pbl gina edwin

26
BAB I PENDAHULUAN Ketuban pecah dini terjadi pada 10 % kehamilan, dan 2% terjadi pada kehamilan preterm. Pada kehamilan aterm angka insiden mencapai 30-40 %. Ketuban pecah dini / prematur rupture of membrans (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum menunjukkan tanda-tanda persalinan/inpartu (keadaan inpartu didefinisikan sebagai kontraksi uterus teratur dan menimbulkan nyeri yang menyebabkan terjadinya effacement atau dilatasi serviks), atau bila satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi kapan saja baik pada kehamilan aterm maupun preterm. Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor risiko yang menyebabkannya, antara lain adalah infeksi, defisiensi vitamin c, faktor selaput ketuban, hormon, faktor umur dan paritas, kehamilan kembar dan polihidramnion, faktor tingkat sosio-ekonomi, dan faktor-faktor lain. Ketuban pecah dini ini merupakan suatu komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan preterm dan dapat mengancam terjadinya persalinan prematur. Komplikasi dapat terjadi pada keadaan ketuban pecah dini, misalnya infeksi yang dapat terjadi pada plasenta, disebut korioammnionitis, yang dapat sangat berbahaya bagi ibu 1

Upload: nyoman-gina-henny-kristianti

Post on 11-Aug-2015

19 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pbl

TRANSCRIPT

Page 1: Pbl Gina Edwin

BAB I

PENDAHULUAN

Ketuban pecah dini terjadi pada 10 % kehamilan, dan 2% terjadi pada

kehamilan preterm. Pada kehamilan aterm angka insiden mencapai 30-40 %.

Ketuban pecah dini / prematur rupture of membrans (PROM) adalah pecahnya

selaput ketuban secara spontan pada saat belum menunjukkan tanda-tanda

persalinan/inpartu (keadaan inpartu didefinisikan sebagai kontraksi uterus teratur

dan menimbulkan nyeri yang menyebabkan terjadinya effacement atau dilatasi

serviks), atau bila satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan.

Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi kapan saja baik pada kehamilan aterm

maupun preterm.

Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, namun ada

beberapa faktor risiko yang menyebabkannya, antara lain adalah infeksi,

defisiensi vitamin c, faktor selaput ketuban, hormon, faktor umur dan paritas,

kehamilan kembar dan polihidramnion, faktor tingkat sosio-ekonomi, dan faktor-

faktor lain. Ketuban pecah dini ini merupakan suatu komplikasi yang sering

terjadi pada kehamilan preterm dan dapat mengancam terjadinya persalinan

prematur. Komplikasi dapat terjadi pada keadaan ketuban pecah dini, misalnya

infeksi yang dapat terjadi pada plasenta, disebut korioammnionitis, yang dapat

sangat berbahaya bagi ibu dan janin. Komplikasi yang lain yang dapat terjadi

adalah terjadinya solusio plasenta (yaitu lepasnya plasenta dari uterus), terjadinya

kompresi tali pusat, serta infeksi postpartum.

Penatalaksanaan pada ketuban pecah dini didasarkan atas beberapa

pertimbangan, yaitu usia kehamilan, status kesehatan ibu secara umum,

komplikasi yang telah terjadi, keadaan janin, prosedur tetap yang berlaku pada

masing-masing tempat pelayanan.

1

Page 2: Pbl Gina Edwin

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas

Nama : DPL

Umur : 22 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Timor

Bangsa : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : Tamat SMP

Status perkawinan : Sudah menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jalan Pulau Moyo, Sesetan, Denpasar

2.2 Anamnesis

1. Keluhan Utama : Keluar air per vaginam

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUP Sanglah pada tanggal 18 Februari 2013 pukul

13.00 WITA dengan keluhan utama keluar air per vaginam pada pukul

09.00 WITA (18 februari) atau 4 jam SMRS. Cairan yang keluar dari

kemaluan dikatakan berwarna bening dengan konsistensi cair. Cairan tidak

berwarna kehijauan dan tidak ada darah. Pasien juga mengatakan tidak ada

riwayat sakit perut hilang timbul dan demam sebelum maupun satu jam

setelah keluarnya cairan per vaginam tersebut. Gerak janin dirasakan baik

oleh pasien. Pasien juga memiliki riwayat gatal pada daerah genital sejak 1

minggu yang lalu.

