pbl 23 katarak

37
MAKALAH PRIBADI BLOK 23 SISTEM PENGINDRAAN (SPECIAL SENSE) NAMA : RICHESIO SAPATA NIM : 102007132 KELOMPOK B6 FAKULTAS KEDOKTERAN 1

Upload: richesio-sapata-tomokumoro

Post on 02-Jul-2015

550 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: pbl 23 katarak

MAKALAH PRIBADI

BLOK 23

SISTEM PENGINDRAAN

(SPECIAL SENSE)

NAMA : RICHESIO SAPATA

NIM : 102007132

KELOMPOK B6

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

JAKARTA

2011

1

Page 2: pbl 23 katarak

Bab I

Pendahuluan

Saat ini, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia

dimana hampir setengah dari 45 juta orang mengalami kebutaan dan

hampir 90% berasal dari daerah Asia dan Afrika. Sementara itu, sepertiga

dari seluruh kasus kebutaan terjadi di daerah Asia Tenggara dan

diperkirakan setiap menitnya 12 orang mengalami kebutaan di dunia dan

4 orang diantaranya berasal dari Asia Tengara.

Katarak juga merupakan penyebab utama hilangnya penglihatan di

Indonesia. Katarak memiliki derajat kepadatan yang bervariasi dan dapat

disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan.

Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, namun dapat

juga merupakan kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal

menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan

katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Selain

itu, katarak dapat berhubungan dengan proses penyakit intraokular

lainnya.

Saat ini, seluruh dunia sedang menghadapi krisis katarak dimana

jumlah kebutaan akibat katarak mengalami peningkatan. Hal ini

disebabkan karena semakin tingginya usia harapan hidup sehingga

diperkirakan untuk mengeliminasi kebutaan akibat katarak dibutuhkan

lebih dari 30 juta operasi katarak hingga tahun 2020.

2

Page 3: pbl 23 katarak

Bab II

Isi

A. Anamnesis

• Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak)

• Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah

• Gambaran umum gejala katarak yang lain,seperti:

Pandangan kabur

Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif

atau berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan

pin-hole.

Penglihatan silau

Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana

tigkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun

dengan latar belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau merasa

silau terhadap lampu mobil yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang

mirip pada malam hari. Keluhan ini sering kali muncul pada penderita katarak

kortikal.

Sensitifitas terhadap kontras

Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam

mengetahui perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna,

penerangan dan tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai optik

3

Page 4: pbl 23 katarak

dan uji ini diketahui lebih bagus daripada menggunakan bagan Snellen untuk

mengetahui kepastuian fungsi penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator

spesifik hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak.

Miopisasi

Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri

lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang.

Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena

pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan

dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan

diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang

asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat

dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.

Variasi Diurnal Penglihatan

Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan

menurun pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari,

sebaliknya paenderita katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan

pengelihatan lebih baik pada sinar terang dibanding pada sinar redup.

Distorsi

Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi

tampak tumpul atau bergelombang.

Halo

Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat

disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada

penderita glaucoma.

Diplopia monokuler

4

Page 5: pbl 23 katarak

Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari

lensa yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan

diplopia binocular dengan cover test dan pin hole.

Perubahan persepsi warna

Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan

perubahan persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau

kecoklatan dibanding warna sebenarnya.

Bintik hitam

Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-

gerak pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan

vitreous yang sering bergerak-gerak.

5

Page 6: pbl 23 katarak

B. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Fisik

o Penurunan ketajaman penglihatan

Katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan

ketajaman penglihatan, baik untuk melihat jauh maupun dekat. Ketajaman

penglihatan dekat lebih sering menurun jika dibandingkan dengan

ketajaman pengihatan jauh, hal ini mungkin disebabkan adanya daya

konstriksi pupil yang kuat.

Peneglihatan menurun tergantung pada derajat katarak. Katarak

imatur dari sekitar 6/9-1/60; pada katarak matur hanya 1/300-1/~.

o Miopisasi

Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan

dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga

sedang. Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan

berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah

sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman

ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik

nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa

menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan

cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.

b. Pemeriksaan Penunjang

• B-scan - jika pole posterior tidak dapat terlihat.

• A-scan - sebelum ekstraksi katarak

• CT scan orbita - adanya fraktur, benda asing, atau kelainan lain.

• Slit Lamp - Alat ini boleh di bilang senjata utama dokter mata, karena

dengan slit lamp ini kondisi kornea mata dari depan sampai

6

Page 7: pbl 23 katarak

denganberbagai  arah bisa dilihat dan diagnosa, sehingga memudahkan

dokter mengambil keputusan.

• Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan

kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,

penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina. 

• Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis,

glukoma. 

• Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg) 

• Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup

glukoma. 

• Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma 

• Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,

• papiledema, perdarahan. 

• Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi. 

• EKG, kolesterol serum, lipid 

• Tes toleransi glukosa : kotrol DM 

C. Diagnose

a. Diagnose Kerja

Gejala pada katarak senilis berupa distorsi penglihatan dan penglihatan yang

semakin kabur. Pada stadium insipien, pembentukan katarak penderita mengeluh

penglihatan jauh yang kabur dan penglihatan dekat mungkin sedikit membaik,

sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kacamata (“second sight”).

Terjadinya miopia ini disebabkan oleh peningkatan indeks refraksi lensa pada

stadium insipient.11 Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pemeriksa

awam sampai menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan

kebutaan. Katarak pada stadium dini, dapat diketahui melalui pupil yang dilatasi

maksimum dengan oftalmoskop, kaca pembesar atau slit lamp. Fundus okuli

menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa,

hingga reaksi fundus hilang. Derajat klinis pembentukan katarak dinilai terutama

dengan uji ketajaman penglihatan Snellen.

b. Diagnosa Banding

7

Page 8: pbl 23 katarak

• Glaukoma Kronis : Tekanan intra okuler meningkat secara perlahan-lahan,

sehingga serabut saraf mati perlahan dan pasien akan buta perlahan.

• Presbiopi : Rabun jauh dekat yang terjadi karena faktor usia.

• Katarak komplikata : merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti

radang, dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa,

glaucoma, tumor intraocular, iskemia ocular, nekrosis anterior segmen,

buftalmos,akibat suatu trauma dan pasca bedah mata.

• Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di

lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Sebagian besar katarak

traumatik dapat dicegah.

D. Etiologi

Penyebab dari katarak akibat dari proses degenerative (penuaan) dan pada kasus-kasus

yang ditemukan biasanya bersifat familial, jadi sangat penting untuk mengetahui riwayat

keluarga pasien secara detil

E. Epidemiologi

Katarak merupakan penyebab kebutaan di dunia saat ini yaitu setengah dari 45 juta

kebutaan yang ada. 90% dari penderita katarak berada di negara berkembang seperti

Indonesia, India dan lainnya. Katarak juga merupakan penyebab utama kebutaan di

Indonesia, yaitu 50% dari seluruh kasus yang berhubungan dengan penglihatan.

Survei tahun 1982 menunjukkan angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,2% dari seluruh

populasi dan 0,76% disebabkan oleh katarak. Sedangkan pada survei tahun 1994-1997

yang diadakan oleh Departemen Kesehatan bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter

Spesialis Mata Indonesia menunjukkan adanya peningkatan angka kebutaan yaitu

mencapai 1,47% dan 1,02% diakibatkan oleh katarak.

8

Page 9: pbl 23 katarak

Katarak senilis merupakan bentuk katarak yang paling sering ditemukan. 90% dari

seluruh kasus katarak adalah katarak senilis. Sekitar 5 % dari golongan usia 70 tahun dan

10% dari golongan usia 80 tahun harus menjalani operasi katarak.

F. Patofisiologi

Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya diketahui. Diduga

adanya interaksi antara berbagai proses fisiologis berperan dalam terjadinya katarak

senilis dan belum sepenuhnya diketahui.

Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan menjadi tuanya

seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan

menjadi padat di bagian tengahnya, sehingga kemampuan fokus untuk melihat benda

dekat berkurang. Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada

lensa’ yang mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan mengeras (sklerosis nuklear). Pada

saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu terbentukanya protein dengan berat molekul

yang tinggi dan mengakibatkan perubahan indeks refraksi lensa sehingga memantulkan

sinar masuk dan mengurangi transparansi lensa. Perubahan kimia ini juga diikut dengan

pembentukan pigmen pada nuklear lensa.

Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia lensa

mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses

ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan kabur/buram) pada seseorang.

Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil berwarna putih dan

abu-abu./ Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti

korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin

padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi fundus bisa hilang sama sekali.

Miopia tinggi, merokok, konsumsi alkohol dan paparan sinar UV yang tinggi menjadi

faktor risiko perembangan katarak sinilis.

9

Page 10: pbl 23 katarak

G. Manifestasi klinik

Berdasarkan morfologinya katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Katarak Nuklear

Pada katarak Nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan

menjadikan nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak.

Katarak yang lokasinya terletak pada bagian tengah lensa atau

nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis),

berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat.

Progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang

paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada

10

Page 11: pbl 23 katarak

pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca

dapat menjadi lebih baik.

