pikiran rakyat -...

4
Pikiran Rakyat o Selasa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat 4 5 6 7 8 9 10 11 20 21 22 23 24 25 26 .Mar OApr OMel OJun OJul 0 Ags o Sabtu 0 Mlnggu 12 13 14 15 16 27 28 29 30 31 OSep OOkt ONov ODes "Panambah" Dalam -- Tembang Sunda Cianjuran -- -~ I-- ~ ;j...,,o,._ M ENURUT Apung S. Wiratmadja dalam buku Salawe Sesebitan Hariring (PT Ki- blat Buku Utama, Oktober 2009~, Nyi Mas Saodah selain dikenal sebagai penembang Sunda Cianjuran yang andal pada zamannya, juga dikenal sebagai pembuat rumpaka Oirik) panambah yang jem~ polan. Salah satu lirik panambah yang ditulis Nyi Mas Saodah yang hingga kini masih ditembangkan oleh para penembang Sunda Cian- juran adalah Pupundi!D Ati. Lirik maupun pola lagu panambah dalam tembang Sunda Cianjuran posisinya di luar lirik maupun pola lagu yang ketat seperti yang terda- pat dalam papantunan,je- jemplangan, dedegungan, rancagan, kakawen, dan mangu-mangu. Masing-ma- sing wanda te~ebut mem- punyai ciri yang mandiri. Ini menunjukkan bahwa nenek moyang Ki Sunda dalam berkarya seni cukup kreatif. R.AA. Kusumaningrat merupakan salah seorang tokoh yang mengkreasi tem- bang Sunda Cianjuran pada zamannya. Kesenian ini pada awalnya tumbuh dan ber- kembang di Kabupaten Cian- jur yang kemudian menyebar ke berbagai pelosok dunia. Pada dasarnya, bila teks lirik panambah dibaca secara sungguh-sungguh, kita akan melihat teks tersebut tidak lebih dari puisi bebas yang kaya dengan makna. Lirik panambah yang ditulis oleh Nyi Mas Saodah, Pupunden Ati, memberikan gambaran kepada kita tentang kasih sayangseorangibuterhadap anaknya, sekalipun nakal adanya. Lirik tersebut berbunyi demikian: Duh anak ibul nu geulis pupunden atil geus bila ulinl geus capetang jeung ngopepangl teu weleh deudeuhl najan bangor tolo- heorl tambah kanyaahl sarengkak saparipolahl I Dalam percakapannya de- ngan penulis beberapa waktu lalu, Apung yang juga dikenal sebagai tokoh tembang Sunda Cianjuran kenamaan dari Ko- ta Bandung mengatakan bah- wa lirik yang ditulis oleh Nyi Mas Saodah dalam bait perta- ma itu adalah lirik yang mam- pu menggambarkan sekaligus membangkitkan ingatan kita akan rasa kasih sayang yang mendalam dari seorang ibu terhadap anaknya. Lirik yang ditulis dengan sintaksis teks yang sederhana, kaya makna. "Bila lirik tersebut ditem- bangkan oleh seorang pe- nembang yang mampu meng- hayatinya dengan baik, maka diam-diam kita akan meneteskan air mata. Lirik tersebut mampu membangki- tan ingatan kolektif kita akan masa kanak-kanak kita yang nakal, dan ibu kita tetap me- ~- - Kliping Humas Unpad 2010 -- --- ngasihi kita dengan penuh kasih-sayang," ujar Apung. Cinta kasih dengan berba- gai variasinya di dalam lirik- lirik lagu tembang Sunda Cianjuran dieksplorasi sedemikian rupa, mulai dari persoalan religius hingga tangis penuh sesal seperti dalam lagu Ceurik Rahwana. Sekalipun demikian, yang muncul justru bukan kecen- gengan itu sendiri melainkan semacam kritik yang pedas terhadap perilaku kita sendiri dalam dunia macam apa kita berada. Lirik tembang Sunda Cinajuran dalam konteks lebih Ianjut adalah lirik yang ditulis dengan tujuan utama adalah menohok hati kita terdalam agar sadar pada ru- ang dan waktu macam apa ki- ta berada di dalamnya. Ba- hasa utama yang digunakan untuk menulis lirik tersebut adalah bahasa ibu, dalain hal ini bahasa Sunda. Dalam konteks ini, sayajadi ingat dengan apa yang dikatakan almarhum Rendra di Den Haag, Belanda. Menu- rut Rendra, pada dasamya bahasa ibu adalah bahasa rasa. Berkait dengan itu, tak aneh kalau banyak kalangan mengatakan bahwa bahasa Sunda dalam konteks yang lebih lanjut adalah bahasa rasa.Perasaan-perasaan terdalam semacam itulah yang ingin dikomunikasikan Nyi Mas Sa"odah terhadap

Upload: halien

Post on 02-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pikiran Rakyato Selasa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat

4 5 6 7 8 9 10 1120 21 22 23 24 25 26

.Mar OApr OMel OJun OJul 0 Ags

o Sabtu 0 Mlnggu12 13 14 15 16

27 28 29 30 31

OSep OOkt ONov ODes

"Panambah" Dalam--

Tembang Sunda Cianjuran-- -~ I-- ~ ;j...,,o,._

M ENURUT Apung S.

