asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar …
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
PSIKOSOSIAL DAN KESEHATAN MENTAL PADA AN. R
DENGAN MASALAH RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER JAKARTA TIMUR
TANGGAL 08 – 10 MEI 2018
Disusun Oleh :
VIKIH OCTAVIANA PUTRI
2015750041
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2018
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi robbil alamin puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah
SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ PEMENUHAN
KEBUTUHAN DASAR PSIKOSOSIAL DAN KESEHATAN MENTAL
PADA “AN. R” DENGAN MASALAH RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER JAKARTA TIMUR
TANGGAL 08 MEI – 10 MEI 2018”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai
persyaratan untuk memenuhi tugas akhir Program Studi D III Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat :
1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, S.KM, M.Kep. Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Ibu Ns. Titin Sutini, M.Kep.,Sp.Kep.An. Selaku Ka. Prodi Akademi DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
3. Ibu Ns. Fitrian Rayasari, M.Kep.,Sp.KMB. Selaku ketua bidang
pendidikan Akademi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
4. Ibu Ns. Nuraenah, S.pd, M.Kep. Selaku penguji I dan Dosen Pembimbing
dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang telah memberikan saran dan
masukan yang sangat baik kepada penulis dalam menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini.
5. Ibu Ns. Isnaini, S.Kep., M.KM Selaku penguji II yang telah membantu
memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam karya tulis ilmiah
ini.
iv
6. Ibu Ns. Nuraenah, S.pd, M.Kep. Selaku wali akademik angkatan XXXIII
dan koordinator mata ajar, Dosen dan Staff Pendidikan Progrm Studi DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
7. Kedua orang tua serta adik-adikku dan keluargaku yang selalu
memberikan dukungan yang sangat baik secara moral maupun material,
kasih sayang serta doa restu yang tak terhingga sehingga terselesaikannya
karya tulis ilmiah ini.
8. Kepada Mahasiswa dan Mahasiswi Angkatan XXXIII, yang telah
memberikan dukungan dan dorongan kepada penulis, sehingga
terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
Selain itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
menyempurnakan karya tulis ilmiah ini, karena penulis menyadari akan
kemampuan yang penulis miliki masih sangat terbatas.
Dan akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak, baik untuk pihak institusi maupun perkembangan ilmu keperawatan
dan kesehatan. Amin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 21 Mei 2018
Vikih Octaviana Putri
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ..........................................................................................iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................................ 6
C. Ruang Lingkup .......................................................................................... 7
D. Metode Penulisan ...................................................................................... 7
E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 8
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Kebutuhan Manusia ........................................................... 9
B. Konsep Dasar Resiko Perilaku Kekerasan ................................................10
C. Rentang Respon Marah .............................................................................11
D. Asuhan Keperawatan
1. Faktor Predisposisi ..............................................................................12
2. Faktor Presipitasi ................................................................................ 15
3. Tanda Dan Gejala ................................................................................16
4. Mekanisme Koping .............................................................................17
5. Pohon Masalah ....................................................................................19
6. Diagnosa keperawatan ........................................................................19
7. Rencana Keperawatan .........................................................................20
8. Pelaksanaan .........................................................................................34
9. Evaluasi ...............................................................................................38
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Dasar ( Terlampir ) .....................................................................40
2. Resume Keperawatan ..........................................................................40
3. Analisa Data ........................................................................................45
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pohon Masalah ....................................................................................48
2. Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 48
C. Perencanaan Keperawatan ........................................................................49
D. Pelaksanaan Keperawatan .........................................................................55
E. Evaluasi .....................................................................................................61
vi
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan ...........................................................................66
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 70
C. Perencanaan Keperawatan ........................................................................71
D. Pelaksanaan Keperawatan .........................................................................71
E. Evaluasi Keperawatan ...............................................................................74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian ...........................................................................................76
2. Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 77
3. Perencanaan ........................................................................................ 77
4. Pelaksanaan .........................................................................................77
5. Evaluasi ...............................................................................................78
B. Saran
1. Perawat Ruangan ................................................................................ 79
2. Pasien ..................................................................................................79
3. Keluarga ..............................................................................................79
4. Institusi Pendidikan .............................................................................80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah kondisi seseorang yang terus tumbuh berkembang
dan mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, serta terbebas
dari stress yang serius (Rosdahi dalam buku Ade Herman, 2011). Menurut
UUD Kesehatan Jiwa No.3 Kesehatan Jiwa adalah kondisi yang
memungkinkan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.
Menurut World Health Organization (WHO), 2008 menjelaskan bahwa
kriteria orang yang sehat jiwanya ada1ah orang yang dapat melakukan hal
berikut, yaitu : Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan,
meskipun kenyataan itu buruk, merasa bebas secara relatif dari
ketegangan dan kecemasan, memperoleh kepuasan dari usahanya atau
perjuangan hidupnya, merasa lebih puas untuk memberi dari pada
menerima, berhubungan dengan orang lain secara tolong – menolong dan
saling memuaskan, mempunyai daya kasih sayang yang besar, menerima
kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran dikemudian hari, dan
mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif. Maka dari semua pengertian kesehatan jiwa tersebut dapat
disimpulkan kesehatan jiwa merupakan kondisi yang normal dari akal dan
pikirannya, sehat jasmani dan rohaninya serta tumbuh berkembang sesuai
dengan orang lainnya, jadi jika tidak sesuai dengan kriteria tersebut
kemungkinan adanya gangguan jiwa.
Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran
sosial. Ciri-ciri gangguan jiwa yaitu : sedih berkepanjangan, tidak
semangat dan cenderung malas, marah tanpa sebab, mengurung diri, tidak
mengenali orang, bicara kacau, bicara sendiri, tidak mampu merawat diri
(dalam buku Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas, 2011). Gangguan
2
jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku seseorang yang
secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau
hendaya (impairment) didalam satu atau lebih fungsi yang penting dari
manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, dan gangguan itu
tidak hanya terletak didalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan
masyarakat (Maslim, 2002; Maramis, 2010). Total keseluruhan gangguan
kesehatan jiwa di Indonesia menurut hasil study Bahar, & dkk adalah
18,5% (Achir Yani, 2008). Hal ini berarti 1.000 duduk terdiri terdapat 185
penduduk dengan kesehatan gangguan jiwa atau tiap rumah tangga
terdapat seorang anggota keluarga yang menderita gangguan kesehatan
jiwa. Jika hasil studi ini dapat dijadikan dasar, tidak dapat di pungkiri
bahwa telah terjadi peningkatan angka gangguan kesehatan jiwa atau
gangguan emosional yang semula berkisar antara 20-60 per 1.000
penduduk, seperti yang tercantum pada Sistem Kesehatan Nasional.
Gangguan jiwa bila tidak ditangani dengan baik akan menjadi gangguan
jiwa berat. Gangguan jiwa berat adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh
terganggunya kemampuan menilai realitas atau (insight) yang buruk
(Videbeck, Sheila 2008)
Klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun
2013 dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) gangguan jiwa berat/kelompok
psikosa dan (2) gangguan ringan meliputi semua gangguan mental
emosional yang berupa kecemasan, panik, gangguan alam perasaan, dan
sebagainya. Untuk skizofrenia masuk dalam kelompok gangguan jiwa
berat. Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per
mil. Status Kesehatan Jiwa (Gangguan Mental Emosional) dengan
kategori gangguan „Ringan‟, „Sedang‟, maupun „Berat‟ terjadi penurunan
presentase pada tahun 2013 dibanding tahun 2007, yaitu 8,2% menjadi
4,2% untuk gangguan Ringan, 2,1% menjadi 1,1% untuk gangguan
Sedang, dan 1,3% menjadi 0,5% untuk gangguan Berat. Gangguan jiwa
berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa
Tengah. Proporsi RT yang pernah memasung ART gangguan jiwa berat
14,3 % dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di perdesaan ( 18,2%),
3
serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan
terbawah ( 19,5). Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk
Indonesia 6,0 persen. Provinsi dengan prevalensi gangguan mental
emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa
Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur.
Hasil data yang didapatkan dari Puskesmas Kemayoran Jakarta Utara pada
tahun 2017 dengan masalah gangguan kesehatan mental yaitu berjumlah
6.119 jiwa.
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil rekapitulasi data diagnosa
serta jumlah pasien yang masuk ke rawat inap Rumah Sakit Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur dari tahun 2016 – 2018 sebagai berikut :
No Masalah Keperawatan Tahun
2016
Tahun
2017
Tahun 2018
(Januari-April)
1 GPS : Halusinasi 546 Jiwa 693 Jiwa 54 Jiwa
2 Perilaku Kekerasan 170 Jiwa 43 Jiwa 4 Jiwa
3 Menarik Diri : Isolasi
Sosial
18 Jiwa 24 Jiwa 3 Jiwa
4 Harga Diri Rendah 8 Jiwa 2 Jiwa 2 Jiwa
Tabel 1.1
Hasil kesimpulan berdasarkan tabel 1.1 didapatkan data statistik Rumah
Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur bahwa masalah perilaku
kekerasan pada tahun 2016 sampai 2018 berada pada urutan ke 2 setelah
gangguan persepsi sensori : halusinasi. Bila hal ini tidak diatasi dengan
baik maka dapat menyebabkan menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
Gejala yang menyertai gangguan ini antara lain berupa halusinasi, ilusi,
waham, gangguan proses fikir, kemampuan berfikir, serta perilaku aneh.
Gangguan jiwa berat dikenal dengan sebutan psikosis dan salah satu
contoh psikosis adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang
mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulkan fikiran, persepsi, emosi,
dan gerakan. Gejala skizofrenia dibagi dalam dua kategori utama : gejala
4
positif mencangkup waham, halusinasi, dan disorganisasi pikiran.
Sedangkan gejala negative yaitu seperti afek datar, tidak memiliki
kemauan dan menarik diri dari masyarakat atau rasa tidak nyaman
(Videbeck, Sheila 2008). Salah satu dari masalah dari gangguan
skizofrenia tersebut adalah perilaku kekerasan.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri
maupun orang lain, disertai dengan amuk, gaduh gelisah yang tidak
terkontrol (Kusumawati dan hartono,2010). Perilaku kekerasan adalah
tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain.
Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak
lingkungan, melempar kaca, genting dan semua yang ada dilingkungan.
Pasien yang dibawa kerumah sakit jiwa sebagian besar akibat melakukan
pengkajian untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan
selama dirumah. (dalam buku AH. Yusuf, 2015). Perilaku kekerasan
merupakan bagian dari rentang respon marah yang paling maladaptif, yaitu
amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons
terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan
sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen, dalam buku Ah. Yusuf, 2015).
Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang
ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
hilangnya kontrol, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain,
atau lingkungan (Keliat, dalam buku Ah. Yusuf, 2015).
Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada Bab IX
tentang kesehatan jiwa menyebutkan Pasal 144 ayat 2, “Upaya kesehatan
jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas preventif, promotif,
kuratif, rehabilitatif pasien gangguan jiwa, dan masalah psikososial”.
Dengan banyaknya tanda dan gejala perilaku kekerasan serta dampak dari
perilaku kekerasan tersebut seperti banyak yang menciderai orang lain,
sampai membunuh nyawa orang lain, sehingga pentingnya peran perawat
5
dalam proses penyembuhan dengan proses keperawatan melalui preventif
tentang bagaimana cara mencegah terjadinya gangguan jiwa, dengan cara
promotif kesehatan jiwa yaitu memberikan penyuluhan kepada
masyarakat, sedangkan cara kuratif pada pasien perawat berperan
memberikan asuhan keperawatan dengan gangguan resiko perilaku
kekerasan secara mandiri serta memberikan obat-obatan sebagai tindakan
kolaborasi dengan dokter dan dengan proses rehabilitatif meliputi
dukungan keluarga serta lingkungan pada pasien dengan gangguan jiwa
agar pasien dapat terhindar dari perilaku menciderai orang lain dan dapat
kembali berinteraksi secara baik dengan orang lain. Oleh karena itu
penulis sangat tertarik untuk menyusun sebuah Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan
Mental Pada ( An. R ) Dengan Masalah Gangguan Resiko Perilaku
Kekerasan Di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur ”.
6
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini agar mahasiswa memperoleh
pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan
mental dengan masalah Resiko Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit
Jiwa Islam Klender Jakarta Timur Tahun 2018
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dengan pemenuhan
kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental pada An. R
dengan masalah Resiko Perilaku Kekerasan.
b. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa keperawatan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental
pada An. R dengan masalah Resiko Perilaku Kekerasan.
c. Mahasiswa mampu membuat perencanaan keperawatan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental
pada An. R dengan masalah Resiko Perilaku Kekerasan.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan
mental pada An. R dengan masalah Resiko Perilaku Kekerasan.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental
pada An. R dengan masalah Resiko Perilaku Kekerasan.
f. Mahasiswa mampu mengidentifikasi faktor pendukung,
penghambat dan pencari solusinya dalam pemecahan masalah
pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental
pada An. R dengan masalah Resiko Perilaku Kekerasan.
g. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori
dengan kasus lapangan dengan pemenuhan kebutuhan dasar
psikososial dan kesehatan mental pada An. R dengan masalah
Resiko Perilaku Kekerasan.
7
h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan
pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental
pada An. R dengan masalah Resiko Perilaku Kekerasan
C. Ruang Lingkup
Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis hanya membatasi pada
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental Pada An.
R Dengan Masalah Gangguan Resiko Perilaku Kekerasan Di Rumah Sakit
Jiwa Islam Klender Jakarta Timur yang di laksanakan selama 3 hari
perawatan mulai hari selasa sampai dengan Hari Kamis dari Tanggal 8
Mei 2018 sampai 10 Mei 2018.
D. Metode Penulisan
Karya tulis ini disusun berupa laporan kasus yang menggunakan metode
deksriptif dan kepustakaan, dimana penulis menggambarkan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental Pada ( An. R )
Dengan Masalah Gangguan Resiko Perilaku Kekerasan Di Rumah Sakit
Jiwa Islam Klender Jakarta Timur dalam bentuk narasi. Sedangkan teknik
pengumpulan data yang penulis gunakan adalah teknik wawancara,
observasi, studi kepustakaan, studi dokumentasi. Dimana penulis terlibat
lansung selama 3 hari dalam memberikan asuhan keperawatan. Penulis
melakukan wawancara dengan pasien, perawat ruang dan tim kesehatan.
Penulis mengobservasi dengan cara mengamati segala aktivitas pasien
secara langsung untuk mengetahui perubahan tingkah laku dan perubahan
fisik. Penulis melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari buku
sumber yang berhubungan dengan konsep resiko perilaku kekerasan serta
hal-hal yang menyangkut resiko perilaku kekerasan dan keperawatannya.
Penulis melakukan studi dokumentasi untuk mengumpulkan data-data dari
status pasien yang ada diruangan, mempelajari dan mencatat kejadian yang
ada hubungannya dengan kasus yang tercatat dan catatan medik.
8
E. Sistematika Penulisan
Karya tulis ilmiah ini ditulis dalam lima bab yang ditulis secara
sistematika dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab.
BAB I : Pendahuluan
Berisi latar belakang, tujuan penulisan, proses
pengumpulan data dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis
Berisikan pengertian, etiologi, proses terjadinya masalah,
rentang respon, mekanisme koping, dan asuhan
keperawatan.
BAB III : Tinjauan Khusus
Terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
BAB IV : Pembahasan
Berisi tentang perbandingan antara konsep dan kasus.
BAB V : Penutup
Berisi kesimpulan dan saran.
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Kebutuhan Dasar Manusia
Setiap makhluk hidup pasti mempunyai kebutuhan, tidak terkecuali
manusia. Kebutuhan dasar tersebut dapat bersifat manusiawi dan menjadi
syarat untuk keberlangsungan hidup manusia. Kegagalan pemenuhan
kebutuhan dasar dapat menimbulkan kondisi yang tidak seimbang,
sehingga diperlukan bantuan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar
tersebut. Jenis – jenis kebutuhan dasar manusia yang menjadi lingkup
pelayanan keperawatan bersifat holistik yang mencakup kebutuhan
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Menurut Maslow ada lima
hierarki kebutuhan dasar manusia, yaitu 1) kebutuhan fisiologis yaitu
kebutuhan yang mutlak harus terpenuhi untuk memelihara kelangsungan
kehidupan bagi tiap manusia misalnya sesorang yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan oksigen akan menghambat pemenuhan kebutuhan
dasar lainnya. 2) kebutuhan keselamatan dan keamanan yaitu kebutuhan
untuk melindungi diri dari berbagai bahaya yang mengancam baik
terhadap fisik maupun psikologis. Ancaman fisik dapat berupa ancaman
mekanik, kimia, dan bakteri dan ancaman psikologis berhubungan dengan
sesuatu yang mengancam tubuh sesorang dan kehidupannya seperti
penyakit, nyeri, cemas, dan sebagainya. Dalam konteks hubungan
interpersonal, keselamatan dan keamanan seseorang tergantung pada
banyaknyanya faktor seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan
untuk mengontrol dan mengatasi masalah, kemampuan untuk mengerti,
kemampuan untuk konsisten untuk menjaga tingkah laku, serta mengenal
orang-orang sekitarnya dan lingkungannya. 3) kebutuhan mencintai dan
dicintai adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan emosi seseorang.
Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan dimana seseorang berkeinginan
untuk menjalin hubungan yang bermakna secara efektif atau hubungan
emosional dengan orang lain. Karena kebutuhan mencintai dan dicintai
sangat besar pengaruhnya terhadap kepribadian seseorang, misalnya cinta
10
dan kasih sayang terhadap anaknya sangat dibutuhkan sekali untuk proses
tumbuh kembang si anak. 4) kebutuhan harga diri adalah penilaian
individu tentang nilai kepribadian yang diperoleh dengan menganalisis
baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri akan
meningkat pada tingkat kemandirian yang besar. 5) kebutuhan aktualisasi
diri adalah tingkatan kebutuhan yang paling tinggi menurut Mashlow dan
Kalish. Aktualisasi diri juga merupakan kemampuan seseorang untuk
mengatur diri sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik dari
dalam diri maupun dari luar diri. Ciri kebutuhan dasar manusia yaitu pada
dasanya memiliki kebutuhan yang sama. Akan tetapi karena terdapat
perbedaan budaya, maka kebutuhan pun ikut berbeda. Lalu jika gagal
memenuhi kebutuhannya, manusia akan berfikir lebih keras dan bergerak
untuk berusaha mendapatkannya. Didalam pemenuhan kebutuhan manusia
pastinya ada faktor yang mempengaruhinya yaitu, penyakit, hubungan
keluarga, konsep diri, tahap perkembangan.
B. Konsep Dasar Resiko Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri
maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak
terkontrol (Kusumawati dan hartono, 2010).
Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stessor yang dihadapi
oleh seseorang, yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan
kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara
verbal maupun non verbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik
maupun psikologis (Berkowits dalam H. Iyus Yosep 2014).
Agresi adalah sikap atau perilaku kasar atau kata-kata yang
menggambarkan perilaku amuk, permusuhan, dan potensial untuk merusak
secara fisik atau dengan kata-kata (Varcollis, 2006).
11
C. Rentang Respon
(Dalam buku H. Iyus Yosep, 2014) Perilaku kekerasan merupakan suatu
rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanifestasikan dalam
bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan
proses penyampaiannya pesan dari individu. Orang yang mengalami
kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia “tidak setuju,
tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak diturut dan
diremehkan”. Rentang respons kemarahan individu dimulai dari respons
normal (asertif) sampai pada respons sangat tidak normal (maladaptif).
Respons Adaptif Respons Maladaptif
Asertif Frustas i Pasif Agresif Kekerasan
1. Asertif
Klien mampu mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain
dan memberikan kelegaan
2. Frustasi
Klien gagal mencapai tujuan kepuasan / saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatif
3. Pasif
Klien merasa tidak dapat mengungkapkan perasaannya, tidak berdaya
dan menyerah
4. Agresif
Klien mengekspresikan secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong
orang lain dengan ancaman.
5. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang kontrol, disertai
amuk, merusak lingkungan.
12
D. Pengkajian Keperawatan ( Menurut Buku Ajar Keperawatan Jiwa,
2014. H. Iyus Yosep )
1. Faktor Presdiposisi
a. Teori Biologik
1) Neurologic faktor, beragam komponen dari sistem syaraf
seperti synap, neurotransmitter, dendrit, axon terminalis
mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat rangsangan
dan pesan-pesan yang akan mempengaruhi sifat agresif. Sistem
limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
bermusuhan dan respons agresif.
2) Genetic factor, adanya faktor gen yang diturunkan melalui
orang tua, menjadi potensi perilaku agresif. Menurut riset
Kozuo Murakami (2007) dalam gen manusia terdapat dormant
(potensi) agresif yang sedang tidur dan akan bangun jika
terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut penelitian genetik
tipe karyo type XYY, pada umumnya dimilki oleh penghuni
pelaku tindak kriminal serta orang-orang yang tersangkut
hukum akibat perilaku agresif.
3) Cvcardian Rhytm (irama sirkardian tubuh), memegang peranan
pada individu. Menurut penelitian pada jam-jam sibuk seperti
menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan
sekitar jam 9 dan jam 13 tertentu orang lebih mudah
terstimulus untuk bersikap agresif.
4) Biochemistry Factor (Faktor biokimia tubuh) seperti
neurotransmitter di otak (epinephrin, norephinephrin, dopamin,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam penyampaian
informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya
stimulus dari luar tubuh yang dianggap mengancam atau
membahayakan akan dihantar melalui impuls neurotransmitter
ke otak dan meresponsnya melalui serabut efferent.
Peningkatan hormon androgen dan norephinephrin serta
penurunan serotonin dan GABA pada cairan cerebrospinal
13
vertebra dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya perilaku
agresif.
5) Brain Area disorder, gangguan pada sistem limbik temporal,
sindrom otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit
ensepalitis, epilepsi ditemukan sangat berpengaruh terhadap
perilaku agresif dan tindak agresif.
b. Teori Psikologik
1) Teori Psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat
tumbuh kembang seseorang (life span hystori). Teori ini
menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan fase oral antara usia
0-2 tahun dimana anak tidak mendapatkan kasih sayang dan
pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cenderung
mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa
sebagai kompensasi adanya ketidakpercyaan pada
lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman
dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat
konsep diri yang rendah. Perilaku agresif dan tindak kekerasan
merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak
kekerasan.
2) Imitation, modeling, and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam
lingkungan yang menolelir kekerasan. Adanya contoh, model
dan perilaku yang ditiru dari media atau lingkungan sekitar
memungkinkan individu meniru perilaku tersebut perilaku
tersebut. Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan
untuk menonton tayangan pemukulan pada boneka dengan
reward positif (makin keras pukulannya akan diberi coklat),
anak lain menonton tayangan cara mengasihi dan mencium
boneka tersebut dengan reward positif pula (makin baik
belaiannya mendapat hadiah coklat). Setelah anak-anak keluar
14
dan diberi boneka ternyata masing-masing anak berperilaku
sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya.
3) Learning Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respons ayah
saat menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respons
ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa dengan agresivitas
lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi dan
menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk
diperhitungkan.
c. Teori Sosiokultural
Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah, rebutan uang receh,
sesaji atau kotoran kerbau keraton, serta ritual-ritual yang
cenderung mengarah pada kemusyrikan secara tidak langsung turut
memupuk sikap agresif dan ingin menang sendiri. Kontrol
masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat
merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan. Hal
ini dipicu juga dengan maraknya demonstrasi, film-film kekerasan,
mistik, tahayul dan perdukunan (santet teluh) dalam tayangan
televisi.
Faktor sosial yang dapat menyebabkan timbulnya agresivitas atau
perilaku kekerasan yang maladaptif antara lain sebagai berikut :
1) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup.
2) Status dalam perkawinan.
3) Hasil dari orang tua tunggal (single parent).
4) Pengangguran.
5) Ketidakmampuan mempertahankan hubungan interpersonal
dalam struktur keluarga dalam sosial kultural.
d. Aspek Religiusitas
Dalam tinjauan religiusitas, kemarahan dan agresivitas merupakan
dorongan dan bisikan setan yang sangat menyukai kerusakan agar
15
manusia menyesal (devil support). Semua bentuk kekerasan adalah
bisikan setan melalui pembuluh darah ke jantung, otak dan organ
vital manusia lain yang dituruti manusia sebagai bentuk
kompensasi bahwa kebutuhan dirinya terancam dan harus segera
dipenuhi tetapi tanpa melibatkan akal (ego) dan norma agama
(super ego).
2. Faktor Presipitasi
Menurut Buku Ajar keperawatan Jiwa, 2014. H. Iyus Yosep, S.Kep
yaitu faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan
seringkali berkaitan dengan :
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian massal, dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan menempatkan dirinya sebagai seorang yang
dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat
dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap
perkembangan keluarga.
Menurut Shives dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan
perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain :
a. Kesulitan kondisi sosial ekonomi
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu
16
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang
dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti
penyalahgunaan obat dan alkohol serta tidak mampu mengontrol
emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap
perkembangan keluarga.
3. Tanda Dan Gejala
Pada pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental
pada masalah Resiko Perilaku Kekerasan perawat dapat
mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan ( Menurut buku Iyus Yosep, 2014), yaitu :
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Wajah memerah dan tegang
6) Postur tubuh kaku
7) Pandangan tajam
8) Mengatupkan rahang dengan kuat
9) Mengepalkan tangan
10) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
17
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam
dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
e. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat
orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli,
mencuri dan penyimpangan seksual.
4. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksaan sterss, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung
dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri
(Stuart dan Sundeen dalam buku Abdul Muhith, 2015). Beberapa
mekanisme koping yang digunakan pada pasien dengan Resiko
Perilaku Kekerasan untuk melindungi diri menurut Maramis, dalam
buku Abdul Muhith, 2015 antara lain :
a. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan, melampiaskan pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu.
Misalnya timmy berusia 4 tahun yang marah karena ia baru saja
mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar didinding
kamarnya, mulai dengan bermain perang-perangan dengan
temannya.
18
b. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti artinya saat mengalami suatu
dorongan, penyalurannya kearah lain.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue,
meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
c. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut merayu
dan mencumbunya.
d. Represif
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada
orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran
atau didikan yang diterimanya sejak kecil, membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan sehingga
perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
e. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakan sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik
pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan
kasar.
19
5. Pohon Masalah
Mengidentifikasi pohon masalah perilaku kekerasan sebagai berikut :
Effect
Core Problem
Causal
( Sumber : Ah. Yusuf, 2015 )
6. Diagnosa Keperawatan
a. Perilaku Kekerasan
b. Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan
c. Gangguan Harga Diri Rendah
Resiko Menciderai Diri
Sendiri, Orang Lain Dan
Lingkungan
Gangguan Harga Diri
Rendah
Perilaku Kekerasan
20
7. Rencana Keperawatan
Rencana intervensi keperawatan disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang muncul setelah melakukan pengkajian dan
rencana intervensi keperawatan dilihat pada tujuan khusus (Yosep, Iyus., 2007) sebagai berikut :
No
Dx
Dx
Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
1. Resiko Perilaku
Kekerasan
TUM :
Klien dapat mengontrol
perilaku kekerasan
TUK :
1. Klien dapat membina
hubungan saling
percaya
Setelah ... x pertemuan
klien menunjukkan
tanda-tanda percaya
kepada perawat :
wajah cerah,
tersenyum
mau berkenalan
ada kontak mata
bersedia
menceritakan
perasaannya
Bina hubungan saling percaya
dengan :
Beri salam setiap berinteraksi.
Perkenalkan nama, nama
panggilan perawat dan tujuan
perawat berinteraksi
Tanyakan dan panggil nama
kesukaan klien
Tunjukkan sikap empati,
jujur, dan menepati janji
setiap kali berinteraksi
Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien
Buat kontrak interaksi yang
jelas
Dengarkan dengan penuh
perhatian ungkapan perasaan
klien
Hubungan saling percaya
merupakan landasan utama
untuk hubungan selanjutnya
2. Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab perilaku
Setelah ... x pertemuan
klien menceritakan
penyebab perilaku
Bantu klien mengungkapkan
perasaan marahnya :
Motivasi klien untuk
Membantu klien untuk
mengungkapkan perasaan
marahnya dapat mengurangi
21
kekerasan yang
dilakukannya
kekerasan yang
dilakukannya :
Menceritakan
penyebab
perasaan
jengkel/kesal
baik dari diri
sendiri maupun
lingkungannya
menceritakan penyebab rasa
atau jengkelnya
Dengarkan tanpa menyela
atau memberi penilaian setiap
ungkapkan perasaan klien
stres dan dapat mengetahui
penyebab rasa jengkel/kesal
yang dirasakan klien
3. Klien dapat
mengidentifikasi
tanda-tanda perilaku
kekerasan
Setelah ...x pertemuan
klien menceritakan
tanda -tanda saat
terjadi perilaku
kekerasan
Tanda fisik : mata
merah, tangan
mengepal, ekspresi
tegang, dll.
Tanda emosional :
perasaan marah,
jengkel, bicara
kasar.
Tanda sosial :
bermusuhan yang
dialami saat terjadi
perilaku kekerasan
Bantu klien mengungkapkan
tanda – tanda perilaku
kekerasan yang dialaminya :
Motivasi klien menceritakan
kondisi fisik (tanda-tanda
fisik) saat perilaku kekerasan
terjadi
Motivasi klien menceritakan
kondisi emosinya ( tanda-
tanda emosional) saat terjadi
perilaku kekerasan
Motivasi klien menceritakan
kondisi hubungan dengan
orang lain (tanda-tanda sosial)
saat terjadi perilaku kekerasan
Untuk mengetahui tanda-
tanda perilaku kekerasan
yang dialami oleh klien, dari
tanda-tanda fisik yang akan
terjadi, kondisi emosinya,
dan kondisi hubungan dengan
orang-orang ketika saat
terjadi perilaku kekerasan
4. Klien dapat
mengidentifikasi
jenis perilaku
Setelah ...x pertemuan
klien menjelaskan :
Jenis-jenis ekspresi
Diskusikan dengan klien
perilaku kekerasan yang
dilakukannya selama ini:
Untuk mengetahui tindak
kekerasan apa saja yang
sudah dilakukan oleh klien,
22
kekerasan yang
pernah dilakukannya
kemarahan yang
selama ini telah
dilakukannya
Perasaannya saat
melakukan
kekerasan
Efektivitas cara
yang dipakai dalam
menyelesaikan
masalah
Motivasi klien menceritakan
jenis-jenis tindak kekerasan
yang selama ini pernah
dilakukannya
Motivasi klien menceritakan
perasaan klien setelah tindak
kekerasan tersebut terjadi
Diskusikan apakah dengan
tindak kekerasan yang
dilakukannya masalah yang
dialami teratasi
dan mengetahui apa respon
klien setelah melakukan
tindak kekerasan tersebut
kepada orang lain
5. Klien dapat
mengidentifikasi
akibat perilaku
kekerasan
Setelah ... x pertemuan
klien menjelaskan
akibat tindak
kekerasan yang
dilakukannya
Diri sendiri : luka,
dijauhi teman, dll.
Orang
lain/keluarga :
luka, tersinggung,
ketakutan, dll.
Lingkungan :
barang atau benda
rusak, dll.
Diskusikan dengan klien akibat
negatif (kerugian) cara yang
dilakukan pada :
Diri sendiri
Orang lain/keluarga
Lingkungan
Agar klien dapat mengetahui
apa dampak negative dari
melakukan tindak kekerasan
tersebut kepada orang lain
baik dampak pada diri
sendiri, orang lain dan
lingkungan
6 Klien dapat
mengidentifikasi cara
konstruktif dalam
mengungkapkan
kemarahan
Setelah ... x pertemuan
klien :
Menjelaskan cara-
cara sehat
mengungkapkan
Diskusikan dengan klien :
Apakah klien mau
mempelajari cara baru
mengungkapkan marah yang
sehat
Jelaskan berbagai alternatif
Agar klien mengetahui cara-
cara yang sehat untuk
dilakukan ketika marah/kesal
23
marah
pilihan untuk mengungkapkan
marah selain perilaku
kekerasan yang diketahui
klien
Jelaskan cara-cara sehat untuk
mengungkapkan marah :
Cara fisik : nafas dalam,
pukul bantal atau kasur,
olah raga
Verbal : mengungkapkan
bahwa dirinya sedang kesal
kepada orang lain
Sosial : latihan asertif
dengan orang lain
Spiritual :
sembahyang/doa, zikir,
meditasi, dsb sesuai
keyakinan agamanya
masing-masing.
7 Klien dapat
mendemonstrasikan
cara mengontrol
perilaku kekerasan
Setelah ... x pertemuan
klien memperagakan
cara mengontrol
perilaku kekerasan :
Fisik : tarik nafas
dalam, memukul
bantal/kasur
Verbal :
mengungkapkan
perasaan
kesal/jengkel pada
Diskusikan cara yang mungkin
dipilih dan anjurkan klien
memilih cara yang mungkin
untuk mengungkapkan
kemarahan.
Latih klien memperagakan cara
yang dipilih :
Jelaskan manfaat cara
tersebut
Anjurkan klien menirukan
peragaan yang sudah
Agar klien dapat memilih
cara yang tepat yang
mungkin dipilih untuk
mengatasi / mengungkapkan
kemarahannya
Agar klien dapat
memperagakan cara-cara
yang dipilih untuk
mengungkapkan
kemarahannya
Agar klien dapat mengingat
untuk menggunakan cara-
24
orang lain tanpa
menyakiti
Spiritual :
zikir/doa, meditasi
sesuai agamanya
dilakukan
Beri penguatan pada klien,
perbaiki cara yang masih
belum sempurna
Anjurkan klien menggunakan
cara yang sudah dilatih saat
marah/jengkel
cara yang dipilih untuk
mengungkapkan rasa
marahnya
8. Klien mendapatkan
dukungan keluarga
untuk mengontrol
perilaku kekerasan
Setelah ... x pertemuan
keluarga :
Menjelaskan cara
merawat klien
dengan perilaku
kekerasan
Mengungkapkan
rasa puas dalam
merawat klien
Diskusikan pentingnya peran
serta keluarga sebagai
pendukung klien untuk
mengatasi perilaku kekerasan
Diskusikan potensi keluarga
untuk membantu klien
mengatasi perilaku kekrasan
Jelaskan pengertian, penyebab,
akibat dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga
Peragakan cara merawat klien
(menangani perilaku kekerasan)
Beri kesempatan keluarga untuk
memperagakan ulang
Beri pujian kepada keluarga
setelah peragaan
Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang
dilatihkan
Agar keluarga dapat ikut
berperan aktif sebagai
pendukung klien untuk
mengatasi perilaku kekerasan
yang dialami klien
25
9. Klien menggunakan
obat sesuai program
yang telah ditetapkan
Setelah ... x pertemuan
klien menjelaskan :
Manfaat minum
obat
Kerugian tidak
minum obat
Nama obat
Bentuk dan warna
obat
Dosis yang
diberikan
kepadanya
Waktu pemakaian
Jelaskan manfaat menggunakan
obat secara teratur dan kerugian
jika tidak menggunakan obat
Jelaskan kepada klien :
Jenis obat (nama, warna,
dan bentuk obat)
Dosis yang tepat untuk
klien
Waktu pemakaian
Cara pemakaian
Efek yang akan dirasakan
klien
Agar keluarga dapat
mengetahui dampak kerugian
untuk klien dari tidak
teraturnya meminum obat
Agar keluarga dapat
mengetahui jenis obat, dosis,
waktu serta cara pemberian
obat untuk klien
2. Gangguan Harga
Diri Rendah
TUM :
Klien memiliki konsep
diri yang positif
TUK :
1. Klien dapat membina
hubungan saling
percaya dengan
perawat
Setelah ...x interaksi,
klien menunjukkan
ekspresi wajah
bersahabat,
menunjukkan rasa
senang, ada kontak
mata, mau berjabat
tangan, mau
menyebutkan nama,
mau menjawab salam,
klien mau duduk
berdampingan dengan
perawat, mau
mengutarakan
masalah yang
dihadapi.
