pendampingan krpl di provinsi...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN AKHIR TAHUN
PENDAMPINGAN KRPL DI PROVINSI BENGKULU
SISWANI DWI DALIANI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2013
KODE: /1801.019/011/A/RODHP/2012
ii
LAPORAN AKHIR TAHUN
PENDAMPINGAN KRPL DI PROVINSI BENGKULU
Siswani Dwi Daliani
Umi Pudjiastuti
Taufik Hidayat
Ina Hartati
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah Nyalah
maka laporan akhir tahun kegiatan pendampingan KRPL di provinsi Bengkulu ini
dapat terselesaikan. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggung-jawaban
kegiatan pada DIPA BPTP Bengkulu. Laporan ini berisi tentang hasil pelaksanaan
kegiatan pelaksanaan pendampingan berupa sosialisasi, pelatihan dan gelar
teknologi/apresiasi.
Berdasarkan fakta dilapangan bahwa pembinaan petani harus terus
menerus dilakukan baik melalui BPTP ataupun melalui Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL) desa setempat, karena dengan adanya kesinambungan
pembinaan dapat mengurangi terjadinya kekeliruan yang dilakukan petani
terhadap penerapan komponen teknologi yang digunakan. Kesalahan pengertian
bagi petani terhadap komponen teknologi yang digunakan akan merugikan
petani itu sendiri.
Kegiatan pendampingan bertujuan mewujudkan KRPL untuk memenuhi
kebutuhan, ketahanan, kemandirian pangan dan pendapatan keluarga dengan :
mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan untuk lestari; meningkatkan
kemampuan keluarga dalam pengelolaan pekarangan; mendampingi pengelolaan
KBD untuk kelestariannya, dan menumbuhkan kegiatan ekonomi produktif
keluarga dalam upaya mewujudkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan
lingkungan hijau bersih dan sehat secara mandiri.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini. Harapan kami semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pengguna.
Bengkulu, Desember 2013
Penanggung Jawab Kegiatan
Ir. Siswani Dwi Daliani
NIP.196007301989032001
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RPTP/RDHP/RKTM : Pendampingan KRPL 2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu 3. Alamat Unit Kerja : Jalan Irian KM. 6,5 4. Sumber Dana : APBN 5. Status Penelitian (L/B) : Baru 6. Penanggung Jawab :
a. Nama : Ir. Siswani Dwi Daliani b. Pangkat/Golongan : Penata/III c. Jabatan : Penyuluh Muda
7. Lokasi : Provinsi Bengkulu 8. Agroekosistem : Dataran Tinggi dan Rendah 9. Tahun Mulai : 2013 10. Tahun Selesai : 2015 11. Output Tahunan : Tersebarnya teknologi pertanian pemanfaatan
pekarangan sesuai dengan konsep KRPL melalui sosialisasi, apresiasi, pelatihan-pelatihan dan gelar teknologi di 3 Kabupaten/kota di provinsi Bengkulu Diadopsinya paket teknologi pemanfaatan pekarangan sesuai dengan konsep KRPL yang didiseminasikan di 3 Kabupaten/kota di provinsi Bengkulu
12. Output Akhir : Tersebarnya teknologi pertanian pemanfaatan pekarangan sesuai dengan konsep KRPL melalui sosialisasi, apresiasi, pelatihan-pelatihan dan gelar teknologi di 10 Kabupaten/kota di provinsi Bengkulu Diadopsinya paket teknologi pemanfaatan pekarangan sesuai dengan konsep KRPL yang didiseminasikan di 10 Kabupaten/kota di provinsi Bengkulu
13. Biaya : Rp. 75.000.000,- Koordinator Program, Penanggung Jawab RDHP, DR. Ir. Wahyu Wibawa, M.Sc Ir. Siswani Dwi Daliani NIP. 19690427 199803 1 001 NIP. 196007301989032001 Mengetahui : Kepala BBP2TP, Kepala BPTP Bengkulu, DR. Ir. Agung Hendriadi, M.eng DR. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 196108021989031002 NIP. 195902061986031002
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. ii DAFTAR ISI .................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ......................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... v RINGKASAN DAN SUMMARY ........................................................ vi I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................. 2
1.3. Keluaran ............................................................................... 2
1.4. Perkiraan manfaat dan dampak ............................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 4
III. METODE/PROSEDUR .............................................................. 8
3.1. Lokasi Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan .................................. 8
3.2. Parameter yang diukur ........................................................... 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 14
4.1. Hasil ..................................................................................... 14
4.1.1. Pelatihan ............................................................................ 14
4.1.2. Sosialisasi ........................................................................... 14
4.1.3. Apresiasi ............................................................................ 15
4.2. Pembahasan .......................................................................... 16
4.2.1. Pelatihan bagi petugas pendamping P2KP di BPTP Bengkulu ... 16
4.2.2. Sosialisasi kegiatan Pendampingan KRPL di Kab. Lebong ........ 19
4.2.3. Pelatihan bagi petugas dan kelompok wanita tani KRPL .......... 24
4.2.4. Apresiasi ............................................................................ 26
V. KESIMPULAN .......................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 30 ANALISIS RISIKO ........................................................................... 31 JADWAL KERJA ............................................................................... 32 PEMBIAYAAN .................................................................................. 33 PERSONALIA ................................................................................... 35 LAMPIRAN ....................................................................................... 32
iv
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Spektrum Diseminasi Multi Chanel .................................................... 6
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1. Data hasil analisis laboratorium kompos ............................................ 37
1. Foto Pelatihan di BPTP Bengkulu ...................................................... 38
2. Foto Sosialisasi ............................................................................... 44
3. Foto Pelatihan di Sulau ................................................................... 50
4. Foto Apresiasi ................................................................................. 54
vi
RINGKASAN 1. Judul : Pendampingan KRPL 2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu 3. Tujuan : Mendampingi kegiatan KRPL di provinsi Bengkulu
yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu dan P2KP Kabupaten Kota di Provinsi Bengkulu
Menyebarkan/mendiseminasikan paket teknologi pertanian pemanfaatan pekarangan melalui kegiatan sosialisasi, gelar teknologi, dan pelatihan-pelatihan di 10 kabupaten kota di provinsi Bengkulu
4. Keluaran/Output : Tersosialisasinya pemanfaatan Kawasan RPL, melalui kegiatan Gelar Teknologi, sosialisasi/apresiasi dan pelatihan di 10 Kabupaten dan Kota di provinsi Bengkulu
Tersebarluasnya paket teknologi pemanfaatan pekarangan berupa kawasan rumah pangan lestari dan diadopsinya paket teknologi pemanfaatan pekarangan sesuai dengan konsep rumah pangan lestari di 10 kabupaten/kota diprovinsi Bengkulu
5. Prosedur : Pendampingan program KRPL dilaksanakan di 10
kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu.
Pendampingan dilakukan melalui petugas kepada
pelaku utama. Masing-masing kabupaten/kota
didampingi dan dikawal oleh seorang petugas
pendamping. Kegiatan pendampingan KRPL
meliputi: a) Koordinasi internal dan antar institusi
b) Sosialisasi, apresiasi teknologi pemanfaatan
pekarangan, pelatihan-pelatihan dan gelar
teknologi c). melaksanakan pengawalan pada
demplot KRPL di Kabupaten contoh d)
menyampaikan dan mendistribusi bahan informasi
teknologi pemanfaatan pekarangan berupa
petunjuk praktis budidaya tanaman pangan, buah,
sayuran dan tanaman obat keluarga (toga),
pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil
serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi
kompos
6. Capaian : Terdampinginya kegiatan KRPL di provinsi Bengkulu dan tersebarnya inovasi teknologi pemanfaatan pekarangan dalam bentuk KRPL
7. Manfaat : Diadopsinya model pemanfaatan pekarangan di kelompok rumah tangga dalam satu desa
vii
Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap aspek-aspek teknis budidaya tanaman pekarangan seperti tomat, cabe, kol bunga, dan terung. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam merancang usaha tani yang efisien baik dalam penggunaan input maupun pemanfaatan sumberdaya lahan pekarangan dengan menggunakan pupuk organik. Manfaat yang paling diharapkan adalah peningkatan produktivitas yang diikuti oleh peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi belanja keluarga.
8. Dampak : Peningkatan wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan sehingga pada akhirnya mampu menurun pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga masyarakat Peningkatan produktivitas usahatani dan pendapatan masyarakat melalui pengembangan inovasi teknologi yang sesuai dengan agroekosistem dan sosial ekonomi setempat. Hal ini akan meningkatkan stabilitas produksi bahan pangan secara regional dan nasional yang mendukung terwujudnya ketahanan pangan melalui kawasan rumah pangan lestari. Teknologi yang diintroduksikan dapat diadopsi secara luas oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan pendapatan dan mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan
9. Jangka Waktu : 3 Tahun 10. Biaya : Rp. 75.000.000,-
viii
SUMMARY
1 . Title : Mentoring KRPL
2 . Unit of Work : AIAT of Bengkulu
3 . Objective : Accompanying activities KRPL in Bengkulu
province conducted by the Food Security and P2KP
Bengkulu Province District Municipality in the
province of Bengkulu
Deploying / disseminate agricultural technology
package yard utilization through socialization ,
technology degree and training in 10 districts in
the province of Bengkulu city
4 . Output / Output : Utilization socialized RPL Zone , through the
activities of Technology degree , socialization /
appreciation and training in 10 districts and cities
in the province of Bengkulu
Wide spread yard utilization technology package in
the form of regional sustainable food home and
yard utilization of technology adoption package in
accordance with the concept of sustainable food in
10 districts / cities diprovinsi Bengkulu
5 . Procedure : Assistance KRPL program implemented in 10
districts / cities in the province of Bengkulu .
Mentoring is done by officers on key players . Each
district / city accompanied and escorted by an
escort officer . KRPL assistance activities include:
a ) the internal and inter- institutional coordination
b ) socialization , appreciation yard utilization of
technology , training and technology degrees c
)carry out escort on demonstration plots in the
district KRPL example d ) conveying and
distributing materials such as yard utilization of
information technology practical guide cultivation
of food crops , fruits , vegetables and medicinal
plants ( toga ) , cattle raising and fishing ,
processing and processing of household waste into
compost
6 . Achievement : Juxtaposed KRPL activities in Bengkulu province
and spread of technological innovation in the form
of yard utilization KRPL
ix
7 . Benefits : Yard utilization adoption of the model in the group
of households in the village
Increasing people's understanding of the technical
aspects of the cultivation of garden plants like
tomatoes , peppers , cauliflower , and eggplant .