Wiratmadja dalambuku Salawe

Sesebitan Hariring (PT Ki-blat Buku Utama, Oktober2009~, Nyi Mas Saodah selaindikenal sebagai penembangSunda Cianjuran yang andalpada zamannya, juga dikenalsebagai pembuat rumpakaOirik) panambah yang jem~polan. Salah satu lirikpanambah yang ditulis NyiMas Saodah yang hingga kinimasih ditembangkan olehpara penembang Sunda Cian-juran adalah Pupundi!D Ati.Lirik maupun pola lagupanambah dalam tembangSunda Cianjuran posisinya diluar lirik maupun pola laguyang ketat seperti yang terda-pat dalam papantunan,je-jemplangan, dedegungan,rancagan, kakawen, danmangu-mangu. Masing-ma-sing wanda te~ebut mem-punyai ciri yang mandiri. Inimenunjukkan bahwa nenekmoyang Ki Sunda dalamberkarya seni cukup kreatif.R.AA. Kusumaningratmerupakan salah seorangtokoh yang mengkreasi tem-bang Sunda Cianjuran padazamannya. Kesenian ini padaawalnya tumbuh dan ber-kembang di Kabupaten Cian-jur yang kemudian menyebarke berbagai pelosok dunia.

Pada dasarnya, bila tekslirik panambah dibaca secarasungguh-sungguh, kita akan

melihat teks tersebut tidaklebih dari puisi bebas yangkaya dengan makna. Lirikpanambah yang ditulis olehNyi Mas Saodah, PupundenAti, memberikan gambarankepada kita tentang kasihsayangseorangibuterhadapanaknya, sekalipun nakaladanya. Lirik tersebutberbunyi demikian: Duh anakibul nu geulis pupunden atilgeus bila ulinl geus capetangjeung ngopepangl teu welehdeudeuhl najan bangor tolo-heorl tambah kanyaahlsarengkak saparipolahl I

Dalam percakapannya de-ngan penulis beberapa waktulalu, Apung yang juga dikenalsebagai tokoh tembang SundaCianjuran kenamaan dari Ko-ta Bandung mengatakan bah-wa lirik yang ditulis oleh NyiMas Saodah dalam bait perta-ma itu adalah lirik yang mam-pu menggambarkan sekaligusmembangkitkan ingatan kitaakan rasa kasih sayang yangmendalam dari seorang ibuterhadap anaknya. Lirik yangditulis dengan sintaksis teksyang sederhana, kaya makna."Bila lirik tersebut ditem-bangkan oleh seorang pe-nembang yang mampu meng-hayatinya dengan baik, makadiam-diam kita akanmeneteskan air mata. Liriktersebut mampu membangki-tan ingatan kolektif kita akanmasa kanak-kanak kita yangnakal, dan ibu kita tetap me-~- -

Kliping Humas Unpad 2010

-- ---

ngasihi kita dengan penuhkasih-sayang," ujar Apung.

Cinta kasih dengan berba-gai variasinya di dalam lirik-lirik lagu tembang SundaCianjuran dieksplorasisedemikian rupa, mulai daripersoalan religius hinggatangis penuh sesal sepertidalam lagu Ceurik Rahwana.Sekalipun demikian, yangmuncul justru bukan kecen-gengan itu sendiri melainkansemacam kritik yang pedasterhadap perilaku kita sendiridalam dunia macam apa kitaberada. Lirik tembang SundaCinajuran dalam kontekslebih Ianjut adalah lirik yangditulis dengan tujuan utamaadalah menohok hati kitaterdalam agar sadar pada ru-ang dan waktu macam apa ki-ta berada di dalamnya. Ba-hasa utama yang digunakanuntuk menulis lirik tersebutadalah bahasa ibu, dalain halini bahasa Sunda.

