paper

2
KECEPATAN CAHAYA Rara Amita Putri (140310120042) Program Studi Fisika, FMIPA Universitas Padjadjaran 02 Desember 2014 Asisten : Purwansah Winada Abstrak Kecepatan cahaya menjadi suatu besaran dengan nilai yang sering dijadikan tolak ukur untuk setiap kecepatan benda yang ada pada permukaan bumi. Kecepatan cahaya yang memiliki nilai konstan saat berada di udara menimbulkan ketertarikan untuk diketahui. Dengan melakukan eksperimen sederhana dengan menggunakan osiloskop, emitter, detector dan cermin bisa dibuktikan kebenaran besarnya kecepatan cahaya yaitu 2.997 x10 8 m/s. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan diperoleh besar kecepatan cahaya yaitu 2.94 x10 8 m/s. Jika dibandingkan dengan literaturnya diperoleh KSR sebesar 2.08%. Dari eksperimen ini dapat disimpulkan bahwa nilai kecepatan cahaya di udara berada pada nilai yang konstan berapapun jarak yang ditempuhnya. Kata kunci : kecepatan cahaya, udara, konstan. I. Pendahuluan Cahaya sebagai gelombang elektromagnetik melengkapi kekuasaaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Cahaya sebagai komponen alam ini meiliki kecepatan terbesar di muka bumi karena cahaya bebas dari pengaruh kecepatan kecepatan relatif. Nilai kecepatan cahaya tersebut selalu konstan dan menjadi tolak ukur bagi semua kecepatan benda. Kecepatan cahaya berubah hanya tergantung pada medium yang dilewatinya saja. Sehingga besar kecepatan cahaya terbesar adalah pada saat cahaya berada di udara. Atas dasar ini perlu adanya eksperimen yang membuktikan bahwa kecepatan cahaya memang berada pada nilai konstan. Tujuan utama dari eksperimen ini adalah menentukan cepat rambat cahaya di udara. II. Teori Dasar Kecepatan cahaya dalam ruang hampa merupakan salah satu konstanta dasar alam. Setelah diukur, kecepatan cahaya berada dalam nilai konstan. Dalam istilah yang lebih tepat bahwa kecepatan cahaya adalah bebas dari kecepatan kecepatan relatif. Penelitian mengenai sumber cahaya pertama kali dipresentasikan oleh Albert Einstein dalam teori relativitas khusus. Penetapan kecepatan cahaya pada batasan tertinggi untuk sebuah kecepatan diberikan oleh beberapa efek. Beberapa data yang sangat akurat dari pengukuran cahaya yaitu dibuat oleh A. A. Michelson antara tahun 1926 dan 1929 dengan menggunakan metode yang sangat mudah. Berdasarkan pengukuran tersebut diperoleh 2.99712 x10 8 m/s saat di udara. [1] Dalam eksperimen ini cahaya ditinjau sebagai gelombang elektromagnetik yang merambat dalam suatu medium memiliki cepat rambat yang besarnya bergantung pada indeks bias medium. Persamaan untuk mengukur cepat rambat cahaya yaitu : c= X ∆t ………………(1) Dimana X adalah panjang lintasan dan ∆t adalah waktu tempuh cahaya. Dalam eksperimen ini pengukuran waktu temput cahaya dihitung dari beda fasa (∆φ) yang terjadi antara gelombang datang dan gelombang pantul pada osiloskop. Gelombang berasal dari laser yang memiliki periode yang sama. [2] Sehingga beda fase yang dimaksud adalah ∆φ.T = t2 - t1 ……………..(2) III. Percobaan Alat dan Bahan Gambar 1. Susunan alat percobaan

Upload: rara-amita-putri

Post on 16-Sep-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

paper

TRANSCRIPT

  • KECEPATAN CAHAYA

    Rara Amita Putri (140310120042)

