model pengembangan usaha ternak sapi...

29
Laporan Akhir Kegiatan MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI MELALUI PENDEKATAN INTEGRASI DENGAN SISTEM USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH TIMUR Oleh : Fenty Ferayanti Elviwirda Nani Yunizar Syarifah Raihanah Bardi Ali M. Ismail Masykura Ernawati BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) NAD BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011

Upload: nguyenhanh

Post on 01-Mar-2018

224 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

Laporan Akhir Kegiatan

MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPIMELALUI PENDEKATAN INTEGRASI DENGANSISTEM USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

DI KABUPATEN ACEH TIMUR

Oleh :

Fenty FerayantiElviwirda

Nani YunizarSyarifah Raihanah

Bardi AliM. IsmailMasykuraErnawati

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) NADBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN2011

Page 2: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

1

KATA PENGANTAR

Laporan akhir ini disusun dari hasil pelaksanaan kegiatan Model

Pengembangan Usaha Ternak Sapi Melalui Pendekatan Integrasi Dengan Sistem

Usaha Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Aceh Timur selama setengah

tahun berjalan.

Laporan akhir ini menyajikan hasil kegiatan yang telah dilakukan di

daerah kegiatan meliputi kegiatan koordinasi, identifikasi lokasi, penentu-an

petani kooperator dan seleksi ternak, dan pengamatan di Desa Alue Nyamuk

Kecamatan Birem Bayeum Kabupaten Aceh Timur.

Disadari laporan akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu

penyusun mengharap dan menerima masukan baik berupa kritik maupun saran

guna perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat

berguna dan bermanfaat adanya.

Banda Aceh, Desember 2011PenanggungJawab Kegiatan,

Fenty Ferayanti, SPNIP. 19770331 200212 2 001

Page 3: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

2

ABSTRAK

Fenty Ferayanti, SP, dkk. Pengkajian Model Pengembangan Usaha Ternak Sapi melaluiPendekatan Integrasi Dengan Sistim Usaha Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten AcehTimur bertujuan untuk mendapatkan model pengembangan SISKA di lahan perkebunankelapa sawit yang sesuai dengan kondisi wilayah. Pengkajian ini menggunakan 20 ekorsapi Bali jantan berumur 1,5 – 2 tahun, terdiri dari 10 ekor milik petani kooperator yangmenerapkan model SISKA dan 10 ekor lagi milik petani non kooperator sebagaipembanding. Petani kooperator yang dipilih adalah petani yang memelihara sapidikandangkan. Sedangkan pembanding diambil petani yang memelihara sapi dilepas dikebun sawit. Perlakuan yang diberikan pada ternak sapi petani kooperator yaitupemberian pakan konsentrat yang berasal dari bungkil kelapa dan dedak denganperbandingan 1: 2 atau 1 kg bungkil kelapa dikombinasikan dengan 2 kg dedak untuk perekor per hari. Hijaun yang diberikan adalah pelepah sawit yang dikombinasikan denganrumput alam sebanyak 10 % dari bobot badan. Feed suplement yang diberikan berupamineral blok dan vitamin. Sebagai upaya pengendalian parasit internal dilakukanpemberian obat cacing. Pemeliharaan dilakukan selama 3 bulan.Data yang diamati yaitu1) pertambahan bobot badan harian (PBBH) sapi yang dianalisis secara kuantitatifmenggunakan uji t 2) tingkat pendapatan dan asset pemilikan petani sebelum kegiatan(data dianalisis secara deskriptif). Hasil pengamatan dari 10 ekor sapi milik petanikooperator yang menerapkan model SISKA selama 60 hari menunjukan rata-ratapertambahan bobot badan harian per ekor sebanyak 0,74 kg. Hal ini melebihipertambahan bobot badan dari sapi milik non kooperator yang tidak menerapkan modelSISKA yang hanya mencapai 0,3 kg per ekor per hari.

Kata kunci : SISKA, penggemukan sapi, pelepah sawit

ABSTRACTFenty Ferayanti, SP, et al. Assessment Model Cattle Business Development throughEnterprise Approach Systems Integration With Oil palm plantation in East Aceh districtaims to get the model SISKA development in oil palm plantation land in accordance withthe conditions of the region. This study used 20 male Bali cattle from 1.5 to 2 years old,consisting of 10 head farmer-owned cooperative that implements the model and 10 tailsagain SISKA farmer-owned non-cooperators as a comparator. Selected farmercooperators who are farmers who kept cows are caged. While the comparison is taken tomaintain the cattle farmers in the garden detachable palm. The treatments wereadministered in cattle farmer cooperators that feeding concentrates derived from coconutcake and bran in the ratio 1: 2 or 1 kg of coconut cake combined with 2 kg of rice branfor per cow per day. Midrib given are combined with natural grass as much as 10% ofbody weight. Feed supplement blocks provided in the form of minerals and vitamins. Inan effort to control internal parasites of de-worming done. Maintenance carried out for 3months. Data were observed: 1) daily body weight gain (PBBH) cows that were analyzedquantitatively using the t test 2) the level of farmers' income and asset ownership beforethe activity (data were analyzed descriptively). Observations of 10 head of cattle ownedby farmer cooperators who implement SISKA model for 60 days showed an average dailybody weight gain of 0.74 kg per head. This exceeds the body weight gain of cattle ownedby non-cooperators who did not apply SISKA model which was only 0.3 kg per cow perday.

Key words: SISKA, fattening cattle, palm midrib

Page 4: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

3

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN................................................................ iKATA PENGANTAR....................................................................... iiRINGKASAN ............................................................................... iiiABSTRACT .................................................................................. ivDAFTAR ISI ................................................................................ vDAFTAR TABEL ........................................................................... vi

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 11.1. LATAR BELAKANG .......................................................................... 11.2. PERUMUSAN MASALAH................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 42.1. SAPI BALI...................................................................................... 42.2. PAKAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG............................................. 42.3. PUPUK KANDANG........................................................................... 6

III. TUJUAN DAN MANFAAT....................................................................... 73.1. TUJUAN......................................................................................... 73.2. MANFAAT ...................................................................................... 7

IV.METODOLOGI ...................................................................................... 84.1. LOKASI DAN WAKTU ...................................................................... 94.2. BAHAN DAN ALAT .......................................................................... 104.3. RANCANGAN RISET........................................................................ 104.4. PENGAMATAN DAN ANALISA DATA ................................................. 114.5. HASIL YANG DIHARAPKAN.............................................................. 12

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 135.1. GAMBARAN UMUM LOKASI ............................................................. 13

5.1.1. KARAKTERISTIK BIOFISIK........................................................ 135.1.2. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI ........................................... 145.1.3. KERAGAAN USAHA TANAMAN DAN USAHA TERNAK SAPI............ 165.1.4. PENENTUAN PETANI KOOPERATOR .......................................... 17

5.2. TEKNOLOGI INTRODUKSI............................................................... 185.2.1. PERKANDANGAN ..................................................................... 185.2.2. PAKAN .................................................................................... 195.2.3. PEMBUATAN KOMPOS.............................................................. 20

5.3. PENGAMATAN TERNAK................................................................... 215.3.1. SELEKSI TERNAK..................................................................... 215.3.2. MASA ADAPTASI TERNAK......................................................... 225.3.3. KESEHATAN TERNAK ............................................................... 235.3.4. PERTAMBAHAN BERAT BADAN.................................................. 235.3.5. ANALISA R/C RATIO ................................................................ 26

VI.KESIMPULAN ....................................................................................... 29VII.DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 30

Page 5: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

4

PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Kebutuhan konsumsi daging di Provinsi Aceh mencapai 30.210.000 kg

sedangkan produksi yang ada hanya sebesar 26.359.000 kg, kekurangan sebesar

4.000.000 kg setiap tahun harus didatangkan dari provinsi lain untuk menutupi

kecukupan produksi yang bersumber dari ternak. Kekurangan ini semakin terasa

bukan hanya pada permintaan daging setiap hari, pada saat menjelang perayaan

hari besar seperti bulan Ramadhan, Lebaran Idul Fitri dan Idul Adha (Badan

Investasi dan Promosi NAD, 2009).

