asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar …

112
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOSOSIAL DAN KESEHATAN MENTAL PADA AN. R DENGAN MASALAH RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER JAKARTA TIMUR TANGGAL 08 10 MEI 2018 Disusun Oleh : VIKIH OCTAVIANA PUTRI 2015750041 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN 2018

Upload: others

Post on 24-Feb-2022

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR

PSIKOSOSIAL DAN KESEHATAN MENTAL PADA AN. R

DENGAN MASALAH RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DI RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER JAKARTA TIMUR

TANGGAL 08 – 10 MEI 2018

Disusun Oleh :

VIKIH OCTAVIANA PUTRI

2015750041

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2018

i

ii

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahi robbil alamin puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah

SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ PEMENUHAN

KEBUTUHAN DASAR PSIKOSOSIAL DAN KESEHATAN MENTAL

PADA “AN. R” DENGAN MASALAH RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DI RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER JAKARTA TIMUR

TANGGAL 08 MEI – 10 MEI 2018”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai

persyaratan untuk memenuhi tugas akhir Program Studi D III Keperawatan

Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapat bimbingan

dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

terhormat :

1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, S.KM, M.Kep. Selaku Dekan Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

2. Ibu Ns. Titin Sutini, M.Kep.,Sp.Kep.An. Selaku Ka. Prodi Akademi DIII

Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Jakarta.

3. Ibu Ns. Fitrian Rayasari, M.Kep.,Sp.KMB. Selaku ketua bidang

pendidikan Akademi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta.

4. Ibu Ns. Nuraenah, S.pd, M.Kep. Selaku penguji I dan Dosen Pembimbing

dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang telah memberikan saran dan

masukan yang sangat baik kepada penulis dalam menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini.

5. Ibu Ns. Isnaini, S.Kep., M.KM Selaku penguji II yang telah membantu

memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam karya tulis ilmiah

ini.

iv

6. Ibu Ns. Nuraenah, S.pd, M.Kep. Selaku wali akademik angkatan XXXIII

dan koordinator mata ajar, Dosen dan Staff Pendidikan Progrm Studi DIII

Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Jakarta.

7. Kedua orang tua serta adik-adikku dan keluargaku yang selalu

memberikan dukungan yang sangat baik secara moral maupun material,

kasih sayang serta doa restu yang tak terhingga sehingga terselesaikannya

karya tulis ilmiah ini.

8. Kepada Mahasiswa dan Mahasiswi Angkatan XXXIII, yang telah

memberikan dukungan dan dorongan kepada penulis, sehingga

terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.

Selain itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

menyempurnakan karya tulis ilmiah ini, karena penulis menyadari akan

kemampuan yang penulis miliki masih sangat terbatas.

Dan akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi

semua pihak, baik untuk pihak institusi maupun perkembangan ilmu keperawatan

dan kesehatan. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 21 Mei 2018

Vikih Octaviana Putri

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ..........................................................................................iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Tujuan ........................................................................................................ 6

C. Ruang Lingkup .......................................................................................... 7

D. Metode Penulisan ...................................................................................... 7

E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 8

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kebutuhan Manusia ........................................................... 9

B. Konsep Dasar Resiko Perilaku Kekerasan ................................................10

C. Rentang Respon Marah .............................................................................11

D. Asuhan Keperawatan

1. Faktor Predisposisi ..............................................................................12

2. Faktor Presipitasi ................................................................................ 15

3. Tanda Dan Gejala ................................................................................16

4. Mekanisme Koping .............................................................................17

5. Pohon Masalah ....................................................................................19

6. Diagnosa keperawatan ........................................................................19

7. Rencana Keperawatan .........................................................................20

8. Pelaksanaan .........................................................................................34

9. Evaluasi ...............................................................................................38

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan

1. Data Dasar ( Terlampir ) .....................................................................40

2. Resume Keperawatan ..........................................................................40

3. Analisa Data ........................................................................................45

B. Diagnosa Keperawatan

1. Pohon Masalah ....................................................................................48

2. Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 48

C. Perencanaan Keperawatan ........................................................................49

D. Pelaksanaan Keperawatan .........................................................................55

E. Evaluasi .....................................................................................................61

vi

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan ...........................................................................66

B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 70

C. Perencanaan Keperawatan ........................................................................71

D. Pelaksanaan Keperawatan .........................................................................71

E. Evaluasi Keperawatan ...............................................................................74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengkajian ...........................................................................................76

2. Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 77

3. Perencanaan ........................................................................................ 77

4. Pelaksanaan .........................................................................................77

5. Evaluasi ...............................................................................................78

B. Saran

1. Perawat Ruangan ................................................................................ 79

2. Pasien ..................................................................................................79

3. Keluarga ..............................................................................................79

4. Institusi Pendidikan .............................................................................80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah kondisi seseorang yang terus tumbuh berkembang

dan mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, serta terbebas

dari stress yang serius (Rosdahi dalam buku Ade Herman, 2011). Menurut

UUD Kesehatan Jiwa No.3 Kesehatan Jiwa adalah kondisi yang

memungkinkan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.

Menurut World Health Organization (WHO), 2008 menjelaskan bahwa

kriteria orang yang sehat jiwanya ada1ah orang yang dapat melakukan hal

berikut, yaitu : Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan,

meskipun kenyataan itu buruk, merasa bebas secara relatif dari

ketegangan dan kecemasan, memperoleh kepuasan dari usahanya atau

perjuangan hidupnya, merasa lebih puas untuk memberi dari pada

menerima, berhubungan dengan orang lain secara tolong – menolong dan

saling memuaskan, mempunyai daya kasih sayang yang besar, menerima

kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran dikemudian hari, dan

mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan

konstruktif. Maka dari semua pengertian kesehatan jiwa tersebut dapat

disimpulkan kesehatan jiwa merupakan kondisi yang normal dari akal dan

pikirannya, sehat jasmani dan rohaninya serta tumbuh berkembang sesuai

dengan orang lainnya, jadi jika tidak sesuai dengan kriteria tersebut

kemungkinan adanya gangguan jiwa.

Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang

menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan

penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran

sosial. Ciri-ciri gangguan jiwa yaitu : sedih berkepanjangan, tidak

semangat dan cenderung malas, marah tanpa sebab, mengurung diri, tidak

mengenali orang, bicara kacau, bicara sendiri, tidak mampu merawat diri

(dalam buku Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas, 2011). Gangguan

2

jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku seseorang yang

secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau

hendaya (impairment) didalam satu atau lebih fungsi yang penting dari

manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, dan gangguan itu

tidak hanya terletak didalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan

masyarakat (Maslim, 2002; Maramis, 2010). Total keseluruhan gangguan

kesehatan jiwa di Indonesia menurut hasil study Bahar, & dkk adalah

18,5% (Achir Yani, 2008). Hal ini berarti 1.000 duduk terdiri terdapat 185

penduduk dengan kesehatan gangguan jiwa atau tiap rumah tangga

terdapat seorang anggota keluarga yang menderita gangguan kesehatan

jiwa. Jika hasil studi ini dapat dijadikan dasar, tidak dapat di pungkiri

bahwa telah terjadi peningkatan angka gangguan kesehatan jiwa atau

gangguan emosional yang semula berkisar antara 20-60 per 1.000

penduduk, seperti yang tercantum pada Sistem Kesehatan Nasional.

Gangguan jiwa bila tidak ditangani dengan baik akan menjadi gangguan

jiwa berat. Gangguan jiwa berat adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh

terganggunya kemampuan menilai realitas atau (insight) yang buruk

(Videbeck, Sheila 2008)

Klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun

2013 dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) gangguan jiwa berat/kelompok

psikosa dan (2) gangguan ringan meliputi semua gangguan mental

emosional yang berupa kecemasan, panik, gangguan alam perasaan, dan

sebagainya. Untuk skizofrenia masuk dalam kelompok gangguan jiwa

berat. Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per

mil. Status Kesehatan Jiwa (Gangguan Mental Emosional) dengan

kategori gangguan „Ringan‟, „Sedang‟, maupun „Berat‟ terjadi penurunan

presentase pada tahun 2013 dibanding tahun 2007, yaitu 8,2% menjadi

4,2% untuk gangguan Ringan, 2,1% menjadi 1,1% untuk gangguan

Sedang, dan 1,3% menjadi 0,5% untuk gangguan Berat. Gangguan jiwa

berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa

Tengah. Proporsi RT yang pernah memasung ART gangguan jiwa berat

14,3 % dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di perdesaan ( 18,2%),

3

serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan

terbawah ( 19,5). Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk

Indonesia 6,0 persen. Provinsi dengan prevalensi gangguan mental

emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa

Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur.

Hasil data yang didapatkan dari Puskesmas Kemayoran Jakarta Utara pada

tahun 2017 dengan masalah gangguan kesehatan mental yaitu berjumlah

6.119 jiwa.

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil rekapitulasi data diagnosa

serta jumlah pasien yang masuk ke rawat inap Rumah Sakit Jiwa Islam

Klender Jakarta Timur dari tahun 2016 – 2018 sebagai berikut :

No Masalah Keperawatan Tahun

2016

Tahun

2017

Tahun 2018

(Januari-April)

1 GPS : Halusinasi 546 Jiwa 693 Jiwa 54 Jiwa

2 Perilaku Kekerasan 170 Jiwa 43 Jiwa 4 Jiwa

3 Menarik Diri : Isolasi

Sosial

18 Jiwa 24 Jiwa 3 Jiwa

4 Harga Diri Rendah 8 Jiwa 2 Jiwa 2 Jiwa

Tabel 1.1

Hasil kesimpulan berdasarkan tabel 1.1 didapatkan data statistik Rumah

Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur bahwa masalah perilaku

kekerasan pada tahun 2016 sampai 2018 berada pada urutan ke 2 setelah

gangguan persepsi sensori : halusinasi. Bila hal ini tidak diatasi dengan

baik maka dapat menyebabkan menciderai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan.

Gejala yang menyertai gangguan ini antara lain berupa halusinasi, ilusi,

waham, gangguan proses fikir, kemampuan berfikir, serta perilaku aneh.

Gangguan jiwa berat dikenal dengan sebutan psikosis dan salah satu

contoh psikosis adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang

mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulkan fikiran, persepsi, emosi,

dan gerakan. Gejala skizofrenia dibagi dalam dua kategori utama : gejala

4

positif mencangkup waham, halusinasi, dan disorganisasi pikiran.

Sedangkan gejala negative yaitu seperti afek datar, tidak memiliki

kemauan dan menarik diri dari masyarakat atau rasa tidak nyaman

(Videbeck, Sheila 2008). Salah satu dari masalah dari gangguan

skizofrenia tersebut adalah perilaku kekerasan.

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri

maupun orang lain, disertai dengan amuk, gaduh gelisah yang tidak

terkontrol (Kusumawati dan hartono,2010). Perilaku kekerasan adalah

tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain.

Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak

lingkungan, melempar kaca, genting dan semua yang ada dilingkungan.

Pasien yang dibawa kerumah sakit jiwa sebagian besar akibat melakukan

pengkajian untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan

selama dirumah. (dalam buku AH. Yusuf, 2015). Perilaku kekerasan

merupakan bagian dari rentang respon marah yang paling maladaptif, yaitu

amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons

terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan

sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen, dalam buku Ah. Yusuf, 2015).

Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang

ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai

hilangnya kontrol, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain,

atau lingkungan (Keliat, dalam buku Ah. Yusuf, 2015).

Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada Bab IX

tentang kesehatan jiwa menyebutkan Pasal 144 ayat 2, “Upaya kesehatan

jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas preventif, promotif,

kuratif, rehabilitatif pasien gangguan jiwa, dan masalah psikososial”.

Dengan banyaknya tanda dan gejala perilaku kekerasan serta dampak dari

perilaku kekerasan tersebut seperti banyak yang menciderai orang lain,

sampai membunuh nyawa orang lain, sehingga pentingnya peran perawat

5

dalam proses penyembuhan dengan proses keperawatan melalui preventif

tentang bagaimana cara mencegah terjadinya gangguan jiwa, dengan cara

promotif kesehatan jiwa yaitu memberikan penyuluhan kepada

masyarakat, sedangkan cara kuratif pada pasien perawat berperan

memberikan asuhan keperawatan dengan gangguan resiko perilaku

kekerasan secara mandiri serta memberikan obat-obatan sebagai tindakan

kolaborasi dengan dokter dan dengan proses rehabilitatif meliputi

dukungan keluarga serta lingkungan pada pasien dengan gangguan jiwa

agar pasien dapat terhindar dari perilaku menciderai orang lain dan dapat

kembali berinteraksi secara baik dengan orang lain. Oleh karena itu

penulis sangat tertarik untuk menyusun sebuah Karya Tulis Ilmiah dengan

judul “Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan

Mental Pada ( An. R ) Dengan Masalah Gangguan Resiko Perilaku

Kekerasan Di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur ”.

6

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini agar mahasiswa memperoleh

pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien dengan pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan

mental dengan masalah Resiko Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit

Jiwa Islam Klender Jakarta Timur Tahun 2018

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dengan pemenuhan

kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental pada An. R

dengan masalah Resiko Perilaku Kekerasan.

b. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa keperawatan dengan

pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental

pada An. R dengan masalah Resiko Perilaku Kekerasan.

c. Mahasiswa mampu membuat perencanaan keperawatan dengan

pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental

pada An. R dengan masalah Resiko Perilaku Kekerasan.

d. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan

dengan pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan

mental pada An. R dengan masalah Resiko Perilaku Kekerasan.

e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan dengan

pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental

pada An. R dengan masalah Resiko Perilaku Kekerasan.

f. Mahasiswa mampu mengidentifikasi faktor pendukung,

penghambat dan pencari solusinya dalam pemecahan masalah

pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental

pada An. R dengan masalah Resiko Perilaku Kekerasan.

g. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori

dengan kasus lapangan dengan pemenuhan kebutuhan dasar

psikososial dan kesehatan mental pada An. R dengan masalah

Resiko Perilaku Kekerasan.

7

h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan

pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental

pada An. R dengan masalah Resiko Perilaku Kekerasan

C. Ruang Lingkup

Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis hanya membatasi pada

Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental Pada An.

R Dengan Masalah Gangguan Resiko Perilaku Kekerasan Di Rumah Sakit

Jiwa Islam Klender Jakarta Timur yang di laksanakan selama 3 hari

perawatan mulai hari selasa sampai dengan Hari Kamis dari Tanggal 8

Mei 2018 sampai 10 Mei 2018.

D. Metode Penulisan

Karya tulis ini disusun berupa laporan kasus yang menggunakan metode

deksriptif dan kepustakaan, dimana penulis menggambarkan Pemenuhan

Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental Pada ( An. R )

Dengan Masalah Gangguan Resiko Perilaku Kekerasan Di Rumah Sakit

Jiwa Islam Klender Jakarta Timur dalam bentuk narasi. Sedangkan teknik

pengumpulan data yang penulis gunakan adalah teknik wawancara,

observasi, studi kepustakaan, studi dokumentasi. Dimana penulis terlibat

lansung selama 3 hari dalam memberikan asuhan keperawatan. Penulis

melakukan wawancara dengan pasien, perawat ruang dan tim kesehatan.

Penulis mengobservasi dengan cara mengamati segala aktivitas pasien

secara langsung untuk mengetahui perubahan tingkah laku dan perubahan

fisik. Penulis melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari buku

sumber yang berhubungan dengan konsep resiko perilaku kekerasan serta

hal-hal yang menyangkut resiko perilaku kekerasan dan keperawatannya.

Penulis melakukan studi dokumentasi untuk mengumpulkan data-data dari

status pasien yang ada diruangan, mempelajari dan mencatat kejadian yang

ada hubungannya dengan kasus yang tercatat dan catatan medik.

8

E. Sistematika Penulisan

Karya tulis ilmiah ini ditulis dalam lima bab yang ditulis secara

sistematika dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab.

BAB I : Pendahuluan

Berisi latar belakang, tujuan penulisan, proses

pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis

Berisikan pengertian, etiologi, proses terjadinya masalah,

rentang respon, mekanisme koping, dan asuhan

keperawatan.

BAB III : Tinjauan Khusus

Terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi,

implementasi, dan evaluasi.

BAB IV : Pembahasan

Berisi tentang perbandingan antara konsep dan kasus.

BAB V : Penutup

Berisi kesimpulan dan saran.

9

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Kebutuhan Dasar Manusia

Setiap makhluk hidup pasti mempunyai kebutuhan, tidak terkecuali

manusia. Kebutuhan dasar tersebut dapat bersifat manusiawi dan menjadi

syarat untuk keberlangsungan hidup manusia. Kegagalan pemenuhan

kebutuhan dasar dapat menimbulkan kondisi yang tidak seimbang,

sehingga diperlukan bantuan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar

tersebut. Jenis – jenis kebutuhan dasar manusia yang menjadi lingkup

pelayanan keperawatan bersifat holistik yang mencakup kebutuhan

biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Menurut Maslow ada lima

hierarki kebutuhan dasar manusia, yaitu 1) kebutuhan fisiologis yaitu

kebutuhan yang mutlak harus terpenuhi untuk memelihara kelangsungan

kehidupan bagi tiap manusia misalnya sesorang yang tidak mampu

memenuhi kebutuhan oksigen akan menghambat pemenuhan kebutuhan

dasar lainnya. 2) kebutuhan keselamatan dan keamanan yaitu kebutuhan

untuk melindungi diri dari berbagai bahaya yang mengancam baik

terhadap fisik maupun psikologis. Ancaman fisik dapat berupa ancaman

mekanik, kimia, dan bakteri dan ancaman psikologis berhubungan dengan

sesuatu yang mengancam tubuh sesorang dan kehidupannya seperti

penyakit, nyeri, cemas, dan sebagainya. Dalam konteks hubungan

interpersonal, keselamatan dan keamanan seseorang tergantung pada

banyaknyanya faktor seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan

untuk mengontrol dan mengatasi masalah, kemampuan untuk mengerti,

kemampuan untuk konsisten untuk menjaga tingkah laku, serta mengenal

orang-orang sekitarnya dan lingkungannya. 3) kebutuhan mencintai dan

dicintai adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan emosi seseorang.

Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan dimana seseorang berkeinginan

untuk menjalin hubungan yang bermakna secara efektif atau hubungan

emosional dengan orang lain. Karena kebutuhan mencintai dan dicintai

sangat besar pengaruhnya terhadap kepribadian seseorang, misalnya cinta

10

dan kasih sayang terhadap anaknya sangat dibutuhkan sekali untuk proses

tumbuh kembang si anak. 4) kebutuhan harga diri adalah penilaian

individu tentang nilai kepribadian yang diperoleh dengan menganalisis

baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri akan

meningkat pada tingkat kemandirian yang besar. 5) kebutuhan aktualisasi

diri adalah tingkatan kebutuhan yang paling tinggi menurut Mashlow dan

Kalish. Aktualisasi diri juga merupakan kemampuan seseorang untuk

mengatur diri sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik dari

dalam diri maupun dari luar diri. Ciri kebutuhan dasar manusia yaitu pada

dasanya memiliki kebutuhan yang sama. Akan tetapi karena terdapat

perbedaan budaya, maka kebutuhan pun ikut berbeda. Lalu jika gagal

memenuhi kebutuhannya, manusia akan berfikir lebih keras dan bergerak

untuk berusaha mendapatkannya. Didalam pemenuhan kebutuhan manusia

pastinya ada faktor yang mempengaruhinya yaitu, penyakit, hubungan

keluarga, konsep diri, tahap perkembangan.

B. Konsep Dasar Resiko Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri

maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak

terkontrol (Kusumawati dan hartono, 2010).

Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stessor yang dihadapi

oleh seseorang, yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan

kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara

verbal maupun non verbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik

maupun psikologis (Berkowits dalam H. Iyus Yosep 2014).

Agresi adalah sikap atau perilaku kasar atau kata-kata yang

menggambarkan perilaku amuk, permusuhan, dan potensial untuk merusak

secara fisik atau dengan kata-kata (Varcollis, 2006).

11

C. Rentang Respon

(Dalam buku H. Iyus Yosep, 2014) Perilaku kekerasan merupakan suatu

rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanifestasikan dalam

bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan

proses penyampaiannya pesan dari individu. Orang yang mengalami

kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia “tidak setuju,

tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak diturut dan

diremehkan”. Rentang respons kemarahan individu dimulai dari respons

normal (asertif) sampai pada respons sangat tidak normal (maladaptif).

Respons Adaptif Respons Maladaptif

Asertif Frustas i Pasif Agresif Kekerasan

1. Asertif

Klien mampu mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain

dan memberikan kelegaan

2. Frustasi

Klien gagal mencapai tujuan kepuasan / saat marah dan tidak dapat

menemukan alternatif

3. Pasif

Klien merasa tidak dapat mengungkapkan perasaannya, tidak berdaya

dan menyerah

4. Agresif

Klien mengekspresikan secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong

orang lain dengan ancaman.

5. Kekerasan

Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang kontrol, disertai

amuk, merusak lingkungan.

12

D. Pengkajian Keperawatan ( Menurut Buku Ajar Keperawatan Jiwa,

2014. H. Iyus Yosep )

1. Faktor Presdiposisi

a. Teori Biologik

1) Neurologic faktor, beragam komponen dari sistem syaraf

seperti synap, neurotransmitter, dendrit, axon terminalis

mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat rangsangan

dan pesan-pesan yang akan mempengaruhi sifat agresif. Sistem

limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku

bermusuhan dan respons agresif.

2) Genetic factor, adanya faktor gen yang diturunkan melalui

orang tua, menjadi potensi perilaku agresif. Menurut riset

Kozuo Murakami (2007) dalam gen manusia terdapat dormant

(potensi) agresif yang sedang tidur dan akan bangun jika

terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut penelitian genetik

tipe karyo type XYY, pada umumnya dimilki oleh penghuni

pelaku tindak kriminal serta orang-orang yang tersangkut

hukum akibat perilaku agresif.

3) Cvcardian Rhytm (irama sirkardian tubuh), memegang peranan

pada individu. Menurut penelitian pada jam-jam sibuk seperti

menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan

sekitar jam 9 dan jam 13 tertentu orang lebih mudah

terstimulus untuk bersikap agresif.

4) Biochemistry Factor (Faktor biokimia tubuh) seperti

neurotransmitter di otak (epinephrin, norephinephrin, dopamin,

asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam penyampaian

informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya

stimulus dari luar tubuh yang dianggap mengancam atau

membahayakan akan dihantar melalui impuls neurotransmitter

ke otak dan meresponsnya melalui serabut efferent.

Peningkatan hormon androgen dan norephinephrin serta

penurunan serotonin dan GABA pada cairan cerebrospinal

13

vertebra dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya perilaku

agresif.

5) Brain Area disorder, gangguan pada sistem limbik temporal,

sindrom otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit

ensepalitis, epilepsi ditemukan sangat berpengaruh terhadap

perilaku agresif dan tindak agresif.

b. Teori Psikologik

1) Teori Psikoanalisa

Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat

tumbuh kembang seseorang (life span hystori). Teori ini

menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan fase oral antara usia

0-2 tahun dimana anak tidak mendapatkan kasih sayang dan

pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cenderung

mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa

sebagai kompensasi adanya ketidakpercyaan pada

lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman

dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat

konsep diri yang rendah. Perilaku agresif dan tindak kekerasan

merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa

ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak

kekerasan.

2) Imitation, modeling, and information processing theory

Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam

lingkungan yang menolelir kekerasan. Adanya contoh, model

dan perilaku yang ditiru dari media atau lingkungan sekitar

memungkinkan individu meniru perilaku tersebut perilaku

tersebut. Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan

untuk menonton tayangan pemukulan pada boneka dengan

reward positif (makin keras pukulannya akan diberi coklat),

anak lain menonton tayangan cara mengasihi dan mencium

boneka tersebut dengan reward positif pula (makin baik

belaiannya mendapat hadiah coklat). Setelah anak-anak keluar

14

dan diberi boneka ternyata masing-masing anak berperilaku

sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya.

3) Learning Theory

Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap

lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respons ayah

saat menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respons

ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa dengan agresivitas

lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi dan

menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk

diperhitungkan.

c. Teori Sosiokultural

Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah, rebutan uang receh,

sesaji atau kotoran kerbau keraton, serta ritual-ritual yang

cenderung mengarah pada kemusyrikan secara tidak langsung turut

memupuk sikap agresif dan ingin menang sendiri. Kontrol

masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku

kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat

merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan. Hal

ini dipicu juga dengan maraknya demonstrasi, film-film kekerasan,

mistik, tahayul dan perdukunan (santet teluh) dalam tayangan

televisi.

Faktor sosial yang dapat menyebabkan timbulnya agresivitas atau

perilaku kekerasan yang maladaptif antara lain sebagai berikut :

1) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup.

2) Status dalam perkawinan.

3) Hasil dari orang tua tunggal (single parent).

4) Pengangguran.

5) Ketidakmampuan mempertahankan hubungan interpersonal

dalam struktur keluarga dalam sosial kultural.

d. Aspek Religiusitas

Dalam tinjauan religiusitas, kemarahan dan agresivitas merupakan

dorongan dan bisikan setan yang sangat menyukai kerusakan agar

15

manusia menyesal (devil support). Semua bentuk kekerasan adalah

bisikan setan melalui pembuluh darah ke jantung, otak dan organ

vital manusia lain yang dituruti manusia sebagai bentuk

kompensasi bahwa kebutuhan dirinya terancam dan harus segera

dipenuhi tetapi tanpa melibatkan akal (ego) dan norma agama

(super ego).

2. Faktor Presipitasi

Menurut Buku Ajar keperawatan Jiwa, 2014. H. Iyus Yosep, S.Kep

yaitu faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan

seringkali berkaitan dengan :

a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol

solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng

sekolah, perkelahian massal, dan sebagainya.

b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi

sosial ekonomi.

c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta

tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung

melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan

ketidakmampuan menempatkan dirinya sebagai seorang yang

dewasa.

e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat

dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat

menghadapi rasa frustasi.

f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,

perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap

perkembangan keluarga.

Menurut Shives dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan

perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain :

a. Kesulitan kondisi sosial ekonomi

b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu

16

c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan

ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang

dewasa.

d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti

penyalahgunaan obat dan alkohol serta tidak mampu mengontrol

emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.

e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,

perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap

perkembangan keluarga.

3. Tanda Dan Gejala

Pada pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental

pada masalah Resiko Perilaku Kekerasan perawat dapat

mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku

kekerasan ( Menurut buku Iyus Yosep, 2014), yaitu :

a. Fisik

1) Muka merah dan tegang

2) Mata melotot/pandangan tajam

3) Tangan mengepal

4) Rahang mengatup

5) Wajah memerah dan tegang

6) Postur tubuh kaku

7) Pandangan tajam

8) Mengatupkan rahang dengan kuat

9) Mengepalkan tangan

10) Jalan mondar-mandir

b. Verbal

1) Bicara kasar

2) Suara tinggi, membentak atau berteriak

3) Mengancam secara verbal atau fisik

4) Mengumpat dengan kata-kata kotor

5) Suara keras

17

6) Ketus

c. Perilaku

1) Melempar atau memukul benda/orang lain

2) Menyerang orang lain

3) Melukai diri sendiri/orang lain

4) Merusak lingkungan

5) Amuk/agresif

d. Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam

dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin

berkelahi, menyalahkan dan menuntut.

e. Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat

orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli,

mencuri dan penyimpangan seksual.

4. Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada

penatalaksaan sterss, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung

dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri

(Stuart dan Sundeen dalam buku Abdul Muhith, 2015). Beberapa

mekanisme koping yang digunakan pada pasien dengan Resiko

Perilaku Kekerasan untuk melindungi diri menurut Maramis, dalam

buku Abdul Muhith, 2015 antara lain :

a. Displacement

Melepaskan perasaan yang tertekan, melampiaskan pada obyek

yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang

membangkitkan emosi itu.

Misalnya timmy berusia 4 tahun yang marah karena ia baru saja

mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar didinding

kamarnya, mulai dengan bermain perang-perangan dengan

temannya.

18

b. Sublimasi

Menerima suatu sasaran pengganti artinya saat mengalami suatu

dorongan, penyalurannya kearah lain.

Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan

kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue,

meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk

mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

c. Proyeksi

Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya

yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang

menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan

sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut merayu

dan mencumbunya.

d. Represif

Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk

kealam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada

orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran

atau didikan yang diterimanya sejak kecil, membenci orang tua

merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan sehingga

perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.

e. Reaksi formasi

Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan

melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan

menggunakan sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik

pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan

kasar.

19

5. Pohon Masalah

Mengidentifikasi pohon masalah perilaku kekerasan sebagai berikut :

Effect

Core Problem

Causal

( Sumber : Ah. Yusuf, 2015 )

6. Diagnosa Keperawatan

a. Perilaku Kekerasan

b. Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan

c. Gangguan Harga Diri Rendah

Resiko Menciderai Diri

Sendiri, Orang Lain Dan

Lingkungan

Gangguan Harga Diri

Rendah

Perilaku Kekerasan

20

7. Rencana Keperawatan

Rencana intervensi keperawatan disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang muncul setelah melakukan pengkajian dan

rencana intervensi keperawatan dilihat pada tujuan khusus (Yosep, Iyus., 2007) sebagai berikut :

No

Dx

Dx

Keperawatan

Perencanaan Keperawatan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

1. Resiko Perilaku

Kekerasan

TUM :

Klien dapat mengontrol

perilaku kekerasan

TUK :

1. Klien dapat membina

hubungan saling

percaya

Setelah ... x pertemuan

klien menunjukkan

tanda-tanda percaya

kepada perawat :

wajah cerah,

tersenyum

mau berkenalan

ada kontak mata

bersedia

menceritakan

perasaannya

Bina hubungan saling percaya

dengan :

Beri salam setiap berinteraksi.

Perkenalkan nama, nama

panggilan perawat dan tujuan

perawat berinteraksi

Tanyakan dan panggil nama

kesukaan klien

Tunjukkan sikap empati,

jujur, dan menepati janji

setiap kali berinteraksi

Tanyakan perasaan klien dan

masalah yang dihadapi klien

Buat kontrak interaksi yang

jelas

Dengarkan dengan penuh

perhatian ungkapan perasaan

klien

Hubungan saling percaya

merupakan landasan utama

untuk hubungan selanjutnya

2. Klien dapat

mengidentifikasi

penyebab perilaku

Setelah ... x pertemuan

klien menceritakan

penyebab perilaku

Bantu klien mengungkapkan

perasaan marahnya :

Motivasi klien untuk

Membantu klien untuk

mengungkapkan perasaan

marahnya dapat mengurangi

21

kekerasan yang

dilakukannya

kekerasan yang

dilakukannya :

Menceritakan

penyebab

perasaan

jengkel/kesal

baik dari diri

sendiri maupun

lingkungannya

menceritakan penyebab rasa

atau jengkelnya

Dengarkan tanpa menyela

atau memberi penilaian setiap

ungkapkan perasaan klien

stres dan dapat mengetahui

penyebab rasa jengkel/kesal

yang dirasakan klien

3. Klien dapat

mengidentifikasi

tanda-tanda perilaku

kekerasan

Setelah ...x pertemuan

klien menceritakan

tanda -tanda saat

terjadi perilaku

kekerasan

Tanda fisik : mata

merah, tangan

mengepal, ekspresi

tegang, dll.

Tanda emosional :

perasaan marah,

jengkel, bicara

kasar.

Tanda sosial :

bermusuhan yang

dialami saat terjadi

perilaku kekerasan

Bantu klien mengungkapkan

tanda – tanda perilaku

kekerasan yang dialaminya :

Motivasi klien menceritakan

kondisi fisik (tanda-tanda

fisik) saat perilaku kekerasan

terjadi

Motivasi klien menceritakan

kondisi emosinya ( tanda-

tanda emosional) saat terjadi

perilaku kekerasan

Motivasi klien menceritakan

kondisi hubungan dengan

orang lain (tanda-tanda sosial)

saat terjadi perilaku kekerasan

Untuk mengetahui tanda-

tanda perilaku kekerasan

yang dialami oleh klien, dari

tanda-tanda fisik yang akan

terjadi, kondisi emosinya,

dan kondisi hubungan dengan

orang-orang ketika saat

terjadi perilaku kekerasan

4. Klien dapat

mengidentifikasi

jenis perilaku

Setelah ...x pertemuan

klien menjelaskan :

Jenis-jenis ekspresi

Diskusikan dengan klien

perilaku kekerasan yang

dilakukannya selama ini:

Untuk mengetahui tindak

kekerasan apa saja yang

sudah dilakukan oleh klien,

22

kekerasan yang

pernah dilakukannya

kemarahan yang

selama ini telah

dilakukannya

Perasaannya saat

melakukan

kekerasan

Efektivitas cara

yang dipakai dalam

menyelesaikan

masalah

Motivasi klien menceritakan

jenis-jenis tindak kekerasan

yang selama ini pernah

dilakukannya

Motivasi klien menceritakan

perasaan klien setelah tindak

kekerasan tersebut terjadi

Diskusikan apakah dengan

tindak kekerasan yang

dilakukannya masalah yang

dialami teratasi

dan mengetahui apa respon

klien setelah melakukan

tindak kekerasan tersebut

kepada orang lain

5. Klien dapat

mengidentifikasi

akibat perilaku

kekerasan

Setelah ... x pertemuan

klien menjelaskan

akibat tindak

kekerasan yang

dilakukannya

Diri sendiri : luka,

dijauhi teman, dll.

Orang

lain/keluarga :

luka, tersinggung,

ketakutan, dll.

Lingkungan :

barang atau benda

rusak, dll.

Diskusikan dengan klien akibat

negatif (kerugian) cara yang

dilakukan pada :

Diri sendiri

Orang lain/keluarga

Lingkungan

Agar klien dapat mengetahui

apa dampak negative dari

melakukan tindak kekerasan

tersebut kepada orang lain

baik dampak pada diri

sendiri, orang lain dan

lingkungan

6 Klien dapat

mengidentifikasi cara

konstruktif dalam

mengungkapkan

kemarahan

Setelah ... x pertemuan

klien :

Menjelaskan cara-

cara sehat

mengungkapkan

Diskusikan dengan klien :

Apakah klien mau

mempelajari cara baru

mengungkapkan marah yang

sehat

Jelaskan berbagai alternatif

Agar klien mengetahui cara-

cara yang sehat untuk

dilakukan ketika marah/kesal

23

marah

pilihan untuk mengungkapkan

marah selain perilaku

kekerasan yang diketahui

klien

Jelaskan cara-cara sehat untuk

mengungkapkan marah :

Cara fisik : nafas dalam,

pukul bantal atau kasur,

olah raga

Verbal : mengungkapkan

bahwa dirinya sedang kesal

kepada orang lain

Sosial : latihan asertif

dengan orang lain

Spiritual :

sembahyang/doa, zikir,

meditasi, dsb sesuai

keyakinan agamanya

masing-masing.

7 Klien dapat

mendemonstrasikan

cara mengontrol

perilaku kekerasan

Setelah ... x pertemuan

klien memperagakan

cara mengontrol

perilaku kekerasan :

Fisik : tarik nafas

dalam, memukul

bantal/kasur

Verbal :

mengungkapkan

perasaan

kesal/jengkel pada

Diskusikan cara yang mungkin

dipilih dan anjurkan klien

memilih cara yang mungkin

untuk mengungkapkan

kemarahan.

