nilai-nilai pendidikan tasawuf dalam buku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i...

121
i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL- TAYR) KARYA FARIDUDDIN ATTAR S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Disusun Oleh MUHAMMAD FARIDUDDIN 111 12 027 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Upload: others

Post on 02-Sep-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

i

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF

DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-

TAYR) KARYA FARIDUDDIN ATTAR

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun Oleh

MUHAMMAD FARIDUDDIN

111 12 027

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

Page 2: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

ii

Page 3: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

iii

Page 4: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

iv

Page 5: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

v

Page 6: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

vi

Page 7: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

vii

MOTTO

“Dunia ini dianyam oleh miliaran kehidupan, Setiap benang

melintasi benang yang lain.

Apa yang disebut dengan Filsafat hanya sebuah pergerakan kecil

dari sehelai benang.

Jika kau bisa menerjemahkan Setiap benang yang merajutnya,

Masa depan akan sepenuhnya bisa terbaca semudah

Matematika.”

Page 8: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:

Ayahku Muhammad Islami dan Ibuku Siti Amroh yang

memberikan segalanya, tanpa jerih payah dan kasih sayang

darinya tak akan pernah mampu kuberada dalam keadaan yang

sebaik ini.

Seluruh dosen IAIN Salatiga, Khususnya Dra. Djami‟atul

Islamiyah, M.Ag. yang telah memberikan pengarahannya

hingga titik akhir pembuatan skripsi ini.

Seluruh teman-teman angkatan 2012 terima kasih telah

memberikan warna-warni dalam kehidupanku dan semoga

kawilujengan dan bagas kewaran bersama kalian.

Teman-teman Ponpes Al-Islah, bersama kalian aku tempuh

masa muda untuk belajar kedewasaan

Dan kepada pembaca yang menyempatkan mengutip ataupun

menjadikan tulisan ini menjadi berguna.

Page 9: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud

yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam Allah Swt, semoga

senantiasa terlimpahkan kepada Sang Penyempurna akhlak manusia dan yang

selalu kuucap namamu sebagai bentuk kerinduan yang tak ada hentinya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat

diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga

4. Ibu Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan

pikiran dan tenaganya untuk memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat

berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya

skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan PAI IAIN

Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan

kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.

Page 10: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

x

Page 11: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

xi

ABSTRAK

Fariduddin Muhammad. 2017. Nilai-Nilai Pendidikan Tasawuf dalam Buku

Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) Karya Fariduddin Attar.

Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan

Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Pembimbing : Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag.

Kata Kunci: Buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr), Pendidikan Tasawuf.

Penelitian yang berjudul Nilia-Nilai Pendidikan Tasawuf dalam Buku

Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) karya Fariduddin Attar ini dimaksudkan

untuk menggali nilai-nilai pendidikan tasawuf dalam buku musyawarah burung

(Mantiq Al-Tayr). dari segi judulnya buku ini memang tidak secara eksplisit

memuat tentang tasawuf, namun sesungguhnya isi dari buku ini mengandung nilai

pendidikan tasawuf secara alegoris. Dalam konteks sekarang nilai pendidikan

tasawuf menjadi sangat penting di tengah kemajuan teknologi dan informasi yang

semakin canggih dan global untuk di aplikasi dalam kehidupan sekarang kususnya

kaum remaja.

Pokok permasalahan dalam dalam skripsi ini adalah: 1) Bagaimana nilai-

nilai pendidikan tasawuf yang terkandung dalam buku Musyawarah Burung

(Mantiq Al-Tayr) karya Fariduddin Attar? 2) Bagaimana relevansi nilai-nilai

pendidikan tasawuf dalam buku Musayawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) karya

Fariduddin Attar dengan Konteks sekarang?

Mengingat kajiannya merupakan penelitian literarur/studi pustaka

(library research) maka metode yang digunakan adalah Metode Hermeneutika

Teks dan Metode Content Analysis (Analisis Isi). Data yang terkumpul akan

dianalisi, dipelajari dan dideskripsikan. Selanjutnya memberikan gambaran,

penjelasan, dan diuraikan.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan tasawuf

dalam buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr), Seperti nilai pendidikan

Tauhid, ajaran tentang kewaspadaan terhadap tipu daya dunia, hakikat penciptaan

manusia, tujuan hidup manusia, Ajaran tentang Zuhud, mahabbah, ma‟rifat,

istighna, faqir dan fana. Sementara relevansi nilai-nilai pendidikan tasawuf yang

terkandung dalam buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) dalam konteks

sekarang, Misalnya seperti aplikasi zuhud dalam koteks kehidupan sekarang,

zuhud bisa kita aplikasikan dalam kehidupan kita tanpa harung menggunakan

metode-metode seperti orang-orang pada zaman dahulu, Selain zuhud konsep-

konsep seperti ma‟rifat dan mahabbah juga sangat relevan dalam konteks

kekinian. Kosep ma‟rifat misalnya dapat lebih mendekatkan pengenalan diri kita

kepada Allah dalam arti yang sesungguhnya. Demikian juga dengan konsep

mahabbah juga sangat relevan baik secara vertikal maupun secara horisontal

ditengah kondisi masayarakat yang serba plural.

Page 12: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN BERLOGO .......................................................................... ii

HALAMAN DEKLARASI ....................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ iv

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................ v

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... vi

MOTTO .................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ..................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .............................................................................. ix

ABSTRAK ................................................................................................ xi

DAFTAR ISI ............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1

B. Rumusan Masalah ......................................................... 6

C. Tujuan Penelitian .......................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ........................................................ 7

E. Metode Penelitian ......................................................... 8

F. Penegasan Istilah ........................................................... 11

G. Sistematika Penulisan ................................................... 15

Page 13: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

xiii

BAB II BIOGRAFI FARIDUDDIN ATTAR

A. Biografi Fariduddin Attar ............................................. 17

B. Karya Sastra Fariduddin Attar ...................................... 22

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Isi Buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr)

Secara Umum ................................................................ 26

B. Nilai-Nilai Pendidikan Tasawuf dalam Buku

Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) Dengan

Konteks Sekarang ......................................................... 38

BAB IV PEMBAHASAN

A. Analisis Terhadap Nilai-Nilai Pendidikan Tasawuf

Dalam Buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-

Tayr) ............................................................................. 55

B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Tasawuf Dalam

Buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr)

Dengan Konteks Sekarang ............................................ 93

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................... 96

B. Saran ............................................................................. 97

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi

Lampiran 3 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 4 Daftar SKK

Lampiran 5 Pernyataan Publikasi Skripsi

Page 15: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra bukanlah sekedar budaya tulis dan rangkaian kata-kata yang

tersusun dari beberapa bait, tetapi sastra adalah keindahan dan budaya

kelembutan, sastra adalah salah satu refleksi dari naluri manusia untuk

mencari kelembutan dan keindahan (estetika). karena Tuhan sendiripun

menyampaikan kitab suci Al Quran dengan bahasa sastra, kalimat-kalimat

Rasulullah sendiripun juga indah, bagai mana jadinya bila melakukan

sholat tanpa rasa khusuk dan banyak pertanyaan yang biasa anda teruskan

sendiri.

Tingkat sastra dalam Al-Quran begitu tinggi dan indahnya, bahkan

Allah SWT juga pernah memberi tantangan kepada manusia dan jin dalam

Al Quran, Allah berfirman:

مثههب يؤتىن نب انمسآن هرا بمثم يؤتىا أن عهى وانجه انإوس اجتمعت نئه لم

ظهيسا نبعض بعضهم كبن ونى

Artinya: “katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul

untuk membuat yang serupa Al-Quran ini, niscaya mereka tidak dapat

membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi

pembantu bagi sebagian yang lain.” (Al-Isra‟: 88).

