r.paru lk · web viewtingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan...

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Masalah kesehatan dengan gangguan sistem pernapasan masih menduduki peringkat yang tinggi sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Efusi pleura adalah salah satu kelainan yang mengganggu sistem pernapasan Efusi pleura sendiri sebenarnya bukanlah diagnosa dari suatu penyakit melainkan hanya lebih merupakan symptom atau komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihan di rongga pleura, dimana kondisi ini jika dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya (John Gibson, MD, 1995, Waspadji Sarwono (1999, 786) Penyebab efusi pleura bisa bermacam-macam seperti gagal jantung, adanya neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari organ lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndroma nefrotik, hipoalbumin dan lain sebagainya. (Allsagaaf H, Amin M Saleh, 1998, 68) Tingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru akan terganggu dan pasien akan mengalami sesak, nyeri dada, batuk non produktif bahkan akan terjadi kolaps paru dan akibatnya akan terjadilah gagal nafas. Kondisi-kondisi tersebut diatas tidak jarang menyebabkan kematian pada penderita efusi pleura. Berdasarkan data dari medical record di UPF ilmu 1

Upload: hoangduong

Post on 29-May-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Masalah kesehatan dengan gangguan sistem pernapasan masih menduduki

peringkat yang tinggi sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Efusi pleura

adalah salah satu kelainan yang mengganggu sistem pernapasan Efusi pleura sendiri

sebenarnya bukanlah diagnosa dari suatu penyakit melainkan hanya lebih merupakan

symptom atau komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura adalah suatu keadaan

dimana terdapat cairan berlebihan di rongga pleura, dimana kondisi ini jika dibiarkan

akan membahayakan jiwa penderitanya (John Gibson, MD, 1995, Waspadji Sarwono

(1999, 786)

Penyebab efusi pleura bisa bermacam-macam seperti gagal jantung, adanya

neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari

organ lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndroma nefrotik,

hipoalbumin dan lain sebagainya. (Allsagaaf H, Amin M Saleh, 1998, 68)

Tingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan

pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

akan terganggu dan pasien akan mengalami sesak, nyeri dada, batuk non produktif

bahkan akan terjadi kolaps paru dan akibatnya akan terjadilah gagal nafas. Kondisi-

kondisi tersebut diatas tidak jarang menyebabkan kematian pada penderita efusi pleura.

Berdasarkan data dari medical record di UPF ilmu penyakit paru RSUD Dr.

Soetomo tahun 1998, didapatkan data bahwa effusi pleura menduduki peringkat kedua

setelah TB paru dengan jumlah kasus yang datang sebanyak 364 orang dan angka

mortalitasnya mencapai 26 orang. Sedangkan tahun 1999 menduduki peringkat ke lima

dengan angka mortalitasnya mencapai 31 orang dan prosentase 8,0% dari 387 kasus

efusi pleura yang ada, sementara tahun 2000 mencapai 7,65% dari 366 kasus efusi

pleura dan menduduki peringkat kedua setelah TB paru atau angka mortalitasnya

mencapai 38 orang, (medical record RSUD Dr Soetomo tahun 2000).

Berbagai permasalahan keperawatan yang timbul baik masalah aktual maupun

potensial akibat adanya efusi pleura antara lain adalah ketidak efektifan pola nafas,

gangguan rasa nyaman, gangguan pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat, kurangnya

pengetahuan tentang proses penyakit, gangguan pemenuha kebutuhan nutrisi yang

menyebabkan penurunan berat badan pasien serta masih banyak lagi permasalahan lain

yang mungkin timbul.

1

Page 2: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan

dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat

berupa cairan transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis danTerapi /

UPF ilmu penyakit paru, 1994, 111).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah

a. Anatomi

Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru berbentuk

kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga lobus atas,

tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas

dan bawah (John Gibson, MD, 1995, 121).

Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum

mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru-

paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut Pleura (Syaifudin B.AC , 1992,

104).

Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru

dalam dua lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan

lapisan parietal menutupi permukaan dalam dari dinding dada. Kedua lapisan

tersebut berlanjut pada radix paru. Rongga pleura adalah ruang diantara kedua

lapisan tersebut.

b. Fisiologi

Sistem pernafasan atau disebut juga sistem respirasi yang berarti

“bernafas lagi” mempunyai peran atau fungsi menyediakan oksigen (O2) serta

mengeluarkan carbon dioksida (CO2) dari tubuh. Fungsi penyediaan O2 serta

pengeluaran CO2 merupakan fungsi yang vital bagi kehidupan.