Keadaan ini terjadi karena sebagian besar pemeliharaan ternak khususnya

sapi dilakukan oleh peternak masih bersifat sampingan dengan skala usaha yang

masih kecil. Selain itu sistem pemeliharaan yang dilakukan secara semi-intensif

yang didasarkan pada penyediaan dan pemberian pakan dengan cara “potong

angkut” (cut and carry) dengan komposisi vegetasi alam seadanya menyebabkan

tingkat produksi sapi belum optimal. Pola dan pemberian pakan yang belum

sesuai dengan kebutuhan merupakan penyebab utama rendahnya tingkat

produktivitas ternak di daerah tropis (Chen, 1990).

Sementara itu usaha peternakan sapi yang berwawasan agribisnis

membutuhkan lahan yang cukup luas sebagai sumber hijauan untuk pakan

utamanya. Keterbatasan lahan untuk dapat mengembangkan usaha peternakan

sapi secara komersial ke arah agribisnis sulit dikembangkan dengan sistem

apapun kecuali diintegrasikan dengan usaha perkebunan. Pengembangan usaha

integrasi sapi dan sawit merupakan salah satu prioritas Kementerian Pertanian.

Dalam blue print swasembada daging 2014 ditargetkan 2 juta hektar perkebunan

sawit bakal berkontribusi pada penyediaan ternak sapi sebanyak 2,5 juta ekor.

kabupaten Aceh Timur adalah salah satu kabupaten yang memiliki potensi

untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

perkebunan kelapa sawit di Provinsi Aceh. Hal ini dikarenakan Aceh Timur

memiliki areal perkebunan yang terluas dibandingkan dengan kabupaten lain

dengan luas tanam sebesar 41.335 ha (BPS, 2009). Bila dilihat dari luas

tanamnya maka produk samping yang dihasilkan dari limbah kebun berupa

pelepah sebesar 70.930.860 pelepah/tahun dengan asumsi luas perkebunan

kelapa sawit yang telah berproduksi 60%.

Page 6: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

5

Pendekatan usahatani secara terintegrasi antara perkebunan kelapa sawit

dan ternak merupakan suatu alternatif yang memberikan harapan dan berperan

penting dalam mendukung pengembangan agribisnis usaha peternakan.

Produktivitas lahan perkebunan kelapa sawit dapat ditingkatkan dengan

memanfaatkan limbah kelapa sawit berupa pelepah yang digunakan sebagai

sumber pakan ternak yang produksinya cukup melimpah, berkesinambungan

tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.

Di sisi lain industri tanaman kelapa sawit menghasilkan tiga jenis hasil

sampingan utama berupa serat buah sawit, lumpur sawit dan bungkil inti sawit

yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak. Produk samping pengolahan

kelapa sawit dilaporkan mengandung serat kasar yang cukup tinggi, namun

untuk lumpur/solid dan bungkil kelapa sawit mengandung protein kasar yang

berpotensi untuk dapat dijadikan bahan ransum berkwalitas (Mathius, et al,

2004).

Sejalan dengan program pemerintah melalui jajarannya di Kementerian

Pertanian berupaya mengurangi impor daging sekaligus meningkatkan

produktivitas sapi domestik dengan Program Swasembada Daging Sapi (PSDS)

2014. Oleh sebab itu BPTP NAD sebagai institusi penelitian di daerah yang

berperan sebagai pendamping dan penyedia teknologi perlu melakukan kajian

model pengembangan usaha ternak sapi melalui pendekatan dengan sistem

usaha perkebunan kelapa sawit yang sesuai dengan kondisi wilayah.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Populasi ternak sapi di Provinsi Aceh dari tahun ke tahun mengalami

fluktuasi dan pada tahun 2008 hanya mencapai 639.828 ekor (Aceh Dalam

Angka, 2008). Jumlah ternak tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan

komsumsi daging khususnya daging sapi, sehingga masih didatangkan dari

daerah lain. Hal ini terjadi karena sebagian besar peternakan di Provinsi Aceh

masih merupakan peternakan konvensional, dimana faktor mutu ternak bibit,

penggunaan teknologi beternak dan keterampilan peternak masih sangat rendah

(Djemaat, 2007).

Upaya peningkatan populasi, produksi dan produktivitas ternak sapi

memerlukan teknologi sistem usahatani terpadu yang mampu diterapkan oleh

para peternak. Teknologi tersebut harus mampu membawa peningkatan nilai

Page 7: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

6

tambah ekonomi, serta menjamin keberlanjutan usaha ternak sapi dan

kelestarian lingkungan.

Pendekatan usahatani secara terintegrasi antara kelapa sawit dan ternak,

merupakan suatu alternatif untuk meningkatkan produktivitas ternak dalam

pemanfaatan limbah kebun kelapa sawit dan limbah hasil ikutan pengolahan

buah kelapa sawit sebagai sumber pakan ternak sapi. Tingkat pendapatan petani

kelapa sawit dapat bertambah bila limbah sawit dapat dimanfaatkan sebagai

pakan ternak, sedangkan hasil ikutan ternak berupa kotoran dapat dimanfaatkan

sebagai pupuk organik sehingga usaha tani tersebut sama-sama memberi nilai

yang positif yang bebas dari limbah (zero waste) dan dapat menekan input

pemeliharaan ternak, pembersihan lahan sekaligus menghemat pemupukan yang

pada akhirnya dapat meningkatkan nilai jual ternak.

1.3 Tujuan

Mendapatkan model pengembangan Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit

(SISKA) di lahan perkebunan kelapa sawit yang sesuai dengan kondisi wilayah.

1.4 Manfaat

Menekan input pemeliharaan ternak sapi

Mempertahankan kelestarian alam dan memberi nilai positif dalam

mengatasi limbah

Menghemat pemupukan dan memperbaiki kesuburan tanah

Meningkatkan nilai jual ternak

Meningkatkan pendapatan petani sawit dan peternak sapi

1.5 Hasil Yang Diharapkan

Satu paket data tentang model pengembangan SISKA diterapkan oleh

petani-peternak di lahan perkebunan kelapa sawit yang sesuai dengan

kondisi wilayah

II. Terpublikasinya 2 (dua) tulisan ilmiah yang diterbitkan di jurnal/prosiding

nasional/daerah

Page 8: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

7

II. PROSEDUR PELAKSANAAN

2.1. Ruang Lingkup

Kegiatan ini merupakan pengkajian lapangan yang bersifat partisipatif

dan kemitraan antara peneliti/penyuluh BPTP NAD, PPL dan kelompok tani-ternak

serta melibatkan instansi terkait yaitu Dinas Peternakan dan Perkebunan Aceh

Timur, BPP Kecamatan, Lembaga Desa, dan lain-lain.

