paper p1 - febry
TRANSCRIPT
Performa pada Saluran Transmisi
Febry Ardianto
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri (FTI)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya 60111,
email: [email protected]
Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh nilai tegangan dan daya yang
diperlakukan pada kondisi tanpa beban dengan
panjang saluran yang berbeda–beda, menjelaskan
konsep kerja kapasitansi, induktansi serta
mengetahui perbedaan kompensasi seri dan
kompensasi paralel. Didapatkan bahwa efek line
charging menyebabkan kenaikan tegangan pada sisi
terima. Sedangkan pembebanan kapasitif dan induktif
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
perubahan faktor daya beban. Selain itu pemberian
kompensasi pararel juga akan meningkatkan kualitas
faktor daya sistem. Di sisi lain, pemasangan
kompensasi secara seri mampu menurunkan drop
tegangan.
Kata Kunci: saluran transmisi, line charging,
faktor daya, kompensasi sesi, kompensasi pararel.
1. PENDAHULUAN
Sistem transmisi memegang peranan yang sangat
penting dalam proses penyaluran daya. Oleh karena
itu, saluran transmisi perlu mendapat perhatian yang
serius dalam perhitungannya. Sistem transmisi sendiri
merupakan sistem dinamis kompleks yang
parameter‐parameter dan keadaan sistemnya berubah
secara terus menerus. Sistem transmisi dapat
dilakukan dengan 2 sistem yang tergantung pada
kebutuhan, yaitu sistem arus bolak-balik (AC) dan
sistem arus searah (DC)
Pada sistem AC, penaikan dan penurunan tegangan,
medan magnet putarnya mudah dilakukan. Maka
berdasarkan kemudahan tersebut, hampir di seluruh
dunia menggunakan sistem tenaga listrik AC,
walaupun sistem DC juga mulai dikembangkan
dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Sementara sistem AC tidak dapat disimpan, sehingga
dalam memenuhi permintaan konsumen, pusat listrik
harus dioperasikan sesuai dengan permintaan
konsumen yang berubah dari waktu ke waktu. Sistem
tenaga listrik dibangkitkan dalam pusat-pusat listrik
dan disalurkan ke konsumen melalui jaringan saluran
tenaga listrik. Mesin-mesin pembangkit pada pusat-
pusat listrik, menggunakan bahan bakar yang berbeda-
beda dengan kapasitas yang berlainan pula. Sehingga
dalam pengoperasian mesin pembangkit perlu
direncanakan seoptimal mungkin agar diperoleh biaya
bahan bakar yang hemat namun mutu dan keandalan
tetap terjaga.
Listrik merupakan bentuk energi yang paling cocok
dan nyaman bagi manusia modern. Makin
bertambahnya konsumsi listrik per kapita di seluruh
dunia menunjukkan kenaikkan standar kehidupan
manusia. Dengan pertumbuhan permintaan tenaga
listrik, maka harus direncanakan pembangunan pusat-
pusat listrik baru, atau menciptakan bentuk-bentuk
energi baru untuk mendukungnya; apabila kapasitas
pusat listrik yang ada pada saat ini tidak cukup
mendukungnya. Pembangunan tenaga listrik
memerlukan dana yang besar dan waktu yang lama,
selain juga pertimbangan-pertimbangan politis,
ketersediaan bahan bakar dan sumber daya
manusianya. Untuk dapat dicapai tujuan yang
seimbang antara pemenuhan kebutuhan pada saat
sekarang maupun pertumbuhan permintaan tenaga
listrik dan penyediaannya, dilakukan penghematan
baik dari sisi penyedia listrik maupun dari sisi
pengguna tenaga listrik.
Karena berbagai persoalan teknis, tenaga listrik hanya
dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu saja.
Sedangkan pemakai tenaga listrik atau pelanggan
tenaga listrik tersebar di berbagai tempat, maka
penyampaian tenaga listrik dari tempat dibangkitkan
sampai ke tempat pelanggan memerlukan berbagai
penanganan teknis. Tenaga listrik dibangkitkan dalam
Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG,
PLTP, PLTGU dan PLTD, kemudian disalurkan
melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu
dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik
tegangan yang ada dipusat listrik.
Saluran tegangan tinggi di Indonesia mempunyai
tegangan 150 kV yang disebut sebagai Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) dan tegangan 500 kV yang
disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET). Saluran transmisi ada yang berupa
saluran udara dan ada pula yang berupa kabel tanah.
