obesitas dan kb

49
Skenario 1 : Obesitas Ibu nur, 40 tahun, dengan berat badan 80 kg datang bersama anaknya ke klinik dokter keluarga. Bu Nur mengeluh anaknya yang paling kecil (anak ke 2) sangat gemuk. Usianya baru 8 tahun dengan tinggi 1 m tetapi berat badannya mencapai 43 kg. ia mengkhawatirkan keadaan anaknya apakah hanya overweight atau obeis. Anak ke 1 umur 11 tahun berat badan 55 kg. Bu Nur seorang wanita pengusaha sukses yang memilki restaurant fastfood ternama. Suaminya salah satu direksi di perusahaan garment export – import. Sejak kecil anak – anaknya dibawah asuhan babby sitter, meski tetap dalam pengawasannya. STEP 1 1. Overweight : “kelebihan berat badan” dimana ukuran tubuh dapat bertambah tanpa penambahan akumulasi lemak tubuh tetapi dengan bertambahnya massa tubuh tanpa lemak. 2. Obesitas : akumulasi jaringan lemak di bawah kulit yang berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh 3. Fastfood : makan siap saji yang dikonsumsi secara instan dengan ciri, kandungan kalori tidak seimbang; rendah serta; tinggi kandungan garam, lemak, gula; pemicu obesitas pada anak dan dewasa. STEP 2

Upload: dokter-ganteng

Post on 14-Aug-2015

87 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Obesitas Dan Kb

Skenario 1 : Obesitas

Ibu nur, 40 tahun, dengan berat badan 80 kg datang bersama anaknya ke klinik dokter

keluarga. Bu Nur mengeluh anaknya yang paling kecil (anak ke 2) sangat gemuk. Usianya

baru 8 tahun dengan tinggi 1 m tetapi berat badannya mencapai 43 kg. ia mengkhawatirkan

keadaan anaknya apakah hanya overweight atau obeis. Anak ke 1 umur 11 tahun berat badan

55 kg. Bu Nur seorang wanita pengusaha sukses yang memilki restaurant fastfood ternama.

Suaminya salah satu direksi di perusahaan garment export – import. Sejak kecil anak –

anaknya dibawah asuhan babby sitter, meski tetap dalam pengawasannya.

STEP 1

1. Overweight : “kelebihan berat badan” dimana ukuran tubuh dapat bertambah tanpa

penambahan akumulasi lemak tubuh tetapi dengan bertambahnya massa tubuh tanpa

lemak.

2. Obesitas : akumulasi jaringan lemak di bawah kulit yang berlebihan dan

terdapat di seluruh tubuh

3. Fastfood : makan siap saji yang dikonsumsi secara instan dengan ciri,

kandungan kalori tidak seimbang; rendah serta; tinggi kandungan garam, lemak, gula;

pemicu obesitas pada anak dan dewasa.

STEP 2

1. Berdasarkan tinggi badan anak ke 2, apakah berat badan anak ke 2 normal atau tidak ?

2. Mengapa obesitas bisa terjadi pada anak ?

3. Bagaimana hubungan dengan fastfood?

4. Bagaimana penanganan awal obesitas pada anak?

5. Komplikasi yang bisa terjadi pada obesitas ?

6. Bagaimana dengan diagnosis banding ?

Page 2: Obesitas Dan Kb

STEP 3

1. Anak ke 2, Berat badan 43 kg, tinggi badan 100 cm = 1 m

Berdasarkan hitungan Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT = BB = 43 = 43

TB2 12

Kategori :

Kurus tingkat berat : <17

Kurus tingkat ringan : 17 – 18

Normal : 18,5 – 25

Gemuk : 25 – 27

Obesitas : >27

Dilihat dari hasil perhitungan IMT anak tersebut menghasilkan bahwa anak

tersebut masuk dalam golongan obesitas.

2. Obesitas pada anak dapat terjadi karena :

Kelebihan masukan makanan (lemak) dan karbihidrat

Penambahan jumlah atau ukuran sel lemak adiposit

Adanya lesi di hipotalamus dan naiknya kadar insulin

Penggunaan kalori yang kurang karena mungkin aktifitas jasmani yang kurang

Adanya faktor keturunan

3. Ada , fastfood adalah makanan yang tinggi lemak, hal ini akan memicu banyaknya

timbunan lemak dalam tubuh anak, dan ditambah pula fastfood tinggi akan insulin

sehingga akan menyebabkan resistensi insulin yang akan mengurangi lipolisis, hal –

hal tadi juga akan menambahnya sel –sel adiposit yang terus berkembang dan banyak.

4. Penanganan awal

Memberikan motivasi penderita tentang perlunya menguruskan tubuh

Menganjurkan untuk diet dan olahraga teratur

Membimbing pengaturan makanan yang sesuai dengan pertumbuhan

Memperbaiki faktor penyebab baik organis ataupun psikologis

5. Komplikasi obesitas

Page 3: Obesitas Dan Kb

Aterosklerosis

Tekanan darah meningkat

Kolesterol meningkat

Trigliserid serum meningkat

Diabetes mellitus

Hiperinsulinisme

Sindrom pickwickian (hipoksemia, sianosis, polisitemia, pembesarran jantung,

gagal jantung kongestif, somnolen) dimana ada disstres kardiorespirasi berat.

