o selasa rabu • kamis -4--5----6---·7------9 10 20 21 22...

2
Pikiran Rakyat o Selasa 0 Rabu Kamis 0 Jumat 0 Sabtu 0 Minggu -4--5----6---·7------9 10 (j])--12- 13--1-4----''-''-1-5---- 20 21 22 24 25 26 27 28 29 30 31 -~---~~--~~--- o Mar 0 Apr 0 Mei 0 Jut • Ag~ 0 Sep OOkt 0 Nov 0 Des M ·AHAS1SWA. Kata "maha- siswa" sering dipenggal kara per kara untuk mengambil makna yang terpendam di dalamnva, menjadi "maha" dan "siswa" sehingga jadilah siswa yang "maha". Hal ini lalu melahirkan pa- radigma baru yang barangkali telah rnenja- di pandangan umum bahwa mahasiswa adalah pelajar yang mestinya sudah mandiri dalam kegiaran belajar. Tidak rnesti menjadi giat belajar ketika dipantau dosen, kemudian seenaknya kalau sudah keluar dari kelas. Namun, menurut Muhammad Sayidi, mahasiswa Fakultas Teknik Geologi Unpad, rnahasiswa sebagai sosok yang "rnaha" merupakan pandangan yang terlalu sempit dan dangkaL Karena meskipun tersemat kata "maha" padanya, tetap saja mahasiswa pada akhimya diang- gap pelajar, sosok yang hanya berkegiaran di kelas atau di laboratorium. "Kalau demikian, apa bedanya maha- siswa dengan pelajar SMAr' kata Sayidi yang juga Presiden BEM Kema Universitas Padjadjaran. Ditambahkan Sayidi, pan- dangan semacam ini juga memiliki im- plikasi lain yang juga kurang positif Ma- hasiswa yang identik dengan pelajar, yakni belajar pekerjaannya juga telah mengaburkan makna belajar itu sendiri. Selama ini belajar diidentikkan dengan berkutat dengan diktat perkuliahan, buku kuliah, atau melakukan uji coba di labora- torium, "Semestinya 'belajar' itu memiliki mak- na yang cakupannya luas, tidak melulu di kelas. Kelak, mahasiswa akan terjun ke masyarakat, bukankah semestinya belajar kepada masyarakat dengan memahami di- namikanya, keluhannya, masalah-masa- lahnya unruk selanjutnya bersama-sama mengatasinya? Bukankah mahasiswa pun kelak akan menjadi bagian dari masva- rakat?" Menurut Sayidi, menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan jika mahasiswa harus rurut aktif dalam mengawal jalannya pemerintahan. Karena kehidupan masya- rakat, segala kebijakannya ditentukan oleh pemerintah. "Bayangkan, setiap tahun mahasiswa mendapat subsidi dari rakyat sebesar Rp 15 juta. Kalau kita hanya belajar di kelas dan di laboratorium tanpa memperjuangkan hak-hak rakyat yang menjadi donatur kita, lalu sebutan apa yang layak buat kita?" ka- ta Sayidi yang kemudian menyatakan bah- wa menjadi aktivis mahasiswa merupakan sebuah keniscayaan. Menjadi aktivis ma- hasiswa tentu bukan untuk gagah-ga- gahan. Mahasiswa yang menjadi aktivis mesti pandai-pandai mengatur waktu an- tara kegiatan akademik dan kegiatan eks- temalnya. Sayidi juga tidak memungkiri adanya anggapan bahwa aktivis mahasiswa M ..... dipandang memiliki nilai akademis yang jeblok, jarang masuk kelas, clan lulus tidak tepat pada waktunya. Namun, kata Savidi, hal terse but mestilah dikembalikan kepada individu masing-masing. Karena tidak se- mua aktivis mahasiswa memiliki nilai akademik jeblok. Bahkan, banyak akrivis mahasiswa yang memiliki prestasi bagus. Oleh karena itu, menurut mahasiswa yang juga menjadi peringkat II dalam Ajang Mahasiswa Berprestasi Tingkat Universitas Padjadjaran ini, menjadi ak- tivis mahasiswa semestinya menjadi dorongan untuk semakin