2. Katarak Kortikal

Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta

komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak menyerang lapisan yang

mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun

dan progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat dibandingkan katarak nuklear.

Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji. Keluhan

yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa

silau.

3. Katarak Subkapsular Posterior

Pada katarak subkapsular posterior terjadi peningkatan opasitas pada bagian

lensa belakang secara perlahan. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan

progresivitasnya lebih cepat. Bentuk ini lebih sering menyerang orang dengan

diabetes, obesitas atau pemakaian steroid jangka panjang. Katarak ini menyebabkan

kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang.

Katarak senil secara klinik dibedakan dalam 4 stadium yaitu:

1. Katarak Insipien

Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak

yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.

Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada

awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan

poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian

lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama.

11

Page 12: pbl 23 katarak

2. Katarak Imatur

Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai

seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.

Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa

yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan

hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal

sehingga terjadi glaukoma sekunder.

Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka akan terlihat bayangn iris

pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).

3. Katarak Matur

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi

yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi

melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan

berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang

keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.

4. Katarak Hipermatur

merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang

mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi

mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul

yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka

korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di

korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris

memberikan gambaran pseudopositif. Cairan / protein lensa yang keluar dari lensa

tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai

benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran

12

Page 13: pbl 23 katarak

melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan / protein

lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata

H. Komplikasi

Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena proses

fakolitik, fakotopik, fakotoksik.

Fakolitik

- Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar

yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul

lensa.

- Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan

bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi

substansi lensa tersebut.

- Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul

glaukoma.

Fakotopik

- Berdasarkan posisi lensa

- Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera okuli

anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar

sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan

meningkat dan timbul glaucoma

Fakotoksik

13

Page 14: pbl 23 katarak

- Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata

sendiri (auto toksik)

- Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian akan

menjadi glaucoma

I. Penatalaksanaan

Operasi

Katarak senilis penanganannya harus dilakukan pembedahan atau operasi. Tindakan

bedah ini dilakukan bila telah ada indikasi bedah pada katarak senil, seperti katarak telah

mengganggu pekerjaan sehari-hari walapun katarak belum matur, katarak matur, karena

apabila telah menjadi hipermatur akan menimbulkan penyulit (uveitis atau glaukoma) dan

katarak telah telah menimbulkan penyulit seperti katarak intumesen yang menimbulkan

glaukoma.

Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:

1. Indikasi Optik

Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam

penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari, maka operasi

katarak bisa dilakukan.

2. Indikasi Medis

Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan

jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:

- Katarak hipermatur

- Glaukoma sekunder

- Uveitis sekunder

- Dislokasi/Subluksasio lensa

14

Page 15: pbl 23 katarak

- Benda asing intra-lentikuler

- Retinopati diabetika

- Ablasio retina

3. Indikasi Kosmetik

Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus optikus,

namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya pada pasien

muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak hitam

meskipun pengelihatan tidak akan kembali.

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:

- ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)

- ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) yang terdiri dari ECCE

konvensional, SICS (Small Incision Cataract Surgery), fekoemulsifikasi (Phaco

Emulsification.

Gambar 4. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (ECCE)

15

Page 16: pbl 23 katarak

Fekoemulsifikasi merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran

ultrasonik untuk menghancurkan nukleus sehingga material nukleus dan kortek dapat

diaspirasi melalui insisi ± 3 mm.

Gambar 5. Fekoemulsifikasi Dengan Energi Ultrasonik

Fekoemulsifikasi merupakan teknik ekstraksi katarak terbaik yang pernah ada saat ini.

Teknik ini di tangan operator yang berpengalaman menghasilkan rehabilitasi tajam

penglihatan yang lebih cepat, kurang menginduksi astigmatisme, memberikan prediksi

refraksi pasca operasi yang lebih tepat, rehabilitasi yang lebih cepat dan tingkat

komplikasi yang rendah.

Meskipun demikian, Manual Small Incision Cataract Surgery ( MSICS) yang adalah

modifikasi dari ekstraksi katarak ekstrakapsular merupakan salah satu teknik pilihan yang

dipakai dalam operasi katarak dengan penanaman lensa intraokuler. Teknik ini lebih

menjanjikan dengan insisi konvensional karena penyembuhan luka yang lebih cepat,

astigmatisme yang rendah, dan tajam penglihatan tanpa koreksi yang lebih baik.

