obesitas pada remaja dan
TRANSCRIPT
OBESITAS PADA REMAJA DAN IBU HAMIL
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Gizi Semester Genap
Disusun oleh:
Didah Paridah 1540110006Lia Novianingsih 1540110009Vina Yuliana 1540110018
Susi
PRODI STUDI KEBIDANANFAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUHCIAMIS
2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim..
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan dan menyusun makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas tentang “OBESITAS PADA
REMAJA DAN IBU HAMIL”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya di karenakan
keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kami
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Dalam proses pembuatan makalah ini kami banyak mengalami kendala dan kesulitan.
Namun, kendala dan kesulitan itu dapat diatasi berkat bimbingan dan petunjuk dari berbagai
pihak. Maka seyogyanya dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih yang tak
terhingga kepada mereka.
Kami berdo’a kepada Allah SWT, semoga amal kebaikan yang telah mereka berikan
mendapatkan balasan dari-Nya, Amin. Dan mudah-mudahan semua isi makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Wassalam..
Ciamis, juni 2011
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obesitas yang dalam bahasa awam sering disebut kegemukan merupakan kelebihan berat
badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas dapat menurunkan
rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan gangguan psikologis yang serius. Belum lagi
kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar.
Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada
orang. Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang
diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran
kalori ini masih belum jelas.
Di antara Negara sedang berkembang, jumlah anak usia sekolah dengan overweight
terbanyak berada di kawasan Asia yaitu 60% populasi atau sekitar 10,6 juta jiwa. Penelitian di
Semarang pada tahun 2004 memperlihatkan bahwa prevalensi overweight pada anak 6-7 tahun
adalah 9,1% sedangkan obesitas 10,6%. Peningkatan prevalensi obesitas terjadi karena
berkurangnya aktivitas fisik dan perubahan pola makan. Metabolisme energy ini berperan
penting dalam pengaturan berat badan dan energi obesitas. Komponen terbesar pengeluaran
energy adalah resting energy expenditure (REE) yang diperlukan untuk mempertahankan
homeostasis tubuh, sedangkan aktivitas fisik merupakan kunci utama keseimbangan enrgi.
Aktivitas fisik menyumbang 31% pengeluaran energy pada anak laki-laki dan 25% pada anak
perempuan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada Tahun 1994 ini melakukan
penelitian faktor risiko obesitas pada kelompok remaja obesitas dan gizi normal pada satu SMP
di Semarang, dimana hasilnya memperlihatkan bahwa pengeluaran nergy saat istirahat (REE)
dan pengeluaran energy total (TEE) setelah dikontrol berat badan lebih rendah secara bermakna
pada remaja obesitase energy remaja normal, tetapi tidak ada perbedaan pada tingkat aktivitas
fisik dan asupan energy pada kedua kelompok. Semua subyek termasuk dalam kategori kurang
aktif, dengan waktu yang dihabiskan untuk aktivitas sedang sampai berat
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
a. Apa pengertian obesitas?
b. Apa penyebab terjadinya obesitas?
c. Faktor apa saja yang mempengaruhi obesitas?
d. Apa saja macam-macam obesitas?
e. Bagai mana pengaruh obesitas?
f. Bahaya apa yang di timbulkan dari obesitas?
g. Bagaimana cara mencegahnya?
h. Apakah obesitas pada remaja itu?
i. Apakah obesitas pada ibu hamil itu?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan makalah ini adalah:
a. ingin mengetahui pengertian obesitas
b.ingin mengetahui terjadinya obesitas
c..ingin mengetahui faktor yang mempengaruhinya
d.ingin mengatahui macam-macam obesitas
e.ingin mengetahui pengaru obesitas
f. ingin mengetahui bahaya dari obesitas
g.ingin mengetahui cara pencegahannya
h. ingin mengetahui obesitas pada remaja
i. ingin mengetahui obesitas pada ibu hamil
D.Manfaat Penulisan Makalah
Adapun manfaat makalah ini adalah:
a. dapat mengetahui pengertian obesitas
b.dapat mengetahui terjadinya obesitas
c.dapat mengetahui faktor yang mempengaruhinya
d.dapat mengatahui macam-macam obesitas
e.dapat mengetahui pengaru obesitas
f. dapat mengetahui bahaya dari obesitas
g.dapat mengetahui cara pencegahannya
h. dapat mengetahui obesitas pada remaja
i. dapat mengetahui obesitas pada ibu hamil
BAB II
PEMBAHASAN
1. OBESITAS
A. Pengertian
Obesitas atau Overweight?
Obesitas yang dalam bahasa awam sering disebut kegemukan
merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak
tubuh yang berlebihan. Obesitas dapat menurunkan rasa percaya diri
seseorang dan menyebabkan gangguan psikologis yang serius. Belum
lagi kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Dapat
dibayangkan jika obesitas terjadi pada remaja, maka remaja tersebut
akan tumbuh menjadi remaja yang kurang percaya diri.
Obesitas terjadi jika seseorang mengkonsumsi kalori melebihi jumlah
kalori yang dibakar. Pada hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori untuk kelangsungan
hidup dan aktivitas fisik. Namun untuk menjaga berat badan, perlu adanya keseimbangan antara
energi yang masuk dengan energi yang keluar. Ketidakseimbangan energi yang terjadi dapat
mengarah pada kelebihan berat badan dan obesitas. Ketidakseimbangan energi yang masuk dan
keluar ini berbeda pada tiap individu. Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya genetik
dan lingkungan.
B. Penyebab Obesitas
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang
diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan danpembakaran
kalori ini masih belum jelas.
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:
Faktor genetik.
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi
anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya
hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan
faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata
faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
Faktor lingkungan.
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan
seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk
perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan
serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola
genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
Faktor psikis.
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya.
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini
merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa
menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam
pergaulan sosial.
Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam
jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari).
Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia
nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak
diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang
dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu
makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam
hari.
C. Klasifikasi Obesitas
Obesitas itu sendiri adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak
tubuh yang berlebihan.
Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai
penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh
yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan
berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak
tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.
Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat
badannya yang normal dianggap mengalami obesitas. Derajat obesitas biasanya diukur dengan
menghitung Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). Nilai BMI diperoleh dari
membagi berat badan dalam kilogram (kg) dengan kuadrat tinggi dalam meter (m2). Nilai 25-
29,9 dikategorikan sebagai berat badan lebih (overweight), sedangkan nilai 30 atau lebih
dikatakan sebagai obesitas.
Tabel Klasifikasi BMI
Klasifikasi BMI (kg/m2)
Underweight <18.50
Berat <16.00>
Menengah 16.00 - 16.99
Ringan 17.00 - 18.49
Batas Normal 18.50 - 24.99
Overweight ≥25.00
Pre-obesitas 25.00 - 29.99
Obesitas ≥30.00
Obesitas I 30.00 - 34-99
Obesitas II 35.00 - 39.99
Obesitas III ≥40.00
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada
lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung
berbeda. Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan
gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut,
sehingga memberikan gambaran seperti buah apel. Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu
yang mutlak, kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa wanita tampak
seperti buah apel, terutama setelah masa menopause.
