perilaku plankton dip era iran

Upload: agil-cendoll-anggara

Post on 07-Jul-2015

673 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

TUGAS MAKALAH PLANKTONOLOGI PERILAKU PLANKTON DIPERAIRAN

DISUSUN OLEH : 1. TYAS PERMATA IMDANARTIKA 2. WAHYU TRI ANGGARA 3. AFIK SUDARSONO 4. CARLES SUGARA (0810810027) (0810810030) (0810810031) (0810810032)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2009

1. PENDAHULUAN

Banyak kekayaan sumber daya alam didapat dari laut yang sangat penting bagi kehidupan manusia, salah satunya adalah keberadaan populasi plankton. Plankton adalah organisme mikroskopik yang mengapung bebas di dalam air. Populasi plankton terdiri dari phytoplankton (plankton tumbuhan) dan zooplankton (plankton hewan). Sebagai rantai makanan yang utama populasi phytoplankton sangat dibutuhkan bagi kehidupan populasi ekosistem yang hidup dalam laut karena phytoplankton dapat membuat makanan sendiri dengan menggunakan bantuan energi matahari Keberadaan populasi virus dapat mengakibatkan populasi phytoplankton mudah untuk terinfeksi dikarenakan populasi virus lebih besar dari populasi phytoplankton, hal tersebut dapat menimbulkan kepunahan populasi phytoplankton. Dari hasil analisa model N-S-I. (Nutrisi-Susceptible-Infection) dari tugas akhir ini didapat bahwa model N- S-I tanpa laju infeksi dari phytoplankton yang terinfeksi lebih baik dari pada model N-S-I dengan adanya laju infeksi phytoplankton yang terinfeksi, sebab phytoplankton yang mudah terinfeksi tapi belum mengidap penyakit dapat hidup dengan mengkonsumsi nutrisi dengan maksimal tanpa adanya laju infeksi dari phytoplankton yang terinfeksi.

2. PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PLANKTON Plankton adalah makhluk ( tumbuhan atau hewan ) yang hidupnya, mengaoung, mengambang, atau melayang didalam air yang kemampuan renangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus. Plankton berbeda dengan nekton yang berupa hewan yang memiliki kemampuan aktif berenang bebas, tidak bergantung pada arus air, contohnya : ikan, cumi cumi, paus, dll. Bentos adalah biota yang hidupnya melekat pada, menancap, merayap, atau membuat liang didasar laut, contohnya: kerang, teripang, bintang laut, karang, dll. Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik. Plankton adalah kelompok organisme yang hanyut bebas dalam laut dan sangat lemah daya renangnya (Nybakken, 1992). erdasarkan jenisnya maka plankton dibagi 2 golongan, yaitu: fitoplankton: tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam perairan serta mampu berfotosintesis. Zooplankton: hewan yang bebas melayang dan hanyut dalam perairan.

Penggolongan Plankton Plankton digolongkan kedalam beberapa kategori, yaitu: 1. Berdasarkan Fungsi Secara fungsional, plankton digolongkan menjadi empat golongan utama, yaitu fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan virioplankton.

a. Fitoplankton Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang dilaut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 200m (1 m = 0,001mm). fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk rantai. Meskipun ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan perubahan warna pada air laut. Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organic makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organic karena mengandung klorofil. Karena kemampuannya ini fitoplankton disebut sebagai primer producer. Bahan organic yang diproduksi fitoplankton menjadi sumber energi untuk menjalan segala fungsi faalnya. Tetapi, disamping itu energi yang terkandund didalam fitoplankton dialirkan melalui rantai makanan. Seluruh hewan laut seperti udang, ikan, cumi cumi sampai ikan paus yang berukuran raksasa bergantung pada fitoplankton baik secara langsung atau tidak langsung melalui rantai makanan. b. Zooplankton Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya mengapung, atau melayang dalam laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan ke mana arus membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu, untuk kelangsungan hidupnya is sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi

makanannya. Jadi zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen (consumer) bahan organik. Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2 2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter. Kelompok yang paling umum ditemui antara lain kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipod (amphipod, kaetognat (chaetognath). Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuaria di depan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis hingga ke perairan kutub. Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam. Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di dasar Taut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika masih berupa terlur dan larva. Baru dikemudian hari, menjelang dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau bentos. c. Bakterioplankton Bakterioplankton, adalah bakteri yang hidup sebagai plankton. Kini orang makin memahami bahwa bakteri pun banyak yang hidup sebagai plankton dan berperan penting dalam lour hara (nutrient cycle) dalam ekosistem Taut. la mempunyai ciri yang khas, ukurannya sangat halus (umumnya < 1 m), tidak mempunyai inti sel, dan umumnya tidak mempunyai klorofil yang dapat berfotosintesis. Fungsi utamanya dalam ekosistem laut adalah sebagai pengurai (decomposes). Semua biota laut yang mati, akan diuraikan oleh bakteri sehingga akan menghasilkan hara seperti fosfat, nitrat, silikat, dan sebagainya. Hara ini kemudian akan didaur-ulangkan dan dimanfaatkan lagi oleh fitoplankton dalam prows fotosintesis.

