pbl makalah 23

22
Mengetahui Apa Itu Otitis Eksterna Maligna serta Gejala Klinis dan Tatalaksananya Bramulya tri Subagiyo* NIM 102012305 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida *Alamat korespondensi Bramulya tri Subagiyo Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 No. Telp (021) 5694-2061, e-mail : [email protected] Pendahuluan Otitis eksterna maligna disebut juga otitis eksterna nekrotikans, merupakan suatu infeksi difus pada liang telinga luar dan struktur lain di sekitarnya yang disebabkan oleh organisme Pseudomonas. Pada otitis eksterna maligna, peradangan dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang

Upload: bramulya-tri-subagiyo

Post on 21-Dec-2015

260 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23makalah 23

TRANSCRIPT

Page 1: pbl makalah 23

Mengetahui Apa Itu Otitis Eksterna Maligna serta Gejala Klinis dan Tatalaksananya

Bramulya tri Subagiyo*

NIM 102012305

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida

*Alamat korespondensi

Bramulya tri Subagiyo

Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510

No. Telp (021) 5694-2061, e-mail : [email protected]

Pendahuluan

Otitis eksterna maligna disebut juga otitis eksterna nekrotikans, merupakan suatu

infeksi difus pada liang telinga luar dan struktur lain di sekitarnya yang disebabkan oleh

organisme Pseudomonas. Pada otitis eksterna maligna, peradangan dapat meluas secara

progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan dan tulang di sekitarnya. Dengan demikian dapat

menimbulkan kelainan berupa kondritis, osteitis dan osteomielitis yang mengakibatkan

kerusakan tulang temporal. Penyebabnya adalah Pseudomonas aeruginosa, tetapi beberapa

bakteri yang lain dapat juga menyebabkan gejala klinik yang sama. Infeksi dimulai pada

meatus akustikus eksternus dan menyebar sepanjang dasar tulang tengkorak. Dari daerah

tersebut dapat memberikan efek pada struktur – struktur utama seperti arteri karotis, vena

jugularis, dan saraf kranial dan intrakranial. Otitis eksterna maligna biasanya ditemukan pada

Page 2: pbl makalah 23

pasien diabetik usia lanjut, tetapi dapat juga ditemukan pada pasien dengan imunitas yang

rendah.

Toulmouche adalah orang pertama yang melaporkan kasus otitis eksterna maligna

pada tahun 1838, dimana dia melaporkan kasus osteomielitis tulang temporal di Gazette

Medicale de Paris. Pada tahun 1959, Meltzer melaporkan kasus osteomielitis tulang temporal,

mandibula dan zigoma pada pasien diabetik yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa.

Tahun 1968, Chandler yang menjelaskan tentang otitis eksterna maligna, di mana merupakan

infeksi bakteri yang progresif pada meatus akustikus eksternus, yang dapat berkembang

menjadi osteomielitis tulang temporal, kelumpuhan saraf kranial dan kematian. Chandler

mempresentasikan 13 kasus pasien dengan infeksi Pseudomonas aeruginosa yang dimulai

dengan infeksi pada meatus akustikus eksternus dan menyebar sepanjang dasar tulang

tengkorak dan menimbulkan neuropati.

Pembahasan

I. ANATOMI TELINGA

2

Page 3: pbl makalah 23

Secara anatomi, telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah dan

telinga dalam. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan

gelombang bunyi ke struktur – struktur telinga tengah. Telinga luar terdiri dari daun

telinga (pinna atau aurikel) dan liang telinga sampai membran timpani. Di dalam

telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran yaitu maleus, inkus dan stapes.

Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler

yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis.

Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berlekuk – lekuk dan

dibungkus oleh kulit tipis. Lekukan – lekukan ini dibentuk oleh heliks, antiheliks,

tragus, antitragus, fossa skafoidea, fosa triangularis, konkha dan lobulus.

