paper

10
ABSTRAK Concurrent Engineering adalah sebuah produk dan metodologi proses desain yang mencakup partisipasi simultan oleh rekayasa, operasi, akuntansi, perencanaan, pelanggan, vendor dan fungsi lainnya. Model perkembangan konkuren disebut juga rekayasa konkuren. Model proses yang konkuren dapat disajikan secara skematis sebagai sederetan aktivitas teknis mayor, tugas-tugas dan keadaannya yang lain. Tujuan dari concurrent engineering adalah untuk mengurangi rekayasa desain/ pengenalan lead time dan mengurangi atau menghilangkan perubahan nanti dan masalah kualitas dengan melibatkan lintas fungsional tim di awal. Concurent Engineering yang seringkali disebut juga Simultaneous Engineering atau Parallel Engineering telah didefinisikan dalam beberapa pandangan oleh penulis yang berbeda. Yang paling populer adalah definisi dari Winner et al. (1998) yang mendefinisikan Concurent Engineering sebagai sesuatu pendekatan sistematis terhadap suatu desain suatu produk dan proses-proses terkait yang terintegrasi, baik proses pembuatan maupun proses pendukung. Pendekatan ini dimaksud agar sejak awal, para developer dapat mempertimbangkan seluruh elemen yang ada di dalam suatu product life-cycle, yaitu dari awal konsep hingga akhir proses produksi, termasuk kualitas, biaya, jadwal, serta permintaan klien. Definisi lain dari Concurrent Engineering menurut Broughton (1990) adalah suatu upaya untuk meoptimalkan suatu desain produk dan proses pelaksanaannya agar dapat mengurangi waktu pengerjaan dan biaya serta meningkatkan kualitas produk dengan cara mengintegrasikan kegiatan desain dan pelaksanaan serta memaksimalkan paralelisme dalam praktek kerja.

Upload: kamaruddin

Post on 16-Sep-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

paper

TRANSCRIPT

  • ABSTRAK

    Concurrent Engineering adalah sebuah produk dan metodologi proses desain yang

    mencakup partisipasi simultan oleh rekayasa, operasi, akuntansi, perencanaan, pelanggan,

    vendor dan fungsi lainnya. Model perkembangan konkuren disebut juga rekayasa konkuren.

    Model proses yang konkuren dapat disajikan secara skematis sebagai sederetan aktivitas teknis

    mayor, tugas-tugas dan keadaannya yang lain.

    Tujuan dari concurrent engineering adalah untuk mengurangi rekayasa desain/

    pengenalan lead time dan mengurangi atau menghilangkan perubahan nanti dan masalah

    kualitas dengan melibatkan lintas fungsional tim di awal.

    Concurent Engineering yang seringkali disebut juga Simultaneous Engineering atau

    Parallel Engineering telah didefinisikan dalam beberapa pandangan oleh penulis yang berbeda.

    Yang paling populer adalah definisi dari Winner et al. (1998) yang mendefinisikan Concurent

    Engineering sebagai sesuatu pendekatan sistematis terhadap suatu desain suatu produk dan

    proses-proses terkait yang terintegrasi, baik proses pembuatan maupun proses pendukung.

    Pendekatan ini dimaksud agar sejak awal, para developer dapat mempertimbangkan seluruh

    elemen yang ada di dalam suatu product life-cycle, yaitu dari awal konsep hingga akhir proses

    produksi, termasuk kualitas, biaya, jadwal, serta permintaan klien.

    Definisi lain dari Concurrent Engineering menurut Broughton (1990) adalah suatu

    upaya untuk meoptimalkan suatu desain produk dan proses pelaksanaannya agar dapat

    mengurangi waktu pengerjaan dan biaya serta meningkatkan kualitas produk dengan cara

    mengintegrasikan kegiatan desain dan pelaksanaan serta memaksimalkan paralelisme dalam

    praktek kerja.

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Suatu perusahaan mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian suatu negara.