Improving the ability of farming communities in
designing an efficient both in the use of input and
resource use their yards using organic fertilizers .
The expected benefits are increased productivity ,
followed by an increase in income and welfare of
the community and reduce the family budget .
8 . Impact : Increased insight and knowledge society in the
yard of land use which in turn can decrease
household food consumption society Increased
farm productivity and incomes through the
development of innovative technologies in
accordance with the local socio-economic and
agro-ecosystems . This will increase the stability of
food production regionally and nationally that
support the realization of food security through
sustainable food home region . Introduced the
technology to be widely adopted by the
community in order to increase revenue and
achieve food security sustainable and
environmentally friendly
9 . Period : 3 Years
10 . Cost : Rp . 75.000.000 , -
1
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Laju pembangunan pertanian yang semakin dinamis menuntut
percepatan adopsi teknologi oleh pelaku utama maupun pelaku usaha di sektor
pertanian. Dalam merespon tuntutan tersebut perlu dilakukannya pendampingan.
Pendampingan merupakan salah satu aspek penting dalam mensukseskan
program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Pendampingan yang holistik,
bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat diharapkan oleh semua
pihak dalam mengakselerasi pencapaian dari sasaran yang telah ditetapkan.
Munculnya KRPL yang terkait dengan Program P2KP ini dilatarbelakangi
beberapa permasalahan seperti belum optimalnya : Pemanfaatan pekarangan
untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, kemampuan keluarga dan
masyarakat dalam memanfaatkan pekarangan, pengelolaan KBD sebagai sumber
bibit untuk peremajaan tanaman dan sumber pendapatan, upaya masyarakat
menuju kesejahteraan keluarga, menciptakan lingkungan hijau, bersih dan sehat
serta terdapatnya desa rawan pangan di lokasi strategis.
Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua
dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang No 7 tahun 1996
tentang Pangan disebutkan bahwa “ketahanan pangan adalah kondisi
terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan
terjangkau”. Berdasar definisi tersebut, terpenuhinya pangan bagi setiap rumah
tangga merupakan tujuan sekaligus sebagai sasaran dari ketahanan pangan di
Indonesia. Oleh karenanya pemantapan ketahanan pangan dapat dilakukan
melalui pemantapan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga
Menindak lanjuti arahan Presiden RI pada acara Konferensi Dewan
Ketahanan Pangan pada bulan Oktober 2010 di Jakarta tentang ketahanan dan
kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Terkait dengan
hal ini, pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah
tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan
rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman
2
kebutuhan keluarga sudah dilakukan masyarakat sejak lama dan terus
berlangsung hingga sekarang namun belum dirancang dengan baik dan
sistematis pengembangannya terutama dalam menjaga kelestarian sumberdaya.
Olehkarena itu, komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam
mewujudkan kemandirian pangan melalui diversifikasi pangan berbasis
sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman pangan untuk masa depan perlu
diaktualisasikan dalam menggerakkan kembali budaya menanam di
lahanpekarangan, baik di perkotaan maupun di perdesaan.
Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan
“Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL)” yang merupakan
himpunan dari Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsip
pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk
pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis
sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, serta
peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Untuk menjaga keberlanjutannya, pemanfaatan pekarangan dalam
konsep KRPL dilengkapi dengan kelembagaan Kebun Bibit Desa, unit pengolahan
serta pemasaran untuk penyelamatan hasil yang melimpah (Kementerian
Pertanian, 2011).
1.2. Tujuan
Kegiatan pendampingan KRPL di provinsi Bengkulu bertujuan untuk : 1).
Mendampingi kegiatan KRPL di provinsi Bengkulu yang dilaksanakan oleh Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu dan P2KP Kabupaten Kota di Provinsi
Bengkulu. 2). Menyebarkan/mendiseminasikan inovasi teknologi pertanian
pemanfaatan pekarangan melalui kegiatan sosialisasi, gelar teknologi, dan
pelatihan-pelatihan di 3 kabupaten di provinsi Bengkulu
1.3. Keluaran yang diharapkan
Pendampingan ini diharapkan dapat mewujudkan KRPL untuk memenuhi
kebutuhan, ketahanan, kemandirian pangan dan pendapatan keluarga dengan :
mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan untuk lestari; meningkatkan
kemampuan keluarga dlm pengelolaan pekarangan; membangun dan
3
mendampingi pengelolaan KBD untuk kelestariannya, dan menumbuhkan
kegiatan ekonomi produktif keluarga dalam upaya mewujudkan kesejahteraan
keluarga dan menciptakan lingkungan hijau bersih dan sehat secara mandiri.
1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak
1.4.1. Manfaat
Diadopsinya model pemanfaatan pekarangan di kelompok rumah tangga
dalam satu desa
Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap aspek-aspek teknis
budidaya tanaman pekarangan seperti tomat, cabe, kol bunga, dan
terung.
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam merancang usaha tani yang
efisien baik dalam penggunaan input maupun pemanfaatan sumberdaya
lahan pekarangan dengan menggunakan pupuk organik.
Manfaat yang paling diharapkan adalah peningkatan produktivitas yang
diikuti oleh peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dan
mengurangi belanja keluarga
1.4.2. Dampak
Peningkatan wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan
lahan pekarangan sehingga pada akhirnya mampu menurun pengeluaran
konsumsi pangan rumah tangga masyarakat
Peningkatan produktivitas usahatani dan pendapatan masyarakat melalui
pengembangan inovasi teknologi yang sesuai dengan agroekosistem dan
sosial ekonomi setempat. Hal ini akan meningkatkan stabilitas produksi
bahan pangan secara regional dan nasional yang mendukung
terwujudnya ketahanan pangan melalui kawasan rumah pangan lestari.
Teknologi yang diintroduksikan dapat diadopsi secara luas oleh
masyarakat dalam rangka meningkatkan pendapatan dan mewujudkan
ketahanan pangan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang
relatif sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian,
sayuran, buah-buahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan
tangan; serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil
maupun ikan. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara
lain dapat : memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat
pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga.
Rumah Pangan Lestari merupakan rumah yang memanfaatkan
pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara
bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya. Penataan
pekarangan ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya
melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai
dengan pemilihan komoditas.
Pengelompokan lahan pekarangan dibedakan atas pekarangan perkotaan
dan perdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik untuk menetapkan
komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara
menata tanaman, ternak, dan ikan.
a. Pekarangan Perkotaan : Pekarangan perkotaan dikelompokkan menjadi 4,
yaitu: (1) Perumahan Tipe 21, dengan total luas lahan sekitar 36 m2; (2)
Perumahan Tipe 36, luas lahan sekitar 72 m2; (3) Perumahan Tipe 45, luas
lahan sekitar 90 m2; dan (4) Perumahan Tipe 54 atau 60, luas lahan sekitar
120 m2.
b. Pekarangan Perdesaan: Pekarangan perdesaan dikelompkkan menjadi 4,
yaitu (1) pekarangan sangat sempit (tanpa halaman), (2) pekarangan sempit
(<120 m2), (3) pekarangan sedang (120-400 m2), dan (4) pekarangan luas
(>400 m2).
Pemilihan komoditas ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan
kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan pengembangannya
secara komersial berbasis kawasan. Komoditas untuk pekarangan antara lain:
5
sayuran, tanaman rempah dan obat, serta buah (pepaya, jeruk kalamansi,
mangga Bengkulu, sirsak). Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan
kolam ikan dan ternak. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL),
diwujudkan dalam satu dusun (kampung) yang telah menerapkan prinsip RPL
dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan
fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau, serta
mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus
menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial,
dilengkapi dengan kebun bibit.
Berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang-
kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak kita jumpai. Demikian
pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan
berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun demikian realisasi
konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu
salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi
masyarakat harus diawali dari pemanfaatan sumberdaya yang tersedia maupun
yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan
pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Manfaat yang akan diperoleh dari
pengelolaan pekarangan antara lain dapat: memenuhi kebutuhan konsumsi dan
gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan
pendapatan bagi keluarga. Potensi lahan pekarangan sebagai salah satu pilar
yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi
rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan.
Inovasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani apabila teknologi
yang diintroduksikan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Bermanfaat bagi petani secara nyata.
2. Lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang telah ada.
3. Bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi
teknologi tersedia.
4. Memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi.
5. Meningkatkan efisiensi dalam berproduksi.
6. Bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan usaha pertanian
(Kartono, 2009).
6
Dari sisi petaninya sendiri, mereka juga mempertimbangkan beberapa faktor
sebelum mengadopsi teknologi. Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh petani
diantaranya adalah:
1. Ketersediaan pasar hasil panen dengan harga pasar yang layak serta
keuntungan yang baik.
2. Kepastian diperolehnya hasil dengan resiko kegagalan yang minimal.
3. Penerapan teknologi tidak sulit bagi petani.
4. Petani mampu menyediakan modal untuk mengadopsi teknologi.
5. Memberikan nilai tambah dan keuntungan nyata bagi petani.
Dalam proses adopsi inovasi teknologi kepada pengguna, akan mengalami
proses dan tahapan yaitu kesadaran (awareness), tumbuhnya minat (interest),
evaluasi (evaluation), mencoba (trial) dan adopsi (adoption) (Rogers, 1983).
Pada dasarnya pendampingan merupakan bagian dari kegiatan
diseminasi. Diseminasi teknologi merupakan proses timbal balik, para pelaku
menyediakan, menerima informasi dan teknologi sehingga diperoleh
kesepahaman dan kesepakatan bersama. Kegiatan diseminasi dalam pendekatan
Spectrum Diseminasi Multi Chanels (SDMC), dilakukan dengan memanfaatkan
berbagai jalur komunikasi dan pemangku kepentingan (stakeholders) terkait.
Ilustrasi pada Gambar 1 menunjukkan pola-pola yang merupakan spectrum
diseminasi beserta beragam channel yang dapat digunakan dalam proses
distribusi informasi inovasi teknologi tersebut.
