norman edwin

Upload: ghafa-al-ramadhan

Post on 08-Mar-2016

232 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Norman Edwin lahir di Sungai Gerong, Sumatera Selatan, pada tanggal 16 Januari 1955, kuliah di jurusan Sejarah Universitas Padjdjaran, Bandung, dan jurusan Arkeologi Universitas Indonesia. Beliau aktif di kegiatan Mapala UI sehingga namanya sepertinya tidak bisa lepas dari organisasi tersebut. Norman memiliki kebiasaan selalu mendokumentasikan dan mencatat perjalanan kegiatannya, yang merupakan ciri penulis tangguh, yang segera dapat dilihat dari tulisannya yang sangat detil, logis, akurat, tapi juga cukup populer dan bebas. Kegiatan kepenulisannya berkaitan dengan pekerjaannya sebagai wartawan, ekspedisi/ peneliti ilmiah, maupun misisearch and rescue(SAR). Saya membayangkan ia tetap membuat catatan-catatan kecil tak peduli dimanapun ia sedang berada, di gunung, saat di dalam gua, atau di atas kapal yang senantiasa bergoyang dengan angin laut.

Norman meninggal pada pertengahan April 1992 saat mendaki Gunung Aconcagua (6.959 mdpl) bersama Didiek Samsu Wahyu Triachdi. Pendakian tersebut adalah bagian dari seri pendakian oleh Mapala UI dalam ekspedisi Seven Summit (Aconcagua, Cartensz Pyramid, McKinley di Alaska (Amerika Serikat), Kilimanjaro di Tanzania (Afrika), dan Elbrus di Rusia). Indonesia kehilangan dua pendaki terbaiknya sekaligus.

Meninggalnya mereka berdua banyak diliput oleh Media nasional dan international. Kala itu Norman juga menjadi pemimpin dari ekspedisi team MAPALA UI di gunung yg disebut jugaThe Devils Mountainitu. Memang banyak juga yang meragukan Norman kala itu, namun berbekalpengetahuan dalam Penelusuran gua,Pendakian Gunung, Pelayaran, Arung Jeram serta sejumlah pengalaman Rescue di Irian Jaya, Kalimantan, Africa, Kanada bahkan Himalaya, membentuk kecepatan dan kekuatan phisik pada dirinya yang telah bergabung di Mapala UI sejak tahun 1977. Sampai akhirnya terpilih menjadi Leader dalam Expedisi ini bersama Didiek, Rudy Becak Nurcahyo, Mohamad Fayez and Dian Hapsari, satu satunya wanita dalam team tersebut.

Pengalaman selama 15 tahun dalam berpetualang sudahlah cukup bagi Norman untuk tetap berangkat. Saat expedisi berlangsung, badai salju menghantam Team ini dan akhirnya merenggut nyawa dua pendaki ini. Jenazah Didiek ditemukan terlebih dahulu pada tanggal 23 Maret atas laporan beberapa pendaki dari negara lain yang sempat melihat mereka berdua di ketinggian 6400 m, hanya tinggal beberapa ratus meter menuju Puncak Aconcagua. Sedangkan jenazah Norman ditemukan beberapa hari kemudian dan langsung diterbangkan ke Jakarta pada tanggal 21 April 1992.

SUMBER : http://infopendaki.blogspot.co.id/2012/03/biografi-norman-edwin-kisah-pendakian.html