bab ii konsep dasar a. pengertian -...

25
1 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Efusi pleura adalah adanya cairan dalam rongga pleura yang disebabkan oleh beberapa macam penyakit (Murwani, 2009). Efusi pleura adalah terkumpulnya cairan abnormal dalam kavum pleura (Mansjoer, 2001). Efusi pleura, pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, biasanya merpakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Suddarth, 2001). Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absopsi di kapiler dari pleura viseralis (Muttaqin, 2008). B. Anatomi dan fisiologi 1. Anatomi Permukaan rongga pleura berbatasan dengan paru sehingga cairan pleura mudah bergerak dari satu rongga ke rongga lainnya. Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong di antara kedua pleura, karena biasanya hanya terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur. Setiap saat, jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi, maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar

Upload: trannhi

Post on 04-Mar-2018

227 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

1

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Efusi pleura adalah adanya cairan dalam rongga pleura yang

disebabkan oleh beberapa macam penyakit (Murwani, 2009). Efusi pleura

adalah terkumpulnya cairan abnormal dalam kavum pleura (Mansjoer, 2001).

Efusi pleura, pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak

diantara permukaan visceral dan parietal, biasanya merpakan penyakit

sekunder terhadap penyakit lain (Suddarth, 2001).

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan

cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya

ketidakseimbangan antara produksi dan absopsi di kapiler dari pleura viseralis

(Muttaqin, 2008).

B. Anatomi dan fisiologi

1. Anatomi

Permukaan rongga pleura berbatasan dengan paru sehingga cairan

pleura mudah bergerak dari satu rongga ke rongga lainnya. Dalam keadaan

normal seharusnya tidak ada rongga kosong di antara kedua pleura, karena

biasanya hanya terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan

tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur. Setiap saat, jumlah cairan

dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan

kedua pleura. Jika terjadi, maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar

Page 2: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

2

oleh pembuluh limfatik (yang membuka secara langsung) dari rongga

pleura ke mediastinum.

Permukaan superior diafragma dan permukaan lateral pleura

parietalis, memerlukan adanya keseimbangan antara produksi cairan pleura

oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Oleh karena itu,

rongga pleura disebut sebagai ruang potensial karena ruang ini normalnya

begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas (Guyton

dan Hall, 1997) (Muttaqin, 2008).

Sumber : rhacting525.wordpress.com

Page 3: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

3

2. Fisiologi

Pleura merupakan membrane tipis yang terdiri atas dua lapisan

yang berbeda, yaitu pleura viseralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan

pleura ini bersatu pada hillus paru. Dalam beberapa hal terdapat perbedaan

antara kedua pleura ini, sebagai berikut :

a. Pleura Viseralis

Bagian permukaan luarnya terdiri atas selapis sel mesotelial

yang tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 μm), di antara celah-celah

sel ini terdapat beberapa sel limfosit. Terdapat endopleura yang

berisi fibrosit dan histiosit dibawah sel mesotelial. Struktur lapisan

tengah memiliki jaringan kolagen dan serat-serat elastik, sedangkan

lapisan terbawah tedapat jaringan interstisial subpleura yang sangat

banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari arteri pulmonalis

dan brakialis serta kelenjar getah bening. Keseluruhan jarigan

pleura viseralis ini menempel dengan kuat pada jaringan parenkim

paru.

b. Pleura Parietalis

Lapisan pleura parietalis merupakan lapisan jaringan yang

lebih tebal dan terdiri atas sel-sel mesotelial serta jaringan ikat

(jaringan kolagen dan serat-serat elastik). Dalam jaringan ikat ini

terdapat pembuluh kapiler dari arteri interkostalis dan mammaria

interna, kelenjar getah bening, banyak reseptor saraf sensorik yang

peka terhadap rasa nyeri. Di tempat ini juga terdapat perbedaan

temperature. Sistem pernafasan berasal dari nervus interkostalis

Page 4: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

4

dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada.