d. Virioplankton Virioplankton adalah virus yang hidup sebagai plankton. Virus ini ukurannya sangat kecil ( kurang dari 0,2 um ) dan menjadikan biota lainnya, terutama bakterioplankton dan fitoplankton, sebagai inang (host). Tanpa inangnya virus ini tak menunjukkan kegiatan hayati. Tetapi virus ini dapat pula memecahkan dan mematikan sel-sel inangnya. Baru sekitar dua dekade lalu para ilmuwan banyak mengkaji virioplankton ini dan menunjukkan bahwa virioplankton pun mempunyai fungsi yang sangat penting dalam daur karbon (carbon cycle) di dalam ekosistem laut. 2. Berdasarkan Ukuran Ukuran plankton sangat beraneka ragam, dari yang sangat kecil kingga yang besar. Dulu orang menggolongkan plankton dalam tiga kategori berdasarkan ukurannya, yakni:y

Plankton jaring (netplankton): plankton yang dapat tertangkap dengan jaring dengan mata jaring (mesh size) berukuran 20 ,um, atau dengan kata lain plankton berukuran lebih besar dari 20 ,um.

y

Nanoplankton: plankton yang lolos dari jaring, tetapi lebih besar dari 2,um. Atau berukuran 2-20 ,um;

y

Ultrananoplankton: plankton yang berukuran lebih kecil dari 2 m. Kini, dengan kemajuan teknik penyaringan yang dapat lebih baik memilah-

milah partikel yang sangat halus, penggolongan plankton berdasarkan ukurannya lebih berkembang. Penggolongan di bawah ini diusulkan oleh Sieburth dkk. (1978) yang kini banyak diacu orang.y

Megaplankton (20-200 cm) Ada juga yang menyebutnya megaloplankton. Banyak uburubur termasuk dalam golongan ini. Ubur-ubur Schyphomedusa, misalnya bisa mempunyai ukuran diameter payungnya sampai lebih dari satu meter, sedangkan umbai-umbai tentakelnya bisa sampai beberapa meter pajangnya. Plankton raksasa yang berukuran terbesar di dunia adalah ubur-ubur

Cyanea arctica yang payungnya bisa berdiameter lebih dua meter dan dengan panjang tentake130 m lebih .y

Makroplankton (2-20 cm) Contohnya adalah eufausid, sergestid, pteropod. Larva ikan banyak pula termasuk dalam golongan ini.

y

Mesoplankton (0,2-20 mm) Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini, seperti kopepod, amfipod, ostrakod, kaetognat. Ada juga beberapa fitoplankton yang berukuran besar masuk dalam golongan ini seperti Noctiluca.

3. Berdasarkan Daur Hidupnya Berdasarkan daur hidupnya plankton dibagi menjadi :y

Holoplankton Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Kebanyakan zooplankton termasuk dalam golongan ini. Contohnya : kokepod, amfipod, salpa, kaetognat. Fitoplankton termasuk juga umumnya adalah holoplankton.

y

Meroplankton Plankton dari golongan ini menjadi kehidupannya sebagai plankton hanya pada tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur dan larva saja. Beranjak dewasa ia akan berubah menjadi nekton, yakni hewan yang dapat aktif berenang bebas, atau sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat didasar laut. Oleh sebab itu, meroplankton sering pula disebut sebagai plankton sementara. Pada umumnya ikan menjalai hidupnya sebagai plankton ketika masih dalam tahap telur dan larva kemudian menjadi nekton sstelah dapat berenang bebas. Kerang dan karang adalah contoh hewan yang pada awalnya hidup sebagai plankton pada tahap telur hingga larva, yang selanjutnya akan menjalani hidupnya sebagai bentos yang hidup melekat atau manancap didasar laut.

Meroplankton ini sangat banyak ragamnya dan umumnya mempunyai bentuk yang sangat berbeda dari bentuk dewasanya. Larva crustacea seperti udang dan kepiting mempunyai perkembangan larva yang bertingkat tingkat dengan bentuk yang sedikitpun tidak menunjukkan persamaan dengan bentuk yang dewasa. Pengetahuan mengenai meroplankton ini menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan upaya buidaya udang, crustacea, mollusca, dan ikan.y

Tikoplankton Tikoplankton sebenarnya bukanlah plankton yang sejati karena biota ini dalam keadaan normalnya hidup didasar laut sebagai bentos. Namun karena gerak air menyebabkan ia terlepas dari dasar dan terbawa arus mengembara sementara sebagai plankton.