Bina hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip
komunikasi teraupetik :
Sapa klien dengan ramah
baik verbal maupun
nonverba;
Perkenalkan diri dengan
sopan
Tanyakan nama lengkap
dan nama panggilan yang
disukai klien
Jelaskan tujuan
pertemuan
Jujur dan menepati janji
Tunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa
Hubungan saling percaya
merupakan landasan utama
untuk hubungan selanjutnya
26
adanya
Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien
2. Klien dapat
mengidentifikasi
aspek positif dan
kemampuan yang
dimiliki
Setelah .... x interaksi
klien menyebutkan :
Aspek positif dan
kemampuan yang
dimiliki klien
Aspek positif
keluarga
Aspek positif
lingkungan
Diskusikan dengan klien
tentang :
Aspek positif yang dimiliki
klien, keluarga, lingkungan
Kemampuan yang dimiliki
klien
Bersama klien buat daftar
tentang :
Aspek positif klien,
keluarga, lingkungan
Kemampuan yang dimiliki
klien
Beri pujian yang realistis,
hindarkan memberi penilaian
negatif.
Agar klien mengetahui aspek
positif yang dimilikinya
Agar klien dapat membuat
daftar tentang aspek positif
yang dimilikinya
Memberi pujian dapat
meningkatkan keinginan
klien dalam mengisi daftar
tentan aspek positif yang
dimilikinya
3. Klien dapat menilai
kemampuan yang
dimiliki untuk
dilaksanakan.
Setelah ...x interaksi
klien menyebutkan
kemampuan yang
dapat dilaksanakan
Diskusikan dengan klien
kemampuan yang dapat
dilaksanakan
Diskusikan kemampuan yang
dapat dilanjutkan
pelaksanaannya.
Agar klien dapat melakukan
kemampuan yang dimilikinya
Agar klien dapat
mengetahui/menyadari
kemampuan yang dapat
dilanjutkan untuk
kedepannya
4. Klien dapat
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan kemampuan
yang dimilki.
Setelah ... x interaksi
klien membuat
rencana kegiatan
harian
Rencanakan bersama klien
aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan
klien :
Kegiatan mandiri
Agar klien dapat mengetahui
aktivitas yang dapat
dilakukan klien dalam
kegiatan sehari-hari
27
Kegiatan dengan bantuan
Tingkatkan kegiatan sesuai
kondisi klien
Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang dapat klien
lakukan.
5. Klien dapat
melakukan kegiatan
sesuai rencana yang
dibuat.
Setelah ... x interaksi
klien melakukan
kegiatan sesuai jadwal
yang dibuat
Anjurkan klien untuk
melaksanakan kegiatan yang
telah direncanakan
Pantau kegiatan yang
dilaksanakan klien
Beri pujian atas usaha yang
dilakukan klien
Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah
pulang
Agar klien melaksanakan
kegiatan yang telah
direncanakannya
6. Klien dapat
memanfaatkan sistem
pendukung yang ada.
Setelah ... x interaksi
klien memanfaatkan
sistem pendukung
yang ada dikeluarga
Beri pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang cara merawat
klien dengan harga diri rendah
Bantu keluarga memberikan
dukungan selama klien dirawat
Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan dirumah
Memberikan pengetahuan
kepada keluarga tentang tata
cara merawat klien dengan
harga diri rendah
Memberi dukungan kepada
klien untuk mempercepat
masa pemulihan klien
Menyiapkan lingkungan
rumah yang baik dapat
mempercepat proses
pemulihan
3. Resiko
menciderai diri
sendiri, orang
TUM :
Klien dapat mengontrol
perilaku kekerasan
Setelah ... x pertemuan
klien menunjukkan
tanda-tanda percaya
Bina hubungan saling percaya
dengan :
Beri salam setiap berinteraksi.
Hubungan saling percaya
merupakan landasan utama
untuk hubungan selanjutnya
28
lain, lingkungan TUK :
1. Klien dapat membina
hubungan saling
percaya
kepada perawat :
wajah cerah,
tersenyum
mau berkenalan
ada kontak mata
bersedia
menceritakan
perasaannya
Perkenalkan nama, nama
panggilan perawat dan tujuan
perawat berinteraksi
Tanyakan dan panggil nama
kesukaan klien
Tunjukkan sikap empati,
jujur, dan menepati janji
setiap kali berinteraksi
Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien
Buat kontrak interaksi yang
jelas
Dengarkan dengan penuh
perhatian ungkapan perasaan
klien
2. Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab perilaku
kekerasan yang
dilakukannya
Setelah ... x pertemuan
klien menceritakan
penyebab perilaku
kekerasan yang
dilakukannya :
Menceritakan
penyebab
perasaan
jengkel/kesal
baik dari diri
sendiri maupun
lingkungannya
Bantu klien mengungkapkan
perasaan marahnya :
Motivasi klien untuk
menceritakan penyebab rasa
atau jengkelnya
Dengarkan tanpa menyela
atau memberi penilaian setiap
ungkapkan perasaan klien
Membantu klien untuk
mengungkapkan perasaan
marahnya dapat mengurangi
stres dan dapat mengetahui
penyebab rasa jengkel/kesal
yang dirasakan klien
3. Klien dapat
mengidentifikasi
tanda-tanda perilaku
Setelah ...x pertemuan
klien menceritakan
tanda -tanda saat
Bantu klien mengungkapkan
tanda – tanda perilaku
kekerasan yang dialaminya :
Untuk mengetahui tanda-
tanda perilaku kekerasan
yang dialami oleh klien, dari
29
kekerasan terjadi perilaku
kekerasan
Tanda fisik : mata
merah, tangan
mengepal, ekspresi
tegang, dll.
Tanda emosional :
perasaan marah,
jengkel, bicara
kasar.
Tanda sosial :
bermusuhan yang
dialami saat terjadi
perilaku kekerasan
Motivasi klien menceritakan
kondisi fisik (tanda-tanda
fisik) saat perilaku kekerasan
terjadi
Motivasi klien menceritakan
kondisi emosinya ( tanda-
tanda emosional) saat terjadi
perilaku kekerasan
Motivasi klien menceritakan
kondisi hubungan dengan
orang lain (tanda-tanda sosial)
saat terjadi perilaku kekerasan
tanda-tanda fisik yang akan
terjadi, kondisi emosinya,
dan kondisi hubungan dengan
orang-orang ketika saat
terjadi perilaku kekerasan
4. Klien dapat
mengidentifikasi
jenis perilaku
kekerasan yang
pernah dilakukannya
Setelah ...x pertemuan
klien menjelaskan :
Jenis-jenis ekspresi
kemarahan yang
selama ini telah
dilakukannya
Perasaannya saat
melakukan
kekerasan
Efektivitas cara
yang dipakai dalam
menyelesaikan
masalah
Diskusikan dengan klien
perilaku kekerasan yang
dilakukannya selama ini:
Motivasi klien menceritakan
jenis-jenis tindak kekerasan
yang selama ini pernah
dilakukannya
Motivasi klien menceritakan
perasaan klien setelah tindak
kekerasan tersebut terjadi
Diskusikan apakah dengan
tindak kekerasan yang
dilakukannya masalah yang
dialami teratasi
Untuk mengetahui tindak
kekerasan apa saja yang
sudah dilakukan oleh klien,
dan mengetahui apa respon
klien setelah melakukan
tindak kekerasan tersebut
kepada orang lain
5. Klien dapat
mengidentifikasi
akibat perilaku
Setelah ... x pertemuan
klien menjelaskan
akibat tindak
Diskusikan dengan klien akibat
negatif (kerugian) cara yang
dilakukan pada :
Agar klien dapat mengetahui
apa dampak negative dari
melakukan tindak kekerasan
30
kekerasan kekerasan yang
dilakukannya
Diri sendiri : luka,
dijauhi teman, dll.
Orang
lain/keluarga :
luka, tersinggung,
ketakutan, dll.
Lingkungan :
barang atau benda
rusak, dll.
Diri sendiri
Orang lain/keluarga
Lingkungan
tersebut kepada orang lain
baik dampak pada diri
sendiri, orang lain dan
lingkungan
6. Klien dapat
mengidentifikasi cara
konstruktif dalam
mengungkapkan
kemarahan
Setelah ... x pertemuan
klien :
Menjelaskan cara-
cara sehat
mengungkapkan
marah
Diskusikan dengan klien :
Apakah klien mau
mempelajari cara baru
mengungkapkan marah yang
sehat
Jelaskan berbagai alternatif
pilihan untuk mengungkapkan
marah selain perilaku
kekerasan yang diketahui
klien
Jelaskan cara-cara sehat untuk
mengungkapkan marah :
Cara fisik : nafas dalam,
pukul bantal atau kasur,
olah raga
Verbal : mengungkapkan
bahwa dirinya sedang kesal
kepada orang lain
Sosial : latihan asertif
Agar klien mengetahui cara-
cara yang sehat untuk
dilakukan ketika marah/kesal
31
dengan orang lain
Spiritual :
sembahyang/doa, zikir,
meditasi, dsb sesuai
keyakinan agamanya
masing-masing.
7. Klien dapat
mendemonstrasikan
cara mengontrol
perilaku kekerasan
Setelah ... x pertemuan
klien memperagakan
cara mengontrol
perilaku kekerasan :
Fisik : tarik nafas
dalam, memukul
bantal/kasur
Verbal :
mengungkapkan
perasaan
kesal/jengkel pada
orang lain tanpa
menyakiti
Spiritual :
zikir/doa, meditasi
sesuai agamanya
Diskusikan cara yang mungkin
dipilih dan anjurkan klien
memilih cara yang mungkin
untuk mengungkapkan
kemarahan.
Latih klien memperagakan cara
yang dipilih :
Jelaskan manfaat cara
tersebut
Anjurkan klien
menirukan peragaan yang
sudah dilakukan
Beri penguatan pada
klien, perbaiki cara yang
masih belum sempurna
Anjurkan klien menggunakan
cara yang sudah dilatih saat
marah/jengkel
Agar klien dapat memilih
cara yang tepat yang
mungkin dipilih untuk
mengatasi / mengungkapkan
kemarahannya
Agar klien dapat
memperagakan cara-cara
yang dipilih untuk
mengungkapkan
kemarahannya
Agar klien dapat mengingat
untuk menggunakan cara-
cara yang dipilih untuk
mengungkapkan rasa
marahnya
8. Klien mendapatkan
dukungan keluarga
untuk mengontrol
Setelah ... x pertemuan
keluarga :
Menjelaskan cara
Diskusikan pentingnya peran
serta keluarga sebagai
pendukung klien untuk
Agar keluarga dapat ikut
berperan aktif sebagai
pendukung klien untuk
32
perilaku kekerasan merawat klien
dengan perilaku
kekerasan
Mengungkapkan
rasa puas dalam
merawat klien
mengatasi perilaku kekerasan
Diskusikan potensi keluarga
untuk membantu klien
mengatasi perilaku kekrasan
Jelaskan pengertian, penyebab,
akibat dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga
Peragakan cara merawat klien
(menangani perilaku kekerasan)
Beri kesempatan keluarga untuk
memperagakan ulang
Beri pujian kepada keluarga
setelah peragaan
Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang
dilatihkan
mengatasi perilaku kekerasan
yang dialami klien
33
9. Klien menggunakan
obat sesuai program
yang telah ditetapkan
Setelah ... x pertemuan
klien menjelaskan :
Manfaat minum
obat
Kerugian tidak
minum obat
Nama obat
Bentuk dan warna
obat
Dosis yang
diberikan
kepadanya
Waktu pemakaian
Jelaskan manfaat menggunakan
obat secara teratur dan kerugian
jika tidak menggunakan obat
Jelaskan kepada klien :
Jenis obat (nama, warna,
dan bentuk obat)
Dosis yang tepat untuk
klien
Waktu pemakaian
Cara pemakaian
Efek yang akan dirasakan
klien
Agar keluarga dapat
mengetahui jenis obat, dosis,
waktu serta cara pemberian
obat untuk klien
34
8. Pelaksanaan
Dalam buku Ade Herman, 2011 Implementasi keperawatan adalah
tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan
yang masih sesuai dengan kondisi pasien saat ini ( here and now ).
Serta memperhatikan terkait dengan standar tindakan yang telah
ditentukan dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang telah
dilaksanakan. Jenis tindakan dalam melaksanakan tindakan
keperawatan, yaitu : secara independen (mandiri), secara dependen
(ketergantungan), dan kolaboratif (gabungan).
a. Komunikasi teraupeik
Komunikasi teraupetik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar antara perawat dan pasien, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien ( faturochman, 2011).
Menurut Stuart, 2016 Komunikasi teraupetik memilik empat tahap
seperti tahap prainteraksi, fase orientasi atau perkenalan, fase kerja,
dan fase terminasi. Empat tahapan ini harus dilakukan oleh perawat
dalam melaksanakan komunikasi kepada pasien.
Tahap – tahap komunikasi tersebut terdiri dari :
1) Tahap Prainteraksi
Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan
dan berkomunikasi dengan pasien. Dalam tahap ini perawat
harus banyak mengeksplorasi diri terhadap perasaan diri sendiri
seperti ketakutan dan keraguan dengan tujuan supaya perawat
lebih siap dalam melakukan komunikasi teraupetik dengan
pasien. Adapun tugas perawat dalam tahap ini yaitu
mengumpulkan informasi tentang pasien, mencari referensi
yang berkaitan dengan masalah pasien, mengeksplorasi
perasaan dan ketakutan, menganalisa kekuatan dan kelemahan
diri.
2) Tahap Orientasi/Perkenalan
35
Pada tahap ini perawat dan pasien saling bertemu atau bertatap
muka sehingga dalam tahap ini perawat dan pasien harus saling
membina hubungan, kunci utama yang dibutuhkan antara lain
terbinanya hubungan saling percaya, komunikasi yang terbuka,
memahami penerimaan, dan merumuskan kontrak.
3) Tahap Kerja
Pada tahap ini perawat memfokuskan arah pembicaraan pada
masalah khusus, yaitu tentang keadaan pasien dan keluhan-
keluhan pasien. Perawat juga berperan dalam menghilangkan
dan mengurangi tingkat kecemasan pada pasien, meningkatkan
kemandirian dan tanggung jawab terhadap diri sendiri, serta
mengembangkan mekanisme koping yang bersifat
membangun/membina pasien. Perubahan perilaku yang adaptif
menunjukkan bahwa tujuan pada tahap ini telah tercapai.
4) Tahap Terminasi
Tahap terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi
interpersonal dan akhir dari pertemuan antara perawat dan
pasien. Tahap ini merupakan tahapan yang sulit namun penting
karena pada tahap ini meruapakan waktu untuk mengubah
perasaan dan mengevaluasi kemajuan pasien.
b. Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK )
Jenis terapi aktivitas kelompok yang dilakukan untuk mengatasi
masalah resiko perilaku kekerasan yaitu tak stimulasi persepsi.
Dengan cara klien dilatih mempersepsikan stimulus yang
disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Terapi aktifitas
kelompok stimulus persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk
membantu pasien yang mengalami kemunduran orientasi,
menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan
afektif serta mengurangi perilaku maladaptif. Aktivitas yang
dilaksanakan berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang
disediakan antara lain: membaca artikel/majalah/buku/puisi,
36
menonton acara TV. Stimulus dari pengalaman masa lalu yang
menghasilkan proses persepsi pasien yang maladaptif.
Dalam stimulasi persepsi : perilaku kekerasan terdapat 5 sesi,
yaitu:
1) Sesi 1 : Mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Tujuannya adalah pasien dapat menyebutkan stimulasi
penyebab kemarahannya, pasien dapat menyebutkan respons
yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah), pasien
dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah, pasien
dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
2) Sesi 2 : Mencegah perilaku kekerasan secara fisik
Tujuannya adalah pasien dapat menyebutkan kegiatan fisik
yang biasa dilakukan pasien, pasien dapat menyebutkan
kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan, pasien
dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat
mencegah perilaku kekerasan.