Karena saluran udara harganya jauh lebih murah
dibandingkan dengan kabel tanah, maka saluran
transmisi kebanyakan berupa saluran udara. Kerugian
saluran transmisi menggunakan kabel udara adalah
adanya gangguan petir, tersangkut pohon dan lain-
lain.
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran
transmisi, maka sampailah tenaga listrik di Gardu
Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui
transformator penurun tegangan menjadi tegangan
menengah atau yang juga disebut tegangan distribusi
primer. Tegangan distribusi primer yang digunakan
pada saat ini adalah tegangan 20 kV. Jaringan setelah
keluar dari GI disebut jaringan distribusi, sedangkan
jaringan antara Pusat Listrik dengan GI disebut
jaringan transmisi.
2. SALURAN TRANSMISI
Untuk mempresentasikan saluran transmisi kedalam
bentuk rangkaian penggantinya, tergantung pada
panjang saluran serta ketelitian yang diinginkan.
Menurut Panjangnya dapat diklasifikasikan :
1. Saluran Transmisi Pendek (Kurang dari 50 Miles)
2. Saluran Transmisi Menengah (antara 50 samapai
150 Miles)
3. Saluran Transmisi Panjang (lebih dari 150 Miles).
2.1. Saluran Transmisi Pendek
Gambar 1: Saluran transmisi pendek
Saluran transmisi pendek adalah saluran yang panjangnya kurang dari atau sama dengan 100 km, admitansi kapasitansinya pada frekuensi 50 HZ sangat kecil dan dapat diabaikan. Rangakaian ekivalen ttransmisi pendek terlihat pada gambar1, dimana IS dan IR merupakan arus pada ujung pengiriman dan ujung penerima, sedangkan VS dan VR adalah tegangan – tegangan saluran terhadap netral pada ujung pengiriman dan pada ujung penerimaan..
Rangkaian diatas dapat diselesaikan seperti halnya dengan rangkaian AC seri yang sederhana. Karenan tidak terdapat cabang paralel (shunt), arus pada ujung- ujung pengirim dan pennerima akan sama besarnya, dan IS = IR.
Hubungan antara tegangan dan aurs pada sisi kirim dan sisi terima dapat ditulis sebagai berikut:
R
R
S
S
I
Vz
I
V
10
1
atau VS = VR+ IRZ
Dimana Z adalah impedansi seri keseluruhan saluran. Pengaruh perubahan faktor daya dari beban terhadap regulasi tegangan (voltage regulation) suatu saluran adalah paling mudah dimnengerti untuk saluran pendek. Regulasi tegangan suatusaluran transmisi adalah kenaikan tegangan pada ujung penerima, dinyatakan dalam persentase tegangan beban penuh jika beban penuh dengan faktor daya tertentu dilepaskan sedangkan tegangan pada ujung pengirim dibuat tetap. Dalam bentuk persamaan,
100FR,
FR,NR,
LV
LVLVlasiPersenregu
dimana |VR,NL| adalah besarnya tegangan pada ujung penerima dalam keadaan tanpa beban dan
|VR,FL|adalah besarnya tegangan pada ujung penerima dengan beban penuh dan |VS| konstan. [4, 6]
2.2. Saluran Transmisi Menengah
Gambar 2: Saluran transmisi menengah
Untuk saluran transmisi menengah (80 – 250 km), dapat direpresentasikan cukup baik dengan R dan L sebagai parameter terpusat, dengan setengah kapasitansi ke netral dari saluran terpusat pada masing-masing ujung dari rangkaian ekivalen.
Kapasitansi pada saluran transmisi menengah dapat dipusatkan pada suatu titik sehingga saluran menengah di bagi menjadi dua yaitu : (a) Nominal T (b) Nominal π
Model T
Diagram pengganti saluran menegah nominal T dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3: Saluran transmisi model T Dimana : VS = Tegangan pada ujung kirim atau ujung generator. IS = arus pada ujung kirim atau ujug generator.
VR = Tegangan pada ujung terima atau ujung beban . IR = Arus pada ujung terima atau ujung beban. Model π
Pada pemodelannya, jalur transmisi menengah model π ini memiliki perbedaan pada letak kapasitor. Diagram pengganti saluran menengah, nominal π dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4: Saluran transmisi model π
2.3. Saluran Transmisi Panjang
Gambar 5: Saluran transmisi panjang
(1)
(2)
(3)
Dalam analisis sistem tenaga listrik hanya digunakan rangkaian pengganti saluran transmisi pendek dan menengah.
Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari: pusat pembangkit listrik, saluran transmisi, saluran distribusi dan beban. pada saat sistem tersebut beroperasi, maka pada sub-sistem transmisi akan terjadi rugi-rugi daya. Jika tegangan transmisi adalah arus bolak-balik (alternating current, AC) 3 fase, maka besarnya rugi-rugi daya tersebut adalah:
ΔPt = 3I2R (watt) (4)
dimana: I = arus jala-jala transmisi (ampere)
R = Tahanan kawat transmisi perfasa (ohm) arus pada jala-jala suatu transmisi arus bolak-balik tiga fase adalah:
I = P/√3.Vr.Cos φ (5) dimana: P = Daya beban pada ujung penerima transmisi (watt) Vr = Tegangan fasa ke fasa pada ujung penerima transmisi (volt)
Cos φ = Faktor daya beban jika persamaan (4) disubstitusi ke persamaan (5), maka rugi-rugi daya transmisi dapat ditulis sebagai berikut:
ΔPt = P2.R/Vr2.cos
2 φ (6)
sinhsinh' ZzZ C
2
2/1.tanh
22
'
2tanh
1
2
'
Y
Z
Y
C
2
'Y
Gambar 6: Parameter saluran panjang
z : impedansi seri persatuan panjang y : admitansi shunt per phasa persatuan panjang l : panjang saluran zc : impedansi karakteristik ɤ : konstanta propagasi
Terlihat bahwa rugi-rugi daya transmisi dapat dikurangi dengan beberapa cara, antara lain: 1. meninggikan tegangan transmisi
2. memperkecil tahanan konduktor 3. memperbesar faktor daya beban Sehingga untuk mengurangi rugi-rugi daya dilakukan dengan pertimbangan:
1. Jika ingin memperkecil tahanan konduktor, maka luas penampang konduktor harus diperbesar. sedangkan luas penampang konduktor ada batasnya.
2. Jika ingin memperbaiki faktor daya beban, maka perlu dipasang kapasitor kompensasi (shunt capacitor). perbaikan faktor daya yang diperoleh dengan pemasangan kapasitor pun ada batasnya.
3. Rugi-rugi transmisi berbanding lurus dengan besar tahanan konduktor dan berbanding terbalik dengan kuadrat tegangan transmisi, sehingga pengurangan
rugi-rugi daya yang diperoleh karena peninggian tegangan transmisi jauh lebih efektif daripada pengurangan rugi-rugi daya dengan mengurangi nilai tahanan konduktornya.
Daya dalam rangkaian DC sama dengan perkalian arus
dan tegangan. Daya dalam rangkaian AC pada setiap
saat sama dengan perkalian dari harga rata- rata dalam
satu periode sama dengan perkalian arus dan tegangan
efektif. [6]
Perkalian harga arus dan tegangan efektif dalam
rangkaian AC dinyatakan dalam Volt Amper (VA).
Daya yang terukur dinyatakan dalam satuan watt.
Daya nyata diperoleh dengan cara mengalikan antara
arus, tegangan dan faktor daya. Sehingga dapat
dituliskan rumus sebagai berikut:
P (Watt) = VI x cos θ (7)
Faktor daya (cos θ) = P / VI (8)
Jadi faktor daya dapat didefinisikan sebagai
perbandingan antara daya nyata (Watt) dengan
Voltamper dari rangkaian AC. Harga faktor daya
tergantung besarnya beda fase antara arus dengan
tegangan.
Untuk menghitung besar daya reaktif dapat digunakan persamaan seperti dibawah Qcap =Pload (Tg - Tg ) (9)
Untuk menghitung besar capasitor dapat digunakan persamaan sebagai berikut: Uc = Un (10)
C = / phasa (11) Notasi : Uc = tegangan kapasitor Un = tegangan jala jala C = tegangan kapasitor yang dibutuhkan
Apabila tegangan transmisi dinaikkan, maka daya guna penyaluran akan naik oleh karena rugi-rugi transmisi turun, pada besaran daya yang disalurkan sama. Namun, penaikan teganan transmisi berarti juga mengakibatkan penaikan isolasi dan biaya peralatan serta biaya gardu induk.
