pbl 23 glaukoma

22
Glaukoma Akut Okula Dekstra dan Glaukoma Sudut Tertutup Primer Melissa Trixiana 10 2010 101 / A5 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510 Email: [email protected] 26 Maret 2013 PENDAHULUAN Mata merupakan salah satu organ terpenting bagi manusia. Gangguan pada mata dapat mempengaruhi fungsi mata, terutama untuk melihat. Beberapa penyakit dapat mengganggu fungsi mata tersebut, salah satunya ialah glaukoma. Glaukoma dapat terjadi primer maupun sekunder. Pada glaukoma primer penyebab jelas tidak diketahui, namun pada glaukoma sekunder biasanya terdapat penyakit atau kelainan tertentu yang dapat menjadi faktor pencetus. Glaukoma primer terdiri dari glaukoma sudut terbuka dan sudut tertutup, keduanya berbeda berdasarkan jenis kelainan yang tampak maupun gejala klinisnya. Pada glaukoma sudut tertutup dapat terjadi serangan akut di mana gejala yang tampak pada glaukoma sudut tertutup disertai dengan kemerahan pada mata. Glaukoma akut merupakan suatu kasus kegawatdaruratan yang memerlukan penanganan tepat dengan segera. 1

Upload: shynthiaindriyanthi

Post on 23-Dec-2015

61 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: PBL 23 Glaukoma

Glaukoma Akut Okula Dekstra

dan Glaukoma Sudut Tertutup Primer

Melissa Trixiana 10 2010 101 / A5

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

Email: [email protected]

26 Maret 2013

PENDAHULUAN

Mata merupakan salah satu organ terpenting bagi manusia. Gangguan pada mata dapat

mempengaruhi fungsi mata, terutama untuk melihat. Beberapa penyakit dapat mengganggu

fungsi mata tersebut, salah satunya ialah glaukoma. Glaukoma dapat terjadi primer maupun

sekunder. Pada glaukoma primer penyebab jelas tidak diketahui, namun pada glaukoma sekunder

biasanya terdapat penyakit atau kelainan tertentu yang dapat menjadi faktor pencetus. Glaukoma

primer terdiri dari glaukoma sudut terbuka dan sudut tertutup, keduanya berbeda berdasarkan

jenis kelainan yang tampak maupun gejala klinisnya. Pada glaukoma sudut tertutup dapat terjadi

serangan akut di mana gejala yang tampak pada glaukoma sudut tertutup disertai dengan

kemerahan pada mata. Glaukoma akut merupakan suatu kasus kegawatdaruratan yang

memerlukan penanganan tepat dengan segera.

Dalam menegakkan diagnosis penyakit ini perlu dilakukan anamnesis lebih lanjut untuk

mengetahui jenis glaukoma yang diderita, selain itu juga penting untuk dilakukan pemeriksaan

mata dan pemeriksaan penunjang lebih lanjut. Penanganan yang tepat juga diperlukan untuk

mencegah terjadinya kerusakan pada mata lebih lanjut, oleh sebab itu perlu dipelajari lebih lanjut

mengenai penanganan yang sesuai.

1

Page 2: PBL 23 Glaukoma

PEMBAHASAN

Anamnesis

Keluhan utama digolongkan menurut lama, frekuensi, hilang timbul, dan cepat timbulnya

gejala. Lokasi, berat, dan keadaan lingkungan saat timbulnya keluhan harus diperhatikan,

demikian pula setiap gejala yang berkaitan. Obat-obat mata yang digunakan belakangan ini dan

semua gangguan mata yang pernah maupun sedang terjadi harus dicatat. Selain itu, semua gejala

mata lain yang berhubungan perlu dipertimbangkan.