Page 16: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

2

Nuansa keindahan (estetik) dan kelembutan selau tercermin

disetiap zaman dan kebudayaan masing-masing bangsa, Esteika dalam

tradisi Islam dapat dikatakana sebagai jalan kerohanian, bentuk-bentuk

yang berhubungan denga spiritualitas dan religiusitas. Sebagaimana puisi-

puisi pujian kepada Nabi Muhammad SAW, sebab yang di ungkap ialah

hakikat perjalanan rohani manusia menuju kebenaran yang tertinggi yaitu

Tauhid (Hadi, 2004:44).

Sastra sufi adalah sastra yang berasal dari ungkapan pengalaman

religiusitas sang pelaku suluk (pelaku tasawuf), seperti ungkapan

kerinduan seorang hamba kepada kekasih-Nya. Jalaluddin Rumi menulis

dalam sajak mistiknya:

Dengar alunan pilu seruling bambu

Sayu sendu nadanya menusuk kalbu

Begitulah ia sejak bercerai dari batang pohon rimba

Dadanya sesak di penuhi cinta dan kepiluan

Api cintalah yng membakar diriku

Anggur cintalah yang memberiku cinta mengawan

Inginkah kautahu bagaimana pencinta luka?

Dengar, dengar alunan seruling bambu

Jalaluddin Rumi (Bagir, 2016: 4)

Dalam tradisi sufi estetika lebih jauh di kaitkana dengan metafisika

dan jalan kerohanian yang mereka tempuh di jalan ilmu tasawuf. Para sufi

berpendapat bahwa semua karya yang baik, mestilah dapat dirujuk pada

Page 17: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

3

ayat-ayat Al-Quran, dan tidak jarang puisi-puisi mereka sebenarnya

merupakan tafsir spiritual terhadap ayat-ayat Al-Quran yang di

transformasikan ke dalam bahasa figurasi puisi (Hadi, 2004:38).

Segala bentuk keindahan dapat dijadikan sarana menuju

pengalaman religius, sesuai dengan cara seseorang menanggapi keindaha.

Dalam tradisi islam estetika juga menjelma menjadi ekpresi solidaritas

sosial dan sejarah, sebagai mana di manifestasikan dalam karya-karya

yang tergolong sastra adab, sejarah, epik, hikayat orang suci, kisah rakyat

jelata, kisah didaktik dan cerita binatang seperti musyawarah burung

(Mantiq Al-Tayar), atau karya-karya yang tergolong pelipur lara.

Renungan estetikus muslim tentang keindahan estetis (zahir) juga

dapat disikap melalui tamsil-tamsil yang mereka gunakan dalam

menggambarkan tahap-tahap perjalanan rohani (suluk) yang mereka

tempuh menuju Yang Satu. Karena perjalanan itu merupakan perjalanan

naik dari alam kewujudan yang lebih tinggi, maka digunakan tamsil

perjalanan mendaki puncak gunung. sering pula digunakan tamsil

penerbangan burung menuju puncak gunung yang tinggi seperti dalam

Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr). Burung merupaka tamsil bagi roh

yang senantiasa diusik kerinduan kepada asal usul kerohaniannya di alam

ketuhanan (Hadi, 2004:45).

Namun demikian, dalam penulisan ini, penulis akan membatasi diri

pada bentuk-bentuk ekspresi yang berhubungan dengan spiritualitas dan

Page 18: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

4

religiusitas serta nilai-nilai pendidikan tasawuf dalam buku sastra

Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) karya Fariduddin Attar.

Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) karya Fariduddin Attar

Sebuah puisi prosa dalam bait-bait bersajak, karya ini terdiri dari 4000

syair lebih yang dianggap sebagai tulisan paling berwawasan luas dan

menjadi masterpiece terpenting puisi sufi, juga sebagai sastra sufistik yang

diakui secara global. Masterpiece Fariduddin Attar ini mempunyai

kekuatan untuk berbicara kepada pelaku tasawuf itu sendiri maupun orang

awam.

Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) menceritakan penerbangan

burung-burung mencari raja diraja mereka yang bernama Simurgh (Raja

Burung) yang berada di puncak gunung Qaf yang sangat jauh dari tempat

mereka berada, perjalanan itu dipimpin oleh Hudhud, burung kesayangan

Nabi Sulaiman a.s. yang melambangkan guru sufi yang telah mencapai

tingkat makrifat yang tinggi. Sedangkan burung-burung melambangkan

jiwa atau roh manusia yang gelisah disebabkan kerinduannya kepada

hakikat ketuhanan. Simurgh (Raja Burung) sendiri merupakan lambang

diri hakikat mereka dan sekaligus lambang hakikat ketuhanan. Perjalanan

itu melalui tujuh lembah, yang merupakan lambang tahap-tahap perjalanan

sufi menuju cinta Ilahi. Dalam tiap tahap (maqam) seseorang penempuh

jalan akan mengalami keadaan-keadaan jiwa/ rohani (ahwal, kata jamak

dari hal). Uraian keadaan rohani yang disajikan Attar menarik karena

menggunakan kisah-kisah perumpamaan. Pada akhir cerita Attar

Page 19: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

5

menyatakan bahwa ternyata hanya tiga puluh ekor burung yang mencapai

tujuan dan Simurgh (Raja Burung) tidak lain ialah hakikat diri mereka

sendiri (Hadi, 2004:137).

Dalam buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) karangan

Fariduddin Attar di gambarkan secara simbolik bahwa jalan kerohanian

dalam ilmu tasawuf ditempuh melalui tujuh lembah (wadi), yaitu :lembah

pencarian (talab), cinta („isyq), makrifat (ma‟rifah), kepuasan hati

(istighna), keesaan (tauhid), ketakjuban (hayrat), kefakiran (faqr) dan

hapus (fana‟). Namun Attar menganggap bahwa secara keseluruhan jalan

tasawuf itu sebenarnya merupakan jalan cinta, dan keadaan-keadaan

rohani yang jumlahnya tuju itu tidak lain adalah keadaan-keadaan yang

bertalian dengan cinta. Misalnya ketika seseorang memasuki lembah

pencarian. Cintalah sebenarnya yang mendorong seseorang melakukan

pencarian. Adapun kepuasan hati, perasaan atau keyakinan akan keesaan

Tuhan, serta ketakjupan dan persatuan mistik merupakan tahapan keadaan

berikutnya yang di capai di jalan cinta.

Dari uraian di atas, penulis ingin lebih jauh mengkaji tentang nilai

pendidikan tasawuf pemikiran Fariduddin Attar melalui sebagian karyanya

yaitu buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) yang di dalamnya

terdapat beberapa uraian tentang pendidikan tasawuf. Untuk itu, penulis

mencoba untuk menyusun sebuah skripsi yang berjudul: Nilai-Nilai

Pendidikan Tasawuf dalam Buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-

Tayr) Karya Fariduddin Attar, dengan harapan semoga dapat

Page 20: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

6

memberikan kontribusi dan manfaat bagi penulis dan umumnya bagi

pembaca.

B. Rumusan Masalah

Langkah selanjutnya setelah penegasan istilah adalah perumusan

pokok permasalahan yang akan dikaji. ”permasalahan yang paling baik

apabila permasalahan itu datang dari diri sendiri, karena hal itu didorong

oleh adanya kebutuhan untuk memperoleh jawabannya”. Pokok

permasalahan pengkajian dalam hal ini sebagai berikut.

