tsmtugas makalah; sektor ekonomi informal
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara garis besar, makalah ini menjelaskan awal mula munculnya sektor
informal di Negara Dunia Ketiga, karena keterbatasan sektor formal dalam
menjaring semua tenaga kerja di Negara Dunia Ketiga, sehingga menimbulkan
ekonomi sektor informal sebagai kunci atas kemacetan ekonomi di banyak Negara
Dunia Ketiga. Dalam makalah ini juga menjelaskan mengenai definisi sektor
informal deri beberapa ahli, salah satunya adalah Portes yang memberikan
penjelasan mengenai perbadaan antara sektor formal, informal, dan kriminal.
Serta keterkaitan antara ketiga sektor tersebut dengan berbagai contoh kasus di
Negara-negara yang menganut sektor ekonomi informal. Nantinya makalah ini
juga akan membahas mengenai perkembangan dinamika sektor informalitas dan
paradox kontrol Negara dalam sektor informal yang ditinjau dari perspekfif De
Soto, yang menganggap bahwa pada adasarnya sektor informal merupakan sektor
yang dapat meningkatkan perekonomian daripada sektor formal itu sendiri, De
Soto juga menganggap bahwa keterlibatan pemerintah dalam perekonomian,
khususnya sektor informal hanya akan menghambat perkembangannya saja,
karena Negara dikhawartirkan akan melakukan merketization.
Selanjutnya, pada ekonomi informal modern Dalam asumsi Portes dan
Sassen dimana dia mengatakan bahwa pada negara maju industri yang bergerak
dalam sektor informal maka berkecenderungan memiliki kemampuan fleksibilitas
yang besar dan kemungkinan besar tidak akan terkontrol oleh negara. Sehingga
Negara cenderung hanya menghitung pemasukan sektor formal saja, semantara
sektor informal tidak masuk dalam hitungan buku kas Negara. Inilah yang
dimaksud dengan menghitung yang tak terhitung. Yang diungkapkan Portes
kedalam 4 strategi. antara lain; (1) Pendekatan Tenaga Kerja, (2) Pendekatan
Industri Kecil, (3) Pendekatan Konsumsi Rumah Tangga dan (4) Pandekatan
Perbadaan dengan Ekonomi Makro.
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui rumusan
masalah dari makalah ini adalah apa yang menjadi karakteristik dan definisi dari
sektor informal itu sendiri, serta keterhubungan antara sektor formal, informal,
dan kriminal. Dan proses dinamika informalitas dan peradoks Negara.
selanjutnya mengenai perkembangan ekonomi informal “modern” dan
menghitung yang tak terhitung.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Sektor Informal
Pokok bahasan ini akan mengkaji berbagai definisi sektor informal dari
beberapa tokoh ahli, antara lain: Keith Hart, Fernando De Soto, Feidge, dan
Gershuny. Konsep awal ekonomi sektor informal lahir di Negara Dunia Ketiga.
Di setiap Negara Dunia Ketiga, perusahaan-perusahaan berskala besar memainkan
peran utama dalam berbagai sektor ekonomi. Pada umumnya kekuatan perusahaan
besar tersebut didukung oleh negara, sehingga berdampak terhadap otonomi
politik atas sektor ekonomi. Selain itu keterbatasan sektor formal dalam
penyerapan tenega kerja dapat menjadi alasan utama munculnya sektor ekonomi
informal yang memberikan wadah untuk menumbuhkan bakat para pengusaha
lokal yang tidak terjaring dalam sektor ekonomi formal. Sehingga sebagian besar
Negara Dunia Ketiga para pekerjanya berada pada sektor informal.