3) Sesi 3 : Mencegah perilaku kekerasan dengan cara interaksi
sosial asertif ( cara verbal )
Tujuannya adalah pasien dapat mengungkapkan keinginan dan
permintaan tanpa memaksa, pasien dapat mengungkapkan
penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan.
4) Sesi 4 : Mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual
Tujuannya adalah pasien dapat melakukan mencegah perilaku
kekerasan dengan cara spiritual.
5) Sesi 5 : Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh
mengkonsumsi obat
Tujuannya adalah pasien dapat menyebutkan keuntungan patuh
minum obat, pasien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak
patuh minum obat, pasien dapat menyebutkan lima benar cara
minum obat.
37
c. Psiko Farmakologi
Menurut Yosep, Iyus., 2007 dalam buku Abdul Muhith obat-obatan
yang biasanya diberikan kepada pasien dengan marah atau perilaku
kekerasan, yaitu :
1) Antianxiety dan Sedative-Hipnotic.
Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut.
Benzodiazepines seperti Lorazepam dan Clonazepam sering
digunakan dalam kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan
perlawanan pasien. Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk
penggunaan dalam waktu lama karena dapat menyebabkan
kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk
symptom depresi. Buspirone obat anxiety, efektif dalam
mengendalikan perilaku kekerasan yang berkaitan dengan
kecemasan dan depresi. Ini ditunjukkan dengan menurunnya
perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera kepala, demensia,
dan developmental disability. Efek samping yang sering
dikeluhkan dari obat antiansietas yaitu rasa mengantuk yang berat,
sakit kepala, nafsu makan bertambah, ketergantungan, gejala putus
zat (gelisah, tremor, bila berat bisa sampai terjadi kejang-kejang).
2) Anti depresi
Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan perilaku
agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.
Amitriptyline dan Trazodone, efektif untuk menghilangkan
agresivitas yang berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan
mental organik. Pada beberapa kasus, pemberiannya untuk
menurunkan perilaku agresif, yang disebabkan oleh gangguan lain
seperti RM, cedera kepala, skizofrenia, gangguan kepribadian.
Pada klien dengan epilepsi lobus temporal, bisa meningkatkan
perilaku agresif. Pemberian Carbamazepines dapat mengendalikan
perilaku agresif pada klien dengan kelainan
(electroenchephalograms). Efek samping yang sering terjadi pada
pemberian antidepresan yaitu gangguan pada sistem
38
kardiovaskular (hipotensi terutama pada pasien usia lanjut,
perubahan pada gambaran EKG) dan gangguan sistem atonom
akibat efek antikolinergik (mulut dan tenggorokan kering, mual,
sakit kepala).
3) Anti Psikotik
Obat-obatan ini biasanya dipergunakan untuk perawatan perilaku
agresif. Bila agitasi terjadi delusi, halusinasi, atau perilaku psikotic
lainnya, maka pemberian obat ini dapat membantu, namun
diberikan hanya untuk 1-2 minggu sebelum efeknya dirasakan.
Medikasi lainnya, banyak kasus menunjukkan bahwa pemberian
Naltrexone (antagonis opiat) dapat menurunkan perilaku
menciderai diri. Contohnya chlorpromazine , risperidon, clozapin.
Efek samping dari obat anti psikotik ini adalah gejala
ekstrapiramidal seperti kegelisahan motorik, tidak dapat duduk
diam, gangguan otonom seperti hipotensi, mulut kering, diare, dll.
4) Trihexifenidil
Yaitu obat yang digunakan untuk mengatasi efek ekstrapiramidal.
9. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang
dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau
sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respons klien
dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat
dilakukan dengan menggunakan SOAP diantaranya sebagai berikut :
S : Respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien
39
pada saat tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah
diajarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi.
A : Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data
yang kontradiksi dengan masalah yang ada. dapat pula
membandingkan hasil dengan tujuan.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada
respons klien yang terdiri dari tindak lanjut pasien, dan tindak lanjut
oleh perawat.
Adapun hasil dari evaluasi keperawatan pada resiko perilaku kekerasan
yaitu :
a. Pasien dapat menyebutkan penyebab resiko perilaku kekerasan
b. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukakannya
c. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
d. Pasien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukannya
e. Pasien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
f. Pasien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
mengungkapkan kemarahannya
g. Pasien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara fisik 1, cara fisik 2, dan verbal
h. Pasien mendapatkan dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku
kekerasan
i. Pasien dapat menggunakan obat sesuai program yang telah
ditetapkan
40
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab kali ini penulis akan menyajikan pemenuhan kebutuhan dasar
psikososial dan kesehatan mental pada An. R dengan masalah Resiko Perilaku
Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur 2018. Dilakukan
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan secara komperhensif yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal
08 Mei 2018 sampai dengan tanggal 10 Mei 2018.
Untuk mengumpulkan semua data-data agar diketahui permasalahan yang terdapat
pada pasien, data tersebut diperoleh melalui observasi, wawancara langsung
dengan pasien, dengan melihat status catatan keperawatan dan informasi medis
dari dokter dan perawat di ruangan.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data Dasar (Terlampir)
2. Resume Kasus
Pasien yang menjadi objek dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah An. R,
perawat mengkaji tanggal 08 Mei 2018, An. R berusia 15 Tahun, dengan
jenis kelamin laki-laki, berasal dari Jakarta yang rumahnya beralamat di
Jalan Rawa Bebek Rt.05/Rw.01 Jakarta Timur, beragama Islam,
pendidikan tidak lulus SD, An.R tinggal bersama bapak dan ibunya serta
kedua adiknya. Pasien masuk ke Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta
Timur pada tanggal 08 Mei 2018. Keadaan pasien bersih, keadaan umum
baik, dengan hasil TTV TD : 122/86 mmHg, Nadi : 96x/menit, pernafasan
20x/menit, suhu : 36,2 C. Pasien memiliki tinggi badan 120 cm dengan
berat badan 31 Kg. Pasien anak pertama dari tiga bersaudara.
Pasien datang diantar kedua orang tuanya, dengan alasan memasukkannya
yaitu karena pasien mengamuk yang tidak terkontrol ketika dirumah,
pasien mengamuk sudah 2x namun yang sangat tidak terkontrol yang
kedua kali ini, sampai pasien memecahkan kaca jendela, pasien marah dan
mengamuk saat permintaannya tidak dituruti. Sekitar 1 Tahun yang lalu
41
pasien suka berbicara sendiri dan senyum sendiri, saya sangka pasien
hanya bermain-main karena berbicara sendiri pun jarang. Saat ini
berbicara sendiri dan senyum sendiri sudah tidak terjadi pada pasien.
Pasien memiliki riwayat penyakit step atau epilepsi dari lahir hingga saat
ini. Dulu keluarga mengontrol kedokter saraf di Rumah sakit hingga usia 9
Tahun, dan saat ini sudah tidak kontrol lagi karena penyakit stepnya tidak
kunjung hilang. Penyakit step pasien kambuh 2 kali dalam sebulan dalam
waktu sekitar 5 menit. Saat ini ketika pasien kambuh dibawa ke
klinik/rumah sakit dan jika merasa sudah baikan pasien dibawa pulang
oleh keluarga. Pasien terakhir kejang sekitar 2 minggu yang lalu. Tidak
ada obat-obatan yang diminum secara rutin. Keluarga mengatakan
kegiatan sehari-hari yang dilakukan pasien yaitu bermain dari pagi hingga
siang hari, pasien tidak sekolah dan sudah pindah sekolah sampai 2x
karena kata guru dan teman-temannya, pasien sering mencium bokong
guru-gurunya dan sering mengejar-ngejar teman dikelasnya sehingga
pasien dijauhi oleh teman-temannya dan tidak ingin kembali ke sekolah.
Keluarga mengatakan pasien dimasukkan kerumah sakit ini untuk pertama
kalinya, tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti ini.
Pasien mengatakan datang ke rumah sakit karena dirumah marah-marah
dan mengamuk, karena pasien tidak dibolehkan keluar rumah karena
pasien sedang sakit. Kemaren baru saja memecahkan kaca jendela rumah
dengan batu. Pasien merasa kesal jika keinginannya tidak dituruti. Pasien
mengatakan sering marah-mara dan mengamuk dirumah jika keinginannya
tidak dituruti. Pasien mengatakan pernah di pukul oleh temannya ketika
sekolah di SD. Pasien tidak ingin sekolah lagi karena teman-teman
disekolah nakal, dan pasien suka menciumi bokong guru dan mengejar-
ngejar anak perempuan agar mereka semua suka kepada pasien. Pasien
mengatakan akhir-akhir ini lebih suka bergaul dengan perempuan, karena
tidak ada yang menjahatinya. Tidak seperti berteman dengan laki-laki
yang selalu mengajaknya untuk nakal dan sering mengejeknya.
Pengalaman tidak menyenangkan yang dialami pasien dijauhi oleh teman
sekelasnya karena dibilang aneh. Pasien sendiri yang ingin dibawa ke
42
Rumah Sakit karena di rumah sakit bisa merasa tenang, dan tidak ada yang
mengganggunya dan tidak membuatnya kesal. Pasien bersyukur
kesempurnaan yang Allah berikan, tidak ada cacat didalam dirinya. Pasien
mengaku dirinya seorang anak laki-laki yang berumur 15 Tahun. Kegiatan
yang pasien lakukan ketika dirumah yaitu bermain, mengaji ke mushollah,
nonton TV.
Terapi medis : ( Oral )
Resperidone 2 mg : 2 x 1 Tablet
THP ( Trihexilphenidil) 2 mg : 2 x 1 Tablet
Dilantin 100 mg : 2 x 1 Kapsul
Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1. Keluarga mengatakan kemaren
pasien marah dan mengamuk yang
tidak terkontrol sampai memecahan
kaca jendela rumah
2. Keluarga mengatakan saat pasien
marah dan mengamuk suka
membanting barang
3. Keluarga mengatakan pasien sudah
tidak sekolah, berhenti ketika
sekolah sd dan sudah pindah sekolah
hingga 2 kali
4. Keluarga mengatakan dulu ketika
disekolah pasien sering dijauhi
teman-temannya karena sering
mengejar-ngejar anak perempuan
dan menyiumi bokong guru
sehingga pasien dijauhi oleh teman
– temannya dan tidak ingin kembali
ke sekolah
1. Pasien tampak sering menyendiri
2. Pasien tampak sering mondar mandir
3. Pasien tampak berbicara dengan cepat
4. Pasien tampak gelisah
5. Afek bicara pasien labil
6. Pandangan mata pasien terkadang
tampak kosong
7. Pasien tampak sering mengepalkan
tangan
8. Pasien tampak ragu-ragu jika
mendapat pendapat dari orang lain
9. Pasien tampak agresif
10. Postur tubuh pasien tampak
kaku/tegang
11. Pasien tampak suka mengalihkan
pembicaraan
12. Pasien tampak tidak percaya diri
13. Pasien tampak sering memaksa untuk
didengarkan ketika pasien berbicara
43
5. Keluarga mengatakan kejang sering
sekali kambuh dalam sebulan bisa
terjadi 2 kali.
6. Pasien mengatakan masuk kerumah
sakit karena marah-marah dan
mengamuk sampai memecahkan
kaca jendela dengan batu
7. Pasien mengatakan sering marah-
marah dan mengamuk jika
keinginannya tidak dituruti.
8. Pasien mengatakan susah
mengontrol marahnya
9. Pasien mengatakan lebih senang
bermain dengan anak perempuan
karena tidak ada yang menjahatinya,
sehingga pasien tidak sering marah
marah/merasa kesal
10. Pasien mengatakan pernah di pukul
oleh temannya ketika SD
11. Pasien mengatakan pernah berantem
dengan temannya ketika bermain,
karena temannya mengejek dan
membuatnya kesal
12. Pasien mengatakan tidak sekolah
lagi karena pasien dijauhi oleh
teman-temannya, dibilang aneh dan
membuat kesal
13. Pasien mengatakan mencium
bokong guru itu karena montok,
seksi, dan bohay
14. Pasien mengatakan keinginan
sendiri dibawa kerumah sakit karena
14. Pasien terkadang suka menundukkan
kepalanya saat berbicara dan terlihat
malu-malu
15. Pasien tampak sering membantah
pembicaraan
16. Hasil pemeriksaan fisik :
TD : 122/86 mmHg
Nadi : 96 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,2 celcius
17. Kesadaran pasien composmentis
18. Keadaan umum tampak baik
19. Terapi medis ( oral )
Resperidone 2 mg : 2 x 1 Tablet
THP ( Trihexyphenidly) 2 mg :
2 x 1 Tablet
Dilantin 100 mg : 2 x 1 Kapsul
44
dirumah sakit terasa tenang dan
tidak ada yang membuatnya kesal.
15. Pasien mengatakan mencium
bokong guru dan sering mengejar
perempuan agar mereka suka
dengannya
16. Pasien mengatakan sering diejek
temannya dan membuatnya kesal
17. Pasien mengatakan apakah orang di
RS ini jahat, karena takut membuat
saya kesal
18. Pasien mengatakan malu jika
melanjutkan sekolahnya kembali
karena seumurannya seharusnya
sudah SMP
45
3. Analisa Data
Nama klien ( inisial ) : An. R
Ruangan : Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
No. RM : 013203
No Hari/Tgl Data Fokus Masalah
Keperawatan
1.
Selasa,
08 Mei
2018
Data Subjektif :
1. Pasien mengatakan sering marah-marah
dan mengamuk jika keinginannya tidak
dituruti.
2. Pasien mengatakan susah mengontrol
marahnya
3. Pasien mengatakan sering marah-marah
dan mengamuk jika keinginannya tidak
dituruti.
4. Pasien mengatakan sering diejek
temannya dan membuatnya kesal
5. Pasien mengatakan keinginan sendiri
dibawa kerumah sakit karena dirumah
sakit terasa tenang dan tidak ada yang
membuatnya kesal.
Data Objektif :
1. Pasien tampak sering mondar-mandir
2. Pasien tampak berbicara dengan cepat
3. Postur tubuh pasien tampak kaku/tegang
4. Pasien tampak sering memaksa untuk
didengarkan ketika pasien berbicara
5. Pasien tampak gelisah
6. Pasien tampak sering mengepalkan
tangan
Resiko Perilaku
Kekerasan
46
2.
Selasa,
08 Mei
2018
Data Subjektif :
1. Keluarga mengatakan pasien sudah tidak
sekolah, berhenti ketika sekolah sd dan
sudah pindah sekolah hingga 2 kali
2. Pasien mengatakan mencium bokong
guru dan sering mengejar perempuan
agar mereka suka dengannya
3. Pasien mengatakan malu jika
melanjutkan sekolahnya kembali karena
seumurannya seharusnya sudah SMP
4. Pasien mengatakan sudah tidak sekolah
Data Objektif :
1. Pasien tampak sering menyendiri
2. Pasien tampak tidak percaya diri
3. Pasien terkadang suka menundukkan
kepalanya saat berbicara dan terlihat
malu-malu
Gangguan
Konsep Diri :
Harga Diri
Rendah
3. Selasa,
08 Mei
2018
Data Subjektif :
1. Keluarga mengatakan kemaren pasien
marah dan mengamuk yang tidak
terkontrol sampai memecahan kaca
jendela rumah
2. Keluarga mengatakan saat pasien marah
dan mengamuk suka membanting barang
3. Pasien mengatakan sering marah-marah
dan mengamuk jika keinginannya tidak
dituruti.
4. Pasien mengatakan pernah dipukul oleh
temannya ketika SD
5. Pasien mengatakan pernah berantem
dengan temannya ketika bermain, karena
Resiko
Menciderai Diri
Sendiri, Orang
lain,
Lingkungan
47
temannya mengejek dan membuatnya
kesal
Data Objektif :
1. Pasien tampak gelisah
2. Pasien tampak sering mengepalkan
tangannya
3. Pasien tampak sering membantah
pembicaraan
48
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pohon Masalah
Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain,
Lingkungan
Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko Perilaku Kekerasan
b. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
c. Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain, dan Lingkungan
Resiko Perilaku Kekerasan
Effect
causal
Core
Problem
mm
49
C. Perencanaan Keperawatan
Nama Klien : An. R
Ruangan : Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
No RMK : 013203
No
Dx
Dx
Keperaw
atan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
1. Resiko
Perilaku
Kekerasan
TUM :
Klien dapat mengontrol
perilaku kekerasan
TUK :
1. Klien dapat
membina hubungan
saling percaya
Setelah 20 Menit
pertemuan klien
menunjukkan tanda-
tanda percaya kepada
perawat :
wajah cerah,
tersenyum
mau berkenalan
ada kontak mata
bersedia
menceritakan
perasaannya
Bina hubungan saling percaya
dengan :
Beri salam setiap berinteraksi.
Perkenalkan nama, nama
panggilan perawat dan tujuan
perawat berinteraksi
Tanyakan dan panggil nama
kesukaan klien
Tunjukkan sikap empati, jujur,
dan menepati janji setiap kali
berinteraksi
Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien
Buat kontrak interaksi yang
jelas
Dengarkan dengan penuh
perhatian ungkapan perasaan
klien
Hubungan saling
percaya
merupakan
landasan utama
untuk hubungan
selanjutnya
2. Klien dapat Setelah 3 x pertemuan Bantu klien mengungkapkan Membantu klien
50
mengidentifikasi
penyebab perilaku
kekerasan yang
dilakukannya
klien menceritakan
penyebab perilaku
kekerasan yang
dilakukannya :
Menceritakan
penyebab
perasaan
jengkel/kesal
baik dari diri
sendiri maupun
lingkungannya
perasaan marahnya :
Motivasi klien untuk
menceritakan penyebab rasa
atau jengkelnya
Dengarkan tanpa menyela
atau memberi penilaian setiap
ungkapkan perasaan klien
untuk
mengungkapkan
perasaan
marahnya dapat
mengurangi stres
dan dapat
mengetahui
penyebab rasa
jengkel/kesal yang
dirasakan klien
3. Klien dapat
mengidentifikasi
tanda-tanda perilaku
kekerasan
Setelah 3 x pertemuan
klien menceritakan
tanda -tanda saat
terjadi perilaku
kekerasan
Tanda fisik : mata
merah, tangan
mengepal, ekspresi
tegang, dll.