Penelitian menggunakan 20 ekor sapi Bali jantan berumur 1,5–2 tahun,

terdiri dari 10 ekor milik petani kooperator yang menerapkan model SISKA dan

10 ekor lagi milik petani non kooperator sebagai pembanding. Petani kooperator

yang dipilih adalah petani yang memelihara sapi dikandangkan. Sedangkan

pembanding diambil petani yang memelihara sapi dilepas di kebun sawit. Sapi

pembanding digunakan dari dalam lokasi kegiatan pengkajian.

Tabel 1. Komponen Teknologi dalam Model Pengembangan Usaha Ternak SapiMelalui Pendekatan Integrasi dengan Sistem Usaha PerkebunanKelapa Sawit

No. Komponen Teknologi Keterangan1. Ekosistem Lahan kering2. Jenis Lahan kebun kelapa sawit3. Model Usaha Penggemukan4. Jenis ternak Sapi Bali jantan berumur 1,5–2 tahun5. Jenis Pakan

Feed Suplemen

Obat-obatan

Konsentrat:- bungkil kelapa 1 kg/ekor/hari

dan dedak padi 2 kg/ekor/hari

Hijauan :- Pelepah sawit dicacah dan rumput

alam diberikan 2 jam setelah pakankonsentrat

mineral blok dan vitamin

Obat cacing diberikan 4 bulan sekali6. Lama pemeliharaan 3 bulan7. Jenis kandang Kandang kelompok yang disekat 2 m x

1,5 m/unit ternak8. Pertambahan berat badan Diukur setiap 1 bulan sekali9. Pengolahan limbah kotoran

ternak menjadi komposKotoran ternak dan sisa pakan , EM4,gula merah, dan dedak

Page 9: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

8

Model pengembangan usaha ternak sapi berintegrasi dengan kelapa sawit

yang dilakukan akan mengarah pada zero waste (tanpa limbah) dimana limbah

kelapa sawit berupa pelepah digunakan sebagai pakan sapi, selanjutnya limbah

ternak (kotoran ternak) digunakan sebagai pupuk.

2.2. Pendekatan

Prosedur Pengkajian model pengembangan usaha ternak sapi melalui

pendekatan integrasi dengan sistem usaha perkebunan kelapa sawit di

kabupaten Aceh Timur adalah sebagai berikut :

a) Penentuan lokasi yang didasarkan atas beberapa kriteria yakni: 1) daerah

yang memiliki kebun sawit, 2) sistem pemeliharaan ternak sapi yang

diterapkan selama ini masih bersifat tradisional dengan tingkat manajemen

yang rendah, (3) berpotensi untuk pengembangan ternak sapi-kelapa

sawit.

b) Pendekatan persiapan/awal pengkajian akan dilakukan melalui survey

dengan metode pemahaman pedesaan dalam waktu singkat secara

partisipatif (Participatory Rural Appraisal). Pengumpulan data dilakukan

melalui metode data kepustakaan (desk study) dan survey di lapangan

serta teknik wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner

yang telah disiapkan. Data yang dikumpulkan terdiri dari biofisik wilayah

pengkajian, sosial ekonomi, dan budaya setempat.

c) Seleksi ternak

Untuk kehomogenan ternak percobaan maka dilakukan seleksi yang

ditentukan berdasarkan umur dan bobot badan masing-masing ternak.

Untuk menentukan umur ternak dilihat berdasarkan jumlah gigi susu/seri.

d) Menganalisis formula pakan

Dilakukan dengan mengambil sampel pakan ternak, berupa hijauan dari

pelepah sawit maupun konsentrat yang diberikan sebagai perlakuan.

Analisis formula dilakukan di laboratorium Universitas Syiah Kuala.

e) Adaptasi ternak

Sebelum dilaksanakan pengkajian, ternak sapi tersebut diadaptasikan

terlebih dahulu dengan pakan konsentrat selama 15 hari agar ternak

tersebut terbiasa mengkonsumsi konsentrat. Hal ini dilakukan agar bakteri

Page 10: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

9

pencernaan dalam rumen mendapatkan asupan nutrisi untuk membantu

proses pencernan dan penyerapan nutrisi pakan dengan sempurna.

f) Pembuatan kompos

Untuk mempercepat proses pengomposan kotoran ternak dan sisa pakan

sebanyak 1 ton dilakuan proses fermentasi dengan mencampurkan starter

EM4 1 liter, gula merah 1 kg dan dedak.

2.3. Analisis Data

Menganalisis model pengembangan SISKA yang diterapkan dilakukan

melalui Pengamatan terhadap pertambahan bobot badan ternak.

Perhitungan Pertambahan bobot badan harian =

BAK - BAW

jumlah hari periode pengamatan

- Bobot awal (BAW) = penimbangan ternak di awal pengkajian (kg)

- Bobot akhir (BAK) = penimbangan ternak di akhir pengkajian (kg)

- Pertambahan bobot hidup = bobot hidup akhir - bobot hidup awal (kg)

Pertambahan bobot badan harian (PBBH) sapi yang diukur setiap 1 (satu)

bulan (data ditabulasi dan dianalisis secara kuantitatif menggunakan uji t).

Tingkat pendapatan dan asset pemilikan petani sebelum kegiatan (data

dianalisis secara deskriptif).

2.4. Waktu dan Tempat

Pengkajian dilaksanakan di Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem Bayeun

Kabupaten Aceh Timur yang dilaksanakan dari bulan Maret sampai November

2011.

2.5. Bahan Dan Alat

Bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan ini terdiri dari :

Bahan : obat-obatan, Feed Suplement/vitamin, bungkil kelapa, dedak padi, EM4,

gula merah, pelepah sawit, papan nama, bahan renovasi kandang, dan ATK.

Alat yang digunakan antara lain: timbangan gantung, parang, sekop, sapu lidi,

sepatu bot, ember air, dan lain lain.

Page 11: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

10

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 GAMBARAN UMUM LOKASI

Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem Bayeum Kabupaten Aceh Timur

yang memiliki luas 514 ha. Jarak desa ke ibukota kecamatan 4 km, dan jarak

desa ke ibukota kabupaten 45 km.

Adapun batasan desa adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan PTPN-I Gampong Payah Tampah

Sebelah Selatan berbatasan dengan PT. Para Sawita

Sebelah Barat berbatasan dengan Kebun Tualang sawit

Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Alue Teh

3.1.1 KARAKTERISTIK BIOFISIK

Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem Bayeum Kabupaten Aceh Timur

memiliki topografi datar seluas 75 ha, bergelombang seluas 250 ha serta

berbukit seluas 189 ha. Keragaan lahan dan tata guna lahan di Desa Alue

Nyamuk Kecamatan Birem Bayeum Kabupaten Aceh Timur dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Keragaan Lahan dan Tata Guna Lahan Desa Alue Nyamuk KecamatanBirem Bayeum Kabupaten Aceh Timur

No Uraian Luas Lahan (Ha)1. Sawah

- Irigasi- Tadah hujan

-15

2. Lahan Kering- Pekarangan- Tegalan- Ladang/huma- Lahan tidur- Padang rumput

93284

-122

-3. Tambak -4. Kebun 282

Jenis dan kondisi infrastruktur fisik Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem

Bayeum Kabupaten Aceh Timur dapat dilihat pada table 3.

