otosclerosis finish

Upload: shinta-wulandhari

Post on 11-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

otosklerosis

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPerubahan patologik pada organ auditorik akibat proses degenerasi pada usia lanjut dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi pada kelompok geriatri umumnya tuli sensorineural, namun dapat juga tuli konduktif atau tuli campuran.Organ-organ pendengaran akan mengalami proses degeneratif. Pada telinga luar terjadi perubahan pada berkurangnya elastisitas jaringan daun telinga dan liang telinga. Kelenjar-kelenjar sebasea dan seruminosa mengalami gangguan fungsi sehingga produksinya berkurang, juga terjadi penyusutan jaringan lemak sebagai bantalan di sekitar liang telinga. Hal ini menyebabkan kulit daun telinga maupun liang telinga menjadi kering dan mudah mengalami trauma. Serumen cenderung mengumpul, mengeras, dan menempel dengan jaringan kulit liang telinga.Bagian liang telinga 2/3 dalam mudah luka saat mengeluarkan kotoran karena kulit yang melapisinya lebih tipis. Serumen cenderung menumpuk karena terjadi peningkatan produksi serumen dari bagian 1/3 liang telinga, bertambah banyaknya rambut liang telinga, yang tampak lebih tebal dan panjang.Bagian telinga lain seperti membran timpani, tulang-tulang pendengaran, otot-otot di telinga tengah juga mengalami perubahan walaupun tidak terlalu bermakna. Perubahan mikroskopis struktur telinga tengah menurut Etholm dan Belai (1974) didapatkan: 1. Membran timpani menipis dan lebih kaku2. Arthritis sendi sering terjadi pada antar tulang-tulang pendengaran3. Atrofi dan degenerasi serabut-serabut otot pendengaran di telinga tengah4. Proses penulangan dan perkapuran pada tulang rawan di sekitar Tuba Eustachius.Struktur telinga bagian dalam yaitu sensorik, saraf, pembuluh darah, jaringan penunjang, maupun sinaps saraf, rentan terhadapat proses degeneratif. Organ corti paling rentan terhadap proses degeneratif. Perubahan pada sel-sel rambut luar di bagian basal koklea sangat besar pengaruhnya dalam penurunan ambang pendengaran pada usia lanjut.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Anatomi dan Fisiologi TelingaAnatomi telinga dibagi atas telinga luar,telinga tengah,telinga dalam:

Telinga Luar atau pinna (aurikula) merupakan gabungan dari rawan yang diliputi kulit. Bentuk rawan ini unik dan dalam merawat telinga luar, harus diusahakan untuk mempertahankan bangunan ini. Kulit dapat terlepas dari rawan dibawahnya oleh hematom atau pus, dan rawan yang nekrosis dapat menimbulkan deformitas kosmetik pada pina (telinga kembang kol)Liang telinga memiliki tukang rawan pada bagian lateral namun bertulang di sebelah medial. Seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang dan rawan ini. Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di depan terhadapa liang telinga sementara prosesu mastoideus terletak di belakangnya. Saraf fasialis meninggalkan foramen stilomastoideus dan berjalan ke lateral menuju prosesus stiloideus di posteroinferior liang telinga, dan kemudian berjalan di bawah liang telinga untuk memasuki kelenjar parotis. Rawan liang telinga merupakan salah satu patokan pembedahan yang digunakan untuk mencari saraf fasialis, patokan lainnya adalah sutura timpanomastoideus.

Membran TimpaniMembran timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan bentuk kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial. Embrana timpani umumnya bulat. Penting untuk disadari bahwa bagian dari rongga telinga tengah yaitu epitimpanum yang mengandung korpus maleus dan inkus, meluas melampaui batas atas membrana timpani, dan bahwa ada bagian hipotimpanum yang meluas melampaui batas bawah mebrana timpani. Membrani timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis di bagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah dimana tangakai maleus dilekatkan, dan lapisan mukosa bagian dalam. Lapisan fibrosa tidak terdapat di prosesus lateralis maleus dan ini menyebabkan membrana timpani disebut membrana shrapnell menjadi lemas (flaksid)I. Telinga luarTelinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan membran timpani (gendang telinga).Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini kurang mendukung fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul getaran suara. Bentuk daun telinga yang sangat sesuai dengan fungsinya adalah daun telinga pada anjing dan kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran menuju gendang telinga. Saluran luar yang dekat dengan lubang telinga dilengkapi dengan rambut-rambut halus yang menjaga agar benda asing tidak masuk, dan kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan saluran luar dan gendang telinga tidak kering.