Proses respirasi berlangsung beberapa tahap antara lain :

1) Ventilasi

Adalah proses pengeluaran udara ke dan dari dalam paru. Proses ini terdiri

atas 2 tahap :

Inspirasi yaitu pergerakan udara dari luar ke dalam paru. Inspirasi terjadi

dengan adanya kontraksi otot diafragma dan interkostalis eksterna yang

menyebabkan volume thorax membesar sehingga tekanan intra alveolar

2

Page 3: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

menurun dan udara masuk ke dalam paru.

Ekspirasi yaitu pergerakan udara dari dalam ke luar paru yang terjadi bila

otot-otot expirasi relaxasi sehingga volume thorax mengecil yang secara

otomatis menekan intra pleura dan volume paru mengecil dan tekanan

intra alveola menurun sehingga udara keluar dari paru.

2) Pertukaran gas di dalam alveol dan darah.

3) Transport gas

Yaitu perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru

dengan bantuan darah (aliran darah).

4) Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan.Metabolisme

penggunaan O2 di dalam sel serta pembuatan CO2 yang juga disebut

pernafasan seluler. (Alsagaff H, Abdul Moekty, 1995, 15).

Permukaan rongga pleura berbatasan lembab sehingga mudah bergerak

satu ke yang lainnya (John Gibson, MD, 1995, 123). Dalam keadaan normal

seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua pleura karena biasanya

hanya terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa

yang selalu bergerak secara teratur (Soeparman, 1990, 785). Setiap saat jumlah

cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan

kedua pleura, maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh

limfatik (yang membuka secara langsung) dari rongga pleura ke dalam

mediastinum. Permukaan superior dari diafragma dan permukaan lateral dari

pleura parietis disamping adanya keseimbangan antara produksi oleh pleura

parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis . Oleh karena itu ruang pleura

disebut sebagai ruang potensial. Karena ruang ini normalnya begitu sempit

sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas. (Guyton dan Hall,

Ege,1997, 607).

c. Etiologi

Berdasarkan jenis cairan yang terbnetuk, cairan pleura dibagi menjadi

transudat, eksudat dan hemoragis

1) Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal

jantung kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis),

syndroma vena cava superior, tumor, sindroma meig.

2) Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor,

ifark paru, radiasi, penyakit kolagen.

3) Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark

paru, tuberkulosis.

4) Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral

3

Page 4: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik

dengan penyakit penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan

pada penyakit-penyakit dibawah ini :Kegagalan jantung kongestif,

sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor

dan tuberkolosis.

d. Patofisiologi

Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga

pleura. Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis

pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi

apabila tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada penderita

hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses

keradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat

kegagalan jantung dan tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis

paru (Alsagaf H, Mukti A, 1995, 145).

Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam

kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1) penghambatan

drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang menyebabkan

tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga

menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura (3)

sangat menurunnya tekanan osmotik kolora plasma, jadi juga memungkinkan

transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi atau setiap penyebab peradangan

apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura, yang memecahkan

membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke

dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1997, 623-624).

2. Dampak Masalah

a. Dampak masalah terhadap individu

Sebagaimana penderita penyakit yang lain, pada pasien effusi pleura akan

mengalami suatu perubahan baik bio, psiko sosial dan spiritual yang akan

selalu menimbulkan dampak yang diakibatkan oleh proses penyakit atau

pengobatan dan perawatan. Pada umumnya Px dengan effusi pleura akan

tampak sakit, suara nafas menurun adanya nyeri pleuritik terutama pada akhir

inspirasi, febris, batuk dan yang lebih khas lagi adalah adanya sesak nafas, rasa

berat pada dada akibat adnya akumulasi cairan di kavum pleura.

b. Dampak masalah terhadap keluarga

Pada umumnya keluarga pasien akan merasa dituntut untuk selalu menjaga

dan memenuhi kebutuhan pasien. Apabila ada salah satu anggota keluarga

4

Page 5: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

yang sakit sehingga keluarga pasien akan memberi perhatian yang lebih pada

pasien. Keluarga menjadi cemas dengan keadaan pasien karena mungkin

sebagai orang awam keluarga pasien kurang mengerti dengan kondisi pasien

dan tentang bagaimana perawatannya. Lamanya perawatan pasien banyaknya

biaya pengobatan merupakan masalah bagi pasien dan keluarganya terlebih

untuk keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah.