6. Diagnosis banding

Sindrom cushing

Hipotiroidisme

Hiperinsulinisme

Disfungsi hipotalamus

STEP 4

Ibu 40 tahun + Anak 8 tahun

klinik dokter keluarga

Anamnesis :

Anak ke 2 umur 8 th

Gemuk + Diasuh babbysitter

RPK

Ibu 40 th, BB 80 kg

Kakanya 11 th, BB 55 kg

Sosial ekonomi

Ibu pengusaha fastfood

Ayah direksi perusahaan garment

Pemeriksaan fisik :

Berat badan 43 kg

Tinggi badan 1 m

Pemeriksaan penunjangDiagnosis :

Obesitaspenatalaksanaan

Page 4: Obesitas Dan Kb

STEP 5

1. 11 aspek Obesitas pada anak

Page 5: Obesitas Dan Kb

2. Hubungan kontrasepsi dengan obesitas

1. OBESITAS

Page 6: Obesitas Dan Kb

Definisi

Suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak

tubuh secara berlebihan.

Etiologi

Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah suatu penyakit

multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi

antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi

dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada bayi.1

Faktor Genetik .

Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua orang

tua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas; bila salah satu orang tua obesitas, kejadian

obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14%.

Faktor lingkungan.

1. Aktifitas fisik

Aktifitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure, yaitu sekitar 20-

50% dari total energy expenditure.

2. Faktor nutrisional

Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh

dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu.

3. Faktor sosial ekonomi.

Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta

peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang

dikonsumsi.

Faktor endokrin

Page 7: Obesitas Dan Kb

Faktor endokrin sebagai penyebab ditemukan hanya dalam kurang dari 1% obesitas

anak dan remaja, beberapa di antaranya adalah hipotiroid, kelebihan kortisol (penggunaan

kortikosteroid, Cushing syndrome), defisiensi hormon pertumbuhan, dan lesi hipotalamus

(infeksi, malformasi vaskular, neoplasma, atau trauma). 2

Klasifikasi

Menurut gejala klinisnya :

1. Obesitas sederhana ( Simple Obesity)

Terdapat gejala kegemukan tanpa disertai kelainan hormonal / mental / fisik

lain terjadi karena factor nutrisi.

2. Bentuk Khusus Obesitas

Kelainan endokrin / hormonal

oSindrom Cushing, pada anak yang sensitive terhadap pengobatan

dengan hormone steroid.

Kelainan Somatodismorfik

oSindrom prader – wili, sindrom summit dan carpenter, sindrom

Laurence moon – biedl, dan sindrom cohen. Kelainan disertai retardasi

mental dan kelainan ortopedi.

Kelainan hipotalamus

oKelainan hipotalamus yang mempengaruhi nafsu makan dan akibat

dari kraniofagiana, leukemia serebral, trauma kepala dll 3

Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa Berdasarkan IMT Menurut

Page 8: Obesitas Dan Kb

WHO

Klasifikasi IMT (Kg/m²)

Berat badan kurang < 18,5

Kisaran normal 18,5 – 24,9

Berat badan lebih >25

Pra – obes 25,0 – 29,9

Obes tingkat I 30,0 – 34,9

Obes tingkat II 35,0 – 39,9

Obes tingkat III >40

Sumber : WHO technical series, 2000

Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan Lingkar Perut Menurut

Kriteria Asia Pasifik

KlasifikasiIMT

(Kg/M²)

Risiko Ko-Morbiditas

Lingkar Perut

< 90 cm (Laki-Laki) > 90 cm (Laki-Laki)

< 80 cm (Perempuan) > 80 cm (Perempuan)

Berat badan

kurang

<18,5 Rendah (resiko meningkat pada

masalah klinis lain)

Sedang

Kisaran normal 18,5 – 22,9 Sedang Meningkat

Berat badan lebih >23,0

Beresiko 23,0 – 24,9 Meningkat Moderat

Obes tingkat I 25,0 – 29,9 Moderat Berat

Obes tingkat II >30,0 Berat Sangat Berat

Sumber : WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective : Redefining Obesity

and its Treatment (2000)

Faktor Resiko

Page 9: Obesitas Dan Kb

1. Herediter ( keturunan )

2. Suku/ bangsa

3. Pandangan masyarakat yang salah

4. Anak cacat, anak aktifitas kurang karena problema fisik / cara mengasuh

5. Umur orang tua , anak tunggal

6. Meningkatnya keadaan sosial ekonomi orang tua 4

Patofisiologi Obesitas

Obesitas terjadi karena adanya  kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk

jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen

(obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder)

akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi 10%).

Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses

fisiologis,  yaitu :

1. Pengendalian rasa lapar dan kenyang

2. Mempengaruhi laju pengeluaran energi

3. Regulasi sekresi hormon yang terlibat dalam penyimpanan energi.

Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen

(yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan

adipose,  usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa

lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,

meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan

sinyal panjang. 

Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan

dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh

kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang

diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan

keseimbangan  energi.

Page 10: Obesitas Dan Kb

Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa

meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian

merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide –Y

(NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan

energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi

rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu

makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya

kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan. 2

Manifestasi Klinis

Page 11: Obesitas Dan Kb

Pada semua golongan umur, tapi biasanya lebih sering pada usia 5-6 tahun dan pada

usia remaja.

Berat badan meningkat pesat, pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat.

Anak obesitas lebih tinggi pada awal pertumbuhan, tetapi pertumbuhan

memanjangnya selesai lebih cepat, sehingga anak obesitas lebih pendek dari

sebayanya.

Bentuk anak obesitas :

Raut muka

o Hidung dan mulut relative kecil dan dagu yang berbentuk ganda.

Dada dan payudara

o Bentuk payudara mirip payudara yang telah tumbuh. Pada pria menimbulkan

rasa yang tidak nyaman.

Abdomen

o Membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng

(pendulum) kadang kadang terlihat stria putih atau ungu.

Genetalia luar

o Pada pria penis seakan akan terpendam dalam jaringan lemak mons pubis

sehingga tampak kecil dari bagian yang tersembul keluar.

Anggota badan

o Lengan atas dan paha tampak besar , terutama bagian proksimal.

o Tangan relative kecil dengan jari jari yang berbentuk runcing.

o Terdapat kelainan berupa koksa vara dengan genu valgum pada tungkai.

Kelainan emosi

o Gejala gangguan emosi yang merupakan penyebab atau akibat dari keadaan

obesitas.

Page 12: Obesitas Dan Kb

Gejala klinis lain

o Anak lebih cepat pubertas

o Gangguan pernafasan dan sesak nafas

o Edema tungkai dan kaki

o Tidur ngorok / snoringa

Diagnosis

a. Anamnesis

RPS (Sacred Seven)

Lokasi : tubuh

Onset : apakah akut atau kronis

Kronologis : tanyakan apakah terdapat gejala prodromal sebelum terjadinya

obesitas?

Kualitas : apakah obesitas tersebut sampai mengganggu anak? Apakah

timbul stres atau depresi pada anak akibat obesitas yang dialaminya?

Kuantitas : apakah si anak pernah mengalami penurunan BB atau terus

menerus obesitas?

Faktor pemberat/memperingan

- Apakah si anak sering makan-makanan instan?

- Apakah si anak banyak mengkonsumsi makanan berlemak?

- Apakah si anak sering berolahraga?

- Apakah si anak sering tidur?

Gejala penyerta : apakah ada gejala lain, misalnya sesak nafas, gangguan

penglihatan, TD meningkat atau sering pusing?

Page 13: Obesitas Dan Kb

RPD (Riwayat Penyakit Dahulu)

Apakah si anak waktu lahir BB normal atau tidak?

Apakah si anak mengalami gangguan kelenjar tiroid atau tidak?

Apakah si anak mengalami stres atau depresi?

Apakah si anak memiliki kelainan pada otaknya?

RPK (Riwayat Penyakit Keluarga)

Apakah Ayah, Ibu, kakek/nenek ada yang memiliki riwayat obesitas?

Apakah dalam keluarga si anak memiliki kebiasaan makan yang banyak?

Sosial Ekonomi

Bagaimana pola asuh babysitter nya dalam mengatur makanannya?

Bagaimana tingkat ekonomi keluarga si anak?

Apakah di sekolahnya banyak yang menjual makanan yang berlemak atau yang

instan?

b. Pemeriksaan Fisik

Pengukuran BB dibanding berat badan ideal. Disebut obesitas bila BB > 120% BB

Menghubungkan BB dengan TB. Selain mencerminkan proporsi atau

penampilanjuga dapat ditentukan massa tubuh tanpa lemak (lean body mass)

dengan cara menghitung BMI yaitu BB/(TBm)2

Mengukur langsung banyaknya lemak subkutis dengan pengukuran tebal lipatan

kulit (TLK = skinfold thickness). Indeks ini lebih baik daripada BB/(TBm)2

dengan TLK triseps di atas sentil ke 85 merupakan indikator adanya obesitas.

Page 14: Obesitas Dan Kb

c. Pemeriksaan Penunjang

Analisis diet

Laboratorium : profil lipid, kadar glukosa, CRP kolesterol LDL, evaluasi

awal, pemeriksaan fungsi hati, ginjal, asam urat, elektrolit kalsium, magnesium,

dsb.

Radiologis : MRI dan CT scan

EKG

Tes fungsi paru (jika ada tanda-tanda kelainan)

Dapat dilakukan densitometri, hidrometri, spektometri sinar gamma, dan sebagainya.

Berbagai cara ini tidak digunakan pada anak karena secara teknis sulit, tidak praktis dan tidak

etis. 4

Tatalaksana Obesitas Pada Anak

Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan

keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan mengubah /

modifikasi pola hidup.