Oleh karena itu pemilihan tegangan transmisi dilakukan dengan memperhitungkan daya yang disalurkan, jumlah rangkaian, jarak penyaluran, keandalan (reliability), biaya peralatan untuk tegangan tertentu, serta tegangan-tegangan yang sekarang ada dan yang akan di rencanakan. Penentuan tegangan juga harus dilihat dari segi standarisasi peralatan yang ada. Penentuan tegangan transmisi merupakan bagian dari perancangan system tenaga listrik secara keseluruhan. Tingkat tegangan yang lebih tinggi, selain untuk memperbesar daya hantar dari saluran transmisi yang berbanding lurus dengan kuadrat tegangan, juga untuk memperkecil rugi-rugi daya dan jatuh tegangan pada saluran transmisi. Jelas sudah, dengan mempertinggi tegangan maka tingkat isolasi pun harus lebih tinggi, dengan demikian biaya peralatan yang dibutuhkan juga akan tinggi. [7]
Meskipun tidak jelas menyebutkan keperluannya sebagai tegangan transmisi, di Indonesia, pemerintah
telah menyeragamkan deretan tegangan tinggi sebagai berikut:
a. Tegangan Nominal (kV): (30) - 66 - 150 - 220 – 380 – 500. b. Tegangan tertinggi untuk perlengkapan (kV):
(36) – 72,5 – 170 – 245 – 420 - 525. Tegangan nominal 30 kV hanya diperkenankan untuk daerah yang tegangan distribusi primer 20 kV tidak dipergunakan. Penentuan deret tegangan diatas, disesuaikan dengan rekomendasi dari International Electrotechnical Commission (IEC). [8]
Seiring meningkatnya daya penyaluran dan jarak, maka tegangan penyaluran transmisi :
High Voltage Ekstra High Voltage Ultra High Voltage Hal ini disebabkan karena semakin panjang saluran berarti : 1. Impedansi makin besar 2. pengaturan tegangan makin besar
3. Rugi-rugi makin besar 4. Sudut pergeseran antara sisi terima dan sisi kirim
makin besar
5. Derajat kestabilan makin besar Dengan mempertinggi tegangan, didapatkan : 1. Drop tegangan makin kecil 2. penghematan pemakaian konduktor 3. Effisiensi: Kerapatan arus konstant sehingga
effisiensi makin tinggi.
Jika dianalisa dari sistem kestabilan : 1. Stabilitas sistem lebih baik 2. Fleksibilitas operasi semakin baik
3. Untuk mengakomodasi perkembanan beban 4. Respon transien sistem membaik Dalam dunia kelistrikan, dikenal dua kategori tegangan listrik, yaitu tegangan bolak-balik (Alternating Current/AC) dan tegangan searah (Direct Current/DC). Oleh karena itu , berdasarkan jenis tegangan listrik yang mengalir di saluran transmisi, maka saluran transmisi terdiri dari: 1. Tegangan transmisi AC
2. Tegangan transmisi DC
3. METODOLOGI PENELITIAN Peralatan yang digunakan: Modul – modul / peralatan :
1 Three phase supply unit (Cat. No. 726 75) 1 Power switch module (Cat. No. 745 56) 1 Trafo tiga phase (Cat. No. 745 50) 1 Modul Transmisi (Cat. No. 745 51) 2 Line Capasitors (Cat. No. 745 53) 2 Voltmeter 600 V
1 Power meter (Daya aktif dan reaktif) 1 Set of safety connecting leads (Cat. No. 500 851) 1 Set of safety connecting leads, green/yellow (Cat. No. 500 852) 3 Set of safety bridging plugs, black
(Cat. No. 500 59) 1 Set of safety bridging plugs, green/yellow (Cat. No. 500 591)
Langkah-langkah penelitian: 1. Susun Rangkaian seperti gambar
2. Dengan menggunakan “Bridging Plugs”, set tegangan sisi sekunder dari trafo tiga phase sehingga Un = 10 %
3. Ukur tegangan antara dua konduktor terluar pada sisi kirim dan sisi terima, juga daya reaktif yang di konsumsi oleh salah satu phasa – phasanya:
4. Ubah panjang saluran menjadi 216 km dengan menghubungkan “Bridging Plugs” seperti gambar dan ulangi lagi pengukuran
5. Ubah panjang saluran menjadi 360 km dengan menghubungkan “Bridging Plugs” dan ulangi lagi pengukuran
6. Set tegangan trafo tiga phasa pada Un = 10 %, Hilangkan hubungan “Bridging Plugs” kapasitansi dari model saluran transmisi (gambar 2.4). Ukur tegangan antara dua konduktor terluar pada sisi kirim dan sisi terima, juga daya reaktif yang dikonsumsi oleh salah satu phasa
7. Hubungkan lagi individual kapasitansi ke model saluran transmisi.
8. Hubungkan dua saluran (artificial) kapasitansi, kapasitansi pada saluran transmisi dipasang ganda
9. Ukur tegangan antara dua konduktor terluar pada sisi kirim dan sisi terima, juga daya reaktif yang dikonsumsi oleh salah satu phasa-phasanya.