2

Page 3: Pbl Gina Edwin

3. Riwayat Menstruasi

Menarche umur ± 14 tahun, siklus teratur 28-30 hari , lamanya 3-5

hari tiap kali mentruasi.

Hari pertama haid terakhir : 17 Juni 2012

Taksiran persalinan : 20 Februari 2013

4. Riwayat Perkawinan

Pasien menikah pada usia 21 tahun dan sampai sekarang telah menikah

satu kali. Pasien menikah selama 1 tahun dengan suaminya yang sekarang.

5. Riwayat Kehamilan

1. Ini

N

o

Tahu

n

Umur

kehamila

n

BB

L

Sex Cara

Persalina

n

Penolong

Persalina

n

Tempat

Persalina

n

Abortu

s

Komplikasi

/

Keterangan

L P

1 Ini

6. Riwayat Kehamilan Ini

Pasien melakukan kontrol (antenatal care) secara rutin sebanyak 5 kali di

bidan. Pasien mengatakan pernah melakukan USG 2 kali di rumah sakt.

Prima Medika. Pasien juga mengatakan telah melakukan imunisasi TT dan

mendapat suplemen besi, kalsium dan vitamin C satu kali sehari selama 5

bulan. Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan seperti mual,

muntah, pusing, sakit kepala, maupun perdarahan selama kehamilan ini.

7. Riwayat Pemakaian KB

Penderita tidak memakai KB sebelumnya.

8. Riwayat Penyakit Terdahulu

Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis misalnya

hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, asma, varises, keganasan,

3

Page 4: Pbl Gina Edwin

penyakit jiwa,dan lain-lain. Tidak ada riwayat alergi terhadap obat,

makanan, dan lain-lain. Pasien mengatakan tidak pernah menjalani operasi

sebelumnya.

9. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita

penyakit misalnya hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, TB,

epilepsi, kelainan bawaan, dan lain-lain.

10. Riwayat Sosial

Pasien merupakan seorang wiraswasta yang bekerja dalam proses

pengemasan ikan tuna di daerah Benoa. Suami pasien bekerja sebagai

seorang penangkap ikan. Suami pasien sedang berlayar ke jepang selama 2

tahun untuk bekerja. Suami pasien memiliki penghasilan yang cukup

sehingga pasien memiliki status ekonomi yang cukup. Pasien tidak

memiliki kebiasaan merokok, minum minuman keras, dan mengonsumsi

obat-obatan tertentu, akan tetapi, suami pasien memiliki kebiasaan

merokok.

2.3 Pemeriksaan Fisik

STATUS PRESENT

Keadaan umum : Baik

GCS : E4V5M6

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/mnt

Respirasi : 20 x/mnt

Suhu aksila : 36,5 °C

Berat badan : 65 kg

Tinggi badan : 152 cm

STATUS GENERAL

Mata : anemia +/+, ikterus -/- , odem palpebra -/-

4

Page 5: Pbl Gina Edwin

THT : kesan tenang

Thorax:

Cor : S1 S2 tunggal regular, murmur (-)

Pulmo : suara nafas vestibuler +/+, rhonki-/-, wheezing-/-

Mamae : bentuk simetris, puting susu menonjol, pengeluaran (-),

kebersihan cukup

Abdomen : massa (-), nyeri tekan (-), bising usus (+) normal, distensi

(-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat ++/++, edema --/--

STATUS OBSTETRI

Pemeriksaan luar

Inspeksi

Tampak hiperpigmentasi pada areola mamae

Tampak perut membesar dengan striae gravidarum (livide dan striae

albikantus)

