pbl 28-felicia ananda

18
Penyakit Akibat Kerja Karena Getaran Mekanis Felicia Ananda Baeha Waruwu 102011410 F6 [email protected] Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Dahlia III No. 39 RT/RW 04/09, Bumi Cengkareng Permai, Jak-Bar Pendahuluan Ilmu kesehatan kerja termasuk ilmu yang masih baru dikembangkan sejak zaman Ramazzini pada abad ke-18. Ilmu kesehatan atau kedokteran kerja spesialisasi ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja bisa memperoleh derajat kesehatan sebaik-baiknya, baik fisik, mental, emosional, sosial. Kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya bertujuan untuk mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif saat bekerja, dan berada dalam keseimbangan yang mantap antara kapasitas kerja, beban kerja, dan keadaan lingkungan kerja, serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. WHO mengartikan sehat sebagai keadaan sejahtera, bukan hanya sekedar tidak ada penyakit, cacat, dan kelemahan. Kedokteran 1 | PBL 28- Penyakit Akibat Kerja Karena Getaran Mekanis

Upload: alexander-sebastian

Post on 30-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

vfd vddfv

TRANSCRIPT

Page 1: Pbl 28-Felicia Ananda

Penyakit Akibat Kerja Karena Getaran Mekanis

Felicia Ananda Baeha Waruwu

102011410

F6

[email protected]

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Dahlia III No. 39 RT/RW 04/09, Bumi Cengkareng Permai, Jak-Bar

Pendahuluan

Ilmu kesehatan kerja termasuk ilmu yang masih baru dikembangkan sejak zaman

Ramazzini pada abad ke-18. Ilmu kesehatan atau kedokteran kerja spesialisasi ilmu kesehatan

atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja bisa

memperoleh derajat kesehatan sebaik-baiknya, baik fisik, mental, emosional, sosial.

Kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya bertujuan untuk

mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif saat bekerja, dan berada dalam keseimbangan yang

mantap antara kapasitas kerja, beban kerja, dan keadaan lingkungan kerja, serta terlindung

dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. WHO mengartikan sehat

sebagai keadaan sejahtera, bukan hanya sekedar tidak ada penyakit, cacat, dan kelemahan.

Kedokteran kerja adalah kedokteran komunitas dan komunitas yang menjadi sasaran adalah

komunitas tenaga atau pekerja.1,2

Namun masalah-masalah kesehatan juga tetap bisa terjadi karena keteledoran para

pekerjanya. Alat pelindung diri yang tidak dipakai dengan baik, peraturan yang sudah dibuat

tapi tidak dilaksanakan baik, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kecelakaan atau

penyakit yang timbul karena pekerjaan. Salah satunya adalah penyakit yang timbul karena

getaran, baik dari peralatan atau dari kendaraan yang dipakai. Penyakit ini seringkali terjadi

pada pekerja yang setiap harinya menggunakan kendaraan bermotor dengan jarak-jarak yang

jauh (kurir, tukang ojek). Karena itu seharusnya para pekerja sudah diberikan perlindungan

diri dari getaran mekanis ini.

Skenario

Seorang laki-laki berusia 42 tahun datang ke klinik dengan keluhan kedua tangannya

kebas.

1 | P B L 2 8 - P e n y a k i t A k i b a t K e r j a K a r e n a G e t a r a n M e k a n i s

Page 2: Pbl 28-Felicia Ananda

Tinjauan Pustaka

Anamnesis

Pada tahun 1700-an, Bernardino Ramazzini, profesor doktor ilmu kedokteran di

Modena dan Padua, Italia, merekomendasikan bahwa dokter perlu menanyakan pekerjaan

pasien pada saat datang berobat. Sebelumnya hanya tiga pertanyaan yang dierkomendasikan

oleh Hippocrates, yaitu nama, alamat, dan usia pasien. Informasi yang didapat dari dari

pertanyaan rutin kepada pasien tentang pekerjaannya seringkali tidak cukup memadai dan

tidak lengkap. Alasan menanyakan hal ini pada pasien adalah untuk mengkaji seberapa jauh

penyakit disebabkan atau berhubungan melalui beberapa cara dengan pekerjaan pasien.

