pendahuluan cairan pleura

32
]’BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pleura merupakan membran serosa yang melingkupi parenkim paru, mediastinum, diafragma serta tulang iga; terdiri dari pleura viseral dan pleura parietal.1,2 Rongga pleura terisi sejumlah tertentu cairan yang memisahkan kedua pleura tersebut sehingga memungkinkan pergerakan kedua pleura tanpa hambatan selama proses respirasi.1,3 Cairan pleura berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler pleura, ruang interstitial paru, kelenjar getah bening intratoraks, pembuluh darah intratoraks dan rongga peritoneum. Jumlah cairan pleura dipengaruhi oleh perbedaan tekanan antara pembuluh-pembuluh kapiler pleura dengan rongga pleura sesuai hukum Starling serta kemampuan eliminasi cairan oleh sistem penyaliran limfatik pleura parietal.3-5 Tekanan pleura merupakan cermin tekanan di dalam rongga toraks.3,6 Perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh pleura berperan penting dalam proses respirasi.4 Karakteristik pleura seperti ketebalan, komponen selular serta faktor-faktor fi sika dan kimiawi penting diketahui sebagai dasar pemahaman patofi siologi kelainan pleura dan gangguan proses respirasi.3 Tinjauan pustaka ini akan membahas anatomi dan fi siologi pleura. 1

Upload: syfa-anisa-rizkia

Post on 26-Dec-2015

80 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cairan pleura

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN cairan pleura

]’BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pleura merupakan membran serosa yang melingkupi parenkim paru, mediastinum,

diafragma serta tulang iga; terdiri dari pleura viseral dan pleura parietal.1,2 Rongga

pleura terisi sejumlah tertentu cairan yang memisahkan kedua pleura tersebut sehingga

memungkinkan pergerakan kedua pleura tanpa hambatan selama proses respirasi.1,3

Cairan pleura berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler pleura, ruang interstitial paru,

kelenjar getah bening intratoraks, pembuluh darah intratoraks dan rongga peritoneum.

Jumlah cairan pleura dipengaruhi oleh perbedaan tekanan antara pembuluh-pembuluh

kapiler pleura dengan rongga pleura sesuai hukum Starling serta kemampuan eliminasi

cairan oleh sistem penyaliran limfatik pleura parietal.3-5 Tekanan pleura merupakan

cermin tekanan di dalam rongga toraks.3,6 Perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh

pleura berperan penting dalam proses respirasi.4 Karakteristik pleura seperti ketebalan,

komponen selular serta faktor-faktor fi sika dan kimiawi penting diketahui sebagai dasar

pemahaman patofi siologi kelainan pleura dan gangguan proses respirasi.3 Tinjauan

pustaka ini akan membahas anatomi dan fi siologi pleura.

B. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami mengenai

Efusi Pleura

C. RUMUSAN MASALAH

• Untuk mengetahui pengertian efusi pleura

• Untuk mengetahui etiologi efusi pleura

• Untuk mengetahui manifestasi efusi pleura

• Untuk mengetahui patofisiologi efusi pleura

• Untuk mengetahui diagnosis efusi pleura

• Untuk mengetahui pengobatan(penatalaksaan) efusi pleura

• Untuk mengetahui pencegahan efusi pleura

1

Page 2: PENDAHULUAN cairan pleura

2

Page 3: PENDAHULUAN cairan pleura

BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Pleura

1. Definisi Efusi Pleura

Efusi Pleura berasal dari dua kata, yaitu efusion yang berarti ektravasasi cairan ke

dalam jaringan atau rongga tubuh, sedangkan pleura yang berarti membran tipis yang

terdiri dari dua lapisan, yaitu pleura viseralis dan pluera perietalis. Sehingga dapat

disimpulkan Efusi Pleura adalah ekstravasasi cairan yang terjadi di antara lapisan

viseralis perietalis. (Sudoyo, 2006)

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penumpukan cairan dalam

rongga pleura. (Imran Sumantri, 2008).[3]

Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit

primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat

berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa

darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)

Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang mengganggu sitem pernafasan.