Telinga bagian luar, terdiri dari :OrganFungsi

Daun telingaBagian telinga luar berupa gelambirLiang telinga. Saluran menuju membran timpaniRambut. Berupa bulu-bulu halusKelenjar minyak. Bagian yang menghasilkan minyakMembran timpani. Berupa selaput tipis (selaput gendang) yang kuatMengumpulkan dan menyalurkan gelombang bunyi ke dalam telinga Membantu mengkonsentrasi- kan gelombang suara Menahan dan menjerat kotoran yang melewati lubang telingaMeminyaki dan menahan kotoran yang melewati lubang telingaMenangkap getaran bunyi dan menyalurkan ke tulang-tulang pendengar

II. Telinga TengahBagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan udara agar seimbang. Di dalamnya terdapat saluran Eustachio yang menghubungkan telinga tengah dengan faring. Rongga telinga tengah berhubungan dengan telinga luar melalui membran timpani. Hubungan telinga tengah dengan bagian telinga dalam melalui jendela oval dan jendela bundar yang keduanya dilapisi dengan membran yang transparan.Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang tersusun seperti rantai yang menghubungkan gendang telinga dengan jendela oval. Ketiga tulang tersebut adalah tulang martil (maleus) menempel pada gendang telinga dan tulang landasan (inkus). Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka bergerak sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah tulang sanggurdi (stapes) yang berhubungan dengan jendela oval. Antara tulang landasan dan tulang sanggurdi terdapat sendi yang memungkinkan gerakan bebas.Fungsi rangkaian tulang dengar adalah untuk mengirimkan getaran suara dari gendang telinga (membran timpani) menyeberangi rongga telinga tengah ke jendela oval.Telinga bagian Tengah, terdiri dari :OrganFungsi

Tulang tulang PendengaranSaluran EustachiusMeneruskan getaran ke tingkap ovalMenjaga agar tekanan udara di dalam dan di luar rongga telinga sama besarnya, sehingga gendang telinga tidak rusak.

III. Telinga dalam Telinga dalam terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe.Di depan labirin terdapat koklea atau rumah siput. Penampang melintang koklea trdiri aras tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organo corti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak dengan saraf vestibulokoklearis.

Telinga bagian dalam, terdiri dari :OrganFungsi

Rumah siput (koklea)Saluran seperti spiral (berisi cairan endolimfe)Organ kortiBagian koklea yang peka terhadap rangsang bunyiKanalis semisirkularis (3 saluran setengah lingkaran) Berupa 3 saluran berlengkung-lengkungSakulus dan utrikulus Pangkal kanalis semisirkularis (berisi cairan endolimfe dan butiran kalsium)Meneruskan rangsang getaran bunyiMeneruskan getaran bunyi ke saraf auditoriAlat keseimbangan tubuhMenjaga keseimbangan tubuh

Tuba EustachiusTuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga. Bentuknya seperti huruf S. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah 13 dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm1.Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).Otot yang berhubungan dengan tuba eustachius yaitu1,9 : M. tensor veli palatini M. elevator veli palatini M. tensor timpani M. salpingofaringeus

Fisiologi pendengaran Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang kekoklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis. (Duus, 1996).

2.2 Definisi PresbikusisPresbikusis adalah penurunan pendengaran alamiah yang terjadi sejalan dengan proses penuaan dan umumnya dimulai pada umur 65 tahun. Presbikusis terjadi pada nada tinggi dan pada pemeriksaan audiometri nada murni terlihat berupa penurunan pendengaran jenis sensorineural yang bilateral pada kedua telinga dan simetris yang disebabkan oleh perubahan degeneratif telinga bagian dalam.

2.2.1 EpidemiologiAngka insidensi dari gangguan pendengaran akibat prebikusis pada lansia di Amerika Serikat dilaporkan sebesar 25-30% untuk kelompok umur 65-70 tahun, sedangkan angka insidensi untuk umur lebih dari 75 tahun sebesar 50%. Menurut hasil survei, jumlah pemakai alat bantu dengar sampai saat ini di Amerika mencapai 20 juta orang.Pada tahun 1998, penelitian telah dilakukan oleh Dadang Candra mengenai prevalensi dan pola penurunan pendengaran penderita presbikusis di Kodya dan Kabupaten Bandung. Penelitian ini memperoleh hasil prevalensi presbikusis untuk Kodya dan Kabupaten Bandung sebesar 62%. Jumlah prevalensi ini mungkin akan bertambah pada tahun-tahun mendatang dikarenakan peningkatan oleh jumlah lansia itu sendiri. Jumlah lansia di Indonesia menurut hasil perhitungan Badan Pusat Statistika (BPS) pada tahun 2008 adalah sebanyak 19.500.000 jiwa.