Selain itu dengan ditanyakan status pekerjaannya atau berhubungan dengan pasien yang baru

saja kembali bekerja juga harus didasarkan pada pertimbangan (1) efek jangka panjang

penyakit tersebut; (2) sifat pekerjaan saat pasien kembali bekerja ; (3) apakah kembali

bekerjanya pasien menyebabkan kambuhnya atau memperberat penyakit ; (4) dan apakah

kembali bekerja menyebabkan kerugian atau mengganggu kesehatan teman sekerja atau

masyarakat umum. Contoh bila pasien diperiksa untuk anemia yang disebabkan oleh karena

pajanan timah, asma akibat jerja, dermatitis akibat kerja, kelainan muskuloskeletal karena

faktor ergonomis yang buruk, maka jelas kalau pasien kembali bekerja pada tempat yang

sama harus dilakukan pencegahan terhadap kambuhnya penyakit.1

Beberapa keadaan lain, dapat memperberat PAK pada pekerja yang kembali bekerja.

Misalnya pada pekerja yang memiliki infark miokard tidak mungkin kembali ke tempat kerja

yang membutuhkan tenaga fisik atau pekerjaan penuh tekanan. Selain itu seorang pekerja

yang kembali bekerja juga dapat memberi dampak pada teman kerja atau masyarakat

sekeliling, seperti misalnya pada pekerja yang menderita TBC atau HIV. Terakhir,

menanyakan pasien tentang pekerjaannya akan memberi petunjuk yang baik tentang taraf

pendidikan dan sosial-ekonominya agar informasi yang cukup berharga untuk disampaikan

dapat disampaikan dengan baik dan dimengerti pasien. Seorang dokter juga harus

menanyakan mengenai pekerjaan terakhir pasien, jika pasiennya adalah seorang yang sudah

pensiun atau berpindah pekerjaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh mengenai

riwayat penyakit pasien yang mungkin berhubungan dengan pekerjaan sebelumnya.1

Jenis pekerjaan pasien juga harus ditanyakan dengan detail, karena terkadang pasien

malu untuk mengatakan tentang pekerjaannya. Selanjutnya harus ditanyakan juga mengenai

sifat bahaya pekerjaannya. Bahaya yang tidak terduga lainnya dalam menanyakan riwayat

pekerjaan, yaitu pasien mungkin memiliki lebih dari satu pekerjaan. Dengan demikian, pasien

2 | P B L 2 8 - P e n y a k i t A k i b a t K e r j a K a r e n a G e t a r a n M e k a n i s

Page 3: Pbl 28-Felicia Ananda

seringkali hanya menyebutkan pekerjaan yang dianggapnya sebagai pekerjaan utama dan

tidak memberi informasi mengenai pekerjaannya yang lain. Oleh karena itu, tepat bila pasien

ditanya apakah memiliki pekerjaan lain. Komponen riwayat pekerjaan termasuk deskripsi

pekerjaannya dan sifat pekerjaannya, jumlah jam kerja atau giliran jam kerja, tipe bahaya,

pekerjaan sebelumnya, pekerjaan lain, pajanan dalam rumah tangga, hobi, dan apa pekerja

lain menderita keluhan yang sama. Riwayat pekerjaan harus ditanyakan secara detail.

Tambahan informasi lain yang harus ditanyakan adalah kebiasaan merokok, keluhan pekerja

lain yang sama, hubungan waktu antara pekerjaan dan timbulnya gejala, derajat pajanan,

pemakaian APD, dan metode pengolahan bahan.1

Hasil anamnesis :

Nama : Bapak X

Umur : 42 tahun

Tempat tinggal : -

Pekerjaan : Distribusi obat dari pabrik Y ke apotek-apotek

RPS : Keluhan kebas pada kedua tangan yang dirasa sejak 3 bulan lalu, makin terasa berat

saat bekerja, dan berkurang saat tidak bekerja dan mengibaskan tangan.

RPD : -

RPK : -

Lama Pekerjaan : 12 tahun

Durasi Pekerjaan : 8 jam/hari, 5 hari/minggu

Jenis kendaraan : motor produksi tahun 2000, tidak menggunakan APD saat bekerja

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

terlebih dahulu. Setelah itu bisa dilakukan pemeriksaan dengan tes sensitivitas. Pemeriksaan

yang biasa dilakukan adalah sensasi posisi, vibrasi, raba dan tekanan, dan suhu dan nyeri.