Secara langsung peran pasien sesuai statusnya pun akan mengalami perubahan

bahkan gangguan selama pasien dirawat di rumah sakit.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan

hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat

kesehatan yang optimal (Canpernito, 2000,2).

Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik

tersebut yaitu proses keperawatan. Proses keperewatan dipakai untuk membantu

perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara sistematis dalam mengatasi

masalah keperawatan yang ada, dimana keempat komponennya saling mempengaruhi

satu sama lain yaitu : pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang

membentuk suatu mata rantai (Budianna Keliat, 1994,2).

1. Pengkajian

Pengumpulan Data

Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

a. Identitas Pasien

Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,

alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai,

status pendidikan dan pekerjaan pasien.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari

pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan effusi

pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri

pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada

saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-

tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat

badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu

muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau

5

Page 6: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC

paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini

diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-

penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma,

TB paru dan lain sebagainya.

f. Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara

mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang

dilakukan terhadap dirinya.

g. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit

mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga

memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.

Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan

penggunaan obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya

penyakit.

2) Pola nutrisi dan metabolisme

Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu

melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui

status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan

minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan

mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan

pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat

proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan umumnya lemah.

3) Pola eliminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai

kebiasaan ilusi dan defekasi sebelumdan sesudah MRS. Karena keadaan

umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga

akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur

abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.

4) Pola aktivitas dan latihan

Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi

6

Page 7: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

dan Px akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.

Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya

nyeri dada. Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan

pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.

5) Pola tidur dan istirahat

Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan

berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu

akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang

ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir,

berisik dan lain sebagainya.

6) Pola hubungan dan peran

Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami

perubahan peran, misalkan pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak

dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu yang harus mengasuh

anaknya, mengurus suaminya. Disamping itu, peran pasien di

masyarakatpun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi

hubungan interpersonal pasien.

7) Pola persepsi dan konsep diri

Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya

sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai seorang

awam, pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah

penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien mungkin akan

kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.

8) Pola sensori dan kognitif

Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian

juga dengan proses berpikirnya.

9) Pola reproduksi seksual

Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse

akan terganggu untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah

sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.

10) Pola penanggulangan stress

Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan

mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat

dan dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih

tahu mengenai penyakitnya.

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya

7

Page 8: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

kepada Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu

cobaan dari Tuhan.

h. pemeriksaan fisik

1) Status Kesehatan Umum

Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien

secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap

dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk

mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien. Perlu juga

dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan pasien.

2) Sistem Respirasi

Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit

mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan

pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax

kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR

cenderung meningkat dan Px biasanya dyspneu.

Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah

cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan

pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.

Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya. Bila

cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas

atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical

penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux.

Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.

Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk

cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis

dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda-tanda auskultasi

dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan. Ditambah lagi dengan

tanda i – e artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka

akan terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H, Ida

Bagus, Widjaya Adjis, Mukty Abdol, 1994,79)

3) Sistem Cardiovasculer

Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada

pada ICS – 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan

ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung. Palpasi

untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus diperhatikan

kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa

adanya thrill yaitu getaran ictus cordis. Perkusi untuk menentukan batas

8

Page 9: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

jantung dimana daerah jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk

menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri. Auskultasi

untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah

bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta adakah

murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.

4) Sistem Pencernaan

Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau

datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain

itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.

Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai

normalnya 5-35 kali permenit. Pada palpasi perlu juga diperhatikan,

adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor, feces), turgor kulit

perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba, juga

apakah lien teraba. Perkusi abdomen normal tympanik, adanya massa

padat atau cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika

urinarta, tumor).

5) Sistem Neurologis

Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga

diperlukan pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau

comma. refleks patologis, dan bagaimana dengan refleks fisiologisnya.

Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran,

penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.

6) Sistem Muskuloskeletal

Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial, palpasi

pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta

dengan pemerikasaan capillary refil time. Dengan inspeksi dan palpasi

dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandingkan antara kiri

dan kanan.