4. Berdasarkan Sebaran Horizontal Plankton terdapat dilingkungan air tawar hingga tengah samudra. Dari perairan tropis hingga ke perairan kutub. Boleh dikatakan tak ada permukaan laut yang tidak dihuni oleh plankton. Berdasarkan sebaran horizontalnya, plankton dibagi menjadi:y

Plankton Neritik Plankton neritik (neritic plankton) hidup di perairan pantai dengan salinitas (kadar garam) yang relatif rendah. Kadang-kadang masuk sampai ke perairan payau di depan muara dengan salinitas sekitar 510 psu (practical salinity unit; dulu digunakan istilah /oo atau permil, g/kg). Akibat pengaruh lingkungan yang terus -menerus berubah disebabkan arus dan pasang surut, komposisi plankton neritik ini sangat kompleks, bisa merupakan campuran plankton laut dan plankton asal perairan tawar. Beberapa di antaranya malah telah dapat beradaptasi dengan lingkungan estuaria (muara) yang payau, misalnya Labidocera muranoi.

y

Plankton Oseanik Plankton oseanik (oceanic plankton) hidup di perairan lepas pantai hingga ke tengah samudra. Karena itu plankton oseanik ditemukan pada perairan yang salinitasnya tinggi. Karena luasnya wilayah perairan oseanik ini, maka banyak jenis plankton tergolong dalam kelompok ini. Penggolangan seperti di atas tidaklah terlalu kaku, karena ada juga plankton yang hidup mulai dari perairan neritik hingga oseanik hingga dapat disebut neritik-oseanik.

5. Berdasarkan Sebaran Vertikal Plankton hidup di laut mulai dari lapisan tipis di permukaan sampai pada kedalaman yang sangat dalam. Dilihat dari sebaran vertikalnya plankton dapat dibagi menjadi:y

Epiplankton Epiplankton adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman sekitar 100 m. Lapisan laut teratas ini kira-kira sedalam sinar matahari dapat menembus. Namun dari kelompok epilankton ini ada juga yang hanya hidup di lapisan yang sangat tipis di permukaan yang langsung berbatasan dengan udara. Plankton semcam ini disebut neuston. Contoh yang menarik adalah fitoplankton Trichodesmium (Gambar 10.), yang merupakan sianobakteri berantai panj ang yang hidup di permukaan dan mempunyai keistimewaan dapat mengikat nitrogen langsung dari udara. Neuston yang hidup pada kedalaman sekitar 0 -10 cm disebut hiponeuston. Ternyata lapisan tipis ini mempunyai arti yang penting karena bisa mempunyai komposisi j enis yang kompleks. Dari kelompok neuston ini ada juga yang mengambang di permukaan dengan sebagian tubuhnya dalam air dan sebagian lain lagi tersembul ke udara. Yang begini disebut pleuston.

y

Mesoplankton Mesoplankton yakni plankton yang hidup di lapisan tengah, pada kedalaman sekitar 100-400 m (jangan dikelirukan dengan ukuran plankton yang istilahnya sama). Pada lapisan ini intensitas cahaya sudah sangat redup sampai gelap. Oleh sebab itu, di lapisan ini fitoplankton, yang memerlukan sinar matahari untuk fotosintesis, umumnya sudah tidak dijumpai. Lapisan ini dan lebih dalam didominasi oleh zooplankton. Beberapa kopepod seperti Eucheuta marina tersebar secara vertikal sampai ke lapisan ini atau lebih dalam. Dari kelompok eufausid juga banyak yang terdapat di lapisan ini, misalnya Thysanopoda, Euphausia, Thysanoessa, Nematoscelis. Tetapi eufausid ini juga dapat melakukan migrasi vertikal sampai ke lapisan di atasnya.

y

Hipoplankton Hipoplankton adalah plankton yang hidupnya pada kedalaman lebih dari 400 m. Termasuk dalam kelompok ini adalah batiplankton (bathyplankton) yang hi dup pada kedalama n > 600 m, da n abisoplankton (abyssoplankton) yang hidup di lapisan yang paling dalam, sampai 3000 4000 m. Sebagai contoh, dari kelompok eufausid, Bentheuphausia ambylops dan Thysanopoda adalah jenis tipikal laut-dalam yang menghuni perairan pada kedalaman lebih dari 1500 m. Kelompok kaetognat Eukrohnia hamata, dan Eukrohnia bathypelagica termasuk yang hidup pada kedalaman lebih dari 1000 m. Zooplankton memiliki peranan yang sangat penting di lautan, dimana

zooplankton merupakan kunci tingkatan trofik terendah (fitoplankton) ke tingkatan trofik tertinggi (sumberdaya ikan) dalam rantai makanan di lautan. Atmosfer dan lautan saling berinteraksi, artinya perubahan yang terjadi pada atmosfer (iklim) akan berpengaruh pada proses-proses yang terjadi di lautan dan sebaliknya. Perubahan karakteristik massa air laut yang disebabkan pengaruh iklim seperti perubahan lapisan homogen (mixed layer) akan berpengaruh pada dinamika biota laut khususnya zooplankton. Sebaliknya, zooplankton memiliki peranan penting dalam menyeimbangkan iklim dimana zooplankton merupakan

kunci

karbon dioksida ke laut dalam karena mereka dapat berenang 500

meter ke atas dan bawah (migrasi vertikal dalam sehari Seperti yang kita ketahui bahwasannya karbon dioksida merupakan senyawa yang menyebabkan

pemanasan global Aliran massa air yang melalui Perairan Indonesia atau disebut Arus Lintas Indonesia (Arlindo) merupakan aliran yang menghubungkan dua massa air yang memiliki karakteristik berbeda. Arlindo berperan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sirkulasi termohalin dan fenomena iklim dunia.