Riwayat kesehatan dahulu berpusat pada kondisi kesehatan pasien secara umum dan, bila

ada, penyakit sistemik yang penting. Gangguan vaskular yang biasanya menyertai manifestasi

mata, seperti diabetes dan hipertensi, harus dinyatakan secara spesifik. Selain itu, seperti halnya

riwayat medik umum, harus diketahui obat-obat mata dan obat-obat sistemik yang digunakan

pasien. Hal ini menunjukkan keadaan kesehatan umum dan dapat diketahui obat-obat yang

mempengaruhi kesehatan mata, seperti kortikosteroid. Setiap alergi obat juga harus dicatat.

Riwayat keluarga berhubungan dengan sejumlah gangguan mata, seperti strabismus,

ambliopia, glaukoma, atau katarak, serta kelainan retina, seperti ablation retina atau degenerasi

macula. Penyakit medis seperti diabetes juga dapat relevan.1

Gejala Mata yang Umum

Gejala-gejala mata dapat dibagi dalam tiga kategori dasar, yaitu kelainan penglihatan,

kelainan tampilan mata, dan kelainan sensasi mata- nyeri dan rasa tidak nyaman. Gejala dan

keluhan harus selalu terinci lengkap. Apakah onsetnya perlahan, cepat atau asimptomatik?

Apakah durasinya singkat, atau gejalanya menetap sampai kunjungan ke dokter? Jika gejalanya

hilang-timbul, bagaimana frekuensinya? Apakah lokasinya setempat (fokal) atau difus, unilateral

atau bilateral? Akhirnya, bagaimana derajat gejalanya menurut pasien- ringan, sedang, berat?

Perlu diketahui juga tindakan pengobatan yang telah dijalani dan seberapa besar efeknya.

Apakah pasien menyebut keadaan-keadaan yang memicu atau memperberat gejala itu? Apakah

keadaan serupa pernah terjadi sebelumnya, dan adakah gejala tambahan lain?

2

Page 3: PBL 23 Glaukoma

Kelainan Penglihatan

Penurunan ketajaman penglihatan dapat disebabkan oleh kelainan yang timbul di

sepanjang jaras optik dan jaras visual neurologik. Jadi, pemeriksa harus mempertimbangkan

adanya kelainan refraksi (fokus), ptosis, pengeruhan atau gangguan media mata (misalnya edema

kornea, katarak, atau perdarahan dalam vitreus atau ruang aqueous), dan gangguan fungsi retina

(macula), nervus opticus, atau jaras visual intrakranial.

Penurunan ketajaman visual sentral harus dibedakan dari yang perifer. Yang perifer dapat

bersifat fokal, seperti skotoma atau lebih luas seperti pada hemianopia. Kelainan jaras visual

intracranial biasanya lebih mengganggu lapangan pandang daripada ketajaman visual sentral.

Hilangnya penglihatan sentral atau perifer sementara sering kali disebabkan oleh

perubahan sirkulasi pada suatu lokasi di sepanjang jaras visual neurologik mulai dari retina

hingga korteks oksipital.

Kelainan Tampilan Mata

Keluhan mata merah harus dibedakan antara merah pada palpebra dan daerah sekitar

mata atau merah pada bola mata. Merah pada bola mata dapat disebabkan oleh perdarahan

subkonjungtiva atau kongesti vaskular pada konjungtiva, sklera, atau episklera. Kongesti ini

dapat disebabkan oleh radang di permukaan luar, seperti konjungtivitis dan keratitis, atau radang

intraokular, sepertiniritis dan glaukoma akut.

Perubahan tampilan bola mata lainnya yang dapat dilihat pasien adalah lesi setempat pada

permukaan mata dan ukuran pupil yang tidak simetris (anisokoria). Palpebra dan jaringan

periokular dapat menjadi tempat terlihatnya tanda, seperti edema, kemerahan, pertumbuhan atau

lesi fokal, dan posisi atau kontur abnormal seperti ptosis. Akhirnya, pasien dapat melihat adanya

penonjolan atau tergesernya bola mata, seperti pada eksoftalmus.1

Nyeri dan Rasa Tidak Nyaman

Nyeri mata bisa periokular, okular, retrobulbar (di belakang bola mata), atau tak jelas

lokasinya. Contoh nyeri pada periokular adalah nyeri tekan pada palpebra, saccus lacrimalis,

sinus-sinus, atau arteria temporalis. Nyeri retrobulbar dapat disebabkan oleh radang orbita

3

Page 4: PBL 23 Glaukoma

apapun. Lokasi radang tertentu, seperti neuritis optic atau miositis orbita, dapat menimbulkan

nyeri bila bola mata digerakan.