Page 12: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

11

Tabel 3. Infrastruktur dan sumber Fisik Lainnya Desa Alue Nyamuk KecamatanBirem Bayeum Kabupaten Aceh Timur

No. Infrastruktur Kondisi1. Prasarana jalan

- Jalan propinsi- Jalan desa/jalan usahatani

baikkurang baik

2. Alat transportasi Mopen umum3. Jaringan listrik Baik4. Sarana pendidikan

- Jenis sekolah- Tenaga pengajar

SD : 1 buahPNS :8 org, Honor 4 org

5. Sarana kesehatan Tidak ada6. Pasar & kios sarana produksi

- Pabrik padi- Warung pengumpul- Kios saprodi- Pasar

--

4 buah1 buah

7. Kelembagaan- Kelompok tani- BRI- BPP- KUD

4 buah--1 buah

8. Industri rumah tangga Usaha kerupuk tempe

3.1.2 KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI

Penduduk di Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem Bayeum Kabupaten

Aceh Timur berjumlah 929 jiwa sedangkan mata pencaharian penduduk

umumnya sebagai petani/pekebun dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah

sekolah dasar, sedangkan jumlah penduduk terbanyak pada umur 15–56 tahun.

Untuk lebih jelasnya karakteristik penduduk berdasarkan mata pencaharian,

tingkat pendidikan dan tingkat umur dapat dilihat pada Tabel 4 ,5, dan 6.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur dan Jenis KelaminDesa Alue Nyamuk Kecamatan Birem Bayeun

No. Tingkat Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa)1. Laki –laki 675

0 – 1 72 – 4 185 – 7 228 – 14 10715 – 56 481>56 40

2. Perempuan 611

Page 13: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

12

0 – 12 112 – 4 265 – 6 167 – 15 5915 – 56 467>56 32

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Desa Alue NyamukKecamatan Birem Bayeum Kabupaten Aceh Timur

No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)1. Petani 1722. Peternak 112. Pekebun 673. Nelayan -4. Pedagang 145. Pegawai negeri 76. Pegawai swasta -7. Pertukangan 28. Perbengkelan -9. Industri 510 Lain-lain 72

Jumlah 350

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Desa Alue NyamukKecamatan Birem Bayeum Kabupaten Aceh Timur

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa)1. Belum /tidak sekolah 5622. SD/sederajat 2143. SLTP/sederajat 944. SLTA/sederajat 425. Akademi/sederajat 76. Perguruan Tinggi/sederajat 10

Jumlah 929

3.1.3. KERAGAAN USAHA TANAMAN DAN USAHA TERNAK SAPI

Usahatani yang dikelola oleh masyarakat di desa Alue Nyamuk yang

dominan adalah tanaman perkebunan yaitu tanaman sawit dengan luas lahan

99,3 ha dengan rata-rata kepemilikan seluas 2,1 ha. Selain itu masyarakat juga

mengusahakan tanaman karet. Sedangkan ternak sapi diusahakan hanya

sambilan yang dilakukan secara tradisional dan individu dengan rata-rata

kepemilikan sebanyak 2–3 ekor per KK.

Sistem pemeliharaan yang dilakukan peternak yaitu ternak sapi pada

malam hari dikandangkan, sedangkan pada pagi hingga sore hari sapi dilepas

Page 14: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

13

bebas di kebun sawit sehingga produksinya belum memberikan hasil yang

optimal.

Di desa ini telah terbentuk kelompok ternak Ingin Jaya dengan jumlah

anggota sembilan orang. Kelompok ini pada awal tahun tahun 2011 mendapat

bantuan ternak sapi Bali jantan sebanyak 65 ekor dari Badan Pemberdayaan

Masyarakat (BPM) Provinsi Aceh. Hasil wawancara dengan anggota kelompok

ada beberapa ekor sapi yang mati disebabkan oleh sapi sudah lemah saat tiba

dilokasi. Selain itu permasalahan yang dihadapi saat ini adalah susahnya mencari

pakan berupa hijauan sehingga ketersediaan pakan yang belum mencukupi

kebutuhan ternak sapi yang ada. Peternak hanya mengandalkan rumput alam

yang diambil di sekitar lahan dan desa tetangga. Padahal bila dilihat dari potensi

yang ada di desa yaitu dari hasil sampingan kebun sawit berupa pelepah sawit

sangat berlimpah, yang memungkinkan dimanfaatkan sebagai pakan alternatif

pengganti hijauan rumput.

Di sisi lain sumber pakan yang diberikan kualitasnya tidak memenuhi

standar kebutuhan nutrient sehingga menyebabkan kondisi ternak sapi kurang

kurang baik. Padahal pemeliharaan ternak sapi secara intensif yaitu

dikandangkan selama waktu tertentu untuk tujuan penggemukan, selain

diberikan hijauan maka dalam ransum harus ditambah dengan konsentrat yang

bahan bakunya dapat diperoleh dari hasil sampingan pertanian.

3.1.4. PENENTUAN PETANI KOOPERATOR

Peternak yang dipilih menjadi petani kooperator merupakan buruh tani

kelapa sawit di lingkungan perkebunan kelapa sawit. Dalam kesehariannya petani

ini bertugas membersihkan lahan perkebunan kelapa sawit sekaligus memanen

sawit untuk dibawa ke pabrik. Selain itu petani juga memiliki kebun karet sebagai

tambahan pendapatan. Pendapatan petani kelompok ternak Ingin Jaya dari

usahatani karet dan sawit berkisar antara Rp. 1.000.000,- hingga Rp. 2.000.000,-

per bulan dengan curahan waktu 3–4 jam seminggu.

Penentuan petani kooperator untuk pengkajian ini didasarkan pada

beberapa kriteria: 1) Petani yang kesehariannya berkecimpung di lahan

perkebunan kelapa sawit, 2) Memiliki pengalaman dalam beternak sapi, 3)

Sistem pemeliharaan ternak sapi yang selama ini diterapkan masih bersifat

Page 15: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

14

tradisional dengan penerapan manajemen yang rendah, dan 4) Belum

memanfaatkan limbah sawit untuk pakan ternak sapi.

Berdasarkan hasil pemilihan petani kooperator yang sesuai dengan

kriteria maka ditetapkan 9 (sembilan) orang petani kooperator dengan data

seperti Tabel 7.

