paper tutri astigmatism

Upload: lisa-trisnawati-chaniago

Post on 14-Apr-2018

255 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Paper Tutri Astigmatism

    1/16

    ASTIGMATISMA

    16 AGUSTUS 2013

    1 SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Astigmatisma biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir, dan biasanya

    berjalan bersama dengan miopia dan hipermetropia dan tidak banyak terjadi

    perubahan selama hidup. Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang

    bulat atau sferis yang di dalam perkembangannya terjadi keadaan yang disebut

    astigmatism with the rule (astigmat lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada

    bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau-jari-jarinya lebih pendek dibanding

    jari-jari kelengkungan kornea di bidang horisontal.2

    Letak kelainan pada astigmatisma terdapat di dua tempat yaitu kelainan pada

    kornea dan kelainan pada lensa. Pada kelainan kornea terdapat perubahan

    lengkung kornea dengan atau tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter

    anterior- posterior bola mata. Kelainan ini bisa merupakan kelainan kongenital

    atau didapat akibat kecelakaan, peradangan kornea atau operasi.2.3

    Secara garis besar terdapat 3 penatalaksanaan astigmatisma, yaitu dengan

    menggunakan kacamata silinder, lensa kontak dan pembedahan. Teknik

    pembedahan menggunakan metode LASIK, photorefractive keratotomy, dan

    radial keratotomy.

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai syarat untuk menempuh

    pendidikan di SMF Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

    Utara dan untuk memberikan informasi tambahan bagi yang membaca makalah

    ini.

  • 7/27/2019 Paper Tutri Astigmatism

    2/16

    ASTIGMATISMA

    16 AGUSTUS 2013

    2 SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi

    Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis

    pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih

    dari satu titik.3

    2.2 Epidemiologi

    Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai 2,3

    milyar. Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada

    penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus mengalami

    peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan refraksi di Indonesia hampir

    25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa.3,4

    Insidensi myopia dalam suatu populasi sangat bervariasi dalam hal umur, negara,

    jenis kelamin, ras, etnis, pekerjaan, lingkungan, dan factor lainnya. Prevalensi

    miopia bervariasi berdasar negara dan kelompok etnis, hingga mencapai 70-90%

    di beberapa negara. Sedangkan menurut Maths Abrahamsson dan Johan Sjostrand

    tahun 2003, angka kejadian astigmat bervariasi antara 30%-70%.

  • 7/27/2019 Paper Tutri Astigmatism

    3/16

    ASTIGMATISMA

    16 AGUSTUS 2013

    3 SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM

    2.3 Anatomi Dan Fisiologi

    Gambar 1. Anatomi bola mata.

    Bola mata bentuknya merupai kistik yang dipertahankan oleh adanya tekanan

    didalamnya. Walaupun secara umum bola mata dikatakan bentuknya bulat atau

    globe namun bentuknya tidak bulat sempurna.

    Orbita adalah tulang-tulang rongga mata yang didalamnya terdapat bola mata,

    otot-otot ekstraokular, nervus, lemak dan pembuluh darah. Tiap-tiap tulang orbita

    berbentuk menyerupai buah pear, yang bagian posteriornya meruncing pada

    daerah apeks dan optik kanal.1

    2.3.1 Media Refraksi

    Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiriatas kornea, aqueous humor(cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan

    panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media

    penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan

    benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea.

    Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan

    bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi

    atau istirahat melihat jauh.1,2

  • 7/27/2019 Paper Tutri Astigmatism

    4/16

    ASTIGMATISMA

    16 AGUSTUS 2013

    4 SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM

    2.3.2 Fisiologi Refraksi

    Gambar 2. Fisiologi refraksi.

    Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam untuk

    difokuskan kembali ke sebuah titik peka-cahaya di retina agar dihasilkan suatu

    bayangan yang akurat mengenai sumber cahaya. Pembelokan suatu berkas cahaya

    (refraksi) terjadi ketika berkas berpindah dari satu medium dengankepadatan

    (densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan yang berbeda.

    Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada melalui media transparan

    lainnya misalnya : kaca, air. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke medium

    dengan densitas yang lebih tinggi, cahaya tersebut melambat (sebaliknya juga

    berlaku). Berkas cahaya mengubah arah perjalanannya jika mengenai medium

    baru pada tiap sudut selain tegak lurus.

    Dua faktor penting dalam refraksi : densitas komparatif antara 2 media (semakin

    besar perbedaan densitas, semakin besar derajat pembelokan) dan sudut jatuhnya

    berkas cahaya di medium kedua (semakin besar sudut, semakin besar pembiasan).

    Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif mata adalah kornea

    dan lensa. Permukaan kornea, struktur pertama yang dilalui cahaya sewaktumasuk mata, yang melengkung berperan besar dalam reftraktif total karena

    perbedaan densitas pertemuan udara/kornea jauh lebih besar dari pada perbedaan

    densitas antara lensa dan cairan yang mengelilinginya. Kemampuan refraksi

    kornea seseorang tetap konstan karena kelengkungan kornea tidak pernah

    berubah. Sebaliknya kemampuan refraksi lensa dapat disesuaikan dengan

    mengubah kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat dekat/jauh.2

  • 7/27/2019 Paper Tutri Astigmatism

    5/16

    ASTIGMATISMA

    16 AGUSTUS 2013

    5 SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM

    Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya terfokus

    diretina agara penglihatan jelas. Apabila bayangan sudah terfokus sebelum

    bayangan mencapai retina atau belum terfokus sebelum mencapai retina

    ,bayangan tersebut tampak kabur. Berkas-berkas cahaya yang berasal dari benda

    dekat lebih divergen sewaktu mencapai mata daripada berkas-berkas dari sumber

    jauh. Berkas dari sumber cahaya yang terletak lebih dari 6 meter (20 kaki)

    dianggap sejajar saat mencapai mata.

    Untuk kekuatan refraktif mata tertentu, sumber cahaya dekat memerlukan jarak

    yang lebih besar di belakang lensa agar dapat memfokuskan daripada sumber

    cahaya jauh, karena berkas dari sumber cahaya dekat masih berdivergensi sewaktu

    mencapai mata. Untuk mata tertentu, jarak antara lensa dan retina selalu sama.

    Untuk membawa sumber cahaya jauhdan dekat terfokus di retina (dalam jarak

    yang sama), harus dipergunakan lensa yang lebih kuat untuks umber dekat.

    Kekuatan lensa dapat disesuaikan melalui proses akomodasi.3

    2.4 Etiologi

    Etiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut:4

    i. Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur.Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar

    adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus,

    sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan

    pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan tanpa

    pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bolamata.

    Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan

    kongenital, kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea serta

    akibat pembedahan kornea.

    ii. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa. Semakinbertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga

    semakin berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami

    kekeruhan yang dapat menyebabkan astigmatismus.

  • 7/27/2019 Paper Tutri Astigmatism

    6/16

    ASTIGMATISMA

    16 AGUSTUS 2013

    6 SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM

    iii. Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplastyiv. Trauma pada korneav.

    Tumor

    2.5 Klasifikasi

    Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sebagai berikut:

    1) Astigmatisme RegulerDimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang

    yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu

    bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain.

    Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris yang tepat, akan

    bisa menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika tidak disertai

    dengan adanya kelainan

    penglihatan yang lain.

    Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini

    dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

    i. Astigmatisme With the RuleBila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada

    bidang horizontal.

    ii. Astigmatisme Against the RuleBila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari

    pada bidang vertikal.

  • 7/27/2019 Paper Tutri Astigmatism

    7/16

    ASTIGMATISMA

    16 AGUSTUS 2013

    7 SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM

    2) Astigmatisme IrregulerDimana titik bias didapatkan tidak teratur.

    Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi

    sebagai berikut:

    1. Astigmatisme Miopia SimpleksAstigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B

    berada tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias

    terkuat sedangkan titik B adalah titik fokus dari daya bias terlemah). Pola

    ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau

    Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.

    Gambar 3. Astigmatisme Miopia Simpleks

    2. Astigmatisme Hiperopia SimpleksAstigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B

    berada di belakang retina.

    Gambar 4. Astigmatisme Hiperopia Simpleks

  • 7/27/2019 Paper Tutri Astigmatism

    8/16

    ASTIGMATISMA

    16 AGUSTUS 2013

    8 SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM

    3. Astigmatisme Miopia KompositusAstigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B

    berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme

    jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.

    Gambar 5. Astigmatisme Miopia Kompositus

    4. Astigmatisme Hiperopia KompositusAstigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A

    berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme

    jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.

    Gambar 6. Astigmatisme Hiperopia Kompositus

  • 7/27/2019 Paper Tutri Astigmatism

    9/16

    ASTIGMATISMA

    16 AGUSTUS 2013

    9 SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM

    5. Astigmatisme MixtusAstigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B

    berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini

    adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak

    dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y

    menjadi sama - sama + atau -.

    Gambar 7. Astigmatisme Mixtus

    Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :

    1. Astigmatismus Rendah

    Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya astigmatis-mus

    rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika timbul

    keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat perlu diberikan.

    2. Astigmatismus Sedang

    Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75 Dioptri.

    Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.

    3. Astigmatismus Tinggi

    Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini sangat

    mutlak diberikan kacamata koreksi.

  • 7/27/2019 Paper Tutri Astigmatism

    10/16

    ASTIGMATISMA

    16 AGUSTUS 2013

    10 SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM

    2.6 Tanda Dan Gejala

    Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan

    gejala-gejala sebagai berikut :- Memiringkan kepala atau disebut dengan titling his head, pada umunya

    keluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang

    tinggi.

    - Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.- Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan

    untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita

    astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti

    membaca.

    - Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaanmendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk

    memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.

    Sedang pada penderita astigmatismusrendah, biasa ditandai dengan gejalagejala

    sebagai berikut :

    - Sakit kepala pada bagian frontal.- Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya

    penderita akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau

    mengucek-ucek mata.

    2.7 Diagnosis

    1) Pemeriksaan pin holeUji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam

    penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media

    penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah

    setelah dilakukan pin hole berarti pada pasien tersebut terdapat kelainan refraksi

    yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang berarti pada

    pasien terdapat kekeruhan media penglihatan atau pun retina yang menggangu

    penglihatan.5

  • 7/27/2019 Paper Tutri Astigmatism

    11/16

  • 7/27/2019 Paper Tutri Astigmatism

    12/16

    ASTIGMATISMA

    16 AGUSTUS 2013

    12 SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM

    3) Uji pengaburanSetelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam

    penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam

    penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan

    menambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring

    astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis

    juring pada 90 yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu

    lensa silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180.

    Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis

    juring kisi-kisi astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan

    juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa

    silinder ditentukan yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat

    kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien

    melihat jelas.7

    Gambar 8. Kipas Astigmat.

  • 7/27/2019 Paper Tutri Astigmatism

    13/16

    ASTIGMATISMA

    16 AGUSTUS 2013

    13 SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM

    4) KeratoskopKeratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan astigmatisme.

    Pemeriksa memerhatikan imej ring pada kornea pasien. Pada

    astigmatisme regular, ring tersebut berbentuk oval. Pada astigmatisme

    irregular, imej tersebut tidak terbentuk sempurna.7,8

    5) Javal ophtalmometerBoleh digunakan untuk mengukur kelengkungan sentral dari kornea,

    diaman akan menentukan kekuatan refraktif dari kornea.7,8

  • 7/27/2019 Paper Tutri Astigmatism

    14/16

    ASTIGMATISMA

    16 AGUSTUS 2013

    14 SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM

    2.8 Terapi

    1)Koreksi lensaAstigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder.