    Sedangkan perusahaan mempunyai kegiatan yang beragam, mulai perencanaan, proses

    produksi, personalia, pembelanjaan dan pendistribusian. Kegiatan-kegiatan tersebut berguna

    dalam pencapaian tujuan dari suatu perusahaan.

    Pada dasarnya tujuan dari suatu perusahaan adalah keuntungan berupa uang, apapun

    bentuk jenis usaha yang dilakukan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka perusahaan

    harus melaksanakan aktivitasnya dengan lancar cepat dan hemat biaya, sehingga dapat

    memenuhi selera konsumen dan mendapat kepercayaan yang tinggi sebagai salah satu modal

    yang sangat vital. Dengan adanya kepercayaan dari konsumen maka dapat dipastikan bahwa

    produk yang dibuat akan dimanfaatkan oleh mereka. Untuk menjamin kebutuhan-kebuthan

    konsumen akan produk yang diproduksi oleh perusahaan maka perushaan perlu mengontrol

    persediaan yang ada agar siap menjawab kebutuhan konsumen setiap saat tepat pada waktunya,

    oleh karena itu perusahaan hendaklah menerapkan suatu sistem atau metode yang efektif guna

    merespon masalah-masalah yang ada.

    Salah satu cara untuk mengendalikan persediaan adalah dengan metode Material

    Requierment Planning (MRP). MRP merupakan teknik pendekatan yang bertujuan

    meningkatkan produktivitas perusahaan dengan cara menjadwalkan kebutuhan akan material

    dan komponen untuk membantu perusahaan dalam mengatasi kebutuhan minimum dari

    komponen-komponen yang kebutuhannya dependen dan menjamin tercapainya produksi akhir.

    Material Requirement Planning muncul pada tahun 60an oleh Oliver Weight yang berasosiasi

    dengan Joseph Oirlicky, yang pertama kali diterapkan di Toyota Company Jepang.

    Banyaknya metode dalam manajemen material yang dapat digunakan untuk

    menentukan waktu dan volume pengadaan material, mengharuskan para pengambil keputusan

    harus menguasai setiap metode pengadaan material dalam manajemen material, mengetahui

    kelebihan dan kekurangan setiap metode serta dapat menggunakan metode yang tepat sesuai

    dengan keadaan yang dihadapi. Salah satu metode didalam manajemen material adalah

    Material Requirement Planning (MRP) yang pada mulanya adalah suatu metode pemesanan

    material, maka pada saat ini metode tersebut telah digunakan sebagai alat perencanaan dan

    pengawasan terhadap fungsi manajemen. Material requirement planning juga merupakan

    konsep dari suatu mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan

    dan berapa banyak.

  • Pada perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan yang menghasilkan barang jadi,

    proses produksi merupakan kegiatan inti dari perusahaan tersebut. Produksi bisa berjalan

    dengan lancar apabila bahan baku yang merupakan input dari proses produksi tersedia sesuai

    dengan kebutuhan. Tersedianya bahan baku tidak lepas dari perencanaan (planning) dan

    pengendalian (controlling). Perencanaan bahan baku bermanfaat untuk menjaga kelangsungan

    proses produksi yang berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan dan untuk

    mengantisipasi pada setiap permintaan konsumen yang datang secara tidak terduga. Dengan

    adanya persediaan bahan baku maka perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen.

    Sistem yang dapat digunakan untuk pengadaan bahan baku adalah MRP (Material Requirement

    Planning) atau sistem kebutuhan bahan baku. Sistem MRP dapat digunakan untuk mengetahui

    jumlah bahan baku yang akan dipesan sesuai dengan kebutuhan untuk produksi dengan

    memperhitungkan juga biaya-biaya yang akan timbul akibat dari persediaan, seperti biaya

    pemesanan dan biaya penyimpanan.

    I.2 Tujuan

    1) . Mengetahui pengertian dari Material Requirement Planning.