Gambar Siklus karbon di lautan. 2.2 MIGRASI PLANKT N DIPERAIRAN1.

POLA MIGRASI V RTIKAL Lapisan penghambur suara (sound scattering) yang berada beberapa ratus

meter dari permukaan (kolom perairan), bermigrasi ke arah permukaan saat matahari terbenam dan bermigrasi keperairan yang lebih dalam saat matahari terbit disebut sebagai deep scattering layers (DSL) (Johnson, 1977 in Kaltenberg, 2004). Pergerakan ini dikenal sebagai diel vertical migration (DVM), DVM indentik dengan migrasi hewan karena pergerakannya lebih cepat di siang hari dan mengurangi tingkat predasinya dibandingkan malam hari ketika makanan melimpah (Kaltenberg, 2004).

Gambar Migrasi vertikal harian zooplankton

Pada awalnya ADCP digunakan untuk mengukur kecepatan arus terhadap kedalaman, namun karena echo strength setara dengan volume scattering organisme di setiap bin, maka sinyal backscatter dapat digunakan untuk melihat DVM yaitu pola migrasi vertikal yang ditunjukkan oleh zooplankton dalam siklus 24 jam (Kaltenberg, 2004). Terdapat dua hipotesis penyebab pola migrasi (Lampert, 1989 in Barbiero, 2000): faktor metabolisme dan menghindari area permukaan untuk mengurangi kehilangan akibat predator. Hipotesis pertama mengasumsikan bahwa, pada suhu yang rendah organisme dapat mencapai ukuran tubuh maksimum saat dewasa sehingga berhubungan dengan fecundity. Hipotesis kedua lebih banyak digunakan karena lebih berdasar, dimana faktor yang mempengaruhi migrasi vertikal adalah cahaya, suhu dan untuk menghindari predator (Heywood, 2001 in Kaltenberg, 2004). Cahaya (matahari dan bulan) merupakan tanda visual, berpengaruh besar terhadap tingkah laku untuk menghindari predator (Liu et al., 2003 in Tsiu, 2006). Rendahnya tingkat level cahaya untuk predator visual, pada malam hari mengurangi kemampuan/insting memangsa. Pola yang dibentuk oleh DVM dapat berubah-ubah baik antar maupun intra spesies, dan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan perairan (Tsui, 2006). Perbedaan pola migrasi intra spesies disebabkan oleh faktor ukuran, umur dan jenis kelamin (Stich, 1989 in Barbiero, 2000). Setiap spesies memiliki pola kedalaman migrasi tersendiri yang akan berubah setara dengan pertumbuhan, masa reproduksi dan waktu setiap tahun. Variasi penyusun organisme seperti ukuran tubuh, pigmen serta faktor lingkungan seperti kesedian makanan, kedalaman perairan, penetrasi cahaya, dan topografi dasar perairan menyebabkan perbedaan tingkah laku migrasi. Terdapat tiga pola DVM yaitu:y

Migrasi nokturnal Migrasi ini paling umum terjadi, dimana pola migrasi ke arah permukaan pada waktu petang dan sebelum fajar bermigrasi ke lapisan yang lebih dalam. Organisme yang memiliki pola migrasi nokturnal maupun twilight berlindung di perairan yang lebih dalam dari predator karena pengaruh cahaya matahari, aktif pada malam hari di daerah permukaan yang kaya akan makanan.

Gambar Migrasi nokturnal y Migrasi twilight Adalah pola migrasi ke arah permukaan menjelang petang dan bermigrasi ke perairan yang lebih dalam saat tengah malam, diikuti migrasi kembali ke arah permukaan kemudian kembali bermigrasi perairan yang lebih dalam pada saat fajar (Cohen dan Forward, 2002 in Tsui, 2006). Saat tengah malam sebagian dari hewan tersebut bergerak ke arah yang lebih dalam, disebabkan oleh komposisi zooplankton lebih padat dari pada air maka ketika aktivitas berkurang, menyebabkan cenderung tenggelam.

Gambar Migrasi twilight. y Migrasi reverse Migrasi ini merupakan kebalikan dari migrasi nokturnal, yaitu bermigrasi ke arah permukaan pada siang hari dan ke arah yang lebih dalam pada malam hari. Migrasi ini dapat dicirikan oleh spesies kopepoda dengan ukuran yang besar maupun kopepoda yang berwarna (Tsiu, 2006), yaitu individual kopepoda dengan ukuran tubuh yang besar dan kopepoda yang memiliki pigmen tubuh. Menurut Tsui (2006) penyebab utama pergerakan individu kopepoda untuk DVM disebabkan oleh kondisi tubuh. Bedasarkan hal tersebut dan juga diindikasi oleh faktor lingkungan, maka kopepoda memodifikasi pola pergerakan migrasi sebagai reaksi terhadap predator.