Tanda emosional :
perasaan marah,
jengkel, bicara
kasar.
Tanda sosial :
bermusuhan yang
dialami saat terjadi
perilaku kekerasan
Bantu klien mengungkapkan
tanda – tanda perilaku
kekerasan yang dialaminya :
Motivasi klien menceritakan
kondisi fisik (tanda-tanda
fisik) saat perilaku kekerasan
terjadi
Motivasi klien menceritakan
kondisi emosinya ( tanda-
tanda emosional) saat terjadi
perilaku kekerasan
Motivasi klien menceritakan
kondisi hubungan dengan
orang lain (tanda-tanda sosial)
saat terjadi perilaku kekerasan
Untuk mengetahui
tanda-tanda
perilaku
kekerasan yang
dialami oleh
klien, dari tanda-
tanda fisik yang
akan terjadi,
kondisi emosinya,
dan kondisi
hubungan dengan
orang-orang
ketika saat terjadi
perilaku
kekerasan
4. Klien dapat Setelah 3 x pertemuan Diskusikan dengan klien Untuk mengetahui
51
mengidentifikasi
jenis perilaku
kekerasan yang
pernah dilakukannya
klien menjelaskan :
Jenis-jenis
ekspresi
kemarahan yang
selama ini telah
dilakukannya
Perasaannya saat
melakukan
kekerasan
Efektivitas cara
yang dipakai
dalam
menyelesaikan
masalah
perilaku kekerasan yang
dilakukannya selama ini:
Motivasi klien menceritakan
jenis-jenis tindak kekerasan
yang selama ini pernah
dilakukannya
Motivasi klien menceritakan
perasaan klien setelah tindak
kekerasan tersebut terjadi
Diskusikan apakah dengan
tindak kekerasan yang
dilakukannya masalah yang
dialami teratasi
tindak kekerasan
apa saja yang
sudah dilakukan
oleh klien, dan
mengetahui apa
respon klien
setelah melakukan
tindak kekerasan
tersebut kepada
orang lain
5. Klien dapat
mengidentifikasi
akibat perilaku
kekerasan
Setelah 3 x pertemuan
klien menjelaskan
akibat tindak
kekerasan yang
dilakukannya
Diri sendiri : luka,
dijauhi teman, dll.
Orang
lain/keluarga :
luka, tersinggung,
ketakutan, dll.
Lingkungan :
barang atau benda
rusak, dll.
Diskusikan dengan klien akibat
negatif (kerugian) cara yang
dilakukan pada :
Diri sendiri
Orang lain/keluarga
Lingkungan
Agar klien dapat
mengetahui apa
dampak negative
dari melakukan
tindak kekerasan
tersebut kepada
orang lain baik
dampak pada diri
sendiri, orang lain
dan lingkungan
6. Klien dapat
mengidentifikasi
Setelah 3 x pertemuan
klien :
Diskusikan dengan klien :
Apakah klien mau
Agar klien
mengetahui cara-
52
cara konstruktif
dalam
mengungkapkan
kemarahan
Menjelaskan cara-
cara sehat
mengungkapkan
marah
mempelajari cara baru
mengungkapkan marah yang
sehat
Jelaskan berbagai alternatif
pilihan untuk mengungkapkan
marah selain perilaku
kekerasan yang diketahui
klien
Jelaskan cara-cara sehat untuk
mengungkapkan marah :
Cara fisik : nafas dalam,
pukul bantal atau kasur,
olah raga
Verbal : mengungkapkan
bahwa dirinya sedang kesal
kepada orang lain
Sosial : latihan asertif
dengan orang lain
Spiritual :
sembahyang/doa, zikir,
meditasi, dsb sesuai
keyakinan agamanya
masing-masing.
cara yang sehat
untuk dilakukan
ketika
marah/kesal
7. Klien dapat
mendemonstrasikan
cara mengontrol
perilaku kekerasan
Setelah 3 x pertemuan
klien memperagakan
cara mengontrol
perilaku kekerasan :
Fisik I : tarik nafas
dalam
Fisik II : memukul
Diskusikan cara yang mungkin
dipilih dan anjurkan klien
memilih cara yang mungkin
untuk mengungkapkan
kemarahan.
Latih klien memperagakan cara
yang dipilih :
Agar klien dapat
memilih cara yang
tepat yang
mungkin dipilih
untuk mengatasi /
mengungkapkan
kemarahannya
Agar klien dapat
53
bantal/kasur
Verbal :
mengungkapkan
perasaan
kesal/jengkel pada
orang lain tanpa
menyakiti
Spiritual :
zikir/doa, meditasi
sesuai agamanya
Jelaskan manfaat cara
tersebut
Anjurkan klien menirukan
peragaan yang sudah
dilakukan
Beri penguatan pada klien,
perbaiki cara yang masih
belum sempurna
Anjurkan klien menggunakan
cara yang sudah dilatih saat
marah/jengkel
memperagakan
cara-cara yang
dipilih untuk
mengungkapkan
kemarahannya
Agar klien dapat
mengingat untuk
menggunakan
cara-cara yang
dipilih untuk
mengungkapkan
rasa marahnya
8. Klien mendapatkan
dukungan keluarga
untuk mengontrol
perilaku kekerasan
Setelah 3 x pertemuan
keluarga :
Menjelaskan cara
merawat klien
dengan perilaku
kekerasan
Mengungkapkan
rasa puas dalam
merawat klien
Diskusikan pentingnya peran
serta keluarga sebagai
pendukung klien untuk
mengatasi perilaku kekerasan
Diskusikan potensi keluarga
untuk membantu klien
mengatasi perilaku kekrasan
Jelaskan pengertian, penyebab,
akibat dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga
Peragakan cara merawat klien
(menangani perilaku kekerasan)
Beri kesempatan keluarga untuk
memperagakan ulang
Beri pujian kepada keluarga
setelah peragaan
Agar keluarga
dapat ikut
berperan aktif
sebagai
pendukung klien
untuk mengatasi
perilaku
kekerasan yang
dialami klien
54
Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang
dilatihkan
9. Klien menggunakan
obat sesuai program
yang telah ditetapkan
Setelah 3 x pertemuan
klien menjelaskan :
Manfaat minum
obat
Kerugian tidak
minum obat
Nama obat
Bentuk dan warna
obat
Dosis yang
diberikan
kepadanya
Waktu pemakaian
Jelaskan manfaat menggunakan
obat secara teratur dan kerugian
jika tidak menggunakan obat
Jelaskan kepada klien :
Jenis obat (nama, warna,
dan bentuk obat)
Dosis yang tepat untuk
klien
Waktu pemakaian
Cara pemakaian
Efek yang akan dirasakan
klien
Agar keluarga
dapat mengetahui
dampak kerugian
untuk klien dari
tidak teraturnya
meminum obat
Agar keluarga
dapat mengetahui
jenis obat, dosis,
waktu serta cara
pemberian obat
untuk klien
55
C. Pelaksanaan Keperawatan
Nama Klien : An. R
Ruangan : Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
No RMK : 013203
Hari/Tgl/j
am
No.Dx
Kep/TUK
Implementasi Evaluasi SOAP Paraf
Selasa
08 Mei
2018
Jam 09.15
Dx 1
Resiko
Perilaku
Kekerasan
SP 1 Pasien
- Membina
Hubungan saling
percaya
- Mendiskusikan
penyebab perilaku
kekerasan
- Mendiskusikan
tanda-tanda
perilaku kekerasan
- Mendiskusikan
perilaku kekerasan
yang pernah
dilakukannya
- Mendisikusikan
dengan pasien
akibat perilaku
kekerasan
- Mendiskusikan cara
mengontrol
perilaku kekerasan
- Mendiskusikan
serta melatih cara
mengontrol
perilaku kekerasan
dengan cara fisik I :
tarik nafas dalam
- Menganjurkan
pasien memasukkan
Subjek :
- Pasien mengatakan
nama saya An. R ,
senang dipanggil An.
R, usia saya 15 Tahun
- Pasien mengatakan
penyebab marah dan
mengamuk karena
keinginannya tidak
dituruti, saya tidak
boleh keluar rumah
- Pasien mengatakan
tandanya saat marah
adalah mata melotot,
mengamuk, terkadang
sampai membanting
barang-barang
dirumah, dan
berteriak-teriak karena
kesal
- Pasien mengatakan
akibat marah adalah di
marahi oleh orang-
orang, dijauhi, barang
yang banting rusak
- Pasien mengatakan
cara mengontrol
marah yang pertama
dengan cara tarik
Vikih
56
dalam jadwal
kegiatan harian
nafas dalam
- Pasien mengatakan
jika mulai marah akan
mengontrol marahnya
dengan tarik nafas
dalam
- Pasien mengatakan
akan memasukkan
kegiatannya kedalam
jadwal kegiatan harian
Objektif :
- Pasien dapat membina
hubungan baik dengan
perawat
- Pasien dapat
menyebutkan perilaku
kekerasan yang
dialaminya : mata
melotot, mengamuk,
membanting barang-
barang
- Pasien tampak
berbicara dengan
cepat
- Pasien tampak agresif
- Pasien tampak
mengikuti cara
mengontrol marah
yang dilatih oleh
perawat dengan tarik
nafas dalam
- Pasien memasukkan
kegiatan kedalam
kegiatan sehari-hari
Analisa :
57
Masalah SP 1 Pasien
teratasi
Planning :
- Evaluasi pasien untuk
mengontrol marah
dengan cara fisik I :
tarik nafas dalam
- Diskusikan dan latih
cara mengontrol
marah dengan fisik II
- Diskusikan dan latih
cara mengontrol
marah dengan verbal
- Anjurkan untuk
memasukkan kegiatan
kedalam jadwal
kegiatan harian
Rabu, 09
Mei 2018
Jam 08.30
Dx 1
SP 2 Pasien
- Mengevaluasi
kemampuan pasien
dalam mengontrol
perilaku kekerasan
dengan cara fisik 1 :
tarik nafas dalam
- Mendiskusikan serta
melatih pasien cara
mengontrol marah
dengan fisik II :
pukul bantal/kasur
- Menganjurkan
pasien memasukkan
kedalam jadwal
kegiatan harian
Subjektif :
- Pasien mengatakan
cara mengontrol
marah yang pertama
itu dengan tarik nafas
dalam
- Pasien mengatakan
cara mengontrol
marah yang kedua
dengan pukul
bantal/kasur
- Pasien mengatakan
saat merasa kesal
tidak boleh
membanting barang,
tapi dengan cara
memukul bantal/kasur
Vikih
58
- Pasien mengatakan
akan memasukkan
kegiatan kedalam
jadwal kegiatan harian
Objektif :
- Pasien tampak
kembali
mempraktekkan cara
mengontrol PK
dengan Fisik 1 : tarik
nafas dalam
- Raut wajah pasien
tampak tenang
- Pasien tampak
berbicara dengan
cepat
- Pasien dapat
melakukan
mengontrol perilaku
kekerasan dengan fisik
II : pukul bantal/kasur
- Pasien memasukkan
kegiatan kedalam
jadwal kegiatan harian
Analisa :
Masalah SP 2 Pasien
dapat teratasi
Planning :
- Evaluasi cara
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
fisik II
59
- Diskusikan dan latih
cara mengontrol
marah dengan cara
verbal
- Anjurkan pasien untuk
memasukkan kegiatan
kedalam jadwal
kegiatan harian pasien
Kamis, 10
Mei 2018
Jam 09.10
Dx 1
SP 3 Pasien
- Mengevaluasi cara
mengontrol perilaku
kekerasan dengan
cara fisik II
- Mendiskusikan serta
melatih pasien cara
mengontrol marah
dengan verbal
- Menganjurkan
pasien memasukkan
kedalam jadwal
kegiatan harian
Subjektif :
- Pasien mengatakan
cara mengontrol
marah yang kedua
dengan cara pukul
bantal/kasur
- Pasien mengatakan
cara mengontrol
marah yang ketiga
dengan cara verbal
- Pasien mengatakan
jika meminta,
menolak dan berbicara
tidak dengan marah
tapi dengan cara
bicara yang baik
- Pasien mengatakan
akan memasukkan
kegiatan ini kedalam
jadwal kegiatan harian
Objektif :
- Pasien tampak
mempraktekkan cara
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
Vikih
60
fisik II
- Pasien tampak
mendengarkan apa
yang sedang
didiskusikan
- Pasien tampak tenang
- Pasien tampak
berbicara dengan
cepat
- Pasien dapat
melakukan
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
verbal
- Pasien memasukkan
kegiatan kedalam
kegiatan harian pasien
Analisa :
Masalah SP 3 Pasien
dapat teratasi
Planning :
- Evaluasi cara
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
verbal
- Diskusikan dan latih
cara mengontrol
perilaku kekerasan
dengan cara spiritual
- Anjurkan untuk
memasukkan kegiatan
kedalam jadwal
kegiatan harian.
61
D. Evaluasi Keperawatan
Nama Pasien : An. R
Ruangan : Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
No. RMK : 013203
No Dx Hari/Tgl Jam Catatan Perkembangan Paraf
Dx 1
SP 1
Pasien
Selasa
08 Mei
2018
11.30 Subjektif :
- Pasien mengatakan nama saya An. R
, senang dipanggil An. R, usia saya
15 Tahun
- Pasien mengatakan penyebab marah
dan mengamuk karena keinginannya
tidak dituruti, saya tidak boleh
keluar rumah
- Pasien mengatakan tandanya saat
marah adalah mata melotot,
mengamuk, terkadang sampai
membanting barang-barang
dirumah, dan berteriak-teriak karena
kesal
- Pasien mengatakan akibat marah
adalah di marahi oleh orang-orang,
dijauhi, barang yang banting rusak
- Pasien mengatakan cara mengontrol
marah yang pertama dengan cara
tarik nafas dalam
- Pasien mengatakan jika mulai marah
akan mengontrol marahnya dengan
tarik nafas dalam
- Pasien mengatakan akan
memasukkan kegiatannya kedalam
jadwal kegiatan harian
Objektif :
Vikih
62
- Pasien dapat membina hubungan
baik dengan perawat
- Pasien dapat menyebutkan perilaku
kekerasan yang dialaminya : mata
melotot, mengamuk, membanting
barang-barang
- Pasien tampak berbicara dengan
cepat
- Pasien tampak agresif
- Pasien tampak mengikuti cara
mengontrol marah yang dilatih oleh
perawat dengan tarik nafas dalam
- Pasien memasukkan kegiatan
kedalam kegiatan sehari-hari
Analisa :
Masalah SP 1 Pasien teratasi
Planning :
- Evaluasi pasien untuk mengontrol
marah dengan cara fisik I : tarik
nafas dalam
- Diskusikan dan latih cara
mengontrol marah dengan fisik II
- Diskusikan dan latih cara
mengontrol marah dengan verbal
- Anjurkan untuk memasukkan
kegiatan kedalam jadwal kegiatan
harian
Dx 1
SP 2
Pasien
Rabu
09 Mei
2018
10.30 Subjektif :
- Pasien mengatakan cara mengontrol
marah yang pertama itu dengan tarik
nafas dalam
- Pasien mengatakan cara mengontrol
marah yang kedua dengan pukul
bantal/kasur
Vikih
63
- Pasien mengatakan saat merasa
kesal tidak boleh membanting
barang, tapi dengan cara memukul
bantal/kasur
- Pasien mengatakan akan
memasukkan kegiatan kedalam
jadwal kegiatan harian
Objektif :
- Pasien tampak kembali
mempraktekkan cara mengontrol PK
dengan Fisik 1 : tarik nafas dalam
- Raut wajah pasien tampak tenang
- Pasien tampak berbicara dengan
cepat
- Pasien dapat melakukan mengontrol
perilaku kekerasan dengan fisik II :
pukul bantal/kasur
- Pasien memasukkan kegiatan
kedalam jadwal kegiatan harian
Analisa :
Masalah SP 2 Pasien dapat teratasi
Planning :
- Evaluasi cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara fisik II dan
verbal
- Diskusikan dan latih cara
mengontrol marah dengan cara
verbal
- Anjurkan pasien untuk memasukkan
kegiatan kedalam jadwal kegiatan
harian pasien
64
Dx 1
SP 3
Pasien
Kamis
10 Mei
2018
12.10 Subjektif :
- Pasien mengatakan cara mengontrol
marah yang kedua dengan cara
pukul bantal/kasur
- Pasien mengatakan cara mengontrol
marah yang ketiga dengan cara
verbal
- Pasien mengatakan jika meminta,
menolak dan berbicara tidak dengan
marah tapi dengan cara bicara yang
baik
- Pasien mengatakan akan
memasukkan kegiatan ini kedalam
jadwal kegiatan harian
Objektif :
- Pasien tampak mempraktekkan cara
mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik II
- Pasien tampak mendengarkan apa
yang sedang didiskusikan
- Pasien tampak tenang
- Pasien tampak berbicara dengan
cepat
- Pasien dapat melakukan mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara
verbal
- Pasien memasukkan kegiatan
kedalam kegiatan harian pasien
Analisa :
Masalah SP 3 Pasien dapat teratasi
Vikih
65
Planning :
- Evaluasi cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara verbal
- Diskusikan dan latih cara
mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara spiritual
- Anjurkan untuk memasukkan
kegiatan kedalam jadwal kegiatan
harian
66
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas berbagai kesenjangan yang terjadi antara
teori yang ada didalam landasan teoritis dengan tinjauan kasus, faktor-faktor
penghambat dan pendukung serta cara alternatif dalam pemecahan masalah /
solusi yang ditemukan dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar psikososial
dan kesehatan mental pada An. R dengan masalah resiko perilaku kekerasan
selama 3 hari dari tanggal 08 Mei sampai dengan 10 Mei 2018 di Rumah Sakit
Jiwa Islam Klender Jakarta Timur. Sesuai dengan konsep dan tahap-tahap dalam
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencananaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 08 Mei sampai dengan 10 Mei
2018. Penulis melakukan pengkajian dengan tujuan mengumpulkan data yang
akurat untuk merumuskan suatu permasalahan yang ada pada pasien. Penulis
melakukan pengkajian dengan cara observasi, wawancara langsung dengan
pasien ataupun keluraga serta melihat status dan informasi dari perawat
ruangan yang merawat pasien. Penulis melakukan pengkajian secara
menyeluruh dari aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Disaat ingin
melakukan pengkajian tak lupa penulis selalu melakukan kontrak waktu
dengan waktu yang tidak terlalu lama / singkat sekitar 10 – 20 menit, jika
melakukan kontrak waktu yang terlalu lama ditakutkan membuat pasien
bosan dan tidak percaya sehingga pasien tidak ingin diganggu lagi.