Pemeriksaan sensasi posisi (proprioseptif) diperiksa dengan menetukan kemampuan pasien

untuk mendeteksi gerakan pasif jari-jari ke atas atau ke bawah saat mata ditutup. Caranya

adalah pegang ibu jari kaki pasien pada kedua sisinya dengan menggunakan ibu jari dan

telunjuk pemeriksa. Gerakkan ibu jari kaki nya menjauhi jari kaki yang lain untuk

menghindari gesekan. Demonstrasikan gerakan naik turun setelah pasien menutup mata nya

dan minta kepadanya untuk menyebutkan apakah gerakan tersebut naik atau turun. Sensasi

vibrasi/getaran dilakukan dengan menggunakan garpu tala 128 Hz. Pertama kali harus

dikonfirmasi kemampuan pasien untuk mendeteksi getaran dengan menempelkan dasar garpu

3 | P B L 2 8 - P e n y a k i t A k i b a t K e r j a K a r e n a G e t a r a n M e k a n i s

Page 4: Pbl 28-Felicia Ananda

tala di sternum. Sensasi yang sama juga harus dicoba pada bagian anggota gerak lain.

Caranya : ketukkan garpu tala pada telapak tangan pemeriksa dan letakkan dengan erat pada

artikulasio interfalangeal distal jari tangan pasien kemudian di artikulasio interphalangeal ibu

jari kakinya. Jika pasien tidak bisa mendeteksi getaran pada jari tangan dan kaki, makan

harus diperiksa tonjolan tulang yang lebih proksimal, misalnya maleolus di pergelangan kaki

dan dan processus styloideus ulna. Agar hasil pemeriksaan objektif, minta pasien untuk

menutup matanya. Tanyakan apa yang dirasakan pasien.3

Sensasi kutaneus meliputi kemampuan mendeteksi raba halus dengan kapas, rangsang

nyeri menggunakan jarum, suhu menggunakan silinder logam yang diisi dengan air panas

atau dingin. Ketika melakukan pemeriksaan ini bandingkan daerah distal extremitas dengan

daerah proksimalnya. Pada neuropati diabetic akan terlihat penurunan atau hilang nya sensasi

getaran dan nyeri. Pada perjalanan klinik secara progresif dapat terjadi paresis simetris yang

mulai pada otot kedua kaki yang kemudian secara progresif menuju ke atas yaitu paresis otot

tungkai, badan, tangan, lengan,dst.3

Capillary refill time adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah kuku untuk

memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi). Tes dilakukan dengan

memegang tangan pasien lebih tinggi dari jantung (mencegah refluks vena), lalu tekan lembut

kuku jari tangan atau jari kaki sampai putih, kemudian dilepaskan. Catat waktu yang

dibutuhkan untuk warna kuku kembali normal setelah tekanan dilepaskan. Jika aliran darah

balik ke kuku, warna kuku akan kembali merah dalam waktu kurang dari dua detik. CRT

memanjang (> 2 detik) terjadi pada keadaan dehidrasi, syok, peripheral vascular disease, dan

hipotermia. Grififin score dilakukan dengan menghitung total nilai dari rasa kesemutan yang

muncul pada ruas-ruas jari tangan. Jari tangan 2-5 setiap ruas bernilai 1,2,3 dan untuk jari 1

bernilai 4,5 pada setiap ruasnya.4 Hasil dari pemeriksaan fisik pasien adalah TTV dalam batas

normal, status lokalis dalam batas normal, Griffin score 6, dan pemeriksaan penunjang lain

dalam batas normal.

Hal yang selanjutnya dilakukan adalah pemeriksaan kondisi tempat kerja pasien jika

memungkinkan). Pemeriksaan bertujuan untuk mengevaluasi tempat kerja terhadap

kemungkinan bahaya kerja secara sistematis dan lengkap. Evaluasi seperti itu dibutuhkan

untuk menghindarkan pekerja dan karyawan lainnya dalam suatu lingkungan kerja

mengalami bahaya. Hal ini bisa dilakukan juga jika memang ada permintaan untuk dilakukan

pemeriksaan kawasan kerja agar dapat menemukan kemungkinan timbulnya masalah pada

4 | P B L 2 8 - P e n y a k i t A k i b a t K e r j a K a r e n a G e t a r a n M e k a n i s