Keseluruhan jaringan pleura parietalis ini menempel dengan

mudah, tetapi juga mudah dilepaskan dari dinding dada di atasnya.

Cairan peura diproduksi oleh pleura paritalis dan di

absorbsi oleh pleura viseralis. Cairan terbentuk dari filtrasi plasma

melalui endotel kapiler dan di reabsorbsi oleh pembuluh limfe dan

venula pleura. Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga

kosong antara kedua pleura tersebut, karena biasanya di tempat ini

hanya terdapat sedikit (10-20 cc) cairan yang merupakan lapisan

tipis serosa dan selalu bergerak secara teratur.

Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua

pleura, sehingga memudahkan kedua pleura tersebut bergeser satu

sama lain. Dalam keadaan patologis rongga antara kedua pleura ini

dapat terisi dengan beberapa liter cairan atau udara. Diketahui

bahwa cairan masuk ke dalam rongga melalui pleura parietalis dan

selanjutnya keluar lagi dalam jumlah yang sama melalui membrane

pleura viseralis melalui sistem limfatik dan vascular.

Pergerakan cairan dari pleura parietal ke pleura viseralis

dapat terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik dan

tekanan osmotic koloid plasma. Cairan terbanyak di reabsorbsi

oleh sistem limfatik dan hanya sebagian kecil yang di reabsorbsi

oleh sistem kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan

cairan pada pleura viseralis adalah terdapatnya banyak mikrofili di

sekitar sel-sel mesotelial. (somantri, 2009)

Page 5: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

5

C. Etiologi

Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura dibagi menjadi :

(somantri, 2009)

1. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung congestif (gagal

jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatik),

sindrom vena kava superior, tumor dan sindrom meigs.

2. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru,

radiasi dan penyakit kolagen.

3. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark

paru dan tuberculosis.

Perbedaan cairan transudat dan eksudat

No Jenis Transudat Eksudat

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Warna

Bekuan

Berat jenis

Leukosit

Eritrosit

Hitung jenis

Protein total

LDH

Glukosa

Fibrinogen

Amilase

Bakteri

Kuning pucat, jernih

-

< 1018

< 1000/ uL

Sedikit

MN ( limfosit/ mesotel )

< 50 % serum

< 60 % serum

= plasma

0,3-4 %

-

-

Jernih, keruh, purulen, hemoragik

- / +

> 1018

Bervariasi, > 1000/ uL

Biasanya banyak

Terutama polimorfonuklear ( PMN )

> 50 % serum

> 60 % serum

= / < plasma

4-6 % atau lebih

> 50 % serum

- / +

Page 6: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

6

D. Patofisiologi

Normalnya hanya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga pleura.

Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura

parietalis sebesar 9 mmH2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila

tekanan osmotik koloid menurun (misalya pada penderita hipoalbuminemia

dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses peradangan atau

neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat gagal jantung) dan

tekanan negatif intrapleura apabila terjadi atelektasis paru. (Muttaqin, 2008)

Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan bebas

cairan bebas dalam kavum pleura. Kemungkinan proses akumulasi cairan di

rongga pleura terjadi akibat beberapa proses yang meliputi :

1. Adanya hambatan drainase limfatik dari rongga pleura.

2. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan

perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan

yang berlebihan ke dalam rongga pleura.

3. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan

terjadinya transudasi cairan yang berlebihan.

4. Adanya proses infeksi akan setiap penyebab peradangan apapun pada

permukaan pleura dari rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya

membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan

cairan ke dalam rongga secara cepat.

Infeksi pada tuberculosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

tuberculosis yang masuk melalui saluran pernapasan menuju alveoli, sehingga

terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini, akan timbul peradangan

Page 7: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

7

saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal) dan juga diikuti dengan

pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfangitis regional). Peradangan

pada saluran getah bening akan mempengaruhi permeabilitas membran.