berprestasi di bidang akademik. Terkait aktivitas gerakan mahasiswa, tidak hanya demonstrasi. Demonstrasi itu jalan terakhir setelah aksi yang lain, seper- ti kajian, audiensi, seminar, su- dah tidak menemukan jalan keluar. Menurut Fadjroel Rachman, mantan aktivis mahasiswa era 1980-an, menyuarakan aspirasi meru- pakan fungsi mahasiswa se- bagai kontrol sosiaL Kon- trol sosial umumnva berhubungan dengan ad- vokasi publik. "Jika maha- siswa tidak melakukan ad- vokasi publik, fungsinya se- bagai kontrol sosial kurang tenaga," ujamya. BEMSI Pada 24-28 juli 2011 di Ruang Utama Kampus Universitas Pendidikan In- donesia, JIn. Dr. Setiabudhi Bandung, BEM SI menve- lenggarakan Rapat Kerja Nasional yang diikuti oleh lembaga-lembaga mahasiswa, BEM se In- donesia. Hasil dad rakemas tersebut menghasilkan Deklatasi Siliwangi yang poin pentingnya adalah bahwa pemerin- tah telah gagal mewujudkan kesejahteraan bangsa, gagal melindungi seluruh tumpah datah Indonesia, pemerintah gagal mewu- judkan pendidikan yang terjangkau, dan gagal mewujudkan penegakan hukum dan , pemberantasan korupsi. Di sela-sela Rakemas BEM SI (27/7), sekelompok mahasiswa yang menamakan diri Forum Komunikasi Mahasiswa Ban- dung melakukan aksi yang intinya menun- tut BEM SI untuk benar-benar mem- berikan kontribusi yang nyata (Pikiran Rakyat, 28/7). Menurut Tito Wardani yang menjadi koordinator aksi FKMB, selama ini BEM SI sekadar melontarkan wacana tanpa realisasi apa-apa. "Kami pikir, BEM SI tidak pemah menghasilkan apa-apa dalam tataran problem solving. Sejak di Rakemas Medan pun, BEM SI hanya melontar wacana dan membuat sensasi belaka," ucapnya. Diakui Tiro Wardani, pada Rakemas BEM SI di Medan, BEM SI sempat me- nyinggung tentang pendidikan, Akan tetapi, itu hanyalah wacana dan tanpa realisasi. "Hasil rakemas di Medan itu, di antaranya menyinggung perihal pendi- dikan, tapi di sini apakah BEM SI mem- punyai sekolah binaan untuk mengatasi permasalahan pendidikan?" kata Tiro. Dihubungi terpisah, Muhammad Sayi yang juga Koordinator Pusat BEM SI menerima dengan terbuka masukan dari FKMB. Menurut dia, BEM SI ataupun FKMB adalah sama-sama wadah perge- rakan mahasiswa dengan tujuan yang mu- n politik partai dan gerakan politik tivis mahasiswa itu berbeda. [i- ka gerakan politik pmpol adalah gerakan politik kekuasaan, gerakan politik maha~ siswa adalah gerakan politik nilai. Ge- rakan politik nilai tentu berbe ng; politik ptalais. lia. "Kami melihat, mereka juga sarna- sama berjuang untuk rakvat, Tidak ada masalah. Kita punya perspektif masing- masing," tutumya. Narnun, menyoal tentang BEM SI yang dinilai hanya berwacana tanpa realisasi yang tepar guna, Sayidi membantah haI terse but. Menurut dia, BEM SI telah melakukan fungsi dan tugasnya dalam tataran regulasi. "Kita melakukan diplomasi terhadap ke- bijakan pemerintah. Tugas kita adalah mengawal dan memberikan masukan ter- hadap kebijakan-kebijakan pemerintah. Adapun kaIau sudah pada tataran teknis, itu tetap menjadi kewenangan pernerin- rah," katanya. _ Meski demikian, diakui Sayidi, diplo- masi dan pengawasan terhadap regulasi dan kebijakan pemerintah ada hasilnya. Sebagai conroh, dibatalkannya Badan Hukum Pendidikan (BHP) adaIah juga hasil dari dipIomasi BEM SI dan lembaga- KlIping Humas Onpad 2011