Pengkajian ini juga disesuaikan dengan format pengkajian yang sering sekali
digunakan untuk mendapatkan data pasien. Berdasarkan kasus yang
ditemukan oleh penulis dari hasil wawancara dan data status sudah terlihat
jelas bahwa pasien dibawa ke rumah sakit karena marah dan mengamuk yang
tidak terkontrol hingga memecahkan kaca jendela rumahnya. Pasien sering
sekali mengamuk jika keinginannya tidak terpenuhi, dan sering diejek oleh
teman-temannya terutama temannya yang laki-laki sehingga seringkali
67
mengakibatkan pasien kesal, marah sampai mengamuk. Data-data ini sesuai
dengan tingkah laku yang terjadi pada pasien dengan resiko perilaku
kekerasan. Adapun yang meliputi dalam pengkajian adalah faktor
predisposisi, faktor presipitasi, tanda dan gejala dan mekanisme koping.
1. Faktor predisposisi. Menurut tinjauan teoritis faktor predisposisi pada
asuhan keperawatan dengan resiko perilaku kekerasan adalah
a. Teori biologik yaitu neurologic factor/faktor neurologi beragam
komponen dari sistem syaraf-syaraf yang mempunyai peran
memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang
akan mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbik ini sangat terlibat
dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respons
agresif. Faktor genetik, adanya faktor gen yang diturunkan melalu
orang tua menjadi potensi perilaku agresif. Dan brain area
disorder/gangguan area otak, gangguan dalam sistem limbik temporal,
tumor otak, trauma otak penyakit epilepsi ditemukan sangat
berpengaruh terhadap perilaku agresif atau tindak agresif.
b. Teori psikologik yaitu psikoanalisa yang dipengaruhi oleh riwayat
tumbuh kembang dari pemenuhan oral yang tidak terpenuhi sehingga
membuat tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat
mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep
dirinya rendah sehingga tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka atas ketidakberdayaannya. Model dan perilaku yang
dilihatnya juga sangat berpengaruh dalam melakukan tindak
kekerasan jika apa yang dilihatnya banyak mengandung tindak
kekerasan. Perilaku kekerasan juga merupakan hasil belajar suatu
individu didalam lingkungannya. Apa yang diamati pasti itu yang
dilakukan.
c. Teori sosiokultural yaitu faktor budaya, banyak ritual dalam budaya
yang mengarahkan pada tindakan agresif, sehingga banyak masyarkat
yang cenderung menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan.
68
d. Aspek religiusitas, dalam aspek tindakan agresif merupakan dorongan
dan bisikan setan yang sangat menyukai kerusakan agar manusia
menyesal.
Penulis mendapatkan tidak terdapat penyimpangan antara teoritis dengan
kasus, faktor predisposisi pada An. R yang paling menonjol adalah teori
biologik karena dilihat dari riwayat penyakit yang dimiliki pasien adalah
penyakit epilepsi yang sering sekali kambuh terjadi 2 kali dalam sebulan,
penyakit ini sangat berpengaruh dalam tindak agresif karena adanya
gangguan pada area otak. Dan teori psikologik karena dilihat dari
lingkungannya yang terkadang ada yang mengejek – ejeknya sehingga
membuat rasa kesal didalam diri pasien, dilingkungan yang sedikit sekali
dukungannya sangat berpengaruh kepada pasien dalam bertindak agresif
ataupun cepat marah.
2. Faktor Presipitasi dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali
berkaitan dengan ekspresi diri dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
dan kondisi sosial ekonomi, cenderung berkomunikasi dan menyelesaikan
masalah dengan kekerasan, adanya riwayat anti sosial meliputi
penyalahgunaan obat dan alkohol sehingga tidak mampu mengontrol
emosinya. Didalam faktor presipitasi penulis tidak menemukan
penyimpangan antara teoritis dan kasus karena penulis mendapatkan data
bahwa pasien An. R ketika keinginannya tidak terpenuhi pasien
mengekspresikan dirinya dengan marah dan mengamuk.
Tanda dan gejala menurut tinjauan teoritis asuhan keperawatan pada
pasien dengan resiko perilaku kekerasan yaitu pada fisik : muka merah,
tegang mata melotot, tangan mengepal, jalan mondar-mandir. Pada
verbal: bicara kasar, suara tinggi, membentak, ketus, suara keras. Pada
perilaku : memukul benda/orang lain, merusak lingkungan, amuk/agresif.
Emosi : dendam, jengkel, ingin berkelahi, menyalahkan, menuntut. Dalam
data kasus, tanda dan gejala yang penulis dapatkan tidak menyimpang
dengan teori/konsep karena pada pasien An. R dalam perilaku pasien
sering marah dan mengamuk, pada verbal pasien berbicara dengan cepat,
69
dan saat bicara harus selalu didengar, pasien An. R juga suka membanting
barang-barang. Pasien juga terlihat sering mondar-mandir.
Mekanisme Koping. Pada teoritis asuhan keperawatan pada pasien
dengan resiko perilaku kekerasan yaitu displacement (melepaskan
perasaan marahnya pada objek yang tidak begitu berbahaya), sublimasi (
melepaskan perasaan marahnya pada objek yang dapat membahayakan),
proyeksi (menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
kenginannya yang tidak baik), repsresif (mencegah pikiran yang
menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar), reaksi formasi
(mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan melebih-
lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan sebagai
rintangan).
Penulis tidak menemukan penyimpangan pada mekanisme koping antara
teoritis dan kasus karena didapatkan data mekanisme koping yang pasien
An. R lakukan yaitu dengan sublimasi karena pasien An.R saat marah
melepaskan perasaan marahnya pada objek yang dapat membahayakan
seperti ketika marah membanting barang, memecahkan kaca jendela
rumahnya.
Faktor Pendukung :
Dalam melakukan pengkajian pada An. R dengan masalah resiko perilaku
kekerasan yang penulis rasakan serta penulis pantau/lihat yaitu pada saat
beriteraksi dengan pasien, pasien tampak kooperatif, pasien mau untuk
diajak bercakap-cakap dengan penulis. Keluarga juga mau untuk diajak
bercakap-cakap walaupun sebentar dan anak ketiganya sangat rewel saat
penulis berbincang-bincang dengan keluarga.
Faktor Penghambat :
Dalam melakukan pengkajian pada An. R dengan masalah resiko perilaku
kekerasan, penulis merasakan faktor penghambat pada pasien yaitu waktu
yang cukup singkat, penulis mendapat data dari keluarga hanya sebentar,
hanya mendapat data dari pasien.
Maka dari itu, penulis mencoba mencari solusinya yaitu dengan cara
penulis berusaha mengatasi dengan membina hubungan teraupetik yang
70
baik dengan pasien secara sering namun dengan waktu yang singkat
sehingga pasien mau berinteraksi dan menceritakan masalahnya.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan tahapan akhir dari pengkajian yang
meruapakan masalah pasien yang akan ditindak lanjuti sehingga masalah
dapat berkurang.
Pasa tinjauan teoritis, pada asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
resiko perilaku kekerasan terdapat 3 diagnosa yaitu resiko perilaku kekerasan,
gangguan konsep diri : harga diri rendah, dan resiko menciderai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan. Dan pada kasus ini ditemukan kesamaan dengan
teori. Penulis menetapkan masalah utama An. R adalah Resiko Perilaku
Kekerasan, karena didasarkan pada alasan masuk dan data yang didapatkan
dari hasil pengkajian pasien marah dan mengamuk, suka membanting barang,
memecahkan kaca jendela rumah. Jika masalah tersebut tidak segera diatasi,
ditakutkan pasien akan menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.
Pada kasus ini penulis menemukan diagnosa keperawatan yaitu :
1. Penulis memuculkan masalah utamanya dengan resiko perilaku kekerasan
karena berdasarkan hasil data yang telah dikumpulkan pasien suka marah
dan mengamuk, sering membanting barang, dan memecahkan kaca
jendela rumah.
2. Pada diagnosa yang kedua penulis memunculkan masalah gangguan
konsep diri : harga diri rendah karena berdasarkan data yang telah
didapatkan dan dikumpulkan riwayat masa lalu pasien pernah mengalami
dijauhi dan diejek ( bulliying ) oleh temannya karena pasien suka
menciumi bokong guru dan mengejar perempuan ketika di SD.
3. Pada diagnosa yang ketiga penulis memunculkan masalah resiko
menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, karena berdasarkan
data yang penulis dapatkan pasien sering mengamuk, membanting barang,
dan memecahkan kaca jendela rumahnya.
Faktor Pendukung : Dalam memunculkan masalah keperawatan/diagnosa
keperawatan, tersedianya data dasar dan analisa data, serta sumber buku yang
71
didapatkan tentang masalah keperawatan/diagnosa keperawatan resiko
perilaku kekerasan sesuai dengan kasus sehingga diagnosa dapat
dimunculkan.
Faktor Penghambat : Dalam memunculkan masalah keperawatan/diagnosa
keperawatan ini penulis tidak mendapat hambatan dalam memunculkan
diagnosa keperawatan, karena menurut tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
didapatkan kesenjangan.
C. Perencanaan Keperawatan
Penulis membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
kesehatan dan meningkatkan kesehatan lain (menurut PPNI, 2009).
Pada tahap perencananaan penulis tidak menemukan banyak perbedaan antara
kasus dan teori. Penulis membuat perencanaan didalam satu diagnosa dan
ditekankan pada tindakan keperawatan yang penting untuk mengatasi
masalah pasien. Pada teori penulis membuat tiga perencanaan dalam tiga
diagnosa, namun pada kasus penulis hanyak membuat satu perencanaan
karena masalah yang paling menonjol/prioritas pada saat ini hanya satu yaitu
resiko perilaku kekerasan.
Faktor Pendukung : Saat membuat rencana tindakan keperawatan penulis
mengacu pada standar asuhan keperawatan yang ada didalam sumber buku-
buku yang ada. Pasien yang mudah untuk diajak berkomunikasi sehingga
penulis mudah mendapatkan data untuk menyusun rencana tindakan
keperawatan.
Faktor Penghambat : Tidak ada faktor yang menghambat saat membuat
perencanaan keperawatan karena banyaknya sumber buku-buku dengan
masalah resiko perilaku kekerasan yang tersedia.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan pada teori adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Bulechek.,2008).
72
Pada tahap pelaksanaan penulis melaksanakan satu diagnosa keperawatan
dari tiga diagnosa keperawatan yang ditemukan karena diagnosa
keperawatan/masalah keperawatan yang prioritas pada kasus ini adalah resiko
perilaku kekerasan. Pada saat pelaksanaan keperawatan penulis hanya
melakukan tiga SP.
Pada hari pertama tanggal 08 Mei 2018, penulis melakukan implementasi Dx
1 SP 1 Pasien yaitu membina hubungan saling percaya, mendiskusikan
penyebab perilaku kekerasan, menyebutkan tanda dan gejala perilaku
kekerasan, mendiskusikan dampak dari perilaku kekerasan, mendiskusikan
cara mengontrol perilaku kekerasan, melatih cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara fisik I : tarik nafas dalam, dan menganjurkan pasien
untuk memasukkan kegiatan kedalam jadwal kegiatan harian pasien. Hasil
dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pasien dapat melakukan
apa yang telah didiskusikan yaitu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
fisik I : tarik nafas dalam dan dapat mempraktekkannya, sehingga penulis
dapat melanjutkan ke SP 2.
Pada hari kedua pada hari Rabu tanggal 09 Mei 2018, penulis melakukan
tindakan keperawatan Dx 1 SP 2 Pasien yaitu mengevaluasi pasien dalam
mengontrol marah dengan cara fisik I : tarik nafas dalam, mendiskusikan dan
melatih pasien cara mengontrol marah dengan cara fisik II ( pukul
bantal/kasur), dan menganjurkan pasien untuk memasukkan kegiatan kedalam
jadwal kegiatan harian pasien. Hasil dari tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan pasien dapat melakukan apa yang telah didiskusikan yaitu
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik II : pukul bantal/kasur dan
dapat mempraktekkannya, sehingga penulis dapat melanjutkan ke SP 3.
Pada hari ketiga pada hari kamis tanggal 10 Mei 2018, penulis melakukan
tindakan keperawatan Dx 1 SP 3 Pasien yaitu mengevaluasi pasien dalam
mengontrol marah dengan cara fisik II : pukul bantal/kasur, mendiskusikan
dan melatih pasien cara mengontrol marah dengan cara verbal, dan
menganjurkan pasien memasukkan kegiatan kedalam jadwal kegiatan harian
pasien. Hasil dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pasien dapat
73
melakukan apa yang telah didiskusikan yaitu mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara verbal dan dapat mempraktekkannya, namun penulis tidak dapat
melanjutkan ke SP berikutnya dikarenakan waktu yang sangat terbatas
sehingga mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual dan
mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat belum
terlaksanakan.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang digunakan pada pasien dengan
resiko perilaku kekerasan adalah TAK stimulasi persepsi yang dilaksanakan
dalam 5 sesi. Namun TAK stimulasi persepsi tidak dapat dilakukan karena
keterbatasannya waktu dalam menyelesaikan kasus.
Psikofarmakologi yang biasa diberikan untuk pasien dengan perilaku
kekerasan yaitu antianxiety seperti lorazepam, clonazepam. Anti depresi yaitu
amitriptilin, trazodone. Dan antipsikotik seperti chlorpromazine , risperidon,
clozapin. Sedangkan psikofarmakologi yang didapatkan pada pasien An. R
didalam kasus ini adalah Resperidone 2 mg : 2 x 1 Tablet, THP
(Trihexilphenidil) 2 mg : 2 x 1 Tablet, Dilantin 100 mg : 2 x 1 Kapsul.
Faktor Pendukung : Penulis dapat melakukan SP 1, SP 2, dan SP 3 sesuai
dengan protap, karena didukung dari pasiennya yang kooperatif, dan mau
diajak untuk berdiskusi serta berlatih dalam melakukan SP didalam masalah
resiko perilaku kekerasan. Serta perawat yang senantiasa ikut memantau
pasien, sehingga bisa diajak untuk bekerja sama dalam melakukan
implementasi keperawatan/tindakan keperawatan. Didalam melaksanakan
tindakan keperawatan/implementasi keperawatan penulis sangat terbantu
sekali karena pasien yang mau untuk diajak berdiskusi dan berlatih serta
dapat mempraktekkan mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik I :
tarik nafas dalam, cara fisik II : pukul bantal/kasur, cara verbal.
Faktor Penghambat : Didalam melakukan tindakan
keperawatan/implementasi keperawatan pada kasus ini karena terbatasnya
waktu yang tersedia, maka penulis belum menyelesaikan untuk melaksanakan
SP IV Pasien yaitu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual, SP
V Pasien yaitu mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat, SP
74
Keluarga. Serta belum terlaksananya TAK Stimulasi Persepsi pada resiko
perilaku kekerasan.
