian ini dilaksanakan di sentra produksi padi, karena pada daerah tersebut

umumnya petani melaksanakan budidaya padi untuk mendukung program pemerintah

dalam Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Akan tetapi daerah-daerah sentra

produksi kedelai juga merupakan tempat pelaksanaan program.

Kabupaten Pidie mempunyai lahan baku sawah seluas 29.337 ha. Untuk tahun

2010 luas penanaman padi di Kabupaten Pidie mencapai 42.738 ha, membutuhkan

benih padi sebanyak 1.078 ton dengan asumsi pemakaian sebanyak 25 kg/ha. Tingkat

pemakaian benih bermutu di Pidie rata-rata setiap musim tanam telah mencapai 30%

(di atas rata-rata nasional 25%) dari kebutuhan benih seluruhnya. Hal ini berarti setiap

tahun membutuhkan benih padi bermutu sejumlah 323.40 ton. Untuk memenuhi

kebutuhan benih tersebut maka keberadaan institusi perbenihan mutlak diperlukan.

Institusi perbenihan adalah lembaga pemerintah maupun swasta yang bergerak

di bidang perbenihan yang menangani masalah benih dan pengawasannya berada di

bawah Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pidie. Lembaga ini menangani

masalah produksi benih sehingga memenuhi syarat baik segi kualitas maupun

kuantitasnya. Balai benih merupakan unit pelaksana teknis yang bertugas

menyediakan/ memproduksi benih dasar (FS) maupun benih (SS) untuk perbanyakan

benih sebar (ES) bagi petani sekaligus mengeluarkan benih yang dihasilkannya.

Di samping lembaga pemerintah juga terdapat pihak swasta dalam

memproduksi benih sekaligus menyalurkan benih yang dihasilkan. Benih merupakan

salah satu faktor penentu yang sanga dibutuhkan untuk kelancaran produksi. Oleh

karena itu diperlukan suatu institusi yang menangani masalah benih yang

pengawasannya berada di bawah Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pidie.

Setiap usaha/ kegiatan dalam mencapai tujuan dan sasaran senantiasa tidak

luput dari berbagai permasalahan dan hambatan yang dihadapi. Dari hasil pelaksanaan

kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2010 khusus lingkup Dinas Pertanian dan

Peternakan Kabupaten Pidie yang menjadi permasalahan adalah sebagai berikut :

Page 53: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

52  

 

a. Penggunaan Sarana Produksi

Upaya untuk meningkatkan produksi tanaman yang berhubungan dengan

saprodi, memerlukan lima tepat yaitu: tepat waktu, tepat mutu, tepat tempat, tepat

jenis dan tepat harga.

1. Benih/bibit

Masalah yang dihadapi saat ini di Kabupaten Pidie antara lain :

- Terbatasnya jumlah Balai Benih Utama (BBU), sehingga kemampuannya

terbatas dalam penyediaan benih unggul dan bermutu, kebutuhan benih tiap

komoditas setiap musim tanam terutama Padi dan palawija petani terpaksa

membeli dari pengecer yang ada di Kabupaten Pidie.

- Rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan petani pada bidang

perbenihan dalam upaya mengembangkan penangkar-penangkar benih guna

mengatasi masalah kerugian benih.

- Terbatasnya dana untuk kegiatan pembinaan petani penangkar benih

- Sudah tersedia BBU pembantu di Kecamatan Glumpang Tiga namun masih

belum berfungsi dengan baik.

2. Pupuk

Permasalahan dan hambatan yang dialami antara lain :

- Kurangnya modal tunai dari petani untuk membeli pupuk, sehingga pada

gilirannya akan berpengaruh kepada produksi.

- Tingkat pengetahuan dan keterampilan petani relatif masih rendah dalam

penggunaan pupuk berimbang.

3. Pemanfaatan Sumberdaya Manusia

Permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan Sumberdaya Manusia antara lain:

- Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan dalam pengelolaan usahatani

sehingga produktivitas relatif rendah.

Page 54: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

53  

 

- Kurangnya dana untuk mengadakan pelatihan-pelatihan di lapangan.

- Belum optimalnya fungsi kepala Cabang Dinas Pertanian dan Peternakan

Kabupaten.

Tidak semua lokasi penelitian merupakan lokasi program SL-PTT dilaksanakan,

sehingga petani yang menjadi sasaran penelitian ini adalah petani yang berada dalam

desa tempat program tersebut dilaksanakan. Pertimbangannya SL-PTT merupakan

salah satu metode pendekatan sasaran yaitu pendekatan secara massal dimana

demontrasi cara yang diperagakan dapat dilihat langsung dan melibatkan banyak

petani. Di samping itu SL-PTT juga merupakan pendekatan kelompok, yang dalam

kasus-kasus tertentu peran kelompok lebih dominan.