1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan tasawuf yang terkandung dalam buku

Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) karya Fariduddin Attar?

2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan tasawuf dalam buku

Musayawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) karya Fariduddin Attar

dengan Konteks sekarang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak

diperoleh dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan tasawuf yang terkandung

dalam buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) karya Fariduddin

Attar.

2. Untuk mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan tasawuf dalam buku

Musayawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) karya Fariduddin Attar

dengan Konteks sekarang.

Page 21: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

7

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis, antara lain:

1. Secara Teoritis

a. Dapat mendiskripsikan konsep nilai-nilai pendidikan tasawuf

dalam buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) karya

Fariduddin Attar

b. Dapat mendiskripsikan relevansi nilai-nilai pendidikan tasawuf

dalam buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) karya

Fariduddin Attar.

c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai

tambahan wacana dalam metode pendidikan tasawuf bagi dunia

pendidikan Islam

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menginformasikan bahwa terdapat

banyak pelajaran, hikmah, dan metode pendidikan tasawuf yang

dapat dipetik dari buku musyawarah burung (Mantiq Al-Tayr) yang

bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis serta tambahan

pengetahuan sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan

penulis dengan landasan dan kerangka teoritis yang ilmiah atau

pengintegrasian ilmu pengetahuan dengan praktek serta melatih

diri dalam research ilmiah.

Page 22: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

8

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang

menggunakan pendekatan kepustakaan (library research), karena

semua sumber yang digali adalah bersumber dari pustaka (Hadi,

1990:3). Penelitian kualitatif ini sebagai prosedur penilaian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

seseorang yang dapat diamati. Dalam hal ini objeknya adalah

pemikiran tasawuf yang terkandung dalam buku Musyawarag Burung

(Mantiq Al-Tayr) karya Fariduddin Attar.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

studi pustaka. Dalam tahapan ini, peneliti berusaha menyeleksi data-

data (buku) yang ada relevansinya dengan pendidikan tasawuf dan

buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) karya Fariduddin Attar.

Sumber Data Primer, yaitu data yang sangat mendukung dan

pokok dalam penelitian. Dalam hal ini, peneliti menggunakan buku

Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr).

Sumber data sekunder, yaitu data yang berorientasi pada data

yang mendukung secara langsung maupun tidak langsung yang

berkaitan dengan subjek penelitian. Data sekunder yang dimaksud

dalam hal ini adalah:

a. Fariduddin Attar : Tadzkiratul Auliya‟

Page 23: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

9

b. Abdul Hadi : Hermeneutika, Estetika, dan Religiusitas Esai-Esai

Sastra Sufistik

c. Hamka : Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya

d. Sa‟id Hawa : Jalan Ruhani

e. Harun Nasution : Filsafat dan Mistisme dalam Islam

f. Annemarie Schimmel: Dimensi Mistik Dalam Islam dan buku-

buku lainya yang ada Relevansinya dengan objek pembahasan

penulis.

3. Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan Metode

a. Metode Hermeneutika Teks

Hermeneutika Teks pada dasarnya merupakan wahana

penelitian dengan cara interpretasi (penafsiran) terhadap teks.

Hermeneutika menurut pandangan kritik sastra ialah sebuah

metode untuk memahami teks yang di uraikan dan di peruntutkan

bagi penelaah teks karya sastra, apapun bentuknya, berkaitan

dengan suatu aktivitas yakni interpretasi (Edraswara, 2013:74).

Hermeneutika teks dapat diartikan sebagai metode

penelitian untuk memahami teks yang diuraikan dengan

interpretasi (penafsiran). Karya tokoh diselami untuk menangkap

nuansa dan arti yang dimaksudkan tokoh secara khas. Dalam

memahami teks, Schleiermacher mengatakan bahwa seorang

penafsir harus memperhatikan apa yang disebut dengan

Page 24: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

10

“Grammatical Hermeneutics” (Hermeneutika Grammatikal). (Al-

Mirzanah, Syamsuddin, 2011: ix).

Dari ungkapan Schleiermacher di atas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa “Grammatical Hermeneutics” (Hermeneutika

Grammatikal) adalah interpretasi yang melihat bahasa hingga pada

tingkat tertentu dimana bahasa menentukan pikiran seluruh

individu. (Al- Mirzanah, Syamsuddin, 2011: 12-13).

Semua langkah-langkah ini dimaksud untuk melakukan

interpretasi guna menangkap arti, nilai dan maksud pendidikan

tasawuf yang terkandung dalam buku Musyawarah Burung

(Mantiq Al-Tayr).

b. Metode Content Analysis (Analisis Isi)

Metode Content Analysis (analisis isi) menurut Weber

sebagaimana di kutip oleh Soejono dalam bukunya yang berjudul:

metode penelitian suatu pemikiran dan penerapan, adalah: “metode

penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk

menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen”.

(Soejono, 2005: 13). Dengan teknik analisis ini penulis akan

menganalisis terhadap makna atau pun isi yang terkandung dalam

ulasan-ulasan buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) dan

kaitannya dengan nilai-nilai pendidikan tasawuf.

Page 25: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

11

F. Penegasan Istilah

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang masalah yang akan peneliti

kemukakan dan agar tidak terjadi perbedaan persepsi perlu dijelaskan dan

ditegaskan maksud serta batasan-batasan istilah yang digunakan. Adapun

istilah-istilah yang perlu ditegaskan pengertiannya di sini adalah sebagai

berikut:

1. Nilai-nilai

Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling

benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga

prefensinya tercermin dalam prilaku, sikap, dan perbuatan-perbuatanya

(Maslikhah, 2009:106).

Jadi nilai dapat diartikan sebagai entitas atau inti mutiara dari

sebuah hikmah yang berguna bagi manusia.

2. Pendidikan Tasawuf

a. Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata didik, kemudian mendapatkan

awalan pe- dan akhiran -an yang berarti pengukuhan sikap dan tata

perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewesakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan,

proses, cara dan perbuatan mendidik (Tim Pengembang Ilmu

Pendidikan, 2007: 27).

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan

umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi

Page 26: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

12

pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual), dan tubuh

anak.

Pendidikan adalah proses bantuan dan pertolongan yang

diberikan oleh pendidikan kepada peserta didik atas pertumbuhan

jasmani dan perkembangan rohaninya secara optimal (Munib,

2006: 32).

Jadi Pendidikan adalah upaya untuk membantu

mengoptimalkan pertumbuhan peserta didik baik secara Jasmani

maupun Rohani.

b. Tasawuf

Tasawuf atau sufisme adalah satu cabang keilmuan dalam

Islam atau secara keilmuan ia adalah hasil kebudayaan Islam yang

lahir kemudian setelah Rasulullah SAW wafat.

Secara Etimologis, kata ini berasal dari bahasa Arab,

Tashawwafa, Yatashawwafu, Tashawwufan. Ulama berbeda

pendapat dari mana asal ushulnya. Ada yang mengatakan dari kata

“Shuf” (bulu domba), “Shaf” (jernih) dan dari kata “Shuffah”

(Suatu tempat di Masjid Nabawi yang di tempati oleh sebagian

sahabat Nabi Muhammad SAW). Pemikiran masing masing pihak

di latar belakangi obsesinya dan fenomena yang ada pada diri para

sufi (Syukur, 2004: 4).

Secata Terminologis banyak pula dijumpai definisi yang

berbeda-beda, diantara rumusan definisi tasawuf yang paling

Page 27: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

13

menonjol adalah yang di gagas oleh Ibrahim Basuniy. Dari ribuan

definisi itu, dia menggolongkan menjadi tiga bagian, yaitu Al-

Bidayah, Al Mujahadah, Al-Madzaqat.