Efusi pleura bukanlah diagnosis suatu penyakit, melainkan hanya merupakan gejala atau

komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan

berlebihan di rongga pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan membahayakan jiwa

penderitanya (Muttaqin Arif, 2008)

Cairan pleura mengandung 1.500 – 4.500 sel/mL, terdiri dari makrofag (75%),

limfosit (23%), sel darah merah dan mesotel bebas.2,12,14,15Cairan pleura normal

mengandung protein 1 – 2 g/100 mL. Elektroforesis protein cairan pleura menunjukkan

bahwa kadar protein cairan pleura setara dengan kadar protein serum, namun kadar

protein berat molekul rendah seperti albumin, lebih tinggi dalam cairan pleura.3Kadar

molekul bikarbonat cairan pleura 20 – 25% lebih tinggi dibandingkan kadar bikarbonat

plasma, sedangkan kadar ion natrium lebih rendah 3 – 5% dan kadar ion klorida lebih

rendah 6 – 9% sehingga pH cairan pleura lebih tinggi dibandingkan pH plasma.

Keseimbangan ionik ini diatur melalui transpor aktif mesotel.Kadar glukosa dan ion

kalium cairan pleura setara dengan plasma.

3

Page 4: PENDAHULUAN cairan pleura

2. Anatomi Pleura

Pleura adalah membrane serosa yang licin, mengkilat, tipis, dan transparan yang

membungkus paru (pulmo). Membran ini terdiri dari 2 lapis:

a. Pleura viseralis: terletak disebelah dalam, langsung menutupi permukaan paru.

b. Pleura parietalis: terletak disebelah luar, berhubungan dengan dinding

dada.

Pleura parietal berdasarkan letaknya terbagi atas :

1) Cupula Pleura (Pleura Cervicalis)

Merupakan pleura parietalis yg terletak di atas costa I namun tdk melebihi dr

collum costae nya. Cupula pleura terletak setinggi 1-1,5 inchi di atas 1/3

medial os. Clavicula

2) Pleura Parietalis pars Costalis

Pleura yg menghadap ke permukaan dalam costae, cartilage costae, SIC/ ICS,

pinggir corpus vertebrae, dan permukaan belakang os. Sternum.

3) Pleura Parietalis pars Diaphragmatica

Pleura yg menghadap ke diaphragm permukaan thoracal yg dipisakan oleh

fascia endothoracica.

4) Pleura Parietalis pars Mediastinalis (Medialis)

Pleura yg menghadap ke mediastinum / terletak di bagian medial dan

membentuk bagian lateral dr mediastinum.

Pleura parietalis dan viseralis terdiri atas selapis mesotel (yang

memproduksi cairan), membran basalis, jaringan elastik dan kolagen,

pembuluh darah dan limfe. Membran pleura bersifat semipermiabel.

Sejumlah cairan terus menerus merembes keluar dari pembuluh darah yang

melalui pleura parietal. Cairan ini diserap oleh pembuluh darah pleura

viseralis, dialirkan ke pembuluh limfe dan kembali kedarah.

Diantara kedua lapisan pleura ini terdapat sebuah rongga yg disebut dg

cavum pleura. Dimana di dalam cavum pleura ini terdapat sedikit cairan

pleura yg berfungsi agar tdk terjadi gesekan antar pleura ketika proses

4

Page 5: PENDAHULUAN cairan pleura

pernapasan. Rongga pleura mempunyai ukuran tebal 10-20 mm, berisi

sekitar 10 cc cairan jernih yang tidak bewarna, mengandung protein < 1,5

gr/dl dan ± 1.500 sel/ml. Sel cairan pleura didominasi oleh monosit, sejumlah

kecil limfosit, makrofag dan sel mesotel. Sel polimormonuklear dan sel darah

merah dijumpai dalam jumlah yang sangat kecil didalam cairan pleura.

Keluar dan masuknya cairan dari dan ke pleura harus berjalan seimbang agar

nilai normal cairan pleura dapat dipertahankan.[4]

3. Fisiologi Pleura

Fungsi mekanis pleura adalah meneruskan tekanan negatif thoraks kedalam paru-

paru, sehingga paru-paru yang elastis dapat mengembang. Tekanan pleura pada waktu

istirahat (resting pressure) dalam posisi tiduran pada adalah -2 sampai -5 cm H2O; sedikit

bertambah negatif di apex sewaktu posisi berdiri. Sewaktu inspirasi tekanan negatif

meningkat menjadi -25 sampai -35 cm H2O.