1. Menetapkan target penurunan berat badan

Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan: umur anak, yaitu usia 2 - 7

tahun dan diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta/komplikasi.

Pada anak obesitas tanpa komplikasi dengan usia dibawah 7 tahun, dianjurkan cukup dengan

mempertahankan berat badan, sedang pada obesitas dengan komplikasi pada anak usia

dibawah 7 tahun dan obesitas pada usia diatas 7 tahun dianjurkan untuk menurunkan berat

badan. Target penurunan berat badan sebesar 2,5 - 5 kg atau dengan kecepatan 0,5 - 2 kg per

bulan.

2. Pengaturan diet

Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan RDA,

hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Intervensi diet harus

disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada

Page 15: Obesitas Dan Kb

obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan

pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile)

dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah (very low

calorie diet ).

Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang :

Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal.

Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak

jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta kolesterol < 300 mg per hari.

Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia > 2 tahun dengan penghitungan dosis

menggunakan rumus: (umur dalam tahun + 5) gram per hari.

3. Pengaturan aktifitas fisik

Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme. Latihan

fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik

dan umurnya. Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan

ketrampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk

melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit per hari.

Tabel Jenis kegiatan dan jumlah kalori yang dibutuhkan

Jenis kegiatan Kalori yang digunakan/jam

Jalan kaki 3 km/jam

Jalan kaki 6 km/jam

Joging 8 km/jam

Lari 12 km/jam

Tenis tunggal

Tenis ganda

Golf

Berenang

Bersepeda

150

300

480

600

360

240

180

350

660

Page 16: Obesitas Dan Kb

4. Mengubah pola hidup / perilaku

Untuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua sebagai komponen

intervensi, dengan cara:

Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan aktifitas fisik serta

mencatat perkembangannya.

Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang tua diharapkan dapat menyingkirkan

rangsangan disekitar anak yang dapat memicu keinginan untuk makan.

Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang

dikonsumsi dan mengurangi makanan camilan.

Memberikan penghargaan dan hukuman.

Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi yang pada umumnya

lezat dan memilih makanan berkalori rendah.

5. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru

Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli

gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah

perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program diet.

6. Terapi intensif

Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang disertai

komplikasi yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional, terdiri dari diet

berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan terapi bedah.

Indikasi terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan > 140% BB Ideal

atau IMT > 97 persentile, dengan asupan kalori hanya 600-800 kkal per hari dan

protein hewani 1,5 - 2,5 gram/kg BB Ideal, dengan suplementasi vitamin dan mineral

serta minum > 1,5 L per hari. Terapi ini hanya diberikan selama 12 hari dengan

pengawasan dokter.

Farmakoterapi dikelompokkan menjadi 3, yaitu: mempengaruhi asupan energi dengan

menekan nafsu makan, contohnya sibutramin; mempengaruhi penyimpanan energi

Page 17: Obesitas Dan Kb

dengan menghambat absorbsi zat-zat gizi contohnya orlistat, leptin, octreotide dan

metformin; meningkatkan penggunaan energi. Farmakoterapi belum

direkomendasikan untuk terapi obesitas pada anak, karena efek jangka panjang yang

masih belum jelas.

Terapi bedah di indikasikan bila berat badan > 200% BB Ideal. Prinsip terapi ini

adalah untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat pengosongan lambung

dengan cara gastric banding, dan mengurangi absorbsi makanan dengan cara

membuat gastric bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini

belum banyak penelitian tentang manfaat dan bahaya terapi ini pada anak. 1

Komplikasi

Diabetes tipe 2

Gangguan sindrome metabolisme

Tekanan darah tinggi

Asma atau gangguan pernafasan lainnya

Gangguan tidur

Penyakit Hati atau liver

Puber usia dini atau menarche

Gangguan makan

Infeksi kulit

1. Terhadap Kesehatan

Terdapat korelasi positif antara tingkat obesitas dengan berbagai penyakit infeksi

kecuali TB. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tersebut dikaitkan dengan menurunnya

respon imunologik sel T dan aktifitas sel PMN.

2. Saluran Pernafasan

Pada bayi,obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran pernafasan bagian

bawah karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipotrofi tonsil dan adenoid akan

Page 18: Obesitas Dan Kb

mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas,sehingga mengakibatkan anoksia dan

saturasi oksigen rendah, yang disebut sindrom Chubby Puffer.

3. Kulit

Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah atau panas,sering disertai

miliaria,maupun jamur pada lipatan-lipatan kulit.

4. Ortopedi

Anak yang obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan ortopedi seperti

Legg- Perthee disease,genu valgum,slipped femoral capital epiphyses,tibia vara dan lain-lain.

5. Efek fisiologis

Kurang percaya diri.