Gambar Migrasi reverse Suhu merupakan faktor penting dalam mengontrol kecepatan migrasi (Wade dan Heywood, 2001). Data kecepatan migrasi vertikal zooplankton secara langsung sangat terbatas. Kecepatan migrasi kopepoda meningkat sebagai respon terhadap massa air hangat (Rudyakov, 1975in wade dan Heywood, 2001 yang bervariasi antara 1 -4 cm/det

(Plueddemann dan Pinkels, 1989 in Wade dan Heywood, 2001). Menurut Smith et al. (1989) in wade dan Heywood (2001) kecepatan migrasi ke arah permukaan saat matahari terbenam adalah 5 cm/det dan migrasi -8 keperairan yang lebih dalam saat matahari terbit yaitu 3 cm/det, -4 meskipun pada umumnya simetris. Rerata kecepatan migrasi vertikal perairan yang lebih dalam saat matahari terbit yaitu 6,6 cm/det dan ke arah ke arah permukaan saat matahari terbenam adalah 6,1 cm/det (Kaltenberg, 2004).

2.3 FAKT R PERT MB

AN PLANKT N

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan plankton dibagi dalam dua kelompok, yaitu : FAKTOR FISIK dan FAKTOR KIMIA FAKTOR pergerakan air. FAKTOR KIMIA : oksigen terlarut dan CO2, PH, Salinitas, NUTRISI yang akan diuraikan lebih lanjut disini adalah NUTRISI Nutrisi sangat berperan FISIK: cahaya; temperatur air, kekeruhan/kecerahan,

penting untuk pertumbuhan plankton, nutrisi yang paling penting dalam hal ini adalah NITRAT ( NO3 ) dan Phosphat ( PO4 ) PHYTOPLANKTON mengkonsumsi Nitrogen dalam banyak bentuk, seperti Nitrogen dari NITRAT, Ammonia, Urea, Asam Amino. tetapi PHYTOPLANKTON lebih cendrung mengkonsumsi NITRAT dan AMMONIA. NITRAT lebih banyak didapati di dasar yang banyak mengandung unsur organik ketimbang dari air laut, NITRAT juga bisa diperoleh dari siklus NITROGEN. NITROGEN dari NITRAT adalah salah satu unsur penting untuk pertumbuhan BLUE GREEN ALGA dan phytoplankton lainnya.y

PHOSPORUS Phosphorus dalam air kebanyakan dijumpai dalam bentuk ortho-phospat

(organik) yaitu : H2PO4 , H2PO4 pangkat 2- dan PO4 pangkat 3- konsentrasinya didalam air dipengaruhi oleh PH dan SUHU. Jika PH : 8,0 dan Suhu 20 derjat Celcius, maka konsentrasi H2PO4 87%, H2PO4 pangkat 2- 12% dan PO4 pangkat 3- 1% kandungan Phosphat didalam air umumnya < 0,1 ppm dan Phophorus 0,03 ppm. Jika kandungan Phosphorus > 0,6 ppm maka air sudah dikatakan RUSAK. Perbandingan Nitrogen dan Phosphorus yang dibutuhkan oleh Phytoplankton adalah 10 : 1.

y

SILIKA Silika adalah salah satu nutrisi yang dibutuhkan plankton, dalam hal ini

adalah Diatomae. Silika berperan dalam pembentukan dinding sel diatomae untuk family SILICOFLAGELLATE. Dan beberapa jenis Phytoplankton seperti dari family Dinoflagellate jenis ini simbiosis dengan tubuh polyps ( Zooxhantelae ), juga menggunakan silika untuk pembentukan struktur urat gerak. Komponen Silika yang digunakan plankton dalam bentuk ortho-silika ( SiO2 ). Pada saat Diatome bloom paling tinggi jumlah Silika dalam air, akan berkurang sampai semuanya habis. Silika dalam dinding Diatomae dalam bentuk berat kering adalah 26 ~ 36 % tergantung jenis Diatomae. SILIKA dijumpai dipermukaan akuarium, tengah dan dasar akuarium.