7) Sistem Integumen

Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya

lesi pada kulit, pada Px dengan effusi biasanya akan tampak cyanosis

akibat adanya kegagalan sistem transport O2. Pada palpasi perlu diperiksa

mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian texture

kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui derajat

hidrasi seseorang.

i. Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan medis dan laboratorium

9

Page 10: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

1. Pemeriksaan Radiologi

Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc

tidak bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa

penumpukkan kostofrenikus. Pada effusi pleura sub pulmonal, meski

cairan pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis tampak tumpul, diafragma

kelihatan meninggi. Untuk memastikan dilakukan dengan foto thorax

lateral dari sisi yang sakit (lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil

yang memuaskan bila cairan pleura sedikit (Hood Alsagaff, 1990, 786-

787).

2. Biopsi Pleura

Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura dengan

melalui biopsi jalur percutaneus. Biopsi ini digunakan untuk mengetahui

adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy

tuberculosa dan tumor pleura) (Soeparman, 1990, 788).

j. Pemeriksaan Laboratorium

Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan antara lain :

a. Pemeriksaan Biokimia

Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang

perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Transudat Eksudat

Kadar protein dalam effusi 9/dl < 3 > 3

Kadar protein dalam effusi < 0,5 > 0,5

Kadar protein dalam serum

Kadar LDH dalam effusi (1-U) < 200 > 200

Kadar LDH dalam effusi < 0,6 > 0,6

Kadar LDH dalam serum

Berat jenis cairan effusi < 1,016 > 1,016

Rivalta Negatif Positif

Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan juga

cairan pleura :

- Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit

infeksi, arthritis reumatoid dan neoplasma

- Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis

adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).

b. Analisa cairan pleura

- Transudat : jernih, kekuningan

- Eksudat : kuning, kuning-kehijauan

10

Page 11: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

- Hilothorax : putih seperti susu

- Empiema : kental dan keruh

- Empiema anaerob : berbau busuk

- Mesotelioma : sangat kental dan berdarah

c. Perhitungan sel dan sitologi

Leukosit 25.000 (mm3):empiema

Banyak Netrofil : pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB paru

Banyak Limfosit : tuberculosis, limfoma, keganasan.

Eosinofil meningkat : emboli paru, poliatritis nodosa, parasit dan jamur

Eritrosit : mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3 cairan

tampak kemorogis, sering dijumpai pada

pankreatitis atau pneumoni. Bila erytrosit > 100000

(mm3 menunjukkan infark paru, trauma dada dan

keganasan.

Misotel banyak : Jika terdapat mesotel kecurigaan TB bisa

disingkirkan.

Sitologi : Hanya 50 - 60 % kasus- kasus keganasan dapat

ditemukan sel ganas. Sisanya kurang lebih

terdeteksi karena akumulasi cairan pleura lewat

mekanisme obstruksi, preamonitas atau atelektasis

(Alsagaff Hood, 1995 : 147,148)

d. Bakteriologis

Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah

pneamo cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada

pleuritis TB kultur cairan terhadap kuman tahan asam hanya dapat

menunjukkan yang positif sampai 20 % (Soeparman, 1998: 788).

Analisa Data

Setelah semua data dikumpulkan, kemudian dikelompokkan dan dianalisa

sehingga dapat ditemukan adanya masalah yang muncul pada penderita effusi

pleura. Selanjutnya masalah tersebut dirumuskan dalam diagnosa keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Penentuan diagnosa keperawatan harus berdasarkan analisa data sari hasil

pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di kelompokkan menjadi

diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan. (Budianna Keliat, 1994,1)

Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan effusi

11

Page 12: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

pleura antara lain :

1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi

paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura (Susan

Martin Tucleer, dkk, 1998).

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Sehubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, pencernaan nafsu makan

akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen (Barbara

Engram, 1993).

3. Cemas sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan

(ketidakmampuan untuk bernafas).

4. Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan

sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan Barbara Engram).

5. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan

keletihan (keadaan fisik yang lemah) (Susan Martin Tucleer, dkk, 1998).

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan sehubungan dengan

kurang terpajang informasi (Barbara Engram, 1993)

3. Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan untuk

mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien.(Budianna Keliat, 1994,

16)

12

Page 13: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

1. Diagnosa Keperawatan I

Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi

paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.

Tujuan : Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal

Kriteria hasil : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas

normal, pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi

cairan, bunyi nafas terdengar jelas.

Rencana tindakan :

a. Identifikasi faktor penyebab.