Dalam konteks ini, sayajadiingat dengan apa yangdikatakan almarhum Rendradi Den Haag, Belanda. Menu-rut Rendra, pada dasamyabahasa ibu adalah bahasarasa. Berkait dengan itu, takaneh kalau banyak kalanganmengatakan bahwa bahasaSunda dalam konteks yanglebih lanjut adalah bahasarasa.Perasaan-perasaanterdalam semacam itulahyang ingin dikomunikasikanNyi Mas Sa"odah terhadap

apresiatornya. Selanjutnya,bait kedua lirik tersebut diatas berbunyi: Jungjunanibul nu geulis pupunden atilduh boga anakl indungwuwuh mikayungyunlreupgeura kuleml geus peutingsepi ngajemplingl diayun-ayunl barina dihariringanl I

Dari dua bait di atas, tam-pak jelas bahwa larik demilarik yang ditulis oleh NyiMas Saodah menggiringingatan kita pada masakanak-kanak, yang dijagaoleh ibu kita dengan segenapkasih sayang yang tidak mam-pu kita balas hingga kini, se-lain adakalanya kita melukaiperasaannya. Kekuatan puisisebagaimana dikatakan Ren-dra memang terletak pada'rasa. Berkaitan dengan itu,mengemukanya kekuatan 'rasa atau emosi itu bukan ter-letak pada kerumitan rang-kaian kata yang diposisikansebagai alat ungkap,melainkan pada keseder-hanaannya dalam memba-ngun sintaksis teks dengansegenap daya komunikasinya.

. Nyi Mas Saodah lebih lan-jut mengungkapkanperasaannya sebagai berikutdalam lirik yang ditulisnyaitu: Duh anak ibul nu geulispupunden atil ibu ngahari-ringl lain hariring birahilduh bari tembangl lain per-bawa asmaral dieyong-e-yongl lain ngeyong teusabongbrongllJungjunan

ibul nu geulis pupunden atilnyaring ku nyaringnal sokinggis ulin teu puguhl dahate indung I salem-pang pinanggih bahyal in-dung ngamongmongl nyaah~uda ti karinahl I

Lirik yang ditulis oleh NyiMas Saodah tamatan SRPasirhayam Cianjur itu, sung-guh mendalam maknanya.Dalam hal penulisan puisi pa-da satu sisi memangadakalanya tidak ada hubun-gan antara tingginya sese-orang sekolah dengan ke-mampuan menulis puisi. Apasebab? Karena mengolah ba-hasa rasa pada konteks yanglebih lanjut, sangat ditentukanoleh bakat serta lingkungan dimana ia tumbuh.

**

DIKATAKAN Apung,hingga tahun 2001 tercatat209 lagu panambah dari 591lagu secara keseluruhan.Boleh jadi pada tahun 2010,saat ini, lagu panambah su-dah bertambah lagi. Entahberapa jumlahnya. Selain NyiMas Saodah, tokoh lainnyayang juga banyak menyum-bangkan lagu panambahadalah Mang Engkos.

Menurut Enip Sukanda,dosen karawitan dUurusanKarawitan STSI Bandungdalam percakapannya denganpenulis beberapa waktu lalu,Mang Engkos boleh dibilangsebagai tokoh pembaharudalam penulisan lagu-Iagu--

panambah dalam tembangSunda Cianjuran. "Kebaruanitu antara lain terlihat padapenulisan rumpaka Oirik)yang tidak terikat oleh bilang-an guru Iagu," ujar Enip, saatitu. Enip pula yang mem-perkenalkan saya pada lirik-lirik yang ditulis oleh MangEngkos, yang setelah itu sayatahu lebih banyak lagi dariApung S. Wiratmadja. Apungadalah menan~ Mang Eng-koso

Apa yang dikatakan Enipmemang tidak salah. Apalagibila kita membaca bagaimanalirik itu ditulis, seperti puisimodem yang mulai tumbuhdan berkembang di tatar Sun-da pada tahun 1940-an de-ngan tokohnya antara lainpenyair Kis W.S. Salah satulirik yang ditulis oleh MangEngkos kita baca di bawahini: Mun langit mendung/angkeubna lir hate kuring/cai leutik ngarakacak pipiki-ran, aduh/ ku teu sangka/anjeun teh megat mutuske-un/ nu geus paheut pasini betpuyar deui/ ilang musnabareng jeung dina imp ian/tawis asih manehna lulu-asan/ / Nu baheula/ raheutteh can lipur deui/ nu gu-dawang nandangali manahsungkawa/ da akarna/kabawa ku hate anjeun/mancawura angkeuhan tayaharepan/ langit bengras kumega geus kahalangan/ ceukrasa mah da moal gantipanutan/ / nyawang asih/mun bulan rek tembongdeui/ sina nyaangan nu palidleungit harepan/ rek ny-ingkahan/ mawa kadar nutumiba/ samagaha nu suremilang dangiang/ nu mung-garan harita hujan cimata/rek sumerah nyanggakeunka Nu Kagungan/ /("Nyawang Asih")