Nyeri okular sendiri bisa dating dari permukaan atau dari dalam bola mata. Kerusakan

epitel kornea selalu menimbulkan nyeri yang tajam dan superficial, atau sensasi benda asing

yang bertambah nyeri dengan berkedip. Anestesi topikal akan segera meredakan nyeri ini. Nyeri

menetap yang lebih dalam terjadi pada glaukoma akut, iritis, endoftalmitis, dan skleritis. Pada

keadaan-keadaan ini, bola mata sering nyeri saat dipalpasi. Spasme refleks musculus ciliaris dan

sphincter pupillae timbul pada iritis atau keratitis, menimbulkan nyeri pada alis mata dan

fotofobia yang terasa nyeri. Ketidaknyamanan ini dengan jelas mereda pada pemberian tetes

sikloplegik pembuat dilatasi.1

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi Mata

Adakah kelainan yang terlihat jelas (mis : proptosis <protusi bola mata abnormal>, mata

merah, asimetri, nistagmus yang jelas, atau ptosis)? Lihat konjungitva, kornea, iris, pupil, dan

kelopak mata. Apakah pupil simetris? Bagaimana ukurannya? Apakah keduanya merespons

normal dan seimbang pada cahaya dan akomodasi? Adakah ptosis? Periksa menutupnya kelopak

mata.

Tes Mata

Lakukan tes ketajaman penglihatan di kedua mata. Dengan menggunakan kartu Snellen

untuk penglihatan jauh dan kartu Jacger untuk penglihatan dekat. Lakukan tes penglihatan

warna; mis: dengan menggunakan kartu Ishihara. Lakukan tes lapang pandang dengan tes

konfrontasi dan periksa adanya bintik buta. Lakukan tes gerak bola mata: tanyakan mengenai

diplopia dan cari nistagmus

4

Page 5: PBL 23 Glaukoma

Oftalmoskopi

Pemeriksaan oftalmoskopik pada mata adalah bagian vital dari pemeriksaan fisik

lengkap. Pemeriksaan ini bisa mengungkap efek keadaan sistemik seperti hipertensi dan diabetes

melitus, yang menyebabkan disfungsi penglihatan seperti atrofi optik, dan mengungkap keadaan

seperti peningkatan tekanan intrakranial dengan ditemukannya edema papil. Komplikasi pada

mata akibat penyakit seperti diabetes melitus dapat asimtomatik sampai terjadinya komplikasi

yang membahayakan penglihatan; maka penting untuk melakukan pemeriksaan skrining.

Optimalkan kondisi untuk pemeriksaan funduskopi. Pasien maupun pemeriksa harus

merasa nyaman. Periksa pasien dalam ruangan gelap dengan oftalmoskop yang bagis yang bisa

menghasilkan cahaya terang, dan jika perlu gunakan zat untuk dilatasi pupil (kontraindikasi

hanya pada kasus cedera kepala baru yang memerlukan rangkaian pemeriksaan pupil atau bila

ada risiko glaukoma sudut tertutup akut). Jika anda perlu melakukan dilatasi, ingatkan pasien

akan kemungkinan fotofobia dan pandangan kabur sehingga pasien tidak akan bisa mengemudi.