Kabupaten Pidie Jaya sebagian besar wilayahnya berupa lahan pertanian maka

saat ini dan masa yang akan datang sektor ini akan menjadi salah satu sektor unggulan

yang dapat dikembangkan yang nantinya dapat menjadi salah satu pemasukan bagi

PAD dan dengan sendirinya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Kabupaten

Pidie Jaya.

Sektor pertanian merupakan sektor penyumbang terbesar terhadap

pembentukan PDRB Kabupaten Pidie Jaya, untuk itu perlu dilakukan analisis untuk

mengetahui komoditi unggulan yang ada di Kabupaten Pidie Jaya sehingga nantinya di

ketahui kecamatan-kecamatan mana saja yang menjadi basis pertanian. Sektor

pertanian terdiri dari beberapa subsektor, di antaranya adalah tanaman bahan

makanan yang terdiri atas padi dan palawija, perkebunan, peternakan, perikanan serta

kehutanan.

Sedangkan lahan sawah sebagai kawasan budaya pertanian sektor di kabupaten

Pidie Jaya baik sawah pengairan maupun sawah tadah hujan. Luas lahan sawah

pengairan 7.806 Ha dan sawah tadah hujan 151 Ha.

Pengembangan inovasi pertanian di Pidie Jaya sebagai kabupaten pemekaran

dari kabupaten induknya Pidie memiliki landasan semangat yang kokoh dalam

mengejar ketertinggal pembangunan pertanian dari daerah lain yang telah lebih maju.

Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya senantiasa memotivasi dan mendorong masyarakat,

Page 55: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

54  

 

swasta dan seluruh stakeholders untuk bersama-sama mengembangkan inovasi di

seluruh Pidie Jaya. Dalam mendorong tumbuhnya inovasi di Pidie Jaya, pemerintah

daerah mengembangkan regulasi yang lebih baik bagi perkembangan inovasi,

meningkatkan ketrampilan bagi inovasi dan mengembangkan penafsiran inovasi yang

efisien. Dalam mengembangkan inovasi daerah di Kabupaten Pidie Jaya yaitu dengan

mengembangkan inovasi yang berupa field knowledge (dengan mengadopsi inovasi

yang berasal dari luar Pidie Jaya), maupun dengan mengembangkan inovasi sendiri

atau dengan mengembangkan keduanya (menggabungkan inovasi dari luar yang telah

ada dengan menggabungkan inovasi yang dikembangkan sendiri).

Untuk pengembangan inovasi daerah, Pidie Jaya senantiasi menjalin kerjasama

dengan daerah lain, pemerintah propinsi maupun pusat, swasta, perguruan tinggi,

lembaga-lembaga Riset dan masyarakat, dengan senantiasa menagcu pada kondisi

kultural/budaya Pidie Jaya.

Kebijakan yang diambil Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dalam

pengembangan Inovasi di tingkat pengguna antara lain :

§ Membangun dan menumbuhkembangkan budaya inovasi

§ Mengeluarkan kerangka legal regulasi dan keuangan yang kondusif bagi inovasi

§ Meningkatkan difusi teknologi dan pengembangan infrastruktur informasi yang

dinamis.

§ Mendorong jaringan dan klasterisasi inovasi

§ Mengungkit penelitian dan pengembangan (mendorong dan menggerakkan riset)

§ Pengembangan SDM yang terdidik, kreatif dan terampil

§ Merespon globalisasi

Beberapa Impelementasi Inovasi Kabupaten Pidie Jaya

§ Pengembangan Benih Sumber (kerjasama dengan BPTP NAD)

§ Pengembangan kawasan rumah pangan lestari (kerjasama dengan BPTP NAD)

§ Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi/MP3-MI (kerjasama dengan

BPTP NAD)

Page 56: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

55  

 

§ Pengembangan SL-PTT (kerjasama dengan BPTP NAD)

§ Pewilayahan komoditas berdasarkan agroekosistem wilayah (kerjasama dengan

PT.Unsyiah)

§ Pengembangan SMK (sekolah menengah kejuruan)

§ Pengembangan Kebun Buah

Pengembangan Inovasi khususnya pertanian di daerah Pidie Jaya bertujuan

untuk memperkuat daya saing Pidie Jaya di era globalisasi dalam implementasinya

sangat didukung oleh kepemimpinan yang kuat. Kejelasan dan ketegasan Bupati Pidie

Jaya yang visioner sebagai pemimpin terutama menyangkut pemahaman dan

kesungguhan bahwa kesejahteraan rakyat akan tewujud dengan salah satu agendanya

adalah penguatan inovasi pertanian.

Kabupaten Bireuen merupakan salah satu kabupaten penghasil kedelai di

Provinsi NAD. Sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura merupakan

sektor andalan bidang pertanian, hal ini ditinjau dari segi potensi, ketersediaan lahan

dan kesesuaian agroklimat yang cukup mendukung serta mayoritas penduduk Bireuen

bermatapencaharian di bidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura.

