pbl blok 6

21
Tidak Sadarkan Diri Akibat Cedera pada Serebellum, Batang Otak serta Saraf Kranial Erlin Efrina Winata 102013117/E8 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510 Telephone: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731 Email: [email protected] Abstrak Kecelakaan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang mengakibatkan cedera pada serebellum, batang otak dan saraf- saraf kranial. Serebelum adalah bagian otak yang seukuran dengan bola kasti dan sangat berlipat serta terletak di bawah lobulus oksipitalis korteks dan melekat ke punggung bagian atas batang otak. Kemudian batang otak terdiri dari otak tengah, pons, dan medulla oblongata. Saraf-saraf kepala terdiri dari 12 pasang saraf kepala yang meninggalkan permukaan ventral otak. Sebagian besar saraf-saraf kepala ini mengkontrol fungsi sensoris dan motorik dibagian kepala dan leher. Sehingga jika terjadi cedera dibagian tersebut dapat mengganggu koordinasi fungsi dari kedua bagian ini dan kecelakaan tersebut dapat mencederai saraf kranial yang berada disekitarnya. Kata kunci: serebellum, batang otak, saraf-saraf kranial. Abstract

Upload: xohanort

Post on 12-Sep-2015

229 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pbl blok 6

TRANSCRIPT

Tidak Sadarkan Diri Akibat Cedera pada Serebellum, Batang Otak serta Saraf KranialErlin Efrina Winata102013117/E8Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510Telephone: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731Email: [email protected]

Abstrak Kecelakaan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang mengakibatkan cedera pada serebellum, batang otak dan saraf-saraf kranial. Serebelum adalah bagian otak yang seukuran dengan bola kasti dan sangat berlipat serta terletak di bawah lobulus oksipitalis korteks dan melekat ke punggung bagian atas batang otak. Kemudian batang otak terdiri dari otak tengah, pons, dan medulla oblongata. Saraf-saraf kepala terdiri dari 12 pasang saraf kepala yang meninggalkan permukaan ventral otak. Sebagian besar saraf-saraf kepala ini mengkontrol fungsi sensoris dan motorik dibagian kepala dan leher. Sehingga jika terjadi cedera dibagian tersebut dapat mengganggu koordinasi fungsi dari kedua bagian ini dan kecelakaan tersebut dapat mencederai saraf kranial yang berada disekitarnya.Kata kunci: serebellum, batang otak, saraf-saraf kranial.

Abstract Accidents that occur in everyday life that resulted in injury to serebellum, brain stem and cranial nerves. The cerebellum is the part of the brain the size of a baseball and a highly folded and located below the occipital cortex lobules and attached to the upper back of the brain stem. Then the brain stem consists of the midbrain, pons, and medulla oblongata. Nerves of the head consists of 12 pairs of nerves that leave the head of the ventral surface of the brain. Most of the head nerves controlling sensory and motor functions of the head and neck section. So if there is an injury in those sections can disrupt the coordination function of both this section and the accident can injure cranial nerves that are around.Key words: cerebellum, brainstem, cranial nerves.

PendahuluanBanyak kecelakaan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang mengakibatkan cedera pada serebellum, batang otak dan saraf-saraf kranial. Serebellum adalah manajer bagi otak kita. Semua signal dari pancaindera sebelum dicerna oleh limbic sistem harus melewati cerebellum dulu. Akibatnya kalau cerebellum bermasalah, kita sulit mencerna stimulasi yang datang dari pancaindera, Lebih jauh lagi, kita jadi sulit meningkatkan kemampuan di otak frontal (otak yang mengatur cara berpikir, mengambil keputusan, konsentrasi, dan segala macam kemampuan canggih manusia). Jika kerusakan yang terjadi di batang otak seringkali berakibat fatal karena batang otak mengatur fungsi-fungsi dasar tubuh seperti bernafas dan denyut jantung. Orang yang terkena stroke atau perlukaan di daerah ini bisa berakibat koma dan bahkan meninggal.Cedera pada kepala sering diikuti oleh penyakit neurologic atau terganggunya sistem saraf pada manusia. Oleh karena itu, dalam makalah ini saya akan membahas bagaimana peranan sistem saraf pada tubuh manusia khususnya saraf kranial pada manusia serta membahas efek dari cedera pada batang otak dan cerebellum.