Gambar 1. Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC).
Sumber: Badan Litbang Pertanian (2011)
7
Masyarakat akan menerima dan mengadopsi inovasi teknologi dengan
syarat teknologi yang diintroduksikan secara ekonomis menguntungkan dan
secara teknis dapat dilaksanakan serta tidak bertentangan dengan sosial budaya
masyarakat setempat. Proses pembelajaran bagi masyarakat haruslah dilakukan
secara sistematis, lengkap, sederhana/aplikatif, dan partisipatif dengan
mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing secara partisipatif
merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya
mendengar ataupun melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu
melaksanakan, mengevaluasi/membuat penilaian (menemukan), menentukan
pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi. Dengan
cara ini diharapkan petani lebih kreatif dan inovatif yang dapat berperan seperti
halnya seorang peneliti dan penyuluh.
8
III. PROSEDUR
3.1. Lokasi kegiatan dan waktu pelaksanaan
Kegiatan pendampingan KRPL tahun 2013 dilaksanakan di 3
Kabupaten/kota yang dilaksankanan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Bengkulu dan P2KP Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu. Kegiatan
dilaksanakan pada bulan Januari – Desember 2013.
a. Cakupan Kegiatan
Pendampingan dilakukan di 3 kabupaten/kota diprovinsi Bengkulu.
Kegiatan dilaksanakan mulai dari bulan Januari 2013 sampai dengan
Desember 2015. Pendampingan yang dilakukan oleh BPTP Bengkulu
meliputi: 1) Sosialisasi kegiatan KRPL di provinsi Bengkulu. 2) Pelaksanaan
kegiatan utama (koordinasi intern dan antar institusi; identifikasi teknologi
existing; nara sumber maupun pelaksana apresiasi, pelatihan dan temu
lapang; penyediaan dan distribusi bahan informasi teknologi, bahan dan
sarana produksi untuk demplot; pelaksanaan demplot ); 3) Pelaporan
(bulanan, semester dan akhir kegiatan).
Kegiatan pendampingan oleh BPTP Bengkulu akan diprioritaskan
kepada peningkatan kapasitas SDM, khususnya penyuluh pertanian
lapangan (PPL) dan stakeholders di tingkat provinsi dan kabupaten/kota
Kegiatan pendampingan KRPL oleh BPTP Bengkulu dilakukan dalam
3 cara yaitu pendampingan secara teori, Praktek lapangan dan perpaduan
antara teori dan praktek. Pendampingan secara teori adalah pendampingan
yang dilakukan kepada kelompok sasaran dengan menggunakan berbagai
metode yaitu pertemuan (presentasi dan diskusi) melalui kegiatan
sosialisasi, apresiasi, temu usaha dan pembagian bahan informasi teknologi.
Pendampingan secara praktek adalah pendampingan dengan melibatkan
berbagai stakeholders dan petani dalam kurun waktu yang cukup panjang.
Display dan demplot merupakan contoh dari pendampingan yang dilakukan
secara praktek lapangan. Adapun yang dimaksud perpaduan antara teori
dan praktek adalah kegiatan praktek dan teori dilaksanakan dalam waktu
yang bersamaan pada kelompok sasaran dengan masa pelaksanaan relatif
singkat. Pelatihan penyiapan media semai dan media tanam serta Temu
9
lapang merupakan contoh kegiatan pendampingan yang memadukan cara
teori dan praktek dalam upaya untuk meningkatkan kapasitas SDM.
b. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Persiapan
Penyusunan RODHP
RODHP disusun sebagai penjabaran dan perincian dari RDHP.
RODHP lebih rinci dan operasional baik dari aspek
administrasi/keuangan dan kegiatan yang akan dilaksanakan. RODHP
selanjutnya diturunkan dan dirincikan lagi menjadi juklak kegiatan
diseminasi.
Penentuan jumlah dan lokasi demplot pendampingan KRPL.
Lokasi pendampingan tahun 2013 akan dilaksanakan di 3
Kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu.
Penunjukan petugas pendamping di masing-masing Kabupaten/Kota.
Petugas Pendamping ditunjuk untuk membantu pelaksanaan
pendampingan di lokasi sebagai penghubung dilapangan dengan
BPTP. Tugas dan tanggung jawab petugas pendamping cukup
banyak dan strategis, sehingga diperlukan kecakapan dan dinamika
kerja yang baik. Petugas Pendamping diambil dari petugas lapangan
di lokasi pendampingan masing-masing kabupaten/kota.
Pelaksanaan Identifikasi Lokasi
Dilakuakan untuk mengidentifikasi teknologi existing,
menentukan akar permasalahan dan upaya pemecahan
permasalahan dalam pemanfaatan pekarangan sebagai kawasan
rumah pangan lestari di Provinsi Bengkulu. Pelaksanaan Identifikasi
Lokasi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Persiapan
- Adapun yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan
identifikasi lokasi yakni quisiner yang berisi pertanyaan untuk
menggali gambaran umum lokasi serta teknologi existing
yang diterapkan di lokasi, sehingga dari hasil jawaban yang
10
diberikan dalam quisioner dapat ditentukan akar
permasalahan dalam pemanfaatan pekarangan dan upaya
pemecahan masalah untuk menjadikan lokasi tersebut
sebagai kawasan rumah pangan lestari
- Tim identifikasi lokasi untuk setiap lokasi terdiri dari anggota
Pendampingan KRPL dan petugas lapangan di lokasi
pendampingan yang ditunjuk oleh penanggung jawab
kegiatan.
- Bahan-bahan yang diperlukan disiapkan dibawa dari kantor,
untuk menghindari kemungkinan tidak tersedia di lokasi.
b. Persiapan Lokasi
Identifikasi loaksi dilaksanakan di 3 Kabupaten yang telah
ditetapkan di wilayah pelaksanaan kegiatan pemanfaatan
pekarangan terpadu oleh BKP Provinsi Bengkulu.
c. Melakukan Tinjauan Lapang (Observasi)
d. Melakukan Diskusi Kelompok Terfokus
Diskusi kelompok terfokus dilakukan melalui Focus Groups
Discussion (FGD)
Penyusunan panitia pelaksana kegiatan sosialisasi dan gelar teknologi
BPTP Bengkulu.
Panitia disusun berdasarkan kompetensi dari staf yang ada di
BPTP Bengkulu sesuai dengan kebutuhan dilapangan saat sosialisasi
dan gelar teknologi. Tugas dari panitia ini diantaranya adalah untuk
mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan sosialisasi dan gelar
teknologi di kabupaten Lebong dan Kabupaten Bengkulu Selatan.
Pengambilan data efektifitas pendampingan dan jangkauan
perluasan diseminasi melalui diskusi dan pengisian quisioner saat
pelaksanaan sosialisasi dan gelar teknologi
11
Pelaksanaan kegiatan
1. Koordinasi intern dan antar institusi.
Koordinasi intern dilaksanakan secara rutin dalam bentuk
pertemuan di BPTP Bengkulu. Pertemuan direncanakan dilaksanakan
1- 2 kali dalam sebulan. Dalam pertemuan ini akan dibahas
kemajuan dan tindak lanjut kegiatan pendampingan di masing-
masing kabupaten.
Koordinasi antar institusi baik ditingkat regional (stakeholders di
provinsi dan Kabupaten) maupun nasional. Koordinasi di tingkat
regional, khususnya ditingkat kabupaten direncanakan dalam bentuk
pemaparan kegiatan atau presentasi kegiatan kepada stakeholders
(Dinas Pertanian Kabupaten maupun Badan Pelaksana Penyuluhan).
Koordinasi di tingkat nasional dilakukan pada Balit maupun Puslit
lingkup Badang Litbang sebagai sumber inovasi teknologi.
2. Pelaksanaan Identifikasi Lokasi
Identifikasi teknologi existing, menentukan akar permasalahan
dan upaya pemecahan permasalahan dan peningkatan produktivitas
dalam pemanfaatan pekarangan di Provinsi Bengkulu dilakukan
dengan survey lapangan dan pengisian kuisioner. Pelaksanaan
Identifikasi lokasi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Persiapan Tim dan bahan-bahan yang dibutuhkan
- Tim beranggotakan petugas pendamping (PPL) di lokasi
pendampingan petugas yang ditugaskan oleh penanggung
jawab kegiatan dari BPTP Bengkulu
- Penyiapan bahan pertanyaan berupa quisioner untuk
menggali permasalahan dan teknologi eksisting di lokasi
pendampingan.
- Bahan-bahan yang diperlukan disiapkan dibawa dari kantor,
untuk menghindari kemungkinan tidak tersedia di lokasi.
12
b. Persiapan Lokasi
Identifikasi lokasi dilaksanakan di 3 Kabupaten pendampingan
KRPL yang telah ditetapkan.
c. Melakukan Tinjauan Lapang (Observasi)
d. Melakukan Diskusi Kelompok Terfokus dan pengisian quisioner
Diskusi kelompok terfokus dilakukan melalui Focus Groups
Discussion (FGD)
3. Pelaksanaan Demplot
Demplot yang dijadikan sebagai tempat pembelajaran dan
contoh Rumah Pangan Lestari adalah rumah pengelola Kebun Bibit
Desa (KBD) yang dibangun dari kegiatan MKRPL BPTP Bengkulu.
Demplot dapat dijadikan sebagai lokasi kunjungan lapang dalam
proses pembelajaran dan peningkatan pengetahuan masyarakat
mengenai KRPL
4. Meningkatkan Kapasitas SDM Petugas
Peningkatan kapasitas SDM dilakukan melalui pelaksanaan
sosialisasi, gelar teknologi, pelatihan-pelatihan.
5. Mengevaluasi efektivitas pendampingan KRPL yang dilaksanakan
oleh stakeholders.