    Program Studi Fisika, FMIPA Universitas Padjadjaran

    02 Desember 2014

    Asisten : Purwansah Winada

    Abstrak Kecepatan cahaya menjadi suatu besaran dengan nilai yang sering dijadikan tolak ukur untuk setiap

    kecepatan benda yang ada pada permukaan bumi. Kecepatan cahaya yang memiliki nilai konstan saat berada

    di udara menimbulkan ketertarikan untuk diketahui. Dengan melakukan eksperimen sederhana dengan

    menggunakan osiloskop, emitter, detector dan cermin bisa dibuktikan kebenaran besarnya kecepatan cahaya yaitu 2.997 x108 m/s. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan diperoleh besar kecepatan cahaya yaitu 2.94

    x108 m/s. Jika dibandingkan dengan literaturnya diperoleh KSR sebesar 2.08%. Dari eksperimen ini dapat

    disimpulkan bahwa nilai kecepatan cahaya di udara berada pada nilai yang konstan berapapun jarak yang ditempuhnya.

    Kata kunci : kecepatan cahaya, udara, konstan.

    I. Pendahuluan Cahaya sebagai gelombang

    elektromagnetik melengkapi kekuasaaan

    Tuhan Yang Maha Kuasa. Cahaya sebagai

    komponen alam ini meiliki kecepatan terbesar

    di muka bumi karena cahaya bebas dari

    pengaruh kecepatan kecepatan relatif. Nilai kecepatan cahaya tersebut selalu konstan dan

    menjadi tolak ukur bagi semua kecepatan

    benda. Kecepatan cahaya berubah hanya

    tergantung pada medium yang dilewatinya

    saja. Sehingga besar kecepatan cahaya terbesar

    adalah pada saat cahaya berada di udara. Atas

    dasar ini perlu adanya eksperimen yang

    membuktikan bahwa kecepatan cahaya

    memang berada pada nilai konstan. Tujuan

    utama dari eksperimen ini adalah menentukan

    cepat rambat cahaya di udara.

    II. Teori Dasar Kecepatan cahaya dalam ruang hampa

    merupakan salah satu konstanta dasar alam.

    Setelah diukur, kecepatan cahaya berada

    dalam nilai konstan. Dalam istilah yang lebih

    tepat bahwa kecepatan cahaya adalah bebas

    dari kecepatan kecepatan relatif. Penelitian mengenai sumber cahaya

    pertama kali dipresentasikan oleh Albert

    Einstein dalam teori relativitas khusus.

    Penetapan kecepatan cahaya pada batasan

    tertinggi untuk sebuah kecepatan diberikan

    oleh beberapa efek. Beberapa data yang sangat

    akurat dari pengukuran cahaya yaitu dibuat

    oleh A. A. Michelson antara tahun 1926 dan

    1929 dengan menggunakan metode yang

    sangat mudah. Berdasarkan pengukuran

    tersebut diperoleh 2.99712 x108 m/s saat di

    udara.[1]

    Dalam eksperimen ini cahaya ditinjau

    sebagai gelombang elektromagnetik yang

    merambat dalam suatu medium memiliki cepat

    rambat yang besarnya bergantung pada indeks

    bias medium. Persamaan untuk mengukur

    cepat rambat cahaya yaitu :

    c =X

    t (1)

    Dimana X adalah panjang lintasan dan t adalah waktu tempuh cahaya.

    Dalam eksperimen ini pengukuran

    waktu temput cahaya dihitung dari beda fasa

    () yang terjadi antara gelombang datang dan gelombang pantul pada osiloskop. Gelombang

    berasal dari laser yang memiliki periode yang

    sama.[2] Sehingga beda fase yang dimaksud

    adalah

    .T = t2 - t1 ..(2)

    III. Percobaan Alat dan Bahan

    Gambar 1. Susunan alat percobaan

  • Metode Eksperimen

    Proses pencarian data yang dilakukan

    adalah berupa pencarian data utama L1 dan L2

    sebagai jarak tempuh gelombang cahaya dan

    beda fasa yang diperoleh dari osiloskop. Beda

    fasa tersebut kemudian diubah menjadi t sebagai waktu tempuh total gelombang

    cahaya. Data ini diperoleh dengan

    menghubungkan osiloskop dengan emitter.