Komplikasi dari pembedahan katarak antara lain:

- Ruptur kapsul posterior

- Glaukoma

- Uveitis

- Endoftalmitis

16

Page 17: pbl 23 katarak

- Perdarahan suprakoroidal

- Prolap iris

Lensa Intraokuler

Lensa intraokuler adalah lensa buatan yang ditanamkan ke dalam mata pasien untuk

mengganti lensa mata yang rusak dan sebagai salah satu cara terbaik untuk rehabilitasi

pasien katarak.

Sebelum ditemukannya Intra Ocular Lens (IOL), rehabilitasi pasien pasca operasi katarak

dilakukan dengan pemasangan kacamata positif tebal maupun Contact lens (kontak lensa)

sehingga seringkali timbul keluhan-keluhan dari pasien seperti bayangan yang dilihat

lebih besar dan tinggi, penafsiran jarak atau kedalaman yang keliru, lapang pandang yang

terbatas dan tidak ada kemungkinan menggunakan lensa binokuler bila mata lainnya

fakik.

IOL terdapat dalam berbagai ukuran dan variasi sehingga diperlukan pengukuran yang

tepat untuk mendapatkan ketajaman penglihatan pasca operasi yang maksimal.

Prediktabilitas dalam bedah katarak dapat diartikan sebagai presentase perkiraan target

refraksi yang direncanakan dapat tercapai dan hal ini dipengaruhi oleh ketepatan biometri

dan pemilihan formula lensa intraokuler yang sesuai untuk menentukan kekuatan (power)

lensa intraokuler. Faktor-faktor biometri yang mempengaruhi prediktabilitas lensa

intraokuler yang ditanam antara lain panjang bola mata (Axial Length), kurvatura kornea

(nilai keratometri) dan posisi lensa intraokuler yang dihubungkan dengan kedalaman bilik

mata depan pasca operasi. Prinsip alat pengukuran biometri yang umum digunakan untuk

mendapatkan data biometri yaitu dengan ultrasonografi (USG) atau Partial Coherence

Laser Interferometry (PCI).

17

Page 18: pbl 23 katarak

Gambar 7. Intra Ocular Lens

Pengukuran Kekuatan IOL

Formula untuk mengukur kekuatan IOL sudah banyak berkembang sejak 25 tahun yang

lalu. Saat ini telah ditemukan kurang lebih 12 formula berbeda yang dapat digunakan

diantaranya SRK II, SRK/T, Binkhorst, Hoffer Q, Holladay. Pada tahun 1980 formula

SRK I dan II cukup terkenal karena mudah digunakan akan tetapi karena seringnya

ditemuka kesalahan pada hasil pengukurannya akhirnya formula ini tidak lagi digunakan

dan menjadi alasan kenapa IOL sempat ditarik kemudian pada tahun 1990 formula baru

yang lebih akurat mulai dikembangkan. Dengan menggunakan persamaan Gaussian

kekuatan IOL dapat diukur dengan rumus dibawah ini:

P = Kekuatan IOL (satuan dioptri)

K = Nilai kekuatan kornea sentral rata-rata

AL = Axial lenght (milimeter)

C = ELP, jarak anatara permukaan kornea anterior dengan permukaan IOL

18

P = [ nV / ( AL – C ) ] – [ K / ( 1 –

K x C / nA ) ]

Page 19: pbl 23 katarak

(milimeter)

nV = Indeks refraksi dari vitreus

nA = Indeks refraksi dari humor aquos

Axial lenght adalah faktor yang paling penting dalam formula mengukur kekuatan IOL,

bila ditemukan kesalahan sebanyak 1mm dari pengukuran AL maka akan menghasilkan

kesalahan refraksi sebanyak 2,35 D pada pada mata dengan AL 23,5mm. Kesalaha

refraksi akan turun samapai 1,75 D/mm pada mata dengan AL 30mm tetapi meningkat

sampai 3,75 D/mm pada mata dengan AL 20mm. Jadi dapat disimpulkan bahwa akurasi

dalam pengukuran AL lebih bermakna pada mata dengan AL pendek dibandingkan mata

dengan AL panjang.

Kekuatan kornea sentral merupakan faktor kedua yang penting dalam formula

menghitung kekuatan IOL, dengan kesalahan 1,0 D akan menghasilkan kesalahan refraksi

postoperasi sebanyak 1,0 D. Kekuatan kornea sentral dapat diukur dengan menggunakan

keratometer atau topografi kornea yang dapat mengukur kekuatan kornea secara

langsung.

J. Preventif

Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat

dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak.