6. Bila obesitas pada masa anak terus berlanjut sampai maaa dewasa dapat

mengakibatkan:

- Hipertensi pada masa adolensi

- Hiperlipidemia,ateroskerosis,PJK,hipertensi Maligna pada dewasa

- Diabetes

- Sindrom Pickwickian(merupakan komplikasi berat dari obesitas dewasa)

- Maturitas seksual lebih awal,menstruasi sering tidak teratur

Komplikasi sosial dan emosional

Menjadi obesitas pada usia anak dapat mengakibatkan komplikasi dari segi sosial dan

emosional antara lain:

1. Perasaan terintimidasi dan rendah diri

Anak sering diolok-olok oleh teman sebaya karena kelebihan berat badannya, sering

di gertak dan lain-lain sehingga berakibat merasa tidak percaya diri dan rendah diri atau

kehilangan harga diri dan hal ini bila bertambah berat bisa berakibat pada depresi.

Page 19: Obesitas Dan Kb

2. Tingkah laku dan gangguan belajar

Kondisi obesitas pada anak cenderung mempunyai sifat malas dan ketrampilan sosial

yang kurang jika dibandingkan dengan teman-teman lainnya dengan berat badan yang

normal.

Pada kondisi yang ekstrem, masalah ini bisa memicu dimana sang anak keluar dari

kelas dan mengganggu ruang kelas. Pada kondisi yang lain mungkin si anak akan merasa

terasing karena melakukan tindakan penarikan sosial sehingga tidak bergaul dengan teman-

teman lainnya karena merasa malu dan rendah diri. Perasaan stress dan cemas juga dapat

mengganggu konsentrasi dalam belajar. Kecemasan yang berhubungan dengan lingkungan

sekolah dapat menimbulkan suatu lingkaran setan yang terus berkembang hingga satu kondisi

penolakan belajar.

3. Depresi

Isolasi dari lingkungan sosial dan merasa harga dirinya rendah menciptakan perasaan

penuh keputusasaan pada beberapa anak yang obesitas. Jika anak kehilangan harapan bahwa

kehidupan mereka dapat di perbaiki, mereka akan bisa menjadi depresi. Seorang anak yang

mengalami depresi mungkin kehilangan selera untuk beraktifitas seperti biasanya pada anak

dengan berat badan normal, tidur lebih dari biasanya atau sering menangis. Beberapa anak

dengan gangguan depresi biasanya menyembunyikan kesedihan mereka dan sebaliknya

menunjukkan perasaan emosional yang datar. Depresi adalah suatu masalah serius pada anak-

anak dan juga pada orang dewasa. Jika anda berpikir anak anda mengalami depresi, bicaralah

dengan mereka, perhatikan anak anda dan konsultasikan dengan dokter yang menangianya. 2

Pencegahan :

1. Pencegahan sejak dini bagi bayi : memberi ASI eksklusif

2. meningkatkan aktivitas fisik

3. merubah kebiasaan/pola makan

4. kontrol teratur ke dokter

5. menghindari pengaruh makanan yang kuat pada anak (tidak menjadikan makanan

sebagai hukuman atau hadiah)

Page 20: Obesitas Dan Kb

Edukasi pada orang tua :

1. Perhatian orang tua yang cukup pada anak-anaknya

2. Memberi contoh yang baik kepada anak dalam bergaya hidup sehat, memulai

melakukan gaya hidup sehat dan menunjukkan sisi positif yang terjadi

3. Serta bersabar dalam memantau pertumbuhan anak.

4. Harus menyadari, tekanan yang terlalu besar pada kebiasaan makan dan BB anak

dapat memberi efek terbalik.

Tenaga kesehatan harus memberikan edukasi kepada orang tua yang mengalami

obesitas tentang risiko obesitas pada anak-anaknya. Bayi yang disusui ASI lebih kecil

kemungkinannya untuk menjadi obesitas pada saat dewasa daripada bayi yang disusui botol,

dan hal ini juga harus dikomunikasikan kepada keluarga.

Prognosis

Melalui diet dan meningkatkan aktivitas fisik, 50% relaps dalam waktu 4-10 tahun

tergantung dari penyebab yang ada/tidak adanya komplikasi. Obesitas yang berlanjut sampai

dewasa korbiditas dan mortalitasnya tinggi. 4

Page 21: Obesitas Dan Kb

2. Hubungan Kontrasepsi Dengan Obesitas

IUD (Intra Uterine Device)

IUD adalah alat kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) berbentuk T terbuat dari

plastik yang lentur yang akan menghalangi sperma bertemu sel telur sehingga kehamilan

tidak akan terjadi. Pada ujung bagian bawahnya terdapat tali yang dimasukkan dalam rahim.

Fungsi tali ini adalah untuk mengecek apakah IUD masih terpasang dengan tepat dan baik. 

Pemasangan KB IUD ini pun tidak terlalu lama, bisa dilakukan dengan rawat jalan dan

sesekali mengontrolnya ke dokter.

Jenis-jenis IUD

1. IUD non hormonal : IUD dengan tembaga (copper) melepaskan partikel tembaga

untuk mencegah kehamilan.

2. IUD hormonal (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUS melepaskan hormon

progestin. 5

Jenis IUD non hormonal :

1. Copper-T

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya

diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek

antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru. IUD ini

melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun.

Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang

Page 22: Obesitas Dan Kb

tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan

terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea. 6

2. Copper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini

mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat

tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya

lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.

3. Multi Load

IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan

berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya

diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk

menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.

Page 23: Obesitas Dan Kb

Cara Kerja

Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii

Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat

sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma

untuk fertilisasi 7

Suatu IUD yang baik harus memenuhi syarat

1. Mudah dimasukkan, harus innert.

2. Tetap berada di tempat ( tidak mudah keluar).

3. Mempunyai pregnancy rate rendah.

4. Mudah dikeluarkan.

Efek biologis dari IUD ada tiga, yaitu :

1. Efek anti fertilitas

Bahwa IUD mempunyai efek anti fertilitas sudah diketahui pada banyak species

vertebrata (manusia, monyet, kelinci, kuda, sapi, babi, ayam, tikus, dll), namun sampai

sekarang belum dapat dipastikan mekanisme dasar yang umum dari efek anti fertilitasnya

untuk semua species. Dengan kata lain reaksinya tidak sama untuk semua species. Ini

disebabkan oleh karena adanya perbedaan-perbedaan pada species tersebut dalam hal anatomi

dan sebagian lagi oleh karena adanya variasi dalam ukuran, bentuk dan komposisi dari IUD

yang dipakai.

Pada beberapa spicies hanya uterus dan tuba yang dipengaruhi, sedangkan pada specie-

species lain dalam batas-batas tertentu fungsi ovarium adenohypophyse dan/atau

neurohypophyse dapat dipengaruhi secara tidak langsung oleh adanya suatu IUD.

Sampai sekarang belum ada laporan yang membenarkan adanya efek tidak langsung

dari IUD terhadap organ-organ lain. 5

Page 24: Obesitas Dan Kb

2. Efek sistemik

Boleh dikata tidak ada kenyataan yang menyokong adanya efek sistemik, kecuali

bahwa IUD menyebabkan naiknya atau bertambah lamanya sekresi dari oxytocin pada

seorang wanita post partum.

Jika efek ini ada (menurut laporan WHO) maka ini mempunyai dasar neurogenik,

oleh karena pengaruh uterus terhadap pusat-pusat hypothalamo-hypophyse.

3. Efek pada alat pelvis

a. Ovarium

Tidak ada hal-hal yang menyokong adanya hubungan langsung antara efek anti

fertilitas dari IUD dengan fungsi ovarium.

b. Tuba

Pada percobaan dari Mastroianni cs, hanya perlu ditekankan bahwa adanya suatu IUD

tidak menyebabkan perubahan yang jelas dalam hal kecepatan transport di tuba pada monyet

rhesus yang berovulasi secara normal.

c. Uterus

Diduga IUD mempunyai efek toxis secara langsung baik terhadap sperma maupun

terhadap blastocyst pada daerah dimana IUD berkontak langsung dengan endometrium. Pada

daerah ini biasanya hanya terdapat sedikit sekali perubahan-perubahan morfologis. Walaupun

demikian kadang-kadang ada penipisan dan pelepasan dari epithel permukaan dengan

vacuolisasi cytoplasma dan fragmentasi sel-sel seperti yang terlihat dengan elektron

mikroskop, sedangkan dengan mikroskop cahaya biasa terlihat fibrosis, vascularitas

superficialis yang bertambah dan kadang-kadang perubahan-perubahan yang menyerupai

decidua prematur langsung di bawah IUD.

Dengan elektron mikroskop dapat dilihat aneurysma microthrombose dari kapiler-

kapiler endometrium, dan ini dapat dihubungkan dengan persoalan/problem klinis tentang

adanya perdarahan pada pemakai IUD. 8

Page 25: Obesitas Dan Kb

Efektifitas

IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti

halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T dan Copper T 200 (CuT-

200) dapat dipakai 3-5 tahun; Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0.8

kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.

Indikasi

Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim

(cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan masih

terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir

haid.

Yang boleh menggunakan IUD adalah:

Usia reproduktif

Keadaan nulipara

Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi

Setelah melahirkan dan tidak menyusui

Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

Risiko rendah dari IMS

Tidak menghendaki metoda hormonal

Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari

Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama

Perokok

Gemuk ataupun kurus

Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara

khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu,

lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan

setiap enam bulan sekali.

Page 26: Obesitas Dan Kb

Kontraindikasi

Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah :

Belum pernah melahirkan

Adanya perkiraan hamil

Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat

kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.

Perdarahan vagina yang tidak diketahui

Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)

Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik

Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat

mempengaruhi kavum uteri

Penyakit trofoblas yang ganas

Diketahui menderita TBC pelvik

Kanker alat genital

Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm 7

Keuntungan

Menurut Dr David Grimes dari Family Health International di Chapel Hill, Carolina

Utara, seperti dikutip News yahoo, dokter sering kali melupakan manfaat IUD dalam

pengobatan endometriosis.