Permeabilitas membran akan meningkat dan akhirnya menimbulkan

akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya efusi pleura

akibat dari tuberculosis paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui

aliran getah bening, sebab lain dapat juga diakibatkan dari robeknya ke arah

saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga, atau kolumna

vertebralis. Adapun bentuk cairan akibat efusi akibat tuberculosis paru adalah

eksudat yang berisi protein dan terdapat pada cairan pleura akibat kegagalan

aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serosa, namun kadang-kadang

bisa juga hemoragi. (Muttaqin, 2008)

E. Manifestasi klinik

Beberapa gejala disebabkan oleh penyakit yang mendasari. Pneumonia

akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritik. Efusi

malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi akan

menentukan keparahan gejala.

1. Efusi luas : sesak napas, bunyi pekak atau datar pada saat perkusi diatas

area yang terisi cairan, bunyi napas minimal atau tak terdengar dan

pergeseran trakeal menjauhi tempat yang sakit.

2. Efusi ringan sampai sedang : dispnea bisa tidak terjadi. (Suddarth, 2001)

Page 8: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

8

F. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab yang

mendasari untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk

menghilangkan rasa tidak nyaman serta dispnea. Pengobatan spesifik

diarahkan pada penyebab yang mendasari.

1. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, mengumpulkan

spesimen untuk analisis dan menghilangkan dispnea.

2. Selang dada dan drainase water seal mungkin diperlukan untuk pacu

motoraks (kadang merupakan akibat torasentesis berulang). WSD

merupakan tindakan invasif yang dilakukan untuk mengeluarkan

udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga thoraks, dan

mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung. Tujuan

pemasangan WSD :

a. Memungkinkan cairan ( darah, pus ) keluar dari rongga

pleura.

b. Memungkinkan udara keluar dari rongga pleura.

c. Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura yang

dapat menyebabkan pneumotoraks.

d. Mempertahankan agar paru tetap mengembang dengan

jalan mempertahankan tekanan negatif pada intra pleura.

3. Obat dimasukkan ke dalam ruang pleural untuk mengobliterasi ruang

pleura dan mencegah penumpukkan cairan lebih lanjut.

4. Modalitas pengobatan lainnya : radiasi dinding dada, operasi

pleurektomi dan terapi diuretik. (Suddarth, 2001)

Page 9: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

9

Penatalaksanaan pada efusi pleura ini adalah (Mansjoer, 2001)

1. Thorakosentasis

Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti

nyeri, dispnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,5 liter perlu

dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika

jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru

dapat dilakukan 1 jam kemudian.

2. Pemberian anti biotik, jika terdapat empiema.

3. Pleurodesis

Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat

(tetrasiklin, kalk dan bieomisin) melalui selang interkostalis untuk

melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi

kembali.

4. Tirah baring

Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena

peningkatan aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga

dyspnea akan semakin meningkat pula.

5. Biopsi pleura, untuk mengetahui adanya keganasan.

6. Selang WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk

mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax

dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.

Page 10: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

10

Indikasi pemasangan selang dada :

a. Pneumothoraks

b. Hemothoraks

c. Fistula bronkopleural

d. Efusi pleura

Indikasi pengangkatan selang dada :

a. Satu hari setelah berhentinya kebocoran udara

b. Drainase < 50-100 cc cairan per hari

c. 1-3 hari pascaoperasi jantung

d. 2-6 hari pascaoperasi torak

e. Obliterasi rongga empiema

f. Drainase serosanguinosa (keluarnya cairan serous) dari sekitar sisi

pemasangan selang dada

Komplikasi pemasangan WSD :

a. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension

pneumothoraks, atrial aritmia

b. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema

Page 11: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

11

Gambar Pemasangan WSD

a. Selang Dada

Kebanyakan selang dada adalah multipenetrasi, selang transparan dengan

petunjuk tanda radiopaque dan jarak/panjang selang. Ini memungkinkan

dokter untuk melihat posisi selang dada pada foto rontgent.

