paper kapita selekta_haikalandrean2

30
Paper Kapita Selekta: “Peranan Entrepreneurship Dalam Perkembangan Ekonomi di Indonesia” Disusun oleh: Haikal Andrean / 1301014142 07 PBT Fakultas Ilmu Komputer – Teknik Informatika Binus University 2012

Upload: fadhilmuhamma7743

Post on 04-Aug-2015

128 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

Paper Kapita Selekta:

“Peranan Entrepreneurship Dalam Perkembangan Ekonomi di Indonesia”

Disusun oleh:

Haikal Andrean / 1301014142

07 PBT

Fakultas Ilmu Komputer – Teknik Informatika

Binus University

2012

Page 2: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber daya alam dan sumber daya

manusia yang sangat melimpah , tetapi hal itu tidak menjamin bahwa Indonesia

merupakan negara yang sejahtera karena sejak merdeka tahun 1945 sampai saat ini ,

Indonesia masih memiliki masalah dalam berbagai aspek sebagai contoh dalam

perekonomian , kemiskinan , dan masalah lapangan pekerjaan.

Pada tahun 2006, data Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan di Indonesia

terdapat 48,9 juta usaha kecil dan menengah (UKM), menyerap 80% tenaga kerja serta

menyumbang 62% dari PDB (di luar migas). Data tersebut sekilas memberikan

gambaran betapa besarnya aktivitas kewirausahaan di Indonesia dan dampaknya bagi

kemajuan ekonomi bangsa.

Terlebih lagi ditambahkan dengan data hasil penelitian dari Global Entrepreneurship

Monitor (GEM) yang menunjukkan bahwa pada tahun yang sama, di Indonesia

terdapat 19,3 % penduduk berusia 18-64 tahun yang terlibat dalam pengembangkan

bisnis baru (usia bisnis kurang dari 42 bulan). Ini merupakan yang tertinggi kedua di

Asia setelah Philipina (20,4%) dan di atas China (16,2) serta Singapura

(4,9%).Namun di sisi lain, data BPS pada tahun yang sama juga menunjukkan masih

terdapat 11 juta penduduk Indonesia yang masih menganggur dari 106 juta angkatan

kerja, serta 37 juta penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Fakta-fakta tersebut seakan-akan menunjukkan kewirausahaan di Indonesia tidak

dapat memberikan sumbangan yang positif bagi kesejahteraan bangsa. Padahal

seorang pakar kewirausahaan, David McClelland mengatakan bahwa jika 2% saja

penduduk sebuah negara terlibat aktif dalam kewirausahaan, maka dapat dipastikan

bahwa negara tersebut akan sejahtera. Pendapat serupa juga disampaikan

oleh Profesor Edward Lazear dari Stanford University yang mengatakan bahwa

Page 3: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

wirausahawan adalah pelaku paling penting dari kegiatan ekonomi modern saat ini.

(Margiman, 2008)

Berdasarkan fakta yang ada , setiap tahun selalu terdapat jumlah pengangguran

yang meningkat bersamaan dengan lulusan – lulusan dari perguruan tinggi atau

universitas yang diwisuda , hal itu menandakan bahwa persaingan saat ini telah

sangat ketat sehingga harus adanya suatu kesadaran akan pentingnya membuat

lapangan pekerjaan sendiri karena banyak sekali keuntungan yang didapat dari hal

tersebut jika dibandingkan dengan bekerja dengan orang lain. Kesadaran akan

kewirausahaan tersebut sudah mulai tumbuh dan menjadi bahan utama yang banyak

didiskusikan oleh berbagai golongan baik mulai dari orang biasa sampai perusahaan

yang ingin berkontribusi di dalamnya. Menurut beberapa ahli bahwa kesejahteraan

suatu negara bergantung pada seberapa besar jumlah entrepreneurship yang ada pada

negara tersebut. (Tejo Nurseto, 2010)