SerebellumSerebelum adalah bagian otak yang seukuran dengan bola kasti dan sangat berlipat serta terletak di bawah lobulus oksipitalis korteks dan melekat ke punggung bagian atas batang otak.1

Gambar 1. Serebelum2Di serebelum ditemukan lebih banyak neuron individual daripada di bagian otak lainnya, dan hal ini menunjukan pentingnya struktur ini. Serebelum terdiri dari tiga bagian yang secara fungsional berbeda beda dengan peran berbeda yang terutama berkaitan dengan kontol bawah sadar aktivitas motorik. Secara spesifik, bagian- bagian serebelum tersebut ialah yang pertama vestibuloserebelum penting untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol gerakan mata. Kedua yaitu spinoserebelum meningkatkan tonus otot dan mengkoordinasikan gerakan volunter terampil. Bagian otak ini sangat penting dalam memastikan waktu yang tepat kontraksi berbagai otot untuk mengkoordinasi gereakan yang melibatkan banyak sendi. Seperti contoh gerakan sendi bahu, siku, dan pergelangan tangan kita harus sinkron. Ketika daerah- daerah korteks motorik mengirimkan pesan ke otot- otot untuk mengeksekusi gerakan tertentu, spinoserebelum diberi informasi tentang perintah motorik yang diinginkan. Bagian ini juga menerima masukan dari reseptor- reseptor perifer tentang gerakan tubuh dan posisi yang sebenernya terjadi. Dan yang ketiga yaitu serebroserebelum berperan dalam perencanaan dan inisiasi aktivitas volunter dengan memberikan masukan ke daerah motorik korteks. Ini juga merupakan bagian serebelum yang menyimpan ingatan prosedural.1

Gambar 2. SerebellumSerebelum bertanggung jawab untuk mengkoordinasi dan mengendalikan ketepatan gerakan otot dengan baik. Bagian ini memastikan bahwa gerakan yang dicetuskan disuatu tempat di SSP berlangsung dengan halus bukannya mendadak dan tidak terkoordinasi. Serebelum juga berfungsi untuk mempertahankan postur tubuh. Bagian ini membantu mempertahankan ekulibrium tubuh. Informasi sensorik dari telinga dalam dibawa ke lobus serebelum.2Selain itu juga, Serebelum berfungsi sebagai modulator latihan dan kerja motorik untuk membantu memperhalus gerakan. Secara anatomis serebelum dibagi menjadi vermis di garis tengah dan dua hemisfer. Suplai darah ke serebelum berasal dari sistem vertebrobasilar melalui arteri serebelaris posterior, arteri serebralis anteinferior dan arteri serebralis superior.3 Gejala- gejala penyakit serebelum berikut dapat mengarah pada hilangnya fungsi motorik serebelum: gangguan keseimbangan, nistagmus (gerakan mata osilatif ritmik), penurunan tonus otot tetapi bukan paralisis, ketidak mampuan melakukan gerakan- gerakan cepat dengan lancar, dan ketidakmampuan melakukan gerak- gerakan cepat dengan kontraksi otot secara tepat. Yang terkahir ini menyebabkan intention tremor yang ditandai dengan gerakan maju- mundur osilatif anggota badan ketika anggota badan tersebut mendekati suatu temoat yang dituju. Sewaktu orang dengan kerusakan serebelum mencoba mengambil sebuah pensil, ia mungkin melakukan gerakan tangan melebihi sasaran (over shoot) lalu menarik kembali secara berlebihan, mengulang gerakan maju mundur ini sampai ia berhasil memegang pensil tersebut.1

Batang Otak

Gambar 3. Batang Otak yang terdiri dari Mesencephalon, Pons dan Medulla Oblongata.

