paracetamol 1b

25
Disusun oleh : Verranisa Setyaninggar LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA OBAT “EVALUASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN PARACETAMOL SIRUP” GROUP 1B: RITA SELFIYANA CINDY SAGITA PUTRI VERRANISA SETYANINGGAR FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA 2013

Upload: verranisasetyaninggar

Post on 16-Dec-2015

189 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

aseloleh jos

TRANSCRIPT

Disusun oleh : Verranisa Setyaninggar

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA OBAT

EVALUASI DAN PENETAPAN KADAR SEDIAAN PARACETAMOL SIRUP

GROUP 1B:RITA SELFIYANACINDY SAGITA PUTRIVERRANISA SETYANINGGAR

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

20131. Judul: Penetapan Kadar Paracemol (Acetaminophenum) dalam sediaan sirup2. Tujuan:

a. Dapat mengetahui kadar Paracetamol dalam sediaan sirup.b. Memahami dan mengetahui prinsip kerja dari penetapan kadar Paracetamol dalam sirupc. Dapat mengevaluasi sediaan sirup dan membandingan dengan ketentuan Farmakope Indonesia

3. TeoriSirup (Sirupi) adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup dapat juga dikatakan sebagai sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Pada sediaan ini dapat ditambahkan gliserol, sorbitol atau polialkohol yang lain dalam jumlah yang sedikit dengan maksud untuk meningkatkan kelarutan obat dan menghalangi pembentukan hablur sakarosa.Kadar sakarosa dalam sirup adalah tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,9%, kecuali dinyatakan lain. Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66% sakarosa, bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62% sirup akan membusuk.Berat jenis sirup ialah kira-kira1,3. Sirup disimpan dalam wadah tertutup rapat dan ditempat yang sejuk. Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa (pecah menjadi glukosa dan fruktosa) dan bila sirup yang bereaksi asam maka inversi akan lebih cepat terjadi.Dalam larutan berair, mengandung 62% atau lebih sakarosa tidak dapat ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak terbunuh. Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila dalam resep sirup diencerkan dengan air, dapat pula ditumbuhi jamur. Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk maka ditambah nipagin sebagai pengawet. Larutan gula yang encer, merupakan medium pertumbuhan bagi jamur, ragi, dan bakteri.Adapun 3 macam sirup yaitu:

Sirup simpleks mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v.

Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan dan digunakan untuk pengobatan.

Sirup pewangi, tidak mengandung obat tapi mengandung zat pewangi atau zat penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk menutupi rasa tidak enak dan bau obat yang tidak enak.

Sirup dibuat dengan cara dipanaskan dan ditambah gula, jika perlu dididihkan hingga larut. Ditambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki dan bila terjadi busa, hilangkan busanya dan diserkai. Pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glukosida antrakinon ditambahkan natrium karbonat sejumlah 10% bobot simplisia. Pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan nipagin 0,25% b/v atau pengawet yang cocok.Adapun uji evaluasi pada sirup adalah sebagai berikut :

Uji Organoleptis

Uji Volume

Uji Penetapan Bobot Jenis

Uji pH

Uji Kekentalan

Uji Indeks Bias4. Monografi PARACETAMOL (Farmakope Indonesia IV hal 649)

Acetaminophenum

4Hdroksiaasetanilida [103-90-2]

C8H9NO2

BM 151,16

Paracetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 dihitung terhadap zat anhidrat.

Pemerian, serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.

Kelarutan, larut dalam air mendidih dan dalam Natirum hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol.

Identifikasi

A. Serbuk serapan inframerah zat yang telah dikeringkan di atas pengering yang cocok dan didispersikan dalam Kalium bromida P menunjukan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama sperti Paracetamol BPFI.B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 200.000) dalam campuran asam klorida 0,1 N dalam metanol p ( 1dalam 100), menunjukan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti pada Paracetamol BPFI.C. Memenuhi uji identifikasi secara kromatografi lapis tipis , gunakan larutan 1 mg per ml dalam metanol p dan fase gerak diklormetana P-metanol p (4:1)

Jarak lebur, antara 168 samapai 172

PARACETAMOLI SOLUTIO ORALIS

Larutan Oral Paracetamol (Farmakope Indonesia IV hal 651)Larutan oral paracetamol mengandung paracetamol, C8H9NO2 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Baku pembanding, Paracetamol BPFI; lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 18 jam sebelum digunakan