Permukaan lateral daun telinga mempunyai tonjolan dan daerah yang datar. Tepi

daun telinga yang melengkung disebut heliks. Pada bagian postero-superiornya

terdapat tonjolan kecil yang disebut tuberkulum telinga (Darwin’ tubercle). Pada

bagian anterior heliks terdapat lengkungan yang disebut antiheliks. Bagian superior

antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks dan bagian dikedua krura ini

disebut fosa triangulari. Di atas kedua krura ini terdapat fosa skafoid. Di depan

anteheliks terdapat konka. Di bawah krus heliks terdapat tonjolan kecil berbentuk

segitiga tumpul yang disebut tragus. Bagian di seberang tragus dan terletak pada

batas bawah anteheliks disebut antitragus.1

Jaringan subkutan daun telinga bagian superior sangat tipis, terutama di

permukaan anterior, sehingga kulit langsung menempel pada tulang rawan. Makin

ke bawah lapisan subkutan bertambah dan berakhir di lobulus yang tidak

3

Page 4: pbl makalah 23

mempunyai rangka tulang rawan. Perdarahan daun telinga bagian posterior berasal

dari cabang posterior A.karotis eksterna yang mendarahi juga sebagian kecil

permukaan depan daun telinga. Sebagian permukaan belakang daun telinga juga

diperdarahi oleh A. oksipitalis. Permukaan depan daun telinga terutama diperdarahi

oleh cabang anterior A. Temporalis superfisialis anterior. Persarafan daun telinga

disuplai oleh cabang – cabang aurikularis magnus dan oksipitalis minor dari pleksus

servikalis, juga dari cabang aurikulotemporal saraf trigeminal serta cabang auricular

N. vagus.

Liang telinga berbentuk huruf S, dengan bagian tulang rawan pada sepertiga

luar dan bagian tulang pada dua pertiga dalam. Panjang liang telinga kira – kira

2,5 cm – 3 cm. Bentuk liang telinga seperti huruf S akibat perbedaan sudut bagian

tulang rawan dan bagian tulang karena itu membran timpani biasanya tidak dapat

terlihat langsung dari luar. Diameter liang telinga dari luar ke dalam tidak selalu

sama, yang paling sempit di bagian isthmus yang terletak sedikit di medial batas

bagian tulang dan bagian tulang rawan. Berbatasan dengan membran timpani,

bidang liang telinga tidak datar, di bagian anteriorinferiornya membentuk sudut

tajam (acute anterior tympanic angle), sehingga bagian tepi anteriorinferior

membran timpani sukar dilihat langsung dari luar. Lekukan ini juga menyebabkan

diameter membran timpani paling panjang pada bagian obliq anteroinferior ke

posterosuperior. Sedikit di lateral bagian yang bersudut tajam ini liang telinga

menonjol bertepatan dengan sendi temporomandibula. Kulit liang telinga bagian

tulang rawan mempunyai struktur menyerupai kulit di bagian tubuh lain,

mengandung folikel rambut dan kelenjar – kelenjar, sedangkan kulit di bagian

tulang merupakan kulit yang tipis sekali dan berlanjut ke kulit membran timpani,

tidak mempunyai folikel rambut dan kelenjar – kelenjar. 

Hubungan antara liang telinga dengan struktur sekelilingnya juga mempunyai

arti klinis yang penting. Dinding anterior liang telinga ke arah medial berdekatan

dengan sendi temporomandibular dan ke lateral dengan kelenjar parotis. Dinding

inferior liang telinga juga berhubungan erat dengan kelenjar parotis. Dehisensis

pada liang telinga bagian tulang rawan ( fissure of Santorini) memungkinkan infeksi

meluas dari liang telinga luar ke dalam parotis dan sebaliknya pada ujung medial

dinding superior liang telinga bagian tulang membentuk lempengan tulang

berbentuk baji yang disebut tepi timpani dari tulang temporal, yang mana

4

Page 5: pbl makalah 23

memisahkan lumen liang telinga dari epitimpani. Dinding superior liang telinga

bagian tulang, di sebelah medial terpisah dari epitimpani oleh lempengan tulang

baji ke arah lateral suatu lempengan tulang lebih tebal memisahkan liang telinga

dari fossa krani medial. Dinding posterior liang telinga bagian tulang terpisah dari

sel udara mastoid oleh suatu tulang tipis.

