pemenuhan kebutuhan dana.docx
TRANSCRIPT
PEMENUHAN KEBUTUHAN DANA
Pada bab-bab sebelumnya telah dibicarakan tentang kebijakan keuangan yang terkait
dengan kegiatan-kegiatan pengalokasian dan pengelolaan dana yang dimiliki perusahaan, atau
sering juga disebut sebagai kegiatan pembelanjaan aktif. Pada bab-bab selanjutnya akan
dibicarakan tentang kebijakan yang terkait dengan kegiatan pemenuhan kebutuhan dana, atau
sering disebut dengan pembelanjaan pasif.
1. Sumber-sumber Pendanaan
Sebelum membicarakan masing-masing jenis sumber dana, perlu diketahui
alternative sumber-sumber pendanaan yang dapat diambil oleh sebuah lembaga/perusahaan,
yaitu :
a. Pendanaan dari luar perusahaan (External Financing), meliputi pendanaan yang berasal
dari pemilik, peserta, pemegang saham (sering disebut dengan Pendanaan Sendiri).
Selain itu juga dana yang berasal dari kreditur/pinjaman baik berupa obligasi, pinjaman
bank, dan kredit-kredit lain (sering disebut sebagai Pendanaan Asing).
b. Pendanaan dari dalam perusahaan (Internal Financing), merupakan kebijakan untuk
menggunakan dan yang berasal dari laba yang diperoleh perusahaan baik berupa
cadangan laba maupun laba ditahan. Selain itu dapat pula memanfatkan dana penyusutan
aktiva tetap yang belum digunakan (sering disebut Pendanaan Intensive).
2. Cara Pemenuhan Kebutuhan Dana
Pemenuhan kebutuhan dana pada dasarnya dapat dibedakan antara cara pemenuhan
kebutuhan dana secara individual dan pemenuhan kebutuhan dana secara total. Adapun
pengertian maisng-maisng sebagai berikut :
a. Pemenuhan dana Partiil/Individuil, yaitu pemenuhan kebutuhan dana secara sendiri-
sendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing aktiva yang akan dibiayai.
Kebijakan ini diambil oleh karena setiap dana yang terikat dalam suatu aktiva memiliki
tingkat perputaran (masa keterikatan) yang berbeda. Sehingga untuk memenuhinya
diambilkan dari sumber-sumber yang berbeda sesuai dengan jumlah kebutuhan dana dan
jangka waktu keterikatannya.
b. Pemenuhan Kebutuhan Dana Sistem Total, yaitu cara pemenuhan kebutuhan dana secara
keseluruhan dengan memandang semua kebutuhan dana sebagai satu kesatuan atau
kelompok.
Pada sistem ini, pemenuhan kebutuhan dana didasarkan atas perputaran dana yang
ditanamkan dalam sekelompok aktiva atau keseluruhan aktiva sebagai satu kesatuan.
Dengan demikian akan nampak ada sebagian dana yang bersifat permanen tertanam
dalam aktiva tersebut, dana ini disebut dengan modal konstan. Sedangkan sebagian lagi
ada yang bersifat variabel, yang jumlahnya berubah-ubah dari waktu ke waktu diatas inti
permanen, dana ini disebut modal variabel).
Pengertian permanen dan variabel, terdapat baik pada aktiva lancar maupun
aktiva tetap. Faktor konstan dalam aktiva lancar adalah modal kerja permanen.
Sedangkan unsur variabel aktiva lancar adalah modal kerja variable (ingat pembicaraan
modal kerja dimuka).
