obat crs

10
DIAZEPAM 2.1 Defenisi Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul 7-kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4- benzodiazepin-2-on. Merupakan senyawa Kristal tidak berwarna atau agak kekuningan yang tidak larut dalam air. Secara umum , senyawa aktif benzodiazepine dibagi kedalam empat kategori berdasarkan waktu paruh eliminasinya, yaitu : 1. Benzodiazepin short-acting, dengan waktu paruh kurang dari 6 jam. Termasuk didalamnya triazolam, zolpidem dan zopiclone. 2. Benzodiazepin intermediate-acting, dengan waktu paruh 6 hingga 24 jam. Termasuk didalamnya estazolam dan temazepam. 3. Benzodiazepin long-acting, dengan waktu paruh lebih dari 24 jam. Termasuk didalamnya flurazepam, diazepam dan quazepam. 2.2 Pengkajian 2.2.1 Indikasi Diazepam digunakan untuk memperpendek mengatasi gejala yang timbul seperti gelisah yang berlebihan, diazepam juga dapat diinginkan untuk gemeteran, kegilaan dan dapat menyerang secara tiba-tiba. Halusinasi sebagai akibat mengkonsumsi alkohol. diazepam juga dapat digunakan untuk kejang otot, kejang otot merupakan penyakit neurologi. dizepam digunakan sebagai obat penenang dan dapat juga dikombinasikan dengan obat lain. 2.2.2 Kontraindikasi

Upload: hammam-fariz

Post on 12-Jan-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

obat CRS

TRANSCRIPT

Page 1: obat CRS

DIAZEPAM

2.1 Defenisi

            Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul 7-kloro-1,3-

dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on. Merupakan senyawa Kristal tidak

berwarna atau agak kekuningan yang tidak larut dalam air. Secara umum , senyawa aktif

benzodiazepine dibagi kedalam empat kategori berdasarkan waktu paruh eliminasinya, yaitu :

1. Benzodiazepin short-acting, dengan waktu paruh kurang dari 6 jam.     Termasuk

didalamnya triazolam, zolpidem dan zopiclone.

2. Benzodiazepin intermediate-acting, dengan waktu paruh 6 hingga 24 jam.     Termasuk

didalamnya estazolam dan temazepam.

3. Benzodiazepin long-acting, dengan waktu paruh lebih dari 24 jam.     Termasuk

didalamnya flurazepam, diazepam dan quazepam.

2.2 Pengkajian

 2.2.1 Indikasi           

Diazepam digunakan untuk memperpendek mengatasi gejala yang timbul seperti gelisah yang

berlebihan, diazepam juga dapat diinginkan untuk gemeteran, kegilaan dan dapat menyerang

secara tiba-tiba. Halusinasi sebagai akibat mengkonsumsi alkohol. diazepam juga dapat

digunakan untuk kejang otot, kejang otot merupakan penyakit neurologi. dizepam digunakan

sebagai obat penenang dan dapat juga dikombinasikan dengan obat lain.

2.2.2 Kontraindikasi

1. Hipersensitivitas

2. Sensitivitas silang dengan benzodiazepin lain

3. Pasien koma

4. Depresi SSP yang sudah ada sebelumnya

5. Nyeri berat tak terkendali

6. Glaukoma sudut sempit

7. Kehamilan atau laktasi

8. Diketahui intoleran terhadap alkohol atau glikol propilena (hanya injeksi)

2.2.3 Bentuk Sediaan Obat

·         Per oral : 2-10 mg

·         IM / IV : 5-10 mg

2.2.4 Diagnosis

·         Kelas terapi                 : Obat dengan kelas terapi antiansietas, antikonvulsan,

  dan sedatif.

Page 2: obat CRS

·         Sub kelas terapi           : Susunan saraf pusat (SSP)

Nama obat dagang      :  - Stesolid

- Valium

- Validex

- Valisanbe

- Neurodial

- Metaneuron

- Danalgin

Nama obat Generik     : - Flurazepam

- Diazepam

- Quazepam

- Temazepam

Rumusbangun            : 7-Kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1.4- benzodiazepin-2-on.

C16H13ClN2O (FI. IV)

2.3 Perencanaan

2.3.1 Mekanisme Kerja Obat

            Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan neuron

GABA. Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat dengan kerapatan

yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan oksipital, di hipokampus dan dalam otak

kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi

antara aktivitas farmakologi berbagai benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan.

Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan

meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA,

saluran ion klorida akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang mengalir

masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel

bersangkutan dan sebagai akibatnya, kemampuan sel untuk dirangsang berkurang.