Upload: vandiep

Post on 09-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: o Selasa Rabu • Kamis -4--5----6---·7------9 10 20 21 22 ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/pikiranrakyat... · mandiri dalam kegiaran belajar. Tidak rnesti menjadi

Pikiran Rakyato Selasa 0 Rabu • Kamis 0 Jumat 0 Sabtu 0 Minggu

-4--5----6---·7------9 10 (j])--12- 13--1-4----''-''-1-5----

20 21 22 24 25 26 27 28 29 30 31-~---~~--~~---oMar 0Apr 0Mei 0 Jut • Ag~ 0 Sep OOkt 0Nov 0 Des

M·AHAS1SWA. Kata "maha-siswa" sering dipenggal kara perkara untuk mengambil makna

yang terpendam di dalamnva, menjadi"maha" dan "siswa" sehingga jadilah siswayang "maha". Hal ini lalu melahirkan pa-radigma baru yang barangkali telah rnenja-di pandangan umum bahwa mahasiswaadalah pelajar yang mestinya sudahmandiri dalam kegiaran belajar. Tidakrnesti menjadi giat belajar ketika dipantaudosen, kemudian seenaknya kalau sudahkeluar dari kelas. Namun, menurutMuhammad Sayidi, mahasiswa FakultasTeknik Geologi Unpad, rnahasiswa sebagaisosok yang "rnaha" merupakan pandanganyang terlalu sempit dan dangkaL Karenameskipun tersemat kata "maha" padanya,tetap saja mahasiswa pada akhimya diang-gap pelajar, sosok yang hanya berkegiarandi kelas atau di laboratorium.

"Kalau demikian, apa bedanya maha-siswa dengan pelajar SMAr' kata Sayidiyang juga Presiden BEM Kema UniversitasPadjadjaran. Ditambahkan Sayidi, pan-dangan semacam ini juga memiliki im-plikasi lain yang juga kurang positif Ma-hasiswa yang identik dengan pelajar, yaknibelajar pekerjaannya juga telahmengaburkan makna belajar itu sendiri.Selama ini belajar diidentikkan denganberkutat dengan diktat perkuliahan, bukukuliah, atau melakukan uji coba di labora-torium,

"Semestinya 'belajar' itu memiliki mak-na yang cakupannya luas, tidak melulu dikelas. Kelak, mahasiswa akan terjun kemasyarakat, bukankah semestinya belajarkepada masyarakat dengan memahami di-namikanya, keluhannya, masalah-masa-lahnya unruk selanjutnya bersama-samamengatasinya? Bukankah mahasiswa punkelak akan menjadi bagian dari masva-rakat?" Menurut Sayidi, menjadi sesuatuyang tidak terhindarkan jika mahasiswaharus rurut aktif dalam mengawal jalannyapemerintahan. Karena kehidupan masya-rakat, segala kebijakannya ditentukan olehpemerintah.

"Bayangkan, setiap tahun mahasiswamendapat subsidi dari rakyat sebesar Rp 15juta. Kalau kita hanya belajar di kelas dandi laboratorium tanpa memperjuangkanhak-hak rakyat yang menjadi donatur kita,lalu sebutan apa yang layak buat kita?" ka-ta Sayidi yang kemudian menyatakan bah-wa menjadi aktivis mahasiswa merupakansebuah keniscayaan. Menjadi aktivis ma-hasiswa tentu bukan untuk gagah-ga-gahan. Mahasiswa yang menjadi aktivismesti pandai-pandai mengatur waktu an-tara kegiatan akademik dan kegiatan eks-temalnya. Sayidi juga tidak memungkiriadanya anggapan bahwa aktivis mahasiswa

M.....dipandang memiliki nilai akademis yangjeblok, jarang masuk kelas, clan lulus tidaktepat pada waktunya. Namun, kata Savidi,hal terse but mestilah dikembalikan kepadaindividu masing-masing. Karena tidak se-mua aktivis mahasiswa memiliki nilaiakademik jeblok. Bahkan, banyak akrivismahasiswa yang memiliki prestasi bagus.

Oleh karena itu, menurut mahasiswayang juga menjadi peringkat II dalamAjang Mahasiswa Berprestasi Tingkat •Universitas Padjadjaran ini, menjadi ak-tivis mahasiswa semestinya menjadidorongan untuk semakin berprestasi dibidang akademik.

Terkait aktivitas gerakan mahasiswa,tidak hanya demonstrasi. Demonstrasi itujalan terakhir setelah aksi yang lain, seper-ti kajian, audiensi, seminar, su-dah tidak menemukan jalankeluar. Menurut FadjroelRachman, mantan aktivismahasiswa era 1980-an,menyuarakan aspirasi meru-pakan fungsi mahasiswa se-bagai kontrol sosiaL Kon-trol sosial umumnvaberhubungan dengan ad-vokasi publik. "Jika maha-siswa tidak melakukan ad-vokasi publik, fungsinya se-bagai kontrol sosial kurangtenaga," ujamya.

