pemenuhan kebutuhan dana.docx

13
PEMENUHAN KEBUTUHAN DANA Pada bab-bab sebelumnya telah dibicarakan tentang kebijakan keuangan yang terkait dengan kegiatan-kegiatan pengalokasian dan pengelolaan dana yang dimiliki perusahaan, atau sering juga disebut sebagai kegiatan pembelanjaan aktif. Pada bab-bab selanjutnya akan dibicarakan tentang kebijakan yang terkait dengan kegiatan pemenuhan kebutuhan dana, atau sering disebut dengan pembelanjaan pasif. 1. Sumber-sumber Pendanaan Sebelum membicarakan masing-masing jenis sumber dana, perlu diketahui alternative sumber-sumber pendanaan yang dapat diambil oleh sebuah lembaga/perusahaan, yaitu : a. Pendanaan dari luar perusahaan (External Financing), meliputi pendanaan yang berasal dari pemilik, peserta, pemegang saham (sering disebut dengan Pendanaan Sendiri). Selain itu juga dana yang berasal dari kreditur/pinjaman baik berupa obligasi, pinjaman bank, dan kredit-kredit lain (sering disebut sebagai Pendanaan Asing). b. Pendanaan dari dalam perusahaan (Internal Financing), merupakan kebijakan untuk menggunakan dan yang berasal dari laba yang diperoleh perusahaan baik berupa cadangan laba maupun laba ditahan. Selain itu dapat pula memanfatkan dana penyusutan aktiva tetap yang belum digunakan (sering disebut Pendanaan Intensive).

Upload: zulham-efendi

Post on 09-Aug-2015

1.323 views

Category:

Documents


93 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMENUHAN KEBUTUHAN DANA.docx

    PEMENUHAN KEBUTUHAN DANA

 

Pada bab-bab sebelumnya telah dibicarakan tentang kebijakan keuangan yang terkait

dengan kegiatan-kegiatan pengalokasian dan pengelolaan dana yang dimiliki perusahaan, atau

sering juga disebut sebagai kegiatan pembelanjaan aktif. Pada bab-bab selanjutnya akan

dibicarakan tentang kebijakan yang terkait dengan kegiatan pemenuhan kebutuhan dana, atau

sering disebut dengan pembelanjaan pasif.

1. Sumber-sumber Pendanaan

Sebelum membicarakan masing-masing jenis sumber dana, perlu diketahui

alternative sumber-sumber pendanaan yang dapat diambil oleh sebuah lembaga/perusahaan,

yaitu :

a.       Pendanaan dari luar perusahaan (External Financing), meliputi pendanaan yang berasal

dari pemilik, peserta, pemegang saham (sering disebut dengan Pendanaan Sendiri).

Selain itu juga dana yang berasal dari kreditur/pinjaman baik berupa obligasi, pinjaman

bank, dan kredit-kredit lain (sering disebut sebagai Pendanaan Asing).

b.      Pendanaan dari dalam perusahaan (Internal Financing), merupakan kebijakan untuk

menggunakan dan yang berasal dari laba yang diperoleh perusahaan baik berupa

cadangan laba maupun laba ditahan. Selain itu dapat pula memanfatkan dana penyusutan

aktiva tetap yang belum digunakan (sering disebut Pendanaan Intensive).

2.      Cara Pemenuhan Kebutuhan Dana

Pemenuhan kebutuhan dana pada dasarnya dapat dibedakan antara cara pemenuhan

kebutuhan dana secara individual dan pemenuhan kebutuhan dana secara total. Adapun

pengertian maisng-maisng sebagai berikut :

a.       Pemenuhan dana Partiil/Individuil, yaitu pemenuhan kebutuhan dana secara sendiri-

sendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing aktiva yang akan dibiayai.

Kebijakan ini diambil oleh karena setiap dana yang terikat dalam suatu aktiva memiliki

tingkat perputaran (masa keterikatan) yang berbeda. Sehingga untuk memenuhinya

diambilkan dari sumber-sumber yang berbeda sesuai dengan jumlah kebutuhan dana dan

jangka waktu keterikatannya.