Sudut pandang pertama (Al-Bidayah), mempunyai arti

bahwa tujuan awal dari kemunculan tasawuf adalah sebagi

manifestasi (perwujutan) dari kesadaran spiritual manusia tentang

dirinya sebagai mahluk Tuhan.

Sudut pandang kedua (Al-Mujahadah) adalah seperangkat

amaliah dan latihan dengan cara bersungguh-sungguh untuk

memperoleh apa yang selama ini menjadi tujuan utamanya, yaitu

berjumpa dengan Allah, atau usaha diri yang sungguh-sungguh

agar bias berada sedekat-dekatnya dengan Allah.

Sudut pandang ketiga (Al-Madzaqat) bisa diartikan sebagai

apa dan bagaimana yang dialami dan dirasakan manusia dihadirat

Tuhannya. Apa ia melihat Tuhan, merasakan kehadiran Tuhan

dalam hatinya, atau ia merasa bersatu dengan Tuhan. Berdasarkan

pendekatan ini tasawuf dipahami sebagai al-ma‟rifatul haq, yakni

ilmu tentang hakikat realitas realitas intuitif yang terbuka bagi sufi

(Forum Karya Ilmiah Purna Siswa, 2011: 14-15).

Jadi tasawuf adalah perjalan atau lelaku untuk menyatu

kembali kepada Allah, dari Allah yang satu (Ahad) sampai pada

penyatuan kembali dengan mahluqnya yaitu (Wahid) Allah yang

sudah menyatu, dan dalam istilah Islam dikenal dengan kata

Page 28: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

14

“Tauhid” secara sederhana dapat dikatakana Ilmu tasawuf adalah

ilmu yang menjelaskan tata cara pengembangan rohani manusia

dalam rangka usaha mencari dan mendekatkan diri kepada Allah

SWT.

Berdasarkan keterangan di atas dapat kita tari gari bahwa

pendidikan tasawuf adalah uapaya untuk menigkatkan

pertumbuhan Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual,

Kecerdasan Spiritual, untuk mengenali siapa dirinya agar lebih

mengenali Tuhanya, mengerti tujuan hidupnya dan mengerti

peranya di dalam kehidupan ini.

3. Buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr)

Musyawarah Burung menceritakan penerbangan burung-

burung mencari raja diraja mereka Simurgh (Raja Burung) yang

berada di puncak gunung Qaf yang sangat jauh dari tempat mereka

berada, perjalanan itu dipimpin oleh Hudhud, burung kesayangan

Nabi Sulaiman AS. yang melambangkan guru sufi yang telah

mencapai tingkat makrifat yang tinggi. Sedangkan burung-burung

melambangkan jiwa atau roh manusia yang gelisah di sebabkan

kerinduannya kepada hakikat ketuhanan. Simurgh (Raja Burung)

sendiri merupakan lambang diri hakikat mereka dan sekaligus

lambang hakikat Ketuhanan.

Perjalanan itu melalui tujuh lembah, yang merupakan lambing

tahap-tahap perjalanan sufi menuju cinta Ilahi. Dalam tiap tahap

Page 29: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

15

(maqam) seseorang penempuh jalan akan mengalami keadaan-

keadaan jiwa/ rohani (ahwal, kata jamak dari hal). Uraian keadaan

rohani yang di sajikan Attar menarik karena menggunakan kisah-

kisah perumpamaan. Pada akhir cerita „Attar menyatakan bahwa

ternyata hanya tiga puluh ekor burung yang mencapai tujuan, dan

Simurgh (Raja Burung) tidak lain ialah hakikat diri mereka sendiri

(Hadi, 2004:137).

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab yang

perinciannya sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan, yang terdiri dari: latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Biografi dan Karya Fariduddin Attar, yang terdiri dari:

Biografi Fariduddin Attar, dan Beberapa karya sastra Fariduddin Attar.

Bab III: Deskripsi Pemikiran, yang terdiri dari: isi buku

musyawarah burung (Mantiq Al-Tayr) secara umum, dan nilai-nilai

pendidikan tasawuf dalam buku musyawarah burung (Mantiq Al-Tayr)

dalam konteks sekarang.

Bab IV: Analisis Pendidikan Tasawuf, yang terdiri dari: Nilai

Pendidikan Tasawuf yang terkandung dalam Musyawarah Burung karya

Fariduddin Attar.

Page 30: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

16

Bab V : Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi tentang

kesimpulan dari uraian yang telah dijelaskan dan saran-saran.

Page 31: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

17

BAB II

BIOGRAFI FARIDUDDIN ATTAR

A. Biogarafi Fariduddin Attar

Ketiga ahli tasawuf besar Persia seperti Abu Sa‟id, Al-Ansari, dan

Sanai yang telah memberi jalan buat kedatangan seorang sufi yang sangat

mendalam, penyair kecintaan kepada Tuhan dan pengarang yang kaya akan

fisualisasinya yang bisa membawa niali-nilai tasawuf dalam bentuk sastra dan

puisi. Itulah fariduddin Al-Attar orang Naisabur, yang meninggal di

permulaan abad ke-Tujuh Hijriyah. Dia digelari orang “Sauthus Salikin”,

artinya cemeti orang-orang yang mengerjakan suluk (thoriqot tasawuf). Tidak

kurang dari 40 buah rangkaian syair karangan beliau, terdiri dari beribu bait,

ada yang pendek dan ada yang panjang. Diantaranya ialah “Kitab Nasehat”

(Bandinamah), dan sebuah kitab yang mendalam, bernama Mantiq Al- Tayr

(Musyawarah Burung). Buku Musyawarah Burung itulah yang berisi

perjalana untuk mencapai perjumpaan dengan khaliknya, dalam tulisan yang

sangat indah dan mendalam (Hamka 1984: 178).

Abdul Hamid bin abu bakr Ibrahim farid ad-din Attar lahir tahun

1145/1146 M. Ada perselisihan mengenai tanggal kelahiran dan kematiannya,

tapi beberapa sumber memastikan bahwa ia hidup hampir seratus tahun. Ada

cerita yang berbeda tentang kematian Attar. Salah satu cerita yang umum

Page 32: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

18

adalah dia meninggal setelah ditangkap oleh orang Mongol. Suatu hari

seorang dating dan menawarkan seribu keping perak untuk membeli Attar.

Attar mengatakan kepada orang Mongol agar tidak menjual dirinya karena

harga itu tidak benar. Orang Mongol menerima kata-kata Attar dan tidak

menjualnya. Kemudian, orang lain datang dan menawarkan sekarung jerami

untuknya. Attar menasehati orang Mongol untuk menjual dirinya karena harga

itu sangat layak. Tentara Mongol itu menjadi sangat marah dan memenggal

kepala Attar. Jadi Attar mati untuk mengajarkan sebuah hikmah.

Attar terkenal sebagai seorang penyair sufi Persia. Fariduddin Attar

adalah seorang penyair persi dan sekaligus seorang sufi (mistik). Hidup

selama ketidak pastian politik, ia sering menyendiri, menjelajahi alam Allah

dan melangkah kejalan-Nya melalui puisi mistiknya. Hanya sedikit mengenai

diri Attar yang diketahui dengan pasti. Naman Attar dalam arti harfiahnya

(Wangi Mawar) menunjukan bahwa, ia seperti ayahnya, ia peramu obat dan

mengikuti panggilan hati seorang dokter. Sumber sejarah Persia menunjukan

perbedaan pada tahun kematiannya hingga rentan waktu 43 tahun. Salah satu

alasan ketidakpastian ini adalah bahwa, tidak seperti penyair islam lainnya,

dia tidak menulis catatan yang menyanjung kehidupan dan kebesarannya

sendiri. Hal ini menjadi kelebihan pribadi Attar, tetapi tidak menguntungkan

bagi sejarawan. Kebanyakan hanya meyakini fakta bahwa ia lahir di Nishapur,

timur laut Persia; ia melewatkan 13 tahun masa mudanya di mashad, dan

Page 33: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

19

menghabiskan sebagian besar hidupnya mengumpulkan puisi mistik sufi

lainnya.