Dari serangkaian studi tentang pasar tenaga kerja yang dilakukan di
perkotaan Afrika oleh seorang antropolog ekonomi yang bernama Keith Hart,
menghasilkan sebuah istilah “informal” (perpanjangan dari konsep tradisional)
dan “informal” (kurang lebih sama dengan modern). Disini Hart memisahkan
secara kaku antara sektor formal dan sektor informal (dualisme) yang
menekankan bahwa sektor informal lebih mementingkan kerja sendiri, bersifat
usaha kecil, dan tingkat pendapatan yang rendah. Seperti: anak-anak penyemir
sepatu, penjual korek api, dll. Namun pada perkembangan selanjutnya
karakterisasi ini mengalami dinamisasi, akan tetapi sebagian konsep dari Keith
Hart menjadi terlembaga dalam sebuah organisasi buruh internasional( ILO), yang
mencirikan sektor informal sebagai berikut:
1. Mudah untuk dimasuki
2. Bersandar pada sumber daya lokal
3. Usaha skala kecil, milik sendiri
4. Padat karya dan teknologinya bersifat adaptif
5. Keterampilan dapat diperoleh diluar sekolah formal
6. Tidak terkena langsung oleh regulasi pemerintah
7. Rendahnya produktivitas.
Sedangkan dalam publikasi lembaga buruh internasional (ILO) yang ada di
Amerika Latin (PREALC) menyebutkan bahwa tenaga kerja sektor informal
dianggap sebagai setengah pengangguran karena dianggap kurang berkembang
dan banyak diabaikan oleh ILO, PREALC, maupun Bank Dunia.
Dari sekian banyak karakterisctik negatif mengenai sektor informal, telah
ditentang oleh banyak siswa yang memandang bahwa sektor informal merupakan
tanda munculnya jiwa-jiwa kewirausahaan dengan mengoptimalkan kemampuan
mereka sendiri. Hal itu pula lah yang diperkuat oleh Fernando De Soto, dia
mendefinisikan informalitas sebagi respon terhadap sistem merkantilisme yang
kaku. Dari hasil penelitiannya di Kota Peru yang menjelaskan bagaimana kota itu
dapat bertahan dengan sistem informal. De Soto juga melihat sektor informal
sebagai kunci atas ekonomi yang macet di suatu negara. Dengan sektor ekonomi
informallah kemacetan ekonomi dapat dipecahkan. Pada perkembangan
selanjutnya, tumbuh konsensus diantara para peneliti di dunia maju mengenai
istilah sektor informal. Apakah sektor informal meliputi tindakan dari agen yang
tidak memenuhi aturan hukum atau kelembagaan yang ditetapkan. Ataukah sektor
informal merupakan semua kegiatan pendapatan yang tidak diatur oleh Negara.
Dari ketumpangtindihan mengenai definisi sektor informal inilah maka Feidge
berusaha memberikan pembedaan antara ekonomi illegal, aktifitas ekonomi yang
tidak dilaporkan, aktifitas ekonomi yang tidak dicatat, dan ekonomi informal:
1. Ekonomi ilegal: meliputi kegiatan produksi dan distribusi barang dan jasa
yang dilarang oleh begara.
2. Aktivitas ekonomi yang tidak dilaporkan: terdiri dari tindakan yang
menghindari hukum Aktifitas fiscal pembayaran pajak.
3. Ekonomi tidak tercatat: meliputi kegiatan yang menghindari persyaratan
pelaporan badan statistika pemerintah dan sistem akuntansi keuanngan.
4. Ekonomi informal: terdiri dari tindakan ekonomi yang memotong biaya
(tidak mengeluarkan biaya untuk pembayaran asuransi buruh, jaminan
kesehatan buruh, kontrak kerja, pembayaran askes, dll.)
Di sisi lain Castell dan Portes juga memberikan penjelasan menganai perbedaan
antara sektor formal, informal, dam criminal berdasarkan produk yang dihasilkan:
1. Sektor formal: merupakan suatu kegiata ekonomi yang pada saat produksi
dan distribusi sesuai dengan aturan-aturan hukum yang telah ditentukan missal:
(dalam kemasan mencantumkan aturan-aturan produksi: kandungan zat yang ada
di dalam makanan, bahan-bahan pembuat makanan, dll). Dan selanjutnya
menghasilkan produk dan jasa yang juga tidak dilarang oleh hukum dan Negara
serta dapat diterima oleh masyarakat. contoh: produk makanan olahan nestle,
susu, bubur, dll.