Bila telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat

dijaga kecepatan berkembangnya katarak dengan:

Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas

dalam tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah

Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur

19

Page 20: pbl 23 katarak

Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada

mata

Menjaga kesehatan tubuh dari penyakit seperti kencing manis dan penyakit

lainnya

K. Prognosis

Penderita penyakit katarak memiliki prognosis untuk menjadi lebih baik setelah dilakukan

pembedahan dan disiplin dalam melakukan penatalaksanaan

20

Page 21: pbl 23 katarak

Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan gejala-gejala yang terlihat pada pasien, maka pasien di

diagnosis memderita katarak senilis. Pengobatan yang tepat untuk pasien

ini adalah denghan dilakukannya Operasi ICCE ( Intra Capsular Cataract

Extraction) atau ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction)

21

Page 22: pbl 23 katarak

Daftar Pustaka

1. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi umum. Jakarta:

Widya Medika, 2000. 175-183

2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006. 200-

211

3. Ariston E, Suhardjo. Risk Factors for Nuclear, Cortical and Posterior

Subcapsular Cataract in Adult Javanese Population at Yogyakarta

territory. Ophthalmologica Indonesiana 2005;321:59.

4. Pararajasegaram R. Importance of Monitoring Cataract Surgical

Outcomes. Journal of Community Eye Health, International Centre

for Eye Health, London. http://www.Joc.Com

5. Dhawan, Shanjay. Lens and Cataract. Diakses dari internet

http://sdhawan.com/ophthalmology/lens.html

6. Bradford C. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-

American Academy of opthalmology. 2004.

7. Cataracts. Diambil tanggal 19 Mei 2006). Tersedia di

http://www.nortwesteyeclinic.com

8. Ratnaningsih. N., Penetlaksanaan Katarak Komplikata. Bagian Ilmu

Penyakit Mata FKUP/RS Mata Cicendo.2005

22

Page 23: pbl 23 katarak

Anamnesis

• Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak)

• Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah

• Gambaran umum gejala katarak yang lain,seperti:

o Bintik hitam

o Penglihatan silau

o Sensitifitas terhadap kontras

o Miopisasi

o Halo

o Diplopia monokuler

o Perubahan persepsi warna

o Pandangan kabur

Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Fisik

o Penurunan ketajaman penglihatan

o Miopisasi

b. Pemeriksaan Penunjang

• CT scan orbita

• Slit Lamp

• Kartu mata snellen /mesin telebinokuler

• Oftalmoskopi

23

Page 24: pbl 23 katarak

• Pengukuran Tonografi

• Lapang Penglihatan

Diagnose

• Diagnose Kerja

Gejala pada katarak senilis berupa distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin

kabur.

• Diagnosa Banding

• Glaukoma Kronis

• Presbiopi

• Katarak komplikata

• Katarak traumatik

Etiologi

Penyebab dari katarak akibat dari proses degenerative (penuaan)

Epidemiologi

setengah dari 45 juta kebutaan yang ada. 90% dari penderita katarak berada di negara

berkembang

Katarak juga merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia, yaitu 50% dari

seluruh kasus yang berhubungan dengan penglihatan.

Katarak senilis merupakan bentuk katarak yang paling sering ditemukan. 90% dari

seluruh kasus katarak adalah katarak senilis.

24

Page 25: pbl 23 katarak

Manifestasi klinik

Berdasarkan morfologinya katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Katarak Nuklear

2. Katarak Kortikal

3. Katarak Subkapsular Posterior

Katarak senil secara klinik dibedakan dalam 4 stadium yaitu:

1. Katarak Insipien

2. Katarak Imatur

3. Katarak Matur

4. Katarak Hipermatur

Komplikasi

Komplikasi tersering adalah glaucoma, proses terjadinya:

Fakolitik

Fakotopik

Fakotoksik

Preventif

Tidak merokok

Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur

Lindungi mata dari sinar matahari,

Menjaga kesehatan tubuh dari penyakit seperti kencing manis dan penyakit lainnya

25

Page 26: pbl 23 katarak

Penatalaksanaan

Operasi

Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:

Indikasi Optik

Indikasi Medis

Indikasi Kosmetik

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:

- ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)

- ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) yang terdiri dari ECCE

konvensional, SICS (Small Incision Cataract Surgery), fekoemulsifikasi (Phaco

Emulsification.

Lensa Intraokuler

Lensa intraokuler adalah lensa buatan yang ditanamkan ke dalam mata pasien untuk

mengganti lensa mata yang rusak dan sebagai salah satu cara terbaik untuk rehabilitasi

pasien katarak.

Prognosis

Penderita penyakit katarak memiliki prognosis untuk menjadi lebih baik setelah dilakukan

pembedahan dan disiplin dalam melakukan penatalaksanaan

26

Page 27: pbl 23 katarak

PENATALAKSANAAN

27