Solusinya : Perlunya waktu tambahan yang diberikan pada kampus, bekerja
sama kepada perawat ruangan untuk dilaksanakannya SP IV Pasien yaitu
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual, SP V Pasien yaitu
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat, dan SP
Keluarga, TAK stimulasi persepsi pada resiko perilaku kekerasan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi pasien. Evaluasi juga merupakan langkah terakhir
dalam proses keperawatan untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi dilakukan setiap hari atau setiap
penulis melakukan tindakan keperawatan/implementasi keperawatan kepada
pasien. Pada tinjauan teori evaluasi pada asuhan keperawatan pada resiko
perilaku kekerasan yang harus tercapai adalah :
a. Pasien dapat menyebutkan penyebab resiko perilaku kekerasan
b. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukakannya
c. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
d. Pasien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
e. Pasien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
f. Pasien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan
kemarahannya
g. Pasien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik 1, cara fisik 2, dan verbal
h. Pasien mendapatkan dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku
kekerasan
i. Pasien dapat menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan
Namun dalam kasus ini, evaluasi yang didapatkan oleh penulis adalah An. R
dapat melakukan/mempraktekkan apa yang telah penulis diskusikan dan
75
penulis latih, dari mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik I : tarik
nafas dalam, cara fisik II : pukul bantal/kasur, dengan cara verbal. Hampir
semua evaluasi dapat dilakukan oleh pasien An. R. Hanya beberapa evaluasi
yang belum terlaksana seperti SP IV Pasien yaitu mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara spiritual, SP V Pasien yaitu dengan mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat, dan SP Keluarga, dan
melakukan TAK Stimulasi Persepsi pada resiko prilaku kekerasan karena
keterbatasan waktu yang tersedia dalam menyelesaikan kasus.
Faktor Pendukung : Didalam evaluasi ini penulis tidak menemukan
kesenjangan antara teori dan kasus. Pasien yang kooperatif yang tampak
mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik I : tarik nafas
dalam, cara fisik II : pukul bantal/kasur, cara verbal.
Faktor Penghambat : Penulis tidak mendapatkan hasil evaluasi dari SP IV
Pasien, SP V Pasien dan SP Keluarga, serta belum terlaksananya TAK
Stimulasi Persepsi pada resiko perilaku kekerasan, karena tindakan
keperawatan/implementasi keperawatan yang belum terlaksana dikarenakan
waktu yang sangat terbatas.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis telah melakukan pemenuhan kebutuhan dasar psikososial dan
kesehatan mental pada pasien An. R dengan masalah resiko perilaku
kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur selama tiga
hari yaitu dari tanggal 08 Mei sampai dengan 10 Mei 2018 secara
promotif, preventif, dan kuratif melalui pendekatan asuhan keperawatan
yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Penulis juga telah membandingkan dari laporan studi kasus yang
penulis dapatkan dengan landasan teori yang terdapat dari beberapa
sumber buku-buku dapat penulis simpulkan, yaitu :
1. Pengkajian Keperawatan
Penulis dalam melakukan tahapan pengkajian yang dilakukan terhadap
pasien An. R dengan resiko perilaku kekerasan yang perlu untuk
ditinjau dalam faktor predisposisi, faktor presipitasi, tanda dan gejala
serta mekanisme koping. Dalam tinjauan teori bahwa pengkajian pada
resiko perilaku kekerasan pada faktor predisposisi yaitu dari aspek
biologik, aspek psikologis, aspek sosiokultural, dah aspek religiulitas,
pada kasus An. R faktor predisposisi yang terjadi karena aspek
biologik dan aspek psikologis.
Kemudian faktor presipitasi pada pasien An. R dengan masalah resiko
perilaku kekerasan dalam tinjauan teori yaitu dapat mencetuskan
perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan ekspresi diri dari tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi, cenderung
berkomunikasi dan menyelesaikan masalah dengan kekerasan, adanya
riwayat anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkohol sehingga
tidak mampu mengontrol emosinya. Kemudian faktor presipitasi yang
didapatkan pada pasien An. R ketika keinginannya tidak terpenuhi
pasien mengekspresikan dirinya dengan marah dan mengamuk.
Tanda dan gejala yang terdapat pada An. R didalam kasus sangat tidak
jauh berbeda dengan tinjauan teori, karena dari tanda maupun gejala
77
yang dialami An. R sama dengan apa yang ada didalam tinjauan teori.
Seperti muka tegang, tangan sering mengepal, berperilaku agresif,
memaksa untuk selalu didengarkan, dll. Mekanisme koping yang
digunakan pasien An. R yaitu sublimasi karena seringnya pasien
menyalurkan amarahnya kepada objek yang dapat membahayakan.
2. Diagnosa Keperawatan
Didalam penulisan ini, penulis dapat merumuskan 3 diagnosa yang
muncul pada pasien An. R dengan masalah resiko perilaku kekerasan
yaitu resiko perilaku kekerasan, gangguan konsep diri : harga diri
rendah, dan resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
3. Perencanaan Keperawatan
Penulis dalam membuat perencanaan dibuat sesuai dengan rencana
tindakan yang ada pada pasien An. R dengan masalah resiko perilaku
kekerasan. Penulis mendapat prioritas masalah dengan resiko perilaku
kekerasan, sehingga penulis membuat rencana tindakan keperawatan
hanya pada masalah keperawatan yang telah diprioritaskan. Dalam
perencanaan ini didampingi oleh perawat ruangan untuk mencipatkan
kerja sama diantara penulis dan perawat ruangan dalam melaksanakn
tindakan keperawatan nantinya.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Penulis dalam melakukan implementasi keperawatan pada kasus
pasien An. R dengan masalah resiko perilaku kekerasan hanya bisa
melakukan Dx 1 SP 1 Pasien sampai dengan Dx 1 SP 3 Pasien, dengan
Dx 1 yaitu resiko perilaku kekerasan. SP 1 Pasien telah dilakukan
dihari pertama pada tanggal 08 Mei 2018 dengan membina hubungan
saling percaya, mendiskusikan penyebab perilaku kekerasan,
mendiskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan, mendiskusikan
cara mengontrol perilaku kekerasan, mendiskusikan dan melatih cara
mengontrol marah dengan cara fisik I : tarik nafas dalam, serta
menganjurkan pasien untuk memasukkan kegiatan kedalam jadwal
harian pasien.
78
SP 2 Pasien telah dilakukan dihari kedua pada tanggal 09 Mei 2018
dengan mengevaluasi cara mengontrol marah dengan cara fisik I : tarik
nafas dalam, mendiskusikan dan melatih cara mengontrol marah
dengan cara fisik II : pukul bantal/kasur, serta menganjurkan pasien
untuk memasukkan kegiatan kedalam jadwal kegiatan harian pasien.
SP 3 Pasien telah dilakukan dihari keiga pada tanggal 10 Mei 2018
dengan mengevaluasi cara mengontrol marah dengan cara fisik II:
pukul bantal/kasur, mendiskusikan dan melatih cara mengontrol marah
dengan verbal, serta menganjurkan pasien memasukkan kegiatan
kedalam jadwal kegiatan harian pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi yang ditunjukan oleh pasien berdasarkan hasil observasi
penulis, pasien sudah mengalami beberapa perkembangan. Hal ini
dapat terlihat pada diagnosa keperawatan pertama hasil evaluasi sesuai
dengan tujuan khusus yang telah tercapai yaitu pasien mampu
menyebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan seperti mata melotot,
mengamuk, berbicara kasar dan keras, penyebab perilaku kekerasan
seperti diejek oleh orang lain, tidak dituruti keinginannya,dll, akibat
dari perilaku kekerasan seperti dimarahi oleh orang-orang, barang-
barang yang dibanting rusak, dapat melukai diri sendiri, serta cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik I : tarik nafas dalam,
cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik II : pukul
bantal/kasur, dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
verbal yaitu menolak, meminta dan mengajak dengan cara bicara yang
baik, tidak kasar, dan dengan tidak menggunakan nada tinggi.
B. Saran
Melalui karya tulis ini, penulis ingin memberikan saran agar pemenuhan
kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental pada pasien dengan
masalah resiko perilaku kekerasan dapat lebih sempurna, yaitu :
79
1. Pelayanan Keperawatan
a. Perlunya diciptakan rasa saling percaya antara pasien dengan
perawat agar terciptanya hubungan yang baik antara perawat dan
pasien, tidak terciptanya rasa kekesalan antara perawat dan pasien
sehingga pasien selalu menolak apa yang dianjurkan perawat.
b. Perlunya melakukan kerja sama dengan perawat ruangan untuk
melanjutkan tindakan keperawatan yang belum terlaksanakan
seperti SP 4 Pasien yaitu mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara spiritual, SP 5 Pasien yaitu cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan patuh minum obat, SP Keluarga untuk
mendukung kesembuhan pasien, dan TAK stimulasi persepsi pada
perilaku kekerasan yang belum sempat terlaksana dikarenakan
waktu yang sangat terbatas dalam melakukan pemenuhan
kebutuhan dasar psikososial dan kesehatan mental pada masalah
dengan masalah resiko perilaku kekerasan.
2. Pasien
Penulis harapkan pasien tetap dapat mengontrol perilaku kekerasannya
dengan cara yang telah didiskusikan dan dilatihnya, yaitu dengan
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik I : tarik nafas dalam,
dengan cara fisik II : pukul bantal/kasur, dan dengan cara verbal,
dengan cara spiritual, serta patuh minum obat.
3. Keluarga
a. Untuk keluarga diharapkan berperan aktif untuk membantu
mendukung pada upaya pengobatan dan pemulihan pada pasien,
karena keluarga adalah orang yang benar-benar sangat berperan
aktif dalam penyembuhan pasien dirumah sakit maupun dirumah.
4. Intitusi Pendidikan
a. Kepada institusi untuk lebih memberikan waktu yang lebih panjang
dalam mencari kasus kelolaan agar dalam pemenuhan kebutuhan
dasar psikososial dan kesehatan mental pada pasien dengan
masalah resiko perilaku kekerasan dapat teratasi semua SP nya dan
penyusunan karya tulis ilmiah secara sempurna.
80
b. Kepada institusi diharapkan untuk lebih banyak menyediakan
referensi buku keperawatan jiwa dalam pemenuhan kebutuhan
dasar psikososial dan kesehatan mental terutama dengan masalah
resiko perilaku kekerasan lebih banyak lagi dengan tahun
terupdate/terbaru.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba
Medika.
Heman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Keliat, Budi. 2013. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. ED 2.Jakarta:
EGC.
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Jakarta : CV Andi Offset.
Sutejo. 2017. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Yoseph, Iyus. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama.
Yusuf, A.H., dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
LAMPIRAN
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA
A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 08 Mei 2018
Ruangan Rawat : RSJI Klender Jakarta Timur
Tanggal Dirawat : 08 Mei 2018
Nomor Register : 013203
Diagnosa Medis : RM + Psikotik
1. Identitas Pasien
Nama : An. R
Umur : 15 Tahun
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Betawi
Pendidikan : Tidak lulus SD
Alamat : Jl. Rawa Bebek Rt. 05/Rw. 01 Jakarta
Timur
Sumber Informasi : Pasien, Keluarga, Status Rekam Medis
Pasien, dan Perawat Ruangan
2. Alasan Masuk
Pasien masuk dengan alasan karena pasien mengamuk yang tidak
terkontrol ketika dirumah, pasien mengamuk sudah 2x namun yang
sangat tidak terkontrol yang kedua kali ini, sampai pasien memecahkan
kaca jendela, pasien marah dan mengamuk saat permintaannya tidak
dituruti.
3. Faktor Predisposisi
Pasien masuk kerumah sakit baru pertama kalinya, pasien dulunya
sering diejek oleh teman-temannya karena waktu di SD pasien suka
83
menciumi bokong guru dan mengejar anak perempuannya dan
membuat pasien kesal karena ejekan teman-temannya. Pasien juga
dulu sempat dijauhi teman-teman dikelasnya serta diledeki bahwa
pasien aneh. Pasien sering marah dan mengamuk apalagi jika
keinginananya tidak dituruti.
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : harga diri rendah,
resiko perilaku kekerasan.
4. Pemeriksaan Fisik
Pada saat melakukan pemeriksaan fisik dan mengukur tanda-tanda
vital pada pasien An. R didapatkan data yaitu TD : 122/86 mmHg,
Nadi : 96x/menit, Pernafasan : 20x/menit, Suhu : 36,2 C. Berat badan :
31 Kg, dengan Tinggi badan : 120 cm. Dalam pemeriksaan fisik data
yang didapatkan yaitu keadaan umum pasien baik, kesadaran
composmentis, rambut bersih, mata normal dengan konjungtiva an
anemis, sklera mata an ikterik, mukosa bibir lembab, gigi bersih dan
tidak ada caries pada gigi, dileher tidak ada pembesaran kelenjar
thyroid, pada dada tampak simestris dengan pernafasan vesikuler, dan
bunyi jantung reguler, pada abdomen tidak terjadi distensi abdomen,
kulit pasien normal, tidak ada kelemahan otot.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang
ditemukan
5. Psikososial
a. Genogram
Keterangan :
= Laki-laki = Garis Keturunan
= Perempuan = Tinggal 1
rumah
= Meninggal dunia = Pasien
= Garis keturunan
Tn. A ( 65
Thn)
Ny. St
(60 Thn)
Tn. Y ( 45
Thn)
An. R ( 15
Th)
Tn. N (35
Thn) Tn. J ( 41
Thn)
Tn. S ( 72
Thn)
An.V (6
Th)
An.D ( 10
Thn)
Ny. T
(32 Thn)
Ny. T (
69 Thn)
Ny.A (
39 Tahn)
b. Konsep Diri
a. Gambaran diri : Pasien menyukai seluruh bagian tubuhnya
karena, pasien merasa tidak ada kecacatan didalam dirinya.
b. Identitas : Pasien seorang laki-laki yang berumur 15
Tahun, pasien sudah tidak melanjutkan sekolahnya di SD,
karena dulunya pernah diejek teman-temannya sebab pasien
suka menciumi bokong guru dan mengejar perempuan di
sekolah, namun pasien ingin sekolah kembali namun didalam
pikiran pasien bahwa seumurannya dia sudah menginjak SMP.
c. Peran : Pasien berperan selayaknya anak dengan
usia 15 Tahun seperti bermain, mengaji, dll. Pasien sudah
menjalankan perannya sebagai seorang anak.
d. Ideal diri : Pasien selalu ingin bekerja, pasien juga
ingin melanjutkan sekolahnya kembali. Pasien juga berharap
agar lebih baik lagi dari hari sebelumnya.
e. Harga diri : Hubungan pasien dengan orang lain baik,
walaupun dulunya pasien sering diejek (bulying) oleh
temannya. Pandangan orang lain atas dirinya yaitu pasien itu
orang suka marah, dan mengamuk apalagi jika keinginannya
tidak dituruti.
Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Hubungan Sosial
Orang yang sangat berarti bagi pasien yaitu keluarganya, karena
keluargalah yang selalu ada didalam situasi apapun. Pasien rutin
dalam mengkuti pengajian di Mushallah. Pasien bermain dengan
teman-temannya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang
ditemukan.
d. Spiritual
Tidak ada penyebab khusus dalam penyakit yang pasien derita,
penyakit ini memang karena pasien tidak bisa mengontrol
marahnya. Pasien dalam melaksanakan kegiatan ibadah masih
86
perlu bimbingan, karena diusianya yang masih kecil jadi
penguasaan ilmunya pun masih sedikit.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang
ditemukan.
6. Status Mental
a. Penampilan
Dari hasil observasi bisa penulis lihat bahwa penampilan pasien
tampak rapih, tidak tercium bau khas pada pasien, rambut rapi.
Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari
juga.
b. Pembicaraan
Pembicaraan pasien yang penulis dapatkan bahwa pasien tampak
cepat dalam berbicara, tampak memaksa dalam pembicaraannya
yang ingin selalu didengar.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang
ditemukan.
c. Aktivitas Motorik
Saat penulis melakukan observasi didapatkan data pasien tampak
gelisah dan tegang saat beraktivitas. Dengan suara yang agak cepat.
d. Alam Perasaan
Saat penulis melakukan observasi didapatkan data pasien merasa
khawatir, takut orang-orang mengganggunya.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
e. Afek
Penulis mendapatkan data dari hasil observasi bahwa pasien
tampak labil karena emosi yang pasien miliki itu sangat cepat
berubah-ubah.
f. Interaksi Selama Wawancara
Selama wawancara dengan pasien, penulis menemukan bahwa
pasien tampak kooperatif dalam melakukan diskusi dengan penulis.
Walaupun pasien tampak berbicara dengan cepat, agresif dan selalu
ingin didengarkan.
87
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan.
g. Persepsi
Pada saat penulis mewawancarai pasien, pasien mengatakan tidak
mendengar bisikan ataupun bayangan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
h. Proses Pikir
Pada saat penulis mewawancarai pasien, didapatkan tidak ada
masalah dalam proses pikir.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang
ditemukan
i. Isi Pikir
Pada saat penulis mewawancarai pasien, isi pikir pasien merasa
curiga dengan orang yang tidak dikenali apakah akan berbuat jahat
pada dirinya atau tidak. Ditakutkan membuat pasien kesal dan
marah.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang
ditemukan
j. Tingkat Kesadaran
Dari hasil wawancara penulis, bahwa pasien dengan kesadaran
baik, dapat berorientasi dengan baik. Pasien dapat menyebutkan
waktu, tempat dan orang lain dengan baik.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang
ditemukan
k. Memori
Dari hasil wawancara penulis, bahwa pasien dapat mengingat
memori jangka panjang dan jangka pendek dengan baik.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang
ditemukan
l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Hasil wawancara penulis, yaitu bahwa pasien mampu dalam
berhitung secara sederhana. Pasien tampak serius mendengarkan
pembicaraan dan pertanyaan perawat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang
ditemukan
m. Kemampuan Penilaian
Hasil wawancara penulis, bahwa pasien dapat mengambil
keputusan dengan baik walaupun dalam gangguan ringan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang
ditemukan
n. Daya Tilik diri
Hasil wawancara yang didapatkan penulis yaitu bahwa pasien tidak
mengingkari penyakit yang dideritanya, pasien mengakui dirinya
bahwa pasien suka marah dan mengamuk ketika dirumah.