Minta pasien untuk memusatkan pandangan ke objek yang jauh. Periksa mata kanan

pasien dengan mata kanan anda dan mata kiri pasien dengan mata kiri anda. Mula-mula periksa

dari jarah jauh adalah refleks merah dan, jika tak ada, pertimbangkan opasitas lensa seperti

katarak. Kemudian periksa diskus optikus (untuk menilai bentuk, warna, tepi, cup fisiologis),

bagian perifer retina dengan mengikuti pembuluh darah utama ke arah luar menjauhi diskus

(untuk mencari pembuluh darah, denyut vena, perdarahan, eksudat, pigmentasi), dan terakhir,

makula.

Adanya edema papil, perdarahan atau eksudat, atau keluhan utama hilangnya

penglihatan, memerlukan penjelasan dari pasien.

Pemeriksaan fisik lengkap dengan penekanan khusus pada sistem kardiologis dan

neurologis mungkin perlu untuk dilakukan.2

5

Page 6: PBL 23 Glaukoma

Pemeriksaan Penunjang

Tonometri

Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan tonometer.

Pemeriksaan tekanan yang dilakukan dengan tonometer pada bola mata dinamakan tonometri.

Pengukuran tekanan bola mata sebaiknya dilakukan pada setiap orang berusia di atas 20 tahun

pada saat pemeriksaan fisik medic secara umum.

Tonometer Schiotz merupakan alat yang praktis sederhana. Pengukuran tekanan bola

mata dinilai secara tidak langsung yaitu dengan teknik melihat daya tekan alat pada kornea

karena itu dinamakan juga tonometri identasi Schiotz. Dengan alat ini dilakukan identasi

(penekanan) terhadap permukaan kornea. Bila suatu beban tertentu memberikan kecekungan

pada kornea maka akan terlihat skala Schiotz. Makin rendah tekanan bola mata makin mudah

bola mata ditekan, yang pada skala akan terlihat angka skala yang lebih besar. Hal ini juga

berlaku sebaliknya. Angka skala yang ditunjuk dapat dilihat nilainya di dalam tabel untuk

mengetahui kesamaan tekanan dalam mmHg. Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien ditidurkan

dengan posisi horizontal dan mata ditetesi dengan obat anestesi topical atau pantokain 0,5%.

Tonometer Schiotz kemudian diletakkan di atas permukaan kornea, sedang mata yang lainnya

berfiksasi pada satu titik di langit-langit kamar periksa. Kelemahan alat ini mengabaikan faktor

kekakuan sklera. Pemeriksaan tekanan intraokular dengan tonometer Schiotz sebaiknya

dilakukan secara hati-hati, karena dapat mengakibatkan lecetnya kornea sehingga dapat

menyebabkan keratitis dan erosi kornea.3

Gonioskopi

Gonioskopi adalah metode pemeriksaan anatomi sudut bilik mata dengan pembesaran

binocular dan sebuah lensa-gonio khusus. Lensa-gonio jenis Goldmann dan Posner/ Zeiss

memiliki cermin khusus yang membentuk sudut sedemikian rupa sehingga menghasilkan garis

pandangan yang parallel dengan permukaan iris, cermin tersebut diarahkan ke perifer kea rah

lekukan sudut ini.

Setelah diberi anestesi lokal, pasien didudukkan pada slitlamp dan lensa-gonio dipasang

pada mata. Detil sudut bilik mata depan diperbesar dan divisualisasikan secara stereoskopik.

6

Page 7: PBL 23 Glaukoma

Dengan memutar cermin, dapat diperiksa semua bagian sudut hingga mencapai 3600. Lensa yang

sama dapat dipakai untuk mengarahkan laser langsung ke sudut pada pengobatan glaukoma.

Jenis lensa-gonio ketiga, yaitu lensa Koeppe, memerlukan illuminator khusus dan

mikroskop binocular tangan (yang terpisah). Alat ini digunakan pada pasien yang tidur terlentang

sehingga dapat dipakai di tempat praktek atau dalam kamar operasi (untuk diagnosis maupun

bedah).

