pbl gina edwin
DESCRIPTION
pblTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini terjadi pada 10 % kehamilan, dan 2% terjadi pada
kehamilan preterm. Pada kehamilan aterm angka insiden mencapai 30-40 %.
Ketuban pecah dini / prematur rupture of membrans (PROM) adalah pecahnya
selaput ketuban secara spontan pada saat belum menunjukkan tanda-tanda
persalinan/inpartu (keadaan inpartu didefinisikan sebagai kontraksi uterus teratur
dan menimbulkan nyeri yang menyebabkan terjadinya effacement atau dilatasi
serviks), atau bila satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan.
Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi kapan saja baik pada kehamilan aterm
maupun preterm.
Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor risiko yang menyebabkannya, antara lain adalah infeksi,
defisiensi vitamin c, faktor selaput ketuban, hormon, faktor umur dan paritas,
kehamilan kembar dan polihidramnion, faktor tingkat sosio-ekonomi, dan faktor-
faktor lain. Ketuban pecah dini ini merupakan suatu komplikasi yang sering
terjadi pada kehamilan preterm dan dapat mengancam terjadinya persalinan
prematur. Komplikasi dapat terjadi pada keadaan ketuban pecah dini, misalnya
infeksi yang dapat terjadi pada plasenta, disebut korioammnionitis, yang dapat
sangat berbahaya bagi ibu dan janin. Komplikasi yang lain yang dapat terjadi
adalah terjadinya solusio plasenta (yaitu lepasnya plasenta dari uterus), terjadinya
kompresi tali pusat, serta infeksi postpartum.
Penatalaksanaan pada ketuban pecah dini didasarkan atas beberapa
pertimbangan, yaitu usia kehamilan, status kesehatan ibu secara umum,
komplikasi yang telah terjadi, keadaan janin, prosedur tetap yang berlaku pada
masing-masing tempat pelayanan.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Nama : DPL
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Timor
Bangsa : Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : Tamat SMP
Status perkawinan : Sudah menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan Pulau Moyo, Sesetan, Denpasar
2.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama : Keluar air per vaginam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUP Sanglah pada tanggal 18 Februari 2013 pukul
13.00 WITA dengan keluhan utama keluar air per vaginam pada pukul
09.00 WITA (18 februari) atau 4 jam SMRS. Cairan yang keluar dari
kemaluan dikatakan berwarna bening dengan konsistensi cair. Cairan tidak
berwarna kehijauan dan tidak ada darah. Pasien juga mengatakan tidak ada
riwayat sakit perut hilang timbul dan demam sebelum maupun satu jam
setelah keluarnya cairan per vaginam tersebut. Gerak janin dirasakan baik
oleh pasien. Pasien juga memiliki riwayat gatal pada daerah genital sejak 1
minggu yang lalu.
2
3. Riwayat Menstruasi
Menarche umur ± 14 tahun, siklus teratur 28-30 hari , lamanya 3-5
hari tiap kali mentruasi.
Hari pertama haid terakhir : 17 Juni 2012
Taksiran persalinan : 20 Februari 2013
4. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah pada usia 21 tahun dan sampai sekarang telah menikah
satu kali. Pasien menikah selama 1 tahun dengan suaminya yang sekarang.
5. Riwayat Kehamilan
1. Ini
N
o
Tahu
n
Umur
kehamila
n
BB
L
Sex Cara
Persalina
n
Penolong
Persalina
n
Tempat
Persalina
n
Abortu
s
Komplikasi
/
Keterangan
L P
1 Ini
6. Riwayat Kehamilan Ini
Pasien melakukan kontrol (antenatal care) secara rutin sebanyak 5 kali di
bidan. Pasien mengatakan pernah melakukan USG 2 kali di rumah sakt.
Prima Medika. Pasien juga mengatakan telah melakukan imunisasi TT dan
mendapat suplemen besi, kalsium dan vitamin C satu kali sehari selama 5
bulan. Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan seperti mual,
muntah, pusing, sakit kepala, maupun perdarahan selama kehamilan ini.
7. Riwayat Pemakaian KB
Penderita tidak memakai KB sebelumnya.
8. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis misalnya
hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, asma, varises, keganasan,
3
penyakit jiwa,dan lain-lain. Tidak ada riwayat alergi terhadap obat,
makanan, dan lain-lain. Pasien mengatakan tidak pernah menjalani operasi
sebelumnya.
9. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita
penyakit misalnya hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, TB,
epilepsi, kelainan bawaan, dan lain-lain.
10. Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang wiraswasta yang bekerja dalam proses
pengemasan ikan tuna di daerah Benoa. Suami pasien bekerja sebagai
seorang penangkap ikan. Suami pasien sedang berlayar ke jepang selama 2
tahun untuk bekerja. Suami pasien memiliki penghasilan yang cukup
sehingga pasien memiliki status ekonomi yang cukup. Pasien tidak
memiliki kebiasaan merokok, minum minuman keras, dan mengonsumsi
obat-obatan tertentu, akan tetapi, suami pasien memiliki kebiasaan
merokok.
2.3 Pemeriksaan Fisik
STATUS PRESENT
Keadaan umum : Baik
GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/mnt
Respirasi : 20 x/mnt
Suhu aksila : 36,5 °C
Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 152 cm
STATUS GENERAL
Mata : anemia +/+, ikterus -/- , odem palpebra -/-
4
THT : kesan tenang
Thorax:
Cor : S1 S2 tunggal regular, murmur (-)
Pulmo : suara nafas vestibuler +/+, rhonki-/-, wheezing-/-
Mamae : bentuk simetris, puting susu menonjol, pengeluaran (-),
kebersihan cukup
Abdomen : massa (-), nyeri tekan (-), bising usus (+) normal, distensi
(-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat ++/++, edema --/--
STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan luar
Inspeksi
Tampak hiperpigmentasi pada areola mamae
Tampak perut membesar dengan striae gravidarum (livide dan striae
albikantus)
Tidak tampak bekas luka SC
Palpasi
Pemeriksaan Leopold
I. Teraba bagian bulat dan lunak (kesan bokong)
II. Teraba tahanan keras di kanan (kesan punggung) dan bagian
kecil di kiri
III. Teraba bagian bulat, keras (kesan kepala)
IV. Bagian bawah sudah masuk 4/5 bagian dari pintu atas panggul
His tidak ada
Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah procesus Xiphoideus (31 cm)
Auskultasi
DJJ (+), punctum maksimum pada abdomen bawah bagian kiri 145
x/menit
Pemeriksaan dalam
VT: Cairan keluar dari ostium uteri eksterna, lakmus (+), pembukaan 1
jari, penipisan 30%, konsistensi sedang, arah portio medial, ketuban (-),
5
teraba kepala, denominator belum jelas, penurunan Hodge I, tidak
teraba bagian kecil maupun tali pusat
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Hematologi Rutin
WBC : 9,82 x 103/µL
RBC : 3,92 x 106/µ
HGB : 7,64 g/dL
HCT : 26,58 %
MCV : 67,65 fL
MCH : 19,47 pg
MCHC: 28,78 g/dL
PLT : 150,90 x 103/L
BT/CT : 1’00’’ / 9’00’’
FE : 18,90 μg/dL
TIBC : 600,40 μg/dL
2.5 Diagnosa
G1P0000, 39-40mg, Tunggal/Hidup + Ketuban Pecah Dini (KPD), Anemia
Sedang Hipokromik Mikrositer ec Defisiensi Besi
2.6 Penatalaksanaan
Tx : Expectative pervaginam
Ampicillin 4 x 500 mg
Persiapan darah (PRC) 4 kolf
Mx: Keluhan, Vital Sign, DJJ, dan tanda-tanda inpartu
Konsul TS Penyakit Dalam
KIE : Pasien dan keluarga dijelaskan tentang keadaan janin dan rencana
tindakan.