Seseorang yang lemaknya banyak
tertimbun di perut mungkin akan lebih
mudah mengalami berbagai masalah
kesehatan yang berhubungan dengan
obesitas. Mereka memiliki risiko yang lebih
tinggi. Gambaran buah pir lebih baik
dibandingkan dengan gambaran buah apel.
D. Dampak Obesitas
Obesitas adalah salah satu faktor risiko stroke. Obesitas adalah istilah yang digunakan
untuk menunjukkan adanya kelebihan berat badan. Kata obesitas berasal dari bahasa latin yang
berarti makan berlebihan.Obesitas merupakan masalah yang kompleks, dengan penyebab yang
bersifat multifaktorial. Pada kelompok anak, remaja, dan dewasa, muda, obesitas akan
berpengaruh pula pada perkembangan psikososial. Berbagai penelitian menunjukkan
peningkatan kecenderungan bunuh diri pada anak/ remaja yang obesitas. Obesitas secara
konsisten dihubungkan pula dengan kematian dini, penyakit jantung hipertensi, diabetes, dan
stroke.
Obesitas dapat didefinisikan secara absolut ataupun relatif. Dalam praktek sehari-hari
obesitas sering didefiinisikan secara absolut dengan mengukur indeks massa tubuh. Indeks massa
tubuh diukur dengan membagi berat badan (dalamkilogram), dengan tinggi badan (dalam meter)
kuadrat. Indeks massa tubuh diatas 25 disebut dengan berat badan berlebih, dan diatas 30 disebut
dengan obesitas. Bayangkan seseorang memiliki berat badan 100 kg dengan tinggi badan 200
cm, maka ia memiliki indeks massa tubuh sebesar 100/ (2)2 yaitu 25. Konsep bahwa
“langsing” itu indah dibentuk oleh media sejak beberapa dekade lalu. Konsep ini
mrupakan warisan budaya secara turun-menurun. Hal ini menyebabkan kelompok obesiatas
dikategorikan sebagai “kelompok lain”. Di banyak kultur obesitas pun masih
dihubungkan dengan kemakmuran atau kesehatan.Di lain pihak, jumlah kasus obesitas/
kegemukan akan bertambah sebagai dampak dari perubahan pola hidup dan era teknologi
informasi. Pertanyaan menarik yang muncul adalah “apakah dampak sosial dan
psikologis obesitas pada penyandangnya? Psikopatologi obesitas Perasaan merasa dirinya
berbeda atau dibedakan dari kelompoknya akan membuat individu dengan obesitas rentan
terhadap berbagai masalah psikologis.
Penelitian Daniel (1997) memperlihatkan bahwa ada hubungan yang sangat eratantara
psikopatologi dengan obesitas pada remaja, terutama dalam bentuk depresi. Remaja obesitas
yang dijauhi olehteman-temannya memiliki kecenderungan untuk mengalami rasa putus asa yang
besar.Hubungan antara obesitas dengan gejala psikopatologis merupakan suatu lingkaran yang
tidak terputus. Seseorang yang mengalami obesitas akan mudah merasa tersisih atau tersinggung.
Hal ini akan lebih parahbila ia mengalami kegagalan dalam pergaulan. Seseorang yang obese
akan cenderung dicap sebagai orang yang susah bergaul dan mudah tersinggung. Orang yang
obese akan mencap sebagian dari temannya sebagai orang yang suka mengolok-olok. Penelitian
Pesa, dkk di Jerman (2000) pada 47 remaja obesitas menunjukkan bahwa masalah psikologis
sangat umum dijumpai. Masalah psikopatologi yang paling umum didapatkan adalah cemas,
ganggguan makan, dan somatoform.
Depresi pada obesitas dapat muncul karena pertentangan batin antara keinginan untuk
memperoleh bentuk tubuh yang ideal dan kenyataan yang ada. Depresi terjadi sebagai akibat
gangguan citra tubuh (sering berupa distorsi, bila melihat didepan cermin, seseorang tidak
melihat tubuhnya sebagaimana adanya dalam realitas). Gangguan psikososial pada obesitas juga
sering dijumpai pada anak-anak. Penelitian Riza, dkk (2007) memperlihatkan bahwa prevalensi
gangguan psikososial pada anak-anaka dengan obesitas mencapai 11,6%. Gangguan psikososial
pada anak obese dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal berasal dari anak itu sendiri, berupa keinginan untuk menguruskan badan dan merasa
dirinya berbeda dengan anak-anak lain. Hal ini menyebabkan berkurangnya rasa percaya diri,
dan rentan terhadap depresi. Faktor eksternal yang berpengaruh adalah stigma di masyarakat
bahwa anak yang obese adalah anak yang lamban dan malas. Hal ini diperparah oleh kenyataan
dalam berbagai kegiatan olahraga yang menghambat gerakan anak obese tersebut. Anak-anak
yang mengalami obesitas akan merasa dirinya berbeda dengan orang lain di sekitarnya. Hal ini
menyebabkan rasa tidak puas pada dirinya, dan berujung pada konflik internal. Penelitian
Mustillo, dkk (2003) pasda anak-anak berusia 9-16 tahun mendapatkan bahwa obesitas kronik
berhubungan dengan berbagai gejala psikopatologi. Obesitas dihubungkan dengan
kecenderungan tidak puas pada diri sendiri, kehidupan yang terisolasi, depresi, dan rasa percaya
diri yang rendah. Lingkungan sekitar tampaknya juga mendukung munculnya gejala
psikopatologi pada anak obese. Penelitian Richardson, dkk (1998) memperlihatkan bahwa anak-
anak lebih cenderung memilih teman yang tidak obese. Hal ini memunculkan perasan terisolasi
dan rendah diri.
2. OBESITAS PADA REMAJA
Obesitas (kegemukan) pada remaja tidak dapat dipandang sebelah mata. Semakin banyaknya
remaja yang mengalami obesitas saat ini menjadi indikasi masalah kesehatan yang akan terus
berkembang. Sebuah langkah penting untuk mengenal obesitas pada remaja secara lebih dalam,
mengingat obesitas sering menimbulkan risiko kesehatan lainnya yang lebih serius.
Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiology
mengungkapkan, obesitas yang dialami seseorang pada saat remaja berkaitan erat dengan
peningkatan risiko kematian di usia paruh baya.
Penelitian tersebut melibatkan 227 ribu pria dan wanita Norwegia yang diukur tinggi dan
berat badannya antara tahun 1963-1975 saat mereka berusia antara 14-19 tahun. Dengan
mengikuti perkembangan mereka sampai tahun 2004, saat mereka rata-rata berusia 52 tahun,
9650 orang diantaranya meninggal.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa mereka yang mengalami obesitas atau overweight
(kelebihan berat badan) saat remaja diketahui 3-4 kali lebih berisiko mengalami penyakit jantung
yang berujung pada kematian. Risiko kanker kolon serta penyakit pernapasan seperti asma dan
emfisema juga meningkat 2-3 kali.
Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja. Remaja yang mengalami
kelebihan berat badan mungkin memperhatikan perubahan fisiknya tersebut. Di samping risiko
kesehatan jangka panjang seperti peningkatan tekanan darah dan diabetes, masalah sosial dan
emosional sebagai akibat kelebihan berat badan dapat menyebabkan remaja putus asa. Belum
lagi jika usaha menurunkan berat badan tidak memberikan hasil terbaik.
Remaja perlu diingatkan bahwa tidak ada gambaran tubuh yang sempurna yang dapat
dicapai. Berat yang sesuai untuk seseorang belum tentu tepat untuk orang lain. Remaja harus
didorong untuk mencapai berat badan yang sehat.
Menurunkan berat badan dan tetap mempertahankannya merupakan komitmen jangka
panjang. Diperlukan perubahan gaya hidup yang teratur dan konsisten agar upaya yang telah
dilakukan tidak sia-sia. Diet yang berlebihan akan mengurangi asupan nutrisi yang diperlukan
untuk perkembangan remaja. Sementara pil penurun berat badan instan hanyalah solusi
sementara yang tidak menyelesaikan akar permasalahan.
Aktivitas fisik juga diperlukan untuk membantu penurunan berat badan dan membakar
kalori. Ikut serta dalam tim olahraga di sekolah, bersepeda atau mungkin berjalan kaki ke
sekolah merupakan diantara cara untuk membuat remaja tetap aktif. Mencuci mobil atau
melakukan pekerjaan rumah tangga juga dapat dihitung sebagai aktivitas fisik.
Biasakan remaja untuk sarapan sebelum memulai aktivitas. Walaupun kadang dianggap
sepele, namun sesungguhnya sarapan merupakan hal yang penting. Sarapan yang bergizi akan
memberi energi untuk menghadapi aktivitas sepanjang hari. Selain itu, sarapan dapat mencegah
remaja makan berlebihan pada siang dan malam harinya. Bekali juga remaja dengan cemilan
sehat seperti buah-buahan.
Mengukur porsi makanan juga penting. Makanlah hanya saat lapar dan berhenti sebelum
benar-benar merasa kenyang. Hal yang sering dilupakan oleh remaja adalah konsumsi minuman
yang mengandung gula dan kalori berlebih seperti soda. Padahal, kelebihan kalori akan berakibat
pada obesitas.
Kebiasaan sehat harus ditularkan ke seluruh anggota keluarga. Makanan sehat dan aktivitas
fisik tentunya baik untuk semua orang. Remaja yang sedang dalam proses penurunan berat badan
memerlukan dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitarnya.
A. Faktor yang berkontribusi untuk remaja menjadi gemuk
1. Kebiasaan makan yang buruk.
Tidak makan makanan yang tepat pada jumlah yang tepat pada waktu yang tepat adalah
alasan utama yang berkontribusi terhadap obesitas pada remaja. Makanan cepat saji dan
minuman ringan adalah penyebab utama. Remaja telah menjadi pelanggan konsisten dari
rantai makanan cepat saji yang telah bermunculan di semua lingkungan Amerika.
Kecenderungan untuk makan terlalu banyak pilihan makanan cepat ditambah kegagalan
untuk makan pada waktu yang tepat semua faktor remaja ini kelebihan berat badan
masalah. Di samping itu, remaja cenderung makan yang cukup kuantitas tetapi gagal
untuk mendapatkan nutrisi yang tepat dari makanan yang mereka konsumsi. Makanan
cepat saji telah menunjukkan untuk menjadi sarana yang ideal makan terutama karena
banyak orang yang hidup mondar-mandir gaya hidup yang cepat.
2. Kemalasan dan kurangnya berolahraga.
Karena teknologi yang sekarang menawarkan otomatisasi dalam hampir segala sesuatu
yang kita lakukan sebagian besar tugas-tugas yang membutuhkan semacam mengerahkan
upaya telah efektif digantikan dengan gadget dan barang-barang berteknologi tinggi
lainnya. Menonton TV dan komputer juga memberikan andil besar untuk masalah
obesitas ini di remaja. Remaja menghabiskan lebih banyak waktu di depan TV atau
komputer sementara kebanyakan makan junk food dan mengkonsumsi sejumlah besar
minuman ringan bukan berolahraga dan berkeringat.
3. Faktor psikologis.
Stres, kegelisahan dan terutama depresi dapat menyebabkan seorang remaja untuk makan
hanya untuk menenangkan diri. Ini adalah faktor penting yang pada akhirnya akan
menyebabkan kegemukan di remaja.
4. Kondisi-kondisi medis.
Beberapa kondisi penyakit dapat menyebabkan remaja menjadi kelebihan berat badan
seperti masalah tiroid.
5.Heredity.
Ini adalah situasi di mana masalah kelebihan berat badan hanya berjalan di dalam
keluarga. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap obesitas remaja harus diatasi dalam
rangka untuk mengurangi meningkatnya jumlah remaja yang sedang kelebihan berat
badan. Ada banyak kasus di mana anak-anak meninggal di depan orang tua mereka hanya
karena obesitas sehingga sangat penting untuk melakukan sesuatu yang positif dan
mengatasi masalah ini
segera. Keluarga
terutama orang tua
memiliki peran besar
untuk diputar bila
menyelesaikan obesitas
remaja mereka.
Seseorang yang memiliki
berat badan 20% lebih
tinggi dari nilai tengah
kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.
B. Klasifikasi
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat
ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).
C. Komplikasi
Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata tetapi merupakan dilema kesehatan yang
mengerikan. Obesitas secara langsung berbahaya bagi kesehatan seseorang. Obesitas
meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:
Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa)
Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Stroke
Serangan jantung (infark miokardium)
Gagal jantung
Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar)
Batu kandung empedu dan batu kandung kemih
Gout danartritis gout
Osteoartritis
Tidur apneu (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur, menyebabkan
berkurangnya kadar oksigen dalam darah)
Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan,
underventilasi dan ngantuk).
D. Obesitas Pada Remaja Akibat Kurang Tidur
Remaja yang tidur kurang dari delapan jam perhari dan makan malam dengan lebih banyak lemak dan gemar mengkonsumsi makanan ringan terancam mengalami obesitas. Demikian hasil penelitian terbaru yang dirilis tim peneliti Amerika Serikat. Mereka mengatakan tidur terlalu sedikit dapat mengakibatkan perubahan kronis dalam makanan yang dapat meningkatkan risiko obesitas, terutama pada anak perempuan.
Sebelum studi telah menunjukkan bahwa tidur terlalu sedikit dapat menyebabkan kenaikan berat badan, tapi temuan baru ini menunjukkan dimana kalori ekstra berasal.
Meningkatkan asupan makanan berlemak, yang biasanya tinggi kalori, dapat meningkatkan asupan kalori secara keseluruhan setiap hari, dan jika itu terjadi secara rutin, dapat mengakibatkan kelebihan lemak. "Demonstrasi pola diet kronis diubah pada remaja dengan tidur yang lebih singkat memberikan wawasan tentang mengapa tidur yang lebih singkat telah dikaitkan dengan obesitas dalam penelitian eksperimental dan observasional sebelumnya," kata Dr Susan RedLine dari Brigham and Women's Hospital dan Beth Israel dari Deaconess Medical Center di Boston.