2. Sektor informal: merupakan suatu kegiatan ekonomi yang pada saat
produksi dan distribusi dalam kemasannya tidak mencantumkan aturan-aturan
produksi: kandungan zat dan bahan yang digunakan (tidak tercatat) akan tetapi
produk akhir yang dihasillkan tidak melanggar hukum dan Negara, serta dapat
diterima oleh masyarakat. contoh: produksi bakso, dan aneka makanan home
industry.
3. Sektor kriminal: merupakan suatu kegiatan ekonomi yang pada saat
produksi dan distribusi bisa mencantumkan dan tidak mencantumkan aturan-
aturan produksi. Namun produk akhir yang dihasilkan merupakan produk yang
dilarang beredar oleh hukum. Contoh: kaset bajakan, peredaran narkoba, human
trafiking, dll.
Keterkaitan antara sektor formal, informal, dan kriminal ialah: keberadaan
sektor formal akan memicu hadirnya sektor kriminal. Contoh: adanya produksi
kaset asli maka akan menimbulkan inisiatif oknum-oknum nakal sektor kriminal
untuk memproduksi dan mengedarkan kaset-kaset bajakan. Akan tetapi dengan
adanya sektor formal yang tidak lagi dapat menampung semua tenaga kerja maka
munculah sektor informal yang menyerap tenaga kerja yang tidak terjaring dalam
sektor formal, kedua sektor tersebut juga saling menjalin kerja sama yang saling
menguntungkan. Contoh: perusahaan penerbit surat kabar tentunya akan mejalin
kerjasama dengan penjaja Koran sektor informal untuk mendistribusikan surat
kabar tersebut. Selain itu antara sektor informal dan kriminal juga memiliki
keterkaitan, dimana dengan adanya pasar sektor informal yang tidak ada campur
tangan pemerintah di dalamnya, akan membuka lebar pintu terjadinya penipuan
dan pelanggaran oleh sektor kriminal. Contoh: pekerja borongan yang terkadang
mendapat upah yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan sebelumnya. Hal itu
terjadi karena pekerja sektor informal tidak memiliki surat kontrak kerja dan
status hukum yang jelas.
2.2 Dinamika Informalitas dan Paradoks Kontrol Negara
Karena tidak adanya peraturan Negara, sektor informal menjadi disamakan
dengan pasar kebebasan individu. Biar bagaimanapun bahwa dengan tidak
adanya aturan Negara dalam pertukaran informal akan membuka pintu untuk
terjadinya pelanggaran dan penipuan yang meluas. Misalnya saja kasus yang
menimpa kaum migran dari New York. Para buruh migran yang telah bekerja
selama berminggu-minggu ternyata hanya dibayar dengan upah yang kecil,
bahkan terkadang lebih rendah dengan yang dijanjikan semula. Hal ini terjadi
karena tidak adanya kontrak dan status hukum dari ekonomi informal.
Paradoks pertama dari ekonomi informal adalah: semakin adanya kebebasan
yang terjadi pada sektor informal maka akan semakin menciptakan
ketergantungan pada hubungan sosial. Yang dimaksud dalam hal ini adalah proses
“embeddedness” yang diutarakan oleh granoveter. Dimana satu-satunya jalan
untuk mengatasi masalah penyimpangan dan pelanggaran yang terjadi pada sektor
informal adalah saling percaya. Ketika kepercayaan sudah erat terjalin bersama
maka kemungkinan terjadinya pelanggaran sangat kecil. Kalaupun nantinya juga
terjadi pelanggaran atau penipuan maka sanksi yang didapat bukan lagi sanksi
hukum formal akan tetapi lebih kepada sanksi sosial yang berupa pengucilan
sosial dari masyarakat. Sehingga sanksi sosial ini efektif untuk menyelesaikan
masalah pelanggaran dalam sektor informal, karena sanksi soosial ini dapat lebih
mengancam daripada sanksi formal.
