paper
DESCRIPTION
paperTRANSCRIPT
-
ABSTRAK
Concurrent Engineering adalah sebuah produk dan metodologi proses desain yang
mencakup partisipasi simultan oleh rekayasa, operasi, akuntansi, perencanaan, pelanggan,
vendor dan fungsi lainnya. Model perkembangan konkuren disebut juga rekayasa konkuren.
Model proses yang konkuren dapat disajikan secara skematis sebagai sederetan aktivitas teknis
mayor, tugas-tugas dan keadaannya yang lain.
Tujuan dari concurrent engineering adalah untuk mengurangi rekayasa desain/
pengenalan lead time dan mengurangi atau menghilangkan perubahan nanti dan masalah
kualitas dengan melibatkan lintas fungsional tim di awal.
Concurent Engineering yang seringkali disebut juga Simultaneous Engineering atau
Parallel Engineering telah didefinisikan dalam beberapa pandangan oleh penulis yang berbeda.
Yang paling populer adalah definisi dari Winner et al. (1998) yang mendefinisikan Concurent
Engineering sebagai sesuatu pendekatan sistematis terhadap suatu desain suatu produk dan
proses-proses terkait yang terintegrasi, baik proses pembuatan maupun proses pendukung.
Pendekatan ini dimaksud agar sejak awal, para developer dapat mempertimbangkan seluruh
elemen yang ada di dalam suatu product life-cycle, yaitu dari awal konsep hingga akhir proses
produksi, termasuk kualitas, biaya, jadwal, serta permintaan klien.
Definisi lain dari Concurrent Engineering menurut Broughton (1990) adalah suatu
upaya untuk meoptimalkan suatu desain produk dan proses pelaksanaannya agar dapat
mengurangi waktu pengerjaan dan biaya serta meningkatkan kualitas produk dengan cara
mengintegrasikan kegiatan desain dan pelaksanaan serta memaksimalkan paralelisme dalam
praktek kerja.
-
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Suatu perusahaan mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian suatu negara.
Sedangkan perusahaan mempunyai kegiatan yang beragam, mulai perencanaan, proses
produksi, personalia, pembelanjaan dan pendistribusian. Kegiatan-kegiatan tersebut berguna
dalam pencapaian tujuan dari suatu perusahaan.
Pada dasarnya tujuan dari suatu perusahaan adalah keuntungan berupa uang, apapun
bentuk jenis usaha yang dilakukan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka perusahaan
harus melaksanakan aktivitasnya dengan lancar cepat dan hemat biaya, sehingga dapat
memenuhi selera konsumen dan mendapat kepercayaan yang tinggi sebagai salah satu modal
yang sangat vital. Dengan adanya kepercayaan dari konsumen maka dapat dipastikan bahwa
produk yang dibuat akan dimanfaatkan oleh mereka. Untuk menjamin kebutuhan-kebuthan
konsumen akan produk yang diproduksi oleh perusahaan maka perushaan perlu mengontrol
persediaan yang ada agar siap menjawab kebutuhan konsumen setiap saat tepat pada waktunya,
oleh karena itu perusahaan hendaklah menerapkan suatu sistem atau metode yang efektif guna
merespon masalah-masalah yang ada.
Salah satu cara untuk mengendalikan persediaan adalah dengan metode Material
Requierment Planning (MRP). MRP merupakan teknik pendekatan yang bertujuan
meningkatkan produktivitas perusahaan dengan cara menjadwalkan kebutuhan akan material
dan komponen untuk membantu perusahaan dalam mengatasi kebutuhan minimum dari
komponen-komponen yang kebutuhannya dependen dan menjamin tercapainya produksi akhir.
Material Requirement Planning muncul pada tahun 60an oleh Oliver Weight yang berasosiasi
dengan Joseph Oirlicky, yang pertama kali diterapkan di Toyota Company Jepang.
Banyaknya metode dalam manajemen material yang dapat digunakan untuk
menentukan waktu dan volume pengadaan material, mengharuskan para pengambil keputusan
harus menguasai setiap metode pengadaan material dalam manajemen material, mengetahui
kelebihan dan kekurangan setiap metode serta dapat menggunakan metode yang tepat sesuai
dengan keadaan yang dihadapi. Salah satu metode didalam manajemen material adalah
Material Requirement Planning (MRP) yang pada mulanya adalah suatu metode pemesanan
material, maka pada saat ini metode tersebut telah digunakan sebagai alat perencanaan dan
pengawasan terhadap fungsi manajemen. Material requirement planning juga merupakan
konsep dari suatu mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan
dan berapa banyak.