Dr RedLine dan rekannya mempelajari 240 remaja berusia 16-19 mengambil bagian dalam studi. Tidur mereka dimonitor di rumah dengan alat band pada pergelangan tangan dan asupan makanan diukur dengan wawancara dilakukan oleh staf terlatih. Hasilnya, mereka yang kurang tidur atau yang memiliki pola diet yang serampangan cenderung mengalami obesitas.
Tim peneliti menemukan bahwa setiap jam tidur tambahan menurunkan kemungkinan makan jumlah kalori tinggi dari makanan ringan dengan rata-rata 21 persen. Anehnya, mereka menemukan hasil secara statistik signifikan pada anak perempuan, tapi tidak pada anak laki-laki. Meskipun tidak jelas mengapa, tim mengatakan mungkin bahwa gadis remaja lebih cenderung beralih ke makanan untuk alasan emosional daripada anak laki-laki, tetapi hal ini masih perlu dipelajari.
Hanya 34 persen dari remaja dalam penelitian ini tidur selama rata-rata delapan jam atau lebih. Menurut American Academy of Sleep Medicine, remaja membutuhkan setidaknya sembilan jam tidur untuk merasa waspada dan beristirahat.
E. Cara Penurunan Berat Badan yang Sehat
Tujuan dari terapi obesitas tak lain untuk mencapai dan menjaga berat badan yang sehat. Jumlah kilogram berat badan yang harus diturunkan ini terkadang lebih sedikit daripada yang dirasakan oleh mereka yang menjalani terapi obesitas.Padahal, penurunan berat badan sekitar 5-10% saja sudah dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan. Namun jangan pernah berhenti saat mencapai hasil ini. Penurunan berat badan 0,5-1 kg per minggu secara perlahan dan konstan merupakan cara yang aman untuk menjaga berat badan.
Upaya untuk mencapai berat badan yang sehat dapat dilakukan melalui perubahan pola makan (diet), peningkatan aktivitas fisik, dan modifikasi perilaku. Dokter dapat meresepkan obat antiobesitas atau merekomendasikan tindakan bedah untuk membantu menurunkan berat badan. Namun semua itu tergantung kepada kondisi tiap individu.
Perubahan Pola Makan (Diet)
Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan kalori total. Caranya
dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta membatasi gula dan lemak.
Bicarakan dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui kebutuhan kalori anda.
Diet ekstrim tidak disarankan karena dapat mengurangi nutrisi yang seharusnya
diperlukan dalam masa pertumbuhan remaja, misalnya dengan terjadinya defisiensi
vitamin. Puasa terus-menerus juga bukanlah suatu jawaban karena penurunan berat badan
kebanyakan berasal dari kehilangan air dari dalam tubuh, sehingga tubuh akan terasa
lemas.
Peningkatan Aktivitas Fisik
Tujuan aktivitas fisik dalam penurunan berat badan adalah membakar lebih banyak
kalori. Banyaknya kalori yang dibakar tergantung dari frekuensi, durasi, dan intensitas
latihan yang dilakukan. Salah satu cara untuk menghilangkan lemak tubuh adalah dengan
aerobik atau berjalan kaki selama 30 menit setiap harinya. Dapat pula dilakukan
modifikasi yang dapat meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari. Misalnya dengan lebih
memilih menggunakan tangga untuk naik atau turun beberapa lantai dibanding
menggunakan elevator.
Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku digunakan untuk mangatur/memodifikasi pola makan dan aktivitas
fisik pada mereka yang menjalani terapi obesitas. Melalui modifikasi perilaku ini dapat
diketahui faktor atau situasi apa yang dapat membuat berat badan menjadi berlebih
sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi ketidakpatuhan dalam terapi obesitas.
Obat Antiobesitas
Dokter dapat mempertimbangkan memberikan obat antiobesitas jika:
o Metode penurunan berat badan lainnya tidak berhasil.
o Nilai BMI lebih dari 27 dan ada komplikasi medis dari obesitas, seperti diabetes,
peningkatan tekanan darah, dan sleep apnea.
o Nilai BMI lebih dari 30.
Ada dua jenis obat yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk
penurunan berat badan, yakni:
o Sibutramin
Sibutramin bekerja untuk menekan nafsu makan dengan cara menghambat
ambilan ulang neurotransmiter norepinefrin dan serotonin. Sibutramine mengubah
kimiawi otak sehingga anda akan merasa lebih cepat kenyang.
Walaupun secara umum sibutramin dapat lebih menurunkan berat badan
dibanding diet dan olahraga, namun itu bukanlah segalanya. Penelitian
menunjukkan bahwa setelah satu tahun, pengguna sibutramin mengalami
penurunan berat badan hanya sekitar 5 kg dibanding mereka yang menjalani diet
rendah kalori dan menggunakan plasebo.
Efek samping penggunaan sibutramin yakni peningkatan tekanan darah, sakit
kepala, mulut kering, konstipasi, dan insomnia.
o Orlistat
Orlistat merupakan suatu penghambat lipase, bekerja dengan membatasi absorpsi
lemak diet dari dalam tubuh. Orlistat mencegah penyerapan/absorpsi lemak di
usus. Lemak yang tidak diserap akan keluar bersama kotoran.
Rata-rata penurunan berat dengan menggunakan orlistat adalah sekitar 3 kg
setelah satu tahun. Penggunaan orlistat harus disertai dengan diet untuk
memperoleh hasil terbaik.
Efek samping orlistat diantaranya kotoran yang berminyak dan pergerakan usus
yang lebih sering. Karena orlistat menghalangi penyerapan beberapa nutrien,
dokter juga akan menyarankan penggunaan multivitamin.
Tindakan Pembedahan
Jika semua tindakan di atas tidak mampu menurunkan berat badan, maka pembedahan
dapat menjadi pilihan. Operasi gastric bypass dapat dilakukan dengan cara merubah
anatomi sistem pencernaan untuk membatasi jumlah makanan yang dimakan dan dicerna.
Pembedahan untuk menurunkan berat badan dapat dipertimbangkan jika:
o Nilai BMI 40 atau lebih.
o Nilai BMI antara 35-39,9 dan terdapat risiko kesehatan serius terkait obesitas,
seperti diabetes atau peningkatan tekanan darah.
3.Obesitas pada Kehamilan
Cara pandang akan selalu berubah. Demikian juga cara pandang terhadap bentuk badan.
Dahulu, kelebihan berat badan dianggap sebagai simbol kemakmuran. Pandangan ini kemudian
berubah. Kelebihan berat badan dianggap mengurangi keindahan bentuk badan
dan,perkembangan terakhir, cara pandang ini berubah lagi, mengarah pada kesadaran akan
perlunya hidup sehat.