Identifikasi

A. Waktu retensi puncak utama larutan uji sesuai dengan laritan baku seprti tertera pada Penetapan kadar. B. Encerkan sejumlah zat uji dengan metanol p. Hingga diperoleh larutan yang mengandung lebih kurang 1 mg paracetamol per ml. Larutan memenuhi Uji Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis . menggunakan fase gerak campuran diklormetanol kaloridap-metanol (4:1)5. Alat dan Bahan Bahan

1. Sampel Paracetamol syrup, 2. Sulfanilamid P.k, 3. HCl 2M, 4. Pasta Kanji Iod, 5. KBr, H2SO4 10%, 6. NaNO2 0,1 M, 7. Aquadest,8. Es batu, 9. diklorometana klorida P, dan10. methanol P.

Alat

1. Plat KLT,2. Chamber, 3. Erlenmeyer, 4. Buret, 5. Statip, klem

6. Beaker glass, 7. Gelas ukur, 8. Pipet tetes, 9. Spatel, 10. , Batang pengaduk,11. Baskom, 12. Refraktometer, Piknometer, dan Viskometer.13. Plastik, Karet.6. Prosedur kerja Uji Kualitatif :

Uji Organoleptik

Meliputi bentuk, warna, bau dari sediaan salep. Uji Volume

Sirup paracetamol di tuangkan kedalam gelas ukur, kemudian catat volume yang di dapat hasil pengukuran.

Uji Penetapan bobot jenis ( FI edisi IV, 1030)

Gunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru di didihkan pada suhu 25. Atur hingga suhu zat uji lebih kurang 20 masukan kedalam piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25, buang kelebihan zat uji dan timbang.

Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi. Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25 Uji penetapan kekentalan (FI edisi IV, 1037)

Masukan sejumlah minyak kedalam tabung pengisi, atur suhu 20, 0.1 dan pindahkan ketabung kapiler dengan pangisapan perlahan dan hai-hati untuk mencegah terbentuknya gelembung udara dalam cairan yang menutup lubanng tabung pengisi. Atur miniskus cairan dalam tabung kapiler hingga garis graduasi teratas. Buka lubang udara dan tabung kapiler agar cairan dapat mengalir bebas ke dalam wadah melawan tekanan atmosfer (Catat kegagalan membuka tabung pengisi sebelum melepas tabung kapiler akan menyebabkan kesalahan pengamatan). Catat waktu dalam detik, yang diperlukan cairan untuk mengalir dari batas atas hingga batas bawah dalam tabung kapiler. Uji penetapan pH (FI edisi IV, 1039)

Harga pH adalah harga yang dibersihkan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesui, yang telah dibakukan sebagaimana semestinya, yang mampu mengukur harga pH sampai 0.02 unit pH menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda pembanding yang sesuai seperti elektroda kaiomei atau elektroda perak klorida. Atau dengan indikator pH. Uji Penetapan Indeks Bias (FI edisi IV, 1030)

Harga index bias dalam farmakope ini dinyatakan untuk garis D cahaya natrium pada panjang gelombang dublet 589.0 dan 589.6nm, umumnya alat dirancang untuk digunakan dengan cahaya putih, tetapi dikalibrasi agar memberikanindex bias untuk garis D cahaya natrium.

Uji Kromatografi lapis Tipis (KLT) : Identifikasi KLT ( FI IV hal 651)Sejumlah zat ujidiencerkan dengan metanol P hingga diperoleh larutan yang mengandung lebih kurang 1mg paracetamol per ml. Larutan memenuhi uji identifikasi secara kromatografi lapis tipis, menggunakan fase gerak campuran dikloro metana klorida P methanol P (4:1). Uji Kuantitatif : Nitrimetri

Memipet 5 ml sirup Parasetamo lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml. Dilarutkan dalam 50 ml campuran 1 bagian Kalium Bromida P dan 10 bagian HCl P 0,16 v/v. Kemudian dinginkan larutan hingga suhu lebih kurang 15 0C. Selanjutnya dititrasi perlahan-lahan dengan Natrium Nitrit 0,1 M, diaduk kuat-kuat hingga pengaduk kaca yang dicelupkan ke dalam larutan titrasi memberikan warna biru seketika pada saat digoreskan pada kertas kanji Iodida. Spektrofotometri ( FI III hal 38)Timbang seksama 1,5 gr, tambahkan 100 ml air dan 20 ml natrium hidroksida 0,1 N, encerkan dengan air secukupnya hingga 200,0 ml. Pada 5,0 ml, tambahkan 9,5 ml natrium hidroksida 0,1 N, encerkan dengan air secukupnya hingga 100,0 ml. Ukur serapan- 1 cm larutan pada maksimum lebih kurang 257 nm : A (1%, 1cm) pada maksimum lebih kurang 257 nm adalah 715. Hitung bobot zat dalam sirup.