Jika merunut pada pendapat dari Williamson yang lebih menekankan pada
sisitem hierarki pasar, dimana disitu diciptakan suatu wadah atau organisasi di
dalam pasar informal itu sendiri. Untuk mengatasi penyimpangan, dan pemberian
sanksi bagi si pelanggar pada sektor informal. Senada dengan yang diutarakan
oleh William, Powel menganggap jaringan organisasi ekonomi yang diwujudkan
Dalam bentuk koperasi yang berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai
bentuk partisipasi lanjutan. Dan mekanisme sosial yang menjadi landasan dalam
pertukaran informal adalah kepercayaan dan jaringan sosial yang ketat. Kegiatan
sektor informal ini juga telah diterapkan di Yahudi, di Negara tersebut
beranggapan bahwa kepercayaan adalah persyaratan mendasar dalam ekonomi
informal.
Zaire merupakan salah-satu contoh kasus atas paradoks control Negara,
dimana suatu Negara yang ikut campur tangan dalam kegiatan ekonomi dpat
menjadi predator bagi rakyatnya sendiri, karena negara dapat memeras sumber
daya dari masyarakat sipil tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, mereka
hanya mementingkan kesejahteraan kelompoknya. Dari fenomena ini De Soto
beranggapan bahwa perlunya penghapusan campur tangan pemerintah dalam
pasar. Karena pada dasarnya De Soto sendiri sangat mendukung sektor informal.
Begitu pula yang diutarakan oleh Evan mengenai “Negara predator” kekuasaan
Negara atas rakyat yang mengarah pada pembangunan kapitalis inilah yang
merupakan kemenangan dari tangan yang tidak terlihat. Kemudian Evan di sini
memberikan cara terhadap permasalahan ini. Yaitu untuk mencegah kekacauan
pasar yang tidak terkendali maka harus menerapkan peraturan yang rinci yang
harus ditegakkan oleh birokrasi yang kompeten dan menghindari kepentingan
profit. Oleh karenanya kegiatan illegal informal diminimalkan, inilah strategi
yang disarankan oleh Evan.
Paradoks kedua dari sektor ekonomi informal adalah upaya untuk
melenyapkan Negara melalui perluasan aturan di sektor informal akan
memperburuk kondisi, karena ekonomi formal menciptakan informalitas itu
sendiri. Lomnitz pun menegaskan hal ini melalui pernyataan bahwa
ketidakmampuan sisitem informal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
menimbulkan solusi informal. Jika sektor formal mampu memproduksi dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh semua anggota
masyarakat, maka solusi informal akan kurang dibutuhkan. Sehingga aturan
Negara memang sangat dibutuhkan melalui aturan-aturan resmi dari pemerintah.
2.3 Ekonomi Informal “Modern”
Dalam persaingan global ini, beberapa negara Dunia Ketiga mendapatkan
sebuah tantangan dalam masalah perekonomian dimana untuk memenuhi
pendapatan ekonomi dengan relasi baik biaya produksi maupun biaya upah
pekerja yang dikeluarkan oleh perusahaan industri harus sangat rendah namun
menghasilkan produktifitas yang sangat efisien. Oleh karena itu banyak strategi
yang dilakukan oleh para pelaku industri salah satunya adalah masuk pada tataran
sektor ekonomi informal. Dalam asumsi Portes dan Sassen dimana dia
mengatakan bahwa pada negara maju industri yang bergerak dalam sektor
informal maka berkecenderungan memiliki kemapuan fleksibilitas yang besar dan
kemungkinan besar tidak akan terkontrol oleh negara. Berbeda terbalik dengan
industri yang bergerak dalam sektor formal dimana berkecenderungan fleksibilitas
rendah dan sangat besar campur tangan negara.
Ada tiga sasaran yang dilakukan para industri yang bergerak di sektor
informal antara lain; industri garmen, barang elektronik dan pedagang eceran.