Gejala adanya modal tetap permanent dan variable pada aktiva tetap akan
nampak jika aktiva yang dimiliki perusahaan memiliki umur ekonomis yang berbeda
atau dibeli pada waktu yang tidak bersamaan. Untuk lebih jelasnya, misalnya perusahaan
memiliki 4 jenis aktiva tetap dengan nilai perolehan dan umur ekonomis yang berbeda
sebagai berikut :
Tabel.8.1. Pemenuhan Kebutuhan Dana Kativa Tetap
Tahun Dana dlm aktiva awal th
Depresiasi per tahun Dana yg terikat pd aktiva di akhir tahun
1
2
A = 50 jt
B = 50 jt
C = 20 jt
D = 10 jt
130 jt
A = 40 jt
B = 40 jt
C = 15 jt
D = 8 jt
103 jt
50 ¸ 5 = 10 jt
50 ¸ 5 = 10 jt
20 ¸ 4 = 5 jt
10 ̧ 5 = 2 jt
27 jt
50 ¸ 5 = 10 jt
50 ¸ 5 = 10 jt
20 ¸ 4 = 5 jt
10 ̧ 5 = 2 jt
27 jt
A = 50 – 10 = 40 jt
B = 50 – 10 = 40 jt
C = 20 - 5 = 15 jt
D = 10 - 2 = 8 jt
103 jt
A = 40 – 10 = 30 jt
B = 40 – 10 = 30 jt
C = 15 - 5 = 10 jt
D = 8 - 2 = 6 jt
76 jt
3 A = 30 jt 50 ¸ 5 = 10 jt A = 30 – 10 = 20 jt
B = 30 jt
C = 10 jt
D = 6 jt
76 jt
50 ¸ 5 = 10 jt
20 ¸ 4 = 5 jt
10 ̧ 5 = 2 jt
27 jt
B = 30 – 10 = 20 jt
C = 10 - 5 = 5 jt
D = 6 - 2 = 4 jt
49 jt
4 A = 20 jt
B = 20 jt
C = 5 jt
D = 4 jt
49 jt
50 ¸ 5 = 10 jt
50 ¸ 5 = 10 jt
20 ¸ 4 = 5 jt
10 ̧ 5 = 2 jt
27 jt
A = 20 – 10 = 10 jt
B = 20 – 10 = 10 jt
C = 5 - 5 = 0 jt
D = 4 - 2 = 2 jt
22 jt
5 A = 10 jt
B = 10 jt
C = 20 jt
D = 2 jt
42 jt
50 ¸ 5 = 10 jt
50 ¸ 5 = 10 jt
20 ¸ 4 = 5 jt
10 ̧ 5 = 2 jt
27 jt
A = 10 – 10 = 0 jt
B = 10 – 10 = 0 jt
C = 20 - 5 = 15 jt
D = 2 - 2 = 0 jt
15 jt
6 A = 50 jt
B = 50 jt
C = 15 jt
D = 10 jt
125 jt
50 ¸ 5 = 10 jt
50 ¸ 5 = 10 jt
20 ¸ 4 = 5 jt
10 ̧ 5 = 2 jt
27 jt
A = 50 – 10 = 40 jt
B = 50 – 10 = 40 jt
C = 15 - 5 = 10 jt
D = 10 - 2 = 8 jt
98 jt
7 A = 40 jt
B = 40 jt
C = 10 jt
D = 8 jt
98 jt
50 ¸ 5 = 10 jt
50 ¸ 5 = 10 jt
20 ¸ 4 = 5 jt
10 ̧ 5 = 2 jt
27 jt
A = 40 – 10 = 30 jt
B = 40 – 10 = 30 jt
C = 10 - 5 = 5 jt
D = 8 - 2 = 6 jt
71 jt
Dari tabel diatas nampak bahwa secara totalitas kebutuhan dana minimal untuk
aktiva tetap sebesar Rp. 42 juta (tahun ke 5), sedangkan kebutuhan maximal Rp. 130 juta
( tahun 1).
Jika dilihat secara individual, maka kebutuhan maximal Rp. 130 juta ; sedangkan
kebutuhan dana minimal untuk pengadaan aktiva tetap adalah Rp. 27 juta ( 10 + 10 + 10
+ 5 + 2 = 27 ).
Untuk kebutuhan modal kerja, misalnya suatu perusahaan membuat alokasi
kebutuhan dana untuk aktiva lancarnya sebagai berikut :
Tabel.8.2. Kebutuhan Modal Kerja Kwartalan
(dalam jutaan rupiah)
Jenis Aktiva Kw I Kw II KwIII KwIV Minima Maxima
Kas 10 9 8 9 8 10
Efek 110 110 120 100 100 120
Pihutang 120 115 140 140 115 140
Persediaan 200 200 230 240 200 240
Total 440 434 498 489 423 510
Dari tabel diatas terlihat ,secara totalitas kebutuhan minimum terjadi pada
Kwartal ke II sebesar Rp. 434 juta. Sedangkan secara individual jumlah minimum hanya
Rp. 423 juta. Demikian pula dari jumlah kebutuhan maximal, secara total Rp. 498 juta
yang terjadi pada Kwartal ke II ,sedangkan secara individual jumlahnya sebesar Rp. 510
juta.