Tabel 7. Data Petani Kooperator di Desa Alue Nyamuk Kecamatan BireumBayeun Kabupaten Aceh Timur

No. Nama Petani Umur(Tahun) Pendidikan Pekerjaan

UtamaJumlah

Ternak Sapi1 Misro (ketua

kelompok)30 SLTP Buruh sawit

dan karet10 ekor

2 Sujayanto 25 SLTP Buruh sawit 7 ekor

3 Pairun 42 SD Buruh sawit 5 ekor

4 Muiman 45 SD Petani sawit 5 ekor

5 Suhendra 27 SLTP Buruh sawitdan karet

11 ekor

6 Jafarudin 40 SD Buruh sawitdan karet

7 ekor

7 Bustami 34 SD Buruh sawitdan karet

4 ekor

8 Leo Prakarsa 26 SLTP Buruh sawitdan karet

9 ekor

9 Ponidi 45 SD Buruh sawitdan karet

5 ekor

3.2 TEKNOLOGI INTRODUKSI

3.2.1 PERKANDANGAN

Fungsi kandang bagi ternak sangatlah penting untuk melindungi sapi dari

gangguan cuaca, tempat sapi beristirahat dengan nyaman, mengontrol kondisi

dan kesehatan ternak, tempat pengumpulan kotoran sapi, melindungi sapi dari

hewan pengganggu dan memudahkan dalam pemeliharaan. Kandang yang

berada di lokasi pengkajian merupakan kandang milik kelompok yang dapat

menampung 65 ekor. Keberadaan kandang sapi di lahan perkebunan kelapa

sawit dimaksudkan untuk bisa memanfaatkan limbah perkebunan kelapa sawit

sebagai pakan ternak, dan mengembangkan usaha penggemukan sapi yang

terintegrasi dengan perkebunan kelapa sawit.

Letak kandang berada agak jauh dari tempat tinggal namun masih dapat

dipantau. Kandang terbuat dari kayu-kayu perancah, atap dari seng dan lantai

Page 16: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

15

semen yang kondisinya rusak serta belum ada saluran pembuangan. Oleh sebab

itu perlu perbaikan agar sesuai dengan kebutuhan usaha penggemukan sapi.

Perbaikan dilakukan dengan membuat sekat-sekat, melapisi lantai dengan

semen, dan pembuatan saluran di sekitar kandang untuk pembuangan air

limbah. Untuk menampung feces dibuat bak dari beton yang bisa dimanfaatkan

untuk pembuatan kompos.

3.2.2 PAKAN

Hasil analisa kandungan nutrien yang terdapat dalam produk samping

tanaman tanaman kelapa sawit (pelepah dan daun) yaitu bahan kering 42,08%,

protein kasar 6,96%, serat kasar 29,93%, abu 6,30%, dan lemak 16,72%. Bila

dilihat dari kandungan gizinya setara dengan rumput alam. Atas dasar

pertimbangan tersebut maka pelepah/daun kelapa sawit dapat dipergunakan

sebagai pengganti pakan hijauan yang mutlak dibutuhkan ternak sapi.

Diindikasikan bahwa pemberian pelepah dan daun kelapa sawit hanya akan

mencukupi kebutuhan hidup pokok ternak yang mengkonsumsinya. Oleh karena

itu pakan tambahan ataupun konsentrat perlu diberikan agar ternak dapat

menunjukkan penampilan yang sesuai dengan yang diharapkan.

Pakan Konsentrat memiliki kemampuan yang luar biasa dalam

mengkonversikan bahan pakan yang berkualitas rendah menjadi produk hasil

ternak yang berkualitas tinggi. Kemampuan ini karena adanya mikroorganisme

yang mampu memanfaatkan bahan pakan yang berserat kasar tinggi menjadi

sumber energi, perombakan serat ini dilakukan oleh bakteri sellulolitik dengan

bantuan enzym sellulase yang dihasilkannya. Mampu memanfaatkan protein

berkualitas rendah menjadi sumber protein yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh

ternak.

Pakan konsentrat yang diberikan kepada ternak sapi percobaan

diformulasikan dari bahan dedak dan bungkil kelapa dengan perbandingan 2 : 1

atau untuk satu ekor sapi per harinya diberikan dua kg dedak dan satu kg

bungkil kelapa. Dari hasil analisis formulasi pakan konsentrat mengandung

bahan kering 90,53%, kadar abu 11,04%, kadar lemak 16,12%, kadar protein

kasar 12,00%, kadar serat kasar 26,76%. Kandungan nutrisi tersebut sudah

dapat mencukupi kebutuhan gizi bagi ternak sapi potong untuk penggemukan.

Page 17: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

16

3.2.3. PEMBUATAN KOMPOS

Seekor sapi mampu menghasilkan kotoran padat dan cair sebanyak 23,6

kg/hari dan 9,1 kg/hari (Prihandini, 2007). Kotoran yang baru dihasilkan sapi

tidak dapat langsung diberikan sebagai pupuk tanaman, tetapi harus mengalami

proses pengomposan terlebih dahulu.

Beberapa alasan mengapa bahan organik seperti kotoran sapi perlu

dikomposkan sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman antara lain adalah:

1) bila tanah mengandung cukup udara dan air, penguraian bahan organik

berlangsung cepat sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, 2)

penguraian bahan segar hanya sedikit sekali memasok humus dan unsur hara ke

dalam tanah, 3) struktur bahan organik segar sangat kasar dan daya ikatnya

terhadap air kecil, sehingga bila langsung dibenamkan akan mengakibatkan

tanah menjadi sangat remah, 4) kotoran sapi tidak selalu tersedia pada saat

diperlukan, sehingga pembuatan kompos merupakan cara penyimpanan bahan

organik sebelum digunakan sebagai pupuk.

Proses pengomposan dimaksudkan untuk menurunkan C/N bahan organik

hingga sama dengan C/N tanah (<20 : 1). Selama proses pengomposan, terjadi

perubahan-perubahan unsur kimia yaitu: 1) karbohidrat, selulosa, hemiselulosa,

lemak dan lilin menjadi CO2 dan H2O, dan 2) penguraian senyawa organik

menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman,.

Pembuatan pupuk organik di lokasi pengkajian dilakukan dengan

memanfaatkan kotoran sapi yang dikumpulkan di kandang peternak milik petani

kooperator dan pelepah sawit sisa pakan dengan menambahkan aktivator EM4,

dedak, air dan gula merah. Bahan kompos yang sudah dicampur ditutup dengan

plastik hitam agar kedap udara dan dibiarkan selama 1–2 minggu. Hasil dari

proses pengomposan terlihat kompos berwarna coklat kehitaman seperti warna

tanah yang lembab dan tidak berbau.

3.3 PENGAMATAN TERNAK

3.3.1 SELEKSI TERNAK

Kegiatan seleksi ternak untuk pengkajian ini dilakukan dengan memilih

sapi yang baik agar didapatkan keuntungan dalam usahanya. Seleksi yang

dilakukan berdasarkan sifat-sifat individu biasanya meliputi: a) Bentuk tubuh

yang serasi, untuk ternak potong dipilih ternak yang mempunyai bentuk tubuh

Page 18: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

17

yang padat dan kompak, kaki-kakinya berdiri tegak dengan perototannya yang

baik, b) Pertumbuhannya baik, artinya pertumbuhannya sesuai dengan umur

ternak itu sendiri. Misalnya ternak sapi umur 1,5 tahun akan memiliki berat

badan minimal yang harus dicapai yaitu 150–200 kg, c) Efesien dalam

menggunakan makanan, artinya dengan makanan yang relatif sedikit atau

kurang sesuai tetapi tetap akan menghasilkan pertumbuhan yang baik, dan d)

Tidak cacat ataupun gejala abnormal.

Selanjutnya dilakukan juga kegiatan seleksi ternak untuk menentukan

umur ternak sapi dengan melihat susunan gigi. Hasil pengamatan dari seleksi

ternak sapi untuk penggemukan pada kegiatan pengkajian ini, telah ditentukan

bahwa 10 ekor yang dipilih adalah sapi yang berumur 1,5–2 tahun, terlihat dari

sepasang gigi seri susu telah berganti dengan gigi tetap.