7. Metode Pilihan

NITRIMETRI

Pembuatan reagen dan pembakuan Pembuatan Pasta Kanji Iod (FI edisi IV, hal 1168)Memanaskan 100 ml air di dalam gelas piala 250 ml hingga mendidih, menambahkan larutan 750 mg KI (p) dalam 5 ml air, kemudian menambahkan larutan 2 gr ZnCl2 dalam 10 ml air, pada saat larutan mendidih, menambahkan sambil diaduk suspensi halus 5 gr kanji larut (p) dalam 30 ml air dingin di aduk kembali hingga mendidih selama 2 menit, kemudian dinginkan.

Pembuatan larutan baku sekunder NaNO2 0,1 M(FI edisi III hal 749)

melarutkan 7,5g NaNO2 P dalam air secukupnya hingga 1000ml.

Pembakuan larutan baku sekunder NaNO2Menimbang seksama 500 mg sulfanilamid P.k yang sebelumnya telah dikerimgkan pada suhu 105C selama 3 jam. Dimasukkan kedalam gelas kimia menambahkan 50 ml air dan 5 ml HCl aduk hingga larut dinginkan pada suhu 15C menambahkan pecahan es. Titrasi perlahan lahan dengan larutan NaNO2 mengaduk kuat kuat hingga pengaduk kaca yang dicelupkan kedalam larutan titrasi akan disentuhkan pada kertas kanji iodida memberikan warna biru seketika titik akhir titrasi dicapai jika larutan titrasi setelah dibiarkan selama 1 menit, pengaduk kaca dimasukkan kembali ke dalam larutan kemudian disentuhkan pada kertas kanji iodida p memberikan warna biru seketika.1 ml NaNO2 0,1 M

17,21 mg sulfanilamid

Penetapan kadar paracetamol

Memipet 5 ml sirup Parasetamo lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml. Dilarutkan dalam 50 ml campuran 1 bagian Kalium Bromida P dan 10 bagian HCl P 0,16 v/v. Kemudian dinginkan larutan hingga suhu lebih kurang 15 0C. Selanjutnya dititrasi perlahan-lahan dengan Natrium Nitrit 0,1 M, diaduk kuat-kuat hingga pengaduk kaca yang dicelupkan ke dalam larutan titrasi memberikan warna biru seketika pada saat digoreskan pada kertas kanji Iodida. Persamaan Reaksi a. Indicator luar pasta kanji

b. Pembakuan NaNO2 (analisis kuantitatif bahan baku dan sediaan farmasi, hal. 103-

104)

c. Penetapan kadar Parasetamol (analisis kuantitatif bahan baku dan sediaan farmasi,

hal. 103-104)

SPEKTROFOTOMETRI Penentuan panjang gelombang maksimal (Penuntun Praktikum Analisa Instrumen)

Timbang sampel Paracetamol 10mg, larutkan dengan air dalam labu tentukur hingga tepat 10ml, homogenkan (10/10 mg/ml).

Sample dalam labu diukur absorbansinya, bila range absorbansi belum masuk ke dalam range yang diperbolehkan dalam spektrofotometri (0,2-0,8) lakukan pengenceran dengan cara memipet larutan induk (misalnya 1 ml) kemudian adkan dengan air sampai tepat pada batas labu tentukur (misalnya ad 25ml), kemudian kocok homogen.

Larutan sample yang sudah diencerkan dimasukan ke dalam kuvet hingga kurang lebih volume kuvet, kemudian masukan ke dalam spektrofotometer visibel (pegang bagian buram pada kuvet) pada panjang gelombang = 247nm 267nm (diukur 10 angka keatas dan kebawah dari maksimal Paracetamol yaitu 257nm untuk mencari panjang gelombang) untuk spektrofotometer yang lebih modern yang dapat dilakukan pencarian nilai panjang gelombang maksimal secara otomatis. Pengukuran tersebut juga harus berada pada range absorbansi 0,2-0,8.