Dengan membandingkan antara perhitungan secara individual dan secara totalitas
maka terlihatlah apa yang disebut dengan Gejala Diversitas (Bambang Riyanto ,1990 ),
yaitu suatu keadaan dimana :
1. Titik maxima dari keseluruhan dana akan terletak lebih rendah daripada jumlah
maxima unsur-unsurnya. Dari contoh diatas, maximal keseluruhan Rp. 498 <
Rp.510 nilai minimal individual.
2. Titik minima dari keseluruhan dana terletak lebih tinggi daripada jumlah
minimum unsur-unsurnya. Dari contoh diatas, minimal keseluruhan Rp. 434 >
Rp. 423 yang merupakan minimal individual.
Pada aktiva tetap, gejala Diversitas akan nampak apabila pembelian aktiva
dilakukan berturt-turut waktunya. Sedangkan bila pemebeliannya bersamaan dan sama
pula unsur-unsurnya, maka gajala diversitas tidak akan nampak.
3. Pemenuhan Kebutuhan Dana dengan Mempertimbangkan Likuiditas
Dalam hal ini bila pemenuhan dana ditinjau secara Individuil/Partiil, maka pedoman
pendanaannya sebagai berikut :
a. Untuk aktiva lancar hendaknya dibiayai dengan kredit jangka pendek yang periodenya
tidak lebih pendek dari periode keterikatannya pada aktiva yang dimaksud.
b. Untuk aktiva tetap tidak berputar (tanah), prinsipnya dibiayai dengan modal sendiri.
c. Untuk aktiva tetap berputar (disusut), dapat dibiayai dengan kredit jangka panjang atau
modal sendiri. Jika digunakan kredit jangka panjang maka jangka waktu kredit tidak
lebih pendek dari periode keterikatannya dalam aktiva dimaksud.
Jika menggunakan system Total, maka kebutuhan dana hanya dibedakan menjadi
modal konstan dan modal variable. Adapun pedoman pemenuhannya sebagai berikut :
a. Kebutuhan Modal Konstan/Permanen pada prinsipnya harus dibiayai dengan modal
sendiri atau kredit jangka panjang.
b. Kebutuhan Modal Variabel yang jumlahnya berubah-ubah dibiayai dengan kredit jangka
pendek yang jangka waktu kreditnya tidak lebih pendek dari masa keterikatan dana
tersebut pada modal yang dimaksud.
Dengan melihat dua pedoman diatas maka dalam memenuhi kebutuhan dana permanen
dan variabel, terutama kebutuhan modal kerja, harus diupayakan keseimbangan antara tujuan
Likuiditas dan tujuan Rentabilitas. Jika dilihat dari sudut likuiditas, maka kredit jangka
panjang lebih baik karena memberi kesempatan untuk memperoleh aliran kas masuk. Namun
dari sudut rentabilitas maka pembiayaan kredit jangka panjang akan memperbesar biaya
modal, karena pada periode tertentu dana yang dipinjam tersebut menganggur.
Dengan demikian perlu dipertimbangkan keseimbangan antara tujuan likuiditas dan
tujuan rentabilitas. Penentuan kombinasi yang optimal inilah memunculkan masalah Modal
Optimum (Bambang Riyanto, 1990), yaitu :
a. Menurut Aigner dan Sprenkle, Optimum Modal adalah pemenuhan kebutuhan dana
dengan mempertimbangkan mana yang lebih menguntungkan antara pemenuhan kredit
jangka pendek ataukah kredit jangka panjang. Atau suatu kombinasi berapa dana yang
dipenuhi dengan kredit jangka panjang dengan dasar kombinasi biaya yang paling kecil
(The optimal mix is the least cost mix)
b. Menurut Polak, masalah optimum modal adalah bagian dari kebutuhan sementara modal
yang apabila dipenuhi dengan kredit jangka panjang lebih murah daripada dipenuhi
dengan kredit jangka pendek, dengan membungakan/menginvestasikan kelebihan modal
yang sementara tidak digunakan.
Masalah optimum modal akan timbul jika tingkat bunga kredit jangka pendek dan
kredit jangka panjang tidak sama. Untuk itu dalam menghitung Optimum Modal menurut
JL.Meij (Indriyo Gitosudarmo dan Basri, 2000) perlu perhitungan Jangka Waktu Kritis,
yaitu jangka waktu yang memberikan beban biaya yang sama antara pendanaan dengan
kredit jangka panjang dan kredit jangka pendek.