    2) . Mampu menjelaskan tujuan dari Material Requirement Planning

    3) . Mampu menjelaskan Kelebihan dan Kekurangan Material Requirement Planning

    4) . Mengetahui Input, Proses, dan Output dari Material Requirement Planning

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    II.1. Pengertian Material Requirement Planning

    Perencanaan kebutuhan material (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu teknik atau

    set prosedur yang sistematis untuk penentuan kuantitas serta waktu dalam proses perencanaan

    dan pengendalian item barang (komponen) yang tergantung pada itemitem tingkat (level)

    yang lebih tinggi (dependent demand). Ada 4 kemampuan yang menjadi ciri utama dari sistem

    MRP yaitu:

    1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat.

    2. Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item.

    3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan.

    4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah

    direncanakan.

    Perencanaan kebutuhan material atau sering dikenal dengan Material Requirement

    Planning (MRP) adalah suatu sistem informasi yang terkomputerisasi untuk mengatur

    persediaan permintaan yang dependent dan mengatur jadwal produksi. Sistem ini bertujuan

    untuk mengurangi tingkat persediaan dan meningkatkan produktivitas. Terdapat dua hal

    penting dalam MRP yaitu lead time, dan berapa banyaknya jumlah material yang siap dipesan

    Dengan metode MRP dapat memesan sejumlah barang atau persediaan sesuai dengan

    jadwal produksi, maka tidak akan ada pembelian barang walaupun persediaan telah berada

    pada tingkat terendah. MRP dapat mengatasi masalah-masalah kompleks dalam persediaan

    yang memproduksi banyak produk. Masalah yang ditimbulkannya antara lain kebingungan

    inefisiensi, pelayanan yang tidak memuaskan konsumen, dll.

    Penentuan kebutuhan material yang pasti dalam proses produksi akan meminimalkan

    kerugian yang timbul dalam kaitannya dengan persediaan. Dengan menggunakan metode MRP

    untuk melakukan penjadwalan produksi, maka perusahaan akan menentukan secara tepat

    perencanaan tanggal penyelesaian pekerjaan yang realistik, pekerjaan dapat selesai tepat pada

    waktunya, janji kepada konsumen dapat ditepati dan waktu tengang pemesanan dapat

    dikurangi.

    II.2. Tujuan Material Requirement Planning

    Secara umum, sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut :

  • 1. Meminimalkan Persediaan

    MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan disesuaikan dengan

    Jadwal Induk Produksi (JIP). Dengan menggunakan komponen ini, pengadaan (pembelian)

    atas komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan sebatas yang

    diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan.

    2. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengriman

    MRP mengidentifikasikan banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi

    jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun pengadaan

    atau pembelian komponen, sehingga memperkecil resiko tidak tersedianya bahan yang akan

    diproses yang mengakibatkan terganggunya rencana produksi.

    3. Komitmen yang realistis

    Dengan MRP, jadwal produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga

    komitmen terhadap pengiriman barang dilakukan secara lebih realistis. Hal ini mendorong

    meningkatnya kepuasan dan kepercayaan konsumen.

    4. Meningkatkan efisiensi

    MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi, dan

    waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai dengan Jadwal Induk

    Produksi (JIP).

    Dengan demikian terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan MRP (Material

    Requirements Planning), yaitu :

    a. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat

    Kapan pekerjaan harus selesai atau material harus tersedia agar Jadwal Induk Produksi (JIP)

    dapat terpenuhi.

    b. Menentukan kebutuhan minimal setiap item melalui sistem penjadwalan.

    c. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanaan.

    Kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus dilakukan.

    d. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang harus

    direncanakan didasarkan pada kapasitas yang ada.