Adapun hal yang dianggap penting dalam menimbulkan kesadaran akan

wirausaha atau entrepreneurship yaitu melalui pendidikan , baik pendidikan formal

atau informal , mulai dari keluarga sampai dengan lingkungan yang sangat berperan

terwujudnya suatu individu atau lebih yang berwiraswasta. (Wadhan, 2007)

Sehingga sekarang ini , kesadaran akan jiwa kewirausahaan telah mulai

diperkenalkan dan diterapkan baik secara teoritis maupun secara praktek secara

langsung berdasarkan kasus – kasus yang biasa terjadi di dunia nyata sehingga selain

mendapatkan ilmu , pengalaman juga didapat dari hal tersebut agar terciptanya suatu

individu yang mempunyai skill entrepreneurship yang sangat baik sehingga dapat

menjadikan negara Indonesia menjadi sejahtera , tentunya semua hal tersebut harus

didukung oleh berbagai pihak baik dari pemerintah , individu yang terkait , sampai

lingkungan dan dibantu oleh sarana dan prasarana serta inovasi dan kreatifitas yang

menjadi sumber utama dalam mendapatkan suatu ide dalam membangun usaha

sendiri yang tepat dan dapat bertahan lama dan menghasilkan keuntungan bagi diri

sendiri dan negara. Dalam paper ini, akan dibahas secara mendalam mengenai

pentingnya entrepreneurship (kewirausahaan) sehingga menjadi salah satu faktor

meningkatnya suatu perekonomian di Indonesia.

Page 4: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini yaitu untuk memberikan suatu gambaran atas

peranan entrepreneurship baik itu terdapat atau tidaknya pengaruh secara signifikan

dalam perkembangan ekonomi di Indonesia.

1.3 Permasalahan ( Identifikasi Masalah)

Adapun masalah dalam paper ini yaitu “Apa peran entrepreneurship dalam

perkembangan ekonomi di Indonesia?”

1.4 Penyelesaian Masalah

- Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup yang dibahas dalam paper ini yaitu sebagai berikut :

a. Definisi secara umum dari entrepreneurship

b. Kaitan pengembangan kesadaran akan entrepreneurship dalam memberikan

peran atas perkembangan ekonomi di Indonesia

- Metode

Adapun metode yang digunakan melalui studi literature baik berasal dari

textbook,jurnal,karya ilmiah orang lain , website , dan lain – lain.

Page 5: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Entrepreneurship

Dalam literatur Perancis wirausaha diartikan sebagai orang yang berusaha

di antara (between-taker or go-between). Marco Polo disebut sebagai

wirausaha karena ia berhasil menggabungkan jiwa petualang sebagai pelaut

dan sekaligus mengomersialisasikannya untuk membangun/menemukan jalan

dagang ke timur-jauh. Untuk merealisir ide tersebut, ia mengajak investor.

Kontrak yang dibuat dengan investor meliputi pinjaman untuk biaya selama

perjalanan dengan tingkat bunga 22,5% termasuk asuransi. Setelah berhasil

melakukan perjalanan petualangan dagangnya Marco Polo mendapatkan

keuntungan sebesar 25% sedang pemilik modal mendapatkan 75%.

Wirausaha pada abad pertengahan, digunakan untuk menggambarkan

aktor atau orang yang berhasil mengelola perusahaan produksi skala besar.

Dalam hal ini orang yang mengelola tidak telibat pada resiko,

keberhasilannya diukur dari kemampuannya mengelola usaha produksi

berskala besar dimana segala sumber daya tersedia, jika ia berhasil maka ia

disebut sebagai wirausaha. Tipe wirausaha pada abad pertengahan adalah

seseorang yang  berhasil melakukan tugas administrasi dengan baik (cleric),

ia merupakan arsitek pekerjaan.

Konsep mengenai kesiapan menghadapi resiko muncul pada abad ke-17.

Wirausaha adalah orang yang berhasil melakukan bisnis dengan pemerinah

dengan memasok keperluan pemerintah walaupun pemerintah menentukan

membeli dengan harga tetap. Kerugian yang dihadapi wirausaha adalah

kemungkinan rugi karena harga bahan baku dibeli dengan harga pasar

sedangkan penjualannya kepada pemerintah dilakukan dengan harga tetap.