    Kemudian sinar laser emitter dikenakan pada

    cermin sehingga terbentuk sinar pantul yang

    dikenakan pada detector yang sudah terhubung

    dengan osiloskop. Emitter dan detector yang

    terhubung dengan osiloskop membentuk

    gelombang sinusoida yang terlihat pada layar.

    Dua gelombang inilah yang diukur beda

    fasanya dan diubah menjadi waktu tempuh.

    IV. Data dan Analisis Data Percobaan

    Tabel 1. Data Hasil Eksperimen

    X

    (m) t (s) c (m/s)

    c (m/s)

    KSR

    (%)

    1.885 6.4 x10-9 2.95 x108

    2.9

    4 x

    10

    8

    2.08

    1.747 6.2 x10-9 2.82 x108

    1.69 5.8 x10-9 2.91 x108

    1.632 5.6 x10-9 2.91 x108

    1.555 5.2 x10-9 2.99 x108

    2.036 6.8 x10-9 2.99 x108

    1.984 6.6 x10-9 3.01 x108

    2.176 7.4 x10-9 2.94 x108

    2.202 7.6 x10-9 2.90 x108

    Grafik 1

    Analisa Percobaan

    Berdasarkan data pada tabel 1 diperoleh

    nilai kecepatan cahaya rata rata sebesar 2.94 x108 m/s. Data X dan t menunjukkan bahwa X berbanding lurus dengan t. Hal ini telah sesuai dengan teori GLB atau gerak lurus

    berubah beraturan yang menunjukkan bahwa

    kecepatan cahaya konstan dan tidak

    mengalami percepatan. Besarnya sudut tidak akan memberikan pengaruh apapun terhadap

    cepat rambat cahaya. Sudut hanya akan mengubah arah pantulan sinar laser sehingga

    terjadi variasi jarak tempuh yang berbeda beda. Dari grafik X terhadap t dapat dilihat bahwa hubungan antara X dan t yang berbanding lurus semakin jelas (garis kuning).

    Terlihat bahwa semakin besar t maka X pun akan semakin besar. Hanya disayangkan pada

    grafik jika dilihat dari plot data atau bukan

    garis lurus terbaiknya garis yang terbentuk

    tidak linier. Ada beberapa data berada di luar

    garis linier. Hal ini disebabkan oleh sinar yang

    dipantulkan dari cermin tidak tepat berada di

    pusat detector sehingga gelombang pada

    osiloskop akan memiliki beda fasa yang tidak

    akurat. Selain itu kesalahan yang terjadi dalam

    perhitungan t yang belum terlalu akurat karena osiloskop yang digunakan berupa

    osiloskop analog yang ketelitiannya rendah.

    Sehingga nilai KSR yang diperoleh dari

    keseluruhan eksperimen sebesar 2.08%.

    V. Simpulan Kecepatan cahaya akan bernilai konstan,

    antara L1 dan L2 tidak memberikan pengaruh apapun terhadap besarnya kecepatan cahaya.

    Hubungan antara X dan t adalah berbanding lurus sehingga pada grafik diperoleh grafik

    linier. Grafik ini menunjukan berlakunya teori

    GLB dalam eksperimen karena cahaya tidak

    mengalami percepatan. Kecepatan cahaya

    yang diperoleh dari eksperimen adalah 2.94

    x108 m/s.

    Dafta Pustaka

    [1] Noor, Iqlima A.D.____. Speed of Light.

    http://slideshare.net (diakses 18 November

    2014 pukul 00.07 WIB)

    [2] Nugraha, Romi. 2013. Kecepatan Cahaya.

    http://nugraharomi.blogspot.com (diakses 17

    November 2014 pukul 11.30 WIB)

    [3] file.upi.edu/direktori/ (diakses 17

    November 2014 pukul 11.32 WIB)

    y = 3E-09x + 1E-10R = 0.9752

    0

    2E-09

    4E-09

    6E-09

    8E-09

    0 0.5 1 1.5 2 2.5

    X (

    m)

    t (s)

    Grafik X - t