Selain fungsi mekanis, rongga pleura steril karena mesothelial bekerja melakukan

fagositosis benda asing dan cairan yang diproduksinya bertindak sebagai lubrikans.

Cairan rongga pleura sangat sedikit, sekitar 0.3 ml/kg, bersifat hipoonkotik dengan

konsentrasi protein 1 g/dl. Gerakan pernapasan dan gravitasi kemungkinan besar ikut

mengatur jumlah produksi dan resorbsi cairan rongga pleura. Resorbsi terjadi terutama

pada pembuluh limfe pleura parietalis, dengan kecepatan 0.1 sampai 0.15 ml/kg/jam. Bila

terjadi gangguan produksi dan reabsorbsi akan mengakibatkan terjadinya pleural

effusion.

B. Etiologi

Penyebab paling sering efusi pleura transudatif di USA adalah oleh karena penyakit

gagal jantung kiri, emboli paru, dan sirosis hepatis, sedangkan penyebab efusi pleura

eksudatif disebabkan oleh pneumonia bakteri, keganasan (ca paru, ca mammae, dan

lymphoma merupakan 75 % penyebab efusi pleura oleh karena kanker), infeksi virus.

Tuberkulosis paru merupakan penyebab paling sering dari efusi pleura di Negara

berkembang termasuk Indonesia. Selain TBC, keadaan lain juga menyebabkan efusi

pleura seperti pada penyakit autoimun systemic lupus erythematosus (SLE), perdarahan

5

Page 6: PENDAHULUAN cairan pleura

(sering akibat trauma). Efusi pleura jarang pada keadaan rupture esophagus, penyakit

pancreas, abses intraabdomen, rheumatoid arthritis, sindroma Meig (asites, dan efusi

karena adanya tumor ovarium).

Berdasarkan Jenis Cairan

Kalau seorang pasien ditemukan menderita efusi pleura, kita harus berupaya untuk

menemukan penyebabnya. Ada banyak macam penyebab terjadinya pengumpulan cairan

pleura. Tahap yang pertama adalah menentukan apakah pasien menderita efusi pleura

jenis transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif terjadi kalau faktor sistemik yang

mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan.

Efusi pleura eksudatif terjadi jika faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan dan

penyerapan cairan pleura mengalami perubahan. Efusi pleura tipe transudatif dibedakan

dengan eksudatif melalui pengukuran kadar Laktat Dehidrogenase (LDH) dan protein di

dalam cairan, pleura. Efusi pleura eksudatif memenuhi paling tidak salah satu dari tiga

kriteria berikut ini, sementara efusi pleura transudatif tidak memenuhi satu pun dari tiga

kriteria ini :

1. Protein cairan pleura / protein serum > 0,5

2. LDH cairan pleura / cairan serum > 0,6

3. LDH cairan pleura melebihi dua per tiga dari batas atas nilai LDH yang normal di

dalam serum

PARAMETER TRANSUDAT EKSUDAT

6

Page 7: PENDAHULUAN cairan pleura

warna

BJ

Jumlah set

Jenis set

Rivalta

Glukosa

Protein

Rasio protein

T-E/plasma

LDH

Rasio LDH T-E/plasma

Jernih

< 1,016

Sedikit

PMN < 50%

Negatif

60 mg/dl (= GD plasma)

< 2,5 g/dl

< 0,5

< 200 IU/dl

< 0,6

Jernih, keruh, berdarah

< 1,016

Banyak (> 500 sel/mm2)

PMN < 50%

Negatif

60 mg/dl (bervariasi)

< 2,5 g/dl

< 0,5

< 200 IU/dl

< 0,6

 Efusi pleura berupa:

a.   Eksudat, disebabkan oleh :

1. Pleuritis karena virus dan mikoplasma : virus coxsackie, Rickettsia, Chlamydia.

Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100-6000/cc. Gejala

penyakit dapat dengan keluhan sakit kepala, demam, malaise, mialgia, sakit dada,

sakit perut, gejala perikarditis. Diagnosa dapat dilakukan dengan cara mendeteksi

antibodi terhadap virus dalam cairan efusi.

