paper pbdv

Upload: ade-triyunita

Post on 17-Oct-2015

52 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Fractured Basement as Resrvoir

TRANSCRIPT

3

Fractured Basement Sebagai Reservoir Hidrokarbon Pada Cekungan di IndonesiaAbstrak

Indonesia dikenal sebagai Negara yang kaya akan potensi hidrokarbon dan memiliki 60 cekungan, namun hanya sebagian kecil yang menghasilkan minyak dan gas yang berasal dari fractured basement rocks. Paradigma lama mengatakan bahwa batuan dasar (basement rocks) merupakan batuan beku dan batuan metamorf yang ditindih tidak selaras oleh batuan sedimen dan biasanya batuan dasar ini tidak mengandung hidrokarbon. Selama ini, pengeboran tidak dilakukan ketika mencapai lapisan batuan dasar tersebut.

Batuan dasar memiliki porositas dan permeabilitas yang tidak dapat diabaikan. Pada mulanya, reservoir pada fractured basement dinilai tidak ekonomis. Penemuan hidrokarbon dalam jumlah signifikan pada batuan dasar secara tidak sengaja, seharusnya menjadi pemicu untuk lebih peka terhadap perkembangan teknologi dan melakukan suatu inovasi untuk melakukan eksplorasi sampai batas batuan dasar tersebut.

Keywords: basement rocks, fracture, reservoir, hidrokarbonIntroduction

Batuan dasar (basement rocks) didefinisikan sebagai batuan metamorf ataupun batuan beku (tanpa memperdulikan umurnya) yang secara tidak selaras terlapisi diatasnya suatu sikuen batuan sedimen. (Landes et al, 1960).

Hampir semua batuan dasar yang menjadi reservoir secara regional terletak di bawah dan tidak selaras dengan lapisan diatasnya dan biasa ter-upliftatau merupakan tinggian basement. Prosesupliftini umumnya terjadi dalam waktu yang lama sepanjang skala waktu geologi dan menjadi subjek pelapukan dan erosi dalam periode yang panjang. Sedimen berumur lebih muda, yang bertindak sebagai batuan sumber hidrokarbon, yang berada di samping atau tepat diatas basement yang memungkinkan terjadi pemerangkapan pada basement rock.

Kebanyakan batuan basement keras dan bersifatbrittledengan porositas matriks dan permeabilitas yang kecil. Oleh karena itu, kualitas reservoir bergantung pada perkembangan porositas sekunder. Porositas sekunder ini terbagi menjadi dua berdasarkan pembentukannya, yaitu : 1. Porositas dari proses tektonik (kekar, sesar, patahan, retakan, dll dalam skala microfracturesampai skala yang dilihat dari seismik).

2. Porositas akibat proses disolusi (dari solutin pada zona pelapukan atau zona sesar yang berasosiasi dengan larutan hidrotermal).

Ketidakselarasan juga menjadi faktor penting dalam basement reservoir karena dapat menjadi jalan migrasi minyak dan gas. Permukaan lapisan yang tidak selaras tersebut memberi bukti bahwa basement mengalami pelapukan, erosi, solusi, dan pencucian dalam waktu yang lama dan meningkatkan porositas dan permeabilitas, dan menjadi semacam tepat berkumpulnya akumulasi minyak.

Di Indonesia, penemuan cadangan hidrokarbon yang berasal dari batuan dasar telah terjadi sejak tahun 1970-an (Yuwono, 2012). Produksi ini dapat menjadi potensi tambahan untuk produksi lapangan yang ada pada cekungan sedimen klastik. Contohnya, Lapangan Jatibarang dalam batuan beku andesit di bagian utara Jawa Barat, telah menghasilkan 1,2 miliar barel minyak dan 2,7 TCF gas (Kartanegara et al., 1996 di Petford et al., 2003).

MetodePembahasan mengenai fractured basement reservoir ini didasarkan pada studi literatur dan analisis data sekunder yang menghasilkan analisa dan pembahasan lebih lanjut mengenai potensi hidrokarbon yang ada pada cekungan minyak di Indonesia. Beberapa data dipilih untuk mendukung diskusi dalam tulisan ini. Data yan dipilih memperhatikan beberapa aspek seperti kondisi geologi regional dan data petrologi dari batuan dasar yang ada pada cekungan hidrokarbon di Indonesia.Pembahasan

Banyak Negara yang telah melakukan pengembangan lapangan minyak dan gas dari basement reservoir. Di Vietnam, 50% hasil produksi minyak dan gas berasal dari basement reservoir. Di Indonesia, beberapa basement reservoir terbukti menghasilkan sejumlah besar minyak dan gas. Setidaknya delapan lapangan minyak dan gas di Indonesia, selain dari batuan sedimen klastik, berasal dari basement reservoir atau batuan kristalin.