    II.3. Kelebihan dan Kelemahan Material Requirement Planning

    II.3.1. Kelebihan MRP

    Kemampuan memberi harga lebih kompetitif

    Mengurangi harga penjualan

  • Mengurangi Inventori

    Pelayanan pelanggan yang lebih baik

    Respon terhadap permintaan pasar lebih baik

    Kemampuan mengubah jadwal induk

    Mengurangi biaya setup

    Mengurangi waktu menganggur

    Memberi catatan kemajuan sehingga manager dapat merencanakan order sebelum

    pesanan aktual dirilis

    Memberitahu kapan memperlambat akan sebaik mempercepat

    Menunda atau membatalkan pesanan

    Mengubah kuantitas pesanan

    Memajukan atau menunda batas waktu pesanan

    Membantu perencanaan kapasitas

    II.3.2. Kelemahan MRP

    Problem utama penggunaan sistem MRP adalah integritas data. Jika terdapat data salah pada

    data persediaan, bill material data/master schedule kemudian juga akan menghasilkan data

    salah. Problem utama lainnya adalah MRP systems membutuhkan data spesifik berapa lama

    perusahaan menggunakan berbagai komponen dalam memproduksi produk tertentu (asumsi

    semua variable). Desain sistem ini juga mengasumsikan bahwa "lead time" dalam proses in

    manufacturing sama untuk setiap item produk yang dibuat.

    Proses manufaktur yang dimiliki perusahaan mungkin berbeda diberbagai tempat. Hal ini

    berakibat terjadinya daftar pesanan yang berbeda karena perbedaaan jarak yang jauh. The

    overall ERP system dapat digunakan untuk mengorganisaisi sediaan dan kebutuhan menurut

    individu perusaaannya dan memungkinkan terjadinya komunikasi antar perusahaan sehingga

    dapat mendistribuskan setiap komponen pada kebutuan perusahaan.

    Hal ini mengindikasikan bahwa sebuah sistem enterprise perlu diterapkan sebelum menerapkan

    sistem MRP. Sistem ERP system dibutuhkan untuk menghitung secara reguler dengan benar

    bagaimana kebutuhan item sebenarnya yang harus disediakan untuk proses produksi.

    MRP tidak mengitung jumlah kapasitas produksi. Meskipun demikian, dalam jumlah yang

    besar perlu diterapkan suatu sistem dalam tingkatan lebih lanjut, yaitu MRP II. MRP II adalah

    sistem yang mengintegrasikan aspek keuangan. Sistem ini mencakup perencanaan kapasitas

    Kegagalan dalam mengaplikasikan sistem MRP biasanya disebabkan oleh ;

  • Kurangnya komitmen top manajemen, Kesalahan memandang MRP hanyalah software yang

    hanya butuh digunakan secara tepat, integrasi MRP JIT yang tidak tepat, Membutuhkan

    pengoperasian yang akurat, dan Terlalu kaku.

    II.4. Input, Proses, Output Material Requirement Planning

    II.4.1. Input MRP

    Input yang dibutuhkan dalam konsep MRP, yaitu sebagai berikut :

    1. Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule), merupakan ringkasan skedul

    produksi produk jadi untuk periode mendatang yang dirancang berdasarkan pesanan

    pelanggan atau peramalan permintaan. JIP berisi perencanaan secara mendetail mengenai

    jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir beserta periode waktunya untuk

    suatu jangka perencanaan dengan memperhatikan kapasitas yang tersedia. Sistem MRP

    mengasumsikan bahwa pesanan yang dicatat dalam JIP adalah pasti, kendatipun hanya

    merupakan peramalan.

    2. Status Persediaan (Inventory Master File atau Inventory Status Record), merupakan catatan

    keadaan persediaan yang menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan yang

    berkaitan dengan:

    a. Jumlah persediaan yang dimiliki pada setiap periode (on hand inventory).

    b. Jumlah barang yang sedang dipesan dan kapan pesanan tersebut akan datang (on order

    inventory).

    c. Lead time dari setiap bahan.

    3. Struktur Produk (Bill Of Material), merupakan kaitan antara produk dengan komponen

    penyusunnya yang memberikan informasi mengenai daftar komponen, campuran bahan dan

    bahan baku yang diperlukan untuk membuat produk. BOM juga memberikan deskripsi,

    penjelasan dan kuantitas dari setiap bahan baku yang diperlukan untuk membuat satu unit

    produk.