6. Penyusunan laporan (bulanan, semester dan akhir kegiatan).
Prosedur Pelaksanaan sosialisasi
1. Melakukan koordinasi dengan stake holders di kabupaten Lebong.
2. Inventarisasi lokasi dan kelompok sasaran
3. Pelaksanaan Sosialisasi Kawasan Rumah Pangan Lestari
4. Analisis respon petani.
5. Pelaporan.
Prosedur Gelar Teknologi/Apresiasi
1. Melakukan koordinasi dengan stakeholders di kabupaten Bengkulu
Selatan
2. Inventarisasi lokasi dan kelompok sasaran
3. Pelaksanaan Gelar Teknologi/ apresiasi Kawasan Rumah Pangan
Lestari
13
Prosedur yang digunakan pada kegiatan gelar teknologi/apresiasi
adalah dengan melakukan komunikasi tatap muka pengguna
dilapangan dan penjaringan umpan balik. Untuk lebih memudahkan
komunikasi dilaksanakan pertemuan dengan mengundang kelompok
tani/anggota kelompok tani disekitar lokasi dan petugas pendamping
kelompok. Penyampaian paket teknologi dilakukan secara oral oleh
petugas BPTP dan selanjutnya pemaparan pengalaman dalam
melakukan kegiatan budidayanya oleh ketua kelompok tani (petani)
pelaksana. Untuk menambah wawasan petani juga akan dilakukan
kunjungan kepada lahan/objek kegiatan pendampingan berupa
demplot di ruma pengelola KBD yang sudah dilakukan sebelumnya.
Umpan balik dari petani/ pengguna akan diperoleh dengan cara
pengisian kuesioner. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif.
4. Pelaporan
3.2. PARAMETER YANG DIUKUR
1. Tingkat SDM di lokasi pendampingan
2. Komponen teknologi eksisting di lokasi pendampingan.
3. Komponen teknologi yang diadopsi oleh petani/pengguna.
4. Frekuensi pendampingan (Sosialisasi, Gelar Teknologi dan Pelatihan-
pelatihan).
5. Jumlah dan jenis bahan informasi yang disebarluaskan sebagai bahan
penyuluhan.
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil
Pelaksanaan kegiatan pendampingan KRPL di provinsi Bengkulu tahun
2013 yang dilaksanakan di 3 kabupaten yakni di kabupaten Rejang Lebong,
Kabupaten Lebong dan Kabupaten Bengkulu Selatan. Kegiatan pendampingan di
kabupaten Rejang Lebong yakni berupa penyebaran inovasi teknologi pertanian
yang berhubungan dengan pemanfaatan pekarangan berupa brosur, leaflet,
banner, spanduk, pada saat lounching kegiatan pemanfaatan pekarangan di desa
Tasikmalaya. Selain penyebaran informasi juga dilakukan pelatihan-pelatihan
tentang persemaian di KBD, pembibitan, pencampuran media semai,
pencampuran media tanam dan pemeliharaannya.
4.1.1. Pelatihan
Kegiatan pelatihan bagi petugas pendamping P2KP dan kelompok wanita
tani pelaksana kegiatan KRPL dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 16 Mei 2013
di BPTP Bengkulu dan pada hari Rabu 11 September 2013 di BP3K Sulau
kabupaten Bengkulu Selatan.
Materi pelatihan yang dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2013 di BPTP
Bengkulu antara lain adalah persiapan media semai dan media tanam dalam
polybag dan bedengan, pemeliharaan tanaman secara hayati dan pembutan
pestisida nabati. Setelah pelatihan peserta berkeliling melihat contoh pekarangan
yang ada di BPTP Bengkulu dari mulai kebun bibit inti, kandang ayam KUB,
kolam ikan dengan jarring apung dan irigasi tetes. Kegiatan pelatihan ini diikuti
oleh 60 orang peserta petugas pendamping P2KP dari 10 kabupaten kota di
Provinsi Bengkulu.
Sementara materi yang dilatihkan pada tanggal 11 September 2013 di
BP3K Sulau anatara lain adalah pengelolaan KBD, teknologi pembuatan kompos,
teknik penyemaian dan penanaman dan penetasan telur ayam dengan mesin
tetas.
4.1.2. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi dilaksanakan di Kabupaten Lebong mengingat
informasi mengenai kegiatan pemanfaatan pekarangan ini dalam bentuk KRPL ini
masih sangat awam bagi masyarakat maupun petugas pendampingnya.
15
Pelaksanaan kegiatan Sosialisasi kegiatan pendampingan KRPL di kabupaten
Lebong dimulai Pukul 09.00 WIB dihadiri oleh Kepala BPTP Bengkulu yang
diwakili Dr. Umi Pudjiastuti, Kepala BKP Provinsi Bengkulu yang diwakili oleh
Sekretaris Badan Novian Indra, Kepala Dianas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupeten Lebong Ir. Rudi Pancawarman, dan Kepala BP4K Kabupaten Lebong
Syafiul Kalbi, SP Serta Sekretaris BP4K Kabupaten Lebong Harlis Darwin, SP,
M.Si.
Peserta Sosialisasi kegiatan pendampingan KRPL di Kabupaten Lebong
terdiri dari 20 pengurus kelompok wanita tani pelaksana kegiatan KRPL di
kabupaten Lebong baik dan Pengelola Kebun Bibit Desa (KBD), 15 Petugas
Pendamping dan Koordinator Penyuluh tingkat Kecamatan (korluh BPP)
Pengurus kelompok dan pengelola KBD berasal dari 5 desa/kelurahan di
kabupaten Lebong yakni 8 kelompok dan 1 pengelola wanita tani di kelurahan
tes yakni kelompok Maju Bersama, Wanita Mandiri, Wanita Karya, Wanita Suka
Maju, Wanita Angrek, Wanita Lestari, Wanita Makmur, Wanita Sejahtera, dan
KBD Kelurahan Tes. 1 kelompok di desa Sukabumi yakni kelompok Serumpun
dan KBD desa Sukabumi, 1 kelompok di desa Garut yakni kelompok Cahaya dan
KBD desa Garut, 1 kelompok di Kelurahan Kampung Jawa yakni kelompok
Harapan Maju dan KBD Kelurahan Kampung Jawa serta 1 kelompok di desa
Daneu yakni kelompok Dasawisma desa Daneu dan Pengelola KBD desa Daneu.
4.1.3. Apresiasi
Kegiatan apresiasi dampak pendampingan KRPL di Kabupaten
Bengkulu Selatan dimulai pukul 09.00 WIB di BP3K Sulau kecamatan Kedurang
Ilir Kabupaten Bengkulu Selatan. Acara dihadiri oleh kepala BPTP Bengkulu yang
diwakili oleh ibu Siswani Dwi Daliani, kepala BP4K Kabupaten Bengkulu Selatan
yang diwakili oleh kepala bidang programa dan evaluasi bapak Haroni, SP,
Kepala KKP Kabupaten Bengkulu Selatan Yang diwakili oleh bapak Pedi Sumantri,
Kepala Desa Air Sulau bapak Johar Subari, Korluh BP3K Kecamatan Kedurang Ilir
bapak Sunaryo, petugas pendamping P2kP, dan kelompok wanita tani pelaksana
kegiatan pemanfaatan pekarangan
Susunan acara pembukaan dibawakan oleh bapak Subandi, Acara dimulai
dengan sambutan dari kepala desa Sulau, Sambutan dari kepala BPTP Bengkulu,
Sambutan dari Kepala BP4K Kabupaten Bengkulu Selatan sekaligus membuka
16
acara secara resmi. Kemudian dilanjutkan dengan do’a yang disampaikan oleh
bapak Sumarno.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pelatihan Bagi Petugas Pendamping P2KP di BPTP Bengkulu
Acara pelatihan bagi petugas pendamping P2KP di BPTP Bengkulu dibuka
oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha Wilda Mikasari, S.TP, M.Si mewakili Kepala
Balai. Dalam arahannya disampaikan agar para peserta pelatihan dapat
mengikuti kegiatan ini sebaik-baiknya dan diharapkan mampu meningkatkan
keterampilan petugas pendamping dalam mendampingi kelompok P2KP di daerah
masing-masing dan dapat menyebarkan informasi yang didapat dari pelatihan ini
untuk di terapkan dilapangan.
Dengan telah dilakukannya pelatihan ini, peugas pendamping P2KP
mampu membina petani/kelompok wanita tani agar dapat melaksanakan
programpemanfaatan pekarangan dengan konsep Rumah Pangan Lestari (RPL)
yang kemudian secara bertahap berkembang menjadi Kawasan Rumah Pangan
Lestari.
Peningkatan keterampilan petugas pendamping P2KP sangat penting
sehingga pelatihan ini agar dijadikan sebagai penambah pengetahuan dan
peningkatan keterampilan bagi peserta pelatihan yang terdiri dari petugas
pendamping P2KP.
a. Peranan BPTP Bengkulu dalam Pendampingan KRPL di Provinsi
Bengkulu
Peranan BPTP Bengkulu dalam pendampingan KRPL di Provinsi Bengkulu
disampaikan oleh Dr. Umi Pudjiastuti. Dalam materi yang disampaikan dijelakan
mengenai posisi dan peranan BTPP dalam pendampingan KRPL. Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL) merupakan pengembangan dari Rumah Pangan Lestari
(RPL) yang terdiri dari beberapa unit dan membentuk suatu kawasan. Selain RPL
dan KRPL juga dikenal Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) dan
Model Kawasan Pangan Lestari (MKPL)
Dalam pendampingan KRPL, BPTP Bengkulu berperan dalam bentuk
memberikan paket inovasi teknologi serta penyebaran informasi dalam bentuk
diseminasi dan pelatihan-pelatihan.
17
b. Praktek
Teknis Praktek pelatihan bagi petugas pendamping P2KP di Provinsi
Bengkulu dilakukan dengan membagi peserta kedlam 2 kelompok. Kelompok
pertama terdiri dari 20 peserta dengan materi persiapan media semai, teknis
penyemaian dan pembuatan mol di dekat KBI BPTP Bengkulu. Sementara
kelompok kedua melakukan praktek Penyiapan media tanam, teknis penanaman
dan pembuatan pestisida nabati serta aplikasinya. Kemudian masing-masing
kelompok dirotasi untuk mempraktekkan hal yang sama. Setelah selesai praktek
peserta melakukan kunjungan lapangan dengan mengunjungi Kebun Bibit Inti,
kandang ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) dan mengelilingi KRPL di BPTP
Bengkulu.