Batang otak terdiri dari otak tengah, pons, dan medulla oblongata. Struktur ini merupakan pusat stuktur anatomi yang penting dalam area yang sempit, sehingga sebagian besar lesi batang otak merupakan lesi yang kompleks.3

Gambar 4. Midbrain

Otak tengah (midbrain) merupakan bagian atas batang otak. Aqueduktus serebri yang menghubungkan ventrikel ketiga dan keempat melintasi melalui otak tengah ini. Otak tengah dapat juga terbagi dalam 2 tingkat yaitu yang pertama atap yang mengandung banyak pusat- pusat refleks yang penting untuk pengelihatan dan pendengaran. Dan yang kedua yaitu jalur motorik yang besar, yang turun dari kapsula interna melalui bagian dasar otak tengah, menurun terus melalui pons dan medula oblongata menuju sumsum tulang belakang.Jalur lintas sensorik, dalam perjalannanya dari sumsum tulang belakang, medula dan pons, mendaki melalui bagian otak tengah ini sebelum memasuki talamus atau kapusla interna, guna mencapai penyebaran akhirnya dalam korteks sensori hemisfer serebri. Otak tengah mengandung pusat- pusat yang mengendalikan keseimbangan dan gerakan- gerakan mata.4Pons merupakan bagian tengah batang otak dan karena itu memiliki jalur lintas naik dan turun seperti pada otak tengah. Selain itu juga terdapat banyak serabut yang berjalan menyilang pons untuk menghubungkan kedua lobus serebelum, dan menghubungkan serebelum dengan korteks serebri.2Medula oblongata, panjangnya sekitar 2,5 cm dan menjulur dari pons sampai ke medulla spinalis dan terus memanjang. Bagian ini akan berakhir pada area foramen magnum tengkorak.2Medulla anterior atau ventral terdiri dari tonjolan subtansi putih yang disebut piramid, yang merupakan lanjutan dari akson pada pendunkulus serebral. Medulla dorsal atau posterior terdiri dari sebagian lanjutan trakrus sensorik. Nuklei berperan sebagai pusat pemancar informasi yang dikirim ke pusat otak yang lebih tinggi atau ke serebelum. Pusat medula (vital) adalah nuklei yang berperan dalam pengendalian fungsi seperti frekuensi jantung, tekanan darah, pernafasan, batuk, menelan dan muntah. Nuklei yang merupakan asal saraf kranial IX, X, XI, XII terletak dalam medula.2Fungsi batang otak yaitu sebagian besar dari 12 pasang saraf kranialis berasal dari batang otak. Saraf ini menyarfai sturuktur- struktur di kepala dan leher dengan serat sensorik dan motorik. Saraf- saraf ini penting dalam pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penghidu, sensasi wajah, dan kulit kepala, gerakan mata, mengunyah, menelan, ekspresi wajah, dan salivasi. Kecuali pada saraf kranialis X, saraf vagus. Karena saraf vagus adalah saraf utama sistem parasimpatis. Pusat respiratori, pusat kardiak dan pusat vasomotor (kontraksi otot- otot polos dan pembuluh darah).1

Saraf-Saraf Kepala (Nervi Craniales)

Gambar 5. Nervus-nervus cranial

Saraf-saraf kepala terdiri dari 12 pasang saraf kepala yang meninggalkan permukaan ventral otak. Sebagian besar saraf-saraf kepala ini mengkontrol fungsi sensoris dan motorik dibagian kepala dan leher. Dari 12 pasang saraf otak itu ada yang cuma memiliki serat penerima (sensorik), yaitu saraf I, II, dan VIII. Ada yang cuma mengandung serat perintah (motorik), yaitu saraf IV, VI, XI dan XII. Sisanya, mengandung serat saraf penerima dan pemerintah, yaitu saraf III, V, VII, dan X. Yang mengandung serat penerima saja berarti ribuan seratnya hanya membawa masukan ke otak. Yang memerintah berarti hanya mengandung serat-serat yang meninggalkan otak. Sementar yang mengandung kedua penerima dan pemerintah berarti tersusun dari serat yang menuju dan meninggalkan otak.5Salah satu dari duabelas pasang saraf tersebut adalah saraf vagus (saraf yang berkelana), yang merupakan saraf nomor sepuluh yang mengatur fungsi-fungsi organ tubuh di bagian dada dan perut. Disebut vagus atau saraf yang berkelana karena cabang-cabang sarafnya mencapai rongga dada dan perut.6

Tabel 1. Ringkasan Saraf Otak dan Fungsinya.5NoNamaKomponenFungsi

1OlfactoriusSensorisPenciuman

2Opticus SensorisPenglihatan

3OcculomotoriusMotorisPenggerak bola mata

4TrochlearisMotorisPenggerak bola mata

5TrigeminusSensoris, motorisPenerima sensasi dari wajah dan penggerak otot-otot lidah, telinga, dan pengunyah