Sudut bilik mata depan dibentuk oleh pertemuan kornea perifer dengan iris, yang di

antaranya terdapat anyaman trabekular. Konfigurasi sudut ini yakni lebar (terbuka), sempit, atau

tertutup shingga member dampak penting pada aliran keluar aqueous humor. Lebar sudut bilik

mata depan dapat ditentukan dengan gonioskopi, yang memungkinkan visualisasi langsung

struktur-struktur sudut. Apabila keseluruhan anyaman trabekular, taji sclera, dan prosesus iris

dapat terlihat, sudut dinyatakan terbuka. Apabila hanya garis Schwalbe atau sebagian kecil dari

anyaman trabekula yang dapat terlihat, sudut dinyatakan sempit. Apabila garis Schwalbe tidak

terlihat, sudut dinyatakan tertutup.

Mata myopia yang besar memiliki sudut lebar, dan mata hiperopia kecil memiliki sudut

sempit. Pembesaran lensa seiring dengan usia mempersempit sudut ini dan berperan pada

beberapa kasus glaukoma sudut tertutup.1

Diagnosis Kerja

Glaukoma Akut Okula Dekstra

Glaukoma akut (glaukoma sudut tertutup akut) terjadi bila terbentuk iris bombe yang

menyebabkan oklusi sudut bilik mata depan oleh iris perifer. Hal ini menghambat aliran keluar

aqueous dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat, menimbulkan nyeri hebat, kemerahan,

dan penglihatan kabur. Penutupan sudut pada mata hiperopia yang sudah mengalami

penyempitan anatomic bilik mata depan biasanya dieksaserbasi oleh pembesaran lensa kristalina

yang berkaitan dengan penuaan. Serangan akut tersebut sering dipresipitasi oleh dilatasi pupil,

yang terjadi secara spontan di malam hari, saat pencahayaan berkurang. Dapat juga disebabkan

7

Page 8: PBL 23 Glaukoma

oleh obat-obatan dengan efek antikolinergik atau simpatomimetik (mis, atropine sebagai obat

praoperasi, antidepresan, bronkodilator inhalasi, dekongestan hidung, atau tokolitik). Serangan

dapat juga terjadi pada dilatasi pupil sewaktu oftalmoskopi, tetapi jarang. Apabila perlu

dilakukan dilatasi pupil pada pasien dengan bilik mata depan yang dangkal (mudah dideteksi

dengan penyinaran senter secara oblik), sebaiknya diberikan midriatik kerja-singkat, hindari

menimbulkan konstriksi pupil pilocarpine, dan minta pasien untuk segera mencari pertolongan

bila terdapat nyeri atau kemerahan di mata atau penglihatan yang semakin kabur.

Glaukoma Sudut Tertutup Primer

Glaukoma primer bersifat bilateral, yang tidak selalu simetris dengan sudut bilik mata

terbuka ataupun tertutup. Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi

anatomis tanpa disertai kelainan lain. Peningkatan tekanan intraokular terjadi karena sumbatan

aliran keluar aqueous akibat adanya oklusi anyaman trabekular oleh iris perifer. Keadaan ini

dapat bermanifestasi sebagai suatu kedaruratan oftalmologik atau dapat tetap asimptomatik

sampai timbul penurunan penglihatan. Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan

segmen anterior dan gonioskopi yang cermat. Istilah glaukoma sudut tertutup primer hanya

digunakan bila penutupan sudut primer telah menimbulkan kerusakan nervus opticus dan

kehilangan lapangan pandang. Faktor-faktor resikonya antara lain bertambahnya usia, jenis

kelamin perempuan, riwayat keluarga glaukoma, dan etnis Asia Tenggara, China, dan Inuit.1

Diagnosis Banding

Endoftalmitis Okula Dekstra

Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat infeksi

setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam

rongga mata dan struktur di dalamnya. Peradangan supuratif di dalam bola mata akan

memberikan abses di dalam badan kaca. Penyebab endoftalmitis supuratif adalah kuman dan

jamur yang masuk bersama trauma tembus (eksogen) atau sistemik melalui peredaran darah

(endogen).