Tidak tampak bekas luka SC

Palpasi

Pemeriksaan Leopold

I. Teraba bagian bulat dan lunak (kesan bokong)

II. Teraba tahanan keras di kanan (kesan punggung) dan bagian

kecil di kiri

III. Teraba bagian bulat, keras (kesan kepala)

IV. Bagian bawah sudah masuk 4/5 bagian dari pintu atas panggul

His tidak ada

Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah procesus Xiphoideus (31 cm)

Auskultasi

DJJ (+), punctum maksimum pada abdomen bawah bagian kiri 145

x/menit

Pemeriksaan dalam

VT: Cairan keluar dari ostium uteri eksterna, lakmus (+), pembukaan 1

jari, penipisan 30%, konsistensi sedang, arah portio medial, ketuban (-),

5

Page 6: Pbl Gina Edwin

teraba kepala, denominator belum jelas, penurunan Hodge I, tidak

teraba bagian kecil maupun tali pusat

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Hematologi Rutin

WBC : 9,82 x 103/µL

RBC : 3,92 x 106/µ

HGB : 7,64 g/dL

HCT : 26,58 %

MCV : 67,65 fL

MCH : 19,47 pg

MCHC: 28,78 g/dL

PLT : 150,90 x 103/L

BT/CT : 1’00’’ / 9’00’’

FE : 18,90 μg/dL

TIBC : 600,40 μg/dL

2.5 Diagnosa

G1P0000, 39-40mg, Tunggal/Hidup + Ketuban Pecah Dini (KPD), Anemia

Sedang Hipokromik Mikrositer ec Defisiensi Besi

2.6 Penatalaksanaan

Tx : Expectative pervaginam

Ampicillin 4 x 500 mg

Persiapan darah (PRC) 4 kolf

Mx: Keluhan, Vital Sign, DJJ, dan tanda-tanda inpartu

Konsul TS Penyakit Dalam

KIE : Pasien dan keluarga dijelaskan tentang keadaan janin dan rencana

tindakan.

6

Page 7: Pbl Gina Edwin

2.7 Perjalanan Pengobatan

Tgl 19 Februari 2013, Pukul 01.45 WITA

S: Ibu lega bayi lahir selamat

O: Lahir spontan belakang kepala, bayi perempuan, 2800 gram, Apgar Score 8,9,

anus ada, keluhan kongenital tidak ada

Dilakukan managemen aktif kala III:

- Injeksi oksitosin 10 IU

- Peregangan tali pusat terkendali

- Massase fundus uteri

Lahir plasenta spontan, kesan komplit, kalsifikasi (-), hematoma (-) pada

pukul 01.50

Evaluasi:

- Kontraksi uterus (+) baik

- Ruptur perineum grade II -> Hecting

- Pendarahan aktif (-)

A : P1001 p Spt B PP Hari 0, Anemia Sedang Hipokromik Mikrositer ec

Defisiensi Besi

Terapi : - Ampicilin tablet 4x500 mg

- Asam mefenamat tablet 3x500 mg

- Methyl ergometrin tablet 3x0,125 mg

- Sulfas Ferosus tablet 2x200 mg

- Vitamin C tablet 3x100 mg

- Infus NaCl 0,9% 20 tetes per menit

Mx : observasi 2 jam post partum

Pdx: Periksa DL ulang 6 jam post partum

KIE : ASI Eksklusif, mobilisasi dini, KB post partum

Tgl 19 Februari 2012, Pukul 06.00 WITA

S : Keluhan subjektif (-), BAK (+), BAB (-), mobilisasi (+), makan-minum (+),

nyeri luka jahitan (+)

O : Status Present

Tekanan darah : 120/80 Respirasi : 20 x/menit mmHg

7

Page 8: Pbl Gina Edwin

Nadi : 80 x/menit Temp. Aksila : 36,50 C

Status General:

Mata: an+/+; ikt -/-

Thorax: Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)

Pulmo : vesikuler (+)/(+), rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-)

Status Obstetri:

Abdomen: tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+) baik

Vagina: lochea (+), perdarahan aktif (-)

A : P1001 pspt B pp hari I , anemi Anemia Sedang Hipokromik Mikrositer ec

Defisiensi Besi a sedang hipokromik mikrositer

Terapi: - Ampicilin 4x500 mg

- Terapi lain lanjut

Mx : keluhan, vital sign

KIE : KB post partum, ASI Eksklusif, mobilisasi dini

Tgl 20 Februari 2012, Pukul 06.00 WITA

S : Nyeri luka jahitan masih

O : Status Present

Tekanan darah : 120/70 Respirasi : 18 x/menit mmHg

Nadi : 80 x/menit Temp. Aksila : 36,50 C

Status General:

Mata: an+/+; ikt -/-

Thorax: Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)

Pulmo : vesikuler (+)/(+), rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-)

Status Obstetri:

Abdomen: tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+) baik

Vagina: lochia (+), perdarahan aktif (-)

A : P1001 pspt B pp hari II, Anemia Sedang Hipokromik Mikrositer ec Defisiensi

Besi

Terapi : - Ampicilin 4x500 mg

- Asam mefenamat 3x500mg

- Methyl ergometrin 3x0,125mg

8

Page 9: Pbl Gina Edwin

- Sulfas Ferosus 2x200mg

- Vitamin C 3x100 mg

- IVFD NaCl 0,9% 20 tetes per menit

Mx : pemeriksaan kembali ke poli kebidanan dan kandungan seminggu lagi

KIE : KB post partum, ASI Eksklusif, mobilisasi dini

9

Page 10: Pbl Gina Edwin

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Daftar Permasalahan

Pasien didiagnosis saat masuk rumah sakit dengan ketuban pecah dini

disertai dengan anemia sedang et causa anemia defisiensi besi (Hb: 7,69

mg/dL, MCV: 67,65 fL, MCH 19,47 pg, Fe 18,90 µg/dL, TIBC 600,40

µg/Dl). Anemia defisiensi zat besi (kejadian 62,30%) adalah anemia dalam

kehamilan yang paling sering terjadi dalam kehamilan akibat kekurangan zat

besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi

dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat

besi. Anemia defisiensi besi sangat erat keterkaitannya dengan pola makan.

Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan

kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Untuk dapat

mencapai keseimbangan gizi maka setiap orang harus menkonsumsi minimal

1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu Karbohidrat,

protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu. Seringnya ibu hamil

mengkonsumsi makanan yang mengandung zat yang menghambat

penyerapan zat besi seperti teh, kopi, kalsium. Wanita hamil cenderung

terkena anemia pada triwulan III karena pada masa ini janin menimbun

cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama

setelah lahir. Pada saat kunjungan awal pasien untuk memeriksakan diri ke

puskesmas (10/10/2012), didapatkan temuan Hb pasien 11,8 mg/Dl dan pada

saat di rumah sakit (18/2/2013) Hb pasien berkurang menjadi 7,649 mg/dl.

Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan kadar Hb selama masa kehamilan.

Pasien juga mengakui sering sekali mengkonsumsi teh dan kopi setelah

makan. Sehingga hal ini dapat menghambat penyerapan besi di tubuh. Selama

ini pasien juga mengaku hampir tidak pernah mengkonsumsi daging merah

seperti sapi, kambing dan sejenisnya, dimana dalam daging tersebut

terkandung kadar zat besi yang cukup tinggi. Pasien lebih sering

mengkonsumsi daging ayam untuk sehari-harinya.

10

Page 11: Pbl Gina Edwin

Saat ini pasien tidak mengalami suatu keluhan fisik yang berarti. Pasien

sedang mengalami masa nifas, dimana pasien harus lebih memperhatikan

kesehatannya maupun kesehatan anaknya. Ini merupakan pertama kalinya

pasien memiliki anak sehingga pasien masih kurang mengerti bagaimana

mengusahakan kesehatan yang baik bagi anaknya. Selain itu pasien juga

tinggal sendiri di tempat kost nya saat ini, karena suaminya sedang bekerja

berlayar selama 2 tahun di Jepang, sehingga hal ini mewajibkan pasien untuk

bisa semandiri mungkin mengatur rumah tangga serta merawat bayinya.

