panen dan proses pasca panen

9
Panen dan Proses Pasca Panen Panen dan Proses Pasca Panen - Panen dan Pasca Panen Padi, menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (1999) tujuan pemanenan padi adalah untuk mendapatkan gabah dari lapangan pada tingkat kematangan optimal, mencegah kerusakan dan kehilangan hasil seminimal mungkin. Pemanenan padi tidak akan menguntungkan dan memuaskan jika prosesnya dilakukan dengan cara yang kurang benar dan pada umur panen yang tidak tepat. Cara panen yang tidak baik akan menurunkan kehilangan hasil secara kuantitatif, Sedang saat panen yang tepat akan menentukan kualitas gabah dan beras. Panen harus dilakukan bila bulir padi sudah cukup dianggap masak. Panen yang kurang tepat dapat menurunkan kualitas dari gabah maupun beras. Dalam rangka panen perlu diketahui fase-fase pemasakan bulir padi, penentuan saat panen dan alat untuk panen. Proses pemasakan bulir padi terdapat 4 stadia masak:. 1. Stadia masak susu Tanda-tandanya adalah : tanaman padi masih berwarna hijau tetapi malai-malainya sudah terkulai; ruas batang bawah kelihatan kuning; gabah bila dipijit dengan kuku keluar cairan seperti susu; stadia masak susu terjadi pada saat 10 hari setelah fase berbunga merata. 2. Stadia masak kuning Tanda-tandanya; seluruh tanaman tampak kuning; dari semua bagian tanaman, hanya bulu-bulu sebelah atas yang masih hijau; isi gabah sudah keras, tetapi mudah pecah dengan kuku; stadia masak kuning terjadi 7 hari setelah stadia masak susu. 3. Stadia masak penuh Tanda-tandanya; buku-buku sebelah atas berwarna kuning sedang batang-batang mulai kering; isi gabah tidak dapat/sukar dipecahkan; pada varietas-varietas yang mudah rontok stadia ini belum terjadi kerontokan; stadia masak penuh terjadi 7 hari setelah stadia masak kuning. 4. Stadia masak mati Tanda-tandanya: isi gabah keras dan kering; varietas yang mudah rontok pada stadia ini sudah mulai rontok; stadia masak mati terjadi 6 hari setelah masak penuh. Saat panen untuk gabah konsumsi sebaiknya dilakukan pada stadia masak kuning sedang gabah untuk benih, dipanen pada stadia masak penuh. Adapun tanda-tanda padi siap panen adalah: a. 95 % gabah sudah menguning dan daun bendera telah mengering

Upload: ratuinfocom

Post on 15-Sep-2015

50 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Panen Dan Proses Pasca Panen

TRANSCRIPT

  • Panen dan Proses Pasca Panen

    Panen dan Proses Pasca Panen - Panen dan Pasca Panen Padi, menurut Direktorat Jenderal

    Tanaman Pangan dan Hortikultura (1999) tujuan pemanenan padi adalah untuk mendapatkan

    gabah dari lapangan pada tingkat kematangan optimal, mencegah kerusakan dan kehilangan hasil

    seminimal mungkin. Pemanenan padi tidak akan menguntungkan dan memuaskan jika prosesnya

    dilakukan dengan cara yang kurang benar dan pada umur panen yang tidak tepat.

    Cara panen yang tidak baik akan menurunkan kehilangan hasil secara kuantitatif, Sedang saat

    panen yang tepat akan menentukan kualitas gabah dan beras. Panen harus dilakukan bila bulir

    padi sudah cukup dianggap masak. Panen yang kurang tepat dapat menurunkan kualitas dari

    gabah maupun beras.

    Dalam rangka panen perlu diketahui fase-fase pemasakan bulir padi, penentuan saat panen dan alat

    untuk panen.

    Proses pemasakan bulir padi terdapat 4 stadia masak:.

    1. Stadia masak susu

    Tanda-tandanya adalah : tanaman padi masih berwarna hijau tetapi malai-malainya sudah

    terkulai; ruas batang bawah kelihatan kuning; gabah bila dipijit dengan kuku keluar cairan

    seperti susu; stadia masak susu terjadi pada saat 10 hari setelah fase berbunga merata.

    2. Stadia masak kuning

    Tanda-tandanya; seluruh tanaman tampak kuning; dari semua bagian tanaman, hanya bulu-bulu

    sebelah atas yang masih hijau; isi gabah sudah keras, tetapi mudah pecah dengan kuku; stadia

    masak kuning terjadi 7 hari setelah stadia masak susu.