Kegemukan dianggap membahayakan kesehatan. Kegemukan terbagi atas dua jenis,
overweight yakni kondisi yang menunjukkan berat badan berlebih. Wanita dikatakan obesitas
bila memiliki komposisi lemak tubuh lebih dari 25 persen dari berat badan, sedangkan laki-laki
dikatakan overweight bila komposisi lemak tubuhnya lebih dari 20 persen berat badan.
Sedangkan obesitas adalah kelebihan berat badan yang mencapai 120% di atas berat badan ideal
(BBI).
Obesitas dan overweight yang kemudian dinyatakan sebagai pemicu penyakit generatif
seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi semakin dianggap
menjadi sesuatu yang harus diperangi. Selain penyakit tersebut, obesitas dan overweight juga
berhubungan erat dengan beberapa penyakit lain, termasuk gangguan kesuburan.
Baik obesitas, maupun overweight terjadi karena banyak faktor. Faktor utamanya adalah
ketidakseimbangan asupan energi dan keluaran energi. Bila konsumsi makanan berlebih maka
asupan energi menjadi tinggi, demikian sebaliknya. Kondisi yang banyak terjadi saat ini adalah
kecenderungan penurunan aktivitas fisik akibat kemajuan teknologi. Ironisnya, pola makan
dengan makanan berkalori dan berlemak tinggi semakin meningkat.
Obesitas selalu berdampak buruk pada setiap orang yang mengalaminya. Begitu pun pada
ibu hamil yang mengalami obesitas baik sebelum, maupun saat kehamilan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan American College of Obstetrics and Gynecology, obesitas selama
kehamilan dapat membahayakan untuk sang ibu dan bayi.
Ibu hamil yang obesitas akan mudah terkena komplikasi, termasuk diabetes selama
kehamilan, dan pre eclampsia atau toxemia (gangguan yang muncul saat kehamilan, dan
biasanya saat usia kehamilan mencapai 20 minggu). Kelebihan berat badan pada ibu hamil akan
mengakibatkan bayi lahir prematur, sulitnya proses melahirkan karena pertumbuhan atau berat
badan bayi lebih besar daripada seharusnya, kesulitan bernapas, dan kerusakan pada otak.
Para ahli menyebutkan, obesitas selama kehamilan juga dapat menyebabkan efek negatif
pada sang bayi saat ia dewasa nanti. Banyak dari anak-anak ini nantinya akan mengalami
obesitas, baik selama masa kecilnya ataupun saat ia dewasa. Oleh karena itu disarankan para ibu
hamil untuk menjaga berat badan mereka selama kehamilan.
Normalnya, kenaikan berat badan ibu hamil antara 12,5 kilogram sampai 17,5 kilogram.
Dan bagi Anda yang mengalami berat badan berlebih disarankan untuk menurunkan berat badan,
namun diiringi pemantauan dokter. Untuk menurunkan berat badan selama kehamilan ini Anda
tidak diharuskan untuk melakukan diet keras, namun diet aman dengan pemantauan dokter
kandungan Anda dan olahraga ringan yang aman untuk ibu hamil.
A.Bahaya Obesitas saat Kehamilan
Kegemukan ternyata juga menjadi ancaman yang cukup serius bagi ibu hamil. Tidak hanya pada
masa kehamilan, ibu yang memiliki kelebihan berat badan, kemungkinan akan mengalami
masalah ketika persalinan dan pasca persalinan.
Kebanyakan ibu hamil mengalami obesitas karena
kelebihan makan. Mitos yang mengatakan bahwa ibu
hamil makan untuk dua orang menjadikan para ibu hamil
makan dengan porsi berlebih. Akhirnya, terjadilah
penumpukan kalori dan sisa asupan energi yang berujung
pada diabetes. Mitos tersebut keliru, sebenarnya kebutuhan
makan ibu hamil hanya naik rata-rata 10-15 persen.
Saat ini, kasus diabetes pada masa kehamilan (gestational
diabetic) semakin meningkat. Penyebab utamanya adalah
obesitas. Akibat peningkatan risiko tersebut, setiap ibu
hamil diwajibkan melakukan screening kadar gula darah terutama saat usia kehamilan menginjak
minggu ke 24-28.
Ibu hamil disarankan untuk mengatur berat badan agar tetap berada pada kondisi
ideal.Peningkatan berat badan di trimester pertama memang relatif sedikit, tidak naik atau
bahkan berkurang karena muntah-muntah. Peningkatan berat badan yang cukup pesat terjadi di
trimester 2 dan 3, pada periode inilah perlu dilakukan pemantaun ekstra terhadap berat badan.
Seusai persalinan, ragam komplikasi masih menunggu. Infeksi seusai bersalin akibat
banyaknya pembuluh darah si ibu hamil yang tersumbat sering terjadi. Selain itu, lemak yang
berlipat-lipat pada lapisan kulit merupakan media yang kondusif untuk tumbuhnya kuman
sehingga infeksi pun sangat mungkin terjadi. Risiko lainnya, plasenta yang berfungsi menyuplai
oksigen menyempit karena lemak. Padahal, terhambatnya suplai oksigen dapat merusak sel-sel
otak janin. Sehingga kecerdasan si kecil pun bisa jadi berkurang. Kemungkinan buruk lain, janin
bisa mengalami gangguan paru-paru maupun terlahir obesitas.
B.Pencegahan dan Pencegahan Obesitas saat Kehamilan
Hal pertama yang dilakukan dokter adalah melakukan serangkaian tes di trimester awal. Perlu
dilakukan pemeriksaan gula darah, tekanan darah, dan pengukuran berat badan. Pemeriksaan ini
diulang lagi di akhir trimester 3 untuk mengetahui apakah sang ibu berisiko terkena diabetes dan
hipertensi. Selanjutnya, dilakukan pemantauan terhadap perkembangan janin dari bulan ke bulan.
Pencegahan lainnya adalah dengan cara membatasi kalori. Cara ini memang sering jadi
kontraversi karena, di sisi lain, janin membutuhkan nutrisi lebih. Pengurangan kalori ditakutkan
akan mengganggu perkembangan janin. Yang terpenting, komposisi makanan harus seimbang.
Selain mengatur pola makan, dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik. Jalan pagi sangat baik
untuk menjaga konsisi ibu tetap sehat.
Bila asupan nutrisi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi, sebaiknya mengonsumsi
food suplement. HD Clover Honey, sebagai madu terbaik yang tidak melalui proses pemanasan
ataupun penyaringan sehingga kandungan enzim dan nutrisinya tetap utuh. Dilengkapi dengan
konsumsi HD Polenergy 520 yang mengandung lebih dari 200 jenis nutrisi diantaranya:
karbohidrat, protein/asam amino; vitamin dan mineral; serta enzim yang diperlukan untuk
memaksimalkan proses penyerapan nutrisi oleh tubuh maka asupan nutrisi ibu saat hamil dapat
terpenuhi.