6
2.7 Perjalanan Pengobatan
Tgl 19 Februari 2013, Pukul 01.45 WITA
S: Ibu lega bayi lahir selamat
O: Lahir spontan belakang kepala, bayi perempuan, 2800 gram, Apgar Score 8,9,
anus ada, keluhan kongenital tidak ada
Dilakukan managemen aktif kala III:
- Injeksi oksitosin 10 IU
- Peregangan tali pusat terkendali
- Massase fundus uteri
Lahir plasenta spontan, kesan komplit, kalsifikasi (-), hematoma (-) pada
pukul 01.50
Evaluasi:
- Kontraksi uterus (+) baik
- Ruptur perineum grade II -> Hecting
- Pendarahan aktif (-)
A : P1001 p Spt B PP Hari 0, Anemia Sedang Hipokromik Mikrositer ec
Defisiensi Besi
Terapi : - Ampicilin tablet 4x500 mg
- Asam mefenamat tablet 3x500 mg
- Methyl ergometrin tablet 3x0,125 mg
- Sulfas Ferosus tablet 2x200 mg
- Vitamin C tablet 3x100 mg
- Infus NaCl 0,9% 20 tetes per menit
Mx : observasi 2 jam post partum
Pdx: Periksa DL ulang 6 jam post partum
KIE : ASI Eksklusif, mobilisasi dini, KB post partum
Tgl 19 Februari 2012, Pukul 06.00 WITA
S : Keluhan subjektif (-), BAK (+), BAB (-), mobilisasi (+), makan-minum (+),
nyeri luka jahitan (+)
O : Status Present
Tekanan darah : 120/80 Respirasi : 20 x/menit mmHg
7
Nadi : 80 x/menit Temp. Aksila : 36,50 C
Status General:
Mata: an+/+; ikt -/-
Thorax: Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : vesikuler (+)/(+), rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-)
Status Obstetri:
Abdomen: tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+) baik
Vagina: lochea (+), perdarahan aktif (-)
A : P1001 pspt B pp hari I , anemi Anemia Sedang Hipokromik Mikrositer ec
Defisiensi Besi a sedang hipokromik mikrositer
Terapi: - Ampicilin 4x500 mg
- Terapi lain lanjut
Mx : keluhan, vital sign
KIE : KB post partum, ASI Eksklusif, mobilisasi dini
Tgl 20 Februari 2012, Pukul 06.00 WITA
S : Nyeri luka jahitan masih
O : Status Present
Tekanan darah : 120/70 Respirasi : 18 x/menit mmHg
Nadi : 80 x/menit Temp. Aksila : 36,50 C
Status General:
Mata: an+/+; ikt -/-
Thorax: Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : vesikuler (+)/(+), rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-)
Status Obstetri:
Abdomen: tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+) baik
Vagina: lochia (+), perdarahan aktif (-)
A : P1001 pspt B pp hari II, Anemia Sedang Hipokromik Mikrositer ec Defisiensi
Besi
Terapi : - Ampicilin 4x500 mg
- Asam mefenamat 3x500mg
- Methyl ergometrin 3x0,125mg
8
- Sulfas Ferosus 2x200mg
- Vitamin C 3x100 mg
- IVFD NaCl 0,9% 20 tetes per menit
Mx : pemeriksaan kembali ke poli kebidanan dan kandungan seminggu lagi
KIE : KB post partum, ASI Eksklusif, mobilisasi dini
9
BAB IIIPEMBAHASAN
3.1 Daftar Permasalahan
Pasien didiagnosis saat masuk rumah sakit dengan ketuban pecah dini
disertai dengan anemia sedang et causa anemia defisiensi besi (Hb: 7,69
mg/dL, MCV: 67,65 fL, MCH 19,47 pg, Fe 18,90 µg/dL, TIBC 600,40
µg/Dl). Anemia defisiensi zat besi (kejadian 62,30%) adalah anemia dalam
kehamilan yang paling sering terjadi dalam kehamilan akibat kekurangan zat
besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi
dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat
besi. Anemia defisiensi besi sangat erat keterkaitannya dengan pola makan.
Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan
kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Untuk dapat
mencapai keseimbangan gizi maka setiap orang harus menkonsumsi minimal
1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu Karbohidrat,
protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu. Seringnya ibu hamil
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat yang menghambat
penyerapan zat besi seperti teh, kopi, kalsium. Wanita hamil cenderung
terkena anemia pada triwulan III karena pada masa ini janin menimbun
cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama
setelah lahir. Pada saat kunjungan awal pasien untuk memeriksakan diri ke
puskesmas (10/10/2012), didapatkan temuan Hb pasien 11,8 mg/Dl dan pada
saat di rumah sakit (18/2/2013) Hb pasien berkurang menjadi 7,649 mg/dl.
Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan kadar Hb selama masa kehamilan.
Pasien juga mengakui sering sekali mengkonsumsi teh dan kopi setelah
makan. Sehingga hal ini dapat menghambat penyerapan besi di tubuh. Selama
ini pasien juga mengaku hampir tidak pernah mengkonsumsi daging merah
seperti sapi, kambing dan sejenisnya, dimana dalam daging tersebut
terkandung kadar zat besi yang cukup tinggi. Pasien lebih sering
mengkonsumsi daging ayam untuk sehari-harinya.
10
Saat ini pasien tidak mengalami suatu keluhan fisik yang berarti. Pasien
sedang mengalami masa nifas, dimana pasien harus lebih memperhatikan
kesehatannya maupun kesehatan anaknya. Ini merupakan pertama kalinya
pasien memiliki anak sehingga pasien masih kurang mengerti bagaimana
mengusahakan kesehatan yang baik bagi anaknya. Selain itu pasien juga
tinggal sendiri di tempat kost nya saat ini, karena suaminya sedang bekerja
berlayar selama 2 tahun di Jepang, sehingga hal ini mewajibkan pasien untuk
bisa semandiri mungkin mengatur rumah tangga serta merawat bayinya.
Pasien saat ini hanya mampu berkomunikasi dengan suami melalui telepon,
selain itu pasien tidak memiliki sanak saudara di Bali, karena pasien
merupakan pindahan dari Sumba. Kondisi perekonomian pasien tergolong
cukup, pasien selalu mendapatkan kiriman uang dari suaminya selain itu juga
pasien bekerja di perusahaan ikan untuk menopang kondisi perekonomian
keluarganya.
3.2 Analisis Kebutuhan Pasien
1. Kebutuhan Fisik-Biomedis
Kecukupan Gizi
Pasien mengaku penghasilan yang diperoleh suaminya sebagai
penangkap ikan yang berlayar ke Jepang adalah cukup untuk
kehidupan sehari-hari mereka berdua. Menurut pengakuan pasien,
dalam sehari pasien biasa makan 3 kali sehari dengan uraian menu
berupa nasi, tempe, tahu, ayam, sayur-sayuran. Tetapi pasien jarang
mengkonsumsi daging merah serta hati yang dimana di dalamnya
terkandung kadar zat besi yang tinggi. Selain itu pasien juga sering
mengkonsumsi teh setelah makan dan kopi yang dimana di dalamnya
terkandung zat yang dapat menghambat penyerapan besi dalam tubuh.
Pasien juga dikatakan jarang mengkonsumsi buah-buahan serta sayur
sayuran, hal ini memiliki keterkaitan dengan kandungan vitamin C
dalam tubuh, dan defisiensi vitamin C menjadi salah satu faktor risiko
terjadinya ketuban pecah dini.
11
Status nutrisional pada masa laktasi memiliki dampak langsung
pada kesehatan maternal dan bayi selama masa nifas. Intake nutrisi
pascapersalinan harus ditingkatkan untuk mengatasi kebutuhan energi
selam menyusui. Tiga defisiensi vitamin dan mineral adalah kelainan
yang terjadi sebagai akibat kekurangan iodin, kekurangan vitamin A,
serta anemia defisiensi Fe. Defisiensi yang terjadi terutama
disebabkan karena intake yang kurang, gangguan penyerapan, atau
enggunaan. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan makan akanan
yang sesuai, makanan difortifikasi, penggunaan obat suplemen selama
kehamilan, menyusui dan pada masa bayi serta anak-anak.
Pasien saat ini memiliki seorang bayi yang tentunya wajib
mendapatkan ASI eksklusif sehinga diperlukan kecukupan nutrisi
pada ibu yang menyusui.
Akses pelayanan kesehatan
Akses pelayanan kesehatan pasien terbilang cukup mudah, karena
pasien tinggal di daerah perkotaan dimana sangat mudah untuk
mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Hanya saja sarana
transportasi yang dimiliki pasien tidak ada sehingga jika ingin ke
tempat pelayanan kesehatan, pasien akan meminta tolong kepada
tetangga ataupun teman dekatnya.