6AbducentMotorisPenggerak bola mata

7FacialisSensoris, motorisPenerima sensasi dari wajah dan penggerak otot lidah, wajah dan kepala

8VestibulocochlearisSensorisPenerima sensasi dari telinga, pengatur keseimbangan

9GlossopharyngeusSensoris, motorisPenerima sensasi lidah dan penggerak otot untuk menelan

10VagusSensoris, motorisSensasi dari alat pencernaan dan otot dari saluran pencernaan

11AccessoriusMotorisPenggerak faring

12Hypoglosus MotorisPenggerak lidah

Beberapa saraf kranial hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagian besar tersusun dari serabut sensorik dan serabut motorik, klasifikasi saraf ini meliputi yang pertama saraf olfaktori (N I) adalah saraf sensorik. Saraf ini berasal dari epitelium olfaktori mukosa nasal. Berkas serabut sensorik mengarah ke bulbus olfaktori dan menjalar melalu traktus olfaktori sampai ke ujung lobus temporal (girus olfaktori), tempat persepsi indera penciuman berada.2Yang kedua yaitu saraf opticus (N II) adalah saraf sensorik (a) impuls dari batang dan kerucut retina mata dibawa ke badan sel akson yang membentuk saraf optik. Setiap saraf optik keluar dari bola mata pada bintik buta dan masuk ke rongga kranial melalui foramen optik. (b) serabut dari bagian nasal pada setiap mata menyilang dibagian anterior hipotalamus untuk membentuk kiasma optik; serabut pada bagian temporal setiap mata lewat tanpa bersilangan. (c) seluruh serabut memanjang saat traktus optik, bersinapsis pada sisi lateral nuklei genikulasi talamus, dan menonjol keatas sampai ke area visual lobus oksipital untuk persepsi indera penglihatan.2Yang ketiga yaitu saraf okulomotorik (N III) merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron motorik berasal dari otak tengah dan membawa impuls ke seluruh otot bola mata (kecuali otot oblik superior dan rektus lateral), ke otot yang membuka kelopak mata, dan ke otot polos tertentu pada mata. Serabut sensorik membawa informasi indera otot (kesadaran proprioperatif dari otot mata yang terinervasi ke otak.2Yang keempat yaitu saraf troklear (N IV) adalah saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik dan merupakan saraf terkecil dalam saraf kranial. Neuron motorik berasal dari langit-langit otak tengah dan membawa impuls ke otot oblik superior bola mata. Serabut sensorik dari spindel otot menyampaikan informasi indera otot dari otot oblik superior ke otak.2Yang kelima yaitu saraf trigeminus (N V), merupakan saraf kranial terbesar dan saraf gabungan tetapi sebagian besar terdiri dari saraf sensorik. Bagian ini membentuk saraf sensorik utama pada wajah dan rongga nasal serta rongga oral. Neuron motorik berasal dari pons dan menginervasi otot mastikasi kecuali otot buksinator. Badan sel neuron sensorik terletak dalam ganglia trigeminal (semilunar). Serabut bercabang ke arah distal menjadi tiga divisi. Divisi yang pertama yaitu cabang optalmik, membawa informasi dari kelopak mata, bola mata, kelenjar air mata, sisi hidung, rongga nasal, dan kulit dahi serta kepala. Yang kedua yaitu cabang maksilar, membawa informasi dari kulit wajah, rongga oral (gigi atas, gusi dan bibir) dan langit-langit mulut (palatum). Dan yang terakhir yaitu cabang mandibular, membawa informasi dari gigi bawah, gusi, bibir, kulit rahang dan area temporal kulit kepala. Radiks motorik saraf trigeminal menjalar bersama cabang mandibular.2Yang keenam yaitu saraf abdusen (N VI) merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron motorik berasalah dari sebuah nukleus pada pons yang menginervasi otot rectus lateral mata. Serabut sensorik membawa pesan proprioseptif dari otot rektus lateral ke pons.2 Yang ketujuh yaitu saraf facial (N VII) merupakan saraf gabungan. Neuron motorik terletak dalam nuklei pons. Neuron ini menginervasi otot ekspresi wajah, termasuk kelenjar air mata, dan kelenjar saliva. Neuron sensorik membawa informasi dari reseptor pengecap pada dua pertiga bagian anterior lidah.2 Yang kedelapan yaitu saraf vestibulokoklear (N VIII) hanya terdiri dari saraf sensori dan memiliki dua divisi yaitu cabang koklear atau auditori menyampaikan informasi dari reseptor untuk indera pendengaran dalam organ corti telinga dalam ke nuklei koklear pada medula, ke kolikuli inferior, ke bagian medial nuklei genikulasi pada talamus, dan kemudian ke area auditori pada lobus temporal. Dan cabang vestibular membawa informasi yang berkaitan dengan ekuilibrium dan orientasi kepala terhadap ruang yang diterima dari reseptor sensorik pada telinga dalam. Impuls menjalar sampai ke nuklei vestibular dalam medula dan dikirim kembali ke serebelum.2 Yang kesembilan yaitu saraf glossopharyngeus (N IX) adalah saraf gabungan. Neuron motorik berawal dari medula dan menginervasi otot untuk wicara dan menelan serta kelenjar saliva parotid. Neuron sensorik membawa informasi yang berkaitan dengan rasa dari sepertiga bagian posterior lidah dan sensai umum dari faring dan laring; neuron ini juga membawa informasi mengenai tekanan darah dari reseptor sensorik dalam pembuluh darah tertentu.2Yang kesepuluh yaitu saraf vagus (N X) adalh saraf gabungan. Neuron motorik berasal dari dalam medula dan menginerbasi hampir semua organ toraks dan abdomen. Neuron sensorik membawa informasi dari faring, laringm trakea, esofagus, jantung, dan visera abdominal ke medula dan pons.2 Yang kesebelas yaitu saraf accesorius (N XI) adalah saraf gabungan, tetapi sebagian besarr terdiri dari serabut motorik. Neuron motorik berasal dari dua area yaitu bagian kranial beeawal dari medula dan menginervasi otot volunter faring dan laring. Yang kedua bagian spinal muncul dari medulla spinalis serviks dan menginervasi otot trapezius dan sternokleidomastoid. Neuron sensorik membawa informasi dari otot yang sama yang terinervasi oleh saraf motorik; misalnya otot laring, faring, trapezius dan otot sternokleidomastoid.2 Yang keduabelas yaitu saraf hipoglosus (N XII) termasuk saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron motorik berawal dari medula dan mensuplai otot lidah. Neuron sensorik membawa informasi dari spindel otot di lidah.2