    3. Stadia masak penuh

    Tanda-tandanya; buku-buku sebelah atas berwarna kuning sedang batang-batang mulai kering;

    isi gabah tidak dapat/sukar dipecahkan; pada varietas-varietas yang mudah rontok stadia ini

    belum terjadi kerontokan; stadia masak penuh terjadi 7 hari setelah stadia masak kuning.

    4. Stadia masak mati

    Tanda-tandanya: isi gabah keras dan kering; varietas yang mudah rontok pada stadia ini sudah

    mulai rontok; stadia masak mati terjadi 6 hari setelah masak penuh. Saat panen untuk gabah

    konsumsi sebaiknya dilakukan pada stadia masak kuning sedang gabah untuk benih, dipanen

    pada stadia masak penuh.

    Adapun tanda-tanda padi siap panen adalah:

    a. 95 % gabah sudah menguning dan daun bendera telah mengering

  • b. Umur optimal malai 30 35 hari terhitung sejak hari sesudah berbunga (HSB)

    c. Kadar air berkisar 21 26 %

    d. Kerontokan gabah sekitar 16 30 % (Cara mengukurnya dengan meremas malai dengan

    tangan).

    A. Cara Panen

    Cara panen padi tergantung kepada alat perontok yang digunakan.

    Ani-ani umumnya digunakan petani untuk memanen padi lokal yang tahan rontok dan tanaman

    padi berpostur tinggi dengan cara memotong pada tangkainya.

    Cara panen padi varietas unggul baru dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas,

    potong tengah atau potong bawah tergantung cara perontokannya.

    Cara panen dengan potong bawah, umumnya dilakukan bila perontokannya dengan cara

    dibanting/digebot atau menggunakan pedal thresher.

    Panen padi dengan cara potong atas atau potong tengah bila dilakukan perontokannya

    menggunakan mesin perontok.

    Gambar. Panen padi menggunakan sabit

  • Gambar. Panen padi menggunakan ani-ani

    B. Perontokan Padi

    Perontokan padi merupakan tahapan pasca panen padi setelah pemotongan atau memanen.

    Tujuan tahapan ini adalah melepaskan bulir-bulir gabah dari malainya. Pada saat dilakukan

    perontokan gabah ada beberapa hal yang perlu dilakukan yakni:

    1. Pelaksanaan perontokan harus dilakukan sesegera mungkin setelah panen.

    2. Untuk menghindari banyaknya gabah yang tercecer sebaiknya digunakan alas, untuk alas

    dapat dipakai plastic, anyaman bambu atau tikar.

    Menurut Agus Andoko, 2002, setelah padi dipanen gabah harus segera dirontokkan malainya.

    Tempat perontokan dapat dilakukan di lahan atau di halaman rumah. Perontokan ini dapat

    dilakukan dengan tenaga manusia atau dengan alat mesin. Perontokan padi merupakan salah satu

    tahapan pasca panen yang memberikan kontribusi cukup berarti bagi kehilangan hasil dan mutu

    padi secara keseluruhan, untuk itu diperlukan suatu usaha mencari alternative perontokan yang

    tepat sehingga hasil perontokan padi menghasilkan gabah bermutu dan kehilangan hasil yang

    kecil.

    Berdasarkan hasil penelitian BPS ternyata besarnya kehilangan hasil selama perontokan

    dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain varietas padi, alat atau cara perontokan dan alas

    perontokan, tempat perontokan serta pelaku prontokan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

    tabel sebagai berikut:

    Tabel. Pengaruh beberapa cara dan alat perontokan terhadap tingkat kehilangan hasil

    No Kegiatan-kegiatan Tingkat Kehilangan hasil

    1 Iles/injak-injak 3,99 %

  • Perontokan padi dapat dilakukan secara manual maupun dengan mesin, sedangkan. Cara

    perontokan padi yaitu (1) diiles/diinjak, (2) pukul (gedig), (3) banting (gebot), (4) pedal tresher/

    mesin perontok.

    Perontokan padi dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:

    1. Cara perontokan dengan diinjak-injak/diiles

    Untuk pekerjaan ini harus disediakan terlebih dahulu alas tikar (tikar atau lembar anyaman

    bambu), tempatkan potongan-potongan tangkai gabah diatasnya.