Bila saat kehamilan mengalami obesitas, perlu dilakukan penanganan khusus. Sang ibu pun
harus bersikap tenang karena sikap tenang sangat bermanfaat bagi perkembangan janin. Pilihlah
klinik atau rumah sakit dengan fasilitas lengkap. Ini sebagai antisipasi jika ibu membutuhkan
tindakan medis yang lebih kompleks.
C.Komplikasi
Berat badan yang terus meningkat secara berlebihan hingga menyebabkan obesitas pada
ibu yang sedang hamil dapat membahayakan janin yang sedang dikandungnya. Obesitas dapat
meningkatkan terjadinya risiko keguguran atau komplikasi lain yang mengancam kehidupan
janin.
Dengan banyaknya kejadian obesitas, sudah seharusnya bagian obstetri dan ginekologi
memberikan petunjuk tentang berbagai hal yang dilarang sebelum pasiennya hamil. Dan
memberikan petunjuk khusus ketika seorang ibu sudah memasuki berat badan yang berlebihan
(Overweight).
Beberapa langkah yang dapat digunakan: penyuluhan nutrisi sehingga mereka tidak terlalu
gemuk selama hamil; melakukan tes gestational diabetes lebih dini; konsultasi dengan ahli
anestesia tentang obat anestesia yang tepat, untuk menjaga bila dibutuhkan tindakan sectio
caesarea emergency.
Seorang wanita harus selalu meningkatkan kebiasaan makan yang sehat, begitu juga selama
hamil, dikatakan Laura Riley dari Massachusett General Hospital, seorang peneliti yang
mempublikasikan berita ini pada bulan September 2005.
Seorang ibu sudah semestinya menjaga tubuhnya sehingga perkembangan janin dalam
kandungannya terjaga baik.
Belum diketahui apa yang menyebabkan obesitas pada kehamilan dapat
menimbulkan komplikasi. Pemerintah Amerika menyebutkan sepertiga dari
wanita dewasa di US adalah obese. Lebih dari 110.000 orang setiap tahun
melakukan 'gastric bypass' suatu tindakan operasi untuk menguruskan badan.
Dengan tindakan ini seorang wanita harus menunda kehamilan sampai 18 bulan
setelah tindakan operasi.
Obesitas dapat meningkatkan risiko keguguran, selain itu juga dapat
menyebabkan gestational diabetes dan pre-eklampsia, yang dapat mengancam
keselamatan hidup ibu dan bayinya. Efek terhadap bayi dapat menyebabkan spina
bifida.
Wanita gemuk tampaknya akan mengalami kehilangan darah yang lebih banyak
dan mudah terinfeksi Kelebihan berat badan akan menyulitkan dalam
menentukan berat badan janin, detak jantung, dan pelaksanaan anestesi epidural
saat melahirkan.
D. masalah utama yang kerap dialami wanita dengan obesitas sebelum dan
sesudah dinyatakan hamil:
Kecenderungan sulit hamil
Kecenderungan terjadi keguguran yang berulang
Kecenderungan terjadi kematian bayi saat lahir
Kecenderungan terjadinya masalah congenital pada janin yang dikandung
seperti ketidaknormalan organ hati dan tulang belakang
Kecenderungan terjadinya masa kehamilan yang lebih lama, serta
kecilnya kemungkinan lahir dengan cara normal
Kecenderungan meningkatnya resiko diabetes dan tekanan darah tinggi
selama kehamilan, yang bisa menyebabkan komplikasi pada hati dan
ginjal
Kecenderungan terjadinya kelahiran prematur
Sulitnya mendiagnosa ketidaknormalan pada janin karna image ultrasound terhalang
lemak
Dibutuhkan penanganan serius dari dokter bagi para para wanita yang mengalami obesitas
sebelum mereka merencanakan kehamilan. Salah satunya dengan memberi perawatan prenatal
serta konsultasi tentang obesitas yang nantinya membuat mereka mengurangi berat badan
sebelum terjadi kehamilan.
Supaya tidak terlalu kegemukan saat hamil ternyata ada kiatnya. Jangan melakukan diet berlebihan sebelum hamil. Hal tersebut disimpulkan oleh peneliti dari Univeristy of North Carolina (UNC), AS.
“Sebelum hamil, banyak perempuan yang ketat menjaga berat badannya. Namun begitu hamil, mereka berpendapat boleh makan apa saja karena untuk dua orang. Akibatnya jadi makan berlebihan,” kata Anna Maria Siega-Riz, PhD, peneliti dari UNC.
Para peneliti dari universitas tersebut telah melakukan penelitian terhadap 1.223 wanita hamil. Mereka ditanya kebiasaan makan sehari-hari. Separuh responden mengaku mereka bisa mengendalikan nafsu makannya. Mereka juga ditanya mengenai makanan yang dikonsumsi, metode diet, dan fluktuasi pertambahan dan penurunan berat badan.
Ternyata, mereka yang telah melakukan diet sebelum hamil, baik itu yang berat badannya normal, gemuk, dan obesitas, malah mengalami kenaikan berat badan berlebih saat hamil bila dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak diet.
Padahal, kegemukan saat hamil bisa berdampak negatif pada ibu dan janin. Ibu hamil yang terlalu gemuk beresiko tinggi mengalami preeklamsia, kesulitan persalinan karena bayi terlalu besar, dan bayi lahir dengan masalah berat badan.
Menurut J.Christopher Glantz, dokter kebidanan, wanita dengan berat badan normal tidak perlu makan terlalu banyak. Tidak diperlukan tambahan kalori saat kehamilan periode tri semester pertama. Saat tri semester kedua, butuh tambahan kalori 340, dan 450 kalori saat trisemester tiga.
“Saat hamil Anda tak perlu makan berlebihan. Dapatkan tambahan kalori dari makanan bergizi, seperti susu dan buah,” kata Siega-Riz. Untuk menu sehari-hari jangan lupa untuk melengkapi dengan makanan yang sehat untuk bayi dan ibu.
Hamil memang tak mungkin lepas dari pertambahan berat badan, namun pertambahan yang ideal haruslah bertahap, mantap, dan cukup, sehingga ibu hamil terhindar dari berbagai komplikasi.
Bayi yang dilahirkan oleh perempuan dengan masalah obesitas ternyata berisiko lebih tinggi meninggal dunia, terutama pada minggu pertama setelah dilahirkan, dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan perempuan dengan berat badan normal. Oleh karena itu, pencegahan obesitas ataupun pertambahan berat badan terlalu tinggi selama kehamilan perlu dilakukan. Dengan membandingkan tingkat kematian bayi baru lahir di Amerika Serikat dengan negara-negara berkembang lain, tim peneliti menyatakan, jika hasil studi yang dipublikasikan dalam Epidemiology Januari 2009 itu dikonfirmasi, pencegahan obesitas sebaiknya dilakukan untuk mengurangi kematian bayi.