Catat besarnya absorbansi pada masing-masing panjang gelombang, plotkan pada grafik vs A.

Jika absorbansi belum memasuki kriteria (0,2-0,8) maka larutan tesebut diencerkan kembali dari larutan induk ataupun dari larutan pengenceran yang pertama sampai didapatkan absorbansi 0,2-0,8. Kemudian lakukan pengulangan pada langkah selanjutnya.

Penentuan Operating Time (Penuntun Praktikum Analisa Instrumen)

Larutan hasil pengenceran yang telah dianalisis panjang gelombang max. nya dimasukan kembali kedalam kuvet diisi sampai volume kuvet kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh dengan spektrofotometer.

Pengukuran dimulai dari menit ke 0,5,10,15,20,25,30,dst. sampai diperoleh nilai absorban yang pada waktu tertentu memiliki nilai absorban yang sama. Pengukuran dilakukan 3 kali.

Catat besarnya absorbansi pada masing-masing waktu pengukuran, plotkan pada grafik waktu (t) vs A.

Membuat kurva baku (Penuntun Praktikum Analisa Instrumen)

Setelah diperoleh kadar terendah dan tertinggi, dibuat 6 seri kadar (misal nya seri1 : larutan dengan pengenceran 1/10; seri 2 : larutan dengan pengenceran 2/10; dst.).

Ukur masing-masing kadar sebanyak 3 kali, catat berapa absorbansinya masing-masing.

Masukan data yang diperoleh dalam bentuk tabel.

Buat kurva baku antara kadar versus absorbansi.

Tentukan persamaan garis linearnya.

Analisa sampel (Penuntun Praktikum Analisa Instrumen)

Siapkan sampel Paracetamol .

Lalu timbang sesuai dengan prosedur (FI), lakukan 3 kali pengulangan.

Larutkan dengan pelarut yang sesuai (aquadest), bila terbentuk endapan maka saring.

Ukur absorbansi larutan sampel tersebut, jangan lupa menggunakan blanko.

Hitung kadar zat aktif dalam masing-masing obat yang diambil.

Lakukan analisa terhadap kualitas obat.8. Data Uji Kualitatif :Tes Organoleptis

Bentuk: Cair

Warna : Hijau Bau

: khas obat Rasa

: manisTes Volume

60 ml ( sesuai yang tertera pada etiket )Tes Bobot JenisPiknometer Kosong

: 13,63 gr

Piknometer + Sirup

: 38,86 gr

38,86 gr 13,63 gr

25 ml

= 1,0092 gr/ mlTes pH pH 5

Tes kekentalan Menggunakan alat viskometer (a) (b) (c)

(a) : Paracetamol syrup ditambah reagen FeCl3 membentuk larutan biru

(b): Paracetamol syrup ditambah reagen Bouchardat membentuk endapan coklat

kekuningan (c) : Paracetamol syrup ditambah reagen Dragendroff membentuk endapan coklat

Paracetamol syrup ditambah reagen Meyer membentuk endapan putihUji Kuantitatif : NITRIMETRI

(a) Titrasi (b) TAT pada pasta kanji

PEMBAKUAN NaNO2 NaNO2 dengan sulfanilamid

BM Sulfanilamid = 173,9NoPenimbangan ( mg )Volume NaNO2 ( ml )

151,12,95

251,72,90

351,32,90

Perhitungan 1. 2,95 xN= 51,1 x 1 173,9

N= 0,10002. 2,9 xN= 51,7 x 1 173,9

N= 0,10293. 2,9 xN= 51,3 x 1 173,9 N= 0,1021Rata Rata konsentrasi : 0,1000 N + 0,1029 N + 0,1021

3

: 0,1016 NPenetapan Kadar

BM Paracetamol : 151,16

NoVolume ( ml )Volume ( ml )

150,75

250,80

350,80

Pengenceran

5 ml = 120 mg/ml

1ml = 24 mg/ml

5 ml yang diambil encerkan dengan 50 ml aqua dest = 5 x 24 mg/ml = 120 mg/mlJadi, 120 mg/ml : 50 ml = 2,4 mg/ml