Pasien saat ini hanya mampu berkomunikasi dengan suami melalui telepon,

selain itu pasien tidak memiliki sanak saudara di Bali, karena pasien

merupakan pindahan dari Sumba. Kondisi perekonomian pasien tergolong

cukup, pasien selalu mendapatkan kiriman uang dari suaminya selain itu juga

pasien bekerja di perusahaan ikan untuk menopang kondisi perekonomian

keluarganya.

3.2 Analisis Kebutuhan Pasien

1. Kebutuhan Fisik-Biomedis

Kecukupan Gizi

Pasien mengaku penghasilan yang diperoleh suaminya sebagai

penangkap ikan yang berlayar ke Jepang adalah cukup untuk

kehidupan sehari-hari mereka berdua. Menurut pengakuan pasien,

dalam sehari pasien biasa makan 3 kali sehari dengan uraian menu

berupa nasi, tempe, tahu, ayam, sayur-sayuran. Tetapi pasien jarang

mengkonsumsi daging merah serta hati yang dimana di dalamnya

terkandung kadar zat besi yang tinggi. Selain itu pasien juga sering

mengkonsumsi teh setelah makan dan kopi yang dimana di dalamnya

terkandung zat yang dapat menghambat penyerapan besi dalam tubuh.

Pasien juga dikatakan jarang mengkonsumsi buah-buahan serta sayur

sayuran, hal ini memiliki keterkaitan dengan kandungan vitamin C

dalam tubuh, dan defisiensi vitamin C menjadi salah satu faktor risiko

terjadinya ketuban pecah dini.

11

Page 12: Pbl Gina Edwin

Status nutrisional pada masa laktasi memiliki dampak langsung

pada kesehatan maternal dan bayi selama masa nifas. Intake nutrisi

pascapersalinan harus ditingkatkan untuk mengatasi kebutuhan energi

selam menyusui. Tiga defisiensi vitamin dan mineral adalah kelainan

yang terjadi sebagai akibat kekurangan iodin, kekurangan vitamin A,

serta anemia defisiensi Fe. Defisiensi yang terjadi terutama

disebabkan karena intake yang kurang, gangguan penyerapan, atau

enggunaan. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan makan akanan

yang sesuai, makanan difortifikasi, penggunaan obat suplemen selama

kehamilan, menyusui dan pada masa bayi serta anak-anak.

Pasien saat ini memiliki seorang bayi yang tentunya wajib

mendapatkan ASI eksklusif sehinga diperlukan kecukupan nutrisi

pada ibu yang menyusui.

Akses pelayanan kesehatan

Akses pelayanan kesehatan pasien terbilang cukup mudah, karena

pasien tinggal di daerah perkotaan dimana sangat mudah untuk

mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Hanya saja sarana

transportasi yang dimiliki pasien tidak ada sehingga jika ingin ke

tempat pelayanan kesehatan, pasien akan meminta tolong kepada

tetangga ataupun teman dekatnya.

Lingkungan

-Rumah : Pasien tinggal berdua dengan bayi yang baru

dilahirkannya di sebuah kos-kosan yang beralamat di Jalan Pulau

Moyo, Sesetan, Denpasar. Pada kos pasien tersebut terdiri dari 1

kamar tidur, 1 dapur dan 1 kamar mandi dalam. Keadaan kamar

kos pasien kurang tertata rapi dan ventilasi kos cukup. Sumber air

minum dan MCK untuk keluarga pasien adalah dari air PDAM.

Penerangan di dalam kos cukup baik. Dalam 1 pekarangan terdapat

10 kamar kost yang dihuni penuh oleh tetangga.