Attar adalah anak dari seorang ahli kimia yang makmur, dan mendapat

pendidikan yang sangat baik dalam bahasa Arab. Teosofi dan obat-obatan.

Dia membantu ayahnya di toko dan kematian ayahnya, membuatnya

mengambil alih kepemilikan toko itu. Orang-orang yang membantu di

tokonya sering mencurahkan masalah mereka kepada Attar dan ini

mempengaruhi dirinya secara mendalam. Akhirnya, ia meninggalkan tokonya

dan pergi ke kufah, Mekkah, Damaskus, Turkistan, dan India, bertemu dengan

Syeh-syeh sufi dan kembali memperkenalkan ide-ide tasawuf untuk kota

kelahirannya Nishapur (Attar, 2015: 362).

Awalmula perjalanan Attar menjadi seorang sufi menurut Dawlatshah,

suatu hari Attar sedang duduk dengan seorang kawannya di muka pintu

kedainya, ketika seorang darwis datang mendekat, singgah sebentar, mencium

bau wangi, kemudian menarik nafas panjang dan menangis. Attar mengira

darwis itu berusaha hendak membangkitkan belas kasihan mereka, lalu

menyuruh darwis itu pergi. Darwis itu berkata, "Baik, tak ada satu pun yang

menghalangi aku meninggalkan pintumu dan mengucapkan selamat tinggal

pada dunia ini. Apa yang kupunyai hanyalah khirka yang lusuh ini. Tetapi aku

sedih memikirkanmu, Attar. Mana mungkin kau pernah memikirkan maut dan

meninggalkan segala harta duniawi ini?" Attar menjawab bahwa ia berharap

akan mengakhiri hidupnya dalam kemiskinan dan kepuasan sebagai seorang

Page 34: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

20

darwis. "Kita tunggu saja," kata darwis itu, dan segera sesudah itu ia pun

merebahkan diri dan mati.

Peristiwa ini menimbulkan kesan yang amat dalam dihati Attar

sehingga ia meninggalkan kedai ayahnya, menjadi murid Syaikh Bukn-ud-din

yang terkenal, dan mulai mempelajari sistem pemikiran Sufi, dalam teori dan

praktek. Selama tiga puluh sembilan tahun ia mengembara ke berbagai negeri,

belajar dipermukiman-permukiman para syaikh dan mengumpulkan tulisan-

tulisan para Sufi yang saleh, sekalian dengan legenda-legenda dan cerita-

cerita. Kemudian ia pun kembali ke Nisyapur di mana ia melewatkan sisa

hidupnya. Konon ia memiliki pengertian yang lebih dalam tentang alam

pikiran Sufi dibandingkan dengan siapa pun di zamannya. Ia mengarang

sekitar dua ratus ribu sajak dan banyak karya prosa. Ia hidup sebelum Jalal-

uddin Rumi. Ditanya siapa yang lebih pandai di antara keduanya itu, seorang

Sufi mengatakan, "Rumi membubung ke puncak kesempurnaan bagai rajawali

dalam sekejap mata; Attar mencapai tempat itu juga dengan merayap seperti

semut. Rumi mengatakan, "Attar ialah jiwa itu sendiri."

Garcin de Tassy menuturkan bahwa dalam tahun 1862 Nicholas

Khanikoff menemukan sebuah batu nisan di luar Nisyapur, yang didirikan

antara tahun 1469 dan 1506 (sekitar dua ratus lima puluh tahun sepeninggal

Attar). Di situ terukir inskripsi dalam bahasa Parsi. Terjemahan Tassy atas

inskripsi itu ke dalam bahasa Perancis dapat diterjemahkan pula sebagai

berikut:

Page 35: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

21

Allah Kekal

Dengan nama Allah Yang Pengasih Yang Pengampun

Di sini di taman Adn bawah, Attar menebarkan wangi pada jiwa

orang-orang yang paling sederhana.

Inilah makam seorang yang begitu mulia sehingga debu yang terusik

kakinya akan merupakan kollirium di mata langit; makam syaikh Farid Attar

yang terkenal, yang menjadi ikutan orang-orang suci; makam penebar wangi

yang utama dengan nafasnya yang mengharumi dunia dari Kaf ke Kaf.

Di kedainya, sarang para malaikat, langit bagai botol obat semerbak

dengan wangi sitrun. Bumi Nisyapur akan terkenal hingga hari kiamat karena

orang yang termasyhur ini.Tambang emasnya terdapat di Nisyapur sebab ia

dilahirkan di Zarwand di wilayah Gurgan. Ia tinggal di Nisyapur selama

delapan puluh dua tabun, dan tiga puluh dua tahun dari waktu itu

dilewatkannya dalam ketenangan. Dalam usia yang sudah amat lanjut ia

dikejar-kejar pedang pasukan tentara yang menelan segalanya. Farid tewas

di zaman Hulaku Khan, terbunuh sebagai syahid dalam pembantaian besar-

besaran yang terjadi ketika itu … Semoga Tuhan Yang Maha Tinggi

mempersegar jiwanya! Tingkatkanlah, o Rabbi, kebajikannya.

Makam orang yang mulia ini terletak di sini dalam wilayah

pemerintahan Syah Alam, Seri Baginda Sultan Abu Igazi Hussein

Page 36: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

22

Selebihnya, inskripsi itu menyatakan pujian terhadap Sultan. Agaknya

tak ada catatan tertulis dewasa ini tentang bagaimana, bila, dan di mana dia

meninggal dan dikuburkan. (Attar, 2015: 175-176).

B. Karya Sastra Fariduddin Attar

Setelah itu Attar kembali ke Nisapur, di mana ia melewatkan sisa

hidupnya. Konon ia memiliki pengertian yang lebih dalam tentang alam

pikiran sufi dibandingkan dengan siapa pun di zamannya. Ia menulis sekitar

200.000 sajak, 114 buku, termasuk masterpiece-nya, Musyawarah Burung.

Semasa hidupnya, selain menulis Musyawarah Burung, ia juga

menulis prosa yang tak kurang tenarnya; Kenang-Kenangan Para Sufi dan

Buku Bijak Bestari. Musyawarah Burung yang ditulis dalam gaya sajak

alegoris ini, melambangkan kehidupan dan ajaran kaum sufi.

Kendati Attar merupakan salah seorang guru sufi besar dalam literatur

klasik, dan pengilham Rumi, dongeng dan ajaran-ajaran guru-guru Sufi dalam

karyanya Kenang-Kenangan Para Sufi, harus menunggu hampir tujuh

setengah abad untuk diterjemahkan dalam bahasa Inggris.

Attar hidup sebelum Jalaluddin Rumi. Ketika ditanya siapa yang lebih

pandai di antara keduanya itu, seorang menjawab, “Rumi membubung ke

puncak kesempurnaan bagai rajawali dalam sekejap mata. Attar mencapai

tempat itu juga dengan merayap seperti semut. Padahal Rumi sendiri berkata,

“Attar ialah jiwa itu sendiri.”

