katarak kongenital.docx

27
REFERAT KATARAK KONGENITAL Diajukan guna memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Umum Daerah Kudus Pembimbing : dr. Djoko Heru S., Sp.M Disusun oleh : Jessica Purnamasari 406117021 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA 2012 1

Upload: handriee-oka-diputera

Post on 04-Jan-2016

107 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: katarak kongenital.docx

REFERAT

KATARAK KONGENITAL

Diajukan guna memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kesehatan Mata

Rumah Sakit Umum Daerah Kudus

Pembimbing :

dr. Djoko Heru S., Sp.M

Disusun oleh :

Jessica Purnamasari

406117021

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

JAKARTA

2012

1

Page 2: katarak kongenital.docx

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Jessica Purnamasari

NIM : 406117021

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Tarumanagara

Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian : Ilmu Penyakit Mata

Judul Ujian : katarak kongenital

Pembimbing : dr. Djoko Heru, Sp.M.

Kudus, Juli 2012

Pembimbing Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD KUDUS

dr. Djoko Heru, Sp.M.

2

Page 3: katarak kongenital.docx

DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................. 1

Lembar Pengesahan......................................................................................................... 2

Daftar Isi.......................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................... 4

B. Tujuan Penulisan............................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi........................................................................................................... 5

B. Prevalensi....................................................................................................... 5

C. Anatomi.......................................................................................................... 5

D. Etiologi............................................................................................................ 6

E. Patofisiologi.................................................................................................. 8

F. Tanda dan Gejala.............................................................................................. 9

G. DD..................................................................................................................... 12

H. Diagnosis........................................................................................................... 12

I. Terapi................................................................................................................. 13

J. Prognosis........................................................................................................... 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................... 16

B. Saran.................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 18

BAB I

3

Page 4: katarak kongenital.docx

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract dan Latin

cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana

penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap

keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi ( penambahan cairan )

lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya.

Kaarak kerap disebut – sebut sebagai penyebab kebutaan nomor satu di

Indonesia. Bahkan, mengacu pada data World Health Organization (WHO),

sebagaimana dipublikasikan melalui situs www.who,int, katarak menyumbang sekitar

48 % kasus kebutaan di dunia.

Menurut WHO negara berkembang 1 – 3 % penduduk mengalami kebutaan

dan 50 % penyebabnya adalah katarak. Sedangkan untuk negara maju sekitar 1,2 %

penyebab kebutaan adalah katarak. Menurut survei depkes RI tahun 1982 pada 8

propinsi, prevalensi kebutaan bilateral adalah 1,23% dari seluruh penduduk

sedangkan prevalensi kebutaan unilateral adalah 2,1 % dari seluruh penduduk.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dilakukan pembuatan refrat ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

menempuh ujian akhir stase Ilmu Penyakit Mata di daerah RSUD.

BAB II

4

Page 5: katarak kongenital.docx

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Menurut kamus kedokteran Dorland, katarak adalah kekeruhan pada lensa

kristalin mata atau kapsulnya.

Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera lahir

dan bayi berusia kurang dari satu tahun.

B. Prevalensi

Katarak kongenital terjadi kira – kira 3:10.000 dari kelahiran hidup. Dlam 2/3

kasusnya adalah katarak bilateral.

C. Anatomi mata

Lensa adalah suatu bangunan bikonveks, avaskular, jernih seperti cakram. Tersusun

dari struktur yang sangat transparan dengan diameter 9 mm, tebal 4 mm dengan lengkung

dipermukaan belakang lebih kuat. Terbungkus dalam kapsul semipermiabel tetapi permeabel

5

Page 6: katarak kongenital.docx

terhadap air dan elektrolit. Terletak di bagian depan corpus vitreum, di fossa patelaris dan di

belakang iris dan pupil.