y

CALCIUM CALCIUM merupakan nutrisi didalam air yang membuat jumlah

Karbonate dan Bikarbonate menjadi seimbang. Semakin banyak jumlah Calcium yang terdapat dalam air, maka jumlah family plankton akan semakin banyak. Juga karena Calcium didalam air, akan menghasilkan bikarbonat yang menambah jumlah Carbondioksida ( CO2 ) untuk proses fotosintesis. Jumlah Calcium didalam air menunjukkan bagus atau tidaknya sumber air tersebut. Jika Calsium < 10 ppm kurang baik. 10 ~ 25 ppm baik, dan > 25 ppm lebih baik lagi. Jenis plankton yang dijumpai dalam air yang banyak mengandung Calcium adalah : Microcystis sp., Chreoeoccus sp., Anabaena sp., Pediastrum sp., taurastrum sp., Coscinodiscus sp., Melosira sp. Ada juga beberapa jenis plankton yang dijumpai pada air yang unsur Calcium rendah yaitu : Ankistradesmus sp., Dinobryon sp., dan Closterium sp. Plankton yang dapat digunakan sebagai penunjuk kualitas air, untuk menentukan rendahnya kadar Calcium dan Magnesium adalah Cosmarium sp.

y

SULFATE Umumnya sumber air mengandung Sulfate 0,1 ~ 4,8 ppm. dan

kebanyakan berada di air payau ( memiliki hardness tinggi ). Sulfate adalah nutrisi untuk Diatom. Daerah yang kurang Oksigen, Sulfate dijumpai dalam bentuk H2S ( racun ) dan ada Diatom yang mampu bertahan dalam H2S tinggi sekitar 3,5 ppm, yaitu : Hantzschia, Amphcuoxys, dan Nitzschia palea. dan pada konsentrasi H2S mencapai 1,5 ~ 3,7 ppm adalah Nitzschia Ignorata dan Naviculla Minima. Dalam konsentrasi H2S 0,01 - 2,86 ppm yaitu family Euglenoid seperti Euglena sp., Trachelomonas sp., Phacus sp. Standart H2S yang dibolehkan < 0,1 ppm.

y

CHLORIDA Semua phytoplankton memerlukan Chlorida untuk fotosintesis. Jika

Chlorida berlebihan akan menjadi Toksik. Plankton yang dapat bertahan pada Chlorida tinggi adalah Desmid sp. pada konsentrasi 10 ppm.

y

BESI (Fe) PHYTOPLANKTON membutuhkan zat besi sebagai komponen penting

di dalam sistem enzim seperti Cytochromes sp. Besi didalam air laut terdapat dalam bentuk hydrous ferricoxida yaitu dalam bentuk sedimen yang mengapung dalam air. Selain Nutrisi yang telah disebutkan diatas, masih terdapat nutrisi lain cuma dalam konsentrasi yang sangat kecil yaitu : Ci, Zn, Co, Mo, dll.

2.4 ZOOPLANKTON Zooplankton adalah terdiri dari berjenis-jenis hewan yang beragam termasuk protozoa, coelenterata, moluska, annelida, crustacea. Grup ini mewakili hampir seluruh phylum yang terdapat di animal kingdom. Beberapa dari organisme ini ada yang bersifat plankton untuk seluruh masa hidupnya (holoplankton). Sebagai contoh copepoda; baik larva atau bentuk yang dewasa dari crustacea kecil ini sangat banyak dijumpai dalam zooplankton. Kebalikannya banyak hewan yang bersifat sebagai plankton hanya untuk sebagian dari masa hidupnya (meroplankton). Trisipan (bernacle), ikan laut dalam, moluska, udang dan kepiting adalah anggota dari hewan yang bersifat bentik pada waktu dewasa, tetapi larva mereka mempunyai sifat sebagai plankton. Mereka kemungkinan akan berbeda pada fase pelagik selama beberapa minggu atau bulan sebelum mengalami proses metamorfosis untuk berubah menjadi dewasa dan hidup sebagai bentos. Yang termasuk kelompok holoplankton seperti Foraminifera, Radiolaria, Cladocera, Ostracoda, Copepoda, dan Euphausiidae. Sedangkan pada kelompok meroplankton misalnya larva ikan (ictyoplankton), larva udang, larva moluska dan sebagainya. Zoopankton tidak dapat memproduksi zat-zat organik dari zat-zat anorganik, oleh karena itu mereka harus mendapat tambahan -tambahan organik dari makanannya. Hal ini dapat diperoleh mereka baik secara langsung ataupun tidak langsung dari tumbuh-tumbuhan. Zooplankton yang bersifat herbivora akan memakan fitoplankton secara langsung, sedangkan golongan yang carnivora memanfaatkan mereka yang tidak langsung dengan memakan golongan herbivora atau karnivora yang lain. Foraminifera adalah zooplankton yang dapat hidup