Lingkungan
-Rumah : Pasien tinggal berdua dengan bayi yang baru
dilahirkannya di sebuah kos-kosan yang beralamat di Jalan Pulau
Moyo, Sesetan, Denpasar. Pada kos pasien tersebut terdiri dari 1
kamar tidur, 1 dapur dan 1 kamar mandi dalam. Keadaan kamar
kos pasien kurang tertata rapi dan ventilasi kos cukup. Sumber air
minum dan MCK untuk keluarga pasien adalah dari air PDAM.
Penerangan di dalam kos cukup baik. Dalam 1 pekarangan terdapat
10 kamar kost yang dihuni penuh oleh tetangga.
12
- Ortu/keluarga : Pasien hanya tinggal berdua dengan anaknya yang
baru lahir. Tidak ada sanak saudara yang tinggal di Bali, karena
pasien merupakan perantauan. Sedangkan suami pasien sedang
bekerja di luar negeri.
Kebutuhan emosi/kasih sayang
Pasien baru menjalani hubungan pernikahan selama 1 tahun. Saat
usia kehamilan 4 bulan, pasien ditinggal suaminya untuk berlayar.
Sehingga komunikasi dengan suamipun hanya bisa dilakukan melalui
telepon. Sanak saudara pasien berada jauh di Sumba, sehingga pasien
biasanya berkomunikasi melalui telepon. Namun pasien merupakan
orang yang ramah sehingga pasien memiliki banyak teman. Selain itu
hubungan pasien dengan tetangga kostnyapun tergolong dekat,
terbukti pasien sering berkomunikasi dengan tetangganya dan
dikatakan tetanggannya sering membantu pasien dalam banyak hal.
2. Analisa Bio-Psikososial
Lingkungan biologis
- Penyebab : Vitamin c banyak diperlukan untuk pembentukan
kolagen, pada penderita dengan defisiensi vitamin c sering
menderita KPD. Pada kasus pasien sangat jarang mengkonsumsi
buah-buahan dan sayur-sayuran. ibu hamil dengan anemia sangat
riskan terjadi infeksi, dimana infeksi diatas dapat merangsang
terjadinya KPD.
- Pemenuhan gizi : Pasien tergolong mengalami kekurangan zat
besi. Hal ini dapat diakibatkan karena asupan zat besi yang
kurang, akibat pola makan dari ibu pasien, dimana pasien jarang
mengkonsumsi makanan yang mengandung kandungan zat besi
yang tinggi seperti daging merah dan hati. Selan itu pasien juga
sering mengkonsumsi teh setelah makan dan kopi, dimana teh
dan kopi mengandung tannin yang dapat menghambat
penyerapan dari besi. Keadaan anemia defisiensi besi yang
13
berlanjut terus menerus dapat memberikan dampak negatif
apalagi saat masa menyusui. Penghasilan yang diperoleh
suaminya dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari dan makan 3x sehari.
- Akses pelayanan kesehatan : Rumah pasien dengan Puskesmas
Denpasar Selatan tergolong dekat, pasien rutin mengikuti
kegiatan yang ada di puskesmas di daerah tempat dia tinggal, hal
ini terlihat melalui kunjungan yang teratur yang dilakukan pasien
selama masa kehamilan. Hal yang menjadi kendala adalah
transportasi, namun pasien mampu mengatasinya dengan
meminta tolong dengan teman maupun tetangga untuk
mengantarkan pasien.
Faktor psikososial
Hubungan pasien dan suaminya dikatakan baik dan harmonis.
Hubungan pasien dengan tetangga kos juga cukup baik. Namun
keberadaan pasien yang tinggal berdua dengan anaknya membuat
pasien merasa cemas, karena masih belum mengetahui cara merawat
bayi yang baik dan benar dan kurangnya dukungan psikis secara
langsung yang diterima pasien. Namun pasien sudah memiliki
rencana untuk mengajak adiknya ke Bali untuk membantu pasien
dalam merawat anaknya dan memberikan dukungan psikis kepada
pasien, selain itu juga pasien selalu berusaha untuk meningkatkan
komunikasi dengan suaminya yag ada di luar negeri.