Seorang wirausaha yang dikenal pada masa ini adalah John Law

(berkebangsaan Perancis), ia berhasil mendirikan bank kerajaan, akhirnya

mengembangkan menjadi usaha perdagangan ekskelusif dengan

sistem franchise. Perusahaan ini bangkrut karena tidak berhasil

Page 6: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

mengembangkan usaha yang bersifat monopoli dan harga sahamnya sudah

terlalu tinggi tidak sesuai dengan harga perusahaan (nilai asset) yang

sebenarnya.

Richard Cantilon, seorang ekonom dan pengarang mempelajari kegagalan

John Law kemudian ia mengembangkan suatu teori mengenai wirausaha, ia

dianggap sebagai pencetus istilah atau definisi wirausaha. Menurut Cantilon

wirausaha adalah seseorang yang berani menghadapi resiko (risk-taker),

seorang pedagang, petani, tukang cukur, atau perantara penjualan yang

membeli dengan harga tetap tetapi menjual dengan berbagai harga yang tidak

tetap.

Akhir abad ke-18 para ahli membedakan pengertian investor (venture

capitalist) atau orang yang memiliki modal dengan orang yang membutuhkan

modal atau wirausaha. Salah satu penyebab terjadi pemisahan ini adalah

karena revolusi industri yang melanda dunia. Berbagai penemuan terjadi

pada abad ini sebagai reaksi terhadap perubahan dunia. Seperti Eli Whitney

dan Thomas Edison, kedua orang ini berhasil mengembangkan era teknologi

baru tetapi mereka tidak mempunyai modal untuk membiayai riset mereka

dan penelitian mereka. Eli Whitney membiayai mesin pemisah kapas dari

bijinya dengan menggunakan pinjaman pemerintah, sedangkan Thomas

Edison membiayai usaha riset listrik dan kimianya dari sumber dana

perseorangan (private source). Baik Eli maupun Thomas adalah pengguna

modal (wirausaha) bukan sebagai pemasok dana (venture capitalist). Seorang

pemasok dana adalah seorang manajer keuangan professional yang

menginvestasikan  uangnya pada investasi yang beresiko dalam bentuk

penyertaan modal untuk mendapatkan hasil yang tinggi dari investasi

tersebut.

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, wirausaha tidak dibedakan

dengan manajer dan hanya dilihat dari pandangan ekonom. Wirausaha 

mengorganisir dan mengoperasikan  perusahaan untuk manfaat pribadi. Ia

membiayai bahan baku yang digunakan dalam bisnis, tanah, gaji karyawan,

dan modal yang diperlukan. Ia memberikan kontribusi inisiatif, keahlian

Page 7: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

dalam pembuatan perencanaan, pengorganisasian, dan administratur

perusahaan. Ia harus menanggung resiko rugi karena hal-hal yang tidak dapat

dikontrolnya. Nilai bersih keuntungan pada akhir tahun atau masa menjadi

keuntungannya. Wirausaha yang dikenal pada masa ini adalah Andrew

Carnegie, ia tidak menemukan sesuatu tetapi hanya mengadopsi dan

membentuk teknologi baru dan produk menjadi penting dan menghasilkan. Ia

berhasil membawa industri baja Amerika menjadi industri yang tidak henti-

hentinya ketimbang menghasilkan suatu penemuan atau kreativitas tertentu. 

Pada pertengahan abad ke-20 gagasan wirausaha sebagai penemu mulai

dikenalkan; Fungsi wirausaha adalah untuk melakukan reformasi atau

revolusi pola-pola produksi dengan mengeksploitasi penemuan atau, secara

umum, menggunakan teknologi baru (yang sebenarnya belum pernah dicoba

orang lain) untuk menghasilkan produk baru atau menghasilkan produk lama

dengan cara baru, membuka sumber bahan baku baru, membuka pasar baru,

dengan mengorganisir kembali industri yang ada sekarang. Konsep inovasi

sangat menonjol pada masa ini. Inovasi untuk mengenalkan sesuatu  yang 

baru adalah sebagian dari tugas berat wirausaha. Inovasi tidak saja

membutuhkan kemampuan untuk menghasilkan dan mengembangkan konsep

tetapi juga harus mengerti segala kekuatan yang bekerja atau terdapat di

lingkungan (sekitarnya). Sesuatu yang baru bisa berupa produk baru atau

sebuah sistem baru, untuk simplikasi struktur organisasi baru. Kemampuan

inovasi adalah sebuah intuisi yang membedakan seseorang dengan orang

lain. (Kanaidi, 2010)