-
Pada perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan yang menghasilkan barang jadi,
proses produksi merupakan kegiatan inti dari perusahaan tersebut. Produksi bisa berjalan
dengan lancar apabila bahan baku yang merupakan input dari proses produksi tersedia sesuai
dengan kebutuhan. Tersedianya bahan baku tidak lepas dari perencanaan (planning) dan
pengendalian (controlling). Perencanaan bahan baku bermanfaat untuk menjaga kelangsungan
proses produksi yang berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan dan untuk
mengantisipasi pada setiap permintaan konsumen yang datang secara tidak terduga. Dengan
adanya persediaan bahan baku maka perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen.
Sistem yang dapat digunakan untuk pengadaan bahan baku adalah MRP (Material Requirement
Planning) atau sistem kebutuhan bahan baku. Sistem MRP dapat digunakan untuk mengetahui
jumlah bahan baku yang akan dipesan sesuai dengan kebutuhan untuk produksi dengan
memperhitungkan juga biaya-biaya yang akan timbul akibat dari persediaan, seperti biaya
pemesanan dan biaya penyimpanan.
I.2 Tujuan
1) . Mengetahui pengertian dari Material Requirement Planning.
2) . Mampu menjelaskan tujuan dari Material Requirement Planning
3) . Mampu menjelaskan Kelebihan dan Kekurangan Material Requirement Planning
4) . Mengetahui Input, Proses, dan Output dari Material Requirement Planning
-
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Material Requirement Planning
Perencanaan kebutuhan material (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu teknik atau
set prosedur yang sistematis untuk penentuan kuantitas serta waktu dalam proses perencanaan
dan pengendalian item barang (komponen) yang tergantung pada itemitem tingkat (level)
yang lebih tinggi (dependent demand). Ada 4 kemampuan yang menjadi ciri utama dari sistem
MRP yaitu:
1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat.
2. Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item.
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan.
4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah
direncanakan.
Perencanaan kebutuhan material atau sering dikenal dengan Material Requirement
Planning (MRP) adalah suatu sistem informasi yang terkomputerisasi untuk mengatur
persediaan permintaan yang dependent dan mengatur jadwal produksi. Sistem ini bertujuan
untuk mengurangi tingkat persediaan dan meningkatkan produktivitas. Terdapat dua hal
penting dalam MRP yaitu lead time, dan berapa banyaknya jumlah material yang siap dipesan
Dengan metode MRP dapat memesan sejumlah barang atau persediaan sesuai dengan
jadwal produksi, maka tidak akan ada pembelian barang walaupun persediaan telah berada
pada tingkat terendah. MRP dapat mengatasi masalah-masalah kompleks dalam persediaan
yang memproduksi banyak produk. Masalah yang ditimbulkannya antara lain kebingungan
inefisiensi, pelayanan yang tidak memuaskan konsumen, dll.
Penentuan kebutuhan material yang pasti dalam proses produksi akan meminimalkan
kerugian yang timbul dalam kaitannya dengan persediaan. Dengan menggunakan metode MRP
untuk melakukan penjadwalan produksi, maka perusahaan akan menentukan secara tepat
perencanaan tanggal penyelesaian pekerjaan yang realistik, pekerjaan dapat selesai tepat pada
waktunya, janji kepada konsumen dapat ditepati dan waktu tengang pemesanan dapat
dikurangi.
II.2. Tujuan Material Requirement Planning
Secara umum, sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut :
-
1. Meminimalkan Persediaan
MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan disesuaikan dengan
Jadwal Induk Produksi (JIP). Dengan menggunakan komponen ini, pengadaan (pembelian)
atas komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan sebatas yang
diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan.
2. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengriman
MRP mengidentifikasikan banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi
jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun pengadaan
atau pembelian komponen, sehingga memperkecil resiko tidak tersedianya bahan yang akan
diproses yang mengakibatkan terganggunya rencana produksi.
3. Komitmen yang realistis
Dengan MRP, jadwal produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga
komitmen terhadap pengiriman barang dilakukan secara lebih realistis. Hal ini mendorong
meningkatnya kepuasan dan kepercayaan konsumen.