1. Penyiapan Media Semai dan Penyemaian
Praktek penyiapan media semai dan cara penyemaian benih sayuran
dilakukan di dekat KBI. Praktek ini dibimbing oleh Yahumri, SP dan Dedi. Dalam
praktek pencampuran media semai peserta langsung melakukan pencampuran
bahan sebagai media semai berupa tanah, kompos, dan sekam dengan
perbandingan 1:1:1. Setelah dilakukan pencampuran bahan dilakukan
pengadukan dan pengayakan. Media semai kemudian dimasukkan ke dalam
polybag semai dengan ukuran palastik 4x10 dengan ketebalan plastic 0,3 mm
dan disusun diatas tatakan dan rak KBI. Setelah selesai pengisian polybag semai
kemudian peserta melakukan penyemaian dengan memasukkan benih sayuran
seperti terung, tomat, cabe dll kedalam polybag semai dan kemudian disiram
serta ditutup dengan karung. Untuk pemeliharaan dipersemaian harus dijaga
kelembabannya dan biasanya 2 hari benih sudah mulai berkecambah. Jika ada
kecambah yang tidak muncul dalam polybag semai maka harus segera dilakukan
penyulaman.
2. Pembuatan Mol
Dalam pemanfataan lahan pekarangan, bahan utama yang sangat
dibutuhkan yaitu kompos sebagai bagian utama dari media semai dan media
tanam. Dalam pembuatan kompos ini kita membutuhkan pengurai. Melalui
pelatihan ini juga dilakukan praktek pembuatan induk dari pengurai dengan
berbahan baku lokal yang diberi nama MOL. Mol yang dibuat dalam pelatihan ini
berbahan baku tapai/peuyeum. Peserta melakukan praktek pembuatan mol
dengan melakukan pencampuran bahan dengan memasukkan tapai kurang lebih
18
1 ons kedalam botol plastic ukuran 1500 ml. kemudian tambahkan air. Kemudian
ditambahkan gula pasir atau gula merah lebih kurang 5 sendok. Lalu dikocok
sampai gula melarut dan biarkan selama 4-5 hari dan jangan ditutup. Setelah 5
hari, jika sudah beraroma alcohol maka MOL tersebut telah siap dipakai.
Untuk memperbanyak atau beternak mol ini dapat dilakukan dengan
membagi indukan dalam botol tadi ke botol lain separuhnya dan kemudian
ditambahkan lagi air.
3. Penyiapan Media Tanam dan Penanaman
Praktek penyiapan media tanam dilakukan dengan cara yang sama
seperti penyiapan media semai tetapi komposisi dari media tanam berbeda
dengan media semai. Media tanam dibuat dengan campuran
tanah:kompos:sekam dengan perbandingan 2:1:1. Kemudian dilakukan
pengadukan secara merata. Setelah rata, media semai dimasukkanke dlaam
polybag tanam, pot, dll. Bagian atas dari polybag sedikit dilipat dan kemudian
diisi dengan media tanam ¾ bagian dan kemudian ditaburi pupuk NPK lebih
kurang 5 gr/polybag, kemudian dilakukan pemindahan bibit dari polybag semai
ke dalam polybag tanam. Lalu disiram.
Untuk perawatan tanaman harus disiram pagi dan sore sesuai kebutuhan
tanaman.
4. Pemeliharan Tanaman Secara Hayati
Pemeliharaan tanaman pekarangan sangat dianjurkan dilakukan secara
hayati. Pengendalian hama secara kimia harus dihindari. Apalagi untuk tanaman
sayuran yang langsung dimakan/lalapan. Dalam praktek pemeliharaan tanaman
secara hayati, pengendalian hama menggunakan pestisida nabati. Pestisid nabati
dapat dibuat dengan menggunakan bahan baku dari tanaman seperti sirsak,
nimba dan kunyit. Dalam pelatihan ini dilakukan pengendalian hama secara
hayati dengan menggunakan pestisida nabati yang berasal dari kunyit. Praktek
pembuatan pestisida nabati ini menggunakan kunyit sebanyak 4 kg ditumbuk
dan ditambahkan dengan 3-4 liter air urine sapid an diaduk sampai merata.
Campuran tersebut diencerkan dengan 15-20 liter air ditambah dengan 4 cc
emulsifier. Penggunaan pestisida nabati ini dapat langsung dipakai dengan
menyemprotkan ke tanaman pekarangan. Saat penyemprotan dapat dilakukan di
pagi atau sore hari.
19
c. Kunjungan Lapangan ke KBI, Kandang Ayam Kub dan Pekarangan
Setelah peserta melakukan pelatihan, peserta diajak untuk berkeliling di
KRPL BPTP Bengkulu dengan mengunjungi KBI, kandang ayam KUB, kolam ikan
dan pekarangan di lingkungan BPTP Bengkulu. Para peserta sangat antusian
dalam mengikuti kegiatan kunjungan lapangan ini dengan mengambil foto-foto
yang mereka anggap sangat menarik.
Dalam kunjungan lapangan ini, peserta pelatihan dikenalkan dengan
beberapa inovasi teknologi yang diterapkan di BPTP Bengkulu dalam
pemanfaatan pekarangan dengan konsep kawasan rumah pangan lestari (KRPL)
seperti irigasi tetes, penyiraman dengan menggunakan timer, persemaian dalam
kebun bibit inti (KBI) serta inovasi teknologi pemeliharaan ayam kampong unggul
balitnak (KUB), longyam dengan kolam dll.
Dengan melihat secara langsung inovasi teknologi pemanfaatan
pekarangan dengan konsep kawasan rumah pangan lestari (KRPL) diharapkan
para petugas pendamping mampu menreplikasikan apa-apa yang dilatih dan
dilihat dalam kunjungan dilokasi pendampingan masing-masing.
4.2.2. Sosialisasi Kegiatan Pendampingan KRPL di Kabupaten Lebong
Pembukaan acara sosialisasi kegiatan pendampingan KRPL di kabupaten
Lebong dengan pembawa acara Eva Melisa staff BP4K Kabupaten Lebong. Acara
dimulai dengan sambutan Kepala BPTP Bengkulu yang disampaikan oleh DR. Umi
Pudjiastuti. Dalam sambutannya disampaikan tentang perkembangan kegiatan
KRPL di provinsi Bengkulu dan peranan BPTP dalam pendampingan KRPL yakni
dari segi inovasi teknologi dan informasi.
Setelah sambutan dari kepala BPTP Bengkulu dilanjutkkan dengan
Sambutan dari Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lebong
yang disampaikan langsung oleh Ir. Rudi Pancawarman. Dalam sambutannya
beliau menyambut baik kegiatn ini dan menghimbau agar peserta sosialisasi
dapat mengikuti kegiatan dnegan sebaik-baiknya dan mandapatkan manfaat
yang dapat diintroduksikan dilapangan sesuai dengan apa yang menjadi target
akhir dari program tersebut.
Kepala dinas juga menghimbau kepada coordinator penyuluh yang
juga sebagai KPK di masing-masing kecamatan agar dapat merespon program ini
dan menindaklanjuti dengan menugaskan penyuluh dilapngan untuk
mendampingi dan berkoordinasi dengan BPTP Bengkulu untuk mendapatkan
20
informasi inovasi teknologinya. Diakhir sambutannya beliau mebuka acara
Sosialisasi kegiatan Pendampingan KRPL di Kabupaten Lebong ini secara resmi.
Dalam session penyampaian materi ini dilaksanakan secara panel dengan
4 narasumber. Dan bertindak sebagai moderator yakni Ir. Siswani Dwidaliani dari
BPTP Bengkulu.
Materi pertama dari BPTP Bengkulu yang disampaikan oleh DR. Umi
Pudjiastuti mengenai Program Pemerintah tentang Kawasan Rumah Pangan
Lestari serta peran BPTP Bengkulu dalam pendampingan KRPL.
Optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui upaya
pemberdayaan wanita untuk mengoptimalkan manfaat pekarangan sebagai
sumber pangan keluarga. Upaya ini dilakukan dengan membudidayakan berbagai
jenis tanaman sesuai kebutuhan keluarga seperti aneka umbi, sayuran, buah,
serta budidaya ternak dan ikan sebagai tambahan untuk ketersediaan sumber
karbohidrat, vitamin, mineral, dan protein bagi keluarga pada suatu lokasi
kawasan perumahan/warga yang saling berdekatan. Dengan demikian akan
dapat terbentuk sebuah kawasan yang kaya akan sumber pangan yang
diproduksi sendiri dalam kawasan tersebut dari optimalisasi pekarangan.
Pendekatan pengembangan ini dilakukan dengan mengembangkan pertanian
berkelanjutan (sustainable agriculture), antara lain dengan membangun kebun
bibit dan mengutamakan sumber daya lokal disertai dengan pemanfaatan
pengetahuan lokal (local wisdom) sehingga kelestarian alam pun tetap terjaga.
Tingkat adopsi teknologi pemanfataatan pekarangan di Provinsi Bengkulu
relatif masih rendah yang diindikasikan oleh masih kurangnya pemanfaatan
pekarangan. Tingkat pemahaman masyarakat dan penyuluh dalam pemanfaatan
pekarangan dalam upaya peningkatan ketahanan pangan masih rendah dan
perlu ditingkatkan. Melalui Pendampingan KRPL dalam bentuk kegiatan
sosialisasi, apresiasi, pelatihan-pelatihan dan gelar teknologi serta penyebaran
bahan informasi diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
petani serta keberlanjutan kegiatan KRPL di Provinsi Bengkulu
Model Perdesaan Strata I (luas < 400 m2)
Tanaman vertikultur sayuran ( 4 tingkat, paralon tegak)
Tanaman sayuran dalam polybag : tomat, terung, daun bawang diletakkan
21
Tanaman sayuran dan obat dalam bedengan ukuran 1 - 2 m x 5 – 10m :
(kangkung, bayam, cabai, atau kacang panjang) tergantung; halaman
Ayam kampung (telur dan daging), Kolam ikan : (lele, Nila)
Model Perdesaan Strata II (luas >400 m2)
Tanaman sayuran dalam polibag : tomat, terung, daun bawang diletakkan
di depan teras rumah menggunakan para-para
Tanaman sayuran dan obat yang ditanam di halaman cukup luas dengan
sinar penuh : kangkung, bayam, cabai, atau kacang panjang dalam
bedengan ukuran 1 - 2 m x 5 – 10m tergantung ketersediaan lahan ;
halaman dengan sinar kurang penuh (teduh) : sawi, slada,sledri, kunyit,
kunyit putih, cahe, kencur, lengkuas
Tanaman pisang, umbi-umbian (ganyong, garut, uwi) Ayam kampung
(telur dan daging), Kolam ikan : (lele, Nila), Kambing kacang
Materi ke dua dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu yang
disampaikan oleh sekretaris badan Ir. Novian Indra dengan judul program
pemanfaatan pekarangan terpadu.
Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati
produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukan sebagai makanan
atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan,
bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. (UU Nomor 18
Tahun 2012 Tentang Pangan)
Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri
menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan
yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang
sesuai dengan potensi sumber daya lokal. (UU Nomor 18 Tahun 2012 Tentang
Pangan)
Ketahanan Pangan adalah Kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara
sampai ketingkat perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan
terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, dan budaya masyarakat,
22
untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. (UU Nomor
18 Tahun 2012 Tentang Pangan)
Pemanfaatan pekarangan dilakukan secara terpadu dengan
melaksanakan budidaya berbagai jenis tanaman dan ternak dalam satu kawasan
desa seperti : ubi, sayur, buah, rempah- rempah, dan memelihara ternak
dan ikan untuk menunjang ketersediaan sumber karbohindrat, vitamin, mineral
dan protein keluarga.
Indikator keberhasilan program pemanfatan pekarangan terpadu ini dapat
diukur dan dilihat dari terjaminnya ketersediaan pangan di tingkat rumah
tangga, meningkatnya penganekaragaman komsumsi pangan, protein, vitamin
dan mineral masyarakat dalam sehari-hari yang diukur dengan skor pph, makin
bertambahnya jumlah usaha mikro kecil untuk memanfaatkan pangan lokal
dalam pengembangan bisnis pangan (0ff farm) dan menurunnya komsumsi
beras 1,5 %/tahun.
Adapun manfaat yang dapat dirasakan dari suksenya program ini
diantaranya adalah penghematan belanja dapur, terpenuhinya komsumsi
keluarga yang bergizi, penambahan pendapatan keluarga, tata lingkungan
desa menjadi rapi, berkurangnya ketergantungan dengan pangan dari daerah
lain/pangan import, terpenuhinya kebutuhan pangan yang cukup.
Setelah istirahat sholat dan makan dan dilanjutkan narasumber ke tiga
yakni disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Lebong Ir. Rudi Pancawarman dengan materi dukungan Dinas
Pertanian dan Katahanan Pangan Kabupaten Lebong terhadap Program KRPL.
Penyampaian program Dinas Pertanian dan ketahanan Pangan Kabupaten
Lebong tentang pemanfaatan pekarangan ini dengan dilaksanakannya kegitan ini
di 4 desa dan 1 desa ditunda karena pemotongan anggaran. Tahun 2013, desa
yang terpilih menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan pemanfaatan pekarangan
melalui dana dekon adalah Desa Sukabumi, Desa Garut dan Kelurahan Kampung
Jawa. Disamping itu beliau menyampaiakan dukungan dan apresiasi setinggi-
tingginya kepada BPTP Bengkulu dan BKP Provinsi yang juga melaksanakan
kegiatan serupa di kabupaten Lebong sehingga program kawasan rumah pangan
lestari ini dapat menyebar dengan cepat dikabupaten Lebong.
Bentuk dukungan lain dari dinas pertanian dan ketahanan pangan
kabupaten lebong terhadap kegiatanm ini yakni bengan menyiapakan bibit jeruk
23
RGL sebanyak 2700 batang (3 batang/rumah) untuk dikembangkan dilokasi desa
KRPL. Dan natinya kan juga disediakan bibit manggis unggul Lebong juga untuk
pekarangan.
Karena urusan pangan ini telah dijelaskan merupakan urusan wajib, maka
program ini juga harus menjadi prioritas, bahkan harus didahulukan. Dan
pertanian merupakan urusan pilihan. Beliau juga menghimbau agar para
penyuluh dan pendamping dapat bekerja semaksimal mungkin dan memberikan
contoh serta mengajak warga di desa binaannya untuk segera mempersiapkan
dan mulai merealisasikan program ini.
Sementara dalam kesempatan ini juga beliau menegaskan kepada
kelompok wanita tani yang telah terpilih dan menjadi pioner dalam pelaksanaan
kegiatan ini untuk bersungguh-sungguh dan menyukseskan program ini
dikabupaten Lebong, sehingga lestari yang disampaikan tersebut dapat tercipta
dan berkesinambungan karena akan bermuara pada kesejahteraan rakyat. Bila
belum dapat menambah penghasilan paling tidak dapat mengurangi pengeluaran
seperti yang telah disampaikan mampu menghemat pengeluaran sampai dengan
Rp. 30.000,- per hari.
Jika memang natinya dalam pelaksanaan program ini masih
membutuhkan bantuan, Dinas pertanian siap membantu. Untuk itu agar dapat
diajukan permohonannya kepada pihak dinas agar dapat ditindaklanjuti dalam
pengusulan anggaran tahun 2014.
Materi keempat yang disampaikan oleh Kepala Badan Pelaksanan
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan kabupaten Lebong yang
disampaikan oleh Bapak Syafiul Kalbi, SP dengan judul dukungan BP4K
Kabupaten Lebong dalam program KRPL. Beliau menyampaikan bahwa program
ini merupakan program nasional untuk mengantisipasi kerawana pangan. Karenal
lahan semakin pertanian semakin sempit dan pertumbuhan jumlah penduduk
semakin meningkat sehingga potensi kerawanan pangan ini cukup tinggi.
Sebagai intitusi yang bergerak dibidang penyuluhan maka beliau
berpesan kepada aparat penyuluhan dikabupaten Lebong agar dapat memaknai
program ini setelah mengikuti kegiatan sosialisaisi agar dapat mendiseminasikan
dan menyebarkan informasi yang disampaikan untuk mengerakkan warga didesa
bianaan mereka masing-masing.
24
Penyuluhan dengan sistem LAKU (latihan dan kunjungan). Bagi penyuluh
dan petugas pendamping yang bertugas diwilayah/desa yang menjadi pioner
pelaksanaan program ini wajib mendampingi dan memberikan inovasi teknologi
pertanian dan dapat menyukseskan rencana lounching pemanfaatan pekarangan
terpadu di kabupaten Lebong.
4.2.3. Pelatihan Bagi Petugas dan Kelompok Wanita KRPL
a. Identitas Responden/Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga
sengan persentase 58,82% dan tani sebanyak 26,47%. Rata-rata peserta
pelatihan tertinggi berusia antara 20-30 tahun (41,17%), disusul usia antara 31-
40 tahun sebanyak (29,41%) dan usia 41-50 tahun sebanyak 26,47% serta 2,94
% berusia diatas 51 tahun dengan jumlah anggota keluarga tertinggi sebanyak 4
orang dengan jumlah persentase 44,11% dan dengan anggota keluarga 3 orang
sebanyak 20,58%.
Hampir seluruh peserta pelatihan telah memagari pekarangan mereka.
Dari hasil evaluasi dengan kuesioner yang dijukan 97,06% menyatakan
pekarangan mereka sudah dipagar dan hanya 2,94% yang pekarangannya belum
dipagar
Untuk mencukupi kebutuhan protein keluarga, 38,23%, peserta yang
baru memiliki kolam ikan sementara 61,76%. Untuk ternak ungas (ayam)
hampir 82% mempunyai ternak ayam smentara ternak besar seperti kambiing
dan sapi hanya sekitar 38 %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian
besar masyarakat di desa sulau kabupaten Bnegkulu Selatan sudah
memanfaatkan pekarangan mereka untuk memenuhi kecukupan gizi keluarga.
b. Pengetahuan Petani Terhadap Pemanfaatan Pekarangan (KRPL)
Hasil uji tingkat pengetahuan peserta latihan terhadap pemanfaatan
pekarangan di desa Sulau kabupaten Bnegkulu Selatan berdasarkan 10
pertanyaan angket yang diajukan dapat dijelaskan bahwa peserta baru kurang
lebih 6 bulan yang lalu mengetahui adanya program pemanfaatan pekarangan
secara terpadu (KRPL) melalui petugas/penyuluh pendamping kegiatan tersebut.
Lebih dari 90% peserta menyatakan bahwa mereka mengetahui program
tersebut dari petugas kurang lebih sekitar 6 bulan yang lalu.
25
Walaupun telah mengetahui program KRPL sekitar 6 bulan yang lalu
tetapi mereka belum bisa membedakan antara Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari (m-KRPL), Rumah Pangan Lestari (RPL), Kawasan Pangan Lestari (KPL),
maupun Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Dari pertanyaan yang diajukan
yakni Rumah yang pekarangan nya dimanfaatkan secara intensif ramah
lingkungan dan berkelanjutan, seluruh peserta (100%) salah menjawab.
Jawaban yang seharusnya RLP mereka jawab m-KRPL.
Rata-rata peserta pelatihan sudah mengetahui apa yang dimaksud
dengan KBD dan sebagian besar dari mereka (70%) memanfaatkan KBD sebagai
sumber bibit untuk ditanam di pekarangan mereka dan yang terpenting mereka
sudah mengetahui dan membangun KBD di desa mereka (100%)
Untuk ketersedian bibit mereka menyatakan bahwa bibit selalu tersedia di
KBD disaat mereka membutuhkan (70,58%) dan 29,41 % menyatakan kadang-
kadang. Sementara inovasi teknologi yang dapat diterapkan di pekarangan 64%
menjawab dengan benar dan mereka sudah mengoptimalkan lahan pekarangan
mereka 94,12%.
c. Teknik Budidaya Pekarangan yang Diterapkan
Teknik budidaya yang telah diterapkan oleh petani peserta pelatihan
mulai dari penyemaian benih sampai dengan pemelihraan tanaman sudah cukup
baik. Hal ini dapat dilihat dari cara mereka menyemai dengan menggunakan
campuran media tanah, kompos dan sekam dengan perbandingan 1;1;1 dengan
masing-masing polibag semai satu benih yang ditanam. Peserta yang
menggunakan media semai sesuai anjuran dengan benar mencapai 76,47% dan
yang menerapkan perbandingan antara tanah, kompos dan sekam 1;1;1 baru
38%, 38% lagi ada yang menggunakan perbandingan 1;2;1. Hal ini mereka
gunakan dengan alasan tanah di tempat mereka lempung berpasir sehingga
porositasnya sudah cukup tinggi. Dan untuk benih yang ditanam per polobag
semai mereka 100% menjawab 1 biji per polibag semai. Begitupun halnya
dengan teknik penanaman yang mereka lakukan hampir 100% sesuai dengan
yang dianjurkan.