2. Pleuritis karena bakteri piogenik: permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri

yang berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen. Bakteri

penyebab dapat merupakan bakteri aerob maupun anaerob (Streptococcus

paeumonie, Staphylococcus aureus, Pseudomonas, Hemophillus, E. Coli,

Pseudomonas, Bakteriodes, Fusobakterium, dan lain-lain). Penatalaksanaan

7

Page 8: PENDAHULUAN cairan pleura

dilakukan dengan pemberian antibotika ampicillin dan metronidazol serta

mengalirkan cairan infus yang terinfeksi keluar dari rongga pleura.

3. Pleuritis karena fungi penyebabnya: Aktinomikosis, Aspergillus, Kriptococcus,

dll. Efusi timbul karena reaksi hipersensitivitas lambat terhadap organisme fungi.

4. Pleuritis tuberkulosa merupakan komplikasi yang paling banyak terjadi melalui

focus subpleural yang robek atau melalui aliran getah bening, dapat juga secara

hemaogen dan menimbulkan efusi pleura bilateral. Timbulnya cairan efusi

disebabkan oleh rupturnya focus subpleural dari jaringan nekrosis perkijuan,

sehingga tuberkuloprotein yang ada didalamnya masuk ke rongga pleura,

menimbukan reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Efusi yang disebabkan oleh

TBC biasanya unilateral pada hemithoraks kiri dan jarang yang masif. Pada

pasien pleuritis tuberculosis ditemukan gejala febris, penurunan berat badan,

dyspneu, dan nyeri dada pleuritik.

5. Efusi pleura karena neoplasma misalnya pada tumor primer pada paru-paru,

mammae, kelenjar linife, gaster, ovarium. Efusi pleura terjadi bilateral dengan

ukuran jantung yang tidak membesar. Patofisiologi terjadinya efusi ini diduga

karena :

Infasi tumor ke pleura, yang merangsang reaksi inflamasi dan terjadi

kebocoran kapiler.

Invasi tumor ke kelenjar limfe paru-paru dan jaringan limfe pleura,

bronkhopulmonary, hillus atau mediastinum, menyebabkan gangguan aliran

balik sirkulasi.

Obstruksi bronkus, menyebabkan peningkatan tekanan-tekanan negatif intra

pleural, sehingga menyebabkan transudasi. Cairan pleura yang ditemukan

berupa eksudat dan kadar glukosa dalam cairan pleura tersebut mungkin

menurun jika beban tumor dalam cairan pleura cukup tinggi. Diagnosis dibuat

melalui pemeriksaan sitologik cairan pleura dan tindakan blopsi pleura yang

menggunakan jarum (needle biopsy).

6. Efusi parapneumoni adalah efusi pleura yang menyertai pneumonia bakteri, abses

paru atau bronkiektasis. Khas dari penyakit ini adalah dijumpai predominan sel-

8

Page 9: PENDAHULUAN cairan pleura

sel PMN dan pada beberapa penderita cairannya berwarna purulen (empiema).

Meskipun pada beberapa kasus efusi parapneumonik ini dapat diresorpsis oleh

antibiotik, namun drainage kadang diperlukan pada empiema dan efusi pleura

yang terlokalisir. Menurut Light, terdapat 4 indikasi untuk dilakukannya tube

thoracostomy pada pasien dengan efusi parapneumonik:

Adanya pus yang terlihat secara makroskopik di dalam kavum pleura

Mikroorganisme terlihat dengan pewarnaan gram pada cairan pleura

Kadar glukosa cairan pleura kurang dari 50 mg/dl

Nilai pH cairan pleura dibawah 7,00 dan 0,15 unit lebih rendah daripada nilai

pH bakteri

Penanganan keadaan ini tidak boleh terlambat karena efusi parapneumonik

yang mengalir bebas dapat berkumpul hanya dalam waktu beberapa jam saja.