Latih klien memperagakan cara

yang dipilih :

Jelaskan manfaat cara

tersebut

Anjurkan klien menirukan

peragaan yang sudah

Agar klien dapat memilih

cara yang tepat yang

mungkin dipilih untuk

mengatasi / mengungkapkan

kemarahannya

Agar klien dapat

memperagakan cara-cara

yang dipilih untuk

mengungkapkan

kemarahannya

Agar klien dapat mengingat

untuk menggunakan cara-

24

orang lain tanpa

menyakiti

Spiritual :

zikir/doa, meditasi

sesuai agamanya

dilakukan

Beri penguatan pada klien,

perbaiki cara yang masih

belum sempurna

Anjurkan klien menggunakan

cara yang sudah dilatih saat

marah/jengkel

cara yang dipilih untuk

mengungkapkan rasa

marahnya

8. Klien mendapatkan

dukungan keluarga

untuk mengontrol

perilaku kekerasan

Setelah ... x pertemuan

keluarga :

Menjelaskan cara

merawat klien

dengan perilaku

kekerasan

Mengungkapkan

rasa puas dalam

merawat klien

Diskusikan pentingnya peran

serta keluarga sebagai

pendukung klien untuk

mengatasi perilaku kekerasan

Diskusikan potensi keluarga

untuk membantu klien

mengatasi perilaku kekrasan

Jelaskan pengertian, penyebab,

akibat dan cara merawat klien

perilaku kekerasan yang dapat

dilaksanakan oleh keluarga

Peragakan cara merawat klien

(menangani perilaku kekerasan)

Beri kesempatan keluarga untuk

memperagakan ulang

Beri pujian kepada keluarga

setelah peragaan

Tanyakan perasaan keluarga

setelah mencoba cara yang

dilatihkan

Agar keluarga dapat ikut

berperan aktif sebagai

pendukung klien untuk

mengatasi perilaku kekerasan

yang dialami klien

25

9. Klien menggunakan

obat sesuai program

yang telah ditetapkan

Setelah ... x pertemuan

klien menjelaskan :

Manfaat minum

obat

Kerugian tidak

minum obat

Nama obat

Bentuk dan warna

obat

Dosis yang

diberikan

kepadanya

Waktu pemakaian

Jelaskan manfaat menggunakan

obat secara teratur dan kerugian

jika tidak menggunakan obat

Jelaskan kepada klien :

Jenis obat (nama, warna,

dan bentuk obat)

Dosis yang tepat untuk

klien

Waktu pemakaian

Cara pemakaian

Efek yang akan dirasakan

klien

Agar keluarga dapat

mengetahui dampak kerugian

untuk klien dari tidak

teraturnya meminum obat

Agar keluarga dapat

mengetahui jenis obat, dosis,

waktu serta cara pemberian

obat untuk klien

2. Gangguan Harga

Diri Rendah

TUM :

Klien memiliki konsep

diri yang positif

TUK :

1. Klien dapat membina

hubungan saling

percaya dengan

perawat

Setelah ...x interaksi,

klien menunjukkan

ekspresi wajah

bersahabat,

menunjukkan rasa

senang, ada kontak

mata, mau berjabat

tangan, mau

menyebutkan nama,

mau menjawab salam,

klien mau duduk

berdampingan dengan

perawat, mau

mengutarakan

masalah yang

dihadapi.

Bina hubungan saling percaya

dengan menggunakan prinsip

komunikasi teraupetik :

Sapa klien dengan ramah

baik verbal maupun

nonverba;

Perkenalkan diri dengan

sopan

Tanyakan nama lengkap

dan nama panggilan yang

disukai klien

Jelaskan tujuan

pertemuan

Jujur dan menepati janji

Tunjukkan sikap empati

dan menerima klien apa

Hubungan saling percaya

merupakan landasan utama

untuk hubungan selanjutnya

26

adanya

Beri perhatian dan

perhatikan kebutuhan

dasar klien

2. Klien dapat

mengidentifikasi

aspek positif dan

kemampuan yang

dimiliki

Setelah .... x interaksi

klien menyebutkan :

Aspek positif dan

kemampuan yang

dimiliki klien

Aspek positif

keluarga

Aspek positif

lingkungan

Diskusikan dengan klien

tentang :

Aspek positif yang dimiliki

klien, keluarga, lingkungan

Kemampuan yang dimiliki

klien

Bersama klien buat daftar

tentang :

Aspek positif klien,

keluarga, lingkungan

Kemampuan yang dimiliki

klien

Beri pujian yang realistis,

hindarkan memberi penilaian

negatif.

Agar klien mengetahui aspek

positif yang dimilikinya

Agar klien dapat membuat

daftar tentang aspek positif

yang dimilikinya

Memberi pujian dapat

meningkatkan keinginan

klien dalam mengisi daftar

tentan aspek positif yang

dimilikinya

3. Klien dapat menilai

kemampuan yang

dimiliki untuk

dilaksanakan.

Setelah ...x interaksi

klien menyebutkan

kemampuan yang

dapat dilaksanakan

Diskusikan dengan klien

kemampuan yang dapat

dilaksanakan

Diskusikan kemampuan yang

dapat dilanjutkan

pelaksanaannya.

Agar klien dapat melakukan

kemampuan yang dimilikinya

Agar klien dapat

mengetahui/menyadari

kemampuan yang dapat

dilanjutkan untuk

kedepannya

4. Klien dapat

merencanakan

kegiatan sesuai

dengan kemampuan

yang dimilki.

Setelah ... x interaksi

klien membuat

rencana kegiatan

harian

Rencanakan bersama klien

aktivitas yang dapat dilakukan

setiap hari sesuai kemampuan

klien :

Kegiatan mandiri

Agar klien dapat mengetahui

aktivitas yang dapat

dilakukan klien dalam

kegiatan sehari-hari

27

Kegiatan dengan bantuan

Tingkatkan kegiatan sesuai

kondisi klien

Beri contoh cara pelaksanaan

kegiatan yang dapat klien

lakukan.

5. Klien dapat

melakukan kegiatan

sesuai rencana yang

dibuat.

Setelah ... x interaksi

klien melakukan

kegiatan sesuai jadwal

yang dibuat

Anjurkan klien untuk

melaksanakan kegiatan yang

telah direncanakan

Pantau kegiatan yang

dilaksanakan klien

Beri pujian atas usaha yang

dilakukan klien

Diskusikan kemungkinan

pelaksanaan kegiatan setelah

pulang

Agar klien melaksanakan

kegiatan yang telah

direncanakannya

6. Klien dapat

memanfaatkan sistem

pendukung yang ada.

Setelah ... x interaksi

klien memanfaatkan

sistem pendukung

yang ada dikeluarga

Beri pendidikan kesehatan pada

keluarga tentang cara merawat

klien dengan harga diri rendah

Bantu keluarga memberikan

dukungan selama klien dirawat

Bantu keluarga menyiapkan

lingkungan dirumah

Memberikan pengetahuan

kepada keluarga tentang tata

cara merawat klien dengan

harga diri rendah

Memberi dukungan kepada

klien untuk mempercepat

masa pemulihan klien

Menyiapkan lingkungan

rumah yang baik dapat

mempercepat proses

pemulihan

3. Resiko

menciderai diri

sendiri, orang

TUM :

Klien dapat mengontrol

perilaku kekerasan

Setelah ... x pertemuan

klien menunjukkan

tanda-tanda percaya

Bina hubungan saling percaya

dengan :

Beri salam setiap berinteraksi.

Hubungan saling percaya

merupakan landasan utama

untuk hubungan selanjutnya

28

lain, lingkungan TUK :

1. Klien dapat membina

hubungan saling

percaya

kepada perawat :

wajah cerah,

tersenyum

mau berkenalan

ada kontak mata

bersedia

menceritakan

perasaannya

Perkenalkan nama, nama

panggilan perawat dan tujuan

perawat berinteraksi

Tanyakan dan panggil nama

kesukaan klien

Tunjukkan sikap empati,

jujur, dan menepati janji

setiap kali berinteraksi

Tanyakan perasaan klien dan

masalah yang dihadapi klien

Buat kontrak interaksi yang

jelas

Dengarkan dengan penuh

perhatian ungkapan perasaan

klien

2. Klien dapat

mengidentifikasi

penyebab perilaku

kekerasan yang

dilakukannya

Setelah ... x pertemuan

klien menceritakan

penyebab perilaku

kekerasan yang

dilakukannya :

Menceritakan

penyebab

perasaan

jengkel/kesal

baik dari diri

sendiri maupun

lingkungannya

Bantu klien mengungkapkan

perasaan marahnya :

Motivasi klien untuk

menceritakan penyebab rasa

atau jengkelnya

Dengarkan tanpa menyela

atau memberi penilaian setiap

ungkapkan perasaan klien

Membantu klien untuk

mengungkapkan perasaan

marahnya dapat mengurangi

stres dan dapat mengetahui

penyebab rasa jengkel/kesal

yang dirasakan klien

3. Klien dapat

mengidentifikasi

tanda-tanda perilaku

Setelah ...x pertemuan

klien menceritakan

tanda -tanda saat

Bantu klien mengungkapkan

tanda – tanda perilaku

kekerasan yang dialaminya :

Untuk mengetahui tanda-

tanda perilaku kekerasan

yang dialami oleh klien, dari

29

kekerasan terjadi perilaku

kekerasan

Tanda fisik : mata

merah, tangan

mengepal, ekspresi

tegang, dll.

Tanda emosional :

perasaan marah,

jengkel, bicara

kasar.

Tanda sosial :

bermusuhan yang

dialami saat terjadi

perilaku kekerasan

Motivasi klien menceritakan

kondisi fisik (tanda-tanda

fisik) saat perilaku kekerasan

terjadi

Motivasi klien menceritakan

kondisi emosinya ( tanda-

tanda emosional) saat terjadi

perilaku kekerasan

Motivasi klien menceritakan

kondisi hubungan dengan

orang lain (tanda-tanda sosial)

saat terjadi perilaku kekerasan

tanda-tanda fisik yang akan

terjadi, kondisi emosinya,

dan kondisi hubungan dengan

orang-orang ketika saat

terjadi perilaku kekerasan

4. Klien dapat

mengidentifikasi

jenis perilaku

kekerasan yang

pernah dilakukannya

Setelah ...x pertemuan

klien menjelaskan :

Jenis-jenis ekspresi

kemarahan yang

selama ini telah

dilakukannya

Perasaannya saat

melakukan

kekerasan

Efektivitas cara

yang dipakai dalam

menyelesaikan

masalah

Diskusikan dengan klien

perilaku kekerasan yang

dilakukannya selama ini:

Motivasi klien menceritakan

jenis-jenis tindak kekerasan

yang selama ini pernah

dilakukannya

Motivasi klien menceritakan

perasaan klien setelah tindak

kekerasan tersebut terjadi

Diskusikan apakah dengan

tindak kekerasan yang

dilakukannya masalah yang

dialami teratasi

Untuk mengetahui tindak

kekerasan apa saja yang

sudah dilakukan oleh klien,

dan mengetahui apa respon

klien setelah melakukan

tindak kekerasan tersebut

kepada orang lain

5. Klien dapat

mengidentifikasi

akibat perilaku

Setelah ... x pertemuan

klien menjelaskan

akibat tindak

Diskusikan dengan klien akibat

negatif (kerugian) cara yang

dilakukan pada :

Agar klien dapat mengetahui

apa dampak negative dari

melakukan tindak kekerasan

30

kekerasan kekerasan yang

dilakukannya

Diri sendiri : luka,

dijauhi teman, dll.

Orang

lain/keluarga :

luka, tersinggung,

ketakutan, dll.

Lingkungan :

barang atau benda

rusak, dll.

Diri sendiri

Orang lain/keluarga

Lingkungan

tersebut kepada orang lain

baik dampak pada diri

sendiri, orang lain dan

lingkungan

6. Klien dapat

mengidentifikasi cara

konstruktif dalam

mengungkapkan

kemarahan

Setelah ... x pertemuan

klien :

Menjelaskan cara-

cara sehat

mengungkapkan

marah

Diskusikan dengan klien :

Apakah klien mau

mempelajari cara baru

mengungkapkan marah yang

sehat

Jelaskan berbagai alternatif

pilihan untuk mengungkapkan

marah selain perilaku

kekerasan yang diketahui

klien

Jelaskan cara-cara sehat untuk

mengungkapkan marah :

Cara fisik : nafas dalam,

pukul bantal atau kasur,

olah raga

Verbal : mengungkapkan

bahwa dirinya sedang kesal

kepada orang lain

Sosial : latihan asertif

Agar klien mengetahui cara-

cara yang sehat untuk

dilakukan ketika marah/kesal

31

dengan orang lain

Spiritual :

sembahyang/doa, zikir,

meditasi, dsb sesuai

keyakinan agamanya

masing-masing.

7. Klien dapat

mendemonstrasikan

cara mengontrol

perilaku kekerasan

Setelah ... x pertemuan

klien memperagakan

cara mengontrol

perilaku kekerasan :

Fisik : tarik nafas

dalam, memukul

bantal/kasur

Verbal :

mengungkapkan

perasaan

kesal/jengkel pada

orang lain tanpa

menyakiti

Spiritual :

zikir/doa, meditasi

sesuai agamanya

Diskusikan cara yang mungkin

dipilih dan anjurkan klien

memilih cara yang mungkin

untuk mengungkapkan

kemarahan.

Latih klien memperagakan cara

yang dipilih :

Jelaskan manfaat cara

tersebut

Anjurkan klien

menirukan peragaan yang

sudah dilakukan

Beri penguatan pada

klien, perbaiki cara yang

masih belum sempurna

Anjurkan klien menggunakan

cara yang sudah dilatih saat

marah/jengkel

Agar klien dapat memilih

cara yang tepat yang

mungkin dipilih untuk

mengatasi / mengungkapkan

kemarahannya

Agar klien dapat

memperagakan cara-cara

yang dipilih untuk

mengungkapkan

kemarahannya

Agar klien dapat mengingat

untuk menggunakan cara-

cara yang dipilih untuk

mengungkapkan rasa

marahnya

8. Klien mendapatkan

dukungan keluarga

untuk mengontrol

Setelah ... x pertemuan

keluarga :

Menjelaskan cara

Diskusikan pentingnya peran

serta keluarga sebagai

pendukung klien untuk

Agar keluarga dapat ikut

berperan aktif sebagai

pendukung klien untuk

32

perilaku kekerasan merawat klien

dengan perilaku

kekerasan

Mengungkapkan

rasa puas dalam

merawat klien

mengatasi perilaku kekerasan

Diskusikan potensi keluarga

untuk membantu klien

mengatasi perilaku kekrasan

Jelaskan pengertian, penyebab,

akibat dan cara merawat klien

perilaku kekerasan yang dapat

dilaksanakan oleh keluarga

Peragakan cara merawat klien

(menangani perilaku kekerasan)

Beri kesempatan keluarga untuk

memperagakan ulang

Beri pujian kepada keluarga

setelah peragaan

Tanyakan perasaan keluarga

setelah mencoba cara yang

dilatihkan

mengatasi perilaku kekerasan

yang dialami klien

33

9. Klien menggunakan

obat sesuai program

yang telah ditetapkan

Setelah ... x pertemuan

klien menjelaskan :

Manfaat minum

obat

Kerugian tidak

minum obat

Nama obat

Bentuk dan warna

obat

Dosis yang

diberikan

kepadanya

Waktu pemakaian

Jelaskan manfaat menggunakan

obat secara teratur dan kerugian

jika tidak menggunakan obat

Jelaskan kepada klien :

Jenis obat (nama, warna,

dan bentuk obat)

Dosis yang tepat untuk

klien

Waktu pemakaian

Cara pemakaian

Efek yang akan dirasakan

klien

Agar keluarga dapat

mengetahui jenis obat, dosis,

waktu serta cara pemberian

obat untuk klien

34

8. Pelaksanaan

Dalam buku Ade Herman, 2011 Implementasi keperawatan adalah

tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan

yang masih sesuai dengan kondisi pasien saat ini ( here and now ).

Serta memperhatikan terkait dengan standar tindakan yang telah

ditentukan dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang telah

dilaksanakan. Jenis tindakan dalam melaksanakan tindakan

keperawatan, yaitu : secara independen (mandiri), secara dependen

(ketergantungan), dan kolaboratif (gabungan).

a. Komunikasi teraupeik

Komunikasi teraupetik adalah komunikasi yang direncanakan

secara sadar antara perawat dan pasien, bertujuan dan kegiatannya

dipusatkan untuk kesembuhan pasien ( faturochman, 2011).

Menurut Stuart, 2016 Komunikasi teraupetik memilik empat tahap

seperti tahap prainteraksi, fase orientasi atau perkenalan, fase kerja,

dan fase terminasi. Empat tahapan ini harus dilakukan oleh perawat

dalam melaksanakan komunikasi kepada pasien.

Tahap – tahap komunikasi tersebut terdiri dari :

1) Tahap Prainteraksi

Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan

dan berkomunikasi dengan pasien. Dalam tahap ini perawat

harus banyak mengeksplorasi diri terhadap perasaan diri sendiri

seperti ketakutan dan keraguan dengan tujuan supaya perawat

lebih siap dalam melakukan komunikasi teraupetik dengan

pasien. Adapun tugas perawat dalam tahap ini yaitu

mengumpulkan informasi tentang pasien, mencari referensi

yang berkaitan dengan masalah pasien, mengeksplorasi

perasaan dan ketakutan, menganalisa kekuatan dan kelemahan

diri.

2) Tahap Orientasi/Perkenalan

35

Pada tahap ini perawat dan pasien saling bertemu atau bertatap

muka sehingga dalam tahap ini perawat dan pasien harus saling

membina hubungan, kunci utama yang dibutuhkan antara lain

terbinanya hubungan saling percaya, komunikasi yang terbuka,

memahami penerimaan, dan merumuskan kontrak.

3) Tahap Kerja

Pada tahap ini perawat memfokuskan arah pembicaraan pada

masalah khusus, yaitu tentang keadaan pasien dan keluhan-

keluhan pasien. Perawat juga berperan dalam menghilangkan

dan mengurangi tingkat kecemasan pada pasien, meningkatkan

kemandirian dan tanggung jawab terhadap diri sendiri, serta

mengembangkan mekanisme koping yang bersifat

membangun/membina pasien. Perubahan perilaku yang adaptif

menunjukkan bahwa tujuan pada tahap ini telah tercapai.

4) Tahap Terminasi

Tahap terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi

interpersonal dan akhir dari pertemuan antara perawat dan

pasien. Tahap ini merupakan tahapan yang sulit namun penting

karena pada tahap ini meruapakan waktu untuk mengubah

perasaan dan mengevaluasi kemajuan pasien.

b. Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK )

Jenis terapi aktivitas kelompok yang dilakukan untuk mengatasi

masalah resiko perilaku kekerasan yaitu tak stimulasi persepsi.