dilaut dalam. Hewan ini sangat kecil dan bersel satu, kebanyakan belum dikenal dunia ilmu pengetahuan. Hewan ini dapat ditemukan di titik terdalam lautan dunia, yang mencapai kedalaman 11 kilometer. Makhluk dengan dinding sel lunak ini terdeteksi oleh kapal selam robot Kaiko milik Jepang. Yuko Todo dan rekanrekannya dari Shizuoka University yang tergabung dalam penelitian dan pengoperasian Kaiko melaporkan penemuan ini dalam majalah Science. Dikatakan Todo, temuan ini unik karena foraminifera lazimnya hidup di tempat yang lebih dangkal dan memiliki kulit keras. Diduga organisme-organisme halus ini sudah beradaptasi untuk hidup dalam wilayah bertekanan amat besar di salah satu lokasi Palung Mariana yang dikenal sebagai Challenger Deep. Tempat di dasar laut ini benar-benar gelap dan massa air dari atasnya menghasilkan tekanan yang seribu kali lebih besar dari tekanan di permukaan, yakni sekitar 110.000 kilopascal. Foraminifera sendiri dipercaya sebagai salah satu bentuk kehidupan yang paling banyak dijumpai di lautan setelah bakteri. Umumnya mereka memiliki kulit cukup keras, namun organisme-organisme baru ini lunak karena mereka tidak memiliki cukup kalsium karbonat di kedalaman tersebut untuk membangun bagian tubuh yang keras. Kapal selam robotik Kaiko mengumpulkan foraminifera dari lapisan endapan di Challenger Deep, yang dalamnya 10.896 meter di bawah permukaan laut. Adapun jenis zooplankton lain seperti radiolaria berukuran 2-20 m dan mampu hidup di laut dalam. Kerangka dari hewan ini mengadung silica, mereka mempunyai pseudopia tapi memakan mangsa dan mencernakannya di dalam kerangkanya. Holoplankton yang paling umum di laut adalah copepoda. Ekspedisi Siboga saja yang dilaksanakan di bagian timur tahun 1899-1900, menemukan sebanyak 388 jenis copepod, keragaman jenis yang amat tinggi dibandingkan dengan yang dapat dijumpai di daerah lain. Kopepod umumnya merupakan krusracea yang berukuran kecil yaitu sekitar 0,5-1 mm, meskipun adapula yang mencapai 5 mm. Di laut jawa terdapat ada 5 jenis copepoda yang umum ditemukan dengan ukuran yang besar yakni

Euchaeta concinna, Undinula vulgaris, Eucalanus subcrassus, Candacia bradyi, dan Labidocera acuta. Selain itu Euphausiidae juga merupakan hewan yang hidup di laut dalam. Hewan ini dapat memproduksi cahaya berwarna merah dari organ tubuhnya. Zooplankton yang dapat ditemukan dilaut dalam diantaranya adalah uburubur api atau kadang juga disebut ubur-ubur layaran (Physalia). Dalam bahasa inggris diberi julukan Portuguese man of war. Ubur-ubur api ini merupakan hewan koloni. Ubur-ubur ini sangat berbahaya karena tentakelnya yang menyengat dan mengeluarkan racun yang kuat. Ada yang kita kenal dengan udang rebon, yang sebenarnya adalah zooplankton yang merupakan kumpulan berbagai kelompok krustacea, seperti Mysidacea, Acetes, Lucifer, dan Larva Penaidea. Telur ikan yang terdapat diperairan bebas dan juga larva ikan merupakan plankton sementara (meroplankton) yang sering di jumpai di laut. Setelah dewasa ikan tidak menjalani hidupnya sebagai plankton karena telah berubah menjadi perenang-perenang yang kuat dan hidup sebagai nekton. Di laut terbuka banyak zooplankton yang dapat melakukan gerakan turun naik secara berkala atau dikenal dengan migrasi vertikal. Pada malam hari zooplankton naik ke atas menuju permukaan sedangkan pada siang hari turun ke lapisan bawah. Penelitian yang pernah dilakukan di laut Banda membuktikan pula adanya kenyataan itu. Pada siang hari zooplankton menghindari sinar surya yang terlampau kuat di permukaan dan karenanya mereka meyusup ke perairan yang lebih dalam, baru pada malam hari mereka kembali ke atas. 2.4 FITOPLANKTON Fitoplankton adalah organisme mikroskopis (algae) yang bebas melayang mengikuti gerakan air. Terdapat beberapa macam fitoplankton yang meliputi berbagai ragam ukuran dan bentuk, akan tetapi dalam proses pengambilan contoh, ukuranlah yang perlu diperhatikan dalam rangka pemilihan ukuran mata jarring plankton yang akan digunakan sebagai alat pengambilan contoh. Distribusi fitoplankton, baik secara horizontal maupun vertical pada kolom air dapat dikatakan tidak homogen. Faktor-faktor pembatas seperti musim, sifat