2.3.2 Efek Terapi

- Sedasi                                               : Penurunan terhadap tingkat stimulus

- Hipnosis                                            : Dapat menyebabkan tidur

-Anestesi                                             :Akan menekan SSP ke titik yang dikenal

 sebagai stadium III anastesi umum

Page 3: obat CRS

- Anti konvulsi                                    : Menghambat perkembangan dan penyebaran

aktivitas epileptifourmis dalam SSP

-Relaksasi otot                              : Merelaksasikan otot volunter yang

  berkontraksi pada penyakit sendi atau spasme                                               

  otot

-Respirasi dan Kardiovaskuler           : Menimbulkan depresi paru pernapasan

pada penderita paru obstruktif dan depresi                                                   

pada kardiovaskuler

2.3.3 Efek Samping  

- SSP                                                   :Mengantuk, sakit kepala, lemas

- Kardiovaskular                                 :Bradikardi, kolaps

- Dermatologi                                      :Urtikaria

- Hematologi                                       :Neutropenia

- Saluran cerna                                    :Konstipasi

- Saluran Pernapasan                           :Batuk, Depresi pernapasan

                                                        

2.4 Pelaksanaan

2.4.1 Cara Pembeian Obat

Obat ini diberikan secara oral untuk mencegah ataksia atau sedasi berlebih, dan dosis dapat

dinaikkan secara bertahap bila diberikan secara parenteral (suntikan,) dalam

pembrian  IVsecara langsung tidakmemungkinkan, boleh melalui pipa infuse, sedekat

mungkin dengan insersinya kedalam vena (karena diazepam sulit terlarut), dan  secara lambat

didalam vena besar mengurangi resiko tromboflebitis , sedangkan melalui suntik IM

dilakukan secara lambat dan tidak konstan.

2.4.2 Dosis Obat

-Per Oral:

- Dewasa: 2-10 mg, 2- 4 X sehari, tergantung indikasinya.

 -Bayi (> 6 Bulan):1-2,5 mg, 3X sehari atau 4 X sehari sebagai permulaan,  dinaikkan secara

bertahap sesuai kebutuhan.

-Parenteral:

-Dewasa:7-10 mg, IM atau IV sebagai permulaan, diulangi 3-4 jam kemudian bila

diperlukan,dan sesuai indikasinya.

Page 4: obat CRS

-Anak (> 5 tahun): 5-10 mg, IM atau IV(perlahan), sesuai dengan indikasinya

-Anak kecil (1 bulan -5 tahun):0,2-2 mg IM atau IV sesuai dengan indikasinya

2.4.3 Nasib Obat

a.       Absorbsi : diabsorbsi dari lambung kedalam darah, begitu juga dari usus halus

b.      Distribusi: di distribusi kedalam darah

c.        Metabolisme: dimetabolisme dalam hati

d.      Ekskresi: diekskresikan terutama dalam ginjal, dan urine

2.4.4 Interaksi Obat

            Akohol, analgesic narkotik, hipnotik-sedatif, dan defresan SSP lainnya:memperberat

depresi SSP. Memperberat hipotensi  dan kelemahan otot pada pemakaian parenteral.

Inhibitor MAO dan anti defresan lain: meningkatkan efek terhadap SSP.

2.4.5 Evaluasi

- Untuk menghentikan kejang kontiniu

- Untuk menurunkan spastic yang terdapat pada sumsum tulang belakang karena   efektip

untuk pasien yang cedera sum-sum tulang belakang

- Untuk mengurangi spasme otot. 

Natrium Diklofenak

adalah derivat sederhana dari asam fenil asetat yang menyerupai flurbiprofen dan

meclofenamat. Potensinya lebih besar atau dari indometasin atau dari naproksen. Obat ini

memiliki sifat-sifat antiinflamasi, analgesik dan antipiretik. Obat ini digunakan untuk efek-

efek analgetik dan antipiretik pada symptom artritis reumatoid.

Natrium Diklofenak cepat diabsorpsi melalui saluran cerna setelah pemberian oral, efek

analgetik dimulai setelah 1 jam dan mempunyai waktu paruh 1-2 jam. Natrium Diklofenak

terakumulasi dalam cairan synovial setelah pemberian oral yang menjelaskan efek terapi di

sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut (katzung, 1997).

Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala. Efek samping

yang terjadi pada kira-kira 20% penderita meliputi distres saluran cerna, pendarahan saluran

cerna dan timbulnya tukak lambung (Tjay. 2002).

Absorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99 %

pada protein plasma. Natrium Diklofenak diakumulasi dicairan sinovial yang menjelaskan

efek terapi disendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut. Pemakaian obat ini

harus berhati – hati pada penderita tukak lambung. Pemakaian selama kehamilan tidak

dianjurkan (Ganiswarna, 1995).

Page 5: obat CRS

Natrium Diklofenak merupakan salah satu golongan obat antiinflamasi non steroid (OAINS)

yang banyak digunakan untuk nyeri dan inflamasi. Natrium Diklofenak dalam bentuk lepas

lambat terkendali adalah salah satu teknologi yang dikembangkan untuk memperbaiki

toleransi Natrium Diklofenak. Beberapa studi klinis Natrium Diklofenak yang diberikan

sebagai monoterapi atau kombinasi, menunjukkan obat ini efektif meredakan gejala

osteoarthritis maupun rheumatoid arthritis (Anonim a , 2006).