Rasional : Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat menentukan

jenis effusi pleura sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat.

b. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap

perubahan yang terjadi.

Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman

pernafasan, kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.

c. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan

kepala tempat tidur ditinggikan 60 – 90 derajat.

Rasional : Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga

ekspansi paru bisa maksimal.

d. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon

pasien).

Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya

penurunan fungsi paru.

e. Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam.

Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian

paru-paru.

f. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.

Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam.

Penekanan otot-otot dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif.

g. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan

serta foto thorax.

Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan

mencegah terjadinya sianosis akibat hiponia. Dengan foto thorax dapat

dimonitor kemajuan dari berkurangnya cairan dan kembalinya daya

kembang paru.

13

Page 14: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

2. Diagnosa Keperawatan II

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

sehubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan

akibat sesak nafas.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan normal

dan hasil laboratorium dalam batas normal.

Rencana tindakan :

a. Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.

Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya,

kebiasaannya, agama, ekonomi dan pengetahuannya tentang pentingnya

nutrisi bagi tubuh.

b. Auskultasi suara bising usus.

Rasional : Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan

adanya gangguan pada fungsi pencernaan.

c. Lakukan oral hygiene setiap hari.

Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.

d. Sajikan makanan semenarik mungkin.

Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu

makan.

e. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.

Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi, banyak

selingan memudahkan reflek.

f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian di’it TKTP

Rasional : Di’it TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan

pembentukan antibody karena diet TKTP menyediakan kalori dan semua

asam amino esensial.

g. Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan pemeriksaan

laboratorium alabumin dan pemberian vitamin dan suplemen nutrisi

lainnya (zevity, ensure, socal, putmocare) jika intake diet terus menurun

lebih 30 % dari kebutuhan.

Rasional : Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat

menambah asam lemak dalam tubuh.

14

Page 15: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

3. Diagnosa Keperawatan III

Cemas atau ketakutan sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang

dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas).

Tujuan : Pasien mampu memahami dan menerima keadaannya sehingga

tidak terjadi kecemasan.

Kriteria hasil : Pasien mampu bernafas secara normal, pasien mampu

beradaptasi dengan keadaannya. Respon non verbal klien

tampak lebih rileks dan santai, nafas teratur dengan frekuensi

16-24 kali permenit, nadi 80-90 kali permenit.

Rencana tindakan :

a. Berikan posisi yang menyenangkan bagi pasien. Biasanya dengan semi

fowler.

Jelaskan mengenai penyakit dan diagnosanya.

Rasional : pasien mampu menerima keadaan dan mengerti sehingga dapat

diajak kerjasama dalam perawatan.

a. Ajarkan teknik relaksasi

Rasional : Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan

b. Bantu dalam menggala sumber koping yang ada.

Rasional : Pemanfaatan sumber koping yang ada secara konstruktif sangat

bermanfaat dalam mengatasi stress.

c. Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien.

Rasional : Hubungan saling percaya membantu proses terapeutik

d. Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas.

Rasional : Tindakan yang tepat diperlukan dalam mengatasi masalah yang

dihadapi klien dan membangun kepercayaan dalam mengurangi

kecemasan.

e. Bantu pasien mengenali dan mengakui rasa cemasnya.

Rasional : Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila sudah

teridentifikasi dengan baik, perasaan yang mengganggu dapat diketahui.

4. Diagnosa Keperawatan IV

Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan

nyeri pleuritik.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat

terpenuhi.

15

Page 16: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

Kriteria hasil : Pasien tidak sesak nafas, pasien dapat tidur dengan nyaman

tanpa mengalami gangguan, pasien dapat tertidur dengan

mudah dalam waktu 30-40 menit dan pasien beristirahat atau

tidur dalam waktu 3-8 jam per hari.

Rencana tindakan :

a. Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien.

Rasonal : Posisi semi fowler atau posisi yang menyenangkan akan

memperlancar peredaran O2 dan CO2.

b. Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan

kebiasaan pasien sebelum dirawat.

Rasional : Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur

akan mengganggu proses tidur.

c. Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur.

Rasional : Relaksasi dapat membantu mengatasi gangguan tidur.

d. Observasi gejala kardinal dan keadaan umum pasien.

Rasional : Observasi gejala kardinal guna mengetahui perubahan terhadap

kondisi pasien.

5. Diagnosa Keperawatan V

Ketidakmampuan melaksanakan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan

keletihan (keadaan fisik yang lemah).