8

Page 9: PBL 23 Glaukoma

Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada

tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen terjadi akibat

penyebaran bakteri, jamur, ataupun parasit dari fokus infeksi di dalam tubuh. Bakteri yang sering

merupakan penyebab adalah Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, Pseudomonas dan

basil sublitis. Jamur yang sering mengakibatkan endoftalmitis supuratif adalah aktinomises,

aspergilus, fitomikosis sportikum dan kokidioides.

Endoftalmitis merupakan penyakit yang memerlukan perhatian karena dapat memberikan

penyulit yang gawat akibat suatu trauma tembus atau akibat pembedahan mata intra-okular.

Peradangan yang yang disebabkan bakteri akan memberikan gambaran klinik rasa sakit yang

sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah,

kornea keruh, bilik mata depan keruh yang kadang-kadang disertai hipopion. Kekeruhan ataupun

abses di dalam badan kaca, keadaan ini akan memberikan refleks pupil berwarna putih sehingga

gambaran seperti retinoblastoma atau pseudoretinoblastoma.

Bila sudah terlihat hipopion keadaan sudah lanjut sehingga prognosis lebih buruk. Karena

itu diagnosis dini dan cepat harus dibuat untuk mencegah berakhirnya dengan kebutaan pada

mata. Penyulit endoftalmitis adalah bila proses peradangan mengenai ketiga lapisan mata (retina,

koroid dan sklera) dan badan kaca maka akan mengakibatkan panoftalmitis.

Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan endoftalmitis unilateral ataupun bilateral

yang merupakan reaksi uvea granulomatosa terhadap lensa yang mengalami ruptur. Merupakan

suatu penyakit autoimun terhadap terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat jaringan tubuh

tidak mengenali jaringan lensa yang tidak terletak di dalam kapsul (membran basalis lensa).

Protein lensa ini bersifat organ spesifik dan tidak spesies spesifik. Pada badan terbentuk antibodi

terhadap lensa sehingga terjadi reaksi antigen antibodi yang akan menimbulkan gejala

endoftalmitis fakoanafilaktik atau fakoanatigenik. Bila masa lensa keluar dari kapsul lensa pada

katarak hipermatur dan lensa yang keluar ini menimbulkan reaksi makrofag dan mengakibatkan

tertutupnya saluran keluar cairan mata yang akan menimbulkan glaukoma maka akan terjadi

glaukoma fakolitik.3

9

Page 10: PBL 23 Glaukoma

Etiologi

Glaukoma yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini, biasanya disebabkan

karena bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar atau dapat juga dikarenakan

berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil.

Pada glaukoma primer tidak memiliki etiologi yang pasti, namun biasanya glaukoma ini

didapatkan pada orang yang telah memiliki bakat bawaan glaukoma seperti bakat berupa

gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan anatomis bilik mata yang menyempit.

Mungkin juga disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan (goniodisgenesis),

berupa trubekulodisgenesis, iridodisgenesis dan korneodisgenesis dan yang paling sering berupa

trabekulodisgenesis dan goniodisgenesis. Trabekulogenesis adalah adanya membrane yang

persisten menutupi permukaan trabekula, iris dapat berinsersi pada permukaan trabekula tepat

pada skleral spur atau agak lebih ke depan, goniodisgenesis.3

Epidemiologi

Glaukoma sudut tertutup primer mengenai 1 dari 1000 orang yang berusia lebih dari 40

tahun, perempuan lebih sering terkena dibandingkan dengan laki-laki. Pasien dengan glaukoma

sudut tertutup kemungkinan besar rabun dekat karena mata rabun dekat berukuran kecil dan

struktur bilik mata anterior lebih padat. 4

Patofisiologi

Bilik mata anterior dan posterior mata yang terisi oleh cairan encer yang kemudian

disebut Humor Aqueus. Dalam kondisi normal, cairan ini dihasilkan di dalam ruang posterior

yang melewati pupil kemudian masuk ke dalam ruang anterior lalu kemudian mengalir dari mata

melalui suatu saluran. Namun jika saluran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan

yang menghalangi keluarnya cairan dari ruang mata anterior) maka akan terjadi peningkatan

tekanan.