7. Efusi pleura karena penyakit kolagen: SLE, Pleuritis Rheumatoid, Skleroderma.

8. Penyakit AIDS, pada sarkoma kapoksi yang diikuti oleh efusi parapneumonik.

b.   Transudat, disebabkan oleh :

1. Gangguan kardiovaskular

Penyebab terbanyak adalah decompensatio cordis. Sedangkan penyebab lainnya

adalah perikarditis konstriktiva, dan sindroma vena kava superior. Patogenesisnya adalah

akibat terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler dinding dada

sehingga terjadi peningkatan filtrasi pada pleura parietalis. Di samping itu peningkatan

tekanan kapiler pulmonal akan menurunkan kapasitas reabsorpsi pembuluh darah

subpleura dan aliran getah bening juga akan menurun (terhalang) sehingga filtrasi cairan

ke rongg pleura dan paru-paru meningkat.

Tekanan hidrostatik yang meningkat pada seluruh rongga dada dapat juga

menyebabkan efusi pleura yang bilateral. Tapi yang agak sulit menerangkan adalah

kenapa efusi pleuranya lebih sering terjadi pada sisi kanan.

9

Page 10: PENDAHULUAN cairan pleura

Terapi ditujukan pada payah jantungnya. Bila kelainan jantungnya teratasi dengan

istirahat, digitalis, diuretik dll, efusi pleura juga segera menghilang. Kadang-kadang

torakosentesis diperlukan juga bila penderita amat sesak.

2. Hipoalbuminemia

Efusi terjadi karena rendahnya tekanan osmotik protein cairan pleura dibandingkan

dengan tekanan osmotik darah. Efusi yang terjadi kebanyakan bilateral dan cairan bersifat

transudat. Pengobatan adalah dengan memberikan diuretik dan restriksi pemberian

garam. Tapi pengobatan yang terbaik adalah dengan memberikan infus albumin.

3. Hidrothoraks hepatik

Mekanisme yang utama adalah gerakan langsung cairan pleura melalui lubang kecil

yang ada pada diafragma ke dalam rongga pleura. Efusi biasanya di sisi kanan dan

biasanya cukup besar untuk menimbulkan dyspneu berat. Apabila penatalaksanaan medis

tidak dapat mengontrol asites dan efusi, tidak ada alternatif yang baik. Pertimbangan

tindakan yang dapat dilakukan adalah pemasangan pintas peritoneum-venosa (peritoneal

venous shunt, torakotomi) dengan perbaikan terhadap kebocoran melalui bedah, atau

torakotomi pipa dengan suntikan agen yang menyebakan skelorasis.

4. Meig’s Syndrom

Sindrom ini ditandai oleh ascites dan efusi pleura pada penderita-penderita dengan

tumor ovarium jinak dan solid. Tumor lain yang dapat menimbulkan sindrom serupa :

tumor ovarium kistik, fibromyomatoma dari uterus, tumor ovarium ganas yang berderajat

rendah tanpa adanya metastasis. Asites timbul karena sekresi cairan yang banyak oleh

tumornya dimana efusi pleuranya terjadi karena cairan asites yang masuk ke pleura

melalui porus di diafragma. Klinisnya merupakan penyakit kronis.

5. Dialisis Peritoneal

Efusi dapat terjadi selama dan sesudah dialisis peritoneal. Efusi terjadi unilateral

ataupun bilateral. Perpindahan cairan dialisat dari rongga peritoneal ke rongga pleura

10

Page 11: PENDAHULUAN cairan pleura

terjadi melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan samanya komposisi antara cairan

pleura dengan cairan dialisat.

6. Darah

Adanya darah dalam cairan rongga pleura disebut hemothoraks. Kadar Hb pada

hemothoraks selalu lebih besar 25% kadar Hb dalam darah. Darah hemothorak yang baru

diaspirasi tidak membeku beberapa menit. Hal ini mungkin karena faktor koagulasi sudah

terpakai sedangkan fibrinnya diambil oleh permukaan pleura. Bila darah aspirasi segera

membeku, maka biasanya darah tersebut berasal dari trauma dinding dada.

Berdasarkan Kuman Penyebab

1. Mycobacterium Tuberculosis

a.Bakteriologi

Penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini adalah sejenis kuman

berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mm dan tebal 03-0,6 mm. Kuman ini tahan

terhadap asam dikarenakan kandungan asam lemak (lipid) di dindingnya. Kuman ini

dapat hidup pada udara kering maupun dingin. Hal ini karena kuman berada dalam sifat

dormant yang suatu saat kuman dapat bangkit kembali dan aktif kembali.