Page 2: PEMENUHAN KEBUTUHAN DANA.docx

b.      Pemenuhan Kebutuhan Dana Sistem Total, yaitu cara pemenuhan kebutuhan dana secara

keseluruhan dengan memandang semua kebutuhan dana sebagai satu kesatuan atau

kelompok.

Pada sistem ini, pemenuhan kebutuhan dana didasarkan atas perputaran dana yang

ditanamkan dalam sekelompok aktiva atau keseluruhan aktiva sebagai satu kesatuan.

Dengan demikian akan nampak ada sebagian dana yang bersifat permanen tertanam

dalam aktiva tersebut, dana ini disebut dengan modal konstan. Sedangkan sebagian lagi

ada yang bersifat variabel, yang jumlahnya berubah-ubah dari waktu ke waktu diatas inti

permanen, dana ini disebut modal variabel).

Pengertian permanen dan variabel, terdapat baik pada aktiva lancar maupun

aktiva tetap. Faktor konstan dalam aktiva lancar adalah modal kerja permanen.

Sedangkan unsur variabel aktiva lancar adalah modal kerja variable (ingat pembicaraan

modal kerja dimuka).

Gejala adanya modal tetap permanent dan variable pada aktiva tetap akan

nampak jika aktiva yang dimiliki perusahaan memiliki umur ekonomis yang berbeda

atau dibeli pada waktu yang tidak bersamaan. Untuk lebih jelasnya, misalnya perusahaan

memiliki 4 jenis aktiva tetap dengan nilai perolehan dan umur ekonomis yang berbeda

sebagai berikut :

Tabel.8.1. Pemenuhan Kebutuhan Dana Kativa Tetap

Tahun Dana dlm aktiva awal th

Depresiasi per tahun Dana yg terikat pd aktiva di akhir tahun

1

 

 

 

 

2

 

 

 

 