D. Etiologi

Etiologi seseorang yaitu katarak kongenital unilateral atau bilateral.Kebanyakan dari

katarak kongenital unilateral adalah idopatik (tidak diketahui penyebabnya). Katarak

kongenital bilateral biasanya merupakan penyakit herediter (diwariskan secara autosomal

dominan) dan sering bersarna penyakit sistemik yang lain. Katarak kongenital unilateral

paling banyak ditemukan bersama penyakit anomali okular yang lain. Selain itu, penyebab-

penyebab utama yang lain adalah bisa disebabkan oleh penyakit infeksi maternal.,"

1. Herediter dan penyakit sistemik lain.

Beberapa katarak adalah herediter, ddak terkait dengan penyakit lain. Cara pewarisan

yang paling sering adalah autosomal dominan.Pewarisan autosamal resesif jarang terjadi.

Penyakit herediter dengan kelainan kromosom yang meiryebabkan katarak antara lain

trisomy 18 (Edward's syndrome), trisomy 21 (Down ,s syndrome), Turner's syndrome, dan

trisomy 13 (Patau's syndrome). Selain itu penyakit sistemik lain seperti kraniofasial

sindrom, penyakit muskulokaletal dan renal serta penyakit metabolik (galaktosemia, Fabry

sindrom, Wilson sindrom) bisa menjadi penyebab katarak kongenital terutama katarak

kongenital bilateral.

a. sindrom Down

kelainan ini merupakan kelainan kromosom, yaitu kelebihan satu kromosom 21.

Kelainan pada mata yang bisa ditemukan antara lain hiperplasia iris, celah palpebra

sempit ( sipit ), kemiringan oriental, sering terjadi strasbismus, epikantus, sering

terjadi katarak, miopia tinggi (33%), dan bercak brusfield ( abu – abu perak pada

iris ).

b. sindrom lowe

sindrom yang langka ini terdiri dari defek serebral, retradasi mental dan kelainan

okular yang berkaitan dengan bentuk tubuh kerdil karena disfungsi ginjal. Gambaran

di mata berupa katarak kongenital, glaukoma infantil, dan nistagmus. Kelainan ini

lebih banyak pada pria karena pewarisannya yang terkait X.

c. sindrom marfan

pada sindrom ini tulang – tulang bertambah panjang ( jari tangan dan jari kaki 0,

ligamen kendor, terdapat penyakit jantung bawaan, serta ada kelainan tulang belakang

dan sendi – sendi. Gambaran pada mata berupa dislokasi lensa ke arah superior dan

6

Page 7: katarak kongenital.docx

nasal, kelainan refraksi berta, megalokornea, katarak, koloboma uvea, dan glaukoma

sekunder. Mungkin juga diperlukan ekstraksi lensa yang mengalami dislokasi.

araknodaktili pada sindrom marfan dan dislokasi lensa

superior pada sindrom marfan

d. sindrom rubella

sindrom rubella yang dibicarakan disini merupakan kelainan kongenital akibat infeksi

rubella pada bayi waktu masih dalam kandungan. Apabila ibu yang tengah

mengandung terkean infeksi rubella, maka virus akan menyebar ke dalam peredaran

darah, masuk plasenta dan menginfeksi janin. Ibu yang sakit memberi gejala yang

tidak jelas dan sering diabaikan, misalnya makula merah pada wajah, yang menyebar

ke bahu dan badan selama 2 hari. Terjadi juga limfadenitis retroarikular dan oksipital

dengan gejala nyeri waktu menyisir rambut.

Sel – sel bayi yang terinfeksi virus akan mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga

pada waktu lahir akan mengandung banyak jaringan yang tidak sempurna

pertumbuhannya. Tanda – tanda sindrom rubella kongenital bisa digolongkan menjadi

tanda – tanda yang terdapat di mata dan yang terdapat di luar mata. Tanda – tanda

yang terdapat di mata antara lain katarak ( unilateral atau bilateral ), miksroftalmus,

hipoplasi iris, beberapa area nekrotik pada badan silier, koloboma pada uvea,

strasbismus, glaukoma kongenital, korioretinitis dengan kadang – kadang terjadi

atrofi optik dan kekeruhan lensa.