2.2.2 KlasifikasiGangguan dengar adalah suatu kondisi fisik yang ditandai dengan berkurang atau bahkan hilangnya pendengaran seseorang. Gangguan pendengaran menurut letaknya dibagi menjadi 3 tipe, yaitu tipe konduktif, tipe sensorineural, dan tipe campuran. Gangguan Pendengaran Tipe KonduktifGangguan pada telinga bagian luar dan tengah akan menyebabkan ganguan pendengaran tipe konduktif, seperti: sumbatan tuba eustachius, gangguan pada vena jugularis menyebabkan telinga berbunyi sesuai denyut jantung. Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran udara yang disebabkan oleh kelainan atau penyakit di telinga luar atau di telinga tengah. Gangguan Pendengaran Tipe SensorineuralPada tipe sensorineural, kelainan terdapat pada nervus VII di kokhlea (telinga dalam). Salah satu contohnya adalah berkurangnya sel-sel rambut pada penderita presbikusis. Gangguan Pendengaran Tipe CampuranTipe campur (mixed deafness) merupakan gabungan antara tipe konduktif dan tipe sensorineural.

2.2.3 Etiologi Umumnya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses degenerasi, namun diduga kejadian presbikusis memiliki hubungan dengan berbagai faktor etiologi yang lain, seperti:A. Vaskular (hipertensi dan arteriosklerosis)Gangguan sirkulasi telah lama dihubungkan sebagai penyebab hilangnya pendengaran pada lansia. Penyakit vaskular yang banyak dihubungkan diantaranya adalah hipertensi, arteriosklerosis dan aterosklerosis.Arteriosklerosis adalah suatu penyakit vaskular yang ditandai dengan penebalan dan kehilangan elastisitas dinding pembuluh darah. Arteriosklerosis cukup sering terjadi pada orang tua dan mungkin dapat menyebabkan gangguan perfusi dan oksigenasi kokhlea. Hipoperfusi dapat menuju kepada perubahan radikal bebas yang dapat merusak telinga dalam seiring dengan rusaknya DNA mitokondira telinga dalam. Kerusakan ini sejalan dengan perkembangan presbikusis.Aterosklerosis memiliki etiologi yang berbeda dengan arteriosklerosis, aterosklerosis merupakan suatu penyakit penyempitan lumen pembuluh darah karena pembesaran plak. Plak aterosklerosis merupakan kumpulan lemak, sel busa, debris sel, dan kristal kolesterol. Baik arteriosklerosis maupun aterosklerosis dapat menyebabkan hipertensi yang akan memperparah gangguan perfusi dan oksigenasi kokhlea.B. Diet dan metabolisme (diabetes melitus dan hiperlipidemia)a. Diabetes melitus dan hiperlipidemia dapat mempercepat proses dari aterosklerosis.b. Diabetes melitus menyebabkan proliferasi difus dan hipertrofi vaskular pada endotelia intima yang mungkin mengganggu perfusi kokhlea.

C. GenetikPenegakan diagnosis sensorineural karena genetik sangat sulit, tetapi genetik tetap harus dipertimbangkan sebagai salah satu faktor predisposisi dari presbikusis. Penegakan diagnostik dapat diambil dari history taking mengenai riwayat keluarga yang lain.D. Suara gaduh (bising)Bising (frekuensi, intensitas, dan durasi paparan) memiliki hubungan langsung dengan kerusakan organ dalam telinga, namun bising dapat menyebabkan kerusakan organ dalam pada semua usia dan tidak terfokus hanya pada lansia saja. Bising termasuk ke dalam salah satu penyebab yang dapat memperparah keadaan presbikusis, kerusakan akibat bising termasuk ke dalam kerusakan mekanik.E. Efek obat ototoksikF. Riwayat merokokG. Stress

2.2.4 PatofisiologiBerdasarkan perubahan histopatologi yang terjadi, Gacek dan Schuknecht membagi presbikusis menjadi 4 jenis, yaitu:A. Presbikusis tipe sensorikLesi pada tipe sensorik terbatas pada kokhlea, terdapat atrofi organ korti dan jumlah sel-sel rambut berkurang. Pada gambaran histologi, terdapat atrofi yang terbatas hanya beberapa milimeter pada membrana basalis dan terdapat akumulasi pigmen lipofuscin yang merupakan pigmen penuaan. Proses ini berjalan perlahan tapi progresif dari waktu ke waktu. Pemeriksaan audiometri memperlihatkan gambaran penurunan curam di batas frekuensi tinggi yang dimulai setelah usia menengah.