A = 50 jt

B = 50 jt

C = 20 jt

D = 10 jt

130 jt

A = 40 jt

B = 40 jt

C = 15 jt

D = 8 jt

103 jt

50 ¸ 5 = 10 jt

50 ¸ 5 = 10 jt

20 ¸ 4 = 5 jt

10 ̧ 5 = 2 jt

27 jt

50 ¸ 5 = 10 jt

50 ¸ 5 = 10 jt

20 ¸ 4 = 5 jt

10 ̧ 5 = 2 jt

27 jt

A = 50 – 10 = 40 jt

B = 50 – 10 = 40 jt

C = 20 - 5 = 15 jt

D = 10 - 2 = 8 jt

103 jt

A = 40 – 10 = 30 jt

B = 40 – 10 = 30 jt

C = 15 - 5 = 10 jt

D = 8 - 2 = 6 jt

76 jt

3 A = 30 jt 50 ¸ 5 = 10 jt A = 30 – 10 = 20 jt

Page 3: PEMENUHAN KEBUTUHAN DANA.docx

B = 30 jt

C = 10 jt

D = 6 jt

76 jt

50 ¸ 5 = 10 jt

20 ¸ 4 = 5 jt

10 ̧ 5 = 2 jt

27 jt

B = 30 – 10 = 20 jt

C = 10 - 5 = 5 jt

D = 6 - 2 = 4 jt

49 jt

4 A = 20 jt

B = 20 jt

C = 5 jt

D = 4 jt

49 jt

50 ¸ 5 = 10 jt

50 ¸ 5 = 10 jt

20 ¸ 4 = 5 jt

10 ̧ 5 = 2 jt

27 jt

A = 20 – 10 = 10 jt

B = 20 – 10 = 10 jt

C = 5 - 5 = 0 jt

D = 4 - 2 = 2 jt

22 jt

5 A = 10 jt

B = 10 jt

C = 20 jt

D = 2 jt

42 jt

50 ¸ 5 = 10 jt

50 ¸ 5 = 10 jt

20 ¸ 4 = 5 jt

10 ̧ 5 = 2 jt

27 jt

A = 10 – 10 = 0 jt

B = 10 – 10 = 0 jt

C = 20 - 5 = 15 jt

D = 2 - 2 = 0 jt

15 jt

6 A = 50 jt

B = 50 jt

C = 15 jt

D = 10 jt

125 jt

50 ¸ 5 = 10 jt

50 ¸ 5 = 10 jt

20 ¸ 4 = 5 jt

10 ̧ 5 = 2 jt

27 jt

A = 50 – 10 = 40 jt

B = 50 – 10 = 40 jt

C = 15 - 5 = 10 jt

D = 10 - 2 = 8 jt

98 jt

7 A = 40 jt

B = 40 jt

C = 10 jt

D = 8 jt

98 jt

50 ¸ 5 = 10 jt

50 ¸ 5 = 10 jt

20 ¸ 4 = 5 jt

10 ̧ 5 = 2 jt

27 jt

A = 40 – 10 = 30 jt

B = 40 – 10 = 30 jt

C = 10 - 5 = 5 jt

D = 8 - 2 = 6 jt

71 jt

Dari tabel diatas nampak bahwa secara totalitas kebutuhan dana minimal untuk

aktiva tetap sebesar Rp. 42 juta (tahun ke 5), sedangkan kebutuhan maximal Rp. 130 juta

( tahun 1).

Jika dilihat secara individual, maka kebutuhan maximal Rp. 130 juta ; sedangkan

kebutuhan dana minimal untuk pengadaan aktiva tetap adalah Rp. 27 juta ( 10 + 10 + 10

+ 5 + 2 = 27 ).

Untuk kebutuhan modal kerja, misalnya suatu perusahaan membuat alokasi

kebutuhan dana untuk aktiva lancarnya sebagai berikut :

Page 4: PEMENUHAN KEBUTUHAN DANA.docx

Tabel.8.2. Kebutuhan Modal Kerja Kwartalan

(dalam jutaan rupiah)

Jenis Aktiva Kw I Kw II KwIII KwIV Minima Maxima

Kas 10 9 8 9 8 10

Efek 110 110 120 100 100 120

Pihutang 120 115 140 140 115 140

Persediaan 200 200 230 240 200 240

Total 440 434 498 489 423 510

 

Dari tabel diatas terlihat ,secara totalitas kebutuhan minimum terjadi pada

Kwartal ke II sebesar Rp. 434 juta. Sedangkan secara individual jumlah minimum hanya

Rp. 423 juta. Demikian pula dari jumlah kebutuhan maximal, secara total Rp. 498 juta

yang terjadi pada Kwartal ke II ,sedangkan secara individual jumlahnya sebesar Rp. 510

juta.

Dengan membandingkan antara perhitungan secara individual dan secara totalitas

maka terlihatlah apa yang disebut dengan Gejala Diversitas (Bambang Riyanto ,1990 ),

yaitu suatu keadaan dimana :

1.      Titik maxima dari keseluruhan dana akan terletak lebih rendah daripada jumlah

maxima unsur-unsurnya. Dari contoh diatas, maximal keseluruhan Rp. 498 <

Rp.510 nilai minimal individual.

2.      Titik minima dari keseluruhan dana terletak lebih tinggi daripada jumlah

minimum unsur-unsurnya. Dari contoh diatas, minimal keseluruhan Rp. 434 >

Rp. 423 yang merupakan minimal individual.

Pada aktiva tetap, gejala Diversitas akan nampak apabila pembelian aktiva

dilakukan berturt-turut waktunya. Sedangkan bila pemebeliannya bersamaan dan sama

pula unsur-unsurnya, maka gajala diversitas tidak akan nampak.