Mekanisme Impuls SarafSel-sel di dalam tubuh dapat memiliki potensial membran akibat adanya distribusi tidak merata dan perbedaan permeabilitas dari Na+, K+ dan anion besar intrasel. Potensial istirahat merupakan potensial membran konstan ketika sel yang dapat tereksitasi tidak memperlihatkan potensial cepat. Sel saraf dan otot merupakan jaringan yang dapt tereksitasi karena dapat mengubah permeabilitas membran sehingga mengalami perubahan potensial membran sementara jika tereksitasi.7Ada dua macam perubahan potensial membran. Yang pertama yaitu potensial berjenjang yakni sinyal jarak dekat yang cepat menghilang. Potensial berjenjang bersifat lokal yang terjadi dalam berbagai derajat. Potensial ini dipengaruhi oleh semakin kuatnya kejadian pencetus dan semakin besarnya potensial berjenjang yang terjadi. Kejadian pencetus dapat berupa stimulus, interaksi ligan-reseptor permukaan sel saraf dan otot, dan perubahan potensial yang spontan.7 Apabila potensial berjenjang secara lokal terjadi pada membran sel saraf atau otot, terdapat potensial berbeda di daerah tersebut. Arus (secara pasif) mengalir antara daerah yang terlibat dan daerah di sekitarnya (didalam maupun diluar membran). Potensial berjenjang dapat menimbulkan potensial aksi jika potensial didaerah trigger zone di atas ambang. Sedangkan jika potensial dibawah ambang tidak akan memicu potensial aksi.7Daerah-daerah di jaringan tempat terjadinya potensial berjenjang tidak mempunyai bahan insulator sehingga terjadi kebocoran arus dari daerah aktif membran ke cairan ekstrasel (CES) sehingga potensial semakin jauh semakin berkurang. Contoh potensial berjenjang yaitu potensial pasca sinaps, potensial reseptor, potensial end-plate dan potensial alat pacu.7Yang kedua adalah potensial aksi. Potensial aksi merupakan pembalika cepat potensial membran akibat perubahan permeabilitas membran. Potensial aksi berfungsi sebagai sinyal jarak jauh. Terdapat istilah-istilah dalam potensial aksi yaitu pertama polarisasi (potensial istirahat) adalah membran memiliki potensial dan terdapat pemisah muatan berlawanan. Kedua yaitu depolarisasi adalah potensial lebih kecil daripada potensial istirahat (menuju 0 mV). Ketiga yaitu hiperpolarisasi adalah potensial lebih besar daripada potensial istirahat (potensial lebih negative dan lebih banyak muatan yang dipisah dibandingkan dengan potensial istirahat).7Selama potensial aksi, depolarisasi membran ke potensial ambanh menyababkan serangkaian perubahan permeabilitas akibat perubahan konformasi saluran-saluran gerbang-voltase. Perubahan permeabilitas ini menyebabkan pembalikkan potensial membran secara singkat, dengan influks Na+ (fase naik; dari -70mV ke +30mV) dan efluks K+ (fase turun: dari puncak ke potensial istirahat). Sebelum kembali istirahat, potensial aksi menimbulkan potensial aksi baru yang identik di dekatnya melalui aliran arus sehingga daerah tersebut mencapai ambang. Potensial aksi ini menyebar keseluruh membran sel tanpa menyebabkan penyusutan. Terdapat dua cara perambatan potensial aksi, yang pertama adalah hantaran oleh aliran arus lokal pada serat tidak bermielin adalah potensial aksi menyebar di sepanjang membran. Dan yang kedua yaitu hantaran saltatorik yang lebih cepat di serat bermielin dan impuls melompati bagian saraf yang diselubung mielin.7Pompa Na+-K+ memulihkan ion-ion yang berpindah selama perambatan potensial aksi ke lokasi semula secara bertahap untuk mempertahankan gradien konsentrasi. Bagian membran yang baru saja dilewati oleh potensial aksi tidak mungkin dirangsang kembali sampai bagian tersebut pulih dari periode refrakternya. Periode refrakter memastikan perambatan satu arah potensialaksi menjahi tempat pengaktifan semula. Potensial aksi timbul secara maksimal sebagai respon terhadap rangsangan atau tidak sama sekali (all or none). Variasi kekuatan rangsang dilihat dari variasi frekuensi, bukan dari variasi kekuatan (besarnya) potensial aksi.7