2.2 Definisi Entrepreneurship

Pengertian kewirausahaan secara umum:

 Entrepreneurship adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk

menjembatani antara ilmu dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship

meliputi pembentukan perusahaan baru, aktivitas kewirausahaan juga

kemampuan managerial yang dibutuhkan seorang entrepreneur.

Page 8: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

 Wirausahawan (entrepreneur) didefinisikan sebagai seseorang yang

membawa sumber daya berupa tenaga kerja, material, dan asset lainnya pada

suatu kombinasi yang menambahkan nilai yang lebih besar daripada

sebelumnya, dan juga dilekatkan pada orang yang membawa perubahan,

inovasi, dan aturan baru.

  Entrepreneurial adalah kegiatan dalam menjalankan usaha atau

berwirausaha. (Megasari, 2006)

Memaknai perkembangan entrepreneurship yaitu sebagai berikut

Page 9: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

(Priyanto, 2009)

2.3 Ciri – Ciri , Sikap , Tahap – Tahap Entrepreneurship

Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang

memerlukan ciri-ciri dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan. Ciri-

ciri seorang wirausaha adalah:

Percaya diri

Berorientasikan tugas dan hasil

Pengambil risiko

Page 10: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

Kepemimpinan

Keorisinilan

Berorientasi ke masa depan

Jujur dan tekun

Sifat-sifat seorang wirausaha adalah:

Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.

Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki

ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras,

energik ddan memiliki inisiatif.

Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.

Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan

suka terhadap saran dan kritik yang membangun.

Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki

jaringan bisnis yang luas.

Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.

Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.

Tahap – tahap kewirausahaan :

Tahap memulai

Tahap melaksanakan usaha

Tahap mempertahankan usaha

Tahap mengembangkan usaha

Sikap – sikap dari wirausaha :

Page 11: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

Disiplin

Komitmen tinggi

Jujur

Kreatif dan Inovatif

Mandiri

Realistis

(Anonymous, 2012)

2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Minat Untuk berwirausaha

(Entrepreneurship) Secara Umum:

Individu

Lingkungan ( Kerja , Keluarga , Masyarakat )

Kepribadian

Merasa ingin dihargai

Prestasi pendidikan

Pengalaman

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Entrepreneurship Dalam Segi Ekonomi &

Non Ekonomi

Kondisi ekonomi, maupun kondisi-kondisi non-ekonomi dapat

mempengaruhi tingkat entrepreneurship di dalam suatu perekonomian.

1. Faktor-faktor Ekonomi

Page 12: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

Mengingat bahwa entrepreneurship pada intinya berarti didorongnya

perubahan ekonomi, maka fakto-faktor yang sama memajukan pertumbuhan

perekonomian dan pengembangan ekonomi, mempengaruhi munculnya

entrepreneurship. Ada dua fktor ekonomi yaitu

a. Adanya cukup persedian modal, guna menandai perusahaan-

perusahaan dan institusi-institusi (serti misalnya bank-bank), yang

mengarahkan modal ke orang-orang yang ingin memenfaatkan untuk

proyek-proyek entrepereneurial.

b. Adanya perangsang (insentif-insentif) pasar kebutuhan sosial baru

dapat diupayakan untuk dipenuhi oleh entrepreneur dengan cara-cara

baru

2. Faktor-faktor Non Ekonomi

Penyebab factor non ekonomi yang mempengaruhi entrepreneurship

adalah:

a. Perbedaan-perbedaan kultural

b. Perbedaan sosial yang berlaku

c. Perbedaan idiologi

d. Mobilitas sosial

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut pemerintah dapat turut campur

tangan dengan menciptakan aneka macam tindakan reformasi, yang

memungkinkan lebih banyak fleksibilitas ekonomi, yang bukan saja dapat

merangsang usaha-usaha entrepreneuirial, tetapi juga meningkatkan investasi

domestic, dan investasi asing.