Data produksi, eksplorasi, dan pengembangan lapangan dapat dioptimalkan dengan menerapkan teknologi analisis batuan untuk melihat potensi batuan dasar sebagai reservoir minyak dan gas. Analisis petrologi dan petrografi diterapkan pada data lama dan baru sebagai mode yang efektif mewakili banyak cara eksplorasi minyak dan gas. Lima ladang minyak dan gas Indonesia yang dikenal memiliki dihasilkan hidrokarbon dari basement reservoir (baik batuan beku dan batu kapur) yang Beruk, Suban, Sei Teras, Tanjung, dan Oseil Seram (Gambar 2).

Diskusi dan Studi Kasus

Paradigma lama yang mengatakan bahwa batuan dasar yang biasanya merupakan batuan beku dan metamorf biasanya tidak mengandung hidrokarbon, karena tidak adanya organisme mati yang ditemukan pada batuan tersebut. Pada kenyataannya, pada batuan dasar ini ditemukan akumulasi hidrokarbon yang memiliki jumlah yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan karena batuan dasar ini juga memiliki porositas dan permeablitas sekunder yang berupa rekahan-rekahan yang dapat menjadi tempat terakumulasinya hidrokarbon yang berasal dari batuan sedimen klastik yang berada di atasnya atupun di sampingnya.

Kontrol ketidakselarasan juga memainkan peranan penting pada kasus ini. Ketidakselarasan dapat menciptkan jalur-jalur migrasi dari source rock yang berupa batuan sedimen. Salah satu contoh lapangan di Indonesia yang menghasilkan hidrokarbon yang cukup signifikan dari basement reservoir adalah Lapangan Beruk.

Lapangan Beruk terletak di daerah Minas, Siak Subregency, Bengkalis, Riau, di Cekungan Sumatera Tengah. Zona produksi dari lapangan Beruk berasal dari Kelompok Sihapas, yaitu Formasi Duri, Bekasap, Bangko, Menggala, dan Pematang (Caltex Pacific Indonesia, 1995).

Produksi minyak di Lapangan Beruk diperoleh dari rekahan pada metaquartzites, argillites, dan granit yang lapuk. Basement reservoir memiliki penanggalan K / Ar radiometrik bervariasi dari awal Permian sampai awal Kretaseus yang menunjukkan umur geologi dari Jaman Pra-Tersier. Lapangan ini juga telah menghasilkan lebih dari satu juta barel minyak sampai saat ini. Sumur pengembangan berikutnya kurang produktif karena masalah reservoir, kontak minyak-air yang terpisah dan mungkin sistem rekahan tidak dikenali. Lapangan Beruk berfungsi sebagai pengingat bahwa basement Pra-Tersier merupakan tujuan eksplorasi selanjutnya yang berlaku di Asia Tenggara dan bahwa setiap kali layak, semua sumur eksplorasi harus dibor sampai ke basement reservoirKesimpulanPerkembangan eksplorasi pada Fractured Basement Reservoir mungkin belum berkembang secara pesat, terutama di Indonesia. Akan tetapi, dengan adanya penemuan-penemuan hidrokarbon di basement reservoir pada beberapa Lapangan Minyak dan Gas di Indonesia tentu dapat menjadi pemicu perkembangan teknologi yang lebih maju dan perkembang ide-ide baru untuk eksplorasi dan eksploitasi hidrokarbon.

Eksplorasi dan pengembangan hidrokarbon sering tidak memperhatikan penyimpanan catatan data dan sampel batuan beku dan metamorf. Ulasan data eksplorasi sebelumnya perlu dioptimalkan, terutama pengeboran data yang terkait dengan batuan kristalin di lapangan minyak dan gas.Referensi Sunardjanto, D dan S. Widjaja (2013) Potential Development of Hydrocarbon in Basement Reservoirs in Indonesia Koning, T dan F.X. Darmono (1984) THE GEOLOGY OF THE BERUK NORTHEAST FIELD, CENTRAL SUMATRA: OIL PRODUCTION FROM PRE-TERTIARY BASEMENT ROCKS

Cekungan Sedimen

Tugas Petrologi Batuan Dasar dan Volkanik

Disusun oleh :

Ade Triyunita

270110110067

Fakultas Teknik Geologi

Universitas Padjadjaran

2014Gambar 2. Lapangan minyak dan gas yang berasal dari basement rocks yang berumur pre-Tertiary (Koning, 2003, dalam Yuwono, 2012)

Gambar 2. Penampang geologi bawah permukaan Lapangan Beruk (dimodifikasi dari Koning dan Darmono, 1984)

Gambar 1. Sistem porfiri sederhana pada batuan beku plutonik dan vulkanik yang membentuk reservoir bawah tanah yang potensial. (Silitoe, 1973 dalam Yuwono, 2012