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
Hasil wawancara yang penulis dapatkan adalah bahwa pasien ketika
dirumah 3 kali dalam sehari dan habis dalam 1 porsi, tidak ada
pantangan dalam makanan. Pasien mampu merapihkan alat makannya
setelah makan ketika dirumah sakit. Untuk BAB/BAK pasien secara
normal/baik, pasien membersihkan kamar mandi yang telah
digunakannya karena pasien tidak menyukai bau khas pada kamar
mandi yang kotor. Dalam mandi pasien melakukannya 2 kali dalam
sehari dan gosok gigi 2 kali dalam sehari. Dalam berpakaian pasien
dapat mengenakan pakaian dengan baik, dan dalam berpenampilan
pasien tampak rapi. Pasien mengatakan ketika dirumah, pasien jarang
tidur siang karena sering bermain, dan tidur malam sekitar jam 21.00
sampai jam 05.00 pagi.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang
ditemukan
8. Mekanisme Koping
Hasil wawancara penulis, bahwa pasien marah dan mengamuk saat
permintaannya tidak dituruti, dan membanting barang.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
9. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Hasil wawancara penulis, bahwa pasien ketika mendapat masalah akan
langsung dinasehati oleh orang tuanya, ketika pasien sakit orang tua
membawanya kerumah sakit untuk diobati serta mendapatkan
perhatian untuk kesembuhan pasien. Pasien mengatakan ketika
kemauannya tidak dituruti akan marah dan mengamuk.
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
10. Pengetahuan Kurang Tentang Penyakit Jiwa Dan Obat – Obatan
Hasil wawancara penulis, bahwa pasien kurang mengetahui kenapa
rasa kesal itu sering muncul, apalagi ada yang mengganggunya
ataupun mengejeknya.
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
11. Aspek Medis
Diagnosa medis : RM + Psikotik
Terapi medis : ( oral )
Resperidone 2 mg : 2 x 1 Tablet
THP ( Trihexilphenidil) 2 mg : 2 x 1 Tablet
Dilantin 100 mg : 2 x 1 Kapsul
Jakarta, 10 Mei 2018
Mahasiswi
Vikih Octaviana Putri
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Data Pribadi
Nama : Vikih Octaviana Putri
Nim : 2015750041
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 27 Oktober 1996
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kalibaru Barat V No. 62 Rt. 002/Rw. 06
Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara, 14110
2. Riwayat Pendidikan
Data Pendidikan Formal
a. TK LKMDK, Jakarta Utara 2000 – 2001
b. SDN Kalibaru 05 Pagi, Jakarta Utara 2002 – 2008
c. SMP Gontor Putri 1, Jawa Timur 2008 – 2011
d. SMA Gontor Putri 1, Jawa Timur 2011 – 2014
3. Pendidikan Informal
a. Pelatihan Kepemimpinan Tingkat Dasar 2015
b. Pelatihan Darul Arqom Dasar 2015
c. TOEFEL ITP Prediction Test Administered by NEC 2017
d. Course Of study in “ Healthcare Language Program ” 2017
By National English Center
e. Basic Trauma & Cardiac Life Suport 2017
JADWAL KEGIATAN HARIAN
AN. R
Waktu Kegiatan Harian 08 Mei 2018 09 Mei 2018 10 Mei 2018
M B T M B T M B T
05.00-07.00 Bangun pagi + shalat
shubuh + mandi + makan
pagi
08.00-11.30 Bercakap-cakap dengan
perawat + berlatih cara
mengontrol perilaku
kekerasan
12.00-13.00 Menonton TV + shalat
Dzuhur + makan siang
13.00-15.00 Istirahat
16.00-17.30 Shalat ashar + mandi sore +
makan sore
18.00 Shalat maghrib
19.00-20.00 Shalat isya + tidur malam
NAMA : Vikih Octaviana Putri
NPM : 2015750041
Pertemuan Ke : I
SP 1 Pasien
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PROSES KEPERAWATAN
KONDISI KLIEN
Data Subjektif :
Pasien mengatakan dibawa ke rumah sakit karena marah-marah, dan mengamuk
sampai memecahkan kaca jendela rumah.
Pasien mengatakan merasa kesal jika keinginannya tidak dituruti.
Data Objektif :
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak kesal
- Pasien tampak suka mengepalkan tangannya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko Perilaku Kekerasan
TUJUAN KHUSUS
1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
2. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukannya
3. Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasannya
TINDAKAN KEPERAWATAN
1 Mendiskusikan penyebab PK
2 Mendiskusikan tanda dan gejala PK
3 Mendiskusikan PK yang dilakukan
4 Mendiskusikan akibat PK
5 Mendiskusikan cara mengontrol PK
6 Melatih cara mengontrol PK dengan cara fisik I : nafas dalam
7 Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN :
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum Wr.Wb. Selamat pagi perkenalkan nama saya suster
vikih yang bertugas pada shift pagi di rumah sakit ini. Gimana kabar adik
? (alhamdulillah baik), sebelumnya nama adik siapa? Untuk nama
panggilan yang baik di panggil apa ya untuk ? Umur nya berapa tahun?
Hobbynya apa? adik tinggal dimana? (baiklah kalo begitu An. R ) ”
Evaluasi /Validasi
“Bagaimana perasaan adik hari ini? Apakah ada yang mengganggu adik ?
sehingga memancing emosional adik ? ”
2. Kontrak :
a. Topik :
“ baiklah adik hari ini saya akan berbincang-bincang dengan adik
tentang penyebab emosi An. R dan cara mengontrol marah An. R ”
b. Waktu :
“ waktunya kurang lebih 20 menit ”
c. Tempat :
“ untuk tempatnya bagaimana jika diruang tunggu, apakah An. R
bersedia ? ”
d. Tujuan :
“Tujuannya agar dapat mengindentifikasi penyebab emosi An. R
tersebut dan dapat mengontrolnya ”
3. Kerja
“ Dek maaf kalo suster boleh tau kenapa An. R bisa dibawa ke rs ini ?
ehm jadi seperti itu. Apa yang menyebabkan An. R sampai marah dan
mengamuk seperti itu? Iya, suster paham. Apa yang An. R rasakan saat ini
An. R marah dan mengamuk sambil membanting barang,, apakah sambil
mengepalkan tangan, sambil teriak teriak, atau yang lainnya ? Apakah An.
R tau,, disaat An. R marah marah dan mengamuk ketika dirumah itu bisa
berakibat fatal, baik bagi diri An. R sendiri, lingkungan maupun orang
lain, jadi ya menurut suster sebaiknya An. R harus bisa mengontrol
emosinya dengan baik, sehingga tidak ada cedera apapun bagi diri adek
sendiri maupun orang lain. Caranya ya dek ,, jadi ketika An. R marah, An.
R coba untuk tarik nafas dalam,, adek coba berkali kali sampai an. R
merasa rileks. Apakah An. R paham? (ya alhamdulillah jika An. R sudah
paham), nah suster ingin menganjurkan An. R untuk memasukkan
kegiatan mengontrol emosi An. R kedalam jadwal harian ,, Oke An. R ”
4. Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
1) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan An. R setelah berbincang-bincang dengan
suster ? ( ya alhamdulillah jika An. R senang )
2) Evaluasi objektif
“ Coba An. R sebutkan kembali cara yang dapat dilakukan untuk
mengontrol marah atau emosi An. R ?... wah alhamdulillah An. R
masih ingat,, selalu diingat ya An. R, jangan dilupakan,, oke An.
R”
95
b. Tindak Lanjut Klien
“ Suster harapkan jika An. R marah atau emosi, An. R bisa
mempraktekkan cara yang baik untuk mengontrol marah atau emosi
An. R ya seperti apa yang kita diskusikan tadi ”
c. Kontrak yang akan datang
Topik :
“ An. R bagaimana jika besok kita mengobrol dan berdiskusi lagi
untuk berbicara tentang cara yang lain untuk mengontrol emosi atau
marah An. R ”
Waktu :
“ waktunya kurang lebih 20 menit sama seperti ini ya An. R ,
bagaimana An. R ? ”
Tempat :
“ Untuk tempatnya disini lagi juga ya An. R ? atau mau ditempat lain
? (baiklah kalo begitu ), sekarang An. R bisa kembali melanjutkan
nonton tv nya. Suster kembali keruangan dulu ya ,, Assalamu alaikum
”
96
NAMA : Vikih Octaviana Putri
NPM : 2015750041
Pertemuan Ke : 2
SP 2 Pasien
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PROSES KEPERAWATAN
KONDISI KLIEN
Data Subjektif :
Pasien mengatakan sudah merasa tenang ketika dirumah sakit
Data Objektif :
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak kesal
- Pasien tampak memaksa untuk mendengarkan apa yang pasien ceritakan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko Perilaku Kekerasan
TUJUAN KHUSUS
1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
2. Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasannya
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Mengevaluasi kemampuan pasien mengontrol PK dengan cara fisik I
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II (pukul bantal/kasur)
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN :
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum Wr.Wb. Selamat pagi An. R , apakah masih ingat
dengan suster ? coba sebutkan siapa nama suster ? hemm lupa ya,, ya
sudah kita berkenalan lagi ya, perkenalkan nama suster vikih, saya yang
bertugas di sift pagi ini, ”
Evaluasi /Validasi
“Bagaimana perasaan An. R hari ini? Kenapa An. R terihat gelisah ?
apakah ada yang mengganggu pikiran An. R ? (baiklah An. R ), kemaren
kan kita sudah berdiskusi dan berlatih cara mengotrol emosi atau marah
ya,, coba kemaren bagaimana cara nya An. R untuk mengontrol emosi
An. R ? (iya betul sekali,, dengan cara tarik nafas dalam,, apakah An. R
sudah memasukkan dalam jadwal kegiatan An. R , ketika An. R
mengontrol marah dengan tarik nafas dalam ? ”
2. Kontrak :
a. Topik :
“ Sesuai janji suster kemaren ya,, kita akan berdiskusi dan berlatih
tentang cara lain untuk mengontrol emosi atau marah,, dengan cara
latihan fisik II, yaitu dengan cara pukul bantal/kasur) ”
b. Waktu :
“ Sesuai perjanjian kita kemaren, waktunya kurang lebih 20 menit, ya
An. R ”
c. Tempat :
“ Sesuai perjanjian kita kemarn untuk tempatnya diruang tunggu,
apakah An. R bersedia ? ”
d. Tujuan :
“ Tujuannya agar An. R dapat mengontrol marah atau emosi An. R
dengan cara Fisik II”
3. Kerja
“ Nah sekarang,, kita akan berdiskusi lagi ya an. R,, cara lain untuk
mengontrol emosi/marah An. R, dengan cara fisik II, yaitu dengan
memukul bantal/kasur. Jadi, ketika amarah atau emosi An. R muncul,
selain bisa dilakukan dengan cara tarik nafas dalam,, An. R juga bisa
memukul bantal/kasur. Dengan hal itu insya allah tidak menciderai diri
An. R sendiri, orang lain dan lingkungan. Coba bisa An. R praktekkan
memukul bantal/kasur ketika An. R emosi/marah. ( iya An. R bagus
seperti itu, jadi tidak akan ada yang cidera atau terluka ya disini, karena
kan bantal/kasur itu empuk ya). Apakah An. R sudah paham ? atau masih
ada yang mau ditanyakan lagi ? terkait diskusi kita ini ( alhamdulillah jika
An. R sudah paham dan mengerti tentang apa yang kita diskusikan pada
hari ini ya. Nah jangan lupa memasukkan kegiatan ini kedalam jadwal
kegiatan harian An. R ya ”
4. Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
3) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan An. R setelah mengobrol dan berdiskusi tadi
dengan suster ? ( ya alhamdulillah jika An. R senang )
4) Evaluasi objektif
“ Coba An. R sebutkan kembali cara yang dapat dilakukan untuk
mengontrol marah atau emosi An.R selain tarik nafas dalam ?...
wah alhamdulillah An. R masih ingat,, oke An. R ”
b. Tindak Lanjut Klien
“ Suster harapkan jika An. R marah atau emosi, An. R bisa
mempraktekkan cara yang ini ( fisik II ) untuk mengontrol marah atau
emosinya ya seperti apa yang kita diskusikan pada hari ini ”
c. Kontrak yang akan datang
Topik :
“ An. R bagaimana jika besok kita mengobrol lagi untuk berbicara
tentang cara yang lain lagi untuk mengontrol emosi atau marah An. R,
yaitu dengan cara verbal ”
Waktu :
“ Waktunya kurang lebih 20 menit sama seperti ini ya An. R,
bagaimana An. R ? ”
Tempat :
“ Untuk tempatnya disini lagi juga ya An. R ? atau mau ditempat lain
? (baiklah kalo begitu). Suster kembali keruangan dulu ya,,
Assalamu alaikum ”
NAMA : Vikih Octaviana Putri
NPM : 2015750041
Pertemuan Ke : 3
SP 3 Pasien
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PROSES KEPERAWATAN
KONDISI KLIEN
Data Subjektif :
Pasien mengatakan dirumah sakit merasa tenang, tidak ada yang membuatnya kesal
Data Objektif :
- Pasien tampak tenang
- Pasien tampak kooperatif
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko Perilaku Kekerasan
TUJUAN KHUSUS
1 Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasannya
2 Pasien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Mengevaluasi kemampuan pasien mengontrol PK dengan cara fisik I dan II
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN :
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
101
“Assalamualaikum Wr.Wb An. R. Selamat pagi An. R, apakah masih ingat dengan
suster ? coba sebutkan siapa nama suster ? hemm lupa ya,, iya benar sekali saya suster
vikih, bagaimana An. R tidurnya tadi malam, nyenyak atau tidak ? apakah An. R
sudah makan pagi ? habis atau tidak ? ( iya baiklah kalo begitu ) ”
Evaluasi /Validasi
“Bagaimana perasaan An. R hari ini ? apakah ada yang mengganggu pikiran An. R ?
(baiklah An. R ), kemaren kan kita sudah berdiskusi dan berlatih cara mengotrol
emosi atau marah ya,,, coba kemaren bagaimana cara nya An. R untuk mengontrol
emosi An. R selain dengan nafas dalam ? (iya An. R betul sekali,, dengan cara
memukul bantal/kasur,, apakah An. R sudah memasukkan dalam jadwal kegiatan An.
R, ketika An. R mengontrol marah dengan tarik nafas dalam atau dengan memukul
bantal/ kasur ? ”
2. Kontrak :
a. Topik :
“ Sesuai janji suster kemaren ya,, hari ini kita akan berdiskusi dan berlatih
tentang cara lain untuk mengontrol emosi atau marah,, yaitu dengan cara verbal ”
b. Waktu :
“ Sesuai perjanjian kita kemaren, waktunya kurang lebih 20 menit, ya An. R ”
c. Tempat :
“ Untuk tempatnya diruang tunggu, atau mau ditempat lain ? (apakah An. R
bersedia ? ) ”
d. Tujuan :
“ Tujuannya agar An. R dapat mengontrol marah atau emosi dengan cara verbal ”
3. Kerja
“ Nah sekarang,, kita akan berdiskusi lagi ya An. R,, cara lain untuk mengontrol
emosi/marah, yaitu dengan cara verbal. Jadi, ketika amarah atau emosi An. R muncul,
selain bisa dilakukan dengan cara tarik nafas dalam, pukul bantal/kasur, An. R juga
bisa dengan cara verbal, jadi begini caranya, ketika An. R marah/kesal/emosi, An. R
bisa meluapkan marah An. R dengan cara mengungkapkan bahwa An. R sedang
marah, An. R sedang sebal atau yang lainnya, An. R bisa sambil bercerita kepada
teman An. R kalo An. R sedang kesal atau bisa juga An. R berbicara kepada suster
disini. Dengan hal itu insya allah tidak menciderai diri An. R sendiri, orang lain dan
102
lingkungan. Apakah An. R sudah paham ? atau masih ada yang mau ditanyakan lagi ?
terkait diskusi kita ini ( alhamdulillah jika An. R sudah paham dan mengerti tentang
apa yang kita diskusikan pada hari ini ya, Nah jangan lupa memasukkan kegiatan ini
kedalam jadwal kegiatan harian An. R ya ”
4. Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
5) Evaluasi Subjektif
“ Bagaimana perasaan An. R setelah mengobrol dan berdiskusi tadi dengan
suster ? ” ( ya alhamdulillah jika ibu senang )
6) Evaluasi objektif
“ Coba An. R sebutkan kembali cara yang dapat dilakukan untuk mengontrol
marah atau emosi An. R selain tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur
?...(iya An. R betul sekali, An. R bisa mengungkapkan dengan cara verbal ya )
oke An. R ”
b. Tindak Lanjut Klien
“ Suster harapkan jika An. R marah atau emosi, An. R bisa mempraktekkan cara
yang ini dengan cara verbal untuk mengontrol marah atau emosi An. R ya seperti
apa yang kita diskusikan tadi ya dengan cara mengungkapkan dengan verbal ”
Kontrak yang akan datang
Topik :
“ Bagaimana jika besok kita mengobrol lagi untuk berbicara tentang cara yang
lain lagi untuk mengontrol emosi atau marah An. R yaitu dengan spiritual atau
agama ”
Waktu :
“ Waktunya kurang lebih 20 menit sama seperti ini ya, bagaimana An. R ? ”
Tempat :
“ Untuk tempatnya disini lagi juga ya An. R? atau mau ditempat lain ? (baiklah
kalo begitu An. R). Suster kembali keruangan dulu ya,, Assalamu alaikum ”