Dengan cara klien dilatih mempersepsikan stimulus yang

disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Terapi aktifitas

kelompok stimulus persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk

membantu pasien yang mengalami kemunduran orientasi,

menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan

afektif serta mengurangi perilaku maladaptif. Aktivitas yang

dilaksanakan berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang

disediakan antara lain: membaca artikel/majalah/buku/puisi,

36

menonton acara TV. Stimulus dari pengalaman masa lalu yang

menghasilkan proses persepsi pasien yang maladaptif.

Dalam stimulasi persepsi : perilaku kekerasan terdapat 5 sesi,

yaitu:

1) Sesi 1 : Mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Tujuannya adalah pasien dapat menyebutkan stimulasi

penyebab kemarahannya, pasien dapat menyebutkan respons

yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah), pasien

dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah, pasien

dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan

2) Sesi 2 : Mencegah perilaku kekerasan secara fisik

Tujuannya adalah pasien dapat menyebutkan kegiatan fisik

yang biasa dilakukan pasien, pasien dapat menyebutkan

kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan, pasien

dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat

mencegah perilaku kekerasan.

3) Sesi 3 : Mencegah perilaku kekerasan dengan cara interaksi

sosial asertif ( cara verbal )

Tujuannya adalah pasien dapat mengungkapkan keinginan dan

permintaan tanpa memaksa, pasien dapat mengungkapkan

penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan.

4) Sesi 4 : Mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual

Tujuannya adalah pasien dapat melakukan mencegah perilaku

kekerasan dengan cara spiritual.

5) Sesi 5 : Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh

mengkonsumsi obat

Tujuannya adalah pasien dapat menyebutkan keuntungan patuh

minum obat, pasien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak

patuh minum obat, pasien dapat menyebutkan lima benar cara

minum obat.

37

c. Psiko Farmakologi

Menurut Yosep, Iyus., 2007 dalam buku Abdul Muhith obat-obatan

yang biasanya diberikan kepada pasien dengan marah atau perilaku

kekerasan, yaitu :

1) Antianxiety dan Sedative-Hipnotic.

Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut.

Benzodiazepines seperti Lorazepam dan Clonazepam sering

digunakan dalam kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan

perlawanan pasien. Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk

penggunaan dalam waktu lama karena dapat menyebabkan

kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk

symptom depresi. Buspirone obat anxiety, efektif dalam

mengendalikan perilaku kekerasan yang berkaitan dengan

kecemasan dan depresi. Ini ditunjukkan dengan menurunnya

perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera kepala, demensia,

dan developmental disability. Efek samping yang sering

dikeluhkan dari obat antiansietas yaitu rasa mengantuk yang berat,

sakit kepala, nafsu makan bertambah, ketergantungan, gejala putus

zat (gelisah, tremor, bila berat bisa sampai terjadi kejang-kejang).

2) Anti depresi

Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan perilaku

agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.

Amitriptyline dan Trazodone, efektif untuk menghilangkan

agresivitas yang berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan

mental organik. Pada beberapa kasus, pemberiannya untuk

menurunkan perilaku agresif, yang disebabkan oleh gangguan lain

seperti RM, cedera kepala, skizofrenia, gangguan kepribadian.

Pada klien dengan epilepsi lobus temporal, bisa meningkatkan

perilaku agresif. Pemberian Carbamazepines dapat mengendalikan

perilaku agresif pada klien dengan kelainan

(electroenchephalograms). Efek samping yang sering terjadi pada

pemberian antidepresan yaitu gangguan pada sistem

38

kardiovaskular (hipotensi terutama pada pasien usia lanjut,

perubahan pada gambaran EKG) dan gangguan sistem atonom

akibat efek antikolinergik (mulut dan tenggorokan kering, mual,

sakit kepala).

3) Anti Psikotik

Obat-obatan ini biasanya dipergunakan untuk perawatan perilaku

agresif. Bila agitasi terjadi delusi, halusinasi, atau perilaku psikotic

lainnya, maka pemberian obat ini dapat membantu, namun

diberikan hanya untuk 1-2 minggu sebelum efeknya dirasakan.

Medikasi lainnya, banyak kasus menunjukkan bahwa pemberian

Naltrexone (antagonis opiat) dapat menurunkan perilaku

menciderai diri. Contohnya chlorpromazine , risperidon, clozapin.

Efek samping dari obat anti psikotik ini adalah gejala

ekstrapiramidal seperti kegelisahan motorik, tidak dapat duduk

diam, gangguan otonom seperti hipotensi, mulut kering, diare, dll.

4) Trihexifenidil

Yaitu obat yang digunakan untuk mengatasi efek ekstrapiramidal.

9. Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada

respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang

dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau

sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respons klien

dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat

dilakukan dengan menggunakan SOAP diantaranya sebagai berikut :

S : Respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien

39

pada saat tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah

diajarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi.

A : Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan

apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data

yang kontradiksi dengan masalah yang ada. dapat pula

membandingkan hasil dengan tujuan.

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada

respons klien yang terdiri dari tindak lanjut pasien, dan tindak lanjut

oleh perawat.

Adapun hasil dari evaluasi keperawatan pada resiko perilaku kekerasan

yaitu :

a. Pasien dapat menyebutkan penyebab resiko perilaku kekerasan

b. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang

dilakukakannya

c. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

d. Pasien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang

pernah dilakukannya

e. Pasien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan

f. Pasien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam

mengungkapkan kemarahannya

g. Pasien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku

kekerasan dengan cara fisik 1, cara fisik 2, dan verbal

h. Pasien mendapatkan dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku

kekerasan

i. Pasien dapat menggunakan obat sesuai program yang telah

ditetapkan

40

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab kali ini penulis akan menyajikan pemenuhan kebutuhan dasar

psikososial dan kesehatan mental pada An. R dengan masalah Resiko Perilaku

Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur 2018. Dilakukan

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan secara komperhensif yang

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,

implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal

08 Mei 2018 sampai dengan tanggal 10 Mei 2018.

Untuk mengumpulkan semua data-data agar diketahui permasalahan yang terdapat

pada pasien, data tersebut diperoleh melalui observasi, wawancara langsung

dengan pasien, dengan melihat status catatan keperawatan dan informasi medis

dari dokter dan perawat di ruangan.

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Data Dasar (Terlampir)

2. Resume Kasus

Pasien yang menjadi objek dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah An. R,

perawat mengkaji tanggal 08 Mei 2018, An. R berusia 15 Tahun, dengan

jenis kelamin laki-laki, berasal dari Jakarta yang rumahnya beralamat di

Jalan Rawa Bebek Rt.05/Rw.01 Jakarta Timur, beragama Islam,

pendidikan tidak lulus SD, An.R tinggal bersama bapak dan ibunya serta

kedua adiknya. Pasien masuk ke Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta

Timur pada tanggal 08 Mei 2018. Keadaan pasien bersih, keadaan umum

baik, dengan hasil TTV TD : 122/86 mmHg, Nadi : 96x/menit, pernafasan

20x/menit, suhu : 36,2 C. Pasien memiliki tinggi badan 120 cm dengan

berat badan 31 Kg. Pasien anak pertama dari tiga bersaudara.

Pasien datang diantar kedua orang tuanya, dengan alasan memasukkannya

yaitu karena pasien mengamuk yang tidak terkontrol ketika dirumah,

pasien mengamuk sudah 2x namun yang sangat tidak terkontrol yang

kedua kali ini, sampai pasien memecahkan kaca jendela, pasien marah dan

mengamuk saat permintaannya tidak dituruti. Sekitar 1 Tahun yang lalu

41

pasien suka berbicara sendiri dan senyum sendiri, saya sangka pasien

hanya bermain-main karena berbicara sendiri pun jarang. Saat ini

berbicara sendiri dan senyum sendiri sudah tidak terjadi pada pasien.

Pasien memiliki riwayat penyakit step atau epilepsi dari lahir hingga saat

ini. Dulu keluarga mengontrol kedokter saraf di Rumah sakit hingga usia 9

Tahun, dan saat ini sudah tidak kontrol lagi karena penyakit stepnya tidak

kunjung hilang. Penyakit step pasien kambuh 2 kali dalam sebulan dalam

waktu sekitar 5 menit. Saat ini ketika pasien kambuh dibawa ke

klinik/rumah sakit dan jika merasa sudah baikan pasien dibawa pulang

oleh keluarga. Pasien terakhir kejang sekitar 2 minggu yang lalu. Tidak

ada obat-obatan yang diminum secara rutin. Keluarga mengatakan

kegiatan sehari-hari yang dilakukan pasien yaitu bermain dari pagi hingga

siang hari, pasien tidak sekolah dan sudah pindah sekolah sampai 2x

karena kata guru dan teman-temannya, pasien sering mencium bokong

guru-gurunya dan sering mengejar-ngejar teman dikelasnya sehingga

pasien dijauhi oleh teman-temannya dan tidak ingin kembali ke sekolah.

Keluarga mengatakan pasien dimasukkan kerumah sakit ini untuk pertama

kalinya, tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti ini.

Pasien mengatakan datang ke rumah sakit karena dirumah marah-marah

dan mengamuk, karena pasien tidak dibolehkan keluar rumah karena

pasien sedang sakit. Kemaren baru saja memecahkan kaca jendela rumah

dengan batu. Pasien merasa kesal jika keinginannya tidak dituruti. Pasien

mengatakan sering marah-mara dan mengamuk dirumah jika keinginannya

tidak dituruti. Pasien mengatakan pernah di pukul oleh temannya ketika

sekolah di SD. Pasien tidak ingin sekolah lagi karena teman-teman

disekolah nakal, dan pasien suka menciumi bokong guru dan mengejar-

ngejar anak perempuan agar mereka semua suka kepada pasien. Pasien

mengatakan akhir-akhir ini lebih suka bergaul dengan perempuan, karena

tidak ada yang menjahatinya. Tidak seperti berteman dengan laki-laki

yang selalu mengajaknya untuk nakal dan sering mengejeknya.

Pengalaman tidak menyenangkan yang dialami pasien dijauhi oleh teman

sekelasnya karena dibilang aneh. Pasien sendiri yang ingin dibawa ke

42

Rumah Sakit karena di rumah sakit bisa merasa tenang, dan tidak ada yang

mengganggunya dan tidak membuatnya kesal. Pasien bersyukur

kesempurnaan yang Allah berikan, tidak ada cacat didalam dirinya. Pasien

mengaku dirinya seorang anak laki-laki yang berumur 15 Tahun. Kegiatan

yang pasien lakukan ketika dirumah yaitu bermain, mengaji ke mushollah,

nonton TV.

Terapi medis : ( Oral )

Resperidone 2 mg : 2 x 1 Tablet

THP ( Trihexilphenidil) 2 mg : 2 x 1 Tablet

Dilantin 100 mg : 2 x 1 Kapsul

Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif

1. Keluarga mengatakan kemaren

pasien marah dan mengamuk yang

tidak terkontrol sampai memecahan

kaca jendela rumah

2. Keluarga mengatakan saat pasien

marah dan mengamuk suka

membanting barang

3. Keluarga mengatakan pasien sudah

tidak sekolah, berhenti ketika

sekolah sd dan sudah pindah sekolah

hingga 2 kali

4. Keluarga mengatakan dulu ketika

disekolah pasien sering dijauhi

teman-temannya karena sering

mengejar-ngejar anak perempuan

dan menyiumi bokong guru

sehingga pasien dijauhi oleh teman

– temannya dan tidak ingin kembali

ke sekolah

1. Pasien tampak sering menyendiri

2. Pasien tampak sering mondar mandir

3. Pasien tampak berbicara dengan cepat

4. Pasien tampak gelisah

5. Afek bicara pasien labil

6. Pandangan mata pasien terkadang

tampak kosong

7. Pasien tampak sering mengepalkan

tangan

8. Pasien tampak ragu-ragu jika

mendapat pendapat dari orang lain

9. Pasien tampak agresif

10. Postur tubuh pasien tampak

kaku/tegang

11. Pasien tampak suka mengalihkan

pembicaraan

12. Pasien tampak tidak percaya diri

13. Pasien tampak sering memaksa untuk

didengarkan ketika pasien berbicara

43

5. Keluarga mengatakan kejang sering

sekali kambuh dalam sebulan bisa

terjadi 2 kali.

6. Pasien mengatakan masuk kerumah

sakit karena marah-marah dan

mengamuk sampai memecahkan

kaca jendela dengan batu

7. Pasien mengatakan sering marah-

marah dan mengamuk jika

keinginannya tidak dituruti.

8. Pasien mengatakan susah

mengontrol marahnya

9. Pasien mengatakan lebih senang

bermain dengan anak perempuan

karena tidak ada yang menjahatinya,

sehingga pasien tidak sering marah

marah/merasa kesal

10. Pasien mengatakan pernah di pukul

oleh temannya ketika SD

11. Pasien mengatakan pernah berantem

dengan temannya ketika bermain,

karena temannya mengejek dan

membuatnya kesal

12. Pasien mengatakan tidak sekolah

lagi karena pasien dijauhi oleh

teman-temannya, dibilang aneh dan

membuat kesal

13. Pasien mengatakan mencium

bokong guru itu karena montok,

seksi, dan bohay

14. Pasien mengatakan keinginan

sendiri dibawa kerumah sakit karena

14. Pasien terkadang suka menundukkan

kepalanya saat berbicara dan terlihat

malu-malu

15. Pasien tampak sering membantah

pembicaraan

16. Hasil pemeriksaan fisik :

TD : 122/86 mmHg

Nadi : 96 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,2 celcius

17. Kesadaran pasien composmentis

18. Keadaan umum tampak baik

19. Terapi medis ( oral )

Resperidone 2 mg : 2 x 1 Tablet

THP ( Trihexyphenidly) 2 mg :

2 x 1 Tablet

Dilantin 100 mg : 2 x 1 Kapsul

44

dirumah sakit terasa tenang dan

tidak ada yang membuatnya kesal.

15. Pasien mengatakan mencium

bokong guru dan sering mengejar

perempuan agar mereka suka

dengannya

16. Pasien mengatakan sering diejek

temannya dan membuatnya kesal

17. Pasien mengatakan apakah orang di

RS ini jahat, karena takut membuat

saya kesal

18. Pasien mengatakan malu jika

melanjutkan sekolahnya kembali

karena seumurannya seharusnya

sudah SMP

45

3. Analisa Data

Nama klien ( inisial ) : An. R

Ruangan : Rumah Sakit Jiwa Islam Klender

No. RM : 013203

No Hari/Tgl Data Fokus Masalah

Keperawatan

1.

Selasa,

08 Mei

2018

Data Subjektif :

1. Pasien mengatakan sering marah-marah

dan mengamuk jika keinginannya tidak

dituruti.

2. Pasien mengatakan susah mengontrol

marahnya

3. Pasien mengatakan sering marah-marah

dan mengamuk jika keinginannya tidak

dituruti.

4. Pasien mengatakan sering diejek

temannya dan membuatnya kesal

5. Pasien mengatakan keinginan sendiri

dibawa kerumah sakit karena dirumah

sakit terasa tenang dan tidak ada yang

membuatnya kesal.

Data Objektif :

1. Pasien tampak sering mondar-mandir

2. Pasien tampak berbicara dengan cepat

3. Postur tubuh pasien tampak kaku/tegang

4. Pasien tampak sering memaksa untuk

didengarkan ketika pasien berbicara

5. Pasien tampak gelisah

6. Pasien tampak sering mengepalkan

tangan

Resiko Perilaku

Kekerasan

46

2.

Selasa,

08 Mei

2018

Data Subjektif :

1. Keluarga mengatakan pasien sudah tidak

sekolah, berhenti ketika sekolah sd dan

sudah pindah sekolah hingga 2 kali

2. Pasien mengatakan mencium bokong

guru dan sering mengejar perempuan

agar mereka suka dengannya

3. Pasien mengatakan malu jika

melanjutkan sekolahnya kembali karena

seumurannya seharusnya sudah SMP

4. Pasien mengatakan sudah tidak sekolah

Data Objektif :

1. Pasien tampak sering menyendiri

2. Pasien tampak tidak percaya diri

3. Pasien terkadang suka menundukkan

kepalanya saat berbicara dan terlihat

malu-malu

Gangguan

Konsep Diri :

Harga Diri

Rendah

3. Selasa,

08 Mei

2018

Data Subjektif :

1. Keluarga mengatakan kemaren pasien

marah dan mengamuk yang tidak

terkontrol sampai memecahan kaca

jendela rumah

2. Keluarga mengatakan saat pasien marah

dan mengamuk suka membanting barang

3. Pasien mengatakan sering marah-marah

dan mengamuk jika keinginannya tidak

dituruti.

4. Pasien mengatakan pernah dipukul oleh

temannya ketika SD

5. Pasien mengatakan pernah berantem

dengan temannya ketika bermain, karena

Resiko

Menciderai Diri

Sendiri, Orang

lain,

Lingkungan

47

temannya mengejek dan membuatnya

kesal

Data Objektif :

1. Pasien tampak gelisah

2. Pasien tampak sering mengepalkan

tangannya

3. Pasien tampak sering membantah

pembicaraan

48

B. Diagnosa Keperawatan

1. Pohon Masalah

Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain,

Lingkungan

Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah

2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko Perilaku Kekerasan

b. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

c. Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain, dan Lingkungan

Resiko Perilaku Kekerasan

Effect

causal

Core

Problem

mm

49

C. Perencanaan Keperawatan

Nama Klien : An. R

Ruangan : Rumah Sakit Jiwa Islam Klender

No RMK : 013203

No

Dx

Dx

Keperaw

atan

Perencanaan Keperawatan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

1. Resiko

Perilaku

Kekerasan

TUM :

Klien dapat mengontrol

perilaku kekerasan

TUK :

1. Klien dapat

membina hubungan

saling percaya

Setelah 20 Menit

pertemuan klien

menunjukkan tanda-

tanda percaya kepada

perawat :

wajah cerah,

tersenyum

mau berkenalan

ada kontak mata

bersedia

menceritakan

perasaannya

Bina hubungan saling percaya

dengan :

Beri salam setiap berinteraksi.