pengelompokkan, siklus reproduksi, serta proses grazing sangat berpengaruh terhadap kelimpahan firoplankton di suatu perairan. Disamping itu beberapa factor fisika-kimia perairan turut berperanan dalam distribusi spasialnya. Berdasarkan ukurannya maka plankton dibagi 5 golongan, yaitu: Megaplankton adalah organisme planktonik yang besarnya lebih dari 2,0 mm. Makroplankton adalah organisme planktonik yang besarnya 0,2 2,0 mm. Mikroplankton adalah organisme planktonik yang ukurannya 20 mikrometer 0,2 mm. Nanoplankton adalah organisme planktonik yang sangat kecil 2 mikrometer 20 mikrometer. Ultraplankton adalah organisme planktonik yang berukuran kurang dari 2 mikrometer. Golongan plankton di atas (mega, makro, mikro) biasanya tertangkap dengan jaring-jaring plankton baku (standard). 2 golongan plankton (nano, ultra) hanya diperoleh dengan menggunakan suatu sentrifusa atau dengan menyaring air melalui alat penyaring yang sangat kecil pori-porinya seperti milipore. Berdasarkan siklus hidupnya maka plankton dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: Holoplankton adalah organisme yang seluruh daur hidupnya bersifat planktonik. Meroplankton adalah organisme yang hanya sebagian hidupnya bersifat planktonik. 2.5 MENGENDALIKAN PLANKTON YANG BERLEBIH Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan plankton di dalam perairan, yaitu nutrisi atau unsur hara yang menunjang pertumbuhan plankton, sinar matahari, dan kandungan karbondioksida (CO2) di dalam perairan tersebut. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi pertumbuhan plankton. Jika kekurangan salah satu faktor di atas maka pertumbuhan plankton terganggu. Sebaliknya jika terlalu melimpah bisa merangsang pertumbuhan plankton. Sehingga plankton tumbuh sangat cepat dan akan berpengaruh kurang baik terhadap udang. Tentang kebutuhan nutrisi plankton, jika kurang maka plankton sulit untuk tumbuh normal. Tetapi jika nutrisi terlalu melimpah, plankton akan tumbuh sangat cepat. Jika pertumbuhan plankton yang terlalu cepat ini tidak cepat diatasi, maka udang akan cepat stres. Sementara itu, plankton tidak akan tumbuh normal jika

kurang mendapat sinar matahari. Ditandai dengan adanya kecerahan air tambak yang tinggi dan sulit menumbuhkan plankton. Sebaliknya, jika terlalu banyak mendapatkan sinar matahari, pertumbuhan plankton akan kian merajalela dan sulit dikendalikan petambak. Faktor ke tiga, kandungan CO2 di dalam perairan. Untuk memenuhi unsur karbon, plankton memanfaatkan senyawa CO2 yang terlarut di dalam perairan (dalam proses fotosintesis akan menghasilkan oksigen dan energi yang akan digunakan plankton untuk tumbuh). Jika CO2 di dalam perairan kurang, akan berpengaruh terhadap pertumbuhan plankton yang ada di dalam perairan tersebut. Dari ketiga faktor di atas, yang memungkinkan untuk dikendalikan dan dikelola keberadaannya adalah kandungan nutrisi. Sebab, keberadaan nutrisi di dalam perairan bisa berasal dari tanah maupun dari sumber air yang digunakan untuk budidaya.

3. KESIMPULAN

Karakter massa air memperlihatkan perbedaan yang jelas terutama pada lapisan permukaan dan lapisan termoklin antara pengukuran Januari 2004 dan Juni 2005. Akan tetapi pada lapisan dalam, karakter massa air antara dua pengkuran tidak jauh berbeda. Perbedaan karakter massa air antara dua pengukuran kemungkinan berkaitan dengan perubahan musim dimana curah hujan, angin yang bertiup

mengakibatkan perubahan karakter massa air. Tibanya massa air tersebut di Selat Lombok juga dipengaruhi pola pergerakan massa air yang juga berubah mengikuti perubahan pola angin. Akan tetapi pengaruhnya hanya dirasakan sampai kedalaman batas bawah lapisan termoklin.

Variasi temporal pola siklus harian, dimana ditunjukkan oleh adanya pergerakan migrasi dari organisme yang diduga sebagai zooplankton dengan pergerakan migrasi ke arah perairan yang lebih dalam saat matahri terbit dan ke arah permukaan saat matahari terbenam dikenal dengan istilah Diel Vertical Migration (DVM), menunjukkan variasi yang berbeda selama pengamatan, dengan peak migrasi terjadi pada pukul 05:30-06:00 pagi dan pukul 18:00-19:00 malam.

Variasi temporal siklus bulanan dipengaruhi oleh pengaruh musim dan ARLINDO, dimana pada Musim Timur jarak migrasi mencapai kedalaman maksimum. Kecepatan arus lebih tinggi pada musim timur sehingga dapat membantu migrasi vertikal zooplankton dan suhu perairan yang lebih dingin meminimalisir perbedaan kerapatan antara massa air permukaan dan massa air di lapisan dalam. Rerata kecepatan migrasi tahun 2004 untuk SV 130 count saat matahari terbit dan terbenam berturut-turut yaitu 1,61 cm/det dan 1,70 cm/det, sedangkan SV 140 count 1,19 cm/det dan 0,80 cm/det. Pada

tahun 2005 kecepatan migrasi rerata SV 130 count saat matahari terbit dan terbenam adalah 2,11 cm/det dan 0,90 cm/det, sedangkan SV 140 count 1,25 cm/det dan 1,31 cm/det. Kecepatan migrasi DVM di Selat Lombok bervariasi sepanjang tahun.