paper

3
Sintesis TiO2/X Nanokomposit sebagai Sel Surya Sigit Wahyu Pratomo 4311411060 A. Latar Belakang Pencarian sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui (renewable), murah dan ramah lingkungan menjadi tuntutan yang tidak dapat ditunda lebih lama lagi saat ini sehubungan dengan menyusutnya cadangan bahan bakar fosil secara siginifikan dalam beberapa tahun belakangan ini, serta efek rumah kaca dan pemanasan global yang ditimbulkan selama proses pengunaannya.Sehingga banyak para ahli yang melakukan penelitian untuk menciptakan energi alternatif yang dapat diperbaharui. Dimana nantinya energi alternatif ini dapat memenuhi kebutuhan energi manusia. Salah satu energi yang keberadaannya melimpah adalah energi matahari, karena tersedia dalam jumlah yang besar dan tersedia dalam kurun waktu yang lama. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan cara merubah energi matahari ini menjadi energi listrik seperti pembuatan sel surya/solar cell. Hal ini dikarenakan besarnya jumlah energi matahari yang sampai ke bumi, yaitu mencapai sekitar 700 megawatt setiap menitnya.Sel surya sangat cocok untuk dikembangkan di Indonesia karena merupakan negara tropis. Sehingga intensitas matahari yang diterima cukup besar. Berdasarkan bahan pembuatannya sel surya ada dua macam. Yang pertama yaitu sel surya yang terbuat dari silikon, tetapi biaya pembuatan sel surya yang berbahan silikon sangatlah mahal. Yang kedua adalah DyeSensitized Solar Cell (DSSC) atau Sel Surya Pewarna Tersensitisasi (SSPT). SSPT merupakan sel surya yang dikembangkan pertama kali oleh Gratzelet.al,sehingga disebut juga sel Gratzel[1]. Sistem kerja SSPT meniru sistem kerja fotosintesis pada tumbuhan.

Upload: hyuga-jhyo

Post on 12-Nov-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

paper

TRANSCRIPT

Sintesis TiO2/X Nanokomposit sebagai Sel SuryaSigit Wahyu Pratomo4311411060A. Latar BelakangPencarian sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui (renewable), murah dan ramah lingkungan menjadi tuntutan yang tidak dapat ditunda lebih lama lagi saat ini sehubungan dengan menyusutnya cadangan bahan bakar fosil secara siginifikan dalam beberapa tahun belakangan ini, serta efek rumah kaca dan pemanasan global yang ditimbulkan selama proses pengunaannya.Sehingga banyak para ahli yang melakukan penelitian untuk menciptakan energi alternatif yang dapat diperbaharui. Dimana nantinya energi alternatif ini dapat memenuhi kebutuhan energi manusia. Salah satu energi yang keberadaannya melimpah adalah energi matahari, karena tersedia dalam jumlah yang besar dan tersedia dalam kurun waktu yang lama. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan cara merubah energi matahari ini menjadi energi listrik seperti pembuatan sel surya/solar cell. Hal ini dikarenakan besarnya jumlah energi matahari yang sampai ke bumi, yaitu mencapai sekitar 700 megawatt setiap menitnya.Sel surya sangat cocok untuk dikembangkan di Indonesia karena merupakan negara tropis. Sehingga intensitas matahari yang diterima cukup besar.Berdasarkan bahan pembuatannya sel surya ada dua macam. Yang pertama yaitu sel surya yang terbuat dari silikon, tetapi biaya pembuatan sel surya yang berbahan silikon sangatlah mahal. Yang kedua adalah DyeSensitized Solar Cell (DSSC) atau Sel Surya Pewarna Tersensitisasi (SSPT). SSPT merupakan sel surya yang dikembangkan pertama kali oleh Gratzelet.al,sehingga disebut juga sel Gratzel[1]. Sistem kerja SSPT meniru sistem kerja fotosintesis pada tumbuhan. Keunggulan SSPT yaitu bahan dasar pembuatannya relatif lebih murah dan ramah lingkungan.Sel surya TiO2 tersensitisasi dye terdiri dari lapisan nanokristal TiO2 berpori sebagai fotoanoda, dye sebagai sensitizer, elektrolit redoks dan elektroda lawan (katoda) yang diberi lapisan katalis (Li et al. 2006). Struktur sel surya tersentisisasi dye berbentuk struktur sandwich, dimana dua elektroda yaitu elektroda TiO2 tersentisisasi dan elektroda lawan terkatalisasi mengapit elektrolit. Berbeda dengan sel surya p-n silikon, pada sel surya tersentisisasi dye, cahaya (foton) diserap oleh dye yang melekat (attached) pada permukaan partikel TiO2. Dalam hal ini Dye bertindak sebagai donor elektron dan berperan sebagai pompa fotoelektrokimia, dimana elektron dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi ketika menyerap cahaya, mirip dengan fungsi klorofil pada proses fotosintesis. Sedangkan lapisan TiO2 bertindak sebagai akseptor atau kolektor elektron yang ditransfer dari dye teroksidasi. Elektrolit redoks, biasanya berupa pasangan iodide dan triodide (I-/I3-) bertindak sebagai mediator redoks sehingga dapat menghasilkan proses siklus di dalam sel.B. Rumusan MasalahPermasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana pembuatan nanokomposit TiO2/X untuk aplikasinya sebagai sel suryaC. TujuanPenelitian ini bertujuan untuk sintesis TiO2/X nanokomposit dengan metode sol-gel dan selanjutnya dimanfaatkan sebagai sel surya.D. Manfaat1. Teknologi pembuatan partikel yang dikembangkan di penelitian ini bisa menjadi acuan untuk penelitian lebih lanjut sehingga menghasilkan sel surya yang mempunyai efisiensisi lebih baik.2. Mengetahui pengaruh TiO2/X nanokomposit terhadap efisiensi solar cell yang dihasilkan.