3. Pemenuhan Kebutuhan Dana dengan Mempertimbangkan Likuiditas

Page 5: PEMENUHAN KEBUTUHAN DANA.docx

Dalam hal ini bila pemenuhan dana ditinjau secara Individuil/Partiil, maka pedoman

pendanaannya sebagai berikut :

a.       Untuk aktiva lancar hendaknya dibiayai dengan kredit jangka pendek yang periodenya

tidak lebih pendek dari periode keterikatannya pada aktiva yang dimaksud.

b.      Untuk aktiva tetap tidak berputar (tanah), prinsipnya dibiayai dengan modal sendiri.

c.       Untuk aktiva tetap berputar (disusut), dapat dibiayai dengan kredit jangka panjang atau

modal sendiri. Jika digunakan kredit jangka panjang maka jangka waktu kredit tidak

lebih pendek dari periode keterikatannya dalam aktiva dimaksud.

Jika menggunakan system Total, maka kebutuhan dana hanya dibedakan menjadi

modal konstan dan modal variable. Adapun pedoman pemenuhannya sebagai berikut :

a.       Kebutuhan Modal Konstan/Permanen pada prinsipnya harus dibiayai dengan modal

sendiri atau kredit jangka panjang.

b.      Kebutuhan Modal Variabel yang jumlahnya berubah-ubah dibiayai dengan kredit jangka

pendek yang jangka waktu kreditnya tidak lebih pendek dari masa keterikatan dana

tersebut pada modal yang dimaksud.

Dengan melihat dua pedoman diatas maka dalam memenuhi kebutuhan dana permanen

dan variabel, terutama kebutuhan modal kerja, harus diupayakan keseimbangan antara tujuan

Likuiditas dan tujuan Rentabilitas. Jika dilihat dari sudut likuiditas, maka kredit jangka

panjang lebih baik karena memberi kesempatan untuk memperoleh aliran kas masuk. Namun

dari sudut rentabilitas maka pembiayaan kredit jangka panjang akan memperbesar biaya

modal, karena pada periode tertentu dana yang dipinjam tersebut menganggur.

Dengan demikian perlu dipertimbangkan keseimbangan antara tujuan likuiditas dan

tujuan rentabilitas. Penentuan kombinasi yang optimal inilah memunculkan masalah Modal

Optimum (Bambang Riyanto, 1990), yaitu :

a.       Menurut Aigner dan Sprenkle, Optimum Modal adalah pemenuhan kebutuhan dana

dengan mempertimbangkan mana yang lebih menguntungkan antara pemenuhan kredit

jangka pendek ataukah kredit jangka panjang. Atau suatu kombinasi berapa dana yang

dipenuhi dengan kredit jangka panjang dengan dasar kombinasi biaya yang paling kecil

(The optimal mix is the least cost mix)

Page 6: PEMENUHAN KEBUTUHAN DANA.docx

b.      Menurut Polak, masalah optimum modal adalah bagian dari kebutuhan sementara modal

yang apabila dipenuhi dengan kredit jangka panjang lebih murah daripada dipenuhi

dengan kredit jangka pendek, dengan membungakan/menginvestasikan kelebihan modal

yang sementara tidak digunakan.

Masalah optimum modal akan timbul jika tingkat bunga kredit jangka pendek dan

kredit jangka panjang tidak sama. Untuk itu dalam menghitung Optimum Modal menurut

JL.Meij (Indriyo Gitosudarmo dan Basri, 2000) perlu perhitungan Jangka Waktu Kritis,

yaitu jangka waktu yang memberikan beban biaya yang sama antara pendanaan dengan

kredit jangka panjang dan kredit jangka pendek.

Jangka Waktu Kritis = Atau

Jangka Waktu Kritis =

 

Dimana :

P1 = tingkat bunga kredit jangka panjang dalam prosen

Pc = tingkat bunga simpanan di bank dalam prosen

Pk = tingkat bunga kredit jangka pendek dalam prosen

Dengan syarat Pk > P1 > Pc

Pedoman yang dipakai, jika kredit yang dibutuhkan lebih lama dari jangka waktu

kritis maka lebih menguntungkan jika menggunakan kredit jangka panjang. Sebaliknya jika

masa keterikatan dana lebih pendek dari pada jangka waktu kritis maka lebih menguntungkan

menggunakan kredit jangka pendek.