Selang dada dikategorikan sebagai pleural atau mediastinal bergantung

pada lokasi ujung selang. Klien dapat dipasang lebih dari satu selang pada

lokasi yang berbeda bergantung pada tujuan selang. Selang yang lebih besar

(20-36 French) digunakan untuk mengalirkan darah atau drainase pleural yang

kental. Selang yang lebih kecil (16-20 French) digunakan untuk membuang

udara.

Page 12: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

12

b. Sistem Drainase

Selang dada bekerja sebagai drain untuk udara dan cairan. Agar

tekanan intrapleural menjadi negatif, sebuah segel diperlukan pada selang

dada untuk mencegah udara luar masuk ke sistem. Cara paling sederhana

untuk melakukan ini yaitu dengan menggunakan drainase dalam air.

1. Sistem satu botol

Merupakan sistem drainase dada yang paling sederhana. Sistem ini

terdiri atas satu botol dengan penutup segel. Penutup mempunyai dua

lubang. Satu untuk ventilasi udara dan lainnya memungkinkan selang

masuk sampai hampir dasar botol.

Air steril dimasukkan kedalam botol sampai ujung selang yang

kaku terendam 2 cm. Ini membuat segel air dengan menutup sistem bagian

luar terhadap udara. Permukaan cairan lebih tinggi dari 2 cm akan

membuat kesulitan bernapas karena klien mempunyai kolom cairan lebih

panjang untuk bergerak saat bernapas. Tekanan lebih positif kemudian

diperlukan untuk mengendalikan drainase keluar melalui segel air.

Bagian atas selang dihubungkan pada kira-kira 6 kaki karet yang

dilekatkan pada lubang akhir dari selang dada klien. Ventilasi dalam botol

dibiarkan terbuka untuk memungkinkan udara dari pleural keluar. Ini

mencegah tekanan yang terbentuk pada area pleural. Kecuali pada ventilasi

tertutup, masuknya sistem drainase dari pemasukan selang dada ke botol

harus rapat.

Tinggi cairan pada segel cairan meningkat selama pernapasan.

Selama inspirasi, tekanan pleural menjadi lebih negatif menyebabkan

Page 13: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

13

permukaan cairan pada selang meningkat. Selama ekspirasi, tekanan

pleural menjadi lebih positif menyebabkan permukaan cairan turun. Bila

klien bernapas dengan ventilasi mekanik yang terjadi adalah sebaliknya.

Gelembung udara harus terlihat hanya dalam ruang segel di bawah air

selama ekspirasi dimana udara dan cairan mengalir dari rongga pleural.

Gelembung yang konstan menunjukkan kebocoran udara pada sistem atau

fistula bronkopleural.

2. Sistem dua botol

Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai wadah

penampung, dan yang kedua bekerja sebagai water seal. Pada sistem dua

botol, penghisapan dapat dilakukan pada segel botol dalam air dengan

menghubungkan ke ventilasi udara.

3. Sistem tiga botol

Pada sistem tiga botol, botol kontrol penghisap ditambahkan dua

botol. Cara ini merupakan yang paling aman untuk mengatur jumlah

penghisapan. Botol ketiga disusun mirip dengan botol segel dalam air.

Pada sistem ini yang penting kedalaman selang dibawah air pada botol

ketiga dan bukan jumlah penghisap di dinding yang diberikan pada selang

dada. Jumlah penghisap di dinding yang diberikan pada botol ketiga harus

cukup untuk menciptakan putaran lembut gelembung dalam botol.

Gelembung kasar menyebabkan kehilangan air, mengubah tekanan

penghisap, dan meningkatkan tingkat kebisingan dalam unit klien. Untuk

memeriksa kepatenan selang dada dan fluktuasi siklus pernapasan,

penghisap harus dilepaskan pada saat itu juga.