Pada kulit yang normal di liang telinga, ada bakteri flora seperti

Micrococcus dan Corynebacterium sp. Infeksi pada liang telinga oleh bakteri

patogen dipengaruhi kondisi host misalnya adanya trauma lokal, adanya perubahan

sifat serumen, dermatitis, dan perubahan pH di liang telinga. Kulit yang melapisi

bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang, selain itu juga

mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar individu namun ikut

membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Anatomi liang telinga

bagian tulang sangat unik karena merupakan satu – satunya tempat dalam tubuh di

mana kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan

demikian daerah ini sangat peka, dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena

tidak terdapat ruang untuk ekspansi.

Ada tiga makroskopik mekanisme pertahanan dari liang telinga dan

permukaan lateral membran timpani yaitu tragus dan antitragus, kulit dengan

lapisan serumen dan isthmus. Salah satu cara perlindungan yang diberikan telinga

luar adalah dengan pembentukkan serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar

struktur kelenjar sebasea dan apokrin yang menghasilkan serumen terletak pada

bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel – sel stratum korneum ikut pula berperan dalam

pembentukkan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung penolak air pada

dinding kanalis ini. pH gabungan berbagai bahan tersebut adalah sekitar 6, suatu

faktor tambahan yang berfungsi mencegah infeksi. Serumen diketahui memiliki

fungsi sebagai proteksi. Dapat berfungsi sebagai sarana pengangkut debris epitel

dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membran timpani. Serumen juga berfungsi

sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan pembentukan fisura pada

epidermis.

Saluran limfatik merupakan bagian yang penting dalam penyebaran infeksi.

Bagian anterior dan superior dari meatus akustikus eksternus, disalurkan ke

pembuluh limfe preaurikuler di kelenjar parotis dan kelenjar limfe servikal bagian

superior. Bagian inferior, disalurkan ke infraaurikuler dekat angulus mandibula.

5

Page 6: pbl makalah 23

Bagian posterior disalurkan ke kelenjar limfe postaurikuler dan kelenjar limfe

servikal bagian superior. Rangsangan pada aurikel dan meatus akustikus eksternus

berasal dari saraf perifer dan kranial, yaitu dari saraf trigeminus (V), fasial (VII),

glossopharingeal (IX) dan nervus vagus (X).

Suara yang ditangkap oleh daun telinga diteruskan melalui saluran telinga ke

membran timpani. Membran timpani berbentuk hampir lonjong, terletak obliq di

liang telinga, membatasi liang telinga dengan kavum timpani. Diameter membran

timpani rata – rata sekitar 1 cm, paling panjang pada arah anterior – inferior ke

superior posterior. Membran timpani terdiri dari 3 lapis yaitu lapisan luar, lapisan

tengah dan lapisan dalam. Lapisan luar merupakan kulit terusan dari kulit yang

melapisi dinding liang telinga. Lapisan tengah merupakan jaringan ikat yang terdiri

atas dua lapisan yaitu lapisan radier yang serabut – serabutnya berpusat di

manubrium maleus, lapisan sirkuler yang serat – seratnya lebih padat di lingkaran

luar dan makin jarang ke arah sentral. Lapisan dalam merupakan bagian dari lapisan

mukosa kavum timpani. Membran timpani dibagi menjadi dua bagian yaitu pars

flaksida di bagian atas dan pars tensa di bagian bawah.