Laporan tersebut diungkapkan dalam pertemuan di The American College of

Obstetricians and Gynecologist, New Orleans. David mengatakan, IUD mampu mengurangi

risiko kanker endometrium hingga 40 persen. Perlindungan terhadap kanker ini setara dengan

menggunakan alat kontrasepsi secara oral.

Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1

kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang

AMPUH, paling tidak 1 tahun

IUD dapat efektif segera setelah pemasangan

Page 27: Obesitas Dan Kb

Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)

Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman

karena rasa aman terhadap risiko kehamilan

Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A

Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui – tidak

mengganggu kualitas dan kuantitas ASI

Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi

infeksi)

Dapat digunakan sampai menopause

Tidak ada interaksi dengan obat-obat

Membantu mencegah kehamilan ektopik

Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur

Kerugian

Setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian perut

dan pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ini bisa berjalan selama 3 bulan setelah

pemasangan. Tapi tidak perlu dirisaukan benar, karena biasanya setelah itu keluhan akan

hilang dengan sendrinya. Tetapi apabila setelah 3 bulan keluhan masih berlanjut, dianjurkan

untuk memeriksanya ke dokter. Pada saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu tegang,

karena ini juga bisa menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Dan harus segera ke klinik jika:

Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda kehamilan: mual, pusing,

muntah-muntah.

Terjadi pendarahan yang lebih banyak (lebih hebat) dari haid biasa.

Terdapat tanda-tanda infeksi, semisal keputihan, suhu badan meningkat, mengigil,

dan lain sebagainya. Pendeknya jika ibu merasa tidak sehat.

Sakit, misalnya diperut, pada saat melakukan senggama. Segeralah pergi kedokter

jika anda menemukan gejala-gejala diatas. 8

Efek Samping dan Komplikasi

Page 28: Obesitas Dan Kb

Efek samping umum terjadi: perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak,

perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit.

Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan,

perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab

anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).

Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti

pasangan.

Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP

dapat memicu infertilitas.

Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD.

Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD.

Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari.

Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat

melepas.

Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang

segera setelah melahirkan).

Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah

kehamilan normal.

Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.

Waktu Pemasangan

Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :

2 sampai 4 hari setelah melahirkan

40 hari setelah melahirkan

setelah terjadinya keguguran

hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama haid

menggantika metode KB lainnya

Page 29: Obesitas Dan Kb

Waktu Pemakai Memeriksakan Diri

1 bulan pasca pemasangan

3 bulan kemudian

setiap 6 bulan berikutnya

bila terlambat haid 1 minggu

perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya 6

Keluhan-keluhan pemakai IUD

Keluhan yang dijumpai pada penggunaan IUD adalah terjadinya sedikit perdarahan,

bisa juga disertai dengan mules yang biasanya hanya berlangsung tiga hari. Tetapi, jika

perdarahan berlangsung terus-menerus dalam jumlah banyak, pemakaian IUD harus

dihentikan. Pengaruh lainnya terjadi pada perangai haid. Misalnya, pada permulaan haid

darah yang keluar jumlahnya lebih sedikit daripada biasa, kemudian secara mendadak

jumlahnya menjadi banyak selama 1-2 hari. Selanjutnya kembali sedikit selama beberapa

hari. Kemungkinan lain yang terjadi adalah kejang rahim (uterine cramp), serta rasa tidak

enak pada perut bagian bawah. Hal ini karena terjadi kontraksi rahim sebagai reaksi terhadap

IUD yang merupakan benda asing dalam rahim. Dengan pemberian obat analgetik keluhan

ini akan segera teratasi. Selain hal di atas, keputihan dan infeksi juga dapat timbul selama

pemakaian IUD. 7

KONTRASEPSI MANTAP (TUBEKTOMI)

Page 30: Obesitas Dan Kb

Tubektomi adalah tindakan yang dilakukan pada ke-2 tuba fallopii.

Dasar : okulasi tuba fallopii sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu.

Untuk memperoleh dasar tersebut diperlukan 2 langkah, yaitu : mencapai tuba fallopii

dan okulasi / penutupan tuba fallopii.

TINDAKAN PENDAHULUAN UNTUK MENCAPAI TUBA FALLOPII

a. Laparotomi

Merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen.

Tindakan ini tidak dilakukan lagi sebagai tindakan khusus guna tubektomi.

Laparotomy dilakukan untuk memeriksa beberapa organ di abdomen sebelah bawah

dan pelvis (rongga panggul). Operasi ini juga dilakukan sebelum melakukan operasi

pembedahan mikro pada tuba fallopi.

b. Mini laparotomi

Pasca persalinan dan pasca keguguran

Saat yang terbaik untuk melakukan pembedahan tubektomi minilaparotomi, yaitu

tidak lebih dari 48 jam pasca bersalin. Pada waktu ini rahim masih besar, tuba Fallopii masih

panjang dan dinding perut masih cukup longgar sehingga memudahkan mencapai tuba

dengan irisan kecil pada peri umbilikus yang berdekatan fundus rahim. Apabila dilakukan

lebih dari waktu tersebut, rahim telah mengalami involusi sehingga sulit untuk mencapai

tuba. Selain itu, keadaan tuba mengalami edema dan rapuh, mudah berdarah, dan infeksi

lebih sering terjadi pada pembedahan tubektomi minilaparotomi pasca bersalin lebih dari 48

jam oleh karena lokia merupakan media untuk tumbuhnya infeksi sehingga lama perawatan

seluruhnya menjadi lebih lama dari lama perawatan persalinan normal.  Demikian pula

halnya pasca keguguran, yaitu dapat dilakukan pada hari yang sama setelah evakuasi rahim

atau keesokan harinya.