Page 14: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

14

Perbandingan sistem selang pada WSD

Sistem Keuntungan Kerugian

Satu Botol a. Penyusunan sederhana.

b. Mudah untuk klien yang

dapat berjalan.

a. Saat drainase dada mengisi

botol, lebih banyak kekuatan

diperlukan untuk

memungkinkan udara dan

cairan pleura keluar dari dada

masuk ke botol.

b.Campuran darah drainase dan

udara menimbulkan campuran

busa dalam botol yang

membatasi garis pengukuran

drainase.

c. Agar terjadi aliran, tekanan

pleura harus lebih tinggi dari

tekanan botol.

Dua Botol d. Mempertahankan water seal

dalam tingkat konstan.

e. Memungkinkan observasi

dan pengukuran drainase

yang lebih baik.

a. Menambah dead space pada

sistem drainase yang berpotensi

untuk masuk ke dalam area

pleura.

b. Untuk terjadinya aliran, tekanan

pleura harus lebih tinggi dari

tekanan botol.

Page 15: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

15

c. Mempunyai batas kelebihan

kapasitas aliran udara pada

adanya kebocoran pleura.

Tiga Botol Sistem yang paling aman

untuk mengatur penghisapan.

Lebih kompleks, lebih banyak

kesempatan untuk terjadi

kesalahan dalam perakitan dan

pemeliharaan.

G. Komplikasi

1. Infeksi

2. Fibrosis paru

(Mansjoer, 2001)

H. Pengkajian fokus

1. Biodata

Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama, Suku bangsa, Alamat, Status

Perkawinan, Pendidikan, Pekerjaan, dan Asuransi Kesehatan.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Sesak napas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritis akibat iritasi

pleura yang bersifat tajam dan terlokalisasi terutama pada saat

batuk dan bernapas serta batuk nonproduktif

Page 16: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

16

b. Riwayat penyakit sekarang

Klien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya

keluhan seperti batuk, sesak napas, nyeri pleuritis, rasa berat pada

dada dan berat badan menurun. Perlu juga ditanyakan sejak kapan

keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk

menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.

c. Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan pula, apakah klien pernah menderita penyakit

seperti TB paru, pneumonia, gagal jantung, trauma, asites, dan

sebagainya. Hal ini perlu diketahui untuk melihat ada tidaknya

kemungkinan faktor predisposisi.

d. Riwayat penyakit keluarga pleura

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita

penyakit-penyakit yang mungkin dapat menyebabkan efusi pleura

seperti kanker paru, asma,TB paru dan sebagainya.

3. Pola fungsional Gordon yang terkait

a. Pola nutrisi dan metabolik

Karena ada penimbunan cairan dalam rongga pleura terjadi

penekanan lambung maka akan menimbulkan rasa penuh pada

lambung sehingga terjadi nausea (mual dan muntah).

b. Pola persepsi sensori dan kognitif

Akibat dari efusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan

sehingga menimbulkan rasa nyeri.

Page 17: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

17

c. Pola aktivitas dan latihan

Karena terjadi penurunan fungsi alveoli maka pertukaran O2 dan

CO2 terganggu sehingga suplai O2 menurun yang menyebabkan

hipoksia dan pasien akan kelelahan dan terjadi gangguan aktivitas.

d. Pola Istirahat dan tidur

Karena sesak nafas dan nyeri dada maka dapat mempengaruhi

istirahat tidur.