10. Set tegangan trafo tiga phasa pada nilai Un +5 % 11. Lakukan dengan beban induktif sebesar 1,2 H.
Beban resistifnya terhubung paralel dari 100 % dikurangi 80 %, 60 % dan 40 %.
12. Untuk setiap langkah diatas, ukur tegangan U1, arus I1, daya aktif P1 dan daya reaktif Q1 pada sisi kirim dan tegangan U2, arus I2 dan cos 2 pada sisi terima.
13. Set tegangan trafo tiga phasa pada nilai Un -15 % 14. Hubungkan beban kapasitifnya pada 2µF, sedang
beban resistifnya terhubung paralel dari 100 % dikurangi 80 %, 60 % dan 40 %.
15. Untuk setiap langkah diatas, ukur tegangan U1, arus I1, daya aktif P1 dan daya reaktif Q1 pada sisi kirim dan tegangan U2, arus I2 dan cos 2 pada sisi terima.
16. Lepaskan hubungan bridging plugs kapasitans CE dan CL dari model
17. saluran transmisi, jika anda belum melakukan sebelumnya
18. Set trafo tiga phasa pada Un +5% Set harga beban induktifnya 2,4 H. Kapasitansi 4 µF dibutuhkan untuk mengkompensasi beban induktif ini.
19. Hubungkan beban kapasitifnya 4 µF dan ukur kuantitas dibawah untuk setting beban R yang diubah-ubah Untuk setiap langkah diatas, ukur tegangan U1, arus I1, daya aktif P1 dan daya reaktif Q1 pada sisi kirim dan tegangan U2, arus I2 dan cos 2 pada sisi terima.
20. Lepaskan hubungan bridging plugs kapasitans CE dan CL dari model saluran transmisi,
21. Set trafo tiga phasa pada Un +5%
22. Set harga beban kapasitansi 4 µF dengan menghubungkan paralel seluruh individual kapasitans.
23. Set nilai ohm dan induktifnya
Gambar 7: Rangkaian saluran pendek
Gambar 8: Rangkaian saluran menengah
Gambar 9: Rangkaian saluran panjang
Gambar 10: Rangkaian saluran panjang dengan kapasitor Semua rangkaian di atas digunakan untuk mengukur dan menginterpresentasikan rasio arus dan tegangan pada saluran transmisi untuk beban campuran ohm-induktif serta induktif murni. Untuk selanjutnya kan dibuat rangkaian yang merepresentasikan penambahan kompensasi seri dan pararel dari kapasitor dan induktor menurut rangkaian berikut.
Gambar 11: Rangkaian penujian ohm induktif dan murni
Gambar 12: Rangkaian pengujian ohm kapasitif dan murni
Gambar 13: Kompensasi pararel
Gambar 14: Kompensasi seri
Rangkaian di atas digunakan untuk mengukur dan menginterpresentasikan rasio arus dan tegangan pada saluran transmisi untuk beban campuran ohm-induktif serta induktif murni. Selain itu juga digunakan untuk mengukur dan menginterpresentasikan rasio arus dan tegangan pada saluran transmisi untuk beban campuran ohm-kapasitif serta kapasitif murni. Sedangkan dua rangkaian terakhir digunakan untuk menginvestigasikan efek dari kompensasi paralel terhadap stabilitas tegangan pada beban dan rugi-rugi pada saluran transmisi serta menginvestigasikan efek dari kompensasi seri terhadap stabilitas tegangan pada beban.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Unjuk Kerja Tanpa Beban • Transmisi Pendek U1 = 350 V U2 = 360 V ratio U2/U1 = 1,028
Qc = 30 Var
• Transmisi Menengah U1 = 359 V U2 = 369 V ratio U2/U1 = 1,028
Qc = 29 Var • Transmisi Panjang U1 = 361 V U2 = 399 V ratio U2/U1 = 1.105