Perkenalkan nama, nama

panggilan perawat dan tujuan

perawat berinteraksi

Tanyakan dan panggil nama

kesukaan klien

Tunjukkan sikap empati, jujur,

dan menepati janji setiap kali

berinteraksi

Tanyakan perasaan klien dan

masalah yang dihadapi klien

Buat kontrak interaksi yang

jelas

Dengarkan dengan penuh

perhatian ungkapan perasaan

klien

Hubungan saling

percaya

merupakan

landasan utama

untuk hubungan

selanjutnya

2. Klien dapat Setelah 3 x pertemuan Bantu klien mengungkapkan Membantu klien

50

mengidentifikasi

penyebab perilaku

kekerasan yang

dilakukannya

klien menceritakan

penyebab perilaku

kekerasan yang

dilakukannya :

Menceritakan

penyebab

perasaan

jengkel/kesal

baik dari diri

sendiri maupun

lingkungannya

perasaan marahnya :

Motivasi klien untuk

menceritakan penyebab rasa

atau jengkelnya

Dengarkan tanpa menyela

atau memberi penilaian setiap

ungkapkan perasaan klien

untuk

mengungkapkan

perasaan

marahnya dapat

mengurangi stres

dan dapat

mengetahui

penyebab rasa

jengkel/kesal yang

dirasakan klien

3. Klien dapat

mengidentifikasi

tanda-tanda perilaku

kekerasan

Setelah 3 x pertemuan

klien menceritakan

tanda -tanda saat

terjadi perilaku

kekerasan

Tanda fisik : mata

merah, tangan

mengepal, ekspresi

tegang, dll.

Tanda emosional :

perasaan marah,

jengkel, bicara

kasar.

Tanda sosial :

bermusuhan yang

dialami saat terjadi

perilaku kekerasan

Bantu klien mengungkapkan

tanda – tanda perilaku

kekerasan yang dialaminya :

Motivasi klien menceritakan

kondisi fisik (tanda-tanda

fisik) saat perilaku kekerasan

terjadi

Motivasi klien menceritakan

kondisi emosinya ( tanda-

tanda emosional) saat terjadi

perilaku kekerasan

Motivasi klien menceritakan

kondisi hubungan dengan

orang lain (tanda-tanda sosial)

saat terjadi perilaku kekerasan

Untuk mengetahui

tanda-tanda

perilaku

kekerasan yang

dialami oleh

klien, dari tanda-

tanda fisik yang

akan terjadi,

kondisi emosinya,

dan kondisi

hubungan dengan

orang-orang

ketika saat terjadi

perilaku

kekerasan

4. Klien dapat Setelah 3 x pertemuan Diskusikan dengan klien Untuk mengetahui

51

mengidentifikasi

jenis perilaku

kekerasan yang

pernah dilakukannya

klien menjelaskan :

Jenis-jenis

ekspresi

kemarahan yang

selama ini telah

dilakukannya

Perasaannya saat

melakukan

kekerasan

Efektivitas cara

yang dipakai

dalam

menyelesaikan

masalah

perilaku kekerasan yang

dilakukannya selama ini:

Motivasi klien menceritakan

jenis-jenis tindak kekerasan

yang selama ini pernah

dilakukannya

Motivasi klien menceritakan

perasaan klien setelah tindak

kekerasan tersebut terjadi

Diskusikan apakah dengan

tindak kekerasan yang

dilakukannya masalah yang

dialami teratasi

tindak kekerasan

apa saja yang

sudah dilakukan

oleh klien, dan

mengetahui apa

respon klien

setelah melakukan

tindak kekerasan

tersebut kepada

orang lain

5. Klien dapat

mengidentifikasi

akibat perilaku

kekerasan

Setelah 3 x pertemuan

klien menjelaskan

akibat tindak

kekerasan yang

dilakukannya

Diri sendiri : luka,

dijauhi teman, dll.

Orang

lain/keluarga :

luka, tersinggung,

ketakutan, dll.

Lingkungan :

barang atau benda

rusak, dll.

Diskusikan dengan klien akibat

negatif (kerugian) cara yang

dilakukan pada :

Diri sendiri

Orang lain/keluarga

Lingkungan

Agar klien dapat

mengetahui apa

dampak negative

dari melakukan

tindak kekerasan

tersebut kepada

orang lain baik

dampak pada diri

sendiri, orang lain

dan lingkungan

6. Klien dapat

mengidentifikasi

Setelah 3 x pertemuan

klien :

Diskusikan dengan klien :

Apakah klien mau

Agar klien

mengetahui cara-

52

cara konstruktif

dalam

mengungkapkan

kemarahan

Menjelaskan cara-

cara sehat

mengungkapkan

marah

mempelajari cara baru

mengungkapkan marah yang

sehat

Jelaskan berbagai alternatif

pilihan untuk mengungkapkan

marah selain perilaku

kekerasan yang diketahui

klien

Jelaskan cara-cara sehat untuk

mengungkapkan marah :

Cara fisik : nafas dalam,

pukul bantal atau kasur,

olah raga

Verbal : mengungkapkan

bahwa dirinya sedang kesal

kepada orang lain

Sosial : latihan asertif

dengan orang lain

Spiritual :

sembahyang/doa, zikir,

meditasi, dsb sesuai

keyakinan agamanya

masing-masing.

cara yang sehat

untuk dilakukan

ketika

marah/kesal

7. Klien dapat

mendemonstrasikan

cara mengontrol

perilaku kekerasan

Setelah 3 x pertemuan

klien memperagakan

cara mengontrol

perilaku kekerasan :

Fisik I : tarik nafas

dalam

Fisik II : memukul

Diskusikan cara yang mungkin

dipilih dan anjurkan klien

memilih cara yang mungkin

untuk mengungkapkan

kemarahan.

Latih klien memperagakan cara

yang dipilih :

Agar klien dapat

memilih cara yang

tepat yang

mungkin dipilih

untuk mengatasi /

mengungkapkan

kemarahannya

Agar klien dapat

53

bantal/kasur

Verbal :

mengungkapkan

perasaan

kesal/jengkel pada

orang lain tanpa

menyakiti

Spiritual :

zikir/doa, meditasi

sesuai agamanya

Jelaskan manfaat cara

tersebut

Anjurkan klien menirukan

peragaan yang sudah

dilakukan

Beri penguatan pada klien,

perbaiki cara yang masih

belum sempurna

Anjurkan klien menggunakan

cara yang sudah dilatih saat

marah/jengkel

memperagakan

cara-cara yang

dipilih untuk

mengungkapkan

kemarahannya

Agar klien dapat

mengingat untuk

menggunakan

cara-cara yang

dipilih untuk

mengungkapkan

rasa marahnya

8. Klien mendapatkan

dukungan keluarga

untuk mengontrol

perilaku kekerasan

Setelah 3 x pertemuan

keluarga :

Menjelaskan cara

merawat klien

dengan perilaku

kekerasan

Mengungkapkan

rasa puas dalam

merawat klien

Diskusikan pentingnya peran

serta keluarga sebagai

pendukung klien untuk

mengatasi perilaku kekerasan

Diskusikan potensi keluarga

untuk membantu klien

mengatasi perilaku kekrasan

Jelaskan pengertian, penyebab,

akibat dan cara merawat klien

perilaku kekerasan yang dapat

dilaksanakan oleh keluarga

Peragakan cara merawat klien

(menangani perilaku kekerasan)

Beri kesempatan keluarga untuk

memperagakan ulang

Beri pujian kepada keluarga

setelah peragaan

Agar keluarga

dapat ikut

berperan aktif

sebagai

pendukung klien

untuk mengatasi

perilaku

kekerasan yang

dialami klien

54

Tanyakan perasaan keluarga

setelah mencoba cara yang

dilatihkan

9. Klien menggunakan

obat sesuai program

yang telah ditetapkan

Setelah 3 x pertemuan

klien menjelaskan :

Manfaat minum

obat

Kerugian tidak

minum obat

Nama obat

Bentuk dan warna

obat

Dosis yang

diberikan

kepadanya

Waktu pemakaian

Jelaskan manfaat menggunakan

obat secara teratur dan kerugian

jika tidak menggunakan obat

Jelaskan kepada klien :

Jenis obat (nama, warna,

dan bentuk obat)

Dosis yang tepat untuk

klien

Waktu pemakaian

Cara pemakaian

Efek yang akan dirasakan

klien

Agar keluarga

dapat mengetahui

dampak kerugian

untuk klien dari

tidak teraturnya

meminum obat

Agar keluarga

dapat mengetahui

jenis obat, dosis,

waktu serta cara

pemberian obat

untuk klien

55

C. Pelaksanaan Keperawatan

Nama Klien : An. R

Ruangan : Rumah Sakit Jiwa Islam Klender

No RMK : 013203

Hari/Tgl/j

am

No.Dx

Kep/TUK

Implementasi Evaluasi SOAP Paraf

Selasa

08 Mei

2018

Jam 09.15

Dx 1

Resiko

Perilaku

Kekerasan

SP 1 Pasien

- Membina

Hubungan saling

percaya

- Mendiskusikan

penyebab perilaku

kekerasan

- Mendiskusikan

tanda-tanda

perilaku kekerasan

- Mendiskusikan

perilaku kekerasan

yang pernah

dilakukannya

- Mendisikusikan

dengan pasien

akibat perilaku

kekerasan

- Mendiskusikan cara

mengontrol

perilaku kekerasan

- Mendiskusikan

serta melatih cara

mengontrol

perilaku kekerasan

dengan cara fisik I :

tarik nafas dalam

- Menganjurkan

pasien memasukkan

Subjek :

- Pasien mengatakan

nama saya An. R ,

senang dipanggil An.

R, usia saya 15 Tahun

- Pasien mengatakan

penyebab marah dan

mengamuk karena

keinginannya tidak

dituruti, saya tidak

boleh keluar rumah

- Pasien mengatakan

tandanya saat marah

adalah mata melotot,

mengamuk, terkadang

sampai membanting

barang-barang

dirumah, dan

berteriak-teriak karena

kesal

- Pasien mengatakan

akibat marah adalah di

marahi oleh orang-

orang, dijauhi, barang

yang banting rusak

- Pasien mengatakan

cara mengontrol

marah yang pertama

dengan cara tarik

Vikih

56

dalam jadwal

kegiatan harian

nafas dalam

- Pasien mengatakan

jika mulai marah akan

mengontrol marahnya

dengan tarik nafas

dalam

- Pasien mengatakan

akan memasukkan

kegiatannya kedalam

jadwal kegiatan harian

Objektif :

- Pasien dapat membina

hubungan baik dengan

perawat

- Pasien dapat

menyebutkan perilaku

kekerasan yang

dialaminya : mata

melotot, mengamuk,

membanting barang-

barang

- Pasien tampak

berbicara dengan

cepat

- Pasien tampak agresif

- Pasien tampak

mengikuti cara

mengontrol marah

yang dilatih oleh

perawat dengan tarik

nafas dalam

- Pasien memasukkan

kegiatan kedalam

kegiatan sehari-hari

Analisa :

57

Masalah SP 1 Pasien

teratasi

Planning :

- Evaluasi pasien untuk

mengontrol marah

dengan cara fisik I :

tarik nafas dalam

- Diskusikan dan latih

cara mengontrol

marah dengan fisik II

- Diskusikan dan latih

cara mengontrol

marah dengan verbal

- Anjurkan untuk

memasukkan kegiatan

kedalam jadwal

kegiatan harian

Rabu, 09

Mei 2018

Jam 08.30

Dx 1

SP 2 Pasien

- Mengevaluasi

kemampuan pasien

dalam mengontrol

perilaku kekerasan

dengan cara fisik 1 :

tarik nafas dalam

- Mendiskusikan serta

melatih pasien cara

mengontrol marah

dengan fisik II :

pukul bantal/kasur

- Menganjurkan

pasien memasukkan

kedalam jadwal

kegiatan harian

Subjektif :

- Pasien mengatakan

cara mengontrol

marah yang pertama

itu dengan tarik nafas

dalam

- Pasien mengatakan

cara mengontrol

marah yang kedua

dengan pukul

bantal/kasur

- Pasien mengatakan

saat merasa kesal

tidak boleh

membanting barang,

tapi dengan cara

memukul bantal/kasur

Vikih

58

- Pasien mengatakan

akan memasukkan

kegiatan kedalam

jadwal kegiatan harian

Objektif :

- Pasien tampak

kembali

mempraktekkan cara

mengontrol PK

dengan Fisik 1 : tarik

nafas dalam

- Raut wajah pasien

tampak tenang

- Pasien tampak

berbicara dengan

cepat

- Pasien dapat

melakukan

mengontrol perilaku

kekerasan dengan fisik

II : pukul bantal/kasur

- Pasien memasukkan

kegiatan kedalam

jadwal kegiatan harian

Analisa :

Masalah SP 2 Pasien

dapat teratasi

Planning :

- Evaluasi cara

mengontrol perilaku

kekerasan dengan cara

fisik II

59

- Diskusikan dan latih

cara mengontrol

marah dengan cara

verbal

- Anjurkan pasien untuk

memasukkan kegiatan

kedalam jadwal

kegiatan harian pasien

Kamis, 10

Mei 2018

Jam 09.10

Dx 1

SP 3 Pasien

- Mengevaluasi cara

mengontrol perilaku

kekerasan dengan

cara fisik II

- Mendiskusikan serta

melatih pasien cara

mengontrol marah

dengan verbal

- Menganjurkan

pasien memasukkan

kedalam jadwal

kegiatan harian

Subjektif :

- Pasien mengatakan

cara mengontrol

marah yang kedua

dengan cara pukul

bantal/kasur

- Pasien mengatakan

cara mengontrol

marah yang ketiga

dengan cara verbal

- Pasien mengatakan

jika meminta,

menolak dan berbicara

tidak dengan marah

tapi dengan cara

bicara yang baik

- Pasien mengatakan

akan memasukkan

kegiatan ini kedalam

jadwal kegiatan harian

Objektif :

- Pasien tampak

mempraktekkan cara

mengontrol perilaku

kekerasan dengan cara

Vikih

60

fisik II

- Pasien tampak

mendengarkan apa

yang sedang

didiskusikan

- Pasien tampak tenang

- Pasien tampak

berbicara dengan

cepat

- Pasien dapat

melakukan

mengontrol perilaku

kekerasan dengan cara

verbal

- Pasien memasukkan

kegiatan kedalam

kegiatan harian pasien

Analisa :

Masalah SP 3 Pasien

dapat teratasi

Planning :

- Evaluasi cara

mengontrol perilaku

kekerasan dengan cara

verbal

- Diskusikan dan latih

cara mengontrol

perilaku kekerasan

dengan cara spiritual

- Anjurkan untuk

memasukkan kegiatan

kedalam jadwal

kegiatan harian.

61

D. Evaluasi Keperawatan

Nama Pasien : An. R

Ruangan : Rumah Sakit Jiwa Islam Klender

No. RMK : 013203

No Dx Hari/Tgl Jam Catatan Perkembangan Paraf

Dx 1

SP 1

Pasien

Selasa

08 Mei

2018

11.30 Subjektif :

- Pasien mengatakan nama saya An. R

, senang dipanggil An. R, usia saya

15 Tahun

- Pasien mengatakan penyebab marah

dan mengamuk karena keinginannya

tidak dituruti, saya tidak boleh

keluar rumah

- Pasien mengatakan tandanya saat

marah adalah mata melotot,

mengamuk, terkadang sampai

membanting barang-barang

dirumah, dan berteriak-teriak karena

kesal

- Pasien mengatakan akibat marah

adalah di marahi oleh orang-orang,

dijauhi, barang yang banting rusak

- Pasien mengatakan cara mengontrol

marah yang pertama dengan cara

tarik nafas dalam

- Pasien mengatakan jika mulai marah

akan mengontrol marahnya dengan

tarik nafas dalam

- Pasien mengatakan akan

memasukkan kegiatannya kedalam

jadwal kegiatan harian

Objektif :

Vikih

62

- Pasien dapat membina hubungan

baik dengan perawat

- Pasien dapat menyebutkan perilaku

kekerasan yang dialaminya : mata

melotot, mengamuk, membanting

barang-barang

- Pasien tampak berbicara dengan

cepat

- Pasien tampak agresif

- Pasien tampak mengikuti cara

mengontrol marah yang dilatih oleh

perawat dengan tarik nafas dalam

- Pasien memasukkan kegiatan

kedalam kegiatan sehari-hari

Analisa :

Masalah SP 1 Pasien teratasi

Planning :

- Evaluasi pasien untuk mengontrol

marah dengan cara fisik I : tarik

nafas dalam

- Diskusikan dan latih cara

mengontrol marah dengan fisik II

- Diskusikan dan latih cara

mengontrol marah dengan verbal

- Anjurkan untuk memasukkan

kegiatan kedalam jadwal kegiatan

harian

Dx 1

SP 2

Pasien

Rabu

09 Mei

2018

10.30 Subjektif :

- Pasien mengatakan cara mengontrol

marah yang pertama itu dengan tarik

nafas dalam

- Pasien mengatakan cara mengontrol

marah yang kedua dengan pukul

bantal/kasur

Vikih

63

- Pasien mengatakan saat merasa

kesal tidak boleh membanting

barang, tapi dengan cara memukul

bantal/kasur

- Pasien mengatakan akan

memasukkan kegiatan kedalam

jadwal kegiatan harian

Objektif :

- Pasien tampak kembali

mempraktekkan cara mengontrol PK

dengan Fisik 1 : tarik nafas dalam

- Raut wajah pasien tampak tenang

- Pasien tampak berbicara dengan

cepat

- Pasien dapat melakukan mengontrol

perilaku kekerasan dengan fisik II :

pukul bantal/kasur

- Pasien memasukkan kegiatan

kedalam jadwal kegiatan harian

Analisa :

Masalah SP 2 Pasien dapat teratasi

Planning :

- Evaluasi cara mengontrol perilaku

kekerasan dengan cara fisik II dan

verbal

- Diskusikan dan latih cara

mengontrol marah dengan cara

verbal

- Anjurkan pasien untuk memasukkan

kegiatan kedalam jadwal kegiatan

harian pasien

64

Dx 1

SP 3

Pasien

Kamis

10 Mei

2018

12.10 Subjektif :

- Pasien mengatakan cara mengontrol

marah yang kedua dengan cara

pukul bantal/kasur

- Pasien mengatakan cara mengontrol

marah yang ketiga dengan cara

verbal

- Pasien mengatakan jika meminta,

menolak dan berbicara tidak dengan

marah tapi dengan cara bicara yang

baik

- Pasien mengatakan akan

memasukkan kegiatan ini kedalam

jadwal kegiatan harian

Objektif :

- Pasien tampak mempraktekkan cara

mengontrol perilaku kekerasan

dengan cara fisik II

- Pasien tampak mendengarkan apa

yang sedang didiskusikan

- Pasien tampak tenang

- Pasien tampak berbicara dengan

cepat

- Pasien dapat melakukan mengontrol

perilaku kekerasan dengan cara

verbal

- Pasien memasukkan kegiatan

kedalam kegiatan harian pasien

Analisa :

Masalah SP 3 Pasien dapat teratasi

Vikih

65

Planning :

- Evaluasi cara mengontrol perilaku

kekerasan dengan cara verbal

- Diskusikan dan latih cara

mengontrol perilaku kekerasan

dengan cara spiritual

- Anjurkan untuk memasukkan

kegiatan kedalam jadwal kegiatan

harian

66

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas berbagai kesenjangan yang terjadi antara

teori yang ada didalam landasan teoritis dengan tinjauan kasus, faktor-faktor

penghambat dan pendukung serta cara alternatif dalam pemecahan masalah /

solusi yang ditemukan dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar psikososial

dan kesehatan mental pada An. R dengan masalah resiko perilaku kekerasan

selama 3 hari dari tanggal 08 Mei sampai dengan 10 Mei 2018 di Rumah Sakit

Jiwa Islam Klender Jakarta Timur. Sesuai dengan konsep dan tahap-tahap dalam

proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa

keperawatan, perencananaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi

keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan

Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 08 Mei sampai dengan 10 Mei

2018. Penulis melakukan pengkajian dengan tujuan mengumpulkan data yang

akurat untuk merumuskan suatu permasalahan yang ada pada pasien. Penulis

melakukan pengkajian dengan cara observasi, wawancara langsung dengan

pasien ataupun keluraga serta melihat status dan informasi dari perawat

ruangan yang merawat pasien. Penulis melakukan pengkajian secara

menyeluruh dari aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Disaat ingin

melakukan pengkajian tak lupa penulis selalu melakukan kontrak waktu

dengan waktu yang tidak terlalu lama / singkat sekitar 10 – 20 menit, jika

melakukan kontrak waktu yang terlalu lama ditakutkan membuat pasien

bosan dan tidak percaya sehingga pasien tidak ingin diganggu lagi.