Page 37: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

23

Ajaran-ajaran Attar banyak disertai gambaran-gambaran biografi,

fabel, pepatah dan apologi, yang tidak hanya mengandung ajaran moral tetapi

kiasan-kiasan yang menggambarkan tentang tahap-tahap khusus

perkembangan manusia. Misalnya dalam Musyawarah Burung, ia membuat

sketsa tahap-tahap individual dalam kesadaran manusia, meski hal ini

direpresentasikan sebagai kejadian terhadap individu yang berbeda atau

terhadap suatu komunitas seluruhnya. Attar menggunakan tema suatu

'perjalanan' atau 'pencarian' sebagai analogi dari tahap-tahap keberhasilan jiwa

manusia dalam mencari kesempurnaan.

Tradisi-tradisi sufisme menegaskan bahwa karya Attar sangat penting,

karena dengan membaca secara keseluruhan akan membantu menegakkan

struktur sosial dan standar etika Islam. Sementara seleksi-seleksi khususnya

mengandung materi inisiator yang tersembunyi oleh bagian-bagian teologikal

yang berat.

Karya sastra Attar baik dalam lirik-lirik ataupun dalam banyak karya

epiknya, Attar menunjukan bakat yang mengagumkan sebagai ahli cerita, ciri

ini juga terlihat dalam koleksi biografinya tentang para wali, tadzkiratul

auliya. Baginya biografi merupakan alat untuk mengisahkan cerita-cerita

tentang guru-gurunya yang terhormat, bakat keahlian bercerita dan bahkan

bakat dramanya diperlihatkan dengan indahnya dalam tadzkiratul auliya‟.

Banyak kisah dari tadzkiratul auliya‟ di selipkan ke dalam karya puisi‟Attar

Page 38: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

24

pula. Memang, semua bukunya merupakan gudang kisah dan cerita yang

hidup.

Hellmut Ritter yang memusatkan perhatiannya kepada buku besarnya

Das Meer der Seele, Untuk menuliskan mistisisme dan seni persajakan „Attar,

membedakan tiga tahap dalam kehidupan penyairan itu. (Das Meer der Seele,

adalah karya lengkap tentang „Attar dan juga tentang masalah-masalah

pemikiran dan puisi sufi, buku ini sanggat di perlukan oleh setiap orang yang

mempelajari secara serius edisi karya-karya „Attar).

Periode pertama, ia adalah pujangga dalam bercerita, Mantiq Al-Tayar

„Musyawarah Burung-Burung‟, Ilahiname „kisah raja dan enam putranya‟ dan

Musibatname „buku tentang penderitaan‟. Dalam periode kedua bentuk-

bentuk lahiriah mulai menghilang dan anafora-anafora makin lama menjadi

makin panjang. „Attar seringkali begitu bergairah dalam menulis sehingga ia

berusaha memberikan rahasia illahi dengan rangkaian pengucapan yang

berulang-ulang atau kata-kata yang identik; ia terbawa hanyut, karena

kemabukannya, dari penalaran yang logis. Khas untuk periode ini bahwa

pahlawan dalam Ushturname- sebuah sajak yang berpusat disekitar toko

pemain boneka – bunuh diri dalam kegairahan mistik. Gagasan yang dulu

pernah tersebar luas bahwa „Attar menjadi orang syiah yang alim dalam

periode ketiga dalam hidupnya tidak dapat dipertahankan lebih lama lagi;

karya-karya yang menunjukkan kecenderungan syiah yang kuat yang dulu

Page 39: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

25

pernah di perkirakan karya dia sekarang dapat di katakana ditulis oleh penyair

lain dengan nama yang sama (Schimmel, 1985: 385-386).

Page 40: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

26

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Isi Buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) Secara Umum

Terbangnya burung-burung dengan sayap-sayap mereka

merupakan simbol dari jiwa (Ruh) manusia yang sedang melakukan

perjalanan spiritual. Bahkan Al-Quran sendiri juga berbicara tentang

peran burung-burung sebagai pasukan intelejen dan sebagai bahasa

pengantar untuk menyampaikan rahasia wahyu Allah kepada Nabi

Sulaiman AS. Buku Mantiq Al-Tayr biasa diterjemahkan menjadi

Musyawarah Burung adalah kisah alegori tentang perjuangan dan

cobaan jiwa yang harus dihadapi seorang muslim untuk mencapai

pencerahan spiritual. Buku ini berisi kumpulan fable, kisah jenaka, dan

berbagai kisah dalam sebuah kisah, yang semuanya membentuk kisah

tunggal tentang pencarian spiritual yang dipimpin oleh Burung Hud-

hud yang melambangkan guru atau pembimbing spiritual.

Secara simbolik, Mantiq Al-Tayr menggambarkan bahwa jalan

kerohanian dalam ilmu Tasawuf ditempuh melalui tujuh lembah

(wadi), yaitu: lembah pencarian (talab), cinta (`isyq), makrifat

(ma`rifah), kepuasan hati dan kebebasan (istighna), keesaan (tawhid),

ketakjuban dan kebingungan (hayrat), kefakiran (faqr) dan hancur

(fana`). Namun Attar menganggap bahwa secara keseluruhan jalan

Page 41: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

27

tasawuf itu sebenarnya merupakan jalan cinta, dan keadaan-keadaan

rohani yang jumlahnya tujuh itu tidak lain adalah keadaan-keadaan

yang bertalian dengan cinta (Hadi, 2004: 137).

Dalam hal ini ketika seseorang memasuki lembah pencarian.

Cintalah sebenarnya yang mendorong seseorang melakukan pencarian.

Adapun kepuasan hati, perasaan atau keyakinan akan keesaan Tuhan,

serta ketakjuban dan persatuan mistik (wahdatul wujud) merupakan

tahapan keadaan berikutnya yang dicapai dalam jalan cinta. Satu

persatu lembah-lembah itu memiliki kriteria-kriteria khas tersendiri.

Mantiq Al-Tayr karangan Fariduddin Attar ini secara umum

terdiri dari tiga bab, adapun penejelasan secara keseluruhan sebagai

berikut:

1. Isi Bab I Do‟a Pujian (Madad Do‟a)

Dalam bab ini berisi tentang Pujian-pujian kepada Allah

yang maha suci, yang telah menciptakan segala mahluk dibumi,

Dia tinggikan langit diatasa bumi bagai tenda tanpa tiang

penyangga. Dalam enam masa Dia ciptakan Sembilan kubah lagit

dan dengan berbagai sifat Dia anugerahi jaringan tubuh, dan telah

ditaruh-Nya debu pada ekor burung jiwa; burung jiwa: penyatuan

yang menghubungkan jiwa dengan raga (tubuh).

Dalam Bab ini juga berisi tetang kosmologi proses

penciptaan manusia. Tuhan mengambil tanah liat dan meremasnya

dengan air, setelah empat puluh pagi Dia menaruh di dalamnya ruh

Page 42: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

28

yang menghidupkan tubuh. Tuhan memberinya kecerdasan agar

dapat membedakan benda-benda. Ketika dilihat-Nya kecerdasan itu

dapat membeda-bedakan, Dia berikan padanya pengetahuan agar

dapat menimbang dan berfikir.

Tetap ketika manusia berhasil memiliki berbagai

kecakapan, dia mengakui berbagai kelemahannya dan diliputi

keheranan, sementara badan jasmaniahnya menyerah pada

perbuatan-perbuatan lahiriah. Kawan atau lawan, semua

menundukan kepala di bawah palang kayu yang dipasang Tuhan

pada kearifannya; dan heran, Tuhan pun mengawasi kita semua

(Attar, 2015: 4).