Masa interval

Page 31: Obesitas Dan Kb

Saat yang terbaik untuk melakukan pembedahan tubektomi minilaparotomi, yaitu

segera setelah haid selesai. Pada waktu ini diyakini kehamilan belum terjadi. Dan apabila

akseptor menggunakan salah satu cara kontrasepsi dalam siklus tersebut sebaiknya dilakukan

dalam dua minggu pertama dari siklus haid, atau setelahnya. Namun demikian, pembedahan

tubektomi minilaparotomi masa interval dapat dilakukan setiap saat. Apabila diragukan dan

dilaksanakan dalam fase luteal, kuretase rutin dapat dikerjakan sebelumnya. Bahkan beberapa

klinik menganjurkan melakukan kuretase rutin ini sesaat sebelum pembedahan dilakukan. 6

c. Laparoskopi

Adalah operasi yang disebut dengan minimal invasive surgery dimana dilakukan

prosedur untuk melihat secara langsung rongga peritoneum (rongga perut), indung telur,

rahim, saluran tuba menggunakan alat yang dinamakan laparoskopi.

Laparoskopi menggunakan instrumen seperti teleskop miniatur dengan sistim fiber

optic dan cahaya untuk menerangi rongga perut. Alat ini berbentuk seperti pipa panjang yang

dimasukkan ke dalam perut dengan melakukan sedikit insisi atau potongan di perut (0,5-1,5

cm).

Keuntungan dari laparoskopi adalah perdarahan yang sedikit dengan bekas luka

operasi sangat kecil, tidak terlalu nyeri, serta dapat digunakan untuk Gamete intrafallopian

transfer (GIFT)  dimana telur diletakkan di saluran tuba agar terjadi kehamilan.

Page 32: Obesitas Dan Kb

d. Kuldoskopi

Pada kuldoskopi, rongga pelvis dapat di lihat melalui alat kuldoskopi yang

dimasukkan melalui fornix posterior ke dalam cavum douglas yaitu suatu kantong

peritoneum yang terletak di antara dinding depan rectum dan dinding belakang uterus.

Jarang digunakan karena adanya metode laparoskopi.

OKULASI / PENUTUPAN TUBA FALLOPII

a. Cara Madlener

Bagian tengah tuba diangkat dengan cunam Pean, sehingga terbentuk suatu lipatan terbuka.

Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam kuat-kuat, dan selanjutnya dasar itu

diikat dengan benang yang tidak dapat diserap.

Pada cara ini tidak dilakukan pemotongan tuba. Kegagalannya relatif tinggi yaitu 1%

sampai 3%.

Page 33: Obesitas Dan Kb

b. Cara Pomerory

Cara Pomerory banyak dilakukan.

Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tengah dari tuba sehingga

membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat dengan benang

yang dapat diserap, tuba di atas dasar itu dipotong.

Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba akhirnya terpisah

satu sama lain.

c. Cara Irving

Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap.

Ujung proksimal dari tuba ditanam ke dalammiometrium, sedangkan ujung distal

ditanam ke dalam ligamentum latum.

Page 34: Obesitas Dan Kb

d. Cara Aldridge

Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal

bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.

e. Cara Uchida

Pada cara ini, tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil

(minilaparotomi) di atas simfisis pubis.

Kemudian di daerah ampula tuba dilakukan suntikan dengan larutan adrenalin

dalam air garam di bawah serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosalping di

daerah tersebut menggembung. Lalu, dibuat sayatan kecil di daerah yang

kembung tersebut.

Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba dicari dan

setelah ditemukan dijepit, diikat lalu digunting.

Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya di bawah serosa,

sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada di luar serosa. Luka jahitan

dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0%.

f. Cara Kroener

Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi.

Dibuat suatu ikatan dengan benang sutra melalui bagian mesosalping di bawah

fimbria.

Seluruh fimbria dipotong, setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba

dikembalikan ke dalam rongga perut.

Page 35: Obesitas Dan Kb

Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain ialahsangat

kecilnya kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka

kegagalan 0,19%. 6

DAFTAR PUSTAKA

1. Staf Pengajar FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Jakarta: Infomedika

2. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

3. www.medicastore.com/obesitas pada anak

4. www.pediatrick.com

5. Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo.

6. Hanafi Hartanto. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan.

7. Krisnadi, S. R. (2002). Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Intra Uterine Device

(IUD).

8. Unknown. IUD Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (Contraseptive for womens). Diambil

pada tanggal 20 Mei 2008 dari http://www.pkmi-online.com/iud.htm

Page 36: Obesitas Dan Kb