2.6 Peran Entrepreneurship dalam Perkembangan Ekonomi

Page 13: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

Audretsch dan Keilbach (2005) menempatkan entrepreneurship capital

(modal kewirausahaan) sebagai variabel independen yang menjelaskan kinerja

ekonomi regional.  Model persamaan yang dibangun adalah model persamaan

tunggal dengan dua jumlah persamaan dan diestimasi olehthree stage least

square (3SLS) error correction.  Persamaan pertama adalah kinerja ekonomi

regional (variabel endogen) sebagai fungsi dari cadangan modal, tenaga kerja,

intensitas R & D dan modal kewirausahaan, sedangkan persamaan kedua

menjelaskan tingkat modal kewirausahaan modal regional sebagai fungsi dari

kinerja ekonomi regional dan variabel eksogen lain pembentuk modal

kewirausahaan, seperti tingkat teknologi, pajak, populasi, dan munculnya usaha-

usaha baru.

Audretsch dan Keilbach mampu memberikan bukti empiris yang

menunjukkan bahwa modal kewirausahaan sangat signifikan dan berdampak

positif pada kinerja ekonomi regional, begitu juga dengan intensitas  R & D

regional.  Modal kewirausahaan semakin besar pada regional yang kinerja

ekonominya kuat. Pada regional yang investasinya besar pada perusahaan yang

sudah ada cenderung tingkat modal kewirausahaannya rendah.  Intensitas R & D 

yang kuat berdampak positif pada modal kapital yang berbasis pengetahuan,

tetapi tidak berdampak pada modal kapital di industri berbasis “low-tech”. 

Regional yang bersubsidi tidak signifikan mempengerauhi perilaku

kewirausahaan, sedangkan tingginya pajak berkorelasi positif dengan modal

kapital regional.  Daya tarik regional juga tidak berdampak pada keputusan

memulai usaha baru, baik di industri berbasis “high-tech” maupun “low-tech”. 

Namun, kepadatan penduduk justru berdampak positif pada modal

kewirausahaan, khususnya kewirausahan yang berbasis pengetahuan. Dengan

demikian, peranan kewirausahaan sangat penting dalam proses penciptaan

produk dan teknologi baru di wilayah padat penduduk dan pusat industri.  Proses

tersebut mendorong pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran yang

rendah.

Page 14: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

Penelian panel Kreft dan  Sobel (2005) di seluruh negara bagian Amerika

Serikat menunjukkan bahwa derajat kebebasan ekonomi (economic freedom),

yakni variabel  pajak rendah, regulasi tidak ketat, dan perlindungan hak cipta

swasta berdampak signifikan pada aktivitas kewirausahaan yang menghasilkan

pertumbuhan ekonomi.  Penghubung antara kebebasan ekonomi dengan

pertumbuhan ekonomi adalah aktivitas kewirausahaan.  Jadi, kebebasan ekonomi

akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi terutama karena meningkatnya

kegiatan produktif sektor swasta yang merupakan variabel aktivitas

kewirausahaan.

Formaini (2001) menegaskan bahwa negara kapitalis seperti Amerika

Serikat pun dalam menghadapi  pasar terbuka dan kompetitif, aturan hukum,

disiplin fiskal, dan berbagai budaya perusahaan harus tetap menempatkan

kecepatan inovasi dan peningkatan produktivitas.  Oleh karena itu, ekonomi

Amerika akan ditentukan oleh keberanian mengambil resiko dari para wirausaha

dan visi para managernya yang imajinatif.  Di pasar global yang kompetitif,

bangsa yang melupakan kontribusi wirausaha pada perubahan teknologi,

produktivitas, efisiensi sumber daya, dan pertumbuhan ekonomi,

pembangunannya berpotensi high cost (Drozdiak 2001).