II. FISIOLOGI PENDENGARAN

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun

telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke

koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga

tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran

mealui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran

timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan

diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada

skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan ke membrana Reissner yang

mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran

basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang

menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion

terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini

merupakan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter

ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditoris, lalu

6

Page 7: pbl makalah 23

dilanjutkan ke nukleus auditorius samapai ke korteks pendengaran (area 39-40) di

lobus temporalis.1

III. OTITIS EKSTERNA MALIGNA

A. Definisi 2

Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus di liang telinga luar dan

struktur lain di sekitarnya.

B. Epidemiologi

Di Amerika Serikat, otitis eksterna maligna lebih banyak timbul pada

daerah dengan iklim lembab dan basah, dibandingkan dengan iklim lainnya.

Penyakit ini sering ditemukan lebih banyak pada laki – laki daripada

perempuan dan dilaporkan menyerang kelompok semua umur, tetapi lebih

sering pada usia tua, lebih dari 60 tahun. Faktor yang mempermudah radang

telinga luar adalah pH di liang telinga. Biasanya normal atau asam. Bila pH

menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang

sangat hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Diabetes

merupakan faktor risiko utama tetapi tidak ada hubungan yang jelas dengan

berat atau lamanya menderita diabetes dengan otitis eksterna maligna. 99%

pasien otitis eksterna maligna mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus.

Pasien diabetik mempunyai pH serumen yang tinggi dan menurunnya

konsentrasi lisosim yang menghalangi aktivitas antibakteri. Penyakit ini juga

pernah dilaporkan pada pasien dengan imunitas yang rendah, pasien dengan

HIV atau pasien yang menjalani transplantasi organ, misalnya pada limfoma

maligna, dan leukemia. Dapat juga ditemukan pada bayi – bayi yang

mengalami malnutrisi, dan anemia.(2,3)

C. Patogenesis

Otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang menyerang meatus

akustikus eksternus dan tulang temporal. Organisme penyebabnya

adalah Pseudomonas aeruginosa, dan paling sering menyerang pasien diabetik

usia lanjut. Pada penderita diabetes, pH serumennya lebih tinggi dibanding pH 7

Page 8: pbl makalah 23

serumen non diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita diabetes lebih

mudah terjadi otitis eksterna. Akibat adanya faktor immunocompromize dan

mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna

maligna. Infeksi dimulai dengan otitis eksterna yang progresif dan berlanjut

menjadi osteomielitis pada tulang temporal. Penyebaran penyakit ini keluar

dari liang telinga luar melalui Fisura Santorini dan osseocartilaginous

junction.3

Otitis eksterna maligna menyebar melalui Fisura Santorini untuk

sampai ke dasar tulang tengkorak. Data histopatologi menunjukkan bahwa

infeksi menyebar sepanjang vaskuler. Di bagian anterior dapat mempengaruhi

fossa mandibula dan kelenjar parotis. Di sebelah anteromedial infeksi, dapat

menyebar ke arteri karotis. Selain itu juga dapat menyebar melalui Tuba

Eustachius untuk sampai ke fossa infratemporal dan nasofaring. Hipestesia

ipsilateral dapat terjadi jika saraf kelima dilibatkan. Penyebaran ke intrakranial

dapat menyebabkan meningitis, abses otak, kejang dan kematian. Bagian

posteroinferior dapat menyebabkan flebitis dan trombosis supuratif bulbus

juguler dan sinus sigmoid. Ini dapat menyebabkan mastoiditis dan kelumpuhan

saraf fasial. Penyebaran secara inferior dapat menyebabkan paralisis saraf

glosofaringeal (IX), vagus (X), hipoglosus (XI), dan aksesorius (XII),

menyebabkan disfagia, aspirasi dan suara serak.4

D. Gejala Klinis

Gejala dapat dimulai dengan rasa gatal di liang telinga yang dengan

cepat diikuti dengan rasa nyeri yang hebat dan sekret yang banyak serta

pembengkakan liang telinga. Biasanya unilateral. Rasa nyeri akan semakin

hebat dan bila tumbuh jaringan granulasi yang banyak akan menyebabkan

liang telinga akan tertutup. Saraf fasialis dapat terkena sehingga menimbulkan

paralisis fasial. Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang

progresif, yang disebabkan oleh infeksi kuman Pseudomonas aeruginosa.

