pendahuluan isi

15
BAB I PENDAHULUAN Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi redoks. Pada titrasi redoks, sampel yang dianalisis dititrasi dengan suatu indikator yang bersifat sebagai reduktor atau oksidator, tergantung sifat dari analit sampel dan reaksi yang diharapkan terjadi dalam analisis. Prosedur titrasi yang berdasarkan reaksi redoks dapat memerlukan suhu yang dinaikkan , penambahan katalis, atau pereaksi berlebih disusul dengan titrasi kembali. Pereaksi berlebih biasanya ditambahkan dan kita harus dapat mengambil kelebihannya dengan mudah sehingga ia tidak akan bereaksi dengan titran pada titrasi selanjutnya. Titik ekuivalen pada titrasi redoks tercapai saat jumlah ekuivalen dari oksidator telah setara dengan jumlah ekuivalen dari reduktor. Pada reaksi redoks ini yang terjadi adalah reaksi antara senyawa atau ion yang bersifat oksidator sebagai analit dengan senyawa atau ion yang bersifat reduktor sebagai titran, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan 1

Upload: yogi-wiguna

Post on 18-Dec-2014

51 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendahuluan Isi

BAB I

PENDAHULUAN

Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi

redoks. Pada titrasi redoks, sampel yang dianalisis dititrasi dengan suatu indikator

yang bersifat sebagai reduktor atau oksidator, tergantung sifat dari analit sampel

dan reaksi yang diharapkan terjadi dalam analisis. Prosedur titrasi yang

berdasarkan reaksi redoks dapat memerlukan suhu yang dinaikkan , penambahan

katalis, atau pereaksi berlebih disusul dengan titrasi kembali. Pereaksi berlebih

biasanya ditambahkan dan kita harus dapat mengambil kelebihannya dengan

mudah sehingga ia tidak akan bereaksi dengan titran pada titrasi selanjutnya.

Titik ekuivalen pada titrasi redoks tercapai saat jumlah ekuivalen dari

oksidator telah setara dengan jumlah ekuivalen dari reduktor.

Pada reaksi redoks ini yang terjadi adalah reaksi antara senyawa atau ion

yang bersifat oksidator sebagai analit dengan senyawa atau ion yang bersifat

reduktor sebagai titran, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan larutan baku yang

digunakan, titrasiolsidasi- reduksi dibagi atas :

Oksidimetri , adalah metode titrasi redoks dimana larutan baku yang

digunakan bersifat sebagai oksidator. Yang termasuk titrasi oksidimetri

adalah :

1. Permanganometri, larutan bakunya : KMnO4

2. Dikromatometri, larutan bakunya : K2Cr2O7

3. Serimetri, larutan bakunya : Ce(SO4)2, Ce(NH4)2SO4

4. Iodimetri, larutan bakunya : I2

1

Page 2: Pendahuluan Isi

Reduksimetri , adalah metode titrasi redoks dimana larutan baku yang

digunakan bersifat sebagai reduktor. Yang termasuk titrasi reduksimetri

adalah :

1. Iodometri, larutan bakunya : Na2S2O3 . 5H2O

Pada tugas kali ini, kami hanya menjelaskan tentang titrasi iodometri. Titrasi

iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium. Titrasi

iodometri termasuk jenis titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk

menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih

besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator

seperti CuSO4.5H2O. Dalam dalam iodometri ion iodida digunakan sebagai

reduktor dimana penentuan titik akhir titrasi didasarkan danya I2 yang bebas.

Dalam iodometri digunakan larutan tiosulfat untuk mentitrasi iodium yang

dibebaskan. Larutan natrium tiosulfat merupakan standar sekunder dan dapat

distandarisasi dengan kalium dikromat atau kalium iodidat.

Dalam suatu titrasi, bila larutan titran dibuat dari zat yang kemurniannya

tidak pasti, perlu dilakukan pembakuan. Untuk pembakuan tersebut digunakan zat

baku yang disebut larutan baku primer, yaitu larutan yang konsentrasinya dapat

diketahui dengan cara penimbangan zat secara seksama yang digunakan untuk

standarisasi suatu larutan karena zatnya relatif stabil. Selain itu, pembakuan juga

bisa dilakukan dengan menggunakan larutan baku sekunder, yaitu larutan yang

konsentrasinya dapat diketahui dengan cara dibakukan oleh larutan baku primer,

karena sifatnya yang labil, mudah terurai, dan higroskopis (Khopkar, 1990).

2

Page 3: Pendahuluan Isi

Syarat-syarat larutan baku primer yaitu :

• Mudah diperoleh dalam bentuk murni

• Mudah dikeringkan

• Stabil

• Memiliki massa molar yang besar

• Reaksi dengan zat yang dibakukan harus stoikiometri sehingga dicapai dasr

perhitungan (Day & Underwood , 2002 ).

Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah

natrium tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sabagai pentahidrat

Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara

langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer, larutan natrium

tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Tembaga murni dapat digunakan

sebagi standar primer untuk natrium tiosulfat ( Day & Underwood, 2002 ).

Biasanya indikator yang digunakan adalah kanji/amilum. indikator ini

biasanya ditambah pada saat mendekati titik akhir titrasi. Namun dapat juga

menggunakan kloroform sebagai indicator.

3

Page 4: Pendahuluan Isi

BAB II

ISI

Iodometri adalah analisa titrimetri yang secara tidak langsung untuk zat yang

bersifat oksidator seperti besi (III), tembaga (II), termasuk untuk mengetahui kadar

klor dan brom, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan

membentuk iodin. Metode titrasi iodometri (tak langsung) menggunakan larutan

Na2S2O3 sebagai titran untuk menentukan kadar iodium yang dibebaskan pada

suatu reaksi redoks. Garam ini biasanya berbentuk sabagai pentahidrat

Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara

langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer, larutan natrium

tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Tembaga murni dapat digunakan

sebagi standar primer untuk natrium tiosulfat. Dapat juga dikatakan bahwa Titrasi

iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium. Titrasi

iodometri termasuk jenis titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk

menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih

besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator

seperti CuSO4.5H2O 

Dalam iodometri I- dioksidasi oleh suatu oksidator. Jika oksidatornya kuat tidak

apa – apa, tetapi jika oksidatornya lemah maka oksidasinya berlangsung sangat

lambat dan mungkin tidak sempurna, ini harus dihindari. Cara menghindarinya :

1. Memperbesar [H+], jika oksidasinya kuat dengan menambah H+ atau

menurunkan pH.

2. Memperbesar [I-], misalnya oksidasi dengan Fe3+.

3. Dengan mengeluarkan I2 yang berbentuk dari campuran reaksi : misalnya

dikocok dengan kloroform, karbon tetra klorida atau bisulfida, maka I2 akan

4

Page 5: Pendahuluan Isi

masuk dalam pelarut organik ini, sebab I2 lebih mudah larut dalam senyawa

solven organic daripada dalam air.

Beberapa alasan natrium thiosulfat dititrasi langsung dengan analit  karena

analit yang bersifat sebagai oksidator dapat mengoksidasi tiosulfat menjadi

senyawan yang bilangan oksidasinya lebih tinggi dari tetrationat dan umumnya

reaksi ini tidak stoikiometri. Alasan kedua adalah tiosulfat dapat membentuk ion

kompleks.

Reaksi yang terjadi :

Reduktor + I2 → 2I- Na2S2 O3 + I2 → NaI +Na2S4 O6

Iodometri tidak pernah dilakukan dalam medium basa karena reaksi antara

Iod (I2) dengan hidroksida akan menghasilkan ion hipoiodit dan iodat akan akan

menjadi 2I-. Dimana 2 mol I- akan mengoksidasi parsial tiosulfat menjadi bentuk

oksidasi yang lebih tinggi seperti SO42-. Pembakuan larutan KIO3 dengan

menggunakan larutan baku primer Na2S2O3 atau natrium tiosulfat dilakukan

dalam suasana H2SO4. Pemberian H2SO4 dimaksudkan untuk menyuasanakan

larutan dalam suasana asam, sehingga dapat memperkuat daya oksidasi iodium dan

mempercepat berlangsungnya reaksi perubahan warna yang terjadi menjadi kuning

pucat, kemudian ditambahkan indikator amilum dan warnanya pun menjadi biru

tua. Perubahan warna diakibatkan amilum yang ada berikatan dengan iodium dan

membentuk komplek amilum – iodida yang berwarna biru. Kemudian ditirasi

hingga warna biru hilang.

Perlu dingat dalam buret maupun yang berada didalam erlenmeyer harus

ditutup dengan aluminium foil untuk menghindari terjadinya oksidasi oleh udara

dengan katalis cahaya. Oleh karena iodium adalah oksidator yang kuat, terjadi

5

Page 6: Pendahuluan Isi

penurunan kadar larutan selama penyimpanan disebabkan reaksinya dengan air

yang dikatalis cahaya dan dapat dioksidasi oleh oksigen dari udara menjadi

iodium. Maka dari itu larutan iodium perlu sering dibekukan.

I2 + H2O → IO- + I- + 2H+

4I- + O2 + 4H+  → 2I2+

           Kesalahan praktikan dalam pengerjaan dapat juga terletak pada aluminium

foil yang digunakan untuk menutupi mulut erlenmeyer saat menitrasi semakin

lama semakin besar kemungkinan terjadinya oksidai yang berdampak pada waktu

akhir titrasi menjadi lebih cepat, dan pada penitrasian iodometri dan pengocokan

sambil dititrasi tidak boleh terputus – putus harus kontinyu.