Tanda – tanda diluar mata anatara lain ditemukannya kelainan pada jantung

( misalnya duktus arteriosus persistenm stenosis arteri pulmonalism defek septum

7

Page 8: katarak kongenital.docx

satrium, dan defek septum ventrikel ), cacat pada otak dan terjadi retradasi mental

dengn mikrosefali dan cacat pada pendengaran berupa tuli neurosensoris.

Virus rubella bisa ditemukan di nasofaring, tenggorok, darah, cairan serebrospinal dan

air kemih. Virus ini ditularkan lewat percikan ludah. Selma 1 – 2 hari sebelum dan

sesudah adanya makula kemerahan virus rubella mudah menular. Namun demikian,

bayi dengan sindrom rubela kongenital masih bisa menualrkan virus tersebut hingga

bayi berusia 18 bulan, apabila di tenggorokkannnya masih ditemukan virus rubella.

2. Anomali okular

Katarak kongenital unilateral sering disertai dengan anomaly ocular yang lain

seperti persistent fetal vasculature (PFV), disgenesis segmen anterior dan tumor pada

segmen posterior. Aaomali ini bisa menyebabkan mekanisme fisiologis pada lensa berubah

dan akhirnya menyebabkan katarak.s

3. Penyakit infeksi maternal

Katarak kongenital dapat juga disebabkan karena infeksi intrauterine terutama

petryakit TORCH yaitu seperti toxoplasmosis, rubella dan infeksi cylomegalovirus dan

virus herpes. Contoh lain adalah varicella, choriomeningitis virus dan HIV.S 

E. Patofisiologi

Lensa terbentuk saati invagimasi permukaan ektoderm mata. Nukleus embrionik

berkembang pada bulan ke enam kehamilan. Sekitar nukleus embrionik terdapat nukleus

fetus. Saat kelahiran, nukleus fetal dan nukleus embrionik membentuk hampir sebgian lensa.

Setelah kelahiran, serat kortikal lensa terletak pada peralihan epithelium lensa anterior

8

Page 9: katarak kongenital.docx

dengan serat kortikal lensa. Sutura Y merupakan tanda penting karena dapat mengidentifikasi

besarnya nukleus fetus. Bagian lensa mulai dari perifer ke sutura Y merupakan korteks lensa,

dimana bahan lensa yang ada di sutura Y adalah nuklear. Pada pemeriksaan dengan dlit lamo,

posisi sutura Y anterior tegak, sedangkan sutura Y posterior terbali. Beberapa kelainan seperti

infkesi, trauma, kelainan metaboik pada serat nuklear ataupum serat lentikular dapat

menyebabkan kekeruhan media lentikular yang awalnya jernih. Lokasi dan pola kekeruhan

dapat digunakan untuk menentukan waktu terjadinya kelaianan serta etiologinya.

Pada infeksi, seperti infeksi toksoplasma dan rubella, virus dapat menembus kapsul

lensa pada usia 6 minggu kehamilan. Terdapat opasitas saat lahir tapi berkembang setelah

beberapa minggu sampai beberapa bulan kehamilan. Seluruh lensa bisa menjadi opaq.

Virus bisa tetap ada dalam lensa hingga usia 3 tahun.

F. Tanda dan Gejala

1. Katarak kongenital bilateral

Katarak bilateral biasanya ditunmkan secara autosomal dominan, dapat juga

karena penyakit sistemik dan metabolik seperti diabetes, gataktosemia atau Lowe's

syndrome.s Katarak kongenital bilateral ham diterapi pada usia 3 bulanatau akan

terjadi nistagmus ireversibel dengan ketajaman penglihatan yang jelek. Kekeruhan

lebih dari 3 mm dapat menyebabkan gangguan penglihatan yang signifik,an. Pada

katarak bilateral, operasi pada mata kedua ham dilakukan sesegera mungkin. 6

2. Katarak kongenital unilateral

Katarak unilateral biasanya terjadi secara sporadic atau idiopatik. Dapat

akibat abnormalitas ocular lain (seperti persistent fetal vasculature (PFV), disgenesis

segmen anterior dan tumor pada segmen posterior), trauma atau juga karena infeksi

intrauterine.Gejala yang ditunjukkan adalah leukokoria dan strabismus. Pengabatan

dapat dilakukan pada usia 6-8 mnggu kehidupan.