Dalam industri garmen, Sassen melihatkan fenomena di Amerika pada tahun 1982
dimana bahwa kebanyakan perusahaan-perusahaan pakaian bergerak pada sektor
informal dan itu kebanyakan dilakukan oleh para imigran-imigran dari negara-
negara dunia ke-3 antara lain Dominika, Kolombia, Meksiko dan wilayah
Amerika lain lainnya serta ada China juga. Salah satunya adalah Chinatown
dimana merupakan salah satu pusat utama produksi pakaian informal dan sangat
cepat menjadi kekuatan yang dominan di beberapa daerah pinggiran kota. Melihat
dari beberapa kasus ada hal yang menarik dalam struktur pelapisan masyarakat
dalam hal pekerjaan di sebuah industri yang berasal dari para imigran dimana
pada posisi bawah atau karyawan kebanyakan di isi oleh para wanita lalu laki-laki
pada posisi tengah-tengah atau distributor dan para kelompok tua menjadi
produsen atau pedagang besar. Dari itu semua para pelaku home industri dan
pasar informal mengalami suatu pertumbuhan yang pesat, dalam analisis
Fernandez-Kelly dan Garcia pada tahun 1983 di Los Angels cukup menarik
dimana dalam sektor ekonomi menghasilkan sekitar 3,5 miliar US Dollar
diantaranya 30 persen home industri dan 50 persen pasar informal sisanya adalah
sektor formal. Lalu dalam produksi produksi barang-barang elektronik digunakan
oleh para industri guna melakukan penekanan pada tingginya biaya upah tenaga
kerja, seperti studi kasus di perusahaan San Francisco Bay Area yang dilakuakan
Lozano dimana perusahaan tersebut bergerak dalam sektor informal dan
menggunakan label dari sumber luar sehingga hasil produksi ini menjadi barang
berkualitas. Pada pedagang eceran, Luis Guarnizo melakukan survei pada
perusahaan-perusahaan di New York dimana 9 dari 10 perusahaan yang disurvei
dalam Washington Height Trade mengatakan bahwa mereka adalah pedagang
pengecer. Mereka menjual produk-produk konsumen yang mana produk tersebut
adalah produk ilegal hasil selundupan dari negara-negara dunia ke-3. Gapecci
mengatakan bahwa ada hubungan keterlibatan antara pedagang, pemasok dan
agen yang tersebar luas untuk menjual produk-produk gelap/ilegal tersebut dan
sektor informal merupakan tempat yang mudah untuk dijadikan tempat pasokan
produk-produk gelap/ilegal. Adapun alur proses produk luar itu masuk ke
Amerika seperti yang dijelaskan Guarnizo dimana pabrik-pabrik industri asal luar
dibawa masuk melalui distributor menuju tengkulak formal yang masih dipantau
oleh negara lalu produk tersebut di kirimkan lewat pedagang-pedangang di sektor
informal yang mana pada akhirnya sasarannya adalah konsumen. Oleh karena itu
sektor informal bisa cepat berkembang dari pada formal, salah satu faktornya jika
melihat dari masyarakat itu sendiri dalam pasar informal itu kebutuhan mereka
bisa terpenehui karena produk yang dibutuhkan oleh masyarakat di sektor
informal sangat lengkap dan ada serta jika kita mencoba melogikakan sektor
informai itu sendiri muncul karena ketidakmampuan sektor formal dalam
memberikan dan melayani kebutuhan masyarakatnya sehingga sektor informal ini
berkembang dengan pesat.