Disini kami menekankan kembali bahwa pada titrasi iodometri perlu diawasi

pHnya. Larutan harus dijaga supaya pHnya lebih kecil dari 8 karena dalam

lingkungan yang alkalis iodium bereaksi dengan hidroksida membentuk iodida dan

hipoiodit dan selanjutnya terurai menjadi iodida dan iodat yang akan mengoksidasi

tiosulfat menjadi sulfat, sehingga reaksi berjalan tidak kuantitatif. Adanya

konsentrasi asam yang kuat dapat menaikkan oksidasi potensial anion yang

mempunyai oksidasi potensial yang lemah sehingga direduksi sempurna oleh

iodida. Dengan pengaturan pH yang tepat dari larutan maka dapat diatur jalannya

reaksi dalam oksidasi atau reduksi dari senyawa.

Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amylum. Penambahan

amilum yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum

tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk

kembali ke senyawa semula. Amylum tidak mudah larut dalam air serta tidak stabil

6

Page 7: Pendahuluan Isi

dalam suspensi dengan air, membentuk kompleks yang sukar larut dalam air bila

bereaksi dengan iodium, sehingga tidak boleh ditambahkan pada awal titrasi.

Penambahan amylum ditambahkan pada saat larutan berwarna kuning pucat dan

dapat menimbulkan titik akhir titrasi yang tiba-tiba. Titik akhir titrasi ditandai

dengan terjadinya hilangnya warna biru dan larutan menjadi bening. Sedangkan

untuk kloroform sebagai indikator ditandai dengan hilangnya warna violet pada

larutan iodium dalam kloroform, dimana jika iodiumnya telah habis maka lapisan

kloroform tidak berwarna.

Beberapa contoh oksidator yang dapat diterapkan kadarnya secara iodometri

Oksidator Direduksi Menjadi

Cu2+ Cu+

Fe3+ Fe2+

Cr2O72- Cr3+

AsO43- AsO3

3-

Cl2 Cl-

Br2 Br-

H2O2 H2O

ClO3- Cl-

BrO3- Br-

IO3- l2

HNO2 NO

7

Page 8: Pendahuluan Isi

BAB III

KESIMPULAN

Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi

redoks. Pada titrasi redoks, sampel yang dianalisis dititrasi dengan suatu indikator

yang bersifat sebagai reduktor atau oksidator, tergantung sifat dari analit sampel

dan reaksi yang diharapkan terjadi dalam analisis. Pada reaksi redoks ini yang

terjadi adalah reaksi antara senyawa atau ion yang bersifat oksidator sebagai analit

dengan senyawa atau ion yang bersifat reduktor sebagai titran, begitu pula

sebaliknya. Berdasarkan larutan baku yang digunakan, titrasiolsidasi- reduksi

dibagi atas Oksidimetri dan Reduksimetri yang salah satu contohnya adalah reaksi

Iodometri dengan menggunakan larutan bakunya adalah I2.

Iodometri adalah analisa titrimetri yang secara tidak langsung untuk zat yang

bersifat oksidator seperti besi (III), tembaga (II), termasuk untuk mengetahui kadar

klor dan brom, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan

membentuk iodin atau salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium, Titrasi

iodometri termasuk jenis titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk

menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih

besar dari pada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat

oksidator yang menggunakan larutan Na2S2O3 sebagai titran, penambahan Asam

sulfat untuk menyuasanakan larutan dalam suasana asam dan amylum sebagai

indikatior. Iodometri tidak pernah dilakukan dalam medium basa karena reaksi

antara Iod (I2) dengan hidroksida akan menghasilkan ion hipoiodit dan iodat akan

8

Page 9: Pendahuluan Isi

akan menjadi 2I-. Dan pada saat titik akhir titrasinya ditandai dengan terjadinya

hilangnya warna biru dan larutan menjadi bening.

PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok

bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dankelemahannya,

kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada

hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca

yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis

demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan –

kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya

juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

9

Page 10: Pendahuluan Isi

DAFTAR PUSTAKA

http://northma-tama.blogspot.com/2010/12/v-behaviorurldefaultvml-o.html.

Diakses pada tanggal 11 Maret 2013.

http://dyanelekkodhog.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 11 Maret 2013.

http://salsabila-ravina.blogspot.com/2012/11/titrasi-iodimetri-dan-iodometri.html.

Diakses pada tanggal 11 Maret 2013.

http://rgmaisyah.wordpress.com/2011/04/01/iodimetri-iodometri/. Diakses pada

tanggal 11 Maret 2013.

10