Fungsi sekam dalam media tanam sebagian besar peserta belum
memahami dengan baik. Hanya 32,35% yang menyatakan fungsi sekam untuk
menjaga porositas. Sama hal nya dengan fungsi gula dalam pembuatan kompos,
26
peserta yang menyatakan sebagai bahan sumber makanan bagi mikroba hanya
23,53% dan untuk cara pemupukan rata-rata peserta 64,71% telah memahami.
d. Motivasi Petani dalam Memanfaatkan Pekarangan
Rata-rata peserta menyatakan sangat setuju dan setuju terhadap semua
penyataan yang di ajukan mengenai motivasi mereka dalam memanfaatkan
pekarangan. 50% menyatakan sangat setuju dan 47,05% setuju dengan
pernyataan motivasi mereka mengoptimalkan pekarangan karena hobby.
Begitupun dengan pernyataan bahwa mengoptimalkan pekarangan untuk
kebutuhan keluarga 55,88% sangat setuju dan 44,11% setuju.
Sementara alasan mereka menanam dipekarangan karena tidak punya
kebun sebagian besar 38,23% tidak setuju dan 20,58% netral. Peserta juga lebih
setuju untuk menanam sumber pangan di pekarangan seperti ubi-ubian, kacang-
kacangan, jagung dll dengan 61,76% menyatakan sejuju dan 17% sangat
setuju. Peserta juga sangat membutuhkan pelatihan-pelatihan dalam
menggunakan inovasi teknologi dengan peserta yang menyatakan sangat setuju
terhadap pernyataan tersebut sebanyak 61,765 dan setuju 38,23%. Begitupun
dengan pernyataan metode diseminasi pelatihan secara praktek lebih mudah
dimengerti 58,82% setuju dan 35,29% sangat setuju.
Dalam hal pembuatan kompos dan penetasan telur ayam sebagian besar
peserta menyatakan netral dan tidak setuju dengan penyataan apakah mereka
sudah pernah dan bisa membuat kompos serta mendapatkan pelatihan dalam hal
pembutan kompos. Ini berarti bahwa pelatihan yang dilakukan sangat tepat dan
sangat dibutuhkan oleh peserta. Begitupun halnya dengan inovasi teknologi
dalam penetasan telur ayam.
4.2.4. Apresiasi Dampak Pendampingan KRPL di Kabupaten Bengkulu
Selatan
a. Identitas Peserta Apresiasi
Peserta Apresiasi sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga
dengan persentase 58,82% dan tani sebanyak 26,47%. Rata-rata peserta
pelatihan tertinggi berusia antara 31-40 tahun (53,12%), disusul usia antara 21-
30 tahun sebanyak (40,62%) dan sisanya berusia diatas 40 tahun dengan jumlah
anggota keluarga tertinggi sebanyak 4 orang dengan jumlah persentase 46,88%
dan dengan anggota keluarga 5 orang sebanyak 25%. Rata-rata peserta
27
apresiasi berpendidikan SLTA dan SD. Peserta yang tamatan SLTA sebanyak
37,5% dan SD sebanyak 34,37%, sedangkan yang tamatan SLTP sebanyak 25%.
Hampir seluruh peserta apresiasi telah memagari pekarangan mereka.
Dari hasil evaluasi dengan kuesioner yang diajukan 98% menyatakan
pekarangan mereka sudah dipagar dan hanya 2% yang pekarangannya belum
dipagar
Untuk mencukupi kebutuhan protein keluarga, 40% peserta yang baru
memiliki kolam ikan sementara 60% lainnya belum memeiliki kolam ikan di
pekarangan rumah mereka. Untuk ternak ungas (ayam) hampir 80%
mempunyai ternak ayam sementara ternak besar seperti kambing dan sapi hanya
sekitar 38%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar
masyarakat di desa sulau kabupaten Bengkulu Selatan sudah memanfaatkan
pekarangan mereka untuk memenuhi kecukupan gizi keluarga.
b. Persepsi Terhadap Pemanfaatan Pekarangan (KRPL)
Hasil uji persepsi peserta apresiasi terhadap kegiatan pendampingan
KRPL di desa Sulau kabupaten Bengkulu Selatanmenunjukkan bahwa peserta
menyatakan bahwa KRPL merupakan solusi untuk memenuhi kebutuhan keluarga
yang menguntungkan, begitupun dengan keberadaan kebun bibit desa (KBD)
sehingga untuk memperoleh bibit bibit yang berkualitas menjadi sangar mudah
sehingga dalam melaksanakan program KRPL menjadi lebih mudah.
c. Motivasi dalam Memanfaatkan Pekarangan
Sebagian besar dari peserta beralasan dalam mengikuti program KRPL
yakni dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan produktivitas,
sehingga mereka beranggapan bahwa itulah tujuan mereka dalam
me;laksanakan program tersebut. Sumber motivasi mereka dalam menjalankan
program KRPL berdasarkan kesadaran sendiri.
d. Pengetahuan tentang KRPL
Sebagian besar peserta telah mengetahui fungsi, manfaat dan kegunaan
KRPL dan KBD serta bibit yang tersedia di KBD. Dalam melakukan penyemaian
dan penanaman mereka sudah melaksanakan sesuai dengan anjuran begitupun
dnegan penggunaan pestisida dan pengendalian hama. Dalam pemeliharan
tanaman di pekarangan mereka sudah seminimal mungkin menggunakan
pestisida, bahkan jika masih diambang batas mereka tidak menggunakan. Untuk
28
pengendalian hama dilakukan secara hayati dengan menggunakan musuh alami
dan dengan fisik dan mekanik. Secara fisik menggunakan tangan. Selain itu
dapat juga dilakukan dengan pergiliran tanam dan penetapan jarak tanam.
e. Sikap dalam mengikuti program KRPL
Sikap warga dengan adanya program KRPL sangat setuju. Begitupun
dengan adanya KBD didesa mereka. Untuk pemagaran pekarangan mereka juga
sangat setuju bahkan semua sudah memagari pekarangan mereka. Sikap
terhadap pengendalian hama secara hayati dengan menggunakan pestisida
seminimal mungkin serta melakukan pergiliran tanam dan pengaturan jarak
tanam. Sementara untuk pengendalian hama dengan membiarkan predator
sebagian besar krang setuju.
e. Keterampilan dalam melaksanakan KRPL
Keterampilan peserta dalam melaksanakan program KRPL sudah cukup
tinggi. Hal ini disebabkan karena mereka telah mendapatkan sosialisasi dan
pelatihan-pelatihan dalam pelaksanaan program tersebut.
29
V. KESIMPULAN
Dari hasil pelaksanaan lunching pemanfaatan pekarangan secara terpadu,
pelatihan bagi petugas pendamping P2KP, dan sosialisasi serta apresiasi kegiatan
pendampingan KRPL, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat adopsi
kelompok terhadap inovasi teknologi yang di deseminasikan cukup tinggi. Hal ini
dapat dilihat dari respon petani saat melaksanakan pelatihan, sosialisasi dan
apresiasi.
Peserta dalam mengikuti pelatihan sangat antusias dan melaksanakan
pelatihan dengan semangat serta sangat ingin menerapkan hasil yang didapat
dan dilihat di lokasi masing-masing. Para peserta masih sangat awam dengan
program KRPL tersebut.
Pendampingan juga dilaksanakan dalam bentuk kegiatan sosialisasi.
Dalam acara sosialisasi KRPL ini, instansi terkait seperti dinas pertanian dan
ketahanan pangan dan BP4K serta petugas dan pengurus kelompok yang
diundang sangat respons terhadap kegiatan KRPL tersebut. Bentuk dukungan
kepala dinas pertanian dan ketahanan pangan kabupaten Lebong akan
menyebarkan bibit jeruk RGL dan Manggis untuk masing-masing rumah tangga 3
batang agar dapat ditanam di pekarangan. Sementara BP4K akan mengerahkan
petugasnya untuk mendampingi secara proaktif kegitan KRPL ini.
Motivasi dalam hal pelaksanaan kegiatan juga terrcermin saat
pelaksanaan apresiasi dengan tingginya semangat untuk mengembangkan
kegiattan tersebut serta kemampuan peserta dalam menyampaikan pengalaman
dan manfaat yang mereka rasakan sehingga dapat menambah motivasi bagi
peserta yang lain.
30
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1996. Pedoman Penelitian Metode Penyuluhan Pertanian.
Departeman Pertanian Pusat Penyuluhan Pertanian., Jakarta
Anonim, 1999. Panduan Umum Pelaksanaan Penelitian, Pengkajian dan
Diseminasi Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian.
BBPPTP Bogor. 2009. Petunjuk Pelaksanaan pendampingan Pencapaian
Swasembada Daging sapi (PSDS). Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian Bogor.
BPTP Jawa Tengah.2008. Penyuluhan dan Penyebaran Informasi Pertanian pada
daerah P4MI. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Tengah.
Dinas Peternakan Propinsi Bengkulu.2009. Laporan Tahunan Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan Propinsi Bengkulu. Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Propinsi Bengkulu.
Fauzia, S. 2002. Revitalisasi Fungsi Informasi dan Komunikasi serta diseminasi
luaran BPTP. Makalah disampaikan pada ekspose dan seminar
teknologi pertanian spesifik lokasi, 14-15 Agustus 2002 di Jakarta.
Pusat penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi. Bogor.
Isbagio Paransih, 1998. Kebijaksanaan Komunikasi Penelitian Pertanian dan
Peranan AARDNET dalam Menopang Penelititan , Disampaikan pada
Pengolahan TeknisJaringan Informasi Ciawi Bogor.