Tujuan yang ingin dicapai dari pembangunan sub sektor pertanian tanaman

pangan adalah untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pangan yang

berkualitas dalam memantapkan ketahanan dan swasembada pangan, memperbaiki

mutu izi masyarakat, memenuhi kebutuhan industri dalam negeri dan ekspansi ekspor

yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat di pedesaan melalui

perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.

1. Karakteristik Sosial Ekonomi Responden

a. Umur

Penelitian terhadap 540 orang responden masing-masing 180 orang di

Kabupaten Pidie, Pidie Jaya, dan Bireuen, tidak menunjukkan perbedaan umur yang

mencolok. Rata-rata umur petani adalah 44,40 tahun. Petani termuda berumur 19

tahun dan petani tertua berumur 65 tahun. Adapun distribusi petani bedasarkan umur

dapat dilihat pada Tabel 13.

Page 57: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

56  

 

Tabel 13. Distribusi petani menurut umur

Kabupaten Golongan Umur (Tahun)

< 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 > 60 Jumlah

Pidie 14 73 65 24 4 180

Pidie Jaya 16 40 67 40 17 180

Bireuen 32 82 49 11 6 180

Jumlah 62 195 181 75 27 540

Persentase (%) 11.5 36 33.5 14 5 100

Tabel 13 menunjukkan bahwa responden yang berumur dibawah 30 tahun 11.5%,

berumur antara 31 – 40 tahun sebesar 36%, berumur 41 – 50 tahun 33,5%, berumur

51 – 60 tahun 14 % dan di atas 60 tahun 5%. Berdasarkan umur yang ada, terlihat

ada hubungan yang positif   antara umur petani dengan pengalaman. Dimana petani

yang berusia muda lebih mudah menerima inovasi baru dibandingkan dengan petani

yang berumur lebih tua. Akan tetapi petani lebih tua lebih berpengalaman dalam

memperoleh inovasi dan cenderung untuk melihat hasil teknologi yang nyata.

• Pendidikan

Pendidikan formal yang ditempuh oleh petani responden rata-rata Sekolah

Menengah Pertama. Pendidikan tertinggi Sekolah Menengah Atas dan yang terendah

Sekolah Dasar. Untuk lebih jelas distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

dapat dilihat pada Tabel 13.

Page 58: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

57  

 

Tabel 14. Distribusi responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Kabupaten

Tingkat Pendidikan dan Persentase (%)

< SD SD SLTP SLTA >SLTA Jumlah

Pidie 21 27 115 12 5 180

Pidie Jaya 24 43 84 12 17 180

Bireuen 0 25 69 83 3 180

Jumlah 45 95 268 107 25 540

Persentase (%) 8 17.5 50 20 4.5 100

Dari Tabel 13 di atas terlihat bahwa tingkat pendidikan yang tertinggi respoden

adalah SLTP (50%), diikuti SLTA (20%), SD (17.5%), dan di atas SLTA hanya 4.5 %

sedangkan yang tidak tamat Sekolah Dasar mencapai 8%.

Umumnya tingkat pendidikan mempengaruhi pola pikir, ketrampilan, sikap dan

pengambilan keputusan juga pengembangan keputusan. Tingkat pendidikan juga

sangat mempengaruhi dalam menerima informasi, menyerap dan memahami suatu

informasi teknologi. Data hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan yang relatif

sama antar responden dan kabupaten diasumsikan tingkat pemahaman mereka

terhadap informasi teknologi inovasi yang dikomunikasikan tidak akan jauh berbeda.

• Pengalaman Berusahatani Padi-Kedelai

Berdasarkan hasil penelitian, pengalaman responden dalam berusahatani padi-

kedelai paling sedikit 1 tahun, yaitu petani kedelai di Pidie dan di atas 40 tahun juga

dari Pidie dan Pidie Jaya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 14.

Page 59: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

58  

 

Tabel 15. Distribusi pengalaman responden dalam berusahatani padi-kedelai

Kabupaten Pengalaman dan Persentase

< 10 10—20 21 -30 31 - 40 > 40 Jumlah

Pidie 132 33 13 1 1 180

Pidie Jaya 86 64 21 8 1 180

Bireuen 150 20 7 3 2 180

Jumlah 368 117 41 12 4 540

Persentase (%) 68.1 21.6 7.6 2 0.7 100

• Usahatani Padi - Kedelai

Dalam bercocok tanam padi-kedelai 100% responden menggarap lahan milik

sendiri. Rata-rata luas usaha budidaya padi-kedelai 0,85 ha, dengan varietas yang

ditanam terdiri dari varietas unggul, hybrida dan non hybrida. Sumber benih berasal

dari BPTP NAD, Dinas Pertanian setempat dan dibeli sendiri oleh petani.