Bayi yang lahir dari ibu kegemukan punya risiko kematian lebih tinggi pada tahun pertama kehidupan mereka, khususnya 28 hari pertama dilahirkan, dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan ibu berbobot normal. Penelitian itu juga mengungkapkan, kasus kematian bayi tertinggi pada ibu hamil obesitas yang berat badannya bertambah 0,45 kilogram per minggu. Tingkat kematian bayi pada ibu obesitas juga lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kematian bayi karena komplikasi kehamilan, bayi lahir prematur, atau bayi dengan berat badan lahir rendah. Sayangnya, studi mereka dilakukan berbasis data yang termasuk tua, yakni tahun 1988. Padahal, sejak 1988, prevalensi obesitas dan rata-rata pertambahan berat badan selama kehamilan telah meningkat, sementara tingkat kematian bayi justru menurun hingga 20 persen. Bagaimanapun, menurut catatan peneliti, kematian bayi terkait lahir prematur dan berat badan lahir rendah masih harus diwaspadai.
Risiko pada ibu. Preeklampsia. Kaki bengkak dan terjadi penimbunan cairan tubuh. Akibatnya, aliran
darah ke janin terhambat, dan dapat berakibat fatal. Diabetes gestasional, yang hanya terjadi selama hamil, lonjakan berat badan janin jadi
sulit dilahirkan. Operasi Caesar. Sebagai satu-satunya pilihan bersalin. Sebab, ibu hamil dengan berat 95
kg akan sulit bersalin alami, dan banyak risiko komplikasi yang dapat terjadi. Infeksi pasca persalinan meningkat, karena proses persalinan biasanya sulit dan lama.
Risiko pada bayi. Maskrosomia atau kelebihan berat badan. Ukuran janin yang terlalu besar (lebar bahu
lebih besar dari diameter kepala) menyulitkan proses lahir dan meningkatkan komplikasi persalinan.
Kelainan tabung saraf pusat (spina bifida), dapat dideteksi pada wal kehamilan, pad aibu hamil yang obesitas, timbunan lemak di perut menyulitkan proses deteksi.
Obesitas pada bayi. Sekitar 30% bayi yang lahir obesitas terlahir dari ibu yang obesitas. Gejala obesitas pada bayi ini sudah terlihat sebelum ia mencapai 4 tahun.Obesitas pada kehamilan.
E.Dampak Obesitas Pada Wanita Hamil Dan Setelahnya
Kondisi ini sering digunakan sebagai alasan oleh perempuan yang hamil untuk dapat memakan berbagai makanan dengan porsi berlebihan karena alasan kebutuhan nutrisi dan gizi. Bahkan, porsi gizi seimbang dan cukup untuk memelihara pertumbuhan janin. Check out hasil penelitian yang terkait masalah ini.
Perempuan dengan berat badan yang berlebihan selama kehamilan, mungkin dua kali lebih besar berpeluang untuk menjadi gemuk. Kelebihan berat badan selama kehamilan dapat meningkatkan risiko obesitas pada tahun-tahun setelah melahirkan. Menurut penelitian terbaru Universitas Queenslandin Herston, Australia seperti yang dikutip oleh NYdailynews.
Wanita yang berat badan terlalu berlebihan selama kehamilan dapat meningkatkan berat badan rata-rata 44 pound (sekitar 20 kg) selama 21 tahun setelah melahirkan. Sebaliknya, wanita yang berat relatif kecil selama kehamilan hanya meningkat rata-rata 20 pound (sekitar 9 kg) selama 21 tahun setelah melahirkan.
Untuk merumuskan penelitian, para peneliti melihat indeks massa tubuh (body mass index / BMI) dari 2.055 wanita sebelum dan setelah melahirkan. Mereka menemukan bahwa wanita dengan berat badan berlebihan atau mengalami masalah obesitas selama kehamilan akan cenderung mengalami dua kali lebih besar masalah obesitas di kemudian hari, dan berpeluang empat kali lebih besar untuk menjadi gemuk (Kelebihan kandungan lemak).
Bukti hubungan antara berat badan selama kehamilan dan massa tubuh menjadi kuat ketika para peneliti mengamati berat peserta sebelum kehamilan, para peneliti menulis dalam American Journal of Clinical Nutrition.
“Hal ini masih kontroversial apakah pembatasan energi harus direkomendasikan untuk wanita gemuk yang sedang hamil untuk mengendalikan potensi resiko berat badan yang berlebihan selama kehamilan. Oleh karena itu, diet ketat dapat mempengaruhi pertumbuhan janin” menurut penelitian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obesitas atau kegemukan merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari
penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas dapat menurunkan rasa percaya diri
seseorang dan menyebabkan gangguan psikologis yang serius. Belum lagi kemungkinan
diskriminasi dari lingkungan sekitar. Dapat dibayangkan jika obesitas terjadi pada remaja, maka
remaja tersebut akan tumbuh menjadi remaja yang kurang percaya diri.
Obesitas terjadi jika seseorang mengkonsumsi kalori melebihi jumlah kalori yang dibakar. Pada
hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori untuk kelangsungan hidup dan aktivitas fisik.
Namun untuk menjaga berat badan, perlu adanya keseimbangan antara energi yang masuk
dengan energi yang keluar. Ketidakseimbangan energi yang terjadi dapat mengarah pada
kelebihan berat badan dan obesitas. Ketidakseimbangan energi yang masuk dan keluar ini
berbeda pada tiap individu.
Beberapa penyebab obesitas──aktivitas fisik yang sangat minim dan kebiasaan makan
yang buruk──, sampai tingkat tertentu, berada dibawah kontrol anak-anak muda tersebut.
Program pengurang berat badan yang menggunakan teknik modifikasi perilaku untuk membantu
remaja membuat perubahan dalam makanan dan latihan menunjukan kesuksesan. Termasuk pula
diantara faktor ini regulasi metabolisme yang salah, ketidakmampuan mengenali sinyal tubuh
akan rasa lapar dan kenyang, perkembangan jumlah sel lemak yang abnormal. Remaja yang
kelebihan berat badan cenderung menjadi orang dewasa yang obes juga.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat
ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).
Obesitas adalah penumpukan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas dua kali lebih sering terjadi pada remaja semenjak 30 tahun yang lalu. Meskipun kebanyakan komplikasi pada obesitas terjadi pada masa dewasa, remaja yang kegemukan lebih mungkin dibandingkan dengan remaja lainnya memiliki tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2. Meskipun lebih sedikit dibandingkan sepertiga orang dewasa gemuk yang obesitas adalah remaja, kebanyakan remaja yang kegemukan tetap kegemukan ketika dewasa.
Pada remaja, faktor yang mempengaruhi obesitas pada remaja adalah sama seperti pada orang dewasa. Orangtua seringkali memperhatikan bahwa obesitas adalah hasil dari jenis penyakit endokrin, seperti jipertiroid, tetapi beberapa gangguan jarang menjadi penyebab. Anak remaja dengan pertambahan berat badan yang disebabkan oleh gangguan endokrin biasanya berperawakan pendek dan memiliki tanda lain pada kondisi yang mendasarinya. Kebanyakan remaja yang obesitas hanya karena makan terlalu banyak dan sedikit berolahraga. Karena stigma masyarakat melawan obesitas, banyak remaja obesitas memiliki gambar diri kurang dan menjadi tambah pendiam dan terisolasi secara sosial.