    Karena dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismus akan dapat

    membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan bertambah

    jelas.

    2)OrthokeratologyOrthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih

    dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan

    menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan

    standar. Pada astigmatismus irregular dimana terjadi pemantulan dan

    pembiasan sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea maka

    dapat dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa kontak

    maka permukaan depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air mata.

    3) Bedah refraksiMethode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:

    8,9

    Radial keratotomy (RK)

    Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral.

    Bagian yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah

    hasil perubahan tergantung pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman

    dari insisi.

    Photorefractive keratectomy (PRK)

    Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser padapusat kornea. Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah

    photorefractive keratectomy dan setelah beberapa bulan akan kembali jernih.

    Pasien tanpa bantuan koreksi kadang-kadang menyatakan penglihatannya

    lebih baik pada waktu sebelum operasi.

  • 7/27/2019 Paper Tutri Astigmatism

    15/16

  • 7/27/2019 Paper Tutri Astigmatism

    16/16

    ASTIGMATISMA

    16 AGUSTUS 2013

    16 SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Despopoulos A. and Silbernagi S, Color Atlas of Physiology 3 rd Edition.London: Thieme, 2003; 344-346.

    2. Olver J and Cassidy L, Basic Optics and Refraction. In Olver J and Cassidy L,Ophtalmology at a Glance. New York: Blackwell Science, 2005; 22-23.

    3. James B, Chew C and Bron A, Lecture Notes on Ophtalmology. New York:Blackwell Publishing, 2003; 20-26.

    4. Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R,Vaughan & Asburys General Ophtalmology. New York: Mc Graw Hill,

    2007.

    5. Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2003. IlmuPenyakit Mata Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-2.Jakarta.

    6. A. K. Khurana, Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition: Optics andRefraction, New Age International (P) limited Publishers, 12: 36-38, 2007.

    7. Gerhard K. Lang, Ophthalmology A Short Textbook :Optics and RefractiveErrors, Thieme, p. 127-136, 2000.

    8. Deborah, Pavan-Langston,Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, 6thEdition:Refractive Surgery, Lippincott Williams and Wilkins, 5:73-100,2008.

    9. Roque M., 2009. Astigmatism, PRK. Diunduh dari:http://emedicine.medscape.com/article/1220845-overview#a0101

    [Diakses tanggal 28 Juni 2011]

    10.Harvey M. E., 2009. Development and Treatment of Astigmatism-RelatedAmblyopia. Optom Vis Sci 86(6): 634-639. Diunduh dari:

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pd

    f??tool=pmcentrez

    [Diakses tanggal 26 Juni 2011]

    11.Choi H. Y., Jung J. H. and Kim. M. N., 2010. The Effect of EpiblepharonSurgery on Visual Acuity and With-the-Rule Astigmatism in Children. Korean

    J Ophthalmol 2010; 24(6) : 325-330. Diunduh dari:

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3016080/pdf/1545-6110_v108_p077.pdf??tool=pmcentrez

    http://emedicine.medscape.com/article/1220845-overview#a0101http://emedicine.medscape.com/article/1220845-overview#a0101http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pdf??tool=pmcentrezhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pdf??tool=pmcentrezhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pdf??tool=pmcentrezhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3016080/pdf/1545-6110_v108_p077.pdf??tool=pmcentrezhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3016080/pdf/1545-6110_v108_p077.pdf??tool=pmcentrezhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3016080/pdf/1545-6110_v108_p077.pdf??tool=pmcentrezhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3016080/pdf/1545-6110_v108_p077.pdf??tool=pmcentrezhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3016080/pdf/1545-6110_v108_p077.pdf??tool=pmcentrezhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pdf??tool=pmcentrezhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pdf??tool=pmcentrezhttp://emedicine.medscape.com/article/1220845-overview#a0101