Penebalan endotel yang mengiringi diabetes mellitus berat, kadar gula darah

yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif, menimbulkan

8

Page 9: pbl makalah 23

kesulitan pengobatan yang adekuat. Pada beberapa kasus pernah dilaporkan

terdapat gejala pusing, sakit kepala dan trismus.(5,6)

E. Diagnosis

Diagnosis otitis eksterna nektrotikan dapat ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium

dan radiologi. Empat gejala yang menonjol adalah otalgia yang menetap lebih

dari 1 bulan, otorea purulen dan menetap dengan adanya jaringan

granulasi dalam beberapa minggu, riwayat diabetes mellitus, status imun yang

rendah dan usia lanjut, dan adanya gangguan saraf kranial.7

Anamnesis

Pasien yang menderita otitis eksterna maligna umumnya usia lanjut, menderita

diabetes. Adanya otalgia, sakit kepala temporal, otore purulent dapat

ditemukan pada pasien ini. Kadang – kadang pasien mempunyai riwayat

penggunaan antibiotik dan obat tetes telinga pada otitis eksterna tanpa adanya

perubahan gejala yang bermakna.

Pemeriksaan Fisis 

Pada pemeriksaan inspeksi dapat ditemukan adanya kulit yang

mengalami inflamasi, hiperemis, udem dan tampak jaringan granulasi pada dasar

meatus akustikus eksternus. Biasanya disertai dengan kelumpuhan saraf fasial,

dan perlu memeriksa saraf kranial V – XII.

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium, dapat ditemukan adanya peningkatan jumlah

leukosit, laju endap darah dan gula darah sewaktu.2 Pemeriksaan kultur yang

diperoleh dari sekret liang telinga sangat diperlukan untuk sensitivitas

antibiotik. Penyebab utamanya adalah P. aeruginosa. Organisme ini merupakan

bakteri aerob, dan gram negatif. Pseudomonas spmempunyai lapisan yang

bersifat mukoid yang digunakan pada saat fagositosis. Eksotoksin dapat

9

Page 10: pbl makalah 23

menyebabkan jaringan mengalami nekrosis dan beberapa golongan lainnya

menghasilkan neurotoksin yang dapat menimbulkan neuropati.

Radiologi

CT scan dapat menunjukkan adanya dekstruksi tulang di sekitar dasar tulang

tengkorak dan meluas ke intrakranial. Pemeriksaan dengan teknik nuklir baik

digunakan pada stadium awal. Scan Technetium (99Tc) methylene

diphosphonate menunjukkan area yang mengalami osteogenesis dan osteolisis.

Sedangkan Gallium (67Ga) menunjukkan jaringan lunak yang mengalami

inflamasi.

Histopatologi

Mekanisme invasi liang telinga berhubungan dengan nekrosis tulang.

Proses infeksi meluas ke submukosa dan terdapat destruksi tulang. pada

gambaran histology juga dapat terlihat rusaknya jaringan menunjukkan

luasnya nekrosis pada lapisan epidermis dan dermis disertai infiltrate PMN.