Meskipun kegiatan ini dilaksanakan di lokasi SL-PTT, akan tetapi tidak semua

petani mengetahui teknologi tersebut. Mereka hanya mengikuti apa yang

diperintahkan saja oleh penyuluh atau ketua kelompoktani meskipun tidak mengetahui

untuk apa hal tersebut mereka lakukan. Umumnya yang mengikuti teknologi yang

dianjurkan oleh penyuluh/pendamping SL-PTT di lapangan adalah mereka yang terlibat

secara langsung dalam kegiatan yang dibiayai oleh dinas/instansi terkait. Sedangkan

petani di sekitarnya banyak yang tidak mengikuti cara-cara tersebut. Hal ini

disebabkan kurangnya informasi yang utuh yang mereka terima pada saat yang tepat.

Petani umumnya belum mengetahui inonavasi teknologi yang disampaikan oleh

penyuluh karena keterbatasan media yang digunakan.

Page 60: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

59  

 

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

§ Keragaan kelembagaan formal di Kabupaten Pidie Jaya, sangat berpengaruh

terhadap pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi. Demikian juga

keragaan kelembagaan dalam pengembangan inovasi di kabupaten Pidie dan

Bireuen juga beragam.

2. Saran

§ Untuk lebih sinergis dalam penyampaian inovasi teknologi, peran penyuluh di

lapangan sangat di harapkan oleh petani.

§ Untuk pengkajian lebih mendalam kecamatan yang dipilih adalah kecamatan

yang memiliki jenis dan jumlah kelembagaan informal yang paling banyak,

sehingga dapat diperoleh informasi yang lebih komprehensif.

Page 61: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

60  

 

DAFTAR PUSTAKA

Angkasa Wisman Indra, Bambang Risdianto, Kasman. 2003. Pengkajian Mekanisme Difusi Teknologi Tepat Guna Pertanian . Prosiding Seminar Teknologi untuk Negeri 2003, Vol. V, hal. 140 - 155 /HUMAS-BPPT/ANY

Arifin, A. 1994. Strategi Komunikasi. Sebuah Pengantar Ringkas. Armico. Bandung.

Badan Litbang Pertanian. 2006. Buku Panduan Umum Primatani. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

Badan Litbang Pertanian. 2005. Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan 2005 – 2025. Badan Litbang Pertanian, Deptan. Jakarta

Badan SDM Deptan. 2007. Program P4K. Pusbangluh, Deptan. Jakarta.

Badan SDM Pertanian. 2006. Rencana Kerja Badan Pengembangan SDM Pertanian tahun 2006. Rangkuman Hasil Rapim Badan SDM Pertanian Februari 2006. Badan SDM Pertanian, Deptan. Jakarta.

Barker, LL dan Deborah. 1993. Communication Sixth Edition Englewood Cliff. New Jersey.

Berlo, DK. 1960. The Process Of Communication. An Introduction to theory Practise. Holt, Rinehart and Winston. Inc. New york.

Berger, Peter and Thomas Luckman. 1979. The Sosial Construction of Reality: A Treative in The Sociology of Knowledge. Penguin Book, New York.

Boeke, JH; J. van Gelderen, dan J. Tideman .1974. Tanah dan penduduk di Indonesia. Penerbit Bhratara, Jakarta.

J. Cohen Bruce, 1992, Sosiologi, Rineka Cipta Jakarta Havelock, Ronald G. 1971 Planning For Innovation. Institute for Social Research

University of Michigan. Michigan.

Mardikanto, Totok. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian dalam Teori dan Praktek. Hapsara. Surakarta.

Musyafak, A. dan Tatang M.I. 2006. Strategi Percepatan Adopsi dan Difusi Inovasi Pertanian Mendukung Primatani. Pontianak: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat.

Page 62: KAJIAN KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL DALAM …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/... · inovasi pertanian spesifik lokasi di daerah, 3). Sinkronisasi

 

61  

 

Mulyani Eko Sri, Retno Sri Hartati Mulyandari, dan Penny I. Iskak.2006. Pengkajian Penyampaian Inovasi Pertanian Melalui Pameran Di Kalimantan Barat. Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 15, Nomor 2, 2006 23 -31

Pitaloka Dyah, Ani S.S., dan Jeffry. Penyempurnaan Tata Laksana Penyiapan Dan Penerapan Paket Teknologi Pertanian (Revisi Keputusan Menteri Pertanian No. 804/1995).

Simatupang, P. 2004. Prima Tani sebagai Langkah Awal Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis Industrial. Analisis Kebijakan Pertanian.2(3): 209-225.

Kasryno F, dan Syafa’at N. 2000. Strategi Pembangunan Pertanian yang Berorientasi Pemerataan di Tingkat Petani, Sektor dan Wilayah. Prosiding PSE Bogor