4. Meningkatkan efisiensi
MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi, dan
waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai dengan Jadwal Induk
Produksi (JIP).
Dengan demikian terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan MRP (Material
Requirements Planning), yaitu :
a. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat
Kapan pekerjaan harus selesai atau material harus tersedia agar Jadwal Induk Produksi (JIP)
dapat terpenuhi.
b. Menentukan kebutuhan minimal setiap item melalui sistem penjadwalan.
c. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanaan.
Kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus dilakukan.
d. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang harus
direncanakan didasarkan pada kapasitas yang ada.
II.3. Kelebihan dan Kelemahan Material Requirement Planning
II.3.1. Kelebihan MRP
Kemampuan memberi harga lebih kompetitif
Mengurangi harga penjualan
-
Mengurangi Inventori
Pelayanan pelanggan yang lebih baik
Respon terhadap permintaan pasar lebih baik
Kemampuan mengubah jadwal induk
Mengurangi biaya setup
Mengurangi waktu menganggur
Memberi catatan kemajuan sehingga manager dapat merencanakan order sebelum
pesanan aktual dirilis
Memberitahu kapan memperlambat akan sebaik mempercepat
Menunda atau membatalkan pesanan
Mengubah kuantitas pesanan
Memajukan atau menunda batas waktu pesanan
Membantu perencanaan kapasitas
II.3.2. Kelemahan MRP
Problem utama penggunaan sistem MRP adalah integritas data. Jika terdapat data salah pada
data persediaan, bill material data/master schedule kemudian juga akan menghasilkan data
salah. Problem utama lainnya adalah MRP systems membutuhkan data spesifik berapa lama
perusahaan menggunakan berbagai komponen dalam memproduksi produk tertentu (asumsi
semua variable). Desain sistem ini juga mengasumsikan bahwa "lead time" dalam proses in
manufacturing sama untuk setiap item produk yang dibuat.
Proses manufaktur yang dimiliki perusahaan mungkin berbeda diberbagai tempat. Hal ini
berakibat terjadinya daftar pesanan yang berbeda karena perbedaaan jarak yang jauh. The
overall ERP system dapat digunakan untuk mengorganisaisi sediaan dan kebutuhan menurut
individu perusaaannya dan memungkinkan terjadinya komunikasi antar perusahaan sehingga
dapat mendistribuskan setiap komponen pada kebutuan perusahaan.
Hal ini mengindikasikan bahwa sebuah sistem enterprise perlu diterapkan sebelum menerapkan
sistem MRP. Sistem ERP system dibutuhkan untuk menghitung secara reguler dengan benar
bagaimana kebutuhan item sebenarnya yang harus disediakan untuk proses produksi.
MRP tidak mengitung jumlah kapasitas produksi. Meskipun demikian, dalam jumlah yang
besar perlu diterapkan suatu sistem dalam tingkatan lebih lanjut, yaitu MRP II. MRP II adalah
sistem yang mengintegrasikan aspek keuangan. Sistem ini mencakup perencanaan kapasitas
Kegagalan dalam mengaplikasikan sistem MRP biasanya disebabkan oleh ;
-
Kurangnya komitmen top manajemen, Kesalahan memandang MRP hanyalah software yang
hanya butuh digunakan secara tepat, integrasi MRP JIT yang tidak tepat, Membutuhkan
pengoperasian yang akurat, dan Terlalu kaku.
II.4. Input, Proses, Output Material Requirement Planning
II.4.1. Input MRP
Input yang dibutuhkan dalam konsep MRP, yaitu sebagai berikut :
1. Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule), merupakan ringkasan skedul
produksi produk jadi untuk periode mendatang yang dirancang berdasarkan pesanan
pelanggan atau peramalan permintaan. JIP berisi perencanaan secara mendetail mengenai
jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir beserta periode waktunya untuk
suatu jangka perencanaan dengan memperhatikan kapasitas yang tersedia. Sistem MRP
mengasumsikan bahwa pesanan yang dicatat dalam JIP adalah pasti, kendatipun hanya
merupakan peramalan.
2. Status Persediaan (Inventory Master File atau Inventory Status Record), merupakan catatan
keadaan persediaan yang menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan yang
berkaitan dengan:
a. Jumlah persediaan yang dimiliki pada setiap periode (on hand inventory).
b. Jumlah barang yang sedang dipesan dan kapan pesanan tersebut akan datang (on order
inventory).
c. Lead time dari setiap bahan.