Berikutnya fariduddin Attar menceritakan tetang keagungan

Tuhan dengan semua jagatraya dan isinya, serta mengajarkan

Tetang kosep Imanesi dan penyatuan hamba denga sang khaliq

(Wahdatul Wujud), puncak dari perjalanan manusia mengenali

dirinya dan memahami Alam Semesta bahwa diri yang sejati

adalah ketiadaan dan ketiadaan diri adalah kemengadaan bagi

Allah, maka segala yang ada tiada yang lain kecuali cermin atau

tajali dari sang pencipta itu sendiri.

Pada permulaan zaman Tuhan menggunakan gunung-

gunung selaku paku pasak bumi dan membasuh wajah bumi

dengan air lautan. Kagumilah buah karya Tuhan, meskipun Dia

sendiri memandang segalanya itu sebgai tiada. Dan menginggat

Page 43: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

29

bahwa hanya Hakikat-Nya sendirilah yang ada, maka pastilah tiada

suatu pun selain Dia. Arasy-Nya di atas lautan dan Dunia ini

diudara. Tetapi tinggalkanlah air dan udara itu, karena segalanya

Tuhan: arasy dan Dunia itu hanya azimat. Tuhan adalah segalanya,

dan benda-benda hanya punya nilai dalam sebutan saja; dunia yang

terlihat dan tak terlihat hanya Dia sendiri jua.

Tiada siapapun kecuali dia. Tetapi juga, tak seorang pun

dapat melihat Dia. Mata ini buta, walaupun dunia diterangi dengan

matahari cemerlang. Andaikan kau dapat melihat Dia sekejap saja

pun, kau akan kehilangan akal, dan bila kau dapat melihatnya

sepenuhnya, kau akan kehilangan dirimu sendiri (Attar, 2015: 5).

2. Isi Bab II Burung-burung berkumpul

Bab ini berisi tentang berkumpulnya burung-burung di

seluruh dunia yang membicarakan perjalanan menuju Simurgh

(raja burung). Dalam perkumpulan ini dipimpim oleh Hud-hud

sebagi ketua dari kawanan Burung-burung. Di dalam bab ini juga

dijelaskan pengenalan tokok-tokoh yang akan ikut serta dalam

perjalan mencari Simurgh (raja burung).

3. Isi Bab III Musyawarah Burung

a. Musyawarah dibuka

Dalam bab ini menceritakan tentang musyawarah

burung-burung diseluruh dunia, mereka berkata, “Tiada negeri

di dunia ini yang tak punya raja. Maka bagaimana mungkin

Page 44: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

30

kerajaan burung-burung tanpa penguasa! Keadaan demikian tak

bisa dibiarkan terus. Kita harus berusaha bersama-sama untuk

mencarinya; karena tiada negeri yang mungkin memiliki tata

usaha dan tata susunan yang baik tanpa raja (Attar, 2015: 15).

Burung Hud-hud tampil kemuka dan memperkenalkan

diri, dia memberitaukan kepada para burung-burung bahwa

dialah yang paling aktif dalam perjuanngan suci (perjalanan

mencari raja sejati) dan dia adalah utusan dari dunia yang tak

terlihat mata (dimensi setelah alam materi). “Aku memiliki

pengetahuan tentang Tuhan dan rahasia-rahasia ciptaan-Nya,

kukenal baik Rajaku, tetapi tak bisa aku pergi mencari

sendirian. Tinggalkan keengganan kalian, kesombongan kalian

dan keingkaran kalian, karena siapa yang tak mementingkan

hidupnya sendiri terbebas dari ikatan dirinya sendiri; ia

terbebas dari ikatan baik dan buruk demi yang dicintainnya

(Attar, 2015:16).

Dalam bab ini juga dibahas lebih jelas tentang karakter,

latar belakang, dan pola berfikirnya masing-masing tokoh yang

diperkenalkan dengan singkat dalam bab II. Karakter dan pola

berfikir para tokoh yang akan ikut dalam perjalanan menuju

Simurgh (raja burung) oleh Attar digambarkan dengan macam-

macam burung seperti:

Page 45: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

31

Burung Bul-bul (sebagai lambang dari orang yang logis

rasionalis), Burung Nuri (orang yang sudah menemukan

ketenangan batin dan merasa puas dengan itu), Burung Merak

(lambang dari orang yang sudah dianut dan ditokohkan oleh

masyarakatnya), Itik (lambang dari orang yang alim dan suci

yang sudah merasa cukup dengan ibadahnya), Ayam Hutan

(orang yang terlena dengan kemewahan harta benda dunia),

Humay “berbadan singa, berkepala dan bersayap burung

rajawali. Mahluk imajiner bangsa Persia” (lambang dari

seorang Raja), dan Burung Hantu (lambang dari orang yang

memuja harta benda).

b. Perdebatan Burung-burung dengan Hud-hud

Dalam bab ini digambarkan terjadi perdebatan antara

Hud-hud dengan para burung-burung, kemudian semua burung,

satu demi satu, menyatakan alasan-alasan yang tak bijak untuk

menghidar dan berdalih dari perjalanan mencari raja sejati

(Simurgh) itu. Dalam perdebatan itu Hud-hud mengatakan

kepada para burung-burung.

Hud-hud: “Ia yang memilih Simurgh bagi hidupnya

sendiri harus melawan dirinya sendiri dengan berani. Jika urat

tembolokmu tak dapat mencerna sebutir gandum pun,

bagaimana kau akan ikut serta dalam pesta sang Simurgh ? Bila

kau ragu-ragu dengan seteguk anggur, bagaimana kau akan

Page 46: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

32

minum sepiala besar, o bayangkara raja? Jika kau tak memiliki

tenaga sebutir zarrah, bagaimana kau akan menemukan

khazanah surya? Jika kau dapat terbenam dalam setetes air,

bagaimana kau akan dapat meninggalkan dasar laut ke puncak

langit? Ini bukan wangian biasa; dan bukan pula tugas bagi dia

yang tak bermuka bersih.” (Attar 2015: 35).

Setelah mendengar pernyataan itu burung-burung

merenungkannya. Kemudian burung-burung berkata kepada

Hud-hud: “Telah kau pikul sendiri tugas menunjukkan jalan

pada kami, kau yang terbaik dan terkuat diantara burung-

burung. Tetapi kami lemah, tanpa bulu halus maupun lar

(sayap), sehingga bagaimana kami pada akhirnya akan bisa

sampai ke hadapan Simurgh Yang Mulia? Kalau kami sampai

juga ke sana, tentulah suatu keajaiban. Ceritakan pada kami

tentang Wujud yang menakjubkan itu dengan suatu tamsil,

atau, karena sebuta ini keadaan kami, kami tak akan mengerti

samasekali rahasia ini. Jika ada suatu pertalian antara Wujud

ini dengan diri kami, tentulah akan jauh lebih mudah terperikan

bagi kami. Tetapi, sebagaimana kita ketahui, ia mungkin dapat

dibandingkan dengan Sulaiman, dan kami dengan semut-semut

yang meminta-minta. Bagaimana dapat serangga didasar sumur

memanjat naik ke tempat Simurgh yang besar? Akankah

kebangsawanan teruntuk bagi pengemis? (Attar 2015: 36).

Page 47: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

33

Setelah mendengar pernyataan para burung-burung

yang mencoba berdalih dari perjalanan mencari raja sejati

(Simurgh) seperti tertulis di atas, maka Hud-hud menjawab

dalih mereka dengan pernyataan:

Hud-hud: “O burung-burung yang tak bercita-cita!