Pengkajian ini juga disesuaikan dengan format pengkajian yang sering sekali

digunakan untuk mendapatkan data pasien. Berdasarkan kasus yang

ditemukan oleh penulis dari hasil wawancara dan data status sudah terlihat

jelas bahwa pasien dibawa ke rumah sakit karena marah dan mengamuk yang

tidak terkontrol hingga memecahkan kaca jendela rumahnya. Pasien sering

sekali mengamuk jika keinginannya tidak terpenuhi, dan sering diejek oleh

teman-temannya terutama temannya yang laki-laki sehingga seringkali

67

mengakibatkan pasien kesal, marah sampai mengamuk. Data-data ini sesuai

dengan tingkah laku yang terjadi pada pasien dengan resiko perilaku

kekerasan. Adapun yang meliputi dalam pengkajian adalah faktor

predisposisi, faktor presipitasi, tanda dan gejala dan mekanisme koping.

1. Faktor predisposisi. Menurut tinjauan teoritis faktor predisposisi pada

asuhan keperawatan dengan resiko perilaku kekerasan adalah

a. Teori biologik yaitu neurologic factor/faktor neurologi beragam

komponen dari sistem syaraf-syaraf yang mempunyai peran

memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang

akan mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbik ini sangat terlibat

dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respons

agresif. Faktor genetik, adanya faktor gen yang diturunkan melalu

orang tua menjadi potensi perilaku agresif. Dan brain area

disorder/gangguan area otak, gangguan dalam sistem limbik temporal,

tumor otak, trauma otak penyakit epilepsi ditemukan sangat

berpengaruh terhadap perilaku agresif atau tindak agresif.

b. Teori psikologik yaitu psikoanalisa yang dipengaruhi oleh riwayat

tumbuh kembang dari pemenuhan oral yang tidak terpenuhi sehingga

membuat tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat

mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep

dirinya rendah sehingga tindak kekerasan merupakan pengungkapan

secara terbuka atas ketidakberdayaannya. Model dan perilaku yang

dilihatnya juga sangat berpengaruh dalam melakukan tindak

kekerasan jika apa yang dilihatnya banyak mengandung tindak

kekerasan. Perilaku kekerasan juga merupakan hasil belajar suatu

individu didalam lingkungannya. Apa yang diamati pasti itu yang

dilakukan.

c. Teori sosiokultural yaitu faktor budaya, banyak ritual dalam budaya

yang mengarahkan pada tindakan agresif, sehingga banyak masyarkat

yang cenderung menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan.

68

d. Aspek religiusitas, dalam aspek tindakan agresif merupakan dorongan

dan bisikan setan yang sangat menyukai kerusakan agar manusia

menyesal.

Penulis mendapatkan tidak terdapat penyimpangan antara teoritis dengan

kasus, faktor predisposisi pada An. R yang paling menonjol adalah teori

biologik karena dilihat dari riwayat penyakit yang dimiliki pasien adalah

penyakit epilepsi yang sering sekali kambuh terjadi 2 kali dalam sebulan,

penyakit ini sangat berpengaruh dalam tindak agresif karena adanya

gangguan pada area otak. Dan teori psikologik karena dilihat dari

lingkungannya yang terkadang ada yang mengejek – ejeknya sehingga

membuat rasa kesal didalam diri pasien, dilingkungan yang sedikit sekali

dukungannya sangat berpengaruh kepada pasien dalam bertindak agresif

ataupun cepat marah.

2. Faktor Presipitasi dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali

berkaitan dengan ekspresi diri dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar

dan kondisi sosial ekonomi, cenderung berkomunikasi dan menyelesaikan

masalah dengan kekerasan, adanya riwayat anti sosial meliputi

penyalahgunaan obat dan alkohol sehingga tidak mampu mengontrol

emosinya. Didalam faktor presipitasi penulis tidak menemukan

penyimpangan antara teoritis dan kasus karena penulis mendapatkan data

bahwa pasien An. R ketika keinginannya tidak terpenuhi pasien

mengekspresikan dirinya dengan marah dan mengamuk.

Tanda dan gejala menurut tinjauan teoritis asuhan keperawatan pada

pasien dengan resiko perilaku kekerasan yaitu pada fisik : muka merah,

tegang mata melotot, tangan mengepal, jalan mondar-mandir. Pada

verbal: bicara kasar, suara tinggi, membentak, ketus, suara keras. Pada

perilaku : memukul benda/orang lain, merusak lingkungan, amuk/agresif.

Emosi : dendam, jengkel, ingin berkelahi, menyalahkan, menuntut. Dalam

data kasus, tanda dan gejala yang penulis dapatkan tidak menyimpang

dengan teori/konsep karena pada pasien An. R dalam perilaku pasien

sering marah dan mengamuk, pada verbal pasien berbicara dengan cepat,

69

dan saat bicara harus selalu didengar, pasien An. R juga suka membanting

barang-barang. Pasien juga terlihat sering mondar-mandir.

Mekanisme Koping. Pada teoritis asuhan keperawatan pada pasien

dengan resiko perilaku kekerasan yaitu displacement (melepaskan

perasaan marahnya pada objek yang tidak begitu berbahaya), sublimasi (

melepaskan perasaan marahnya pada objek yang dapat membahayakan),

proyeksi (menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau

kenginannya yang tidak baik), repsresif (mencegah pikiran yang

menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar), reaksi formasi

(mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan melebih-

lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan sebagai

rintangan).

Penulis tidak menemukan penyimpangan pada mekanisme koping antara

teoritis dan kasus karena didapatkan data mekanisme koping yang pasien

An. R lakukan yaitu dengan sublimasi karena pasien An.R saat marah

melepaskan perasaan marahnya pada objek yang dapat membahayakan

seperti ketika marah membanting barang, memecahkan kaca jendela

rumahnya.

Faktor Pendukung :

Dalam melakukan pengkajian pada An. R dengan masalah resiko perilaku

kekerasan yang penulis rasakan serta penulis pantau/lihat yaitu pada saat

beriteraksi dengan pasien, pasien tampak kooperatif, pasien mau untuk

diajak bercakap-cakap dengan penulis. Keluarga juga mau untuk diajak

bercakap-cakap walaupun sebentar dan anak ketiganya sangat rewel saat

penulis berbincang-bincang dengan keluarga.

Faktor Penghambat :

Dalam melakukan pengkajian pada An. R dengan masalah resiko perilaku

kekerasan, penulis merasakan faktor penghambat pada pasien yaitu waktu

yang cukup singkat, penulis mendapat data dari keluarga hanya sebentar,

hanya mendapat data dari pasien.

Maka dari itu, penulis mencoba mencari solusinya yaitu dengan cara

penulis berusaha mengatasi dengan membina hubungan teraupetik yang

70

baik dengan pasien secara sering namun dengan waktu yang singkat

sehingga pasien mau berinteraksi dan menceritakan masalahnya.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan tahapan akhir dari pengkajian yang

meruapakan masalah pasien yang akan ditindak lanjuti sehingga masalah

dapat berkurang.

Pasa tinjauan teoritis, pada asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah

resiko perilaku kekerasan terdapat 3 diagnosa yaitu resiko perilaku kekerasan,

gangguan konsep diri : harga diri rendah, dan resiko menciderai diri sendiri,

orang lain dan lingkungan. Dan pada kasus ini ditemukan kesamaan dengan

teori. Penulis menetapkan masalah utama An. R adalah Resiko Perilaku

Kekerasan, karena didasarkan pada alasan masuk dan data yang didapatkan

dari hasil pengkajian pasien marah dan mengamuk, suka membanting barang,

memecahkan kaca jendela rumah. Jika masalah tersebut tidak segera diatasi,

ditakutkan pasien akan menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.

Pada kasus ini penulis menemukan diagnosa keperawatan yaitu :

1. Penulis memuculkan masalah utamanya dengan resiko perilaku kekerasan

karena berdasarkan hasil data yang telah dikumpulkan pasien suka marah

dan mengamuk, sering membanting barang, dan memecahkan kaca

jendela rumah.

2. Pada diagnosa yang kedua penulis memunculkan masalah gangguan

konsep diri : harga diri rendah karena berdasarkan data yang telah

didapatkan dan dikumpulkan riwayat masa lalu pasien pernah mengalami

dijauhi dan diejek ( bulliying ) oleh temannya karena pasien suka

menciumi bokong guru dan mengejar perempuan ketika di SD.

3. Pada diagnosa yang ketiga penulis memunculkan masalah resiko

menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, karena berdasarkan

data yang penulis dapatkan pasien sering mengamuk, membanting barang,

dan memecahkan kaca jendela rumahnya.

Faktor Pendukung : Dalam memunculkan masalah keperawatan/diagnosa

keperawatan, tersedianya data dasar dan analisa data, serta sumber buku yang

71

didapatkan tentang masalah keperawatan/diagnosa keperawatan resiko

perilaku kekerasan sesuai dengan kasus sehingga diagnosa dapat

dimunculkan.

Faktor Penghambat : Dalam memunculkan masalah keperawatan/diagnosa

keperawatan ini penulis tidak mendapat hambatan dalam memunculkan

diagnosa keperawatan, karena menurut tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak

didapatkan kesenjangan.

C. Perencanaan Keperawatan

Penulis membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah

kesehatan dan meningkatkan kesehatan lain (menurut PPNI, 2009).

Pada tahap perencananaan penulis tidak menemukan banyak perbedaan antara

kasus dan teori. Penulis membuat perencanaan didalam satu diagnosa dan

ditekankan pada tindakan keperawatan yang penting untuk mengatasi

masalah pasien. Pada teori penulis membuat tiga perencanaan dalam tiga

diagnosa, namun pada kasus penulis hanyak membuat satu perencanaan

karena masalah yang paling menonjol/prioritas pada saat ini hanya satu yaitu

resiko perilaku kekerasan.

Faktor Pendukung : Saat membuat rencana tindakan keperawatan penulis

mengacu pada standar asuhan keperawatan yang ada didalam sumber buku-

buku yang ada. Pasien yang mudah untuk diajak berkomunikasi sehingga

penulis mudah mendapatkan data untuk menyusun rencana tindakan

keperawatan.

Faktor Penghambat : Tidak ada faktor yang menghambat saat membuat

perencanaan keperawatan karena banyaknya sumber buku-buku dengan

masalah resiko perilaku kekerasan yang tersedia.

D. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan pada teori adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan

yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria

hasil yang diharapkan (Bulechek.,2008).

72

Pada tahap pelaksanaan penulis melaksanakan satu diagnosa keperawatan

dari tiga diagnosa keperawatan yang ditemukan karena diagnosa

keperawatan/masalah keperawatan yang prioritas pada kasus ini adalah resiko

perilaku kekerasan. Pada saat pelaksanaan keperawatan penulis hanya

melakukan tiga SP.

Pada hari pertama tanggal 08 Mei 2018, penulis melakukan implementasi Dx

1 SP 1 Pasien yaitu membina hubungan saling percaya, mendiskusikan

penyebab perilaku kekerasan, menyebutkan tanda dan gejala perilaku

kekerasan, mendiskusikan dampak dari perilaku kekerasan, mendiskusikan

cara mengontrol perilaku kekerasan, melatih cara mengontrol perilaku

kekerasan dengan cara fisik I : tarik nafas dalam, dan menganjurkan pasien

untuk memasukkan kegiatan kedalam jadwal kegiatan harian pasien. Hasil

dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pasien dapat melakukan

apa yang telah didiskusikan yaitu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara

fisik I : tarik nafas dalam dan dapat mempraktekkannya, sehingga penulis

dapat melanjutkan ke SP 2.

Pada hari kedua pada hari Rabu tanggal 09 Mei 2018, penulis melakukan

tindakan keperawatan Dx 1 SP 2 Pasien yaitu mengevaluasi pasien dalam

mengontrol marah dengan cara fisik I : tarik nafas dalam, mendiskusikan dan

melatih pasien cara mengontrol marah dengan cara fisik II ( pukul

bantal/kasur), dan menganjurkan pasien untuk memasukkan kegiatan kedalam

jadwal kegiatan harian pasien. Hasil dari tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan pasien dapat melakukan apa yang telah didiskusikan yaitu

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik II : pukul bantal/kasur dan

dapat mempraktekkannya, sehingga penulis dapat melanjutkan ke SP 3.

Pada hari ketiga pada hari kamis tanggal 10 Mei 2018, penulis melakukan

tindakan keperawatan Dx 1 SP 3 Pasien yaitu mengevaluasi pasien dalam

mengontrol marah dengan cara fisik II : pukul bantal/kasur, mendiskusikan

dan melatih pasien cara mengontrol marah dengan cara verbal, dan

menganjurkan pasien memasukkan kegiatan kedalam jadwal kegiatan harian

pasien. Hasil dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pasien dapat

73

melakukan apa yang telah didiskusikan yaitu mengontrol perilaku kekerasan

dengan cara verbal dan dapat mempraktekkannya, namun penulis tidak dapat

melanjutkan ke SP berikutnya dikarenakan waktu yang sangat terbatas

sehingga mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual dan

mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat belum

terlaksanakan.

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang digunakan pada pasien dengan

resiko perilaku kekerasan adalah TAK stimulasi persepsi yang dilaksanakan

dalam 5 sesi. Namun TAK stimulasi persepsi tidak dapat dilakukan karena

keterbatasannya waktu dalam menyelesaikan kasus.

Psikofarmakologi yang biasa diberikan untuk pasien dengan perilaku

kekerasan yaitu antianxiety seperti lorazepam, clonazepam. Anti depresi yaitu

amitriptilin, trazodone. Dan antipsikotik seperti chlorpromazine , risperidon,

clozapin. Sedangkan psikofarmakologi yang didapatkan pada pasien An. R

didalam kasus ini adalah Resperidone 2 mg : 2 x 1 Tablet, THP

(Trihexilphenidil) 2 mg : 2 x 1 Tablet, Dilantin 100 mg : 2 x 1 Kapsul.

Faktor Pendukung : Penulis dapat melakukan SP 1, SP 2, dan SP 3 sesuai

dengan protap, karena didukung dari pasiennya yang kooperatif, dan mau

diajak untuk berdiskusi serta berlatih dalam melakukan SP didalam masalah

resiko perilaku kekerasan. Serta perawat yang senantiasa ikut memantau

pasien, sehingga bisa diajak untuk bekerja sama dalam melakukan

implementasi keperawatan/tindakan keperawatan. Didalam melaksanakan

tindakan keperawatan/implementasi keperawatan penulis sangat terbantu

sekali karena pasien yang mau untuk diajak berdiskusi dan berlatih serta

dapat mempraktekkan mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik I :

tarik nafas dalam, cara fisik II : pukul bantal/kasur, cara verbal.

Faktor Penghambat : Didalam melakukan tindakan

keperawatan/implementasi keperawatan pada kasus ini karena terbatasnya

waktu yang tersedia, maka penulis belum menyelesaikan untuk melaksanakan

SP IV Pasien yaitu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual, SP

V Pasien yaitu mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat, SP

74

Keluarga. Serta belum terlaksananya TAK Stimulasi Persepsi pada resiko

perilaku kekerasan.