Qc = 65 Var • Saluran Transmisi Penambahan Kapasitansi
U1 = 370 V U2 = 350 V ratio U2/U1 = 1.216 Qc = 110 Var
Performa Karakteristik Beban Ohm-Induktif dan
Induktif Murni
L = 1.2 H Tabel 1. Hasil percobaan ohm-induktif
R
%
U1
(V)
U2
(V)
P1
(W)
Q1
(Var)
U2
(V)
I2
(A) Cos 2
100 345 0.1 40 29 300 0.4 0.5 lag
80 349 0.12 49 30 300 0.38 0.6 lag
60 342 0.22 60 35 299 0.42 0.7 lag
40 340 0.4 80 50 288 0.6 0.8 lag
Performa Karakteristik Beban Ohm-Kapasitif dan
kapasitif Murni
C = 2 F
Tabel 2. Hasil percobaan ohm-kapasitif
R
%
U1
(V)
I1
(A)
P1
(W)
Q1
(Var)
U2
(V)
I2
(A) Cos 2
100 360 0.5 60 75 419 0.18 0.86
lead
80 360 0.55 70 65 410 0.24 0.91
lead
60 355 0.58 90 50 400 0.32 0.95
lead
40 350 0.65 125 15 378 0.57 0.97
lead
Pelepasan Beban Resistif dengan C = 2 µF
U1 = 369 V I1 = 0.5 A
P1 = 5 W Q1 =99 Var
U2 = 440 V I2 = 0.04 A Cos 2 = 0
Percobaan Pengkompensasian
Kompensasi Pararel
L = 1.2 H dan C = 8 F
Tabel 3. Hasil percobaan kompensasi pararel
R
%
U1
(V)
I1
(A)
P1
(W)
Q1
(Var)
U2
(V) I2(A) Cos 2
100 358 0.49 65 60 400 0.2 0.95
lead
80 355 0.5 80 50 398 0.28 0.96
lead
60 350 0.55 100 35 385 0.4 0.97
lead
40 345 0.65 125 5 365 0.58 0.98
lead
Kompensasi Seri
C = 4 F
Tabel 4. Hasil percobaan kompensasi seri
L
R%
U1
(V)
I1
(A)
P1
(W)
Q1
(Var)
U2
(V)
I2
(A)
Cos
2
2.4 80 360 0.6 70 100 370 0.28 0.84
lag
1.2 40 370 0.7 40 135 200 0.3 0.83
lag
1.0 30 372 0.71 30 135 145 0.3 0.85
lag
Unjuk Kerja Tanpa Beban
Dari data yang didapatkan dari percobaan,
menunjukan bahwa Ratio U2/U1 untuk masing
masing saluran memiliki nilai yang berbeda. Semakin
panjang saluran transmisi, maka ratio U2/U1 juga
akan semakin besar dan daya reaktif yang
ditransmisikan juga semakin besar. Hal ini sesuai
dengan teori dikarenakan, pada saluran transmisi
panjang rangkaian ekuivalennya diibaratkan memiliki
sebuah kapasitansi (line charging), sehingga jika di
sisi penerima tidak terdapat beban maka pada sisi
penerima tegangannya akan lebih besar daripada sisi
primernya dan daya reaktifnya juga akan semakin
besar dikarenakan ada parameter kapasitansi saluran
tadi. Hal diatas dibuktikan dengan penambahan
kapasitor pada rangkaian ekuivalen transmisi panjang,
hasilnya adalah ratio U2/U1 akan semakin besar dan
daya reaktifnya juga semakin besar.
Performa Karakteristik Beban Ohm-Induktif dan
Induktif Murni
Dari data percobaan yang telah dilakukan di dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Dengan nilai R yang berbeda didapatkan untuk nilai
induktor (L) yang sama, maka nilai daya pada sisi
primer (aktif dan reaktif) akan semakin besar jika nilai
R semakin kecil. Tegangan sisi primer dan sisi
sekunder tidak mengalami perubahan untuk nilai
resistansi yang berubah, sedangkan tegangan antara
sisi sumber akan mengalami drop tegangan sehingga
tegangan pada sisi beban akan lebih kecil daripada
tegangan sisi sumber, selain itu nilai cos akan
semakin besar jika nilai resistansi semakin kecil. Hal
ini dikarenakan semakin kecil nilai R maka beban
akan semakin induktif dan tegangan akan menjadi
drop.