12

Page 13: Pbl Gina Edwin

- Ortu/keluarga : Pasien hanya tinggal berdua dengan anaknya yang

baru lahir. Tidak ada sanak saudara yang tinggal di Bali, karena

pasien merupakan perantauan. Sedangkan suami pasien sedang

bekerja di luar negeri.

Kebutuhan emosi/kasih sayang

Pasien baru menjalani hubungan pernikahan selama 1 tahun. Saat

usia kehamilan 4 bulan, pasien ditinggal suaminya untuk berlayar.

Sehingga komunikasi dengan suamipun hanya bisa dilakukan melalui

telepon. Sanak saudara pasien berada jauh di Sumba, sehingga pasien

biasanya berkomunikasi melalui telepon. Namun pasien merupakan

orang yang ramah sehingga pasien memiliki banyak teman. Selain itu

hubungan pasien dengan tetangga kostnyapun tergolong dekat,

terbukti pasien sering berkomunikasi dengan tetangganya dan

dikatakan tetanggannya sering membantu pasien dalam banyak hal.

2. Analisa Bio-Psikososial

Lingkungan biologis

- Penyebab : Vitamin c banyak diperlukan untuk pembentukan

kolagen, pada penderita dengan defisiensi vitamin c sering

menderita KPD. Pada kasus pasien sangat jarang mengkonsumsi

buah-buahan dan sayur-sayuran. ibu hamil dengan anemia sangat

riskan terjadi infeksi, dimana infeksi diatas dapat merangsang

terjadinya KPD.

- Pemenuhan gizi : Pasien tergolong mengalami kekurangan zat

besi. Hal ini dapat diakibatkan karena asupan zat besi yang

kurang, akibat pola makan dari ibu pasien, dimana pasien jarang

mengkonsumsi makanan yang mengandung kandungan zat besi

yang tinggi seperti daging merah dan hati. Selan itu pasien juga

sering mengkonsumsi teh setelah makan dan kopi, dimana teh

dan kopi mengandung tannin yang dapat menghambat

penyerapan dari besi. Keadaan anemia defisiensi besi yang

13

Page 14: Pbl Gina Edwin

berlanjut terus menerus dapat memberikan dampak negatif

apalagi saat masa menyusui. Penghasilan yang diperoleh

suaminya dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari dan makan 3x sehari.

- Akses pelayanan kesehatan : Rumah pasien dengan Puskesmas

Denpasar Selatan tergolong dekat, pasien rutin mengikuti

kegiatan yang ada di puskesmas di daerah tempat dia tinggal, hal

ini terlihat melalui kunjungan yang teratur yang dilakukan pasien

selama masa kehamilan. Hal yang menjadi kendala adalah

transportasi, namun pasien mampu mengatasinya dengan

meminta tolong dengan teman maupun tetangga untuk

mengantarkan pasien.

Faktor psikososial

Hubungan pasien dan suaminya dikatakan baik dan harmonis.

Hubungan pasien dengan tetangga kos juga cukup baik. Namun

keberadaan pasien yang tinggal berdua dengan anaknya membuat

pasien merasa cemas, karena masih belum mengetahui cara merawat

bayi yang baik dan benar dan kurangnya dukungan psikis secara

langsung yang diterima pasien. Namun pasien sudah memiliki

rencana untuk mengajak adiknya ke Bali untuk membantu pasien

dalam merawat anaknya dan memberikan dukungan psikis kepada

pasien, selain itu juga pasien selalu berusaha untuk meningkatkan

komunikasi dengan suaminya yag ada di luar negeri.

3.3 Saran

1. Edukasi yang tepat kepada pasien tentang pentingnya memperhatikan

kesehatan dan asupan gizi yang cukup dan seimbang, serta mempersering

konsumsi makanan yang mengandung kadar zat besi yang tinggi serta

sayur, buah-buahan. Asupan nutrisi pasien harus dipertahankan terutama

pada masa kehamilan dan pasca melahirkan agar tidak terjadi gangguan

baik kondisi ibu dan bayi.

