peke r k i iran a ya halaman ~ko'~mn@~' o...
TRANSCRIPT
"-~'Ih\ peke R k thalaman,~v, .
~ko'~mn@~' I Iran a yao Senin • Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu2 (j) 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31OJan OPeb oMar OApr .Mei OJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes
iPeran iPemprov DalamProgram Konversi
Oleh DEDE MARIANA
T INGGINYA subsididalam penyediaanenergi khususnya ba-
han bakar minyak (BBM) danpotensi pemborosan yang se-makin besar jika subsidi BBMdilanjutkan, telah mendorongpemerintah untuk menginisiasiprogram konversi penggunaanminyaktanah ke LPG. Programini sebagai tindak lanjut dariimplementasi Kebijakan EnergiNasional' melalui diversifikasienergi untuk mengurangi ke-tergantungan terhadap BBM.Penggunaan LPG dapat me-ningkatkan efisiensi penggu-naan energi yang eukup besarkarena nilai kalor efektif LPGlebih tinggi dibandingkan de-ngan minyak tanah dan kan-dungan karbon yang kecil.Pengurangan penggunaan
minyak tanah akan bermanfaatkarena, pertama, peningkatanpotensi nilai tambah minyaktanah menjadi bahan bakarbakar jenis avtur. Denganteknologi pengolahan tertentu,minyak tanah dapat diting-katkan menjadi avtur yang dipasaran berharga eukup tinggisehingga dapat menjadi sum-ber devisa baru.Kedua, pengurangan penya-
lahgunaan minyak tanahbersubsidi. Di dalam praktik,minyak tanah bersubsidi sulitdiawasi penggunaannya. Kerap
penggunaan minyak tanahbersubsidi malah dinikmati in-dustri pengolahan yang se-harusnya tidak menerima sub-sidi. Dengan kata lain, subsidiyang dialokasikan pemerintahmenjadi salah sasaran.Ketiga, penataan sistem pe-
nyediaan dan pendistribusianbahan bakar bersubsidi untukmengamankan APBN akibatpenyalahgunaan serta kelang-kaan. Apabila program ini dap-at berjalan dengan baik, sumberdaya keuangan yang dimilikidapat dialihkan untuk keperlu-an yang lebih strategis. DariAPBN berjalan dapat dihematRp 11,24 triliun/tahun. Tentusaja hasil penghematan ini dap-at dialokasikan untuk pembe-lanjaan lain yang lebih strategis.
Peranan lembaga dan badanusahaProgram konversi minyak
tanah ke LPG melibatkanberbagai lembaga pemerintahpusat dan daerah, serta badanusaha. Di tingkat pusat, Ke-menterian Energi dan SumberDayaMineral (ESDM) e.q. Dit-jen Migas sebagai koordinator;berperan dalam penetapanpengaturan, pembinaan, danpengawasan penyediaan danpendistribusian LPG 3 kg. Ke-menterian Keuangan bertang-.gung jawab dalam pengang-garan APBN. Kemente 'anPerindustrian bertanggungjawab dalam pengadaantabung. Kementerian Pem er-dayaan Perempuan bertang-gung jawab dalam sosialisasi.Kementerian Koperasi dan U-saha Keeil dan Menengahbertanggung jawab dalam pe-ngadaan kompor. KementerianSosial bertanggungjawab me-ngenai pengalihan profesidalam usaha niaga minyaktanah. Badan Pengatur BBMdan Gas Melalui Pipa bertang-gung jawab dalam penarikanminyak tanah pada daerahkonversi. Badan usaha sebagaipelaksana tugas penyediaandan pendistribusian LPG 3 kg.Meskipun peran setiap ke-
menterian pada pemerintahpusat telah didefinisikan seearaspesifik, tetapi di dalam imple-mentasinya kerap terjadi ke-simpangsiuran dan terkesankurang terkoordinasi. Terlebih
Kllplng Humas (Jnpad 2011
,distribusi dan penyediaan LPG3 kg yang dipercayakan kepadabadan usaha kerap tidak dipa-hami oleh penerima manfaatprogram (masyarakat).
Konversi penggunaan bahanbakar minyak tanahke LPG,meskipun secara konseptualsudah dipersiapkan dengan se-baik-baiknya dan akurat, tetapidi dalam implementasinyamenghadapi berbagai kendala,baik berupa pemahaman ter-hadap regulasi maupun teknispenyediaan pasokan LPG danpendistribusiannya.
Peran pemerintah provinsiyaitu pertama, penyediaan datasasaran program, pemda(SKPD terkait) bersama Perta-mina, camat, lurah, RT/RW,serta tokoh masyarakatmelakukan verifikasi kembalidata sasaran penerima pro-gram.
Kedua, sosialisasi danedukasi penggunaan LPG 3 kg,dengan cara membentuk satgaspengamanan di kabupaten dankota, dengan melibatkan pokjapengaduan masyarakat (S.E.Mendagri Nomor.541/3442/SJ23 Agustus 2010), dan melatihtenaga penyuluh lapangan de-ngan melibatkan berbagai pe-mangku kepentingan, intensi-fikasi pengawasan, ketepatanjumlah, sasaran waktu dan mu-tu, penggunaan peralatan, ak-sesori Standar Nasional In-donesia (SNI), distribusi paketperdana, selang, regulatorpengganti bagi daerah yang
sedang melaksanakan konversi,serta pengawasan penyimpang-an penyalahgunaan.
Meskipun pemerintahprovinsi dan pemeriatalUrnbu-paten/kota telah pula diberiperan di dalam program kon-versi bahan bakar minyaktanah ke LPG, tampaknya per-an yang diberikan belum opti-mal dilaksanakan. Kondisiseperti ini disebabkan ketidak-jelasan regulasi dan kon-sekuensi dari peran yang dibe-rikan pemerintah pusat kepadapemerintah provinsi dan pe-merintah kabupatenfkota.
Semestinya, peran pemerin-tah provinsi dan pemerintahkabupaten/kota terangkum didalam skema desentralisasi danotonomi daerah, bukan sema-ta-mata ad hoc. Program kon-versi minyak tanah ke LPG danprogram sejenis ini hendaknyadikelola tidak secara ad hoc,tetapi merupakan bagian dariprogram departemen yangmenjadi leading sector penang-gungjawab program. Demikianpula, pemerintah provinsi danpemerintah kabupaten/kotahendaknya dilibatkan sejak a-wal mulai dari perencanaanhingga eksekusi pelaksanaan.Dengan cara demikian, keber-lanjutan program dan kualitaspelaksanaan program akanlebih terjamin. ***
Penulis, Guru Besar IlmuPemerintahan UniversitasPadjadjaran.