Solusinya : Perlunya waktu tambahan yang diberikan pada kampus, bekerja

sama kepada perawat ruangan untuk dilaksanakannya SP IV Pasien yaitu

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual, SP V Pasien yaitu

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat, dan SP

Keluarga, TAK stimulasi persepsi pada resiko perilaku kekerasan.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan

perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil

meningkatkan kondisi pasien. Evaluasi juga merupakan langkah terakhir

dalam proses keperawatan untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana

keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi dilakukan setiap hari atau setiap

penulis melakukan tindakan keperawatan/implementasi keperawatan kepada

pasien. Pada tinjauan teori evaluasi pada asuhan keperawatan pada resiko

perilaku kekerasan yang harus tercapai adalah :

a. Pasien dapat menyebutkan penyebab resiko perilaku kekerasan

b. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang

dilakukakannya

c. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

d. Pasien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah

dilakukannya

e. Pasien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan

f. Pasien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan

kemarahannya

g. Pasien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan

dengan cara fisik 1, cara fisik 2, dan verbal

h. Pasien mendapatkan dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku

kekerasan

i. Pasien dapat menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan

Namun dalam kasus ini, evaluasi yang didapatkan oleh penulis adalah An. R

dapat melakukan/mempraktekkan apa yang telah penulis diskusikan dan

75

penulis latih, dari mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik I : tarik

nafas dalam, cara fisik II : pukul bantal/kasur, dengan cara verbal. Hampir

semua evaluasi dapat dilakukan oleh pasien An. R. Hanya beberapa evaluasi

yang belum terlaksana seperti SP IV Pasien yaitu mengontrol perilaku

kekerasan dengan cara spiritual, SP V Pasien yaitu dengan mengontrol

perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat, dan SP Keluarga, dan

melakukan TAK Stimulasi Persepsi pada resiko prilaku kekerasan karena

keterbatasan waktu yang tersedia dalam menyelesaikan kasus.

Faktor Pendukung : Didalam evaluasi ini penulis tidak menemukan

kesenjangan antara teori dan kasus. Pasien yang kooperatif yang tampak

mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik I : tarik nafas

dalam, cara fisik II : pukul bantal/kasur, cara verbal.

Faktor Penghambat : Penulis tidak mendapatkan hasil evaluasi dari SP IV

Pasien, SP V Pasien dan SP Keluarga, serta belum terlaksananya TAK

Stimulasi Persepsi pada resiko perilaku kekerasan, karena tindakan

keperawatan/implementasi keperawatan yang belum terlaksana dikarenakan

waktu yang sangat terbatas.

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis telah melakukan pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan

kesehatan mental pada pasien An. R dengan masalah resiko perilaku

kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur selama tiga

hari yaitu dari tanggal 08 Mei sampai dengan 10 Mei 2018 secara

promotif, preventif, dan kuratif melalui pendekatan asuhan keperawatan

yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi. Penulis juga telah membandingkan dari laporan studi kasus yang

penulis dapatkan dengan landasan teori yang terdapat dari beberapa

sumber buku-buku dapat penulis simpulkan, yaitu :

1. Pengkajian Keperawatan

Penulis dalam melakukan tahapan pengkajian yang dilakukan terhadap

pasien An. R dengan resiko perilaku kekerasan yang perlu untuk

ditinjau dalam faktor predisposisi, faktor presipitasi, tanda dan gejala

serta mekanisme koping. Dalam tinjauan teori bahwa pengkajian pada

resiko perilaku kekerasan pada faktor predisposisi yaitu dari aspek

biologik, aspek psikologis, aspek sosiokultural, dah aspek religiulitas,

pada kasus An. R faktor predisposisi yang terjadi karena aspek

biologik dan aspek psikologis.

Kemudian faktor presipitasi pada pasien An. R dengan masalah resiko

perilaku kekerasan dalam tinjauan teori yaitu dapat mencetuskan

perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan ekspresi diri dari tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi, cenderung

berkomunikasi dan menyelesaikan masalah dengan kekerasan, adanya

riwayat anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkohol sehingga

tidak mampu mengontrol emosinya. Kemudian faktor presipitasi yang

didapatkan pada pasien An. R ketika keinginannya tidak terpenuhi

pasien mengekspresikan dirinya dengan marah dan mengamuk.

Tanda dan gejala yang terdapat pada An. R didalam kasus sangat tidak

jauh berbeda dengan tinjauan teori, karena dari tanda maupun gejala

77

yang dialami An. R sama dengan apa yang ada didalam tinjauan teori.

Seperti muka tegang, tangan sering mengepal, berperilaku agresif,

memaksa untuk selalu didengarkan, dll. Mekanisme koping yang

digunakan pasien An. R yaitu sublimasi karena seringnya pasien

menyalurkan amarahnya kepada objek yang dapat membahayakan.

2. Diagnosa Keperawatan

Didalam penulisan ini, penulis dapat merumuskan 3 diagnosa yang

muncul pada pasien An. R dengan masalah resiko perilaku kekerasan

yaitu resiko perilaku kekerasan, gangguan konsep diri : harga diri

rendah, dan resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

3. Perencanaan Keperawatan

Penulis dalam membuat perencanaan dibuat sesuai dengan rencana

tindakan yang ada pada pasien An. R dengan masalah resiko perilaku

kekerasan. Penulis mendapat prioritas masalah dengan resiko perilaku

kekerasan, sehingga penulis membuat rencana tindakan keperawatan

hanya pada masalah keperawatan yang telah diprioritaskan. Dalam

perencanaan ini didampingi oleh perawat ruangan untuk mencipatkan

kerja sama diantara penulis dan perawat ruangan dalam melaksanakn

tindakan keperawatan nantinya.

4. Pelaksanaan Keperawatan

Penulis dalam melakukan implementasi keperawatan pada kasus

pasien An. R dengan masalah resiko perilaku kekerasan hanya bisa

melakukan Dx 1 SP 1 Pasien sampai dengan Dx 1 SP 3 Pasien, dengan

Dx 1 yaitu resiko perilaku kekerasan. SP 1 Pasien telah dilakukan

dihari pertama pada tanggal 08 Mei 2018 dengan membina hubungan

saling percaya, mendiskusikan penyebab perilaku kekerasan,

mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan, mendiskusikan

cara mengontrol perilaku kekerasan, mendiskusikan dan melatih cara

mengontrol marah dengan cara fisik I : tarik nafas dalam, serta

menganjurkan pasien untuk memasukkan kegiatan kedalam jadwal

harian pasien.

78

SP 2 Pasien telah dilakukan dihari kedua pada tanggal 09 Mei 2018

dengan mengevaluasi cara mengontrol marah dengan cara fisik I : tarik

nafas dalam, mendiskusikan dan melatih cara mengontrol marah

dengan cara fisik II : pukul bantal/kasur, serta menganjurkan pasien

untuk memasukkan kegiatan kedalam jadwal kegiatan harian pasien.

SP 3 Pasien telah dilakukan dihari keiga pada tanggal 10 Mei 2018

dengan mengevaluasi cara mengontrol marah dengan cara fisik II:

pukul bantal/kasur, mendiskusikan dan melatih cara mengontrol marah

dengan verbal, serta menganjurkan pasien memasukkan kegiatan

kedalam jadwal kegiatan harian pasien.

5. Evaluasi

Evaluasi yang ditunjukan oleh pasien berdasarkan hasil observasi

penulis, pasien sudah mengalami beberapa perkembangan. Hal ini

dapat terlihat pada diagnosa keperawatan pertama hasil evaluasi sesuai

dengan tujuan khusus yang telah tercapai yaitu pasien mampu

menyebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan seperti mata melotot,

mengamuk, berbicara kasar dan keras, penyebab perilaku kekerasan

seperti diejek oleh orang lain, tidak dituruti keinginannya,dll, akibat

dari perilaku kekerasan seperti dimarahi oleh orang-orang, barang-

barang yang dibanting rusak, dapat melukai diri sendiri, serta cara

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik I : tarik nafas dalam,

cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik II : pukul

bantal/kasur, dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara

verbal yaitu menolak, meminta dan mengajak dengan cara bicara yang

baik, tidak kasar, dan dengan tidak menggunakan nada tinggi.

B. Saran

Melalui karya tulis ini, penulis ingin memberikan saran agar pemenuhan

kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental pada pasien dengan

masalah resiko perilaku kekerasan dapat lebih sempurna, yaitu :

79

1. Pelayanan Keperawatan

a. Perlunya diciptakan rasa saling percaya antara pasien dengan

perawat agar terciptanya hubungan yang baik antara perawat dan

pasien, tidak terciptanya rasa kekesalan antara perawat dan pasien

sehingga pasien selalu menolak apa yang dianjurkan perawat.

b. Perlunya melakukan kerja sama dengan perawat ruangan untuk

melanjutkan tindakan keperawatan yang belum terlaksanakan

seperti SP 4 Pasien yaitu mengontrol perilaku kekerasan dengan

cara spiritual, SP 5 Pasien yaitu cara mengontrol perilaku

kekerasan dengan patuh minum obat, SP Keluarga untuk

mendukung kesembuhan pasien, dan TAK stimulasi persepsi pada

perilaku kekerasan yang belum sempat terlaksana dikarenakan

waktu yang sangat terbatas dalam melakukan pemenuhan

kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental pada masalah

dengan masalah resiko perilaku kekerasan.

2. Pasien

Penulis harapkan pasien tetap dapat mengontrol perilaku kekerasannya

dengan cara yang telah didiskusikan dan dilatihnya, yaitu dengan

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik I : tarik nafas dalam,

dengan cara fisik II : pukul bantal/kasur, dan dengan cara verbal,

dengan cara spiritual, serta patuh minum obat.

3. Keluarga

a. Untuk keluarga diharapkan berperan aktif untuk membantu

mendukung pada upaya pengobatan dan pemulihan pada pasien,

karena keluarga adalah orang yang benar-benar sangat berperan

aktif dalam penyembuhan pasien dirumah sakit maupun dirumah.

4. Intitusi Pendidikan

a. Kepada institusi untuk lebih memberikan waktu yang lebih panjang

dalam mencari kasus kelolaan agar dalam pemenuhan kebutuhan

dasar psikososial dan kesehatan mental pada pasien dengan

masalah resiko perilaku kekerasan dapat teratasi semua SP nya dan

penyusunan karya tulis ilmiah secara sempurna.

80

b. Kepada institusi diharapkan untuk lebih banyak menyediakan

referensi buku keperawatan jiwa dalam pemenuhan kebutuhan

dasar psikososial dan kesehatan mental terutama dengan masalah

resiko perilaku kekerasan lebih banyak lagi dengan tahun

terupdate/terbaru.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba

Medika.

Heman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Keliat, Budi. 2013. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. ED 2.Jakarta:

EGC.

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Jakarta : CV Andi Offset.

Sutejo. 2017. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Yoseph, Iyus. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama.

Yusuf, A.H., dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :

Salemba Medika.

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

LAMPIRAN

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

A. PENGKAJIAN

Tanggal pengkajian : 08 Mei 2018

Ruangan Rawat : RSJI Klender Jakarta Timur

Tanggal Dirawat : 08 Mei 2018

Nomor Register : 013203

Diagnosa Medis : RM + Psikotik

1. Identitas Pasien

Nama : An. R

Umur : 15 Tahun

Status Perkawinan : Belum menikah

Agama : Islam

Suku Bangsa : Betawi

Pendidikan : Tidak lulus SD

Alamat : Jl. Rawa Bebek Rt. 05/Rw. 01 Jakarta

Timur

Sumber Informasi : Pasien, Keluarga, Status Rekam Medis

Pasien, dan Perawat Ruangan

2. Alasan Masuk

Pasien masuk dengan alasan karena pasien mengamuk yang tidak

terkontrol ketika dirumah, pasien mengamuk sudah 2x namun yang

sangat tidak terkontrol yang kedua kali ini, sampai pasien memecahkan

kaca jendela, pasien marah dan mengamuk saat permintaannya tidak

dituruti.

3. Faktor Predisposisi

Pasien masuk kerumah sakit baru pertama kalinya, pasien dulunya

sering diejek oleh teman-temannya karena waktu di SD pasien suka

83

menciumi bokong guru dan mengejar anak perempuannya dan

membuat pasien kesal karena ejekan teman-temannya. Pasien juga

dulu sempat dijauhi teman-teman dikelasnya serta diledeki bahwa

pasien aneh. Pasien sering marah dan mengamuk apalagi jika

keinginananya tidak dituruti.

Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : harga diri rendah,

resiko perilaku kekerasan.

4. Pemeriksaan Fisik

Pada saat melakukan pemeriksaan fisik dan mengukur tanda-tanda

vital pada pasien An. R didapatkan data yaitu TD : 122/86 mmHg,

Nadi : 96x/menit, Pernafasan : 20x/menit, Suhu : 36,2 C. Berat badan :

31 Kg, dengan Tinggi badan : 120 cm. Dalam pemeriksaan fisik data

yang didapatkan yaitu keadaan umum pasien baik, kesadaran

composmentis, rambut bersih, mata normal dengan konjungtiva an

anemis, sklera mata an ikterik, mukosa bibir lembab, gigi bersih dan

tidak ada caries pada gigi, dileher tidak ada pembesaran kelenjar

thyroid, pada dada tampak simestris dengan pernafasan vesikuler, dan

bunyi jantung reguler, pada abdomen tidak terjadi distensi abdomen,

kulit pasien normal, tidak ada kelemahan otot.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang

ditemukan

5. Psikososial

a. Genogram

Keterangan :

= Laki-laki = Garis Keturunan

= Perempuan = Tinggal 1

rumah

= Meninggal dunia = Pasien

= Garis keturunan

Tn. A ( 65

Thn)

Ny. St

(60 Thn)

Tn. Y ( 45

Thn)

An. R ( 15

Th)

Tn. N (35

Thn) Tn. J ( 41

Thn)

Tn. S ( 72

Thn)

An.V (6

Th)

An.D ( 10

Thn)

Ny. T

(32 Thn)

Ny. T (

69 Thn)

Ny.A (

39 Tahn)

b. Konsep Diri

a. Gambaran diri : Pasien menyukai seluruh bagian tubuhnya

karena, pasien merasa tidak ada kecacatan didalam dirinya.

b. Identitas : Pasien seorang laki-laki yang berumur 15

Tahun, pasien sudah tidak melanjutkan sekolahnya di SD,

karena dulunya pernah diejek teman-temannya sebab pasien

suka menciumi bokong guru dan mengejar perempuan di

sekolah, namun pasien ingin sekolah kembali namun didalam

pikiran pasien bahwa seumurannya dia sudah menginjak SMP.

c. Peran : Pasien berperan selayaknya anak dengan

usia 15 Tahun seperti bermain, mengaji, dll. Pasien sudah

menjalankan perannya sebagai seorang anak.

d. Ideal diri : Pasien selalu ingin bekerja, pasien juga

ingin melanjutkan sekolahnya kembali. Pasien juga berharap

agar lebih baik lagi dari hari sebelumnya.

e. Harga diri : Hubungan pasien dengan orang lain baik,

walaupun dulunya pasien sering diejek (bulying) oleh

temannya. Pandangan orang lain atas dirinya yaitu pasien itu

orang suka marah, dan mengamuk apalagi jika keinginannya

tidak dituruti.

Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri : harga diri rendah

c. Hubungan Sosial

Orang yang sangat berarti bagi pasien yaitu keluarganya, karena

keluargalah yang selalu ada didalam situasi apapun. Pasien rutin

dalam mengkuti pengajian di Mushallah. Pasien bermain dengan

teman-temannya.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang

ditemukan.

d. Spiritual

Tidak ada penyebab khusus dalam penyakit yang pasien derita,

penyakit ini memang karena pasien tidak bisa mengontrol

marahnya. Pasien dalam melaksanakan kegiatan ibadah masih

86

perlu bimbingan, karena diusianya yang masih kecil jadi

penguasaan ilmunya pun masih sedikit.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang

ditemukan.

6. Status Mental

a. Penampilan

Dari hasil observasi bisa penulis lihat bahwa penampilan pasien

tampak rapih, tidak tercium bau khas pada pasien, rambut rapi.

Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari

juga.

b. Pembicaraan

Pembicaraan pasien yang penulis dapatkan bahwa pasien tampak

cepat dalam berbicara, tampak memaksa dalam pembicaraannya

yang ingin selalu didengar.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang

ditemukan.

c. Aktivitas Motorik

Saat penulis melakukan observasi didapatkan data pasien tampak

gelisah dan tegang saat beraktivitas. Dengan suara yang agak cepat.

d. Alam Perasaan

Saat penulis melakukan observasi didapatkan data pasien merasa

khawatir, takut orang-orang mengganggunya.

Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

e. Afek

Penulis mendapatkan data dari hasil observasi bahwa pasien

tampak labil karena emosi yang pasien miliki itu sangat cepat

berubah-ubah.

f. Interaksi Selama Wawancara

Selama wawancara dengan pasien, penulis menemukan bahwa

pasien tampak kooperatif dalam melakukan diskusi dengan penulis.

Walaupun pasien tampak berbicara dengan cepat, agresif dan selalu

ingin didengarkan.

87

Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan.

g. Persepsi

Pada saat penulis mewawancarai pasien, pasien mengatakan tidak

mendengar bisikan ataupun bayangan.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

h. Proses Pikir

Pada saat penulis mewawancarai pasien, didapatkan tidak ada

masalah dalam proses pikir.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang

ditemukan

i. Isi Pikir

Pada saat penulis mewawancarai pasien, isi pikir pasien merasa

curiga dengan orang yang tidak dikenali apakah akan berbuat jahat

pada dirinya atau tidak. Ditakutkan membuat pasien kesal dan

marah.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang

ditemukan

j. Tingkat Kesadaran

Dari hasil wawancara penulis, bahwa pasien dengan kesadaran

baik, dapat berorientasi dengan baik. Pasien dapat menyebutkan

waktu, tempat dan orang lain dengan baik.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang

ditemukan

k. Memori

Dari hasil wawancara penulis, bahwa pasien dapat mengingat

memori jangka panjang dan jangka pendek dengan baik.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang

ditemukan

l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Hasil wawancara penulis, yaitu bahwa pasien mampu dalam

berhitung secara sederhana. Pasien tampak serius mendengarkan

pembicaraan dan pertanyaan perawat.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang

ditemukan

m. Kemampuan Penilaian

Hasil wawancara penulis, bahwa pasien dapat mengambil

keputusan dengan baik walaupun dalam gangguan ringan.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang

ditemukan

n. Daya Tilik diri

Hasil wawancara yang didapatkan penulis yaitu bahwa pasien tidak

mengingkari penyakit yang dideritanya, pasien mengakui dirinya

bahwa pasien suka marah dan mengamuk ketika dirumah.

Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

7. Kebutuhan Persiapan Pulang

Hasil wawancara yang penulis dapatkan adalah bahwa pasien ketika

dirumah 3 kali dalam sehari dan habis dalam 1 porsi, tidak ada

pantangan dalam makanan. Pasien mampu merapihkan alat makannya

setelah makan ketika dirumah sakit. Untuk BAB/BAK pasien secara

normal/baik, pasien membersihkan kamar mandi yang telah

digunakannya karena pasien tidak menyukai bau khas pada kamar

mandi yang kotor. Dalam mandi pasien melakukannya 2 kali dalam

sehari dan gosok gigi 2 kali dalam sehari. Dalam berpakaian pasien

dapat mengenakan pakaian dengan baik, dan dalam berpenampilan

pasien tampak rapi. Pasien mengatakan ketika dirumah, pasien jarang

tidur siang karena sering bermain, dan tidur malam sekitar jam 21.00

sampai jam 05.00 pagi.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang

ditemukan

8. Mekanisme Koping

Hasil wawancara penulis, bahwa pasien marah dan mengamuk saat

permintaannya tidak dituruti, dan membanting barang.

Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

9. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Hasil wawancara penulis, bahwa pasien ketika mendapat masalah akan

langsung dinasehati oleh orang tuanya, ketika pasien sakit orang tua

membawanya kerumah sakit untuk diobati serta mendapatkan

perhatian untuk kesembuhan pasien. Pasien mengatakan ketika

kemauannya tidak dituruti akan marah dan mengamuk.

Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

10. Pengetahuan Kurang Tentang Penyakit Jiwa Dan Obat – Obatan

Hasil wawancara penulis, bahwa pasien kurang mengetahui kenapa

rasa kesal itu sering muncul, apalagi ada yang mengganggunya

ataupun mengejeknya.

Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

11. Aspek Medis

Diagnosa medis : RM + Psikotik

Terapi medis : ( oral )

Resperidone 2 mg : 2 x 1 Tablet

THP ( Trihexilphenidil) 2 mg : 2 x 1 Tablet

Dilantin 100 mg : 2 x 1 Kapsul

Jakarta, 10 Mei 2018

Mahasiswi

Vikih Octaviana Putri

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Data Pribadi

Nama : Vikih Octaviana Putri

Nim : 2015750041

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 27 Oktober 1996

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kalibaru Barat V No. 62 Rt. 002/Rw. 06

Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara, 14110

2. Riwayat Pendidikan

Data Pendidikan Formal

a. TK LKMDK, Jakarta Utara 2000 – 2001

b. SDN Kalibaru 05 Pagi, Jakarta Utara 2002 – 2008

c. SMP Gontor Putri 1, Jawa Timur 2008 – 2011

d. SMA Gontor Putri 1, Jawa Timur 2011 – 2014

3. Pendidikan Informal

a. Pelatihan Kepemimpinan Tingkat Dasar 2015

b. Pelatihan Darul Arqom Dasar 2015

c. TOEFEL ITP Prediction Test Administered by NEC 2017

d. Course Of study in “ Healthcare Language Program ” 2017

By National English Center

e. Basic Trauma & Cardiac Life Suport 2017

JADWAL KEGIATAN HARIAN

AN. R

Waktu Kegiatan Harian 08 Mei 2018 09 Mei 2018 10 Mei 2018

M B T M B T M B T

05.00-07.00 Bangun pagi + shalat

shubuh + mandi + makan

pagi

08.00-11.30 Bercakap-cakap dengan

perawat + berlatih cara

mengontrol perilaku

kekerasan

12.00-13.00 Menonton TV + shalat

Dzuhur + makan siang

13.00-15.00 Istirahat

16.00-17.30 Shalat ashar + mandi sore +

makan sore

18.00 Shalat maghrib

19.00-20.00 Shalat isya + tidur malam

NAMA : Vikih Octaviana Putri

NPM : 2015750041

Pertemuan Ke : I

SP 1 Pasien

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PROSES KEPERAWATAN

KONDISI KLIEN

Data Subjektif :

Pasien mengatakan dibawa ke rumah sakit karena marah-marah, dan mengamuk

sampai memecahkan kaca jendela rumah.

Pasien mengatakan merasa kesal jika keinginannya tidak dituruti.

Data Objektif :

- Pasien tampak gelisah

- Pasien tampak kesal

- Pasien tampak suka mengepalkan tangannya

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko Perilaku Kekerasan

TUJUAN KHUSUS

1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya

2. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang

dilakukannya

3. Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasannya

TINDAKAN KEPERAWATAN

1 Mendiskusikan penyebab PK

2 Mendiskusikan tanda dan gejala PK

3 Mendiskusikan PK yang dilakukan

4 Mendiskusikan akibat PK

5 Mendiskusikan cara mengontrol PK

6 Melatih cara mengontrol PK dengan cara fisik I : nafas dalam

7 Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN :

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik

“Assalamualaikum Wr.Wb. Selamat pagi perkenalkan nama saya suster

vikih yang bertugas pada shift pagi di rumah sakit ini. Gimana kabar adik

? (alhamdulillah baik), sebelumnya nama adik siapa? Untuk nama

panggilan yang baik di panggil apa ya untuk ? Umur nya berapa tahun?

Hobbynya apa? adik tinggal dimana? (baiklah kalo begitu An. R ) ”

Evaluasi /Validasi

“Bagaimana perasaan adik hari ini? Apakah ada yang mengganggu adik ?

sehingga memancing emosional adik ? ”

2. Kontrak :

a. Topik :

“ baiklah adik hari ini saya akan berbincang-bincang dengan adik

tentang penyebab emosi An. R dan cara mengontrol marah An. R ”

b. Waktu :

“ waktunya kurang lebih 20 menit ”

c. Tempat :

“ untuk tempatnya bagaimana jika diruang tunggu, apakah An. R

bersedia ? ”

d. Tujuan :

“Tujuannya agar dapat mengindentifikasi penyebab emosi An. R

tersebut dan dapat mengontrolnya ”

3. Kerja

“ Dek maaf kalo suster boleh tau kenapa An. R bisa dibawa ke rs ini ?

ehm jadi seperti itu. Apa yang menyebabkan An. R sampai marah dan

mengamuk seperti itu? Iya, suster paham. Apa yang An. R rasakan saat ini

An. R marah dan mengamuk sambil membanting barang,, apakah sambil

mengepalkan tangan, sambil teriak teriak, atau yang lainnya ? Apakah An.

R tau,, disaat An. R marah marah dan mengamuk ketika dirumah itu bisa

berakibat fatal, baik bagi diri An. R sendiri, lingkungan maupun orang

lain, jadi ya menurut suster sebaiknya An. R harus bisa mengontrol

emosinya dengan baik, sehingga tidak ada cedera apapun bagi diri adek

sendiri maupun orang lain. Caranya ya dek ,, jadi ketika An. R marah, An.

R coba untuk tarik nafas dalam,, adek coba berkali kali sampai an. R

merasa rileks. Apakah An. R paham? (ya alhamdulillah jika An. R sudah

paham), nah suster ingin menganjurkan An. R untuk memasukkan

kegiatan mengontrol emosi An. R kedalam jadwal harian ,, Oke An. R ”

4. Terminasi

a. Evaluasi Respon Klien

1) Evaluasi Subjektif

“Bagaimana perasaan An. R setelah berbincang-bincang dengan

suster ? ( ya alhamdulillah jika An. R senang )

2) Evaluasi objektif

“ Coba An. R sebutkan kembali cara yang dapat dilakukan untuk

mengontrol marah atau emosi An. R ?... wah alhamdulillah An. R

masih ingat,, selalu diingat ya An. R, jangan dilupakan,, oke An.

R”

95

b. Tindak Lanjut Klien

“ Suster harapkan jika An. R marah atau emosi, An. R bisa

mempraktekkan cara yang baik untuk mengontrol marah atau emosi

An. R ya seperti apa yang kita diskusikan tadi ”

c. Kontrak yang akan datang

Topik :

“ An. R bagaimana jika besok kita mengobrol dan berdiskusi lagi

untuk berbicara tentang cara yang lain untuk mengontrol emosi atau

marah An. R ”

Waktu :

“ waktunya kurang lebih 20 menit sama seperti ini ya An. R ,

bagaimana An. R ? ”

Tempat :

“ Untuk tempatnya disini lagi juga ya An. R ? atau mau ditempat lain

? (baiklah kalo begitu ), sekarang An. R bisa kembali melanjutkan

nonton tv nya. Suster kembali keruangan dulu ya ,, Assalamu alaikum

96

NAMA : Vikih Octaviana Putri

NPM : 2015750041

Pertemuan Ke : 2

SP 2 Pasien

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PROSES KEPERAWATAN

KONDISI KLIEN

Data Subjektif :

Pasien mengatakan sudah merasa tenang ketika dirumah sakit

Data Objektif :

- Pasien tampak gelisah

- Pasien tampak kesal

- Pasien tampak memaksa untuk mendengarkan apa yang pasien ceritakan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko Perilaku Kekerasan

TUJUAN KHUSUS

1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya

2. Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasannya

TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Mengevaluasi kemampuan pasien mengontrol PK dengan cara fisik I

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II (pukul bantal/kasur)

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN :

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik

“Assalamualaikum Wr.Wb. Selamat pagi An. R , apakah masih ingat

dengan suster ? coba sebutkan siapa nama suster ? hemm lupa ya,, ya

sudah kita berkenalan lagi ya, perkenalkan nama suster vikih, saya yang

bertugas di sift pagi ini, ”

Evaluasi /Validasi

“Bagaimana perasaan An. R hari ini? Kenapa An. R terihat gelisah ?

apakah ada yang mengganggu pikiran An. R ? (baiklah An. R ), kemaren

kan kita sudah berdiskusi dan berlatih cara mengotrol emosi atau marah

ya,, coba kemaren bagaimana cara nya An. R untuk mengontrol emosi

An. R ? (iya betul sekali,, dengan cara tarik nafas dalam,, apakah An. R

sudah memasukkan dalam jadwal kegiatan An. R , ketika An. R

mengontrol marah dengan tarik nafas dalam ? ”

2. Kontrak :

a. Topik :

“ Sesuai janji suster kemaren ya,, kita akan berdiskusi dan berlatih

tentang cara lain untuk mengontrol emosi atau marah,, dengan cara

latihan fisik II, yaitu dengan cara pukul bantal/kasur) ”

b. Waktu :

“ Sesuai perjanjian kita kemaren, waktunya kurang lebih 20 menit, ya

An. R ”

c. Tempat :

“ Sesuai perjanjian kita kemarn untuk tempatnya diruang tunggu,

apakah An. R bersedia ? ”

d. Tujuan :

“ Tujuannya agar An. R dapat mengontrol marah atau emosi An. R

dengan cara Fisik II”

3. Kerja

“ Nah sekarang,, kita akan berdiskusi lagi ya an. R,, cara lain untuk

mengontrol emosi/marah An. R, dengan cara fisik II, yaitu dengan

memukul bantal/kasur. Jadi, ketika amarah atau emosi An. R muncul,

selain bisa dilakukan dengan cara tarik nafas dalam,, An. R juga bisa

memukul bantal/kasur. Dengan hal itu insya allah tidak menciderai diri

An. R sendiri, orang lain dan lingkungan. Coba bisa An. R praktekkan

memukul bantal/kasur ketika An. R emosi/marah. ( iya An. R bagus

seperti itu, jadi tidak akan ada yang cidera atau terluka ya disini, karena

kan bantal/kasur itu empuk ya). Apakah An. R sudah paham ? atau masih

ada yang mau ditanyakan lagi ? terkait diskusi kita ini ( alhamdulillah jika

An. R sudah paham dan mengerti tentang apa yang kita diskusikan pada

hari ini ya. Nah jangan lupa memasukkan kegiatan ini kedalam jadwal

kegiatan harian An. R ya ”

4. Terminasi

a. Evaluasi Respon Klien

3) Evaluasi Subjektif

“Bagaimana perasaan An. R setelah mengobrol dan berdiskusi tadi

dengan suster ? ( ya alhamdulillah jika An. R senang )

4) Evaluasi objektif

“ Coba An. R sebutkan kembali cara yang dapat dilakukan untuk

mengontrol marah atau emosi An.R selain tarik nafas dalam ?...

wah alhamdulillah An. R masih ingat,, oke An. R ”

b. Tindak Lanjut Klien

“ Suster harapkan jika An. R marah atau emosi, An. R bisa

mempraktekkan cara yang ini ( fisik II ) untuk mengontrol marah atau

emosinya ya seperti apa yang kita diskusikan pada hari ini ”

c. Kontrak yang akan datang

Topik :

“ An. R bagaimana jika besok kita mengobrol lagi untuk berbicara

tentang cara yang lain lagi untuk mengontrol emosi atau marah An. R,

yaitu dengan cara verbal ”

Waktu :

“ Waktunya kurang lebih 20 menit sama seperti ini ya An. R,

bagaimana An. R ? ”

Tempat :

“ Untuk tempatnya disini lagi juga ya An. R ? atau mau ditempat lain

? (baiklah kalo begitu). Suster kembali keruangan dulu ya,,

Assalamu alaikum ”

NAMA : Vikih Octaviana Putri

NPM : 2015750041

Pertemuan Ke : 3

SP 3 Pasien

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PROSES KEPERAWATAN

KONDISI KLIEN

Data Subjektif :

Pasien mengatakan dirumah sakit merasa tenang, tidak ada yang membuatnya kesal

Data Objektif :

- Pasien tampak tenang

- Pasien tampak kooperatif

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko Perilaku Kekerasan

TUJUAN KHUSUS

1 Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasannya

2 Pasien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan

TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Mengevaluasi kemampuan pasien mengontrol PK dengan cara fisik I dan II

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

4. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN :

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik

101

“Assalamualaikum Wr.Wb An. R. Selamat pagi An. R, apakah masih ingat dengan

suster ? coba sebutkan siapa nama suster ? hemm lupa ya,, iya benar sekali saya suster

vikih, bagaimana An. R tidurnya tadi malam, nyenyak atau tidak ? apakah An. R

sudah makan pagi ? habis atau tidak ? ( iya baiklah kalo begitu ) ”

Evaluasi /Validasi

“Bagaimana perasaan An. R hari ini ? apakah ada yang mengganggu pikiran An. R ?

(baiklah An. R ), kemaren kan kita sudah berdiskusi dan berlatih cara mengotrol

emosi atau marah ya,,, coba kemaren bagaimana cara nya An. R untuk mengontrol

emosi An. R selain dengan nafas dalam ? (iya An. R betul sekali,, dengan cara

memukul bantal/kasur,, apakah An. R sudah memasukkan dalam jadwal kegiatan An.

R, ketika An. R mengontrol marah dengan tarik nafas dalam atau dengan memukul

bantal/ kasur ? ”

2. Kontrak :

a. Topik :

“ Sesuai janji suster kemaren ya,, hari ini kita akan berdiskusi dan berlatih

tentang cara lain untuk mengontrol emosi atau marah,, yaitu dengan cara verbal ”

b. Waktu :

“ Sesuai perjanjian kita kemaren, waktunya kurang lebih 20 menit, ya An. R ”

c. Tempat :

“ Untuk tempatnya diruang tunggu, atau mau ditempat lain ? (apakah An. R

bersedia ? ) ”

d. Tujuan :

“ Tujuannya agar An. R dapat mengontrol marah atau emosi dengan cara verbal ”

3. Kerja

“ Nah sekarang,, kita akan berdiskusi lagi ya An. R,, cara lain untuk mengontrol

emosi/marah, yaitu dengan cara verbal. Jadi, ketika amarah atau emosi An. R muncul,

selain bisa dilakukan dengan cara tarik nafas dalam, pukul bantal/kasur, An. R juga

bisa dengan cara verbal, jadi begini caranya, ketika An. R marah/kesal/emosi, An. R

bisa meluapkan marah An. R dengan cara mengungkapkan bahwa An. R sedang

marah, An. R sedang sebal atau yang lainnya, An. R bisa sambil bercerita kepada

teman An. R kalo An. R sedang kesal atau bisa juga An. R berbicara kepada suster

disini. Dengan hal itu insya allah tidak menciderai diri An. R sendiri, orang lain dan

102

lingkungan. Apakah An. R sudah paham ? atau masih ada yang mau ditanyakan lagi ?

terkait diskusi kita ini ( alhamdulillah jika An. R sudah paham dan mengerti tentang

apa yang kita diskusikan pada hari ini ya, Nah jangan lupa memasukkan kegiatan ini

kedalam jadwal kegiatan harian An. R ya ”

4. Terminasi

a. Evaluasi Respon Klien

5) Evaluasi Subjektif

“ Bagaimana perasaan An. R setelah mengobrol dan berdiskusi tadi dengan

suster ? ” ( ya alhamdulillah jika ibu senang )

6) Evaluasi objektif

“ Coba An. R sebutkan kembali cara yang dapat dilakukan untuk mengontrol

marah atau emosi An. R selain tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur

?...(iya An. R betul sekali, An. R bisa mengungkapkan dengan cara verbal ya )

oke An. R ”

b. Tindak Lanjut Klien

“ Suster harapkan jika An. R marah atau emosi, An. R bisa mempraktekkan cara

yang ini dengan cara verbal untuk mengontrol marah atau emosi An. R ya seperti

apa yang kita diskusikan tadi ya dengan cara mengungkapkan dengan verbal ”

Kontrak yang akan datang

Topik :

“ Bagaimana jika besok kita mengobrol lagi untuk berbicara tentang cara yang

lain lagi untuk mengontrol emosi atau marah An. R yaitu dengan spiritual atau

agama ”

Waktu :

“ Waktunya kurang lebih 20 menit sama seperti ini ya, bagaimana An. R ? ”

Tempat :

“ Untuk tempatnya disini lagi juga ya An. R? atau mau ditempat lain ? (baiklah

kalo begitu An. R). Suster kembali keruangan dulu ya,, Assalamu alaikum ”