    Selanjutnya diinjek-injak (diiles) sehingga gabah-gabah terlepas dari tangkainya, tangkai

    kemudian dipisahkan dari gabahnya. Dapat juga dibuat meja pengiles dengan ukuran panjang 2

    meter, lebar 1 meter, bagian atasnya diberi lubang-lubang dan sisinya agak ditinggikan untuk

    menahan gabah berjatuhan ke bawah sampai dibawah meja disiapkan tikar atau lembar anyaman

    bambu sebagai penampung gabah-gabah yang berjatuhan melalui lubang-lubang tadi.

    Potongan-potongan cabang padi ditempatkan di atas meja, lalu diinjak-injak atau digiles

    sehingga gabah terlepas dan jatuh kebawah melalui lubang-lubang meja, dengan cara demikian

    sekaligus dapat dipisahkan antara gabah-gabah dengan jerami/batang padi.

    2. Cara perontokan dengan dipukul dan dibanting

    Untuk pekerjaan perontokan dengan dipukul dan dibanting selain diberi pengalas tikar atau

    lembar anyaman bambu, sekeliling alas itu dikelilingi lembaran plastic atau tikar. Dengan

    demikian pada waktu pembantingan atau dipukulkan, jarang sekali bulir-bulir gabah yang akan

    terlempar keluar pembatas, sehingga kehilangan gabah dapat ditekan/dicegah.

    2 Pukul/geding 4,54 %

    3 Banting/gebat tanpa tirai 6,4 12,3 %

    4 Banting/gebat dengan tirai 4,45 5,06 %

    5 Pedal Tresher Belum ada data

    6 Power Tresher

    - TH-6-quick 1 - TH-6-quick 2

    Modifikasi TH-6-Aceh 1

    Modifikasi TH-6-Aceh 2

    0,84 %

    1,54 %

    0,34 %

    0,64 %

  • Gambar. Perontokkan padi dengan cara dibanting (benar)

    Gambar. Perontokkan padi dgn cara dibanting (salah)

    3. Cara perontokan dengan menggunakan Mesin Tresher

    Perontokan dengan tresher merupakan perontokan yang dilakukan secara Mekanis. Tresher dapat

    berupa tresher yang digerakkan dengan tenaga manusia dan digerakkan dengan tenaga listrik atau

    combine. Dengan cara ini dapat mengurangi kehilangan hasil dan meningkatkan mutu gabah dan

    tidak merusak gabah jika digunakan untuk benih.

    Setelah gabah dirontokan segera dilakukan pembersihan untuk menghilangkan benda asing, bulir

    hampa (kosong) dan kotoran lainnya sehingga dapat memperpanjang daya simpan, juga

    mempertinggi efisiensi pengolahan hasil serta harga penjualan.

  • Cara yang lainnya digunakan untuk membersihkan adalah mengayak atau menampi

    Gambar. Perontokkan padi menggunakan Power Tresher

    Gambar. Perontokkan padi menggunakan Pedal Presher

    C. Pengangkutan Gabah

    Menurut A.G Karta Sapoetra, 1994, yang dimaksud dengan pengangkutan gabah disini adalah

    pengangkutan gabah dari sawah ke tempat prosesing atau ke rumah, dalam pengangkutan ini

    sering pula terjadi kehilangan. Pengangkutan dapat dilakukan dengan cara dipikul oleh tenaga

    manusia, dengan gerobak, truk atau trailer. Biasanya sebelum diangkut, gabah-gabah dimasukkan

    kedalam karung, cara demikian selain untuk mencegah tercecernya gabah di perjalanan, juga untuk

  • menekan biaya pengangkutan.

    Menurut Y.T Prasetyo, 2002, proses pengangkutan gabah dapat terjadi pada semua tahapan panen

    atau pasca panen. Dari petak-petak panen, gabah yang belum dirontokkan dibawa ke tempat

    perontokan kemudian ke tepi jalan terus ke rumah atau tempat pengeringan. Pada proses

    pengangkutan ini kehilangan gabah diusahakan seminimal mungkin, hal ini sangat tergantung pada

    wadah yang digunakan, cara mengangkut serta alat angkut yang dipakai.

    D. Pengeringan Gabah

    Kegiatan pengeringan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam usaha mempertahankan

    mutu gabah. Kadar air gabah yang baru dipanen berkisar antara 20 25 %, sehingga perlu

    diturunkan kadar airnya dengan cara pengeringan sampai gabah mencapai kadar air maksimum

    14 %.