2.4 Menghitung yang Tak Terhitung
Kita ketahui bahwa kebanyakan industri pada negara-negara dunia ke-3
telah memberikan suatu gambaran bagaimana mereka bisa muncul, berkembang
dan berfungsi sekali pada masyarakatnya. Ini membuat kita bertanya mengapa
negara tidak memasukkan pendapatan sektor informal pada anggaran pendapatan
nasional negara dan hanya pada sektor formal-formal yang secara garis besar
dimasukkan misal Pertamina, Industri besar, Perusahaan-Perusahaan yang
bergerak pada Non-Migas. Portes mengungkapkan ada 4 strategi untuk
memperkirakan antara lain; (1) Pendekatan Tenaga Kerja, (2) Pendekatan Industri
Kecil, (3) Pendekatan Konsumsi Rumah Tangga dan (4) Pandekatan Perbadaan
dengan Ekonomi Makro. Dalam pendekatan tenaga kerja di ekonomi informal
yang dipelopori oleh ILO dan PREALC dengan menggunakan studi sensus dan
survei pada rumah tangga untuk memperkirakan proporsi angkatan kerja yang
bekerja di sektor informal dan terbukti dari sejumlah negara-negara di Amerika
Latin yang pengusaha kecil di sektor informal menerima penghasilan lebih tinggi
dengan secara signifikan daripada pekerja mandiri di sektor informal dan dalam
sejumlah kasus sektor informal ini secara signifikan melebihi penghasilan rata-
rata gaji pekerja formal.
Lalu kedua pada pendekatan perusahaan kecil. Pendekatan ini diterapkan
di Amerika sebagai pengganti pendekatan tenaga kerja yang tidak ada data
sebagai dasar pemikiran ekonomi informal. Dimana yang sudah dijelaskan pada
subbab sebelumnya bahwa di negara maju perusahaan kecil diasumsikan memiliki
fleksibilitas yang besar dan berpeluang besar untuk lolos dari kontrol negara.
Pendekatan ketiga yaitu pendekatan konsumsi rumah tangga dimana
dengan melakukan survei pada tahun 1985 di Amerika, Portes memperkirakan
bahwa rumah tangga menghabiskan maksimal 72.4 miliar US Dollar pada
pembelian informal antara lain oleh rumah tangga digunakan untuk perbaikan
rumah, pembelian makanan, penitipan anak, dan jasa barang. Sehingga
mmperlihatkan begitu besar konsumsi rumah tangga akan pembelian di sektor
informal.
Terakhir pendekatan perbedaan ekonomi makro dimana metode ini
berusaha mengukur besarnya total ekonomi informal sebagai proposisi dari GNP
suatu negara dan dalam survey yang dilakukan ketiga tokoh Guttman, Feige dan
Tanzi di Amerika yang mana hasilnya cukup bervariasi. Misal pada 1980,
Guttman menghasilkan perkiraan ekonomi informal adalah 14 persen dari GNP
lalu Tanzi 6 persen dari GNP terakhir Feige 41 persen dari GNP. Perbedaan hasil
ini dalam pengamat Feige, Sassen dan Portes sendiri berasumsi perkiraaan ini
tidak membedakan antara kegiatan ilegal atau kegiatan informal. Kegiatan
informal melibatkan barang dan jasa yang dinyatakan sah tapi apakah saluran dan
distribusi barang tersebut legal atau ilegal itu lah yang menjadi pertanyaannya.
Tapi keluar dari itu semua pengaruh sektor informal cukup besar terhadap
GNP dalam suatu negara. Kembali lagi pada konteks di atas mengapa negara tidak
memasukkan sektor informal pada anggaran pendapatan nasional karena menurut
Feige akan kewalahan dan keselulitan tersendiri bagi pihak negara dalam
menyusun dan mengimbangkan neraca suatu pendapatan nasional negara.
Mungkin juga dalam kajian ini melihat bahwa ada sebuah “permainan” dari si
pemerintah dimana sektor informal ini digunakan oleh pemerintah sebagai lahan
penghasilan tambahan mereka.
BAB III
KESIMPULAN
Dari serangkaian studi tentang pasar tenaga kerja yang dilakukan di
perkotaan Afrika oleh seorang antropolog ekonomi yang bernama Keith Hart,
menghasilkan sebuah istilah “informal” (perpanjangan dari konsep tradisional)
dan “informal” (kurang lebih sama dengan modern). Kemudian menjadi
terlembaga dalam sebuah organisasi buruh internasional( ILO), yang mencirikan
sektor informal sebagi berikut:
1. Mudah untuk dimasuki
2. Bersandar pada sumber daya lokal
3. Usaha skala kecil, milik sendiri
4. Padat karya dan tekhnologinya bersifat adaptif
5. Keterampilan dapat diperoleh diluar sekoalah formal
6. Tidak terkena langsung oleh regulasi pemerintah
7. Rendahnya produktivitas.
Disisi lain Castell dan Portes juga memberikan penjelasan menganai
perbedaan antara sektor formal, informal, dam criminal berdasarkan produk yang
dihasilkan:
1. Sektor formal: merupakan suatu kegiatan ekonomi yang pada saat
produksi dan distribusi sesuai dengan aturan-aturan hukum yang telah ditentukan.