3.3 Saran
1. Edukasi yang tepat kepada pasien tentang pentingnya memperhatikan
kesehatan dan asupan gizi yang cukup dan seimbang, serta mempersering
konsumsi makanan yang mengandung kadar zat besi yang tinggi serta
sayur, buah-buahan. Asupan nutrisi pasien harus dipertahankan terutama
pada masa kehamilan dan pasca melahirkan agar tidak terjadi gangguan
baik kondisi ibu dan bayi.
14
2. Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat karena kurang istirahat dapat
mengakibatkan berkurangnya jumlah ASI yang diproduksi dan
menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
3. Meyaranka ibu untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini
disebabkan karena infeksi tetap menjadi penyebab kematian bayi baru
lahir di negara berkembang. Seperti pada infeksi nifas upaya mencuci
tangan dapat menurunkan angka kematian secara drastis. Pasien harus
menjaga kebersihan dilingkungan serta kebersihan pada daerah
kewanitaan, tidak disarankan untuk membilas vagina dengan air hangat
karena akan membuat jahitan lepas sehingga daerah kewanitaan
dibersihkan dengan air dingin biasa. Sarankan kepada ibu untuk
membersihkan daerah disekitar pulva terlebih dahulu, dari depan ke
belakang, baru kemudian membersihkan daerah di sekitar anus.
Menyarankan kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai
buang ai kecil
4. Memberikan penjelasan mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif
dan penggunaan KB kepada ibu. Bila ibu menyusui secara maksimal (8-10
kali selama sehari), selama 6 minggu ibu akan mendapat efek kontrasepsi
dari Lactational Amenorrhea (LAM). Mengajarkan kepada ibu cara
memposisikan dan melekatkan bayi pada payudara, karea seringkali
kegagalan menyusui disebabkan oleh kesalahan memposisikan dan
melekatkan bayi. Puting ibu menjadi lecet dan ibu menjadi segan
menyusui sehingga produksi ASI berkurang dan ibu menjadi malas
menyusui.
Langkah menyusui yang benar:
- Cuci tangan dengan air yang bersih yang mengalir
- Ibu duduk dengan santai kaki tidak boleh menggantung
- Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan aerola sekitranya.
Manfaatnya adalah sebagai disinfektan dan menjaga kelembapan
puting susu.
- Posisikan bayi dengan benar:
15
o Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat
lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan
ibu
o Perut bayi menempel ketubuh ibu
o Mulut bayi berada di depan puting ibu
o Lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di
antara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang di atas boleh dipegang ibu
atau diletakkan di atas dada iu
o Telinga dan lengan yang di atas berada dalam 1 garis lurus
- Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar,
kemudian dengan cepat kepala bayi dilekatkan ke payudara ibu dan
puting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.
- Cek apakah perlekatan sudah benar:
Dagu menempel ke payudara ibu, mulut terbuka lebar, sebagian besar
areola terutama yang di bawah masuk ke dalam mulut bayi, bibir bayi
terlipat keluar, pipi bayi tidak boleh kempot, tidak boleh terdengar
bunyi decak, hanya boleh terdengar bunyi menelan, ibu tidak
kesakitan dan bayi tenang.
5. Jika kedepannya pasien hamil lagi maka sebaiknya kontrol kehamilan
dilakukan secara lebih teratur untuk mengetahui karena jika adanya
hipertensi pada kehamilan ataupoun gangguan lainnya dapat dicegah
dengan penanganan antenatal yang baik. Pada kehamilan selanjutnya,
disarankan pasien untuk melakukan antenatal care dan USG secara rutin
serta menghindari faktor risiko yang membahayakan kehamilan.
6. Pasien diingatkan kembali untuk kontrol ke poli kebidanan dan kandungan
seminggu setelah pulang dari rumah sakit.
7. Pentingnya untuk menjalin komunikasi yang lebih sering antara pasien
dengan suaminya. Hubungan dengan keluarga terdekat agar lebih dipererat
agar dapat diperoleh dukungan dan saran dari keluarga yang mungkin
lebih berpengalaman, terutama dalam mempertimbangkan untuk hamil
kembali.
16
LAMPIRAN
DENAH RUMAH PASIEN
17
Kamar Penghuni Kos Lain Halaman + Tempat Parkir
Kamar Penghuni Kos Lain
KAMAR TIDUR
DAPUR KAMAR
MANDI
SANGGAH