    Tujuan pengeringan adalah agar gabah tidak mudah rusak sewaktu disimpan,

    rendeman giling dan mutu tetap baik. Untuk mencapai tujuan tersebut sebaiknya pengeringan

    dilakukan segera setelah pemanenan dan perontokan untuk mencegah butir kuning.

    Pengeringan gabah umumnya dilakukan dengan memanfaatkan panas sinar matahari, tetapi jika

    panen terjadi musim hujan disarankan menggunakan alat pengering buatan seperti mesin

    pengering (drayer) atau silo pengering.

    1. Pengering dengan sinar matahari

    Sebelum melakukan penjemuran dengan sinar matahari perlu diperhatikan bahwa tempat

    penjemuran bebas dari genangan air, terlindung dari gangguan unggas dan binatang lainnya.

    Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

    a. Penjemuran dilakukan ditempat yang leluasa menerima sinar matahari, bebas dari genangan air,

    terlindung dari gangguan unggas dan binatang lainnya.

    b. Membuat lantai jemur dengan permukaan dari semen dan dibuat gelombang.

    c. Jika terjadi cuaca cerah penjemuran gabah sebaiknya dengan ketebalan 5 7 cm dan dibolak balik

    1 2 jam sekali dengan menggunakan alat yang terbuat dari kayu atau bambu. Bila menggunakan

    alas jemur, jangan menggunakan terpal berbahan plastik karena dapat mempengaruhi peningkatan

    kadar air.

    d. Waktu penjemuran dianjurkan mulai pukul 08.00 pagi sampai jam 16.00

    e. Jika pengeringan gabah dalam jumlah besar maka pada malam hari tetap dibiarkan diatas jemuran

    dengan cara digundukkan dan ditutupi dengan plastic, terpal, untuk menghindari hujan dan embun.

  • Jika gabah-gabah yang dikeringkan dalam jumlah kecil, sebaiknya gabah diusahakan dalam

    ruangan dengan memakai alas tikar atau plastic.

    Setelah dijemur selesai (pukul 16.00) gabah dapat dimasukkan ke karung dan disimpan dalam

    ruangan jika volumenya tidak banyak. Namun jika volumenya besar gabah dapat dibiarkan di luar,

    tetapi harus ditumpuk dan ditutupi dengan plastic agar tidak terkena embun dan hujan.

    Dengan cara penjemuran seperti ini selama 2 3 hari pada cuaca baik akan diperoleh gabah dengan

    kadar air kurang lebih 14 %. Penjemuran yang terlalu lama dapat berakibat gabah banyak yang

    pecah saat penggilingan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengeringan.

    a. Pengeringan dilakukan sesegera mungkin setelah perontokan

    b. Tempat pengeringan harus memperoleh penyinaran matahari serta bebas dari gangguan ayam atau

    unggas lainnya.

    c. Jika kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk penjemuran, gabah dapat dipanaskan pada ruangan

    di dalam rumah. Untuk menggantikan panas dapat digunakan lampu petromaks atau sumber panas

    yang lain. Tebal hamparannya antara 2 3 cm dan pembalikan juga harus tetap dilakukan.

    2. Pengering dengan pengering buatan (drayer)

    Pengeringan dengan drayer terutama digunakan apabila panen bersamaan dengan musim hujan,

    salah satu jenis drayer yang dapat mengeringkan biji-bijian termasuk gabah adalah pengering type

    KA-40. Drayer ini penggerakannya menggunakan tenaga listrik. Kapasitas baik pengeringan ini

    dapat mencapai 4 5 ton dengan waktu pengeringan sangat bervariasi tergantung kepada:

    a. Kondisi udara luar

    b. Kadar air awal bahan bijian.

    c. Tingkat kebersihan bahan bijian

    d. Suhu udara pengering yang dipilih

    e. Jenis serta varietas bahan bijian yang akan dikeringkan.

    Rata-rata laju pengeringan 0,7 % per jam

    Untuk menjaga dan meminimalkan kerusakan gabah dalam proses pengeringan, agar gabah yang

    dikeringkan merata, maka setiap 3 jam sekali dilakukan pembalikan, hal ini disebabkan oleh

    perbedaan suhu ruang bawah berkisar 40 41 derajat celcius dan setiap setengah jam dilakukan

    penyedotan udara panas selama 10 menit. Untuk menurunkan kadar air dari 25,4 % ke kadar air

    15 % memerlukan waktu 9 jam.

  • Sumber:

    http://lesson-college.blogspot.com/2014/04/panen-dan-pasca-panen-padi.html

    http://bursatani.blogspot.com/2015/06/panen.html