10

Page 11: PBL 23 Glaukoma

Peningkatan tekanan dalam intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optik

dengan retina yang ada di bagian belakang mata sehingga mengakibatkan aliran darah yang

masuk ke saraf optikus berkurang hingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami

kemunduran, maka akan membentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Pertama akan

mengenai lapang pandang tepi, kemudian diikuti oleh lapang pandang sentral. Glaukoma jika

sudah diketahui, harus segera diobati sebelum terjadi kebutaan.

Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis sel ganglion

retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti dalam retina serta

berkurangnya akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran

cawan optik.

Efek peningkatan tekanan intraokular dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan besar

peningkatan tekanan intraokular. Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokular

mencapai 60-80 mmHg, menimbulkan kerusakan iskemik akut pada iris yang disertai edema

kornea dan kerusakan nervus optikus.1

Gejala Klinis

Glaukoma sudut tertutup akut ditandai oleh munculnya kekaburan penglihatan mendadak

yang disertai nyeri hebat, halo, serta mual dan muntah. Pasien terkadang dikira menderita

penyakit gastrointestinal akut. Temuan-temuan lainnya adalah peningkatan tekanan intraokular

yang mencolok, bilik mata depan dangkal, kornea berkabut, pupil berdilatasi sedang yang

terfiksasi, dan injeksi siliar. Mata sebelahnya harus dilakukan pemeriksaan gonioskopi untuk

memastikan adanya predisposisi anatomi terhadap glaukoma sudut tertutup primer.1

11

Page 12: PBL 23 Glaukoma

Penatalaksanaan

Medikamentosa

Terapi pada awalnya ditujukkan untuk menurunkan tekanan intraokular. Asetazolamid IV

dan oral – bersama obat topikal, seperti penyekat-beta (timolol) dan apraclonidine dan, jika perlu

obat hiperosmotik- biasanya akan menurunkan tekanan intraokular. Kemudian diteteskan

pilokarpin 2% satu setengah jam setelah terapi dimulai, yaitu saat iskemia iris berkurang dan

tekanan intraokuler menurun sehingga memungkinkan sfingter pupil berespon terhadap obat.

Steroid topikal dapat juga digunakan untuk menurunkan peradangan intraokular sekunder.

Setelah tekanan intraokuler dapat dikontrol, harus dilakukan iridektomi perifer untuk membentuk

hubungan permanen antara bilik mata depan dan belakang sehingga kekambuhan iris bombe

(penonjolan iris) dapat dicegah. Ini paling sering dilakukan dengan laser YAG: neodymium.

Iridektomi perifer secara bedah merupakan terapi konvensional bila terapi laser tidak berhasil.

Mata sebelahnya harus menjalani iridotomi laser profilaktik.1,5

Non-Medikamentosa

Pada pasien dianjurkan supaya menjaga emosinya, jangan membaca terlalu dekat dan

jangan berada lama di tempat gelap. Hal ini karena dapat menyebabkan pupil dilatasi sehingga

nanti menyebabkan sudut bilik mata tertutup dan menyebabkan kambuhnya glaukoma sudut

tertutup.

Pencegahan

Beberapa orang memiliki peningkatan risiko mendapatkan AACG (Acute Angle closure

glaukoma) karena mereka memiliki ruang anterior dangkal atau sudut drainase yang sempit.

Kadang-kadang, hal ini dapat diperhatikan pada pemeriksaan mata rutin. Pasien harus diberitahu

tentang hal ini dan disarankan untuk berhati-hati dengan obat-obatan tertentu dan tetes mata.