Pengukuran ukuran tubuh ternak sapi dapat dipergunakan untuk

menduga bobot badan ternak sapi. Cara pengukuran lingkar dada, diukur dengan

pita meter melingkari dada sapi tepat dibelakang siku. Pengukuran panjang

badan diukur secara lurus dengan tongkat ukur dari siku (humerus) sampai

benjolan tulang tapis (tuber ischii) . Pengukuran pundak diukur lurus dengan

tongkat ukur dari titik tertinggi pundak sampai tanah. Pengukuran tubuh sapi di

tempat yang datar dengan keempat kaki berpijak tegak dan sejajar. Hasil

pengukuran menunjukan bahwa bobot ternak dari 10 sapi berkisar 195 - 230 kg

per ekor.

Selain itu pemilihan ternak dilakukan juga dengan memilih sapi

berdasarkan kriteria sebagai berikut: a) sorot matanya tajam, b) perawakan

tegap, c) bentuk tubuh persegi empat dengan bulu mengkilap, d) kulit tubuh

lemas dan mudah dilipat, jika dilepas lipatan kulit tersebut cepat merata kembali,

e) selaput lendir mulut dan gusi berwarna merah muda, f) ujung hidung bersih,

basah, dan dingin, dan g) tidak cacat fisik. Pemilihan ternak sapi di usia 1,5–2

tahun tersebut memungkinkan pertumbuhan untuk tulang sudah optimum dan

pada usia tersebut makanan yang dicerna ternak sapi akan terserap untuk

pertumbuhan berat badan. Dengan demikian umur 1,5–2 tahun merupakan umur

yang cocok untuk dilakukan penggemukan bagi ternak sapi.

Page 19: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

18

3.3.2 MASA ADAPTASI TERNAK

Pengamatan ternak pada masa adaptasi dilakukan dengan melihat kondisi

ternak terhadap palatabilitas pakan yang diberikan, terutama bahan pakan yang

belum biasa dikonsumsi oleh ternak sapi, seperti konsentrat (dedak dan bungkil

kelapa) serta hijauan pakan yang berasal dari pelepah dan daun sawit. Hasil

pengamatan selama 15 hari (masa adaptasi) menunjukkan bahwa ternak sudah

menyukai pakan konsentrat dan pelepah serta daun sawit, hal ini terlihat dari

pakan yang diberikan setiap harinya tidak tersisa.

3.3.3. KESEHATAN TERNAK

Pengamatan kesehatan ternak terhadap sapi percobaan untuk

mengantisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Upaya

penanggulangan penyakit dengan memanggil mantri hewan yang bertugas di

desa tersebut. Pemberian obat cacing kepada ternak sapi dilakukan pada awal

kegiatan yaitu sebelum masa adaptasi. Tujuan pemberian obat cacing pada

ternak untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit parasit internal.

Gangguan yang ditimbulkan oleh parasit cacing dapat menyebabkan

terhambatnya pertumbuhan dan bila inveksi cukup besar menyebabkan kematian

terutama pada ternak muda.

Untuk mencegah timbulnya penyakit cacing yang disebabkan oleh parasit

internal pakan hijauan yang diberikan kepada ternak harus dianginkan sekitar 2

jam sebelum dikonsumsi. Selain itu untuk mencegah timbulnya penyakit lain

yang bisa membahayakan ternak, perlu dilakukan sanitasi kandang secara rutin

dengan membersihkan lantai kandang dari feces dan sisa-sisa pakan yang

kemudian dikumpulkan untuk djadikan kompos.

3.3.4. PERTAMBAHAN BOBOT BADAN

Pertambahan bobot badan harian ternak sapi percobaan dilakukan

dengan menghitung besarnya penambahan berat badan selama pemeliharaan.

Penimbangan dilakukan setiap bulan dengan menggunakan timbangan digital.

Dari hasil penimbangan terhadap 10 ekor sapi milik petani dan 10 ekor

sapi milik petani non kooperator didapatkan data seperti yang tertera pada Tabel

8 dan Tabel 9.

Page 20: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

19

Tabel 8. Data Pertambahan Bobot Badan Sapi Milik Petani KooperatorSelama Pemeliharaan

No TernakPercobaan

Pengamatan (kg)Bobot Awal 3 bulan PBB PBBh

1 Sapi P1 217,00 285.0 68,00 0,762 Sapi P2 196,50 257.0 61,00 0,683 Sapi P3 230,00 289.0 59,00 0,664 Sapi P4 193,50 273.0 79,50 0,885 Sapi P5 207,00 261.0 54,00 0,606 Sapi P6 235,00 305.5 70,50 0,787 Sapi P7 204,00 269.0 65,00 0,728 Sapi P8 223,00 302.5 79,50 0,889 Sapi P9 221,00 290.0 69,00 0,7710 Sapi P10 242,00 304.0 62,00 0,69

Rata-rata 216,90 283.6 66,75 0,74

Tabel 9. Data Pertambahan Bobot Badan Sapi Pembanding Milik Petani NonKooperator

No TernakPercobaan

Pengamatan (kg)Bobot Awal 90 hari PBB PBBh

1 Sapi N1 205,00 227,00 22,00 0,242 Sapi N2 182,00 215,00 33,00 0,373 Sapi N3 214,00 241,00 27,00 0,304 Sapi N4 197,00 224,00 27,00 0,305 Sapi N5 220,00 247,00 27,00 0,306 Sapi N6 207,00 235,00 28,00 0,317 Sapi N7 195,00 223,00 28,00 0,318 Sapi N8 185,00 214,00 29,00 0,329 Sapi N9 197,00 224,00 27,00 0,3010 Sapi N10 193,00 222,00 29,00 0,32

Rata-rata 199,50 227,20 27,70 0,31

Berdasarkan tabel diatas (Tabel 8 dan Tabel 9) menunjukan bahwa rata-

rata pertambahan bobot badan sapi milik petani kooperator dari berat badan

awal sampai 3 bulan pemeliharaan diperoleh sebesar 66,75 kg/ekor dengan

pertambahan bobot badan harian mencapai 0,74 kg/ekor/har. Sedangkan rata-

rata pertambahan bobot badan sapi milik petani non kooperator diperoleh

sebesar 27,70 kg/ekor dengan peratambahan bobot badan harian sapi sebesar

0,32 kg/ekor/hari.

Rendahnya PBBh pada sapi milik petani non kooperator dikarenakan

sistem pemeliharaan yang dilakukan masih bersifat tradisional dan tidak

menerapkan usaha penggemukan dengan model SISKA. Sapi tidak diberikan

konsentrat dan dibiarkan dilepas di lahan perkebunan sawit untuk mencari pakan

Page 21: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

20

sendiri. Pakan yang dikonsumsi hanya mengandalkan rumput alam yang kurang

memenuhi standar kebutuhan gizi bagi pertumbuhan sapi.

Garnsworthy dan Cole (1990), melaporkan bahwa apabila ransum

mempunyai kualitas rendah, maka daya tampung alat pencernaan fermentatif

akan menjadi faktor pembatas utama konsumsi ransum. Secara fisik volume

normal rumen akan membatasi konsumen ternak. Ternak berhenti makan bila

rumennya telah penuh terisi pakan, meskipun kebutuhan nutrisinya belum

terpenuhi. Sedangkan tingginya PBBh pada sapi milik petani kooperator

dikarenakan sistim pemeliharaan yang dilakukan sudah menerapkan usaha

penggemukan dengan model SISKA yaitu sapi dikandangkan secara terkontrol.