Kartilago dikelilingi oleh jaringan inflamasi dan tampak destruksi. Pada

dinding pembuluh darah menunjukkan hialinisasi. Tulang mastoid

menunjukkan adanya sel – sel inflamasi akut.7

Diagnosis Otitis Eksterna Maligna

Riwayat :8

- Otalgia menetap

- Otorea purulent, menetap, granulasi

- Diabetes mellitus, usia lanjut

- Status imun yang rendah

- Neuropati

Pemeriksaan Fisik :

10

Page 11: pbl makalah 23

- Jaringan granulasi di liang telinga

- Sekret purulen

- Neuropati, terutama saraf VII

Kultur : Didapatkan pertumbuhan bakteri Pseudomonas sp, Pseudomonas

aeruginosa

Radiologi :

- CT scan dengan kontras

-MRI dngan kontras

STADIUM

Pembagian stadium pada otitis eksterna nekrotikan dibuat oleh Levenson et al,

Corey et al, Benecke dan Davis et al. pembagian stadium didasarkan pada

luasnya kerusakan jaringan atau tulang dan besarnya komplikasi neurologik

yang terjadi.(9,10)

Dibagi atas tiga stadium :

a. Stadium I : infeksi hanya terbatas pada jaringan lunak dan kartilago.

b. Stadium II : kerusakan jaringan lunak yang mulai meluas dan terjadi

destruksi tulang temporal.

c. Stadium III : Destruksi basis tengkorak yang ekstensif dan meluas ke

intrakranial.

F. Diagnosis Banding

Otitis eksterna maligna didiagnosis banding dengan herpes zoster otikus,

mastoiditis, otitis media kronik dan tumor ganas tulang temporal.11

G. Komplikasi

11

Page 12: pbl makalah 23

Komplikasi yang dapat timbul adalah sebagai berikut :

1. Neuropati

2. Meningitis

3. Abses otak

H. Penatalaksanaan

Awalnya, pembedahan merupakan pilihan utama untuk penanganan

pasien dengan otitis eksterna maligna. Tetapi sejak ditemukannya

aminoglikosida, penisilin sintetik, generasi ketiga Cephalosporin dan quinolon,

maka penggunaan antibiotik merupakan pilihan utama pengobatan. Sejak

teknik pembedahan pada dasar tulang tengkorak berkembang, beberapa ahli

otologi mulai menggunakan teknik radikal sebagai pilihan terapi. 12

Ada tiga aspek dalam pengobatan otitis eksterna maligna. Yang paling

penting adalah mengontrol gula darah pada pasien diabetes mellitus.

Mastoidektomi atau reseksi parsial pada dasar tengkorak mungkin diperlukan

jika ada gangguan saraf fasial. Antibiotik sebaiknya diberikan sejak awal,

dalam dosis yang adekuat dan dalam waktu yang lama.

Pengobatan harus cepat diberikan sesuai dengan hasil kultur dan

resistensinya. Karena kuman penyebab tersering adalahPseudomonas

aeruginosa, maka diberikan antibiotik dosis tinggi yang sesuai

dengan Pseudomonas aeruginosa. Sementara menunggu hasil kultur dan

resistensi, diberikan golongan fluoroquinolone (ciprofloxasin) dosis tinggi per

oral. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral kombinasi

dengan antibiotika golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6 – 8

minggu. Pemberian antibiotik sistemik kini merupakan bentuk utama terapi.

Pemberian antibiotik digunakan untuk mencegah komplikasi dan morbiditas.

Di samping pemberian obat – obatan sering kali diperlukan tindakan

debridement secara radikal. Tindakan debridement yang kurang bersih dapat

menyebabkan semakin cepatnya penyebaran penyakit. Pembedahan sebaiknya

12

Page 13: pbl makalah 23

dibatasi pada pengangkatan sekuestra, drainase abses dan debridement lokal

jaringan granulasi. 

Tanda awal adanya respon terapi terhadap penyakit adalah

berkurangnya rasa nyeri. Diabetes yang terkontrol juga merupakan tanda awal

adanya perbaikan. Pengobatan otitis eksterna maligna sebaiknya harus

berkelanjutan sampai infeksi betul – betul hilang. Ini membutuhkan waktu

perawatan yang lama di rumah sakit dan penggunaan antibiotik sampai enam

minggu.