Page 5: Pbl 28-Felicia Ananda

bidang tertentu dan merekomendasikan cara pencegahan yang tepat untuk mengurangi

gangguan kesehatan kerja.1

Pengertian Getaran

Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik

dari kedudukan keseimbangan (KEP-51/MEN/1999). Getaran terjadi saat mesin atau alat

dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis (Sugeng Budiono). Vibrasi

adalah getaran yang dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis, misalnya

mesin atau alat-alat mekanis (J.F. Gabriel). Getaran merupakan efek dari suatu sumber yang

mempunyai satuan Hertz (Depkes). Getaran (vibrasi) adalah suatu faktor fisik yang menjalar

ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai ke seluruh tubuh turut bergetar (osilasi)akibat

getaran peralatan mekanis yang dipergunakan dalam tempat kerja (Emil Salim).5

Jenis Getaran

a. Getaran seluruh tubuh2,5,6

Getaran yang terjadi pada tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk atau sedang

berdiri dimana landasannya menimbulkan getaran. Biasanya frekuensi getaran adalah 5-

20 Hz. Getaran seperti ini biasanya dialami oleh pengemudi kendaraan, seperti traktor,

bus, helikopter, atau bahkan kapal. Kekuatan getaran mekanis yang disalurkan ke badan

tergantung kepada sifat bantalan duduk atua injakkan kaki yaitu peredam yang

menurunkan kekuatan getaran atau ikut bergetar sehingga menambah kekuatan getaran.

Bahan peredam yang baik adalah bantala tempat duduk atau injakkan kaki yang berisikan

kapuk atau busa. Material yang menambah kekuatan getaran adalah logam atau benda

padat lainnya yang frekuensinya sama atau serupa dengan sumber getaran mekanis yang

bersangkutan.

Gangguan melakukan pekerjaan oleh karena getaran mekanis adalah akibat

gangguan menggerakkan tangan dan menurunnya ketepatan dan ketajaman penglihatan.

Cara mengatasinya adalah mengurangi sampai sesedikit mungkin terjadinya getaran pada

tangan dan kaki yaitu dengan memakai peredam getaran. Bertambahnya tonus otot yang

dikarenakan getaran mekanis dengan frekuensi <20 Hz menjadi penyebab kelelahan.

Kontraksi statis oleh bertambahnya tonus otot akan mengakibatkan penimbunan asam

laktat dalam jaringan tubuh dengan akibat bertambah panjangnya waktu reaksi otot dan

saraf. Rasa tidak nyaman yang timbul karena getaran mekanis menjadi sebab kurangnya

fokus perhatian.

5 | P B L 2 8 - P e n y a k i t A k i b a t K e r j a K a r e n a G e t a r a n M e k a n i s

Page 6: Pbl 28-Felicia Ananda

Batas toleransi yang dianjurkan ISO/TC 108/WGI untuk berbagai jenis intensitas

getaran mekanis. Dalam fisika diketahui bahwa menjalarnya suatu getaran dapat

dihambat dengan meletakkan peredam dibawah benda yang bergetar. Maka dari itu,

frekuensi peredam sebaiknya sekitar 1 Hz. Peredam diletakan pada tempat duduk dan alas

kaki pekerja. Pajanan jangka pendek dapat terjadi :

- Nyeri dada dan sakit perut akibat goyangan organ di dalam rongga dada dan perut.

- Sakit kepala, mual, dan gangguan keseimbangan akibat goyangan kepala.

- Penglihatan kabur, otot berkontraksi spontan, sehingga tidak dapat mengerjakan

pekerjaan yang perlu ketelitian.

- Napas pendek.

- Gangguan bicara.

Pada pajanan jangka panjang dapat timbul :

- Gesekan tulang dan sendi yang dapat mengakibatkan fraktur dan inflamasi sendi.

- Spondilositosis, perubahan degeneratif medula spinalis, skoliosis lumbalis, cedera

diskus intervertebralis, dan HNP.