Performa Karakteristik Beban Ohm-Kapasitif dan
Kapasitif Murni
Dari data percobaan yang telah dilakukan di dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Untuk nilai setiap beban kapasitor yang diberikan,
tegangan sisi sekunder selalu lebih besar daripada sisi
primer. Pada saat diberikan beban C sebesar 2 F,
semakin kecil beban resistifnya maka semakin besar
nilai cos - nya, tegangan di sisi sekunder menurun
sedangkan arusnya meningkat.
Dapat dilihat dari data yang didapat bahwa dengan
adanya beban yang bersifat kapasitif akan
menyebabkan daya yang ada pada sisi terima memiliki
power factor minus yaitu leading. Ini artinya daya
pada sisi terima berlawanan phasa dengan pada sisi
kirim. Hal ini disebabkan pada sisi kirim harus
memenuhi beban yang berupa rugi-rugi sepanjang
saluran yang dilaluinya yang bersifat induktif
sedangkan pada beban bersifat kapasitif maka nilainya
akan berlawanan phasa.
Pelepasan Beban Resistif dengan C = 4 F
Beban kapasitif tidak sekontras beban induktif dalam
mnegkonsumsi daya reaktif karena pada dasarnya
beban – beban yang ada merupakan beban induktif
sehingga begitu terdapat beban induktif maka akan
terjadi penambahan yang signifikan. Beban yang
bersifat kapasitif merupakan beban yang sifatnya
berlawanan dengan beban induktif sehingga beban ini
hanya akan bersifat sebagai pengurang bagi beban
induktif sehingga penambahannya tidak akan terlihat
mencolok dibandingkan beban induktif.
Percobaan Pengkompensasian (Kompensasi
Pararel)
Kompensasi yang dipasang pararel akan
meningkatkan power factor yang dimiliki system.
Sehingga dengan turunnya nilai R sedang nilai L dan
C tetap, power factor beban akan semakin baik..
Selain itu dengan diturunkannya nilai kapasitor maka
daya reaktif yang disalurkan pada saluran juga akan
semakin kecil.
Percobaan Pengkompensasian (Kompensasi Seri)
Dari data percobaan terlihat bahwa dengan semakin
bertambahnya nilai L, maka daya reaktif yang
disalurkan pada sisi terima juga akan semakin besar
sehingga daya reaktif yang diterima menjadi semakin
kecil. Selain itu dengan kompensasi seri, maka drop
tegangan juga akan semakin kecil dan menyebabkan
turunnya drop tegangan sistem.
Unjuk Kerja Tanpa Beban
Diagram Rasio U2/U1 sebagai Fungsi Panjang Saluran:
Gambar 15: kurva perbandingan U1 dan U2
Dari diagram terlihat, semakin panjang saluran akan
semakin besar pula rasio U2/U1. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat kenaikan besar tegangan pada sisi
terima.
Perbandingan daya reaktif terukur dengan daya
reaktif hasil perhitungan.
Menggunakan rumus : Qc = Un2 .
ω . CB
CB untuk transmisi pendek (144 km) = 2μF
CB untuk transmisi jarak menengah (216 km) = 4 μF
CB untuk transformasi jarak panjang (360 km) = 8 μF
Jenis Saluran Qc Perhitungan
(Var)
Qc Terukur
(Var)
pendek 85.97 30
menengah 171.95 29
panjang 362.73 65
Dari tabel di atas terlihat bahwa semakin panjang
saluran daya reaktif yang dibutuhkan juga akan
semakin besar. Hal ini disebabkan adanya rugi – rugi
pada saluran transmisi yang bersifat induktif.
1. Dalam kondisi tanpa beban, model transmisi juga
membutuhkan daya aktif. Nilainya dapat dilihat
pada wattmeter yang terpasang. Daya aktif ini
timbul akibat adanya rugi-rgi transmisi yang
disebabkan oleh adanya resistansi saluran yang
berbentuk panas.
2. Hasil perbandingan untuk pemodelan saluran
panjang 100% (gambar 2.1, 2.2 dan 2.3). Dari
hasil pengukuran dapat kita liat semakin panjang
saluran ratio perbandingan U2/U1 juga tinggi.
3. Hasil pengukuran untuk panjang saluran 100%
tanpa menggunakan kapasitansi. Dari data dapat
kita lihat jika tanpa menggunakan kapsitansi
tegangan disisi terima tidak terlalu besar tetapi
setelah ditambahkan kapasitansi tegangan disisi
terima lumayan besar.