Kadar : (0,1016 x 0,75) x 15,12

0,1 5

: 2,3o x 100 %

2,40 : 95,83 %Kadar: (0,1016 x 0,80) x 15,12

0,1 5

: 2,46 x 100 %

2,40 : 102,5 %Kadar: (0,1016 x 0,80) x 15,12

0,1 5

: 2,46 x 100 %

2,40 : 102,5 %Kadar rata rata : 95,83% + 102,5% + 102,5%

3 : 100,27 %Uji Kromatografi lapis Tipis (KLT) :

RfParasetamol Baku=

= = 0,672RfParacetamol Syrup== = 0,709

ETIKET

60 ml

Paracetamol

Sirup

Komposisi :

Tiap sendok teh ( 5 ml ) sirup mengandung paracetamol 120 mg

Dosis, Indikasi, Kontraindikasi, Efeksamping, Interaksi Obat, Peringatan dan Perhatian

Obat penurun panas dan pengurang rasa sakit

No Reg: GBL0101704237A1

G = Generik

B = Obat bebas

L = Obat jadi produksi dalam negri / Lokal

01 = Pendaftaran disetujui (tahun)

017 = Nomor urut pabrik

042 = Nomor urut obat jadi yang disetujui pabrik 37 = Sediaan sirup

A = Menunjukkan kekuatan obat yang pertama disetujui

1 = Menunjukkan kemasan yang pertama

No Batch: 9207013Tgl produksi: 310813Daluarsa : Sep 2016HET

: Rp. 3.105Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya kocok lebih dahulu

PT. AFI FARMAKEDIRI INDONESIA 9. PembahasanParacetamol syrup adalah larutan dengan bau yang enak, obat penghilang rasa nyeri dan penurun panas terutama anak-anak. Pembuatan Parasetamol dalam bentuk sirup mempunyai alasan yaitu untuk menutupi rasa pahit obat atau aroma yang tidak enak dan untuk mempermudah pasien atau anak-anak yang mengalami kesulitan dalam menelan obat.

Pada evaluasi Paracetamol Syrup dilakukan beberapa pengujian yang meliputi tes organoleptis, tes volume, tes bobot jenis, dan tes pH. Pada tes organoleptis didapatkan warna hijau, bau khas obat, bentuk cairan, dan rasa manis. Setelah itu dilakukan tes volume dengan menggunakan gelas ukur dimana didapatkan hasil sebesar 6o ml. Hal ini memenuhi syarat karena sesuai dengan yang tertera pada etiket.Selanjutnya pada tes bobot jenis dengan menggunakan piknometer didapatkan hasil sebesar 1,0092 g/ml. Hasil ini telah memenuhi syarat dimana untuk bobot jenis sedian sirup harus melebihi bobot jenis air. Kemudian dilakukan tes pH dengan menggunakan kertas pH dimana pH sediaan paracetamol syrup yang didapat sebesar 5. Hal ini memenuhi syarat ph yang tertera pada Farmakope Indonesia yaitu 3,8-6,1.

Setelah uji evaluasi dilakukan identifikasi dengan menggunakan KLT yang memberikan hasil positif dapat dilihat dari warna noda yang sama ketika dilihat pada lampu UV 254. Tetapi Rf Paracetamol syrup (0,709) tidak sama dengan Rf Parasetamol baku (0,672). Hal ini dikarenakan ketidaktelitian praktikan dimana pada saat penotoloan tidak memberikan perlakuan yang sama terhadap zat yang akan ditotolkan.

Selain uji evaluasi dan identifikasi dilakukan penetapan kadar secara Titrasi Nitrimetri dimana diperoleh persen kadar Paracetamol syrup sebesar 100,27%. Dari perhitungan kadar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kadar Paracetamol syrup memenuhi syarat karena sesuai dengan persyaratan kadar yang tertera pada Farmakope Indonesia yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%..

10. Kesimpulan1. Volume sirup paracetamol = 60 ml

2. Bobot jenis sirup paracetamol = 1,0092 gr/ ml3. pH sirup paracetamol = 5 4. konsentrasi NaNO2

= 0,1016 N

5. kadar sirup paracetamol = 100,27 %DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh.2007. Farmasetika. Gajah Maja Universitas Press, Yogyakarta.

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indones, Jakarta.

Anonim. 2001. prosedur Penetapan Kadar Bahan Baku dan Sediaan Farmasi Secara Volumetri dan Spektrofotometri UV-Vis. Fakultas MIPA Jurusan Farmasi UI, Jakarta.

Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia ( UI-Press), Jakarta_1447512542.cdx

_1447512544.cdx