BEMSIPada 24-28 juli 2011 di

Ruang Utama KampusUniversitas Pendidikan In-donesia, JIn. Dr. SetiabudhiBandung, BEM SI menve-lenggarakan Rapat KerjaNasional yang diikuti olehlembaga-lembaga mahasiswa, BEM se In-donesia. Hasil dad rakemas tersebutmenghasilkan Deklatasi Siliwangi yangpoin pentingnya adalah bahwa pemerin-tah telah gagal mewujudkan kesejahteraanbangsa, gagal melindungi seluruh tumpahdatah Indonesia, pemerintah gagal mewu-judkan pendidikan yang terjangkau, dangagal mewujudkan penegakan hukum dan

, pemberantasan korupsi.Di sela-sela Rakemas BEM SI (27/7),

sekelompok mahasiswa yang menamakandiri Forum Komunikasi Mahasiswa Ban-dung melakukan aksi yang intinya menun-tut BEM SI untuk benar-benar mem-berikan kontribusi yang nyata (PikiranRakyat, 28/7).

Menurut Tito Wardani yang menjadikoordinator aksi FKMB, selama ini BEMSI sekadar melontarkan wacana tanparealisasi apa-apa. "Kami pikir, BEM SItidak pemah menghasilkan apa-apa dalamtataran problem solving. Sejak di Rakemas

Medan pun, BEM SI hanya melontarwacana dan membuat sensasi belaka,"ucapnya.

Diakui Tiro Wardani, pada RakemasBEM SI di Medan, BEM SI sempat me-nyinggung tentang pendidikan, Akantetapi, itu hanyalah wacana dan tanparealisasi. "Hasil rakemas di Medan itu, diantaranya menyinggung perihal pendi-dikan, tapi di sini apakah BEM SI mem-punyai sekolah binaan untuk mengatasipermasalahan pendidikan?" kata Tiro.

Dihubungi terpisah, Muhammad Sayiyang juga Koordinator Pusat BEM SImenerima dengan terbuka masukan dariFKMB. Menurut dia, BEM SI ataupunFKMB adalah sama-sama wadah perge-rakan mahasiswa dengan tujuan yang mu-

npolitik partai dan gerakanpolitik tivis mahasiswa itu berbeda. [i-ka gerakan politik pmpol adalah gerakanpolitik kekuasaan, gerakan politik maha~siswa adalah gerakan politik nilai. Ge-rakan politik nilai tentu berbe ng;

politik ptalais.

lia. "Kami melihat, mereka juga sarna-sama berjuang untuk rakvat, Tidak adamasalah. Kita punya perspektif masing-masing," tutumya.

Narnun, menyoal tentang BEM SI yangdinilai hanya berwacana tanpa realisasiyang tepar guna, Sayidi membantah haIterse but. Menurut dia, BEM SI telahmelakukan fungsi dan tugasnya dalamtataran regulasi.

"Kita melakukan diplomasi terhadap ke-bijakan pemerintah. Tugas kita adalahmengawal dan memberikan masukan ter-hadap kebijakan-kebijakan pemerintah.Adapun kaIau sudah pada tataran teknis,itu tetap menjadi kewenangan pernerin-rah," katanya._ Meski demikian, diakui Sayidi, diplo-masi dan pengawasan terhadap regulasidan kebijakan pemerintah ada hasilnya.Sebagai conroh, dibatalkannya BadanHukum Pendidikan (BHP) adaIah jugahasil dari dipIomasi BEM SI dan lembaga-

KlIping Humas Onpad 2011

Page 2: o Selasa Rabu • Kamis -4--5----6---·7------9 10 20 21 22 ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/pikiranrakyat... · mandiri dalam kegiaran belajar. Tidak rnesti menjadi

lembaga serta LSM yang bekerja sama. Ke-mudian, tentang salah satu blok Pertami-na, yakni WMO (West Madura Offshore)vang (\kan dikelola oleh perusahaan Korea.Saat itu sahamnya 50:50. Padahal, kataSayid], tidak ada ruginya saham itu di-ambillOO% oleh Pertamina. Dalam hatini, BEM SI dan sejumlah LSM serta to-koh-tokoh politik yang memiliki kesama-an misi melakukan diplomasi dan tuntut-an kepada pemerintah. Akhimya, kepemi-likan saham itu diputuskan 80% (saharnPertamina) dan 20% saham dari luar,

"Bayangkan, kalau diplomasi itu tidakdilakukan, entah apa jadinya. Bukanhanya itu yang dilakukan, ada banyakyang kita lakukan seperti saat ini kitasedang mengkaji RUPT (Rancangan

Undang-Undang PT) yangakan disahkan Oktober

---- "'" dmen atang. Kita lihatsaja apakah kebijakantersebut berpihak ke-pada rakyat kecil atauhanya menguntungkankaum elite," tuturSayidi.