Selain itu untuk memacu pertambahan bobot badan sapi diberikan pakan

konsentrat dan hijauan pelepah sawit secara terukur.

Pemberian konsentrat dapat meningkatkan daya cerna pakan secara

keseluruhan. Makin banyak konsentrat yang dapat dicerna, berarti arus pakan

dalam saluran pencernaan menjadi lebih cepat, sehingga menyebabkan

pengosongan rumen meningkat dan menimbulkan sensasi lapar pada ternak

akibatnya memungkinkan ternak untuk menambah konsumsi pakan (Soegeng,

2009). Ditinjau dari kandungan nutrient, terlihat bahwa pelepah kelapa sawit

dapat dipergunakan sebagai sumber atau pengganti pakan hijauan yang umum

diberikan sebagai bahan dasar pakan (Hassan dan Ishida, 1992).

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji T pada taraf (>0,05)

menunjukan bahwa usaha penggemukan sapi milik petani kooperator dengan

menerapkan model SISKA berbeda nyata usaha penggemukan sapi milik petani

non kooperator yang tidak menerapkan model SISKA.

3.3.5. ANALISIS R/C RATIO

Untuk melihat keberhasilan suatu usaha perlu adanya suatu kajian

usahatani. Usahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produk di bidang

pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan

penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan kegiatan bagi

usahataninya. Karena dalam kegiatan usahataninya petani bertindak sebagai

pengelola, pekerja dan sebagai penanam modal pada usahanya maka

pendapatan ini digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktor-faktor

produksi. Analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani,

Page 22: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

21

pemilik faktor produksi yaitu: (1) menggambarkan suatu kegiatan usaha

sekarang; (2) menggambarkan keadan yang akan datang dari perencanaan atau

kegiatan. Secara khusus analisa pendapatan dapat memberikan bantuan untuk

mengukur tingkat keberhasilan usahataninya.

Pendapatan yang besar bukanlah sebagai petunjuk bahwa usahatani

efisien. Ukuran efisiensi pendapatan usahatani dapat diukur atau dihitung melalui

perbandingan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan (R/C ratio). R/C ratio

menunjukkan berapa besarnya penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani

untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani.

Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) pada

usaha penggemukan sapi di lahan perkebunan kelapa sawit menunjukan bahwa

usaha ternak sapi yang dilakukan oleh petani kooperator memiliki penerimaan

yang lebih besar yang dilakukan oleh petani non kooperator. Selama tiga bulan

pemeliharaan usaha penggemukan sapi oleh petani kooperator memperoleh

pendapatan bersih Rp 3,470,000,-per ekor, sedangkan usaha penggemukan sapi

yang dilakukan oleh petani non kooperator memperoleh pendapatan bersih Rp

250.000,- per ekor. Untuk lebih jelasnya perbandingan analisis R/C ratio usaha

penggemukan sapi milik petani kooperator dan usaha penggemukan sapi milik

petani non kooperator selama tiga bulan pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel

11 berikut ini.

Tabel 11. Analisis R/C ratio Usaha penggemukan Sapi Milik Petani Kooperatordan Usaha penggemukan Sapi Milik Petani Non Kooperator (selama 3bulan pemeliharaan)

Uraian Petani Kooperator Petani NonKooperator

Unit (ekor) 10,00 10,00Berat Badan Awal Ternak, kg/ekor 216,50 199,50Berat Badan Jual (kg/ekor) 289,20 228,10Penjualan pupuk Kompos (Rp) 900,000 -Nilai Jual per ekor (Rp) 11,000,000 7,000,000Biaya input produksi (Rp) 630,000 -Biaya tenaga Kerja (Rp) 1,800,000 750.000Nilai Bibit Awal (Rp) 6,000,000 6,000,000Keuntungan riil (Rp) 11,900,000 7,000,000Total biaya/ ekor (Rp) 8,430,000 6,750,000Keuntungan pemeliharaan 1 ekor/3 bulan 3,470,000 250,000Keuntungan pemeliharaan 10 ekor/3 bulan 34,700,000 2,500,000R/C Ratio 1.41 0.96

Page 23: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

22

Selanjutnya pada Tabel 11 juga terlihat bahwa nilai ratio pada usaha

penggemukan sapi milik petani kooperator sebesar 1,41 (>1) menunjukan bahwa

usaha ternak tersebut sudah menguntungkan, sebaliknya pada sapi milik petani

non kooperator usaha ternak belum menguntungkan karena nilai R/C ratio 0,96

(< 1). Nilai R/C ratio lebih besar dari satu artinya setiap satu satuan biaya yang

dikeluarkan maka akan memberikan penerimaan sebesar lebih dari satu satuan

biaya atau usahatani tersebut menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari

total biaya yang dikeluarkan.

Apabila usahatani memiliki nilai R/C ratio lebih besar dari satu dapat

dikatakan menguntungkan. Sebaliknya, apabila nilai R/C ratio lebih kecil dari

satu, berarti penerimaan biaya satu satuan akan mengurangi penerimaan

sebesar satu satuan, atau dapat dikatakan bahwa usahatani tersebut belum

menguntungkan. Dengan demikian jika kegiatan usahatani memiliki nilai R/C

ratio sama dengan satu, maka kegiatan usahatani tersebut berada pada

keuntungan normal. Artinya setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan, maka

kegiatan usaha mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar satu satuan atau

dapat dikatakan impas.

Page 24: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

23

IV. KESIMPULAN

Pertambahan bobot badan harian sapi milik petani kooperator selama

penggemukan mencapai 0,74 kg/ekor/hari, sedangkan sapi milik petani non

kooperator hanya dapat mencapai 0,32 kg/ekor/hari.

Rendahnya PBBh pada sapi milik petani non kooperator dikarenakan

sistem pemeliharaan yang dilakukan masih bersifat tradisional dan tidak

menerapkan usaha penggemukan dengan model SISKA. Sapi dibiarkan dilepas di

lahan perkebunan sawit dan tidak dikandangkan. Selain itu pakan yang

dikonsumsi hanya mengandalkan rumput alam yang kurang memenuhi standar

kebutuhan gizi bagi pertumbuhan sapi,

Sedangkan tingginya PBBh pada sapi milik petani kooperator dikarenakan

sistim pemeliharaan yang dilakukan sudah menerapkan usaha penggemukan

dengan model SISKA yaitu sapi dikandangkan secara terkontrol Selain itu untuk

memacu pertambahan bobot badan sapi diberikan pakan konsentrat dan hijauan

dari pelepah sawit secara terukur. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan

uji T (>0,05) maka didapatkan hasil bahwa perlakuan sapi milik petani

kooperator sangat berbeda nyata dengan perlakuan sapi milik petani non

kooperator.