9

Page 10: katarak kongenital.docx

Klasifikasi katarak congenital berdasarkan lokasi :

1. Katarak Polaris Anterior

Kekeruhan terdapat pada bagian depan lensa persis di tengah – tengah, katarak ini

terjadi karena tidak sempurnanya pelepasan kornea terhadap lensa. Bentu k

kekeruhannya seperti pyramid dengan tepi yang jernih, sehingga apabila pupilnya

midriasis maka visus akan lebih baik. Tipe ini umumnya tidak progresif.

2. Katarak polaris Posterior

Karena selubung vaskularis tak teresorbsi dengan sempurna, maka akan timbul

kkekeruhan di bagian belakang lensa. Keadaan ini diturunkan secara autosomial

dominan, tidak progresif dan visus membaik pada penetesan midriatika.

3. Katarak zonularis

Kekeruhan terdapat pada zona tertentu. Kekeruhan pada nukleus disebuy katarak

nuklearis. Pada umumnya visus buruk. Katarak ini diduga diturunkan secara

autosomal atau resesif atau mungkin terangkai gonosom. Kekeruhan yang terdapat

pada lamela yang mengelilingi area calon nukleus yang masih jernih disebut

katarak lamelaris, gambarannya seperti cakram dengan jari – jari raidal. Penyebab

nya diduga faktor herediter, dengan sifat perwarisan autosomal dominan. Namun

mungkin juga terkait dengan infeksi rubellam hipoglikemia, hipokalsemia dan

arena paparan radiasi. Sedangkan katarak yang terdapat pada sutura Y disebut

sebagai katark stelata.

10

Page 11: katarak kongenital.docx

4. Katarak membranasea

Lensa yang keruh menjadi sangat tipis seperti membran dan sering berisi jaringan

ikat. Pada umumnya disertai bermcam – macam kelainan lain.

5. Katarak totalis

Seluruh lensa menjadi keruh, hal ini sering terdapat pada galaktosemia

6. Katarak stelata

Kekeruhan terjadi pada sutura, dimana serat-serat dari substansi lensa bertemu,

yang merupakan huruf Y yang tegak di depan, dan huruf Y yang terbalik di

belakang. Biasanya tidak banyak mengganggu visus sehingga tidak memerlukan

pengobatan.

7. Arteri hialoidea yang persisten

Arteri Hialoidea merupakan cabang dari a. retina sentral yang memberi

makan pada lensa.Pada umur 6 bulan dalam kandungan, a. hialoidea mulai

diserap, sehingga pada keadaan normal, pada waktu lahir sudah tak tampak

lagi.Kadang-kadang penyerapan tak berlangsung sempurna sehingga masih

tertinggal sebagai bercak putih di belakang lensa, berbentuk ekor yang mulai di

11

Page 12: katarak kongenital.docx

posterior lensa.Gangguan terhadap visus tak banyak.Visus biasanya masih 5/5,

kekeruhannya stasioner, sehingga tak memerlukan tindakan.

8. Katarak aksialis

Kekeruhan terletak pada aksis lensa. Keluhan dan tindakan sama dengan katarak

polaris anterior.

Gejala katrak kongenital antara lain :

- Hilangnya penglihatan tanpa rasa nyeri

- Rasa silau

- Kelainan refraksi

G. Diagnosis

Lensa yang keruh dapat terlihat tanpa bantuan alat khusus dan tampak sebagi warna

putih pada pupil yang seharusnya berwarna hitam. Bayi gagal menunjukkan kesadaran visual

terhadap lingkungan di sekitarnya dan kadang terdapat nistagmus ( gerakan mata yang cepat

dan tidak biasa ). Untuk menegakkan diagnosis, dilakukan pemeriksaan mata lengkap.