Disarankan untuk menjalani perawatan seperti laser iridotomy untuk mencegah serangan akut.

Waspadai gejala mata merah dengan rasa sakit atau muntah, atau mata merah dengan visi

berkurang, Bila mengambil obat baru atau memiliki tetes mata untuk melebarkan pupil, dan

12

Page 13: PBL 23 Glaukoma

kemudian memiliki gejala AACG, disarankan untuk mencari dan memberi tahu hal tersebut

kepada tenaga medis. Katakan kepada dokter tentang obat-obatan dan gejala. Hal ini membuat

masalah di ketahui lebih awal dan mudah dikenali.6

Komplikasi

Apabila terapi ditunda, iris perifer dapat melekat ke anyaman trabekular (sinekia anterior)

sehingga menimbulkan oklusi sudut bilik mata depan ireversibel yang memerlukan tindakan

bedah untuk memperbaikinya. Sering terjadi kerusakan nervus optikus yang akan menimbulkan

kebutaan.1,7

Prognosis

Prognosis dari glaukoma sudut tertutup adalah bervariasi, didasarkan pada tahapan

penyakit yang telah dicapai. Glaukoma sudut tertutup yang tidak diobati bisa menimbulkan

kebutaan kira-kira 33-75% mata yang terkena. Tetapi, pada tahap awal penyakit pada

kebanyakan orang dengan sudut anatomis yang menyempit bisa dilakukan laser iridektomi

dengan efektifitas yang baik. Pada setiap kasus, pengobatan topikal dan trabekulektomi selalu

dibutuhkan . Prognosis lebih buruk muncul pada orang yang menderita serangan akut glaukoma

sudut tertutup. Biasanya pada mata lain yang belum terkena glaukoma akut sudut tertutup,

nantinya juga akan terkena serangan akut.8

PENUTUP

Glaukoma akut merupakan jenis glaukoma sudut tertutup di mana selain terjadi

peningkatan tekanan intraokular, sudut bilik mata depan tampak menutup sehingga aliran cairan

aqueous humor terhambat. Pasien merasakan gejala kekaburan penglihatan mendadak yang

disertai nyeri hebat, halo, serta mual dan muntah pada serangan akut mata pasien tampak

13

Page 14: PBL 23 Glaukoma

kemerahan. Glaukoma akut merupakan kasus kegawatdaruratan yang harus segera diberi

penanganan. Pada kasus, glaukoma akut terjadi pada okula dekstra, biasanya memungkinkan

untuk mata satunya yakni okula sinistra mengalami serangan akut, mengingat okula sinistra juga

mengalami glaukoma sudut tertutup berdasarkan pemeriksaan. Pada glaukoma sudut tertutup

primer biasanya terjadi secara bilateral.

Penanganan awal yang dapat dilakukan ialah untuk menurunkan tekanan intraokular,

selebihnya penanganan segera dapat mempengaruhi prognosis dan meminimalisir kemungkinan

terjadinya komplikasi.

14

Page 15: PBL 23 Glaukoma

DAFTAR PUSTAKA

1. Pendit BU, Susanto D. Oftalmologi umum vaughan & asbury. Edisi 17. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2012.h. 28-50, 212-24

2. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;

2005.h.44-5

3. Ilyas HS. Ilmu penyakit mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. h.47-8,

167-77, 212-3

4. James B, Chew C, Bron A. Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006.h.106

5. Neal MJ. At a glance farmakologi medis. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.h.27

6. Wright M. Acute angle-closure glaukoma. 27 Agustus 2010. Diunduh dari:

http://www.patient.co.uk/health/acute-angle-closure-glaukoma, 25 Maret 2013.

7. Corwin EJ. Buku saku: patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;

2009.h. 383

8. Shaarawy TM, Sherwood MB, Hitchings RA, dkk. Glaukoma. Volume 1. Maryland

Heights: Elsevier; 2009.h. 335

15