Kemudian, untukprogram pendidikan,kara Sayidi, BEM SImewajibkan seluruhanggotanya untukmemiliki community de-velopment. Comdev inibergerak di bidang pen-didikan dan kemanu-siaan. Unpad sendiripunya Taman I1mu (ko-munitas yang dikelolamahasiswa dalam mem-

berikan pembinaan danpendidikan gratis kepada anak-anak ku-rang mampu di sekitar Kampus Unpad).Selain itu, ada juga Bina Desa. UniversitasPerididikan Indonesia Bandung memilikiTaman Teknologi yang juga fokus padapendidikan anak-anak kurang mampu disekitar Kampus. ITB ada pogram KKNTematik yang bekerja sama dengan peme-rintah daetah. Unsyiah bahkan ada pro-gram terjun langsung ke masyarakat untukpengabdian, semacam KKN, tetapi tidakatas campur tangan rektorat. Demikianpula dengan kampus-karnpus lain di selu-ruh Indonesia yang merupakan jejaringBEMSI ,

BEM SI juga memiliki Mahagana (Ma-hasiswa Tanggap Bencana) yang terjun dihampir tiap bencana di seluruh Indonesia.Menyikapi aksi FKMB di sela-sela Raker-nas BEM SI, Indra Kusumah, mantan ak-tivis mahasiswa,-justru mempertanyakanmotif FKMB. Terlebih, FKMB menga-takan bahwa selama ini BEM SI sekadar

berwacana dan cari sensasi. "Interaksi dandialog antarpergerakan menjadi kenis-cayaanuntuk melahirkan sinergi antarele-men pergerakan mahasiswa. Tidak perlumenyerang elernen pergerakan lain danmenuduhnya hanya berwacana tanpa ak-si," tutumya.

Penulis buku Risalah Pergeral<an Maha-siswa ini mengharapkan para aktivis maha-siswa dari berbagai elemen tidak sibuk sa-ling serang dan mendekonstruksi satusama lain. Sebaiknva, antarelemen salingbekerja sama dalam hal-hal yang disepa-kati dan mengedepankan toleransi dalamhal berbeda, selama itu bukan masalah-masalah prinsipil.IdealismeSalah satu kekhawatiran FKMB adalah

BEM SI sudah lagi tidak mumi dalam ge-rakannya. Oleh karenaitu, aksi FKMBwaktu Rakemas BEM SI di UPI adalahsebentuk pengawalan terhadap BEM SI."Kita kawal BEM SI agar tidak terlalu jauhmencampuri urusan politik praktis," kataTIto.

Menyikapi ungkapan demikian, Sayidimenuturkan bahwa gerakan mahasiswajusrru sebuah gerakan politik. "Bagaimanamungkin kita bisa memahami dan mern-berikan pelayanan terhadap masyarakatkalau kita tidak terjun ke politik? Politikitu kan artinya strategi," ucapnya.. Sayidi mengutarakan, gerakan polit~partai dan gerakan.politik aktivis maha-siswa itu berbeda. [ika gerakan politik par-pol adalah gerakan politik kekuasaan, ge-rakan politik mahasiswa adalah gerakanpolitik nilai. Gerakan politik nilai tentuberbeda dengan politik praktis.

Dalam kacamata Fadjroel Rachrnan se-bagai pengamat politik, politik praktissebenamya menjadi sarana bagi aktivis

. mahasiswa untuk menguji dan mengapli-kasikan idealisrnenya di tengah kepenting-an praktis ekonomi dan politik. "Contohterbaik bagi aktivis mahasiswa adalahBung Hatta. Beliau adalah Wapres RI danjuga mantan aktivis Perhimpunan Indo-nesia di Belanda. Kita tahu beliau mundursebagai wapres karena Bung Kamo dengandemokrasi terpimpin sudah bertentangandengan idealismenya. Bung Hatta mundurkarena apa yang dilakukan Bung Kamotelah menyimpang dari idealisme demo-krasi dan kemerdekaan," ujarnya.

Idealisme aktivis mahasiswa, menurutFadjroel, mesti dibenturkan atau diapli-kasikan dalam tataran praktis. "Hematsaya, idealisme perlu dibenturkan dan di-aplikasikan secara langsung di arena state,market, selain social society." * * * .

Fatih [email protected]