Intervensi untuk remaja yang obesitas harus memfokuskan pada pembentukan makanan kesehatan dan kebiasaan berolahraga dibandingkan menghilangkan berat badan dalam jumlah tertentu. Asupan kalori dikurangi dengan mempertahankan makanan seimbang pada makanan hari-hari, membuat perubahan tetap pada kebiasaan makan, dan meningkatkan aktifitas fisik. Camp musim panas untuk remaja obesitas di Amerika biasanya membantu mereka menghilangkan jumlah berat badan yang signifikan, namun tanpa usaha melanjutkan, berat badan biasanya kembali lagi. Konseling membantu remaja menghadapi masalah mereka, termasuk kurang mengagumi diri sendiri, bisa membantu.
Obat-obatan yang mengurangi berat badan biasanya tidak digunakan selama remaja karena memperhatikan mengenai keselamatan dan kemungkinan penyalahgunaan. Salah satu pengecualian untuk remaja obesitas dengan sejarah kesehatan keluarga yang kuat pada diabetes jenis 2; mereka yang beresiko tinggi terkena diabetes. Obat metformin, yang digunakan untuk mengobati diabetes, bisa membantu mereka menghilangkan berat badan dan juga memperkecil resiko menjadi diabetes.
Demikian pula pada wanita hamil.Hasil penelitian ini menambah bukti tentang efek berbahaya dari kelebihan berat badan selama kehamilan, selain pre-eklamsia dan diabetes pada bayi dan ibu. Menurut kepala peneliti, Dr Abigail Fraser, hal itu terjadi karena selama kehamilan pola konsumsi wanita hamil terlalu melebihi jumlah kalori yang dibutuhkan.
Jumlah kalori berlebihan dalam konsumsi setiap hari pada wanita hamil akan menyebabkan faktor risiko terhadap keduanya yaitu diabetes.
Dengan adanya risiko ini, maka Dr Abigail Fraser, menyarankan agar wanita hamil hanya membutuhkan sekitar 1.940 kalori konsumsi makanan setiap harinya dalam kehamilan enam
bulan pertama, sedangkan untuk tiga bulan terakhir diberi tambahan asupan kalori sebesar 200 kalori saja.
Cara pengukuran IMT ialah Berat Badan (kg) dibagi Tinggi Badan kuadrat (meter), hasil dari pengukuran ini merupakan bisa memprediksikan apakah kurus, sehat, kelebihan berat badan dan obesitas. Angka peningkatan wanita hamil bisa diprediksi dari peningkatan Indeks Masa Tubuh (IMT), untuk IMT kurus hasil pengukurannya di bawah 18, untuk sehat 18,5-25 , untuk kelebihan berat badan 25-30, dan untuk diabetes lebih dari 30.
B. Saran
Upaya untuk mencapai berat badan yang sehat dapat dilakukan melalui perubahan pola makan (diet), peningkatan aktivitas fisik, dan modifikasi perilaku. Dokter dapat meresepkan obat antiobesitas atau merekomendasikan tindakan bedah untuk membantu menurunkan berat badan. Namun semua itu tergantung kepada kondisi tiap individu.
Perubahan Pola Makan (Diet)
Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan kalori total. Caranya
dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta membatasi gula dan lemak.
Bicarakan dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui kebutuhan kalori anda.
Diet ekstrim tidak disarankan karena dapat mengurangi nutrisi yang seharusnya
diperlukan dalam masa pertumbuhan remaja, misalnya dengan terjadinya defisiensi
vitamin. Puasa terus-menerus juga bukanlah suatu jawaban karena penurunan berat badan
kebanyakan berasal dari kehilangan air dari dalam tubuh, sehingga tubuh akan terasa
lemas.
Peningkatan Aktivitas Fisik
Tujuan aktivitas fisik dalam penurunan berat badan adalah membakar lebih banyak
kalori. Banyaknya kalori yang dibakar tergantung dari frekuensi, durasi, dan intensitas
latihan yang dilakukan. Salah satu cara untuk menghilangkan lemak tubuh adalah dengan
aerobik atau berjalan kaki selama 30 menit setiap harinya. Dapat pula dilakukan
modifikasi yang dapat meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari. Misalnya dengan lebih
memilih menggunakan tangga untuk naik atau turun beberapa lantai dibanding
menggunakan elevator.
Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku digunakan untuk mangatur/memodifikasi pola makan dan aktivitas
fisik pada mereka yang menjalani terapi obesitas. Melalui modifikasi perilaku ini dapat
diketahui faktor atau situasi apa yang dapat membuat berat badan menjadi berlebih
sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi ketidakpatuhan dalam terapi obesitas.
Obat Antiobesitas
Dokter dapat mempertimbangkan memberikan obat antiobesitas jika:
o Metode penurunan berat badan lainnya tidak berhasil.
o Nilai BMI lebih dari 27 dan ada komplikasi medis dari obesitas, seperti diabetes,
peningkatan tekanan darah, dan sleep apnea.
o Nilai BMI lebih dari 30.
Ada dua jenis obat yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk
penurunan berat badan, yakni:
o Sibutramin
Sibutramin bekerja untuk menekan nafsu makan dengan cara menghambat
ambilan ulang neurotransmiter norepinefrin dan serotonin. Sibutramine mengubah
kimiawi otak sehingga anda akan merasa lebih cepat kenyang.
Walaupun secara umum sibutramin dapat lebih menurunkan berat badan
dibanding diet dan olahraga, namun itu bukanlah segalanya. Penelitian
menunjukkan bahwa setelah satu tahun, pengguna sibutramin mengalami
penurunan berat badan hanya sekitar 5 kg dibanding mereka yang menjalani diet
rendah kalori dan menggunakan plasebo.
Efek samping penggunaan sibutramin yakni peningkatan tekanan darah, sakit
kepala, mulut kering, konstipasi, dan insomnia.
Orlistat
Orlistat merupakan suatu penghambat lipase, bekerja dengan membatasi absorpsi lemak diet dari
dalam tubuh. Orlistat mencegah penyerapan/absorpsi lemak di usus. Lemak yang tidak diserap
akan keluar bersama kotoran.
Rata-rata penurunan berat dengan menggunakan orlistat adalah sekitar 3 kg setelah satu tahun.
Penggunaan orlistat harus disertai dengan diet untuk memperoleh hasil terbaik.
Efek samping orlistat diantaranya kotoran yang berminyak dan pergerakan usus yang lebih
sering. Karena orlistat menghalangi penyerapan beberapa nutrien, dokter juga akan menyarankan
penggunaan multivitamin
DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/exact-sciences/gizi/161851- /http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2010/01/obesitas/pdfhttp://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/18/obesitas/http://www.duasociety.co.cc/2009/11/klasifikasi-obesitas.htmlhttp://bebas.vlsm.org/v 12/sponsor/sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0015%20Bio%201-4a.htmMichael J. Pelcjar, Jr.,dan E.C.S. Chan. 2008. Kelainan gizi. Jakarta: Univrsitas Indonesia.Sumber : www.wikipedia.com. Obesitas