Pemeriksaan lensa dilakukan dengan pemeriksaan lampu biasa, penyinaran fokal, slitlamp,

oftalmoskop pada pupil yang dilebarkan dahulu. Untuk mencari kemungkinan penyebabnya

perlu dilakukan pemeriksaan darah dan rontgen.

H. Diferensial Diagnosis

1. Retinoblastoma

Retinoblastoma adalah kanker retina ( daerah di belakang mata yang peka

terhadap cahaya ) yang menyerang anak berumur kurang dari 5 tahun, 2 % dari

kanker pada masa kanan- kanak adalah retinoblastoma. Gejalanya berupa pupil

berwarna putih, mata juling ( strasbismus). Mata merah dan nyeri gangguang

penglihatan Iris pada kedua mata memiliki warna yang berlainan, dapat terjadi

kebutaan. Pemeriksaan mata dalam keadaan pupil melebar. Dapat didiagnosis

dengan CT scan kepala, USG mata, pemeriksaan cairan serebrospinal,

pemeriksaan sumsum tulang.

2. Lentikonus

Adalah suatu kelaianan lensa dimana pada permukaan anterris atau posterior

lendsa terdapat deformasu berbentuk konus. Lentikonus posterior lebih sering

dijumpai daripada lentikonus anterior. Pada lentikonus posterior terdapat

pengembungan di posterior lensa. Kejadian unilateral dan biasanya sporadik,

12

Page 13: katarak kongenital.docx

namun bisa juga bilateral pada keadaan familial dan sindrom lowe.

Padalentikonus anterior penggembungannya di anterior. Terdapat hubungan dalam

sindrom alport.

I. Penatalaksanaan

Penanganan katarak kongenital tergantung pada tipe unilateral atau bilateral, adanya

kelainan mmta lain, dan saat terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang

memuaskan bergaatung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah

terjadi ambliopia.Bila terdapat nistagmus, maka keadaam ini menunjukkan hal yang buruk

pada katarak kongenital.

Pengobatan katarak kongenital bergantung pada:

1. Katarak total bilateral, diamana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera katarak

terlihact.

2. Ka.tarak total unilateral, yang biasanya diakibatkan trauma, dilakukan pembedahan 6 bulan

setelah terlihat atau segera sebelum terjadinya strabismus, bila terlalu muda akan mudah

terjadi ambliopia bila tidak dilakukan dengan segera. Perawatan untitk ambliopia sebaiknya

dilalculcan sebaik-baiknya.

3. Katarak total unilateral, memptmyai prognosis yang buruk, karena mudah sekali terjadinya

ambliopia, karena itu sebaiknya dialakukan pembedahan secepat mungkin, dan diberikan

kacamata segera dengan latihan bebat mata.

4. Katarak biletaral parsial, biasanya pengotatan lebih konservatif sehingga sementara dapat

dicoba dengan kaeamata atau midriatika, bila terjadi kekendian yang progresif disertai

dengan mulainya tanda-tanda strabismus dan ambliopia maka dilakukan pembedahan,

biasanya mempunyai prognosis yang lebih baik.7

Tindakan pengobatan pada katarak congenital adalah operasi :

a) Operasi katarak kongenital dilakukan apabila reflex fundus tidak nampak.

b} Biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau lebih

muda bila telah dapat dilakukan pembiusan.7'9

Tindakan bedah yang umum dikenal adalah :

1. Disisi Lensa

Tindakan bedah pada disinsi lensa adalah dengan menuduk atau merobek kapsul

anterior lensa dengan harapan badan lensa yang cair keluar.Bahan lensa yang keluar

13

Page 14: katarak kongenital.docx

mengalir bersama dengan cairan (humor aquos) atau difagositosis oleh makrofag. Setelah

terjadi absorbs sempurna, maka mata menjadi afakia atau 6dak mempunyai lensa lagi.

Indikasi dilakukannya disisi lensa

a) Umur kurang dari 1 tahun

b) Pada pemeriksaan, fundus tak terlihat.