- Gangguan pada jantung, varises, varikokel, dan trombus akibat terhambatnya darah

kembali ke jantung.

b. Getaran lengan tangan (hand arms vibartion syndrom / HAVS) 2,5

Getaran yang merambat melalui tangan akibat pemakaian peralatan yang bergetar ,

frekuensi berkisar antara 20-500 Hz. Frekuensi yang berbahaya adalah 128 Hz, karena

tubuh manusia sangat peka pada frekuensi ini. Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS)

adalah gangguan kesehatan akibat kerja karena penggunaan alat bantu genggam yang

menimbulkan vibrasi dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena vibrasi dari peralatan

ini hanya ditransmisikan ke tangan dan lengan maka disebut dengan istilah vibrasi

segmental. Vibrasi ini harus dibedakan dari vibrasi yang ditransmisikan pada seluruh

tubuh yang disebut dengan wholebody vibration, akibat dari vibrasi yang ditransmisikan

pada individu yang duduk atau bekerja dalam mesin/kendaraan yang bergerak dan

menimbulkan vibrasi pada seluruh tubuhnya. Biasanya pekerja yang sering mengalami

HAVS adalah pekerja perkebunan, manufaktur, kehutanan, konstruksi dan pertambangan,

yang secara terus-menerus menggunakan mesin atau peralatan bergetar. Dalam

pertambangan alat demikian adalah tukul yang secara mekanis akan dipukul oleh alat

penegbor, yang di negara maju sudah diganti dengan mesin. Pabrik baja dan pengecoran

logam yang menggunakan gerindra. Pekerja khutanana yang memakai gergaji mesin.

6 | P B L 2 8 - P e n y a k i t A k i b a t K e r j a K a r e n a G e t a r a n M e k a n i s

Page 7: Pbl 28-Felicia Ananda

Gejala yang seringkali muncul adalah :

a. Kelainan pada vaskular - efek pemucatan pada episodik buku jari ujung yang

bertambah parah pada suhu dingin.

b. Efek neurologik - buku jari mengalami kesemutan dan baal.

c. Kerusakan pada persendian dan tulang.

Fenomena Raynaud (VWF) merupakan gejala yang khas pada penderita HAVS, yaitu :

- Keadaan pucat atau biru yang terjadi berulang pada tangan, dengan mulai tampak

pada saat pekerja berada dilingkungan kerja dengan suhu dingin. Tanpa adanya klinis

penyumbatan pembuluh darah tepi serta kelainan gizi dan bila kelainan itu ada, hanya

terbatas pada kulit saja. Mulanya hanya terasa pada sebelah tangan, namun kemudian

meluas kekedua tangan secara asimetris dan gejala semakin parah. Gejala datang dan

hilang dengan durasi dari beberapa menit sampai beberapa jam. Rasa nyeri juga

mempunyai tingkatan berbeda, kehilangan daya pegang, dan menurunnya kemmapuan

mengendalikan otot. Biasanya akan timbul pada frekuensi 30-40 Hz. Otot yang

menjadi lemah biasanya abduktor jari kelingking, otot interosa (antar tulang), dan

fleksor jari-jari. Gejala hilang saat peredaran kembali normal yang dapat dilakukan

dengan melakukan pemanasan tangan dalam air hangat/panas, pemijatan, meniupkan

udara panas ke tangan, dan menggerak-gerakkan tangan secara berputar.

- Baal/mati rasa.

- Kesemutan pada ujung jari (setelah terpapar dingin atau vibrasi).

Mekanismenya masih belum diketahui sepenuhnya, walaupun ditemukan

pengerutan pada pembuluh darah. Hal ini mungkin terjadi karena rangsangan kepada

reseptor pada dinding nadi. Selain itu, mungkin getaran mempengaruhi susunan saraf

otonom tangan. Fenomena ini tidak akan timbul pada getaran < 35 Hz.

Kelainan persendian dan tulang disebabkan oleh getaran yang timbul dan

merangsang susunan tulang. Gejala subyektifnya adalah rasa nyeri dan keterbatasan

gerak pada sendi. Namun sendi bahu jarang terganggu dibandingkan dengan sendi

pergelangan tangan dan siku.

Tabel 1. Skala klasifikasi stockholm untuk gejala vaskuler 5

Tabel 1. Skala klasifikasi stockholm untuk gejala sensorineural 5

7 | P B L 2 8 - P e n y a k i t A k i b a t K e r j a K a r e n a G e t a r a n M e k a n i s

Page 8: Pbl 28-Felicia Ananda

Diagnosis Banding

a. Neuropati perifer

Suatu gangguan saraf perifer, motorik, sensorik, atau campuran yang biasanya

simetris dan lebih banyak mengenai bagian distal dibanding proksimal. Umumnya

ditimbulkan oleh karena diabetes mellitus, neuropati karsinomatosa, defisiensi

vitamin B, khususnya pada konsumsi alkohol berlebihan, obat-obatan atau bahan

kimia. Pada neuropati diabetikum gejala yang timbul adalah gejala baal, parestesia,

dan kadang nyeri pada kaki berhubungan dengan hilangnya sensasi getar dan posisi.