Karakteristik Beban Ohm-Induktif dan Induktif
Murni
1. Karakteristik yang umum untuk tegangan dari
semua pengukuran adalah bahwa penurunan
beban ohm-induktif sebanding dengan besar
tegangan kirim, begitu pula dengan tegangan
terima. Hanya saja karena panjangnya saluran
transmisi dan bebannya induktif menyebabkan
tegangan pada sisi terima mengalami drop
tegangan. Hal ini sesuai dengan teori bila beban
L-nya semakin dinaikkan maka pada tegangan
terima mengalami drop, namun bila saluran
transmisinya panjang maka drop tegangan dapat
dikurangi dengan adanya line charging.
2. Beban induktif mengkonsumsi daya reaktif
karena daya reaktif besarnya dipengaruhi oleh
beban L, di mana semakin besar beban L maka
daya reaktifnya semakin kecil. Hal ini
dikarenakan beban induktif menyerap daya
reaktif. Oleh karena daya reaktif yang menurun
maka cos φ nya menjadi naik.
Kompensasi Paralel
Dari percobaan dengan semakin kecilnya beban
induktif dan semakin besarnya beban kapasitif yang
dalam hal ini dilakukan kompensasi secara paralel
maka drop tegangan di sisi terima menjadi turun,
namun karena daya reaktifnya yang semakin besar
maka cos φ nya menjadi turun. Kompensasi yang
dipasang pararel akan meningkatkan power factor
yang dimiliki system. Sehingga dengan turunnya nilai
R sedang nilai L dan C tetap, power factor beban akan
semakin baik.. Selain itu dengan diturunkannya nilai
kapasitor maka daya reaktif yang disalurkan pada
saluran juga akan semakin kecil.
Kompensasi seri
Perbandingan terhadap kompensasi parallel adalah
bahwa pada kompensasi seri drop tegangan lebih besar
dibandingkan pada kompensasi parallel. Pada
kompensasi seri, tegangan sisi kirim lebih besar
daripada tegangan sisi terima, sedangkan pada
kompensasi parallel terjadi sebaliknya
7. KESIMPULAN 1. Penggunaan beban R L pada saluran transmisi
akan mendapatkan tegangan yang lebih kecil
pada sisi terima sedangkan untuk mendapatkan
tegangan yang lebih besar dari sisi kirim maka
pada saluran digunakan beban RC
2. Pada kompensasi parallel diperoleh nilai factor
daya yang lebih baik dibandingkan dengan
penggunaan beban R L saja karena penambahan
kapasitor dapat digunakan untuk memperbaiki
factor daya
3. Penambahan Kapasitor dapat memperbaiki factor
daya karena sebuah kapasitor variable yang
terpasang parallel pada suatu beban induktif dapat
diatur sedemikian rupa sehingga arus yang
mendahului pada kapasitor menjadi tepat sama
besar dengan komponen arus pada beban induktif
yang tertinggal terhadap tegangan sehingga arus
total akan sefasa dengan tegangan
4. Line charging merupakan peristiwa penambahan
daya reaktif terhadap suatu saluran transmisi.
Penambahan ini disebabkan karena pada saluran
yang panjang timbul kapasitansi saluran dengan
tanah. Sehingga dalam pemodelannya seolah-
olah, pada saluran transmisi tersebut terdapat
kompensasi daya reaktif. Hal ini menyebabkan
meningkatnya tegangan pada sisi kirim dan
meningkatnya daya reaktif yang ditransmisikan
sistem
DAFTAR REFERENSI [1] Modul Praktikum Simulasi Sistem Tenaga Listrik
2011 Lab. B103.
[2] Ngakan Putu Satriya Utama, “Memperbaiki Profil
Tegangan Di Sistem Distribusi Primer Dengan
Kapasitor Shunt”, Teknologi Elektro, 45 Vol, 7
No, 1 Januari - Juni 2008.
[3] Ahmed M. Azmy, “Optimal Power Flow to
Manage Voltage Profiles in Interconnected
Networks Using Expert Systems”, IEEE
Transaction On Power Systems , Vol 22, No. 4,
Nopember 2007.
[4] I. Ziari, G. Ledwicha, A. Ghosha, and D.
Cornforthb, M. Wishart, “Optimal Allocation and
Sizing Of Capacitors to Minimize the
Transmission Line Loss and to Improve the
Voltage Profile”, Computers and Mathematics
with Applications 60 (2010) 1003-1013.