Jika apa yang ditulis olehNyi Mas Saodah mengungkappersoalan-persoalan kasihsayang antara ibu dan anak,maka cinta kasih yang di-ungkap oleh Mang Engkosadalah cinta kasih antara lakidan perempuan yang tidakkunjung menemukan kebaha-giaan karena rajutan benangcinta kasih yang dipintalnyaitu putus sudah' Suasana ro-mantis dan melankolis yangterdapat dalam kedua lagupanambah tersebut benar-be-nar menusuk perasaan kita,sebab mampu membukaingatan kolektif kita padapengalaman yang sama. Se-lain itu, kita baca lirik lainnyayang ditulis Mang Engkos dibawah ini:

abdi masih keneh emut/geuning kapungkurngageuri/ majar bade sayak-tosna/ miasih ka diri abdi/kalah ka udar subaya/megatkeun tali pasini/ / saki-tu abdi mituhu/ dibelaanlara pati/ megah wiwilan-

ganana/ disiksik dikunyit-kunyit/ dicacag diwalang-walang/ pikir hamo ku.marembing// singhorengukur ngukusut/ cibong kajal-mi nu laip/ badan teh tayahargana/ diri teu aya panga-ji/ mun nyana kieu tung-tungna/ duh asih kacida teu-ing/ / ("Duh Asih")

Dalam konteks inilah sayasependapat dengan apa yangdikatakan oleh SigmundFreud bahwa pengarang kre-atif dalam menulis karya sas-tra yang dikreasinya mencip-takan dunia permainan se-cara menyalurkan banyakemosi ke dalamnya. Nah,dunia permainan yang di-mainkan oleh Mang Engkosmaupun Nyi Mas Saodahdalam menulis lirik-lirik lagupanambah itu, bukan hanyasekadar permainan makna,tetapi juga juga rasa.

Lepas dari persoalan terse-but di atas, Mang Engkosyang nama lengkapnya En-gkos al Otjim adalah kelahi-ran Sumedang, 1941. Semasaremaja senang main sepakbola, dan untuk itu dikenalsebagai pemain sepak bolayang cukup andal pada za-mannya. Engkos yangmeninggal dunia pada 16 Juni1976 di Bandung itu, pada sisiyang lain, selain dikenal seba-gai pesepak bola yang tang-guh, juga dikenal sebagai se-niman tembang Sunda Cian-juran yang dalam masa-masatahap perkembangannya be-lajar pada banyak pihak.Salah seorang murid MangEngkos yang terkenal antaralain Euis Komariah'

Paling tidak begitulah,dalam tulisan yang serba-singkat dan terbatas ini, sayamengenal tembang SundaCianjuran tidak hanya padalagu pokok dengan daya pe-sona yang demikian tinggi,magis, sekaligus melankolis.Lirik lagu panambah dalamkonteks yang demikian mem-punyai pula daya pesonatersendiri, disebabkan .kebe-basannya, baik dalampenulisan lirik maupun dalampelantunan lagu dan petikankecapinya.

Dalam konteks Iebih lanjutsaya hendak mengatakan, biladewasa ini orang mulai ributmembicarakan musikalisasipuisi, maka apa yang dikreasiMang Engkos maupun NyiMas Saodah adalahmusikalisasi puisi juga. De-ngan demikian, jelas sudahbahwa apa yang dinamakanmusikalisasi puisi dalam ke-budayaan Sunda sesungguh-nya bukan hal baru, ia ada su-dah sejak lama. Lihatsaja pa-da aWal pertunjukan PantunSunda suka ada kidung, ra-jah, apa pun namanya yangdihaleuangkan oleh Ki JuruPantun. (Soni FaridMaulanaf"PR")***

..

.~~'" 'ti

~~1

I

..: ---- ...."_;"-'-",IIf'''

It.

e'-:-~, «.

L-. '..~>,.~~'\

H'9

USEPUSMANNASRULLOH/"PR"

PESINDEN Euis Komariah (kedua kanan) berduet dengan lyus (kanan) saat tampil menghibur pada pergelaran "EuisKomariah dina Tembang, Kawih,jeung Celem-pungan" di Bale Rumawat PadjadjaranUniversitasPadjadjaran,Jln. Dipati UkurKotaBandung, beberapawaktu lalu.*