B. Presbikusis tipe neuralPresbikusis tipe neural ditandai dengan berkurangnya sel-sel neuron dan jaras auditorik pada kokhlea. Menurut Schuknecht, 2100 neuron hilang setiap dekade (dari total 35.000). Hal ini dimulai sejal awal kehidupan dan mungkin peran genetik yang berpengaruh. Pengaruh tidak terlihat sampai usia tua karena rata-rata nada murni tidak terpengaruh sampai 90% dari neuron hilang. Atrofi terjadi sepanjang koklea, dengan hanya sedikit wilayah basilar yang terpengaruhi dari seluruh membrana basilaris di koklea. Oleh karena itu, tidak terdapat penurunan terjal di batas frekuensi tinggi seperti presbikusis tipe sensorik dan hanya terdapat penurunan sedang di frekuensi tinggi. Pada presbikusis neural, terjadi pula kehilangan neuron secara umum yang berupa perubahan SSP yang difus dan berhubungan dengan defisit lain seperti kelemahan, penurunan perhatian dan penurunan konsentrasi.

C. Presbikusis tipe metabolik (strial presbycusis)Presbikusis tipe metabolik merupakan tipe presbikusis yang paling sering dijumpai. Kerusakan yang terjadi pada tipe ini berupa atrofi stria vaskularis, potensial mikrofonik menurun, fungsi sel dan keseimbangan biokimia/bioelektrik kokhlea berkurang. Secara histologis pada kokhlea, terlihat stria vaskularis yang tipis tersebar sepanjang kelokan kokhlea yang dengan mikroskop stria tampak berupa lapisan seluler selapis. Juga tampak adanya degenerasi kistik dari elemen stria dan atrofi ligamen spiralis. Seperti diketahui stria vaskularis adalah tempat produksi endolimfa dan berfungsi dalam sistem enzim yang diperlukan untuk mempertahankan potasium, sodium dan metabolisme oksidatif. Daerah ini juga sebagai tempat pembangkitan dari endokokhlear potensial sebesar 80 miliVolt antara duktus kokhlea dan ruang perilimfe yang diperlukan untuk transduksi signal di dalam kokhlea. Atrofi stria vaskularis mengakibatkan hilangnya pendengaran diwakili oleh kurva mendengar datar karena seluruh koklea terpengaruh. Proses ini cenderung terjadi pada orang berusia 30-60 tahun dan berjalan secara perlahan.

D. Presbikusis tipe mekanik (cochlear presbycusis)Pada presbikusis tipe mekanik terjadi perubahan gerakan mekanik duktus kokhlearis, atrofi ligamentum kokhlearis, dan membran basilaris menjadi lebih kaku. Secara histologis tampak hialinisasi dan kalsifikasi membrana basalis, degenerasi kistik elemen stria, atrofi ligamen spiralis, pengurangan selularitas ligamen secara progesif serta kadang-kadang ligamen ruptur.

2.2.5 Manifestasi KlinikPresbikusis mengurangi kemampuan untuk mendengar nada pada frekuensi tinggi. Penurunan pendengaran yang terjadi secara gradual, bilateral, dan simetris. Keluhan yang paling sering adalah kesulitan mendengar suara atau percakapan dengan latar belakang suara yang berisik atau di keramaian. Penderita presbikusis terkadang sulit untuk mendengar percakapan dengan kata depan konsonan, seperti: s, sh, f, p, t. Gejala presbikusis juga dapat disertai dengan tinitus.