Yang khas adalah hilangnya refleks pergelangan kaki. Pasien yang alkoholik datang

dengan baal dan parestesia, nyeri dan sakit pada kaki juga bisa dirasakan karena

vitamin B1 mengalami defisiensi. Defisiensi vitamin B12 berhubungan dengan

anemia megaloblastik dan degenerasi medulla spinalis. Obat yang bisa menimbulkan

neuropati perifer adalah obat untuk TBC yaitu INH karena menyebabkan defisiensi

dari vitamin B6.7

b. Carpal Turner Syndrome

HAVS perlu dibedakan dengan CTS yaitu gangguan pada tangan yang

disebabkan oleh kerusakan nervus medianus akibat adanya penghambatan jalannya

nervus medianus di terowongan karpal. Gejala yang timbul hampir sama yaitu baal

dan kesemutan. Bila pekerja telah lama bekerja pada pekerjaan yang memakai alat

bergetar , maka pikirkan HAVS terlebih dahulu. Diagnosis yang tepat sangat penting

karena berkaitan dengan tindakan pembedahan yang tidak selalu bermanfaat jika

pajanan terhadap getaran tangan dan lengan merupakan faktor yang berperan terhadap

kelainan tersebut.8

Epidemiologi

Terdapat 1 dari 10 pekerja yang bekerja dengan alat yang bergetar tersebut mederita

HAVS. Menurut Industrial Injuries Schemes (IIS) pada tahun 2003/2004 terdapat 1015 kasus

baru VWF (Vibration White Finger) (1010 pria dan 5 wanita). Jumlah ini sudah menurun

dibandingkan pada tahun 2003/2004 sebanyak 1775 kasus (1765 pria dan 10 wanita). HAVS

8 | P B L 2 8 - P e n y a k i t A k i b a t K e r j a K a r e n a G e t a r a n M e k a n i s

Page 9: Pbl 28-Felicia Ananda

sudah dikenal sebagai penyakit akibat kerja oleh ILO (International Labour Office) dan the

European Commision. Lawson dan McGeoch mereview proses penilaian kesehatan para

pekerja dan melaporkan bahwa > 100.000 mantan pekerja tambang batubara di Ingris

menuntut kompensasi akibat HAVS.8

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penderita HAVS perlu dilakukan secara menyeluruh dengan

melibatkan berbagai ahli yang terkait, meliputi :8

a. Physiobalneotherapy (terapi olahraga, olahraga dalam kolam dan fisioterapi). Terapi

ini melibatkan seluruh tubuh dan dapat memberikan perbaikan sirkulasi, nervous, dan

gangguan motorik karena kurangnya aliran darah ke daerah yang mengalami

gangguan. Dalam physiobalneotherapy, latihan terapi dan latihan di kolam renang

(temperatur air 38-40°C) dianjurkan untuk setiap pasien. Dalam kasus ini, pasien bisa

mencoba menggerakkan tangannya di air hangat dengan temperatur yang telah

disebutkan.

b. Pemberian obat (vasodilator, stabilisasi otonomik, calcium channel blocker,

pentoxyphiloine).

c. Terapi bloking saraf.

d. Terapi bedah untuk paralisa atau paresis nervus ulnaris.

e. Pendidikan pada pasien baha efek pemuliha lama dan untuk menghindari faktor yang

menimbulkan gejala.

Prognosis

Baik jika dapat segera ditangani dan pasien tahu cara untuk penanganan awal saat

gejala terasa.

Pencegahan

Ada empat hal utama yang harus dilakukan adalah :8

a. Modifikasi kerja untuk mengurangi paparan dengan cara mendesain ulang peralatan

yang menimbulkan getaran untuk meminimalisasi pajanan pada tangan dan lengan.