Bagaimana cinta akan bersemi indah dihati yang tak punya

kepekaan rasa? Mengajukan pertanyaan seperti ini, yang

seakan memaafkan kalian, tak akan ada gunanya. Siapa yang

bercinta berangkat dengan mata terbuka ke arah tujuannya

seraya membuat hidupnya sebagai barang permainan.

Ketika Simurgh mengejawantahkan dirinya di luar

tabir, gemilang bagai matahari, ia menimbulkan ribuan bayang-

bayang di bumi. Ketika ia melemparkan pandang pada bayang-

bayang ini, tampaklah di sana burung-burung begitu

banyaknya. Begitulah beragam jenis burung yang terlihat di

dunia ini hanyalah bayang-bayang Simurgh. Maka ketahuilah,

o burung-burung yang bodoh, bahwa setelah kalian mengerti

akan ini, kalian pun akan mengerti pula dengan sungguh-

sungguh pertalian kalian dengan Simurgh. Renungkan rahasia

ini, tetapi jangan singkapkan. Ia yang memperoleh pengetahuan

ini tenggelam dalam kemaharayaan Simurgh, sungguhpun ia

harus tak menganggap bahwa dirinya Tuhan dalam hal itu.

Page 48: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

34

Bila kalian menjadi seperti yang kukatakan itu, tidaklah

akan berarti bahwa kalian Tuhan, tetapi kalian akan terendam

dalam Tuhan. Adakah makhluk yang terendam demikian

menjadi berubah wujudnya ? Bila kalian mengetahui bayang-

bayang siapa kalian ini, maka hidup atau mati tak akan menjadi

soal bagi kalian. (Attar, 2015: 36-37).

Demikianlah pernyataan Hud-hud kepada burung-

burung yang menjadi penutup cerita pada bab ini.

c. Burung-burung berangkat

Dalam bab ini secara umum menceritakan tentan awal

mula keberangkatan para burung-burung dalam perjalanannya

mencari raja sejati mereka yaitu (Simurgh). Perasaan takut dan

cemas yang menimbulkan jerit kepiluan burung-burung itu

ketika mereka memandang jalam yang akan mereka lalui tiada

berujung, dimana badai pembebasan dari segala yang berbau

duniawi membelah ruang langit.

Sebelum keberangkatan dimulai para burung-burung

meminta kepada Hud-hud untuk menceritakan tentang jalan

yang harus dilalui dan tentang istana Raja serta upacara-

upacara yang dilakukan disana. Setelah mendengar pertannya

itu kemudian Hud-hud mengenaka mahkota dikepalanya, maju

kemimbar dan berpidato dihadapa burung-burung. Ketika

pasukan burung-burung berjajar di depannya dalam barisan,

Page 49: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

35

Bul-bul dan perkutut mendekat, dan seperti dua pembaca

dengan suara yang sama, mereka memancarkan lagu yang

begitu merdu sehingga segala yang mendengar merasa

terhanyut. Setelah itu kemudian satu demi satu, sejumlah

burung mendekat padanya untuk bicara tentang berbagai

kesulitan dan menyatakan alasan-alasan mereka (Attar 2015:

58).

Singkat cerita Hud-hud memberikan penggambaran

(lembah-lembah) jalan yang akan dilalui untuk bertemu dengan

raja mereka yaitu Simurgh. Attar menceritakan dalam bukunya

sebgai berikut:

Hudhud: “Kita harus melintasi tujuh lembah dan hanya

setelah kita melintasi lembah-lembah itu akan menemukan

Simurgh. Siapa yang telah menempuh jalan ini tiada akan

pernah kembali ke dunia, dan tak mungkin dikatakan berapa

mil jarak yang ada di muka kita. Bersabarlah, o penakut, sebab

semua mereka yang melintasi jalan ini sama halnya dengan

keadaanmu.

Lembah pertama ialah Lembah Pencarian, yang kedua

Lembah Cinta, yang ketiga Lembah Keinsafan, yang keempat

Lembah Kebebasan dan Kelepasan, yang kelima Lembah

Keesaan Murni, yang keenam Lembah Keheranan, dan yang

Page 50: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

36

ketujuh Lembah Kemiskinan dan Ketiadaan, lebih dari itu tiada

yang dapat pergi lebih jauh lagi (Attar, 2015: 121).

Itulah tuju lembah (Station) yang harus dilewati untuk

bertemu dengan raja sejati mereka (Simurgh) yang dalam dunia

tasawuf kita kenal dengan “maqam” (Station).

d. Sikap Burung-burung

Setelah burung-burung mendengar perkataan Hud-hud,

dan kesedihan mencucuk-cucuk hati mereka. Kini mereka

mengerti betapa sulit bagi sekepul debu seperti mereka untuk

meregang busur sehebat itu. Begitu besar gairah mereka

sehingga banyak yang mati di tempat dan saat itu. Tetapi yang

lain-lain, betapa sengsaranya pun, memutuskan untuk

menempuh jalan panjang itu. Bertahun-tahun mereka

mengembara melintasi gunung demi gunung dan lembah demi

lembah, dan sebagian besar hidup mereka mengalir lalu di

perjalanan itu. Tetapi bagaimana mungkin menuturkan segala

yang telah terjadi pada mereka? Perlu berjalan bersama mereka

dan mengetahui kesulitan-kesulitan mereka, serta mengikuti

pengembaraan-pengembaraan di jalan panjang itu; barulah kita

dapat menyadari penderitaan burung-burung itu.

Pada akhirnya, hanya sejumlah kecil dari kawanan yang

besar itu dapat sampai ke tempat mulia yang ditunjukkan

Hudhud. Dari ribuan burung itu hampir semuanya telah lenyap.

Page 51: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

37

Banyak yang hilang di lautan, yang lain binasa di puncak

gunung-gunung tinggi, disiksa dahaga; yang lain lagi terbakar

sayapnya, sedang hatinya mengering karena api matahari;

sebagian dimangsa macan dan macan tutul, sebagian lagi mati

kecapaian di gurun-gurun dan di hutan-hutan belantara, dengan

bibir kering dan tubuh kepanasan: ada yang menjadi gila dan

saling berbunuhan karena sebutir jawawut; ada pula yang

karena lemah oleh penderitaan dan keletihan, jatuh di jalan dan

tak kuat melanjutkan perjalanan lebih jauh lagi; yang lain,

bingung karena apa-apa yang mereka lihat, berhenti di tempat

itu, tercengang-cengang; dan banyak, yang telah berangkat

lantaran ingin tahu atau senang, tewas tanpa mendapat

gambaran tentang apa yang mereka cari dalam perjalanan yang

telah mulai mereka tempuh itu. Karena itu, dari semua burung

yang beribu-ribu itu, hanya tiga puluh saja yang dapat sampai

ke tujuan perjalanan itu. (Attar, 2015: 159-160).

Segera sesudah itu, burung-burung itu akhirnya

meniadakan diri mereka sendiri dalam diri sang Simurgh -

bayang-bayang telah lenyap dalam cahaya surya, dan begitulah

adanya. Segala yang telah kau dengar, kau lihat atau kau

ketahui bukan pula awal dari apa yang harus kau ketahui, dan

karena permukiman yang bobrok di dunia ini bukan tempatmu,

maka kau harus meninggalkannya. Carilah pokok pohon itu,

Page 52: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

38

dan jangan risaukan apakah cabang-cabangnya ada atau tidak

ada. (Attar, 2015: 164-165). Dan pada akhir kalimatnya Attar

mengatakan “Dan kini ceritakupun selesai, tak ada lagi yang

mesti kukatakan.

B. Nilai-Nilai Pendidikan Tasawuf