Kuman ini hidup sebagai parasit intraseluter didalam sitoplasma makrofag. Makrofag

yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung

lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih

menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen

pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian apikal ini

merupakan predileksi penyakit tuberkulosis.

b. Patogenesis

Tuberkulosis Primer

11

Page 12: PENDAHULUAN cairan pleura

Penularan terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersihkan keluar menjadi

droplet nudei dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung dari ada tidaknya sinar

ultraviolet, ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap, kuman

dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi terhisap oleh oang

sehat, ia akan menempel pada jalan napas atau paru-paru. Kuman dapat masuk lewat luka

pada kulit atau mukosa tapi hal ini sangat jarang terjadi.

Kuman yang menetap di jaringan paru, ia tumbuh dan berkembang biak dalam

sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa ke organ tubuh lain. Kuman yang

bersarang tadi akan membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang

primer atau afek primer. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening

menuju illus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hillus

(limfadenitis regional). Sarang primer + limfangitis lokal + limfadenitis regional =

kompleks primer. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :

1) Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat

2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas, berupa garis-garis fibrotik,

kalsifikasi di hillus atau kompleks (sarang) Ghon

3) Berkomplikasi dan menyebar secara:

Per kontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya

Secara bronkogen pada paru ysng bersangkutan maupun paru yang di

sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama tertelan besama sputum dan

ludah sehingga menyebar ke usus

Secara limfogen, ke organ tubuh lainnya

Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya

Semua kejadian diatas tergolong ke dalam perjalanan tuberklosis primer.

Tuberkulosis Post-Primer

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun

kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (Post-Primer).

Tuberkulosis Post-Primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas

12

Page 13: PENDAHULUAN cairan pleura

paru-paru (bagian apikal posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah ke

daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiller paru. Sarang dini ini mula-mula juga

berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni

suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar

dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan bermacam-macam jaringan

ikat.

Bergantung dari imunitas penderita, virulensi, jumlah kuman, sarang dapat

menjadi :

1) Diresorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut

2) Sarang yang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dan menimbulkan

jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi lebih keras,

menimbulkan perkapuran dan akan sembuh delam bentuk perkapuran.

3) Sarang dini yang meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan

jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, dan menjadi

lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan

terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama

dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar,

sehingga menjadi kavitas sklerotik.

Pada penvakit TBC paru, efusi pleura diduga disebabkan oleh rupturnya fokus

subpleural dari jarngan nerotik perkijuan sehingga tuberkuloprotein yang ada didalamnya

masuk ke rongga pleura, menimbulkan reaksi hipersensitif tipe lambat. Hal ini didukung

dengan ditemukannya limfossit T, Interleukin-2 dan Interleukin reseptor pada cairan

pleura.

Cara penyebaran lainnya diduga secara hematogen dan secara perkontinuitatum dari

kelenjar-kelenjar getah bening servikal,  rnediastinal, dan dari abses di vertebrae.

Efusi pleura yang disebabkan oleh TBC dapat juga berupa empyema, yaitu buila terjadi

infeksi sekunder karena adanya fitula bronchopulmonal, atau berupa chylothoraxs yaitu

bila terdapat penekanan kelenjar atau tarikan fibrin pada duktus thoracicus. Efusi yang

13

Page 14: PENDAHULUAN cairan pleura

disebabkan oleh TBC biasanya unilateral pada hemithoraxs kiri, jarang yang masif. Pada

thoraxosentesis ditemukan cairan berwarna kuning jernih, mengandung > 3 gr protein/

100 ml, bila cairan berupa darah, serosanguineous atau merah muda diagnosis TBC harus

diragukan.

Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi

permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan

membungkus paru-paru).

Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:

1. Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan

normal di dalam paru-paru. Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan

adalah gagal jantung kongestif.

2. Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali

disebabkan oleh penyakit paru-paru. Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru

lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh

penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudativa.