I. Prognosis

Rekurensi penyakit dilaporkan sekitar 9% - 27%. Hal ini berhubungan

dengan lamanya pemberian terapi yang tidak adekuat dan manifestasi klinik

berupa sakit kepala dan otalgia, bukan otorea. Otitis eksterna nekrotikan dapat

kambuh kembali setelah satu tahun pengobatan komplit.bedasarkan penelitian

yang dilakukan Chandler, rata – rata kematian sekitar 50% tanpa pengobatan.

Kematian berkurang sampai 20% dengan ditemukannya antibiotik yang cocok.

Penelitian terbaru melaporkan bahwa angka kematian turun sampai 10%,

tetapi kematian tetap tinggi pada pasien dengan neuropati atau adanya

komplikasi intrakranial.

Kesimpulan

Otitis eksterna maligna adalah infeksi telinga luar yang dapat menyebabkan kematian.

Penyakit ini biasanya ditemukan pada pasien diabetes atau pasien dengan

immunocompromised state. Otalgia adalah gejala yang paling sering terjadi dan pada

otoskopi ditemukan otitis eksterna dengan jaringan granulasi sepanjang posteroinferior liang

telinga luar. Pemeriksaan scan tulang diperlukan untuk menegakkan diagnosa.

Diagnosis dini penyakit, terapi yang adekuat dan kontrol yang ketat terhadap diabetes

melitus harus dilakukan.

13

Page 14: pbl makalah 23

Daftar Pustaka

1. Sosialisma, Helmi. Kelainan telinga luar. Dalam: Soepardi EA. Iskandar N, editor.

Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Ed.5. Jakarta: FKUI;

2003. Hal.44-8.

2. Vernick DM. Malignant externa otitis. In Nadol JB, Schuknecht HF,editors. Surgery of

the ear and temporal bone. New York: Raven Press; 1993. p.199 - 203.

3. Nussebaum B. Externa ear, Malignat external otitis. [Online]. 2006 Apr 14 [cited 2008

July23];[10screens].Available from:URL:http://www.eMedicine.com/ent/topic203.htm

4. Chee G, editor. Infection of the external ear. Annals Academy of Medicine. May 2005,

V0l.34. No.4. [Online]. 2005 [cited 2008 July 23]; [5 screens]. Available

from:URL:http://www.annals.edu.sgpdf34VolNo4.pdf

5. Jahn AF, Hawke M. Infections of the external ear. In Cumming CW, editor.

Otolaryngology- head and neck surgery. Ed.2nd. Vol.4th. Toronto: Mosby Year Book.

P.2787 – 2793.

6. Linstrom CJ, Lucente FE, Joseph EM. Infections of the external ear. In Bailey BJ,

Calhoun KH, Deskin RW, editors. Head and neck surgery-otolaryngology. Ed.2nd. Vol

2nd. New York : Lippincott-Raven;1998. p. 1965-79.

7. External ear anatomy. [Online]. 2008 [cited 2008 July 26]; [1 screen]. Available

from:http://www.utdol.com/online/content/image.do?imageKey=prim_pix/extern3.htm

8. Helmi. Bagian – bagian tulang temporal dan organ di dalamnya, Otitis media supuratif

kronis. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2005. p. 7-27.

9. Wright A. Anatomy and ultrastructure of the human ear. In Kerr AG Editor. Scott-

Brown’s Otolaryngology. Ed.6th. London: Butworth;1997. p. 1/1/1 – 1/1/15.

10. Chon AM. Malignant otitis externa. In Gates GA, editor. Current therapy in

otolaryngology-head and neck surgery-3. Toronto: B.C. Decker Inc; 1987. p. 8-11.

11. Boies LR. BOIES Buku ajar penyakit THT. Ed.6. Jakarta: EGC Penerbit Buku

Kedokteran; 1997.

14

Page 15: pbl makalah 23

12. Austin FD. Diseases of external ear. In Balengger JJ, Snow JB, editor.

Otorhinolaryngology: Head and neck surgery. Ed.15th.Philadelphia : Williams &

Wilkins;1996. p. 974-86.

15