Mekanisme NeurotransmitterProses neurotransmitter berawal dari neuron menyintesis zat kimia yang akanberfungsi sebagai neurotransmitter. Kemudian neuron menyintesis neurotransmitter yangberukuran lebih kecil pada ujung-ujung akson dan menyintesis neurotransmitter yangberukuran lebih besar (peptida) pada badan sel. Selanjutnya neuron mentransportasineurotransmitter peptida kearah ujung-ujung akson (Neuron tidak mentransportasikanneurotransmitter yang berukuran kecil karena ujung-ujung akson adalah tempatpembuatannya). Potensial aksi berkonduksi disepanjang akson. Potensial aksi padaterminal postsinaptik meyebabkan ion kalsium dapat memasuki neuron. Ion kalsiummelepaskan neurotransmitter dari terminal postsinaptik kecelah sinaptik (rongga antara neuron prasinaptik dan neuron postsinaptik). Molekulneurotransmitter yang telah dilepaskan, berdifusi lalu melekat dengan reseptorsehinggamengubah aktifitas neuron postsinaptik. Selanjutnya, neurotrasmiter melepaskandiri dari reseptor. Neurotrasmitter dapat diubah menjadi zat kimia yang tidak aktif tergantung pada zat kimia penyusunnya. Molekul neurotransmitter dapat dibawa kembalike neuron prasimatik untuk didaur ulang atau dapat berdifusi dan hilang.pada beberapakasus, vesikel yang kosong akan di transportasi kembali kebadan sel. Meskipun belumada penelitian yang benar benar memberi jawaban, tetapi neuron postsinaptik mungkinmelepaskan pesan pesan umpan balik negatif yang akan memperlambat pelepasanneurotransmitter baru oleh neuron prasinaptik.2