Untuk memperjelas, misalnya suatu perusahaan memiliki kebutuhan modal selama

satu tahun sebagai berikut :

1 Kebutuhan periode 1Januari s/d 29 Februari Rp. 50 juta

2 Kebutuhan 1 Maret s/d 30 Juni Rp. 100 juta

3 Kebutuhan 1 Juli s/d 30 September Rp. 250 juta

4 Kebutuhan 1 Oktober s/d 31 Desember Rp. 175 juta

  Kebutuhan modal satu tahun Rp. 575 juta

  Informasi tingkat bunga masing-masing :  

  Kredit jangka panjang 18 %

Page 7: PEMENUHAN KEBUTUHAN DANA.docx

  Kredit jangka pendek 24%

  Tabungan 15%

 

Dari data tersebut, maka dapat dihiung jangka waktu kritisnya, yaitu

Jangka Waktu Kritis =

= 121 hari

Atau

Jangka Waktu Kritis =

= 4 bulan

Dengan demikian jika keterikatan dana > 4 bulan harus dipenuhi dengan kredit

jangka panjang, namun jika keterikatan dana < 4 bulan maka dapat didanai dengan kredit

jangka pendek. Untuk mengambil keputusan ini dapat dilihat dari skema kebutuhan dana

berikut :

Rp

250 juta

75 juta

175 juta

75 juta

100 juta

50 juta

50 juta

50 juta

2 bl 4 bl 3 bl 3 bl Waktu/bl

Gambar.8.1.Skema Kebutuhan Dana

Dari skema diatas, nampak bahwa :

Tabel.8.3. Pemenuhan Kebutuhan Dana

Page 8: PEMENUHAN KEBUTUHAN DANA.docx

Jumlah Dana Keterikatan Kesimpulan

Rp. 50 juta 12 bulan Kredit Jangka panjang

Rp. 50 juta 10 bulan Kredit jangka panjang

Rp. 75 juta 6 bulan Kredit jangka panjang

Rp. 75 juta 3 bulan Kredit jangka pendek

 

Dengan demikian maka jumlah kebutuhan dana yang akan dipenuhi dengan kredit

jangka panjang sebesar Rp. 175 juta, sedangkan yang Rp. 75 juta dipenuhi dengan kredit

jangka pendek, oleh karena keterikatannya kurang dari 4 bulan. Perhitungan diatas dapat pula

dilakukan dengan tabel berikut :

 

Tabel. 8.4. Penggolongan Kebutuhan Dana(dalam jutaan rupiah)

Kebutuhan Dana

1Jan s/d 29 Feb

1 Mrt s/d 30 Juni

1Juli s/d 30 Sept

1Okt s/d 31 Des

Jumlah

Total

Gol I

50

50

100

50

175

50

250

50

575

200

Kekurangan

Gol II

(0)

-

(50)

50

(125)

50

(200)

50

(375)

150

Kekurangan

Gol III

-

-

0

-

(75)

75

(150)

75

(225)

150

Kekurangan

Gol IV

-

-

-

-

0

-

(75)

75

(75)

75

Kekurangan - - - 0 0

 

Dari tabel diatas Rp. 50 juta pertama dipakai selama 12 bulan, kemudian memerlukan

lagi Rp. 50 juta kedua yang terikat selama 10 bulan. Kemudian diperlukan lagi tambahan

sebesar Rp. 75 juta pertama yang akan terikat selama 6 bulan, kemudian kekurangan sebesar

Rp. 75 juta kedua yang terikat selama 3 bulan. Karena hanya akan terikat selama 3 bulan

maka kebutuhan modal Gol IV dipenuhi dengan hutang jangka pendek.

 

Page 9: PEMENUHAN KEBUTUHAN DANA.docx