Yang (2007) mengungkapkan bahwa setelah hampir dua dekade hilang

dari lansekap ekonomi Cina, kewirausahaan dihidupkan kembali pada akhir

1970-an. Awalnya dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah pengangguran

dan kemiskinan, ternyata energi kewirausahaan masyarakat secara serius menjadi

kebijakan ekonomi Cina.  Cina menyadari bahwa jauh lebih efisien untuk

meningkatkan perekonomian dengan memberikan  ruang gerak lebih bebas pada

wirausaha daripada kontrol negara yang ketat.  Hasilnya sangat luar biasa,

bahkan saat ini Cina menjadi kekuatan ekonomi baru di dunia.  Selain

pertumbuhan ekonominya berkembang pesat, wirausaha juga telah membuat

standar kehidupan Cina lebih tinggi.

Belajar dari Cina, maka para pimpinan Indonesia yang bertanggungjawab

dalam membuat kebijakan ekonomi harus berjuang keras untuk mendorong

Page 15: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

inovator dan pengambil risiko usaha, yakni wirausaha. Menegakkan hak milik

melalui kontrak, paten dan hak cipta, mendorong persaingan melalui

perdagangan bebas, deregulasi dan undang-undang antitrust, dan

mempromosikan iklim ekonomi yang sehat melalui inisiatif anti-inflasi, dan

lainnya yang merupakan contoh kebijakan yang memberdayakan wirausaha. 

Penghargaan terhadap para wirausaha berprestasi perlu diagendakan dan

intensitasnya ditingkatkan, karena akan menumbuhkan perekonomian dan

menjadi indikator keberhasilan bagi pembuat kebijakan, yaitu pemerintah.

Oleh kerena itu, pemahaman pembuat kebijakan terhadap pentingnya

kewirausahaan bagi pertumbuhan ekonomi dapat diaktualisasikan melalui

kebijakan-kebijakannya dalam program permodalan, target-target subsidi usaha

kecil, dan penumbuhan usaha-usaha baru (Hall, 2006).  Dengan kata lain,

pembuat kebijakan harus fokus pada kebijakan peningkatan produktivitas

kewirausahaan supaya kinerjanya dinilai baik oleh publik.  Adam Smith

mengatakan: “Little else is requisite to carry a state to the highest degree of

opulence from the lowest barbarism, but peace, easy taxes, and a tolerable

administration of justice; all the rest being brought about by the natural course

of things” (Smith, 1998).

Penelitian Wong (2005) yang menggunakan data cross-section,

menunjukkan bahwa prevalensi tinggi pertumbuhan perusahaan baru hanya

berpotensi menjelaskan perbedaan laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara

yang diamati. Dengan demikian, memiliki bergelar tinggi dalam kewirausahaan

atau memiliki prevalensi penciptaan usaha baru tidak menjamin meningkatkan

kinerja ekonomi dan mempercepat tingkat pertumbuhan ekonomi.  Hal ini

menunjukkan selain karena variabel penciptaan usaha baru merupakan variabel

yang berbeda dengan inovasi teknologi, juga mengindikasikan bahwa tidak

banyak wirausaha yang terlibat dalam pengembangan inovasi teknologi.  Ini

berarti berbeda dengan model pertumbuhan neo-klasik yang memempatkan

inovasi secara implisit sebagai proksi aktivitas kewirausahaan dalam setiap

pembentukan perusahaan baru.  Namun demikian, diakui oleh Wong (2005)

Page 16: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

bahwa penelitiannya ini memiliki keterbatasan data dan menyarankan untuk

menggunakan data time series karena kausalitasnya lebih menyakinkan serta

masih ada masalah pada estimasi modelnya akibat dari spesifikasi variabelnya

yang temporal.