Tujuan : Pasien mampu melaksanakan aktivitas seoptimal mungkin.

Kriteria hasil : Terpenuhinya aktivitas secara optimal, pasien kelihatan segar

dan bersemangat, personel hygiene pasien cukup.

Rencana tindakan :

a. Evaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat

aktivitas serta adanya perubahan tanda-tanda vital.

Raasional : Mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam

melakukan aktivitas.

a. Bantu Px memenuhi kebutuhannya.

Rasional : Memacu pasien untuk berlatih secara aktif dan mandiri.

b. Awasi Px saat melakukan aktivitas.

Rasional : Memberi pendidikan pada Px dan keluarga dalam perawatan

selanjutnya.

c. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.

Rasional : Kelemahan suatu tanda Px belum mampu beraktivitas secara

penuh.

16

Page 17: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

d. Jelaskan pada pasien tentang perlunya keseimbangan antara aktivitas dan

istirahat.

Rasional : Istirahat perlu untuk menurunkan kebutuhan metabolisme.

e. Motivasi dan awasi pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap.

Rasional : Aktivitas yang teratur dan bertahap akan membantu

mengembalikan pasien pada kondisi normal.

6. Diagnosa Keperawatan VI

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan sehubungan dengan

kurangnya informasi.

Tujuan : Pasien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan pengobatan.

Kriteria hasil :

a. Px dan keluarga menyatakan pemahaman penyebab masalah.

b. PX dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang

memerlukan evaluasi medik.

c. Px dan keluarga mengikuti program pengobatan dan menunjukkan

perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah.

Rencana tindakan :

a. Kaji patologi masalah individu.

Rasional : Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan.

Memberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan

pentingnya intervensi terapeutik.

b. Identifikasi kemungkinan kambuh atau komplikasi jangka panjang.

Rasional : Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat, penyakit paru

infeksi dan keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh.

c. Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat

(contoh, nyeri dada tiba-tiba, dispena, distress pernafasan).

Rasional : Berulangnya effusi pleura memerlukan intervensi medik untuk

mencegah, menurunkan potensial komplikasi.

d. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik, istirahat,

latihan).

Rasional : Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan

penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.

4. Pelaksanaan

Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat

terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan

rencana keperawatan diantaranya :

17

Page 18: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ;

ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan

efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta

dokumentasi intervensi dan respon pasien.

Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana

intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan

yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi

adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien,

perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.

Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana

keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian

ulang (US. Midar H, dkk, 1989).

Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien :

a. Mampu mempertahankan fungsi paru secara normal.

b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

c. Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.

d. Dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri sehari-hari untuk mengembalikan

aktivitas seperti biasanya.

e. Menunjukkan pengetahuan dan gejala-gejala gangguan pernafasan seperti

sesak nafas, nyeri dada sehingga dapat melaporkan segera ke dokter atau

perawat yang merawatnya.

f. Mampu menerima keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan.

g. Menunjukkan pengetahuan tentang tindakan pencegahan yang berhubungan

dengan penatalaksanaan kesehatan, meliputi kebiasaan yang tidak

menguntungkan bagi kesehatan seperti merokok, minum minuman beralkohol

dan pasien juga menunjukkan pengetahuan tentang kondisi penyakitnya.

18

Page 19: R.Paru Lk · Web viewTingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru

DAFTAR PUSTAKA

Al sagaff H dan Mukti. A, Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya ; 1995

Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC,;1995

Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1995

Engram, Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I, Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1999

Ganong F. William, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17, Jakarta EGC ; 1998

Gibson, John, MD, Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat, Jakarta EGC ; 1995

Keliat, Budi Anna. Proses Keperawatan, Arcan Jakarta ; 1991

Laboratorium Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR, Dasar – Dasar Diagnostik Fisik Paru, Surabaya; 1994

Lismidar,proses keperawatan H,dkk, Proses keperawatan, AUP, 1990

Marrilyn. E. Doengus, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 Jakarta EGC ; 1999

/.Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo, Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu

Penyakit Paru, Airlangga University Press; 1994

B.AC,Syaifudin, Anatomi dan fisiologi untuk perawat, EGC; 1992

Soeparman A. Sarwono Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam jilid II ; 1990

Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien, Jakarta EGC ; 1998

Soedarsono, Guidelines of Pulmonology, Surabaya ; 2000

19