Bila pendesainan ulang tidak memungkinkan, maka perlu dicari cara lain untuk

mengurangi pajanan itu. pemeriksaan alat secara berkala untuk menjaga efek getaran

agar tetap minimum. Pembuatan waktu istirahat untuk bekerja agar paparan tidak

terus-menerus, kurang lebih 10 menit.

b. Evaluasi kesehatan dilakukan pada masa prakerja dan diperiksa oleh dokter yang

paham betul mengenai HAVS. Pekerja dengan riwayat sirkulasi darah yang abnormal

9 | P B L 2 8 - P e n y a k i t A k i b a t K e r j a K a r e n a G e t a r a n M e k a n i s

Page 10: Pbl 28-Felicia Ananda

dan pekerja dengan Raynaud’s syndrome tidak boleh bekerja dengan alat-alat yang

bergetar. Begitu juga dengan pekerja yang sedang terkena HAVS atau riwayat HAVS

sebelumnya. Bila pekerja kemudian menderita gejala kesemutan dan baal, jari-jari

kadang menjadi putih atau biru, nyeri terutama ketika dingin, harus segera diperiksa

dokter untuk memastikan CTS atau HAVS.

c. Cara kerja sehari-hari dengan menggunakan APD seperti satung tangan hangat

dengan multi lapisan. Bila memungkinkan bisa memakai sarung tangan anti getaran.

Sebelum bekerja, tangan pekerja perlu dihangatkan untuk menjaga aliran darah agar

tetap lancar. Agar tetap hangat saat dipakai, sarung tangan disimpan dalam lemari

penghangat atau dekat radiator. Hindari tangan dingin saat memakai alat-alat bergetar.

Diusahakan memegang alat yang bergetar dengan tenaga ringan.

d. Pendidikan bagi pekerja dengan memberi pelatihan tentang hazard getaran dan

diajarkan bagaimana meminimalisasi efek getaran tersebut. Gejala-gejala awal HAVS

sehingga mereka dengan segera mencari pengobatan agar terhindar dari gejala yang

lebih parah. Pekerja yang merokok lebih rentan terkena HAVS, karena tembakau

dapat mempengaruhi aliran darah.

Penutup

Vibrasi adalah salah satu sumber pajanan fisik yang bisa menimbulkan PAK. Penyakit

yang seringkali timbul adalah HAVS (hands-arm syndromes). HAVS akan menimbulkan

gejala yang hampir sama seperti VWF/Raynaud’s syndromes. Gejala yang timbul adalah rasa

baal, nyeri, kulit putih dan biru. Untuk penatalaksanaan bisa dilakukan pemberian obat-obat,

fisioterapi, dan bedah (pilihan terakhir). Selain itu, perusahaan juga seharusnya melakukan

pencegahan terhadap HAVS dengan melakukan modifikasi alat, pendidikan pada pekerja,

evaluasi kesehatan, dan cara bekerja sehari-hari agar HAVS bisa terhindari. Gaya hidup sehat

seperti tidak merokok juga dapat mencegah HAVS.

Daftar Pustaka

1. Suryadi, Sihombing RNE, Widyastuti P. Pekerjaan dan kesehatan. Dalam Buku Ajar

Praktik Kedokteran Kerja. Diterjemahkan dari Textbook of Occupational Medicine

Practice. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2009.h.1-28.

2. Suma’mur PK. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes). Edisi ke-2. Jakarta :

CV Sagung Seto ; 2013.

3. Ginsberg L. Sensasi. Dalam Lecture Notes Neurologi. Edisi ke-8. Diterjemahkan dari

Lecture Notes : Neurology. 8th ed. Jakarta : Penerbit Erlangga ; 2005.h.51-4.

10 | P B L 2 8 - P e n y a k i t A k i b a t K e r j a K a r e n a G e t a r a n M e k a n i s

Page 11: Pbl 28-Felicia Ananda

4. Dugdale, David C. Capillary nail test. Diunduh dari

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003394.htm ; 19 Oktober 2014.

5. Bab II Tinjaun Pustaka. Diunduh dari

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3kesmaspdf/207313015/bab2.pdf ; 19 Oktober 2014.

6. Harrianto R. Bahaya kerja fisik. Dalam Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC ; 2009.

7. Rubeinstein D, Wayne D, Bradley J. Neurologi. Dalam Lecture Notes Kedokteran Klinis.

Edisi ke-6. Diterjemahkan dari Lecture Notes on Clinical Medicine. 6th ed. Jakarta :

Penerbit Erlangga ; 2007.h.91-139.

8. Samara D. Diagnosis dan penatalaksanaan hand arm vibration syndrome pada pekerja

pengguna alat yang bergetar. Universa Medicina 2012 ; 25 (3).

11 | P B L 2 8 - P e n y a k i t A k i b a t K e r j a K a r e n a G e t a r a n M e k a n i s