Penyulit disisi lensa:

1.Uveitis fakoanafilaktik

Terjadi karena massa lensa merupakan benda asing untuk jaringan sehingga menimbulkan

reaksi radang terhadap massa lensa tubuh sendiri.

2.Glaukoma sekunder,

Timbul karena massa lensa menyumbat sudut bilik mata, sehingga mengganggu aliran cairan

bilik mata depan.

3.Katarak sekundaria

Dapat terjadi bila massa lensa tidak dapat diserap dengan sempurna dan menimbulkan

jaringan fibrosis yang dapat menutupi pupil sehingga mengganggu penglihatan dikemudian

hari sehingga harus dilakukan disisi katarak sekundaria, untuk memperbaiki visusnya.

Disisi lensa sebaiknya dilakukan sedini mungkin, karena fovea sentralisnya harus

berkembang waktu bayi lahir sampai umur 7 bulan.Kemungkinan perkembangan terbaik

adalah pada umur 3-7 bulan.Syarat untuk perkembangan ini fovea sentralis harus

mendapatkan rangsang cahaya yang cukup. Jika katarak dibiarkan sampai anak berumur lebih

dari 7 bulan, biasanya fovea sentralisnya tak dapat berkembang 100 %, visusnya tidak akan

mencapai 5/5 walaupun dioperasi. Hal ini disebut amliopia sensoris (ambliopia ex anopsia).

Jika katarak itu dibiarkan sampai umur 2-3 tahun, fovea sentralis tidak akan berkembang lagi,

sehingga kemampuan fiksasi dari fovea sentralis tak dapat lagi tercapai dan mata menjadi

goyang (nistagmus), bahkan dapat terjadi pula strabismus sebagai penyulit. Jadi sebaiknya

operasi dilakukan sedini mungkin, bila tidak didapat kontraindikasi untuk pembiusan

umum.Operasi dilakukan pada satu mata dulu, bila mata ini sudah tenang, mata sebelahnya

dioperasi pula, jika kedua mata sudah tenang, penderita dapat dipulangkan.

Pada katarak kongenital yang mononukelar dan dibedah dini, disertai pemberian lensa kontak

segera setelah pembedahan, dapat menghindari gangguan perkembangan penglihatan.

2: Ekstraksi linear

14

Page 15: katarak kongenital.docx

Ekstralcsi linear dibuat insisi pada kornea dan dilakukan robekan pada kapsul anterior

lensa.Dimasukkan sendok Daviel ke dalam blik mata atau lensa kemudian lensa dibersihkan

dari balm lensa yang berada di dalam kapsul.Pada saat sekarang untuk mengeluarkan badan

lensa dapat dilakukan dengan aspirasi selanjutnya luka kornea dapat dijahit kembali. Bila

ada bahan lensa yang masih tertinggal diharapkan seperti pada disisio lentis yaitu sisa lensa

uu akan keluar bersama cairan mata dan difagositosis.7'g-9

Masalah penatalaksanaan yang utama pada katarak kongenital adalah ambliopia. Apakah

masalah ini dapat diatasi secara adekuat merupakan faktor utama dalam menentukan apakah

dapat MAW= tindakan bedah dini untuk katarak congenital monocular. Pada kasus katarak

congenital bilateral, interval waktu antara operasi kedua mata harus sependek mungkin untuk

menghindari timbulnya ambliopia pada mata kedua. Apabila akan dilakukan tindakan

tersebut, sebaiknya dilakukan dalam beberapa minggu perfama kehidupan.6

Tindakan bedah secara dini dilaporkan menghasilkan penglihatan yang baik untuk

kataxak unilateral dan bilateral.Kemudian, diupayakan koreksi dengan lensa kontak Iangka

panjang yang harus sering diubah untuk mempertaliankan koreksi yang optimal. Tatalaksana

lensa kontak membutuhkan input dan motivasi dari orang tua anak. Lensa intraocular

sekarang ini semakin banyak diimplan pada anak di atas usia 2 tahun. Mata menjadi

bertambah miopik dengan pertambahan usia anak, namun demkian sulit membuat pilihan

kekuatanlensa.