4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : Pasien tampak sesak nafas

b. Tingkat kesadaran : Composmentis

c. TTV

- RR : Takhipneu (≥ 24 x /menit)

- N : Takhikardia (≥ 100 x/ menit)

- S : Jika ada infeksi bisa hipertermia

(suhu tubuh dapat mencapai ≥ 38 ºC)

- TD : Bisa hipotensia (sistol ≤ 120 mmHg dan diastol ≤ 80 mmHg)

d. Kepala : Mesochepal

e. Rambut : Kurang bersih

f. Mata : Conjungtiva anemis

g. Hidung : Sesak nafas, cuping hidung

h. Mulut : Mukosa bibir kering, kebersihan gigi kurang

i. Dada : Gerakan pernafasan berkurang

Page 18: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

18

j. Pulmo (paru-paru )

Inspeksi : Terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas

tampak penggunaan otot bantu nafas

Palpasi : Vokal Fremitus menurun

Perkusi : Pekak, redup

Auskultasi : Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas

bagian yang terkena

k. Jantung

Inspeksi : Simetris, Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus teraba pada intercosta V2

Perkusi : Konfigurasi jantung dengan bunyi normal, redup

Auskultasi : Suara jantung dengan I-II murni

l. Abdomen

Inspeksi : Terlihat datar

Palpasi : Adanya nyeri tekan

Auskultasi : Bising usus normal (5-35x/menit)

Perkusi : Bunyi tympani

m. Kulit : Lembab, turgor kulit menurun

n. Ekstremitas atas dan bawah

Mengalami kelemahan untuk melakukan aktivitas (malaise)

5. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan torak sinar menunjukkan adanya ”Kesan adanya cairan”

b. Pungsi pleura

Dilakukan pada iga ke 8 untuk pemeriksaan cairan yang ada di pleura

Page 19: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

19

Hasil : cairan eksudat (hasil dari pembendungan), cairan eksudat (hasil

dari peradangan)

c. Torasentesis

Mengambil cairan efusi dan untuk melihat jenis cairannya serta adakah

bakteri dalam cairan

d. Biopsi pleura

Jika penyebab efusi adalah Ca untuk menunjukkan adanya keganasan

e. GDA

Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi

gangguan mekanik pernafasan. dan kemampuan mengkompensasi

PaCO2 kadang-kadang meningkat PaO2 mungkin normal atau

menurun, saturasi O2 biasanya menurun

Page 20: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

20

I. Pathways Keperawatan

Infeksi Penghambatan Tekanan osmotik

drainase koloid plasma

Peradangan Tekanan kapiler Transudasi cairan

permukaan pleura meningkat intravakuler

Pe Permeabilitas Tekanan hidrostatik Edema

sumbatan

Cavum pleura

Adanya transudat

Penekanan Abdomen

EFUSI PLEURA

Penumpukan cairan

dalam rongga pleura

Pertukaran O2 dan CO2

Di alvioli

Ekspansi paru

Sesak napas Perfusi O2 ke jaringan

Nyeri dada Nafsu makan Keletihan

Pola napas

tidak efektif

Gangguan

rasa

nyaman

Gangguan

pemenuhan

kebutuhan nutrisi

Intoleransi

aktivitas

Gangguan

pertukaran gas

Page 21: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

21

I. Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru

sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan oksigen pada

alveoli

3. Gangguan rasa nyaman nyeri dada berhubungan dengan penekanan rongga

pleura oleh penimbunan cairan yang berlebih

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2 ke jaringan

5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

tidak adekuat, anoreksia, mual muntah

J. Intervensi dan Rasional

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru

sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura

Tujuan : Pola nafas kembali efektif

KH :

a. Tidak ada penggunaan otot bantu nafas

b. Irama, frekuensi dan kedalaman pernapasan berada dalam

batas normal, RR normal (16 - 20 x/menit)

Intervensi :

a. Identifikasi faktor penyebab

Rasional : Dapat menentukan jenis efusi pleura sehingga dapat

mengambil tindakan yang tepat

Page 22: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

22

b. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernapasan serta melaporkan

setiap perubahan yang terjadi

Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana perubahan kondisi klien

c. Observasi tanda-tanda vital (nadi dan pernapasan)