14

Page 15: Pbl Gina Edwin

2. Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat karena kurang istirahat dapat

mengakibatkan berkurangnya jumlah ASI yang diproduksi dan

menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya sendiri.

3. Meyaranka ibu untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini

disebabkan karena infeksi tetap menjadi penyebab kematian bayi baru

lahir di negara berkembang. Seperti pada infeksi nifas upaya mencuci

tangan dapat menurunkan angka kematian secara drastis. Pasien harus

menjaga kebersihan dilingkungan serta kebersihan pada daerah

kewanitaan, tidak disarankan untuk membilas vagina dengan air hangat

karena akan membuat jahitan lepas sehingga daerah kewanitaan

dibersihkan dengan air dingin biasa. Sarankan kepada ibu untuk

membersihkan daerah disekitar pulva terlebih dahulu, dari depan ke

belakang, baru kemudian membersihkan daerah di sekitar anus.

Menyarankan kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai

buang ai kecil

4. Memberikan penjelasan mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif

dan penggunaan KB kepada ibu. Bila ibu menyusui secara maksimal (8-10

kali selama sehari), selama 6 minggu ibu akan mendapat efek kontrasepsi

dari Lactational Amenorrhea (LAM). Mengajarkan kepada ibu cara

memposisikan dan melekatkan bayi pada payudara, karea seringkali

kegagalan menyusui disebabkan oleh kesalahan memposisikan dan

melekatkan bayi. Puting ibu menjadi lecet dan ibu menjadi segan

menyusui sehingga produksi ASI berkurang dan ibu menjadi malas

menyusui.

Langkah menyusui yang benar:

- Cuci tangan dengan air yang bersih yang mengalir

- Ibu duduk dengan santai kaki tidak boleh menggantung

- Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan aerola sekitranya.

Manfaatnya adalah sebagai disinfektan dan menjaga kelembapan

puting susu.

- Posisikan bayi dengan benar:

15

Page 16: Pbl Gina Edwin

o Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat

lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan

ibu

o Perut bayi menempel ketubuh ibu

o Mulut bayi berada di depan puting ibu

o Lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di

antara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang di atas boleh dipegang ibu

atau diletakkan di atas dada iu

o Telinga dan lengan yang di atas berada dalam 1 garis lurus

- Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar,

kemudian dengan cepat kepala bayi dilekatkan ke payudara ibu dan

puting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.

- Cek apakah perlekatan sudah benar:

Dagu menempel ke payudara ibu, mulut terbuka lebar, sebagian besar

areola terutama yang di bawah masuk ke dalam mulut bayi, bibir bayi

terlipat keluar, pipi bayi tidak boleh kempot, tidak boleh terdengar

bunyi decak, hanya boleh terdengar bunyi menelan, ibu tidak

kesakitan dan bayi tenang.

5. Jika kedepannya pasien hamil lagi maka sebaiknya kontrol kehamilan

dilakukan secara lebih teratur untuk mengetahui karena jika adanya

hipertensi pada kehamilan ataupoun gangguan lainnya dapat dicegah

dengan penanganan antenatal yang baik. Pada kehamilan selanjutnya,

disarankan pasien untuk melakukan antenatal care dan USG secara rutin

serta menghindari faktor risiko yang membahayakan kehamilan.

6. Pasien diingatkan kembali untuk kontrol ke poli kebidanan dan kandungan

seminggu setelah pulang dari rumah sakit.

7. Pentingnya untuk menjalin komunikasi yang lebih sering antara pasien

dengan suaminya. Hubungan dengan keluarga terdekat agar lebih dipererat

agar dapat diperoleh dukungan dan saran dari keluarga yang mungkin

lebih berpengalaman, terutama dalam mempertimbangkan untuk hamil

kembali.

16

Page 17: Pbl Gina Edwin

LAMPIRAN

DENAH RUMAH PASIEN

17

Kamar Penghuni Kos Lain Halaman + Tempat Parkir

Kamar Penghuni Kos Lain

KAMAR TIDUR

DAPUR KAMAR

MANDI

SANGGAH