2. Sektor informal: merupakan suatu kegiatan ekonomi yang pada saat
progksi dan distribusi dalam kemasannya tidak mencantumkan aturan-aturan
produksi.
3. Sektor kriminal: merupakan suatu kegiatan ekonomi yang pada saat
produksi dan distribusi bisa mencantumkan dan tidak mencantumkan aturan-
aturan produksi. Namun produk akhir yang dihasilkan merupakan produk yang
dilarang beredar oleh hukum.
Dinamika sosial informalitas : semakin adanya kebebasan yang terjadi pada
sektor informal maka akan semakin menciptakan ketergantungan pada hubungan
sosial. Yang dimaksud dalam hal ini adalah proses “embeddedness” yang
diutarakan oleh Granoveter. Dimana satu-satunya jalan untuk mengatasi masalah
penyimpangan dan pelanggaran yang terjadi pada sektor informal adalah saling
percaya.
Paradoks atas kontrol Negara: Negara yang ikut campur tangan dalam
kegiatan ekonomi dpat menjadi predator bagi rakyatnya sendiri, karena Negara
dapat memeras sumber daya dari masyarakat sipil tanpa memperhatikan
kesejahteraan rakyatnya, mereka hanya mementingkan kesejahteraan
kelompoknya. Dari fenomena ini De Soto beranggapan bahwa perlunya
penghapusan campur tangan pemerintah dalam pasar.
Ekonomi informal modern: Dalam asumsi Portes dan Sassen dimana dia
mengatakan bahwa pada negara maju industri yang bergerak dalam sektor
informal maka berkecenderungan memiliki kemapuan fleksibilitas yang besar dan
kemungkinan besar tidak akan terkontrol oleh negara. Berbeda terbalik dengan
industri yang bergerak dalam sektor formal dimana berkecenderungan fleksibilitas
rendah dan sangat besar campur tangan negara.
Menghitung yang tak terhitung: Negara cenderung hanya menghitung
pemasukan sektor formal saja, semantara sektor informal tidak masuk dalam
hitungan buku kas Negara. Inilah yang dimaksud dengan menghitung yang tak
terhitung. Kemudian Portes mengungkapkan ada 4 strategi untuk
memperkiraannya antara lain; (1) Pendekatan Tenaga Kerja, (2) Pendekatan
Industri Kecil, (3) Pendekatan Konsumsi Rumah Tangga dan (4) Pandekatan
Perbadaan dengan Ekonomi Makro.
DAFTAR PUSTAKA
Portes, Alejandro (1994) The Informal Ekonomi and Its Paradoxes. Dalam
Granoveter & swedberg (1992) hal 27-51.
Gilbert, Alan dan Josef gugler 1996. Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia
Ketiga. PT. Tiara Wacana Yogya: Yogyakarta
http://www.akatiga.org/index.php/sumberreferensi/cat_view/74-studi-literatur (Tanggal
akses: 8 Mei 2010)
EKONOMI SEKTOR INFORMAL
Untuk Memenuhi Tugas Sosiologi Ekonomi
Disusun Oleh:
1. Nurmawati (0811210053)
2. Debi Rucca Turangga (0811210007)
3. Aditya Kurniawan (0811213023)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010
Bantuan Langsung Tunai (BLT)
Untuk Memenuhi Tugas Teori Sosioligi Moderm
Disusun Oleh:
1. Dewi Fitria 0811210009
2. Nurmawati 0811210053
3. Anilatin Naira 0710010051
4. Andhika Dwi 0811213029
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITOK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010