Selama 3 bulan pemeliharaan usaha penggemukan sapi milik petani

kooperator memperoleh pendapatan bersih Rp. 3,470,000,-per ekor, sedangkan

usaha penggemukan sapi yang milik petani non kooperator memperoleh

pendapatan bersih Rp. 250.000,-.per ekor. Nilai R/C ratio pada usaha

penggemukan sapi milik petani kooperator sebesar 1,41 (lebih dari 1)

menunjukan bahwa usaha ternak tersebut sudah menguntungkan, sebaliknya

pada sapi milik petani non kooperator usaha ternak belum menguntungkan

karena nilai R/C ratio 0,96 (kurang dari 1).

Page 25: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

24

DAFTAR PUSTAKA

Abu-Hasan, O, Oshio, S Ismael, A.R. Mohd Jaafar, D. Nakanishi, N. Dahlan andS.H. Ong. 1991. Experience and challenges in processing, treatments,storage and feeding or oil palm trunks based diets for beef production.Sem. On Oil Palm Trunks and Others Palm Wood Utilization, Kuala Lumpur,Malaysia. 231-245. Disitasi oleh Sitompul D.M, et all, 2004. Integrasi sapi-sawit : Potensi produk samping dalam pengembangan ternak sapi.

Badan Pusat Statistik Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008, Aceh DalamAngka 2009. Kerjasama Badan Pusat Statistik NAD

Badan Investasi dan Promosi NAD, 2009. Aceh Dalam Menuju KetahananPangan.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Palangkaraya Kalimantan Tengah, 2009.Laporan Akhir Kegiatan Pengkajian Komponen Teknologi Sistem UsahataniTernak pada Area Perkebunan Kelapa Sawit

Corley R.H.U, 2003, Oil Palm : A major Tropical Crop. Burotrop 19; 5 – 7.

Chen, C.P. 1990. Management of forage for animal production under treecrops.p. 10-23. Proc. Integrated Tree Cropping and Small RuminantProduction System. SR-CRSP. Univ. California Davis, USA

Djemaat, Manan. 2007. Peningkatan Populasi dan Mutu Genetik Sapi dan Kerbaudengan Teknologi Inseminasi Buatan Terjadwal. Makalah pada TemuAplikasi Teknologi Pertanian Sub-sektor Peternakan, 14 Juli 2007. BalaiPengkajian Teknologi Pertanian Nanggroe Aceh Darussalam.

Elisabeth, J. dan S.P.Ginting. 2003, Pemanfaatan Hasil Samping Industri KelapaSawit Sebagai Bahan Pakan Ternak Sapi Potong In; Pros. LokakaryaNasional.Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Dept. Pertanian, PemdaProv. Bengkulu dan P.T. Agricinal Bengkulu, 9-10 September 2003.

Garnsworthy, P.C and D.J.A Cole. 1990 The Importance of Intake in FeedEvaluation. Di dalam : Feedstuff Evaluation. Wiseman J, Cole DJA (Ed.)Butterworths, London.

http://soegeng.wordpress.com/2009/10/25/konsentrat.sapi

Jalaludin, S., Z.A. Jelan, N. Abdullah and Y.W. Ho. 1991 b. Recent Developmentsin the Oil PalmBy-Product Based Ruminant Feeding System. MSAP,Penang, Malaysia p. 35-44.

Mathius et al. 2004. Pemanfaatan Produk Samping Tanaman Kelapa Sawit(Pelepah) sebagai Bahan Dasar Pakan Sapi. Laporan Akhir KegiatanBalitnak, Bogor.

Musofie, A., N. K. Wardhani, S. B. Lestari, Supriyadi dan B. Prasetyo. 2000.Pengkajian Peningkatan Produktivitas Sapi Melalui Perbaikan Reproduksidan Kualitas Pakan. Laporan Hasil Pengkajian. IPPTP Yogyakarta.

Mustafa, A.B., H. Hawari dan M.L Rosli 1998. Palm bef a value added product bypalm kernel cake. In: Proc. 8 th Ann.Conf. Malaysuia, Soc. Aim. Prod. R.

Page 26: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

25

T. Hutagalung, V. F. Hew, C. Devendra and P. Viju Chulala (Ed.). GentingHighland, Malaysia.

Parwati, LA., dan I Nyoman Suyasa, 2004. Analisa Usahatani Pada PenggemukanSapi Dengan Introduksi Pakan dan Probiotik di Subak Guama dan SubakDawan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.

Prihandini, Peni Wahyu dan Teguh Purwanto, 2007. Petunjuk Teknis PembuatanKompos Berbahan Kotoran Sapi. Badan Penelitian dan PengembanganPeternakan Bogor.

Steel, R.G.D, dan J.H Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika.Diterjemahkan Bambang Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Thahar dan Mahyudin, 1993. Metabolisme in Konvenstory Grove. Ilmu danPeternakan Vol.8 No.8 No.2. Bogor.

Tillman, at all, 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University,Press,Yogyakarta.

Utomo, N.U. 2001. Potential of Oil Palm Solid Wastes as Local Feed Resource forCattle in Central Kalimantan, Indonesia. MSc. Thesis, WageningenUniversity, The Netherlands. Utomo, B.N., E. Widjaja, dan A. Hewu. 2002.

Zarate, A.V. 1996. Breeding Strategis For Marginal Regions in The Tropics andSub Tropics. Anim. Res. Dev. 43/44-49-118. Dalam Mathius W.Pengembangan Sapi Potong di Areal Perkebunan Kelapa Sawit.

Zainudin, A.T. and M. Zahari. 1992. Research on Nutrition and Feed Resources toEnhance Livestock Production in Malaysia, Proc. Utilization of FeedResources in Relation Nutrition and Physiology of Ruminants in thetropics. Trop. Agric. Res Series.

Page 27: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

26

LAMPIRANFoto Kegiatan.

Gambar 1 dan 2. Tim BPTP Aceh didamping tim Dinas Peternakan kabupaten AcehTimur saat penentuan lokasi kegiatan

Gambar 3 dan 4. Areal kebun sawit yang dimanfaatkan untuk pemeliharaan ternak sapi

Gambar 5 dan 6. Tim BPTP Aceh tengah berdiskusi dengan Keuchik desa AlueNyamuk bersama para calon petani kooperator.

1 2

3

5 6

4

Page 28: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

27

Gambar 7. Ternak sapi Bali terpilih sesuai dengan kreiteria seleksi berdasarkanpertumbuhan gigi seri.

Gambar 8. Saat pemberian obat cacing untuk meningkatkan kesehatan ternak

Gambar 9 dan 10. Saat melakukan pengukuran berat badan ternak, digunakantimbangan digital

Gambar 11 dan 12. Saat seorang petani kooperator tengah mengukur panjang danlingkar badan sapi Bali miliknya.

7 8

9 1020

14

11 120

Page 29: MODEL PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2011/15... · untuk pengembangan ternak sapi melalui pendekatan integrasi dengan

LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

28

Gambar 13. Saat tim memberikan arahan tentang prosedur pelaksanaan kegiatanyang akan dilaksanakan kepada anggota kelompok.

Gambar 14. Tim memberikan arahan perbaikan yang akan dilakukan padakandang kelompok yang digunakan.

Gambar 15 dan 16. Proses pencacahan pelepah sawit sebelum diberikan kepadaternak sapi; Pelepah dan daun sawit yang telah di cacah.

Gambar 17 dan 18. Proses pembuatan kompos olahan sisa pakan dan kotoransapi; Bak penampungan kotoran ternak.

13

15 1620

14

17 18

14