    II.4.2. Proses MRP

    Langkahlangkah dasar dalam penyusunan MRP, yaitu antara lain:

    1. Netting

    yaitu proses perhitungan jumlah kebutuhan bersih untuk setiap periode selama horison

    perencanaan yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan jadwal

    penerimaan persediaan dan persediaan awal yang tersedia.

  • 2. Lotting

    yaitu penentuan besarnya ukuran jumlah pesanan (lot size) yang optimal untuk sebuah item

    berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan.

    3. Offsetting

    yaitu proses yang bertujuan untuk menentukan saat yang tepat melaksanakan rencana

    pemesanan dalam pemenuhan kebutuhan bersih. Penentuan rencana saat pemesanan ini

    diperoleh dengan cara mengurangkan kebutuhan bersih yang harus tersedia dengan waktu

    ancang-ancang (lead time).

    4. Exploding

    merupakan proses perhitungan dari ketiga langkah sebelumnya yaitu netting, lotting dan

    offsetting yang dilakukan untuk komponen atau item yang berada pada level dibawahnya

    berdasarkan atas rencana pemesanan

    II.4.3. Output MRP

    Output MRP sekaligus juga mencerminkan kemampuan dan ciri dari MRP, yaitu :

    1. Planned Order Schedule (Jadwal Pesanan Terencana) penentuan jumlah kebutuhan

    material serta waktu pemesanannya untuk masa yang akan datang.

    2. Order Release Report (Laporan Pengeluaran Pesanan) berguna bagi pembeli yang akan

    digunakan untuk bernegoisasi dengan pemasok dan berguna juga bagi manajer manufaktur

    yang akan digunakan untuk mengontrol proses produksi.

    3. Changes to Planning Orders (Perubahan terhadap pesanan yang telah direncanakan) yang

    merefleksikan pembatalan pesanan, pengurangan pesanan dan pengubahan jumlah pesanan.

    4. Performance Report (Laporan Penampilan), suatu tampilan yang menunjukkan sejauh

    mana sistem bekerja, kaitannya dengan kekosongan stok dan ukuran yang lain.

  • BAB III

    PENUTUP

    III.1. Kesimpulan

    Material Requirement Planning merupakan suatu sistem yang mengatur bahan-bahan

    material yang dibutuhkan untuk proses produksi karena dengan MRP perusahaan dapat

    mengefisiensikan gudang dan sekaligus mencegah kemungkinan kehabisan bahan material atau

    suatu sistem penjadwalan kebutuhan bahan baku berdasarkan tahap waktu untuk operasi

    produksi.

    III.2. Saran

    Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari

    kesempurnaanya dan adapun kelemahan-kelemahan dari penulis dalam penulisan makalah ini,

    baik itu kurangnya fasilitas yang mendukung seperti buku-buku referensi yang begitu terbatas

    dalam menjamin penyelesaian penulisan makalah ini sehingga kritik dan saran yang

    bersifat konstruktif baik itu dari bapak dosen maupun dari rekan-rekan mahasiswa/i sangatlah

    diharapkan untuk membantu prosses penulisan lebih lanjut.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Herry P. Chandra cs,2001, Material Requirement Planning

    Zulian Yamit, Drs. Msi, Manajemen Persediaan, Penerbit Ekonesia Kampus Fakultas Ekonomi

    UII Yogyakarta.

    Eddy Herjanto, Manajemen Produksi dan Operasi, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana

    Indonesia, Jakarta, 1999.

    http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=962:mrp-

    material-requirement-planning&catid=25:industri&Itemid=14

    http://dodogusmao.wordpress.com/2010/07/28/material-requirement-planning/

    http://sistemmanufaktur.blogspot.com/

    http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&qual=high&submitval=&fname=%2Fjiunkpe

    %2Fs1%2Feakt%2F2002%2Fjiunkpe-ns-s1-2002-32497042-1117-siantarjaya-chapter2.pdf

    http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/e32ffa5821cea509c1f2df3a0644d3ff278069ae.p

    df