Hall dan Sobel (2008) membuktikan bahwa perbedaan kualitas

kelembagaan  ekonomi beberapa  negara mampu menjelaskan perbedaan

aktivitas  kewirausahaan antar negara tersebut.  Melalui mekanisme

kelembagaan, aktivitas kewirausahaan dapat ditransformasi ke dalam

pertumbuhan ekonomi.  Walaupun kapital dan tenaga kerja wilayah dengan

pendapatan rendah cenderung mengalir ke wilayah berpendapatan tinggi, namun

tingkat inovasi tinggi dengan kelembagaan yang baik mampu mengganggu aliran

kapital dan tenaga kerja tersebut.   Menurut teori pertumbuhan endogen, variabel

tingkat produksi pengetahuan, belanja untuk penelitian dan pengembangan

merupakan kunci dalam meningkatkan pendapatan.  Dan, peran kelembagaan

penelitian dan pengembangan inilah yang kemudian diterjemahkan kedalam

pertumbuhan ekonomi.  Oleh karena itu, pengakuan dan penguatan kelembagaan

ekonomi merupakan langkah awal proses mempromosikan kewirausahaan 

sekaligus sebagai akar dari sumber pertumbuhan ekonommi dan kemakmuran.

Analisis Leeson dan Boettke (2009) menyimpulkan bahwa justru ekonom

yang kurang mempertimbangkan tingkat kewirausahaan dan di negara-negara

berkembang cenderung mengabaikan dan salah dalam memahami hubungan

aktivitas kewirausahaan dengan kinerja ekonomi.  Padahal, berinvestasi dibidang

teknologi produktif yang merupakan inti produktivitas kewirausahaan akan

menghasilkan tingkat pembangunan ekonomi yang impresif.  Analisis ini

memberikan makna bagi para ekonom dan peneliti bidang ekonomi untuk lebih

fokus dan mempertimbangkan variabel-variabel eksogen dari aktivitas

kewirausahaan untuk menduga dampaknya pada varibel endogen pertumbuhan

ekonomi. (Chairy, 2008)

2.6.1 Profil Kewirausahaan di Indonesia

Page 17: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

Kegiatan kewirausahaan di Indonesia berkembang paling pesat saat krisis

moneter melanda pada tahun 1997. Dari hanya 7000 usaha kecil di tahun 1980

melesat menjadi 40 juta pada tahun 2001. Artinya banyak usaha kecil yang

muncul di saat krisis tersebut dikarenakan kebutuhan (necessity) dan kurang

didorong oleh faktor inovasi.

Jika data BPS tahun 2006 ditelaah lebih lanjut, 48,8 juta usaha kecil di

Indonesia tahun 2006 menyerap 80,9 juta angkatan kerja. Berarti setiap usaha

tersebut hanya menyediakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri ditambah 1

orang lain. Sementara itu pada saat yang sama, 106 ribu usaha menengah

menyerap 4,5 juta tenaga kerja yang berarti 1 kegiatan usaha menengah

menyerap 42,5 tenaga kerja.

Ada kesenjangan yang sangat besar antara jumlah skala usaha kecil

dibandingkan usaha menengah serta perbedaan yang sangat signifikan dalam

kemampuannya menyerap tenaga kerja.

Selain itu, usaha kecil di Indonesia didominasi oleh kegiatan yang

bergerak pada sektor pertanian, kehutanan, peternakan, perikanan (53,5%),

sementara usaha menengah banyak bergerak di sektor perdagangan, hotel dan

restoran (53,7%) dan usaha besar di industri pengolahan (35,4%).

Hal tersebut menunjukkan bahwa dunia kewirausahaan di Indonesia

memang tertinggal dibandingkan negara lain yang sudah memasuki abad

informasi dan pengetahuan. Dunia kewirausahaan Indonesia masih banyak yang

mengandalkan otot dibandingkan otak. Kerja keras dibandingkan kerja cerdas.

Dengan melihat profil kewirausahaan di Indonesia tersebut, maka ada

tiga hal yang perlu dilakukan.