2.2.6 DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan : AnamnesaPada anamnesa akan didapati keluhan-keluhan seperti yang diterangkan dalam gejala klinis yang tidak diketahui kapan dimulainya. Gejala tersebut berkembang perlahan dan sangat lambat.Kesulitan mengucapkan beberapa konsonan tertentu sepeti f, s, atau th pada orang Inggris misalnya. Kemudian adanya riwayat paparan berulang terhadap kebisingan seperti latar belakang pekerjaan menjadi anggota militer, pekerja industri dan sebagainya. Adanya riwayat penggunaan obat-obatan yang bersifat ototoksik, dsb.2,8 Pemeriksaan FisikTidak dijumpai keabnormalan pada pemeriksaan fisik. Tetapi dengan pemeriksaan otoskopi tampak membran timpani suram, dan jika dilakukan tes penala, maka akan menunjukkan suatu tuli sensorineural yang bilateral.1 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan misalnya pemeriksaan audiometric nada murni, menunjukkan tuli saraf nada tinggi, bilateral dan simetris.Pada tahap awal terdapat penurunan yang tajam ( sloping ) setelah frekuensi 2000 Hz. Gambaran ini khas pada presbikusis sensorik dan neural. Kedua jenis presbikusis ini sering ditemukan. Garis ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih mendatar, kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi penurunan. Pada semua jenis presbikusis tahap lanjut juga terjadi penurunan pada frekuensi yang lebih rendah.Pemeriksaan audiometri tutur menunjukkan adanya gangguan diskriminasi wicara( speech discrimination ). Keadaan ini jelas terlihat pada presbikusis jenis neural dan koklear. Pemeriksaan audiometriPemeriksaan audiometri merupakan pemeriksaan pokok pada kasus presbikusis. Gambaran audiometri pada presbikusis dibagi menjadi 2, yaitu gambaran audiometri nada murni dan gambaran audiometri tutur atau bicara.

Tabel 2.1 Audiogram pada presbikusisNo.TipeAudiometri nada murniAudiometri tutur

1SensoriPenurunan ambang dengar yang curam pada frekuensi tinggi (sharply slooping)Bergantung pada frekuensi yang terkena

2NeuralPenurunan pendengaran sedang pada semua frekuensi (gently slooping) Gangguan diskriminasi tutur berat

3Metabolik (strial)Penurunan pendengaran dengan gambaran flat dan berjalan progresif pelanGangguan diskriminasi tutur ringan

4MekanikPenurunan pendengaran dengan kurva menurun pada frekuensi tinggi secara lurus berjalan progresif pelanBergantung pada kecuraman penurunan

2.2.7 PenatalaksanaanPrinsip penatalaksanaan pada penderita presbikusis berupa rehabilitasi medik dengan menggunakan alat bantu dengar (hearing aid) dan dibantu dengan konseling. Alat bantu dengar ini berfungsi sebagai alat yang membantu penggunaan sisa pendengaran untuk kepentingan komunikasi dengan lingkungan. Seseorang dinyatakan perlu untuk menggunakan alat bantu dengar apabila kehilangan pendengaran lebih dari 40 dB.Alat bantu dengar memiliki beberapa jenis, diantaranya:a. Tipe behind the ear (BTE) adalah jenis alat bantu dengar yang ditempatkan di belakang telinga.b. Tipe in the ear (ITE) adalah alat bantu dengar yang ditempel menutupi konkha.c. Tipe in the canal (ITC) adalah alat bantu dengar paling kecil dan mahal yang ditempatkan di meatus acusticus eksternus (lubang telinga).d. Tipe contralateral routing of signal (CROS) adalah alat bantu dengar yang dibuat dan diletakkan pada tangkai kaca mata.Berkat kemajuan teknologi, baru-baru ini diperkenalkan teknik pemasangan implant cochlea. Teknik ini menggunakan tindakan operatif dengan cara menempatkannya di telinga dalam. Implant cochlea secara elektrik akan menstimulasi membran tissue dari neural dan saraf kranial VIII.

2.2.8 Prognosis

2.3 Definisi Tuli Konduktif

2.3.1 Epidemiologi2.3.2 Etiologi 2.3.3 Patofisiologi2.3.4 Manifestasi Klinik2.3.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding2.3.6 Penatalaksanaan2.3.7 Prognosis

BAB IIISIMPULAN

Presbikusis adalah penurunan pendengaran alamiah yang terjadi sejalan dengan proses penuaan dan umumnya dimulai pada umur 65 tahun. Berdasarkan perubahan histopatologi yang terjadi, Gacek dan Schuknecht membagi presbikusis menjadi 4 jenis, yaitu presbikusis tipe sensorik, presbikusis tipe neural, presbikusis tipe metabolic, dan presbikusis tipe mekanik. Presbikusis dapat ditangani dengan alat bantu dengar.

DAFTAR PUSTAKA

Anatomi fisiologi telinga. Available from : http://arispurnomo.com/anatomi-fisiologi-telinga (22 oktober 2013)Boies, L.R.Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Cetakan ke III. 1997. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGCStaf Pengajar Ilmu Penyakit THT FKUI.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tengorok Kepala Leher. Edisi ke 5 Cetakan ke2.2002. Jakarta:Balai PenerbitFKUIPeter, S.L. 2008. Inner Ear, Presbycusis. http://emedicine.medscape.com/article/855989-overview. ( 22 Oktober 2013)

16