Tjiptopranoto,P.2000. Strategi Diseminasi Teknologi dan Informasi
Pertanian.Balai Pusat Pengembangan Pengkajian Teknologi Pertanian .
Bogor.
31
ANALISIS RISIKO
Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang
mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi/pendampingan.
Dengan mengenal risiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun
strategi ataupun cara penanganan risiko baik secara antisipatif maupun responsif
(Tabel 1 dan 2).
Tabel 1. Daftar risiko pelaksanaan pendampingan KRPL tahun 2013.
NO. RISIKO PENYEBAB DAMPAK
1. Koordinasi antar
pelaksana KRPL di
daerah kurang lancar
- Masing-masing SKPD menjalankan tupoksinya sendiri dan belum terintegrasi
- Peningkatan produksi dan produktivitas (kinerja bersama) tidak tercapai
Tabel 2. Daftar penanganan risiko dalam pelaksanaan pendampingan
KRPL tahun 2013.
NO. RISIKO PENYEBAB PENANGANAN
1. Koordinasi antar
pelaksana KRPL di
daerah kurang lancar
- Masing-masing SKPD menjalankan tupoksinya sendiri dan belum terintegrasi
- Dilakukan sosialisasi
- Meningkatkan koordinasi
32
JADWAL KERJA
No Uraian kegiatan
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penyusunan RODHP
2 Seminar/pembahasan perbaikan RODHP
3 Koordinasi
4 Identifikasi Teknologi Existing
5 Pelaksanaan
6 Laporan bulanan
7 Laporan tengah tahun
8 Analisis Hasil
9 Seminar Hasil
10 Laporan akhir tahun
33
PEMBIAYAAN A. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
No Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan (Rp.)
Jumlah (Rp.)
1. Belanja Bahan o Sarana Produksi dan Bahan
Pendukung Lain o ATK,Komputer supplies, o Percetakan bahan informasi o Penggandaan, Laminasi,
Dokumentasi, foto, Foto copy o Konsumsi, dalam rangka gelar
teknologi, temu lapang, sosialisasi, apresiasi, pelatihan
1 Paket 1 Paket 1 Paket
1 Paket 200 OH
4.000.000,- 1.800.000,- 2.000.000,- 500.000,- 50.000,-
4.000.000,- 1.800.000,- 2.000.000,- 500.000,- 10.000.000,-
Jumlah 18.300.000,-
2. Belanja Barang non operasional lainnya o Akomodasi dalam rangka gelar
teknologi, temi lapang, sosialisasi, pelatihan
4 Kali
5.000.000,-
20.000.000,-
Jumlah 20.000.000,-
3. Honor yang terkait output kegiatan o UHL Petani Pendukung Lain o UHL Petugas Lapangan
30 OH 11 OH
35.000,-
1.050.000,- 1.100.000,-
Jumlah 2.150.000,-
4. Belanja Sewa o Sewa Tenda o Sewa Kendaraan Roda 4
1 Kegiatan -
1.000.000,- -
1.000.000,- -
Jumlah 1.000.000,-
5. Belanja Jasa Profesi o Narasumber, Pengarah,
Fasilitator, Evaluator
6 OJ
500.000,-
3.000.000,-
Jumlah 3.000.000,-
6. Belanja Perjalanan Lainnya Perjalanan dalam rangka persiapan, konsinyasi, sosialisasi,advokasi, seminar, evaluasi kerja, dan koordinasi diwilayah Indonesia o Lumpsum + transport o Perjalanan pendek + transport
1 OP 70 OH
5.000.000,- 365.000,-
5.000.000,- 25.550.000,-
Jumlah 30.550.000,-
Total 75.000.000,-
34
B. Realisasi Anggaran
No Jenis Pengeluaran Realisasi Anggaran
(Rp.)
Persentase Keuangan
(%)
Persentase Fisik (%)
1. Belanja Bahan o Sarana Produksi dan Bahan
Pendukung Lain o ATK,Komputer supplies, o Percetakan bahan informasi o Penggandaan, Laminasi,
Dokumentasi, foto, Foto copy o Konsumsi, dalam rangka gelar
teknologi, temu lapang, sosialisasi, apresiasi, pelatihan
4.000.000,- 1.800.000,- 700.000,-
450.000,-
9.100.000,-
100 100 45 90 91
Jumlah 37,70
2. Belanja Barang non operasional lainnya o Akomodasi dalam rangka gelar
teknologi, temu lapang, sosialisasi, pelatihan
14.920.000,-
74,60
Jumlah 25,00
3. Honor yang terkait output kegiatan o UHL Petani Pendukung Lain o UHL Petugas Lapangan
1.050.000,- 1.100.000,-
100 100
Jumlah 100
4. Belanja Sewa o Sewa Tenda o Sewa Kendaraan Roda 4
1.000.000,-
100
Jumlah 100
5. Belanja Jasa Profesi o Narasumber, Pengarah,
Fasilitator, Evaluator
3.000.000,-
100
Jumlah 100
6. Belanja Perjalanan Lainnya Perjalanan dalam rangka persiapan, konsinyasi, sosialisasi,advokasi,seminar, evaluasi kerja, dan koordinasi diwilayah Indonesia o Lumpsum + transport o Perjalanan pendek + transport
5.000.000,-
100 100
Jumlah 100
Total 75.000.000,-
35
PERSONALIA
No Nama/NIP
JABATAN FUNGSIONAL/
BIDANG KEAHLIAN
JABATAN DALAM
KEGIATAN URAIAN TUGAS
ALOKASI WAKTU
(Jam/Minggu)
1. Siswani Dwi Daliani
Penyuluh Muda
Penanggung Jawab
Mengkoordinir kegiatan mulai perencanaan sampai pelaporan
40
2. DR. Umi Pudjiastuti
Penyuluh Madya
Anggota - Bertanggung jawab terhadap kegiatan sosialisasi dan gelar teknologi di 5 kabupaten/kota
- Membantu persiapan dan pelaksanaan sosialisasi dan gelar teknologi
20
3. Taufik Hidayat, S.TP
Calon Peneliti Anggota - Membantu tugas penanggung jawab
- Membantu persiapan dan pelaksanaan sosialisasi dan gelar teknologi
- Membantu 35nálisis data dan pelaporan
20
4. Ina Hartati Keuangan Anggota - Membantu tugas penanggung jawab
- Membantu persiapan
20
36
dan pelaksanaan sosialisasi dan gelar teknologi
- Membantu 36analisis data dan pelaporan
37
Lampiran . Foto-foto pelaksanaan pelatihan
Acara pembukaan pelatihan bagi petugas pendamping P2KP di BPTP Bengkulu
38
Praktek penyiapan media tanam dari bahan baku tanah, kompos, dan sekam dengan
perbandingan 2:1:1
39
Praktek penanaman tanaman pekarangan dalam media polibag
40
Praktek penyiapan media semai dan penyemaian benih tanaman sayuran
41
Kunjungan Lapangan peserta pelatihan ke KRPL di lIngkungan BPTP Bengkulu
42
Acara penutupan kegiatan pelatihan bagi petugas pendamping P2KP di BPTP Bengkulu
43
Lampiran . Foto Foto Pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi Penyambutan Rombongan Narasumber oleh Sekretaris BP4K Kabupaten Lebong
44
Acara pembukaan Sosialisasi Kegiatan Pendampingan KRPL di Kabupaten Lebong Atas : Pembukaan Sosialisasi
Tengah : Sambutan Kepala BPTP Benngkulu Bawah : Sambutan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Lebong
45
Pelaksanaan Acara Pembukaan Atas : Pembawa acara yang disampaikan oleh Sdr. Eva Melisa Tengah : Pembacaan do’a Oleh Sdr. Marvokasa Ismuha, SP
Bawah : Peserta sosialisasi
46
Sesion Pertama Penyampaian materi Moderator memimpin acara
Penyampaian Materi dari BPTP Bengkulu Penyampaian materi dari BKP Provinsi
47
Penyampaian materi oleh kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kabupaten Lebong Oleh Ir. Rudi Pancawarman
Materi yang disampaikan oleh K Kepala BP4K Kab. Lebong Bpk. Syafiul Kalbi, SP
48
Sesion Diskusi dan penutupan acara oleh Kepala BP4K Kabupaten Lebong
49
Foto Acara Pembukaan Pelatihan.
Pembawa Acara :
Yahumri, SP
Dihadiri :
Kepala BP4K Kab. B/S
Kepala KKP Kab. B/S
50
Sambuatn dari Kepala BP4K didampingi oleh
Kepala KKP Kabupaten Bnegkulu Selatan
Sekaligus membuka acara secara resmi
Penyampaian materi Oleh DR. Umi Pudjiastuti
dan dilanjutlkan dengan materi oleh
Ir. Siswani Dwidaliani
51
Perserta pelatihan dengan hikmat mengikuti materi yang disampaikan
Peserta yang sangat antusias dalam mengikuti pelatihan
52
Penjelasan mengenai proses pembuatan kompos, media semai, media
tanam dan pemeliharaan tanaman di pekarangan
53
Foto Acara Pembukaan Pelatihan.
Pembawa Acara :
Subandi, SPkp
Dihadiri :
Kepala BP4K Kab. B/S
Kepala KKP Kab. B/S
Sambutan Kepala BPTP Bengkulu
Yang diwakili oleh Ibu Siswani DD
54
Sambutan dari Kepala BP4K
didampingi oleh Kepala KKP
Kabupaten Bengkulu Selatan
sekaligus membuka acara
secara resmi
Do’a yang di pimpin oleh
Bapak Sumarno
Peserta dalam mengikuti
acara pembukaan
55
Penyampaian materi panel pertama
Modeartor dari BPTP Bengkulu :
Ir. Siswani Dwi Daliani
Narasumber dari BP4K Kab. B/S:
Haroni, SP
Narasumber dari KKP Kab. B/S :
Pedi Sumantri, SP
Perserta pelatihan dengan hikmat mengikuti materi yang disampaikan
56
Penyampaian materi panel kedua
Modeartor dari BPTP Bengkulu :
Ir. Siswani Dwi Daliani
Narasumber dari Petani kompos :
Wahyuno
Narasumber dari Pokja KRPL:
Sukini
Peserta sedang diskusi