Rasional : Merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru

d. Lakukan auskultasi suara napas 2-4 jam

Rasional : Dapat menentukan kelainan suara napas pada bagian paru

e. Bantu dan ajarkan klien untuk batuk dan napas dalam yang efektif

Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau napas dalam,

penekanan otot-otot dada serta abdomen membuat batuk

lebih efekif

f. Baringkan klien dalam posisi duduk dengan kepala di tempat tidur

ditinggikan 60-90 atau miringkan kearah sisi yang sakit

Rasional : Penurunan diafragma dapat memperluas daerah dada

sehingga ekspansi paru bisa maksimal, miring kearah sisi

yang sakit dapat menghindari efek penekanan gravitasi

cairan sehingga ekspansi paru dapat maksimal

g. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan

serta foto thorax

Rasional : Dapat menurunkan beban pernapasan dan mencegah

terjadinya sianosis akibat hipoksia

Page 23: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

23

h. Kolaborasi untuk tindakan thorakosentesis

Rasional : Untuk menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh

akumulasi cairan dalam rongga pleura

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan oksigen pada

alveoli

Tujuan : tidak ada gangguan pertukaran gas

KH : - PO2 : 85 - 100 mmHg.

- PCO2 : 35 - 45 mmHg

- Tidak ada dyspnea

- Tidak takipneu

Intervensi :

a. Observasi pernafasan

Rasional : Peningkatan pernafasan mengarah pada peningkatan

kebutuhan oksigen

b. Posisikan kepala klien lebih tinggi

Rasional : Membantu pengembangan ekspansi paru

c. Anjurkan klien untuk tidak banyak beraktivitas

Rasional : Peningkatan aktivitas akan meningkat kebutuhan O2

d. Kolaborasi pemeriksaan GDA

Rasional : Untuk mengetahui seberapa berat gangguan dalam

pertukaran gas

Page 24: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

24

3. Gangguan rasa nyaman nyeri dada berhubungan dengan penekanan pada

rongga pleura oleh penimbunan cairan yang berlebih

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang atau

hilang

KH : Ekspresi wajah rileks, keluhan nyeri berkurang atau hilang,

TTV normal

Intervensi:

a. Kaji perkembangan nyeri

Rasional : Untuk mengetahui terjadinya komplikasi

b. Ajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam

Rasional : Untuk meringankan nyeri

c. Beri posisi yang nyaman

Rasional: Untuk memberikan rasa nyaman

d. Ciptakan lingkungan yang tenang

Rasional: Untuk meringankan nyeri

e. Kolaborasi pemberian analgesik

Rasional : Untuk meringankan nyeri

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2 ke

jaringan.

Tujuan : Klien toleran terhadap aktivitas

KH : Klien tidak tampak kelelahan, mampu beraktivitas, tidak ada

dyspnea saat aktivitas

Page 25: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-friedakurn... · Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk cairan pleura

25

Intervensi :

a. Observasi pernafasan klien

Rasional : Peningkatan pernafasan mengarah pada peningkatan

kebutuhan oksigen

b. Posisikan klien pada semi fowler

Rasional : Meningkatkan pengembangan paru

c. Anjurkan klien untuk banyak tirah baring

Rasional : Untuk mengurangi sesak nafas

d. Kolaborasi pemberian oksigen nasal atau masker

Rasional : Memenuhi kebutuhan oksigen paru dan jaringan

5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

mual muntah, intake tidak adekuat

Tujuan : Tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

KH : Nafsu makan meningkat, porsi habis, BB tidak turun drastis

Intervensi :

a. Observasi nafsu makan klien

Rasional : Porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu makan

belum baik

b. Beri makan klien sedikit tapi sering

Rasional : Meningkatkan masukan secara perlahan

c. Beritahu klien pentingnya nutrisi

Rasional : Klien dapat memahami dan mau meningkatkan masukan

nutrisi

d. Pemberian diit TKTP

Rasional : Peningkatan energi dan protein pada tubuh sebagai pembangun