14

Page 15: PENDAHULUAN cairan pleura

Dalam keadaan normal, hanya ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua lapisan

pleura. Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura adalah darah, nanah,

cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi.

a) Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada.

Penyebab lainnya adalah:

1. pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam

rongga pleura

2. kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian

mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura

3. gangguan pembekuan darah. Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara

sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang.

b) Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses paru

menyebar ke dalam rongga pleura. Empiema bisa merupakan komplikasi dari:

1. Pneumonia

2. Infeksi pada cedera di dada

3. Pembedahan dada

4. Pecahnya kerongkongan

5. Abses di perut.

c) Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada) disebabkan oleh suatu cedera pada

saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh penyumbatan saluran

karena adanya tumor.

Rongga pleura yang terisi cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi karena efusi

pleura menahun yang disebabkan oleh tuberkulosis atau artritis rematoid.

C. Patofisiologi

Normalnya hanya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga pleura. Jumlah cairan di rongga

pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cmH2O. Akumulasi

cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun (misalnya pada penderita

hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses peradangan atau

15

Page 16: PENDAHULUAN cairan pleura

neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung) dan tekanan negatif

intrapleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf, 1995 dalam Muttaqin Arif, 2008)

Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar caairan bebas dan kavum pleura.

Kemungkinan prose akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat beberapa proses yang

meliputi (Guyton dan Hall, 1997):

1. Adanya hambatan drainase limfatik dari rongga pleura .

2. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekana perifer menjadi

sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan kedalam

rongga pleura.

3. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan terjadinya

transudasi cairan yang berlebihan.

4. Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan

pleura dari rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan

memungkinkan pengaliran protein plasma cairan kedalam rongga secara cepat.

Infeksi pada tuberkulosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang

masuk melalui saluran pernafasan menuju alveoli, sehingga terjadilah infeksi primer. Dari

infeksi primer ini, akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal)

dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus (loimfangitis regional).

Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permeabilitas membran.

permeabilitas membran akan meningkat dan ahirnya menimbulkan akumulasi cairan dalam

rongga pleura. Kebanyakan terjadionya efulsi pleura akibat dari tuborkolosis paru melalui fokus

subflura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga diakibatkan dari

robeknya perkijuan kearah salaruan getah bening yang menuju rongga pleura, iga, atau kolumna

vertebralis.

Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkolosis paru adalah eksudat yang berisi protein dan

terdapat pada cairan pleura akibat kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya

seruosa, namun kadang-kadang bisa juga hemarogi (Muttaqin Arif, 2008)

D. Manifestasi klinis

Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan

cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.

16

Page 17: PENDAHULUAN cairan pleura

Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis

(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak

riak.

Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan

pleural yang signifikan.

Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan

berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus

melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk

permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).

Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis

Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong

mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.

Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan diagnostic

a. Rongent dada atau thoraxs

Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan

seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi dari bagian medial. Bila

permukaannya horisontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut

yang dapat berasal dari luar dan dari dalam paru – paru itu sendiri.

b. Torakoskopi (Fiber – optik pleurascopy)

Dilakukan pada kasus – kasus dengan neoplasma atau tuberkulosis pleura.

Biasanya dilakukan sedikit insisi pada dindidng dada (dengan resiko kecil terjadinya

pneumotoraks) cairan ditemukan penghisapan dan udara dimasukkan supaya dapat

melihat kedua pleura.

c. Biopsi pleura

Pemeriksaan histologi atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukkan

50% - 75% diagnosa kasus – kasus pluritistuberkulosa dan tumor paru.

17

Page 18: PENDAHULUAN cairan pleura

d. Ultrasonografi

Untuk menentukan adannya cairan dalam rongga pleura. Pemeriksaan ini sangat

membatu sebagai penentu waktu melakkukan aspirasi cairan tersebut, terutama pada efusi

yang terlokalisir.

2. Pemeriksaan laboratorium

a. Darah lengkap : Leukosit meningkat, Hemoglobin menurun, LED meningkat

b. Kimia darah : Albumin menurun, protein total menurun

c. Sputum : kultur, basil asam dan PH

d. Sitologi cairan pleura.