Jangka Waktu Kritis = Atau
Jangka Waktu Kritis =
Dimana :
P1 = tingkat bunga kredit jangka panjang dalam prosen
Pc = tingkat bunga simpanan di bank dalam prosen
Pk = tingkat bunga kredit jangka pendek dalam prosen
Dengan syarat Pk > P1 > Pc
Pedoman yang dipakai, jika kredit yang dibutuhkan lebih lama dari jangka waktu
kritis maka lebih menguntungkan jika menggunakan kredit jangka panjang. Sebaliknya jika
masa keterikatan dana lebih pendek dari pada jangka waktu kritis maka lebih menguntungkan
menggunakan kredit jangka pendek.
Untuk memperjelas, misalnya suatu perusahaan memiliki kebutuhan modal selama
satu tahun sebagai berikut :
1 Kebutuhan periode 1Januari s/d 29 Februari Rp. 50 juta
2 Kebutuhan 1 Maret s/d 30 Juni Rp. 100 juta
3 Kebutuhan 1 Juli s/d 30 September Rp. 250 juta
4 Kebutuhan 1 Oktober s/d 31 Desember Rp. 175 juta
Kebutuhan modal satu tahun Rp. 575 juta
Informasi tingkat bunga masing-masing :
Kredit jangka panjang 18 %
Kredit jangka pendek 24%
Tabungan 15%
Dari data tersebut, maka dapat dihiung jangka waktu kritisnya, yaitu
Jangka Waktu Kritis =
= 121 hari
Atau
Jangka Waktu Kritis =
= 4 bulan
Dengan demikian jika keterikatan dana > 4 bulan harus dipenuhi dengan kredit
jangka panjang, namun jika keterikatan dana < 4 bulan maka dapat didanai dengan kredit
jangka pendek. Untuk mengambil keputusan ini dapat dilihat dari skema kebutuhan dana
berikut :
Rp
250 juta
75 juta
175 juta
75 juta
100 juta
50 juta
50 juta
50 juta
2 bl 4 bl 3 bl 3 bl Waktu/bl
Gambar.8.1.Skema Kebutuhan Dana
Dari skema diatas, nampak bahwa :
Tabel.8.3. Pemenuhan Kebutuhan Dana
Jumlah Dana Keterikatan Kesimpulan
Rp. 50 juta 12 bulan Kredit Jangka panjang
Rp. 50 juta 10 bulan Kredit jangka panjang
Rp. 75 juta 6 bulan Kredit jangka panjang
Rp. 75 juta 3 bulan Kredit jangka pendek
Dengan demikian maka jumlah kebutuhan dana yang akan dipenuhi dengan kredit
jangka panjang sebesar Rp. 175 juta, sedangkan yang Rp. 75 juta dipenuhi dengan kredit
jangka pendek, oleh karena keterikatannya kurang dari 4 bulan. Perhitungan diatas dapat pula
dilakukan dengan tabel berikut :
Tabel. 8.4. Penggolongan Kebutuhan Dana(dalam jutaan rupiah)
Kebutuhan Dana
1Jan s/d 29 Feb
1 Mrt s/d 30 Juni
1Juli s/d 30 Sept
1Okt s/d 31 Des
Jumlah
Total
Gol I
50
50
100
50
175
50
250
50
575
200
Kekurangan
Gol II
(0)
-
(50)
50
(125)
50
(200)
50
(375)
150
Kekurangan
Gol III
-
-
0
-
(75)
75
(150)
75
(225)
150
Kekurangan
Gol IV
-
-
-
-
0
-
(75)
75
(75)
75
Kekurangan - - - 0 0
Dari tabel diatas Rp. 50 juta pertama dipakai selama 12 bulan, kemudian memerlukan
lagi Rp. 50 juta kedua yang terikat selama 10 bulan. Kemudian diperlukan lagi tambahan
sebesar Rp. 75 juta pertama yang akan terikat selama 6 bulan, kemudian kekurangan sebesar
Rp. 75 juta kedua yang terikat selama 3 bulan. Karena hanya akan terikat selama 3 bulan
maka kebutuhan modal Gol IV dipenuhi dengan hutang jangka pendek.