Pertama, pengembangan jiwa dan karakter wirausaha sejati. Perlu lebih

banyak wirausahawan di Indonesia yang dilahirkan dengan didorong oleh visi

dan inovasi dan bukan semata-mata karena keterpaksaan dan hanya menjadikan

kegiatan usaha sebagai tempat singgah sementara (sampai mendapatkan

pekerjaan).

Page 18: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

Hal ini menjadi tugas dari dunia pendidikan, mulai dari tingkat sekolah

dasar hingga perguruan tinggi, karakter dan ketrampilan kreatif serta sikap

mandiri dan pro-aktif harus mewarnai semua kegiatan pembelajaran.

Kedua, pengembangan ketrampilan membesarkan usaha. Kegiatan usaha

kecil yang sudah ada harus dibina dan dikembangkan. Jika 50% saja kegiatan

usaha kecil di Indonesia berkembang dan membutuhkan tambahan 1 orang

tenaga kerja, maka akan tersedia 24,4 juta lapangan kerja baru. Di saat seperti

itu, mungkin kita harus mulai mengimpor tenaga kerja asing.

Hal ini dapat diupayakan dengan mengembangkan kerja sama antara

pemerintah, dunia usaha dan dunia pendidikan. Ketrampilan mengembangkan

usaha tersebut meliputi ketrampilan berinovasi dan manajerial yang bersifat

strategis. Oleh karena itu UKM tidak dibesarkan dengan semata-mata suntikan

hormon (dana).

Ketiga, arah dan pengembangan keunggulan bersaing bangsa.

Negara China bekerja keras mengembangkan infrastruktur fisik untuk

meningkatkan daya saing barang-barang hasil produksinya. Negara India

meningkatkan infrastruktur danbrainware teknologi informasi untuk dapat

bersaing di dunia IT. Apa yang harus dilakukan Indonesia?

Sudah merupakan hal yang nyata, bahwa interaksi dan hubungan

antarnegara saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Prilaku

negara sudah menjadi seperti prilaku perusahaan besar yang bersaing satu sama

lain. Oleh karena itu agar dapat menjadi bangsa yang unggul dan diperhitungkan,

maka Indonesia harus segera menemukan dan mengembangkan keunggulan

intinya.

Setelah itu pemerintah harus mengarahkan dunia kewirausahaan untuk

bergerak dan menunjang keunggulan bersaing bangsa tersebut. Dengan

demikian, maka kita kelak akan melihat negara Indonesia menjadi semacam

perusahaan raksasa yang menaungi puluhan juta wirausahawan sejati.

(Margiman, 2008)

Page 19: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Page 20: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2

DAFTAR PUSTAKA

Margiman. (2008, April 21). Quo Vadis Kewirausahaan di Indonesia. Retrieved Oktober 30, 2012, from Universitas Ciputra Entrepreneurship Center: http://www.ciputra.org/node/95/quo-vadis-kewirausahaan-di-indonesia.htm

Tejo Nurseto, M. (2010). PENDIDIKAN BERBASIS ENTREPRENEUR. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 3-13.

Wadhan. (2007). Membangun Pendidikan Berbasis Entrepreneur. Strategi Pembelajaran, 4-5.

Kanaidi, S. M. (2010, November 8). PERSPEKTIF SEJARAH MUNCULNYA KEWIRAUSAHAAN. Retrieved October 30, 2012, from Jurnal Kewirausahaan (Entrepreneurship): http://ken-entrepreneurship.blogspot.com/2010/11/perspektif-sejarah-munculnya.html

Megasari, A. F. (2006, October 18). Sejarah dan Pengertian. Retrieved October 30, 2012, from Entrepreneurship E-learning Club: http://avin.filsafat.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=20&Itemid=34

Priyanto, S. H. (2009). Mengembangkan Pendidikan Kewirausahaan di Masyarakat. Jurnal PNFI, 57-82.

Anonymous. (2012, September 29). Kewirausahaan. Retrieved October 30, 2012, from Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Kewirausahaan

Chairy. (2008). Entrepreneurship dan Perannya Sebagai Penggerak Roda Perekonomian. Jurnal Ekonomi, 131-139.

Page 21: Paper Kapita Selekta_HaikalAndrean2