G. Pemeriksaan fisik

Infeksi dan fibrosa paru

Tabel perbedaan transudat dan eksudat

Transudat Eksudat

Kadar protein dalam efusi (g/dl)

Kadar protein dalam efusi

< 3

< 0,5

> 3

> 0,5

Kadar protein dalam serum

Kadar LDH dalam efusi (IU)

Kadar LDH dalam efusi

< 200

< 0,6

>200

>0,6

Kadar LDH dalam serum

Berat jenis cairan efusi

Hasil tes rivalta

< 1,016

Negatif

>1,016

Positif

Sinar x dada: menyatakan akumulasi udara atau cairan pada area pleural dapat

menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)

GDA: variabel tergantung derajat fungsi paru yang di pengaruhi gangguan

mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCo2 kadang – kadang

meningkat, PaO2 mungkin normal ataupun menurun.

Torasentesis : menyatakan darah atau cairan serosanguinosa (hemotorax).

18

Page 19: PENDAHULUAN cairan pleura

Hb : menurun, menunjukkan kehilangan darah..

H. Penatalaksanaan

1. Medis

Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah

penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta

dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung

kongestif, pneumonia, sirosis).

a. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen

guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.

b. Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa

hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan

elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan

pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase

water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan

paru.

c. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam

ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan

lebih lanjut.

d. Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada,

bedah plerektomi, dan terapi diuretic.

2. Keperawatan

a. Memberikan posisi nyaman pada pasien dengan bagian kepala agak ditinggikan.

b. Memberikan manajemen nyeri seperti mengajarkan teknik relaksasi.

c. Mengajarkan batuk efektif

d. Mengatur posisi semi fowler agar pasien nyaman

3. Diet

Tujuan diet pada pasien effusi pleura adalah memberikan makanan secukupnya,

mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air. Syarat-syarat diet pada

pasien effusi pleura antara lain:

19

Page 20: PENDAHULUAN cairan pleura

a. energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang

normal.

b. protein yang cukup yaitu 0,8 gram/KgBB

c. lemak sedang yaitu 25-30 % dari kebutuhan energi total (10 % dari lemak

jenuh dan 15 % dari lemak tidak jenuh).

d. vitamin dan mineral yang cukup.

e. diet rendah garam (2-3 gram/hari).

f. makanan mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas.

g. serat yang cukup untuk menghindari konstipasi.

h. cairan cukup 2 liter/hari

bila kebutuhan gizi dapat dipenuhi melalui makanan maka dapat diberikan berupa makanan

enteral, parenteral atau suplemen gizi.

20

Page 21: PENDAHULUAN cairan pleura

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Efusi Pleura berasal dari dua kata, yaitu efusion yang berarti ektravasasi cairan ke

dalam jaringan atau rongga tubuh, sedangkan pleura yang berarti membran tipis

yang terdiri dari dua lapisan, yaitu pleura viseralis dan pluera perietalis

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak

diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi

tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara

normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml)

berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak

tanpa adanya friksi

Cairan pleura mengandung 1.500 – 4.500 sel/mL, terdiri dari makrofag (75%),

limfosit (23%), sel darah merah dan mesotel bebas.2,12,14,15Cairan pleura

normal mengandung protein 1 – 2 g/100 mL

Efusi pleura terjadi karena tertimbunnya cairan pleura secara berlebihan sebagai

akibat transudasi (perubahan tekanan hidro-statik dan onkotik) dan eksudasi

(perubahan permeabilitas mem-bran) pada permukaan pleura seperti terjadi pada

proses infeksi dan neoplasma.

21

Page 22: PENDAHULUAN cairan pleura

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kalbemed.com/Portals/6/05_205Anatomi%20dan%20Fisiologi%20Pleura.pdf

http://cyberrrrr.blogspot.com/2012/04/efusi-pleura.html

http://drlizakedokteran.blogspot.com/2008/01/cairan-di-paru-efusi-pleura.html

http://3rr0rists.com/medical/efusi-pleura.htm

http://edisampetondok.blogspot.com/2012/01/anatomi-fisiologi-pleura-dan-mekanisme.html

http://www.indonesiaindonesia.com/f/9917-efusi-pleura/html

http://yenibeth.wordpress.com/2008/07/24/askep-efusi-pleura/html

22