J. Prognosis

Prognosis katarak kongenital bergantung pada banyak faktor, termasuk sifat katarak,

umur mulainya, umur intervensi, lama dan beratnya ambliopia yang menyertai dan adanya

kelianan ocular terkait seperti nistagmus dan strabismus.Prognosis umumnya baik pada

katarak tipe lamellar atau nuclear. Dan prognosis buruk pada katarak total dapat

meayebabkan mikrokornea, dilatasi pupil dan peningkatan resiko terjadinya glaucoma

Microphtalmua, stcabismua, nistagmus dan

ambliopia juga bisa terjadi. 90% pasien dengan katarak congenital bilateral akan berkembang

menjadi nistagmus jika tidak diterapi pada 2 bulan pertama kehidupsn.

Prognosis penglihatan untuk pasien katarak kongenital tidak sebaik prognosis katarak senilis.

Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatas tingkat

pencapaian penglihatan pada kelompok pasien ini

15

Page 16: katarak kongenital.docx

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera

setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. katarak kerap disebut – sebut

sebagai penyebab kebutaan nomor satu di Indonesia. Bahkan, mengacu pada data

World Health Organization (WHO), sebagaimana dipublikasikan melalui situs

www.who.int, katarak menyumbang sekitar 48% kasus kebutaan di duni. Katarak

kongenital terjadi kira – kira 3:10.000 dari kelahiran hidup. Dan 2/3 kasusnya

adalah katarak bilateral.

Penyebab katarak kongenital bisa bermacam – macam. Sebagian katarak

bersifat idiopatik atau herediter. Dalam hal ini bisa dikaitkan dengan kelainan

kromosom, misalnya sindrom down, sindrom lowe, dan sindrom infeksi

toksoplasma dan rubella kelainan metabolik seperti galaktosemia, hipoglikemia,

dan kondisi anoreksia juga dapat menimbulkan katarak.

Katarak kongenital terdiri dari beberapa jenis yaitu, katarak polaris anterior,

katarak polaris posterior, katarak zonularis, katarak membranasea, katarak totalis.

Hilangnya penglihatan tanpa rasa nyeri, rasa silau, kelainan refraksi, merupakan

gejala – gejala katarak yang sering kali timbul. Diagnosis banding dari katarak

kongenital adalah lentikonus dan retinoblastoma. Dapat didiagnosis dengan CT

scan kepala, USG mata. Pemeriksaan cairan serebrospinal, pemeriksaan sumsum

tulang.

Terapi pada katarak kongenital sudah dapat dilakukan pembedahan pada usia

2 bulan pada satu mata. Paling lambat mata yang lainnya sydah dilakukan

pembedahan bila bayi berusia 2 tahun, pada katarak total sebaiknya operasi

dilakukan pada waktu bayi berusia 7 bulan sebab operasi pada usia yang lebih tua

akan menyebabkan penurunan kemampuan penglihatan atau ambliopia.

Prognosis penglihatan untuk pasien pada katarak anak – anak yang

memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis.

Adanya mbliopia dan kadang – kadang anomali saraf optikus atau retina

membatasi tingkat pencapaian penglihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis

untuk perbaikan ketajaman penglihatan setelah operasi paling buruk pada katarak

16

Page 17: katarak kongenital.docx

kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit

yang progresif lambat.

B. Saran

1. Untuk mencegah komplikasi sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya

jika sudah memenuhi syarat

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk teknik – teknik operasi katarak

kongenital yang baru guna meminimalisir angka komplikasi post operasi.

17

Page 18: katarak kongenital.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. htpp://www.infomedika.com:Katarak, Jakarta Eye Center, Thursday, 5 June 2008.

2. http://www.medicastore.com/: Katarak kongenital.

3.Ilyas, Sidarta, Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-2, Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000

4.Vaughan DG, Asbury T. Lensa. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Alih Bahasa

Tambajong J, Pendit UB. Widya Medika. Jakarta, 2000 : 175,183-4.

18