Histologi CerebellumCortex cerebellum memiliki gambaran yang agak khas. Pemeriksaan mikroskopik memperlihatkan suatu lapisan molecular yang paling luar dan lapisan granular yang paling dalam. Lapisan molecular mengandung beberapa sel saraf dan pada sayatan melintang, terlihat gambaran punctata yang halus. Sel-selnya kecil dan tersusun dalam bagian luar dan bagian dalam. Sel-sel keranjang (basket cells) pada bagian dalam berjalan melewati lapisan molecular pada sebuah bidang tegak lurus terhadap sumbu panjang folium dan mengeluarkan banyak collateral dengan arborizasi di sekitar sel-sel purkinje. Sel-sel stellata serupa dengan sel-sel keranjang, tetapi letaknya superficial. Sel-sel purkinje membentuk sehelai lapisan sel-sel besar pada hubungan antara lapisan molecular dan granular. Serabut-serabut pemanjat (climbing fibers) merupakan serabut saraf afferent dari nuclei olivarius inferior yang berakhir pada lapisan molecular di dekat sel-sel purkinje. Lapisan granular mempunyai ciri khas dengan banyaknya sel-sel granula yang kecil. Setiap sel granula mengirimkan sebuah akson ke lapisan molecular, dimana akson ini bercabang membentuk huruf T yang kedua lengannya (serabut paralel)berjalan lurus serta memanjang, membuat hubungan synaptik dengan pohon-pohon dendrit sel purkinje.9,10

Gambar 6. Mikroskopis SerebellumSel-sel golgi dalam lapisan sel granula memprojeksikan dendrit-dendritnya ke dalam lapisan molecular, jadi menerima input dari serabut-serabut parallel sememntara tubuh sel golgi menerima input dari collateral serabut-serabut pemanjat dan sel-sel purkinje. Akson-aksonnya diroyeksikan ke dendrit sel-sel granula. Serabut-serabut mossy merupakan serabut afferent dari nuclei batang otak dan medulla spinalis dengan tambahan (appendages) yang mirip sejenis lumut (moss) dan berakhir secara profuse dalam lapisan granular. Serabut mossy berakhir pada dendrit sel-sel granula dengan hubungan sinaps yang rumit dan disebut glomeruli, yang juga menerima ujung serabut inhibisi dari sel-sel golgi.9,10Serabut-serabut pemanjat menimbulkan pengaruh eksitasi yang kuat pada sel-sel purkinje saja, sedangkan serabut mossy menerbitkan pengaruh eksitasi yang lemah pada banyak sel purkinje melalui sel-sel granula. Sel-sel keranjang dan sel-sel stellata dirangsang oleh serabut-serabut paralel sel granula dan menghambat implus dari sel purkinje. Sel-sel golgi dieksitasikan oleh colateral sel purkinje dan serabut-serabut paralel, serta menghambat transmissi dari mossy fibers ke sel-sel granula. Nuclei cerebellaris yang dalam mengalami inhibisi oleh sel-sel purkinje dan eksitasi oleh collateral dari serabut mossy, climbing fibers dan lintasan lainnya.9,10

Kesimpulan Berdasarkan skenario laki-laki 27 tahun akibat kecelakaan didapatkan pendarahan di batang otak dan cerebellum yang dapat mengganggu koordinasi fungsi dari kedua bagian ini dan kecelakaan tersebut dapat mencederai saraf kranial yang berada disekitarnya.

Daftar Pustaka1. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem; alih bahasa, Brahm U. Editor edisi bahasa Indonesia, Nella Yesdelita. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Alih bahasa, James Veldman; editor edisi bahasa indonesia, Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC; 2003.3. Patrick D. Medicine at a glance. Jakarta: Erlangga; 2005.4. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia; 2009.5. Paisak T. Unlimited potency of the brain. Edisi ke-1. Bandung: Penerbit Mizan; 2009. h. 33-4.6. Elearning Universitas Gunadarma. Modul anatomi sistem saraf. Diunduh dari http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/psikologi_faal/bab5_anatomi_sistem_saraf_perifer.pdf. 18 April 20147. Medicinesia. Mekanisme impuls saraf. Edisi 30 Mei 2010. Diunduh dari http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/neurosains/mekanisme-impuls-saraf/. 18 April 20148. Yang neuro9. Chusud JG. Neuroanatomi korelatif dan neurologi fungsional.Yogyakarta; 2006.h. 3-149.10. Geneser F. Atlas berwarna histologi.Jakarta: Binarupa Aksara; 2007.h.55-65.