3. Struktur Produk (Bill Of Material), merupakan kaitan antara produk dengan komponen
penyusunnya yang memberikan informasi mengenai daftar komponen, campuran bahan dan
bahan baku yang diperlukan untuk membuat produk. BOM juga memberikan deskripsi,
penjelasan dan kuantitas dari setiap bahan baku yang diperlukan untuk membuat satu unit
produk.
II.4.2. Proses MRP
Langkahlangkah dasar dalam penyusunan MRP, yaitu antara lain:
1. Netting
yaitu proses perhitungan jumlah kebutuhan bersih untuk setiap periode selama horison
perencanaan yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan jadwal
penerimaan persediaan dan persediaan awal yang tersedia.
-
2. Lotting
yaitu penentuan besarnya ukuran jumlah pesanan (lot size) yang optimal untuk sebuah item
berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan.
3. Offsetting
yaitu proses yang bertujuan untuk menentukan saat yang tepat melaksanakan rencana
pemesanan dalam pemenuhan kebutuhan bersih. Penentuan rencana saat pemesanan ini
diperoleh dengan cara mengurangkan kebutuhan bersih yang harus tersedia dengan waktu
ancang-ancang (lead time).
4. Exploding
merupakan proses perhitungan dari ketiga langkah sebelumnya yaitu netting, lotting dan
offsetting yang dilakukan untuk komponen atau item yang berada pada level dibawahnya
berdasarkan atas rencana pemesanan
II.4.3. Output MRP
Output MRP sekaligus juga mencerminkan kemampuan dan ciri dari MRP, yaitu :
1. Planned Order Schedule (Jadwal Pesanan Terencana) penentuan jumlah kebutuhan
material serta waktu pemesanannya untuk masa yang akan datang.
2. Order Release Report (Laporan Pengeluaran Pesanan) berguna bagi pembeli yang akan
digunakan untuk bernegoisasi dengan pemasok dan berguna juga bagi manajer manufaktur
yang akan digunakan untuk mengontrol proses produksi.
3. Changes to Planning Orders (Perubahan terhadap pesanan yang telah direncanakan) yang
merefleksikan pembatalan pesanan, pengurangan pesanan dan pengubahan jumlah pesanan.
4. Performance Report (Laporan Penampilan), suatu tampilan yang menunjukkan sejauh
mana sistem bekerja, kaitannya dengan kekosongan stok dan ukuran yang lain.
-
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Material Requirement Planning merupakan suatu sistem yang mengatur bahan-bahan
material yang dibutuhkan untuk proses produksi karena dengan MRP perusahaan dapat
mengefisiensikan gudang dan sekaligus mencegah kemungkinan kehabisan bahan material atau
suatu sistem penjadwalan kebutuhan bahan baku berdasarkan tahap waktu untuk operasi
produksi.
III.2. Saran
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaanya dan adapun kelemahan-kelemahan dari penulis dalam penulisan makalah ini,
baik itu kurangnya fasilitas yang mendukung seperti buku-buku referensi yang begitu terbatas
dalam menjamin penyelesaian penulisan makalah ini sehingga kritik dan saran yang
bersifat konstruktif baik itu dari bapak dosen maupun dari rekan-rekan mahasiswa/i sangatlah
diharapkan untuk membantu prosses penulisan lebih lanjut.
-
DAFTAR PUSTAKA
Herry P. Chandra cs,2001, Material Requirement Planning
Zulian Yamit, Drs. Msi, Manajemen Persediaan, Penerbit Ekonesia Kampus Fakultas Ekonomi
UII Yogyakarta.
Eddy Herjanto, Manajemen Produksi dan Operasi, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta, 1999.
http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=962:mrp-
material-requirement-planning&catid=25:industri&Itemid=14
http://dodogusmao.wordpress.com/2010/07/28/material-requirement-planning/
http://sistemmanufaktur.blogspot.com/
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&qual=high&submitval=&fname=%2Fjiunkpe
%2Fs1%2Feakt%2F2002%2Fjiunkpe-ns-s1-2002-32497042-1117-siantarjaya-chapter2.pdf
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/e32ffa5821cea509c1f2df3a0644d3ff278069ae.p
df