Diklofenak adalah turunan asam fenilasetat sederhana yang menyerupai florbiprofen maupun

meklofenamat. Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang kuat dengan efek anti

inflamasi, analgesik dan anti piretik. Diklofenak cepat diabsorbsi setelah pemberian oral dan

mempunyai waktu paruh yang pendek. Seperti flurbiprofen, obat ini berkumpul di cairan

sinovial. Potensi diklofenak lebih besar dari pada naproksen. Obat ini dianjurkan untuk

kondisi peradangan kronis seperti artritis rematoid dan osteoartritis serta untuk pengobatan

nyeri otot rangka akut (Katzung, 2004 ).

Mekanisme kerjanya, bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan

kimiawi, fisik, atau mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipida

menjadi asam arachidonat. Asam lemak poli-tak jenuh ini kemudian untuk sebagian diubah

oleh ezim cyclo-oksigenase menjadi endoperoksida dan seterusnya menjadi prostaglandin.

Cyclo-Oksigenase terdiri dari dua iso-enzim, yaitu COX-1 (tromboxan dan prostacyclin) dan

COX-2 (prostaglandin). Kebanyakan COX-1 terdapat di jaringan, antara lain dipelat-pelat

darah, ginjal dan saluran cerna. COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat dijaringan tetapi

dibentuk selama proses peradangan oleh sel-sel radang. Penghambatan COX-2 lah yang

memberikan efek anti radang dari obat NSAIDs. NSAID yang ideal hanya menghambat

COX-2 (peradangan) dan tidak COX-1 (perlindungan mukosa lambung).

Diklofenak merupakan obat NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) yang bersifat

tidak selektif dimana kedua jenis COX di blokir. Dengan dihambatnya COX-1, dengan

demikian tidak ada lagi yang bertanggung jawab melindungi mukosa lambung-usus dan

ginjal sehingga terjadi iritasi dan efek toksik pada ginjal (Tjay dan Rahardja, 2002).

Amitriptilin

merupakan derivate dibenzosikloheptadin yang merupakan antidepresi trisiklik karena

struktur kimianya. Golongan obat ini bekerja dengan menghambat ambilan kembali

neurotransmitter di otak. Antidepresan trisiklik lebih baik dibanding senyawa penghambat

Page 6: obat CRS

monoamin oksidase dan menimbulkan efek samping yang lebih rendah. Efek samping

tersebut antara lain adalah mulut kering, mata kabur, konstipasi, takikardia dan hipotensi.

Farmakodinamika

Amitriptilin bekerja dengan cara menghambat ambilan kembali (reuptake) neuron transmitter

seperti norepinefrin dan serotonin di ujung saraf pada sistem saraf pusat. Berdasarkan

struktur kimianya, obat antidepresi golongan trisiklik pada gugus metilnya terdapat

perbedaan potensi dan selektivitas hambatan ambilan kembali berbagai neurotransmitter.

Amin sekunder yang menghambat ambilan kembali norepinefrin dan amin tertier

menghambat ambilan kembali serotonin pada sinap neuron.

Efek Psikologik

Pada manusia normal, menimbulkan rasa lelah, obat tidak meningkatkan alam perasaan, dan

meningkatnya rasa cemas disertai gejala yang menyerupai efek atropine. Pemberian berulang

selama beberapa hari akan memperberat gejala ini dan menimbulkan kesukaran konsentrasi

dan berpikir.

Susunan Saraf Otonom

Memperlihatkan efek antimuskarinik, sehingga dapat terjadi penglihatan kabur, mulut kering,

obstipasi, dan retensi urin.

Kardiovaskular

Sering menimbulkan hipotensi ortostatik. Infark jantung dan presipitasi gagal jantung. Dalam

dosis toksik dapat menimbulkan aritmia dan takikardia.

FARMAKOKINETIK

Amitriptilin diabsorpsi secara cepat di saluran cerna walau tidak sempurna (50%). Kadar

plasma puncak terjadi pada 0,5 – 1 jam setelah pemberian per oral. Dengan waktu paruh 16

jam. Pemberian dosis adalah 100 – 200 mg/hari.

INDIKASI Keadaan depresi dan ansietas.

KONTRAINDIKASI - Jangan diberikan pada penderita skizofrenia - Penderita dengan

aritmia, infark jantung, kelainan jantung bawaan

INTERAKSI OBAT - Senyawa ini berinteraksi dengan guanetidin dan klonidin - Amitriptilin

dapat meningkatkan efek simpatik dari obat adrenergik

SEDIAAN DAN POSOLOGI Tablet 10 dan 25 mg, dan dalam bentuk larutan suntik injeksi

100mg/10ml. Dosis permulaan 75 mg sehari. Dosis ini kemudian ditinggikan sampai timbul

efek teraupetik, biasanya antara 150-300 mg sehari.

EFEK SAMPING Keringat berlebihan, perasaan lemah dan lelah. Pada pasien usia lanjut

dapat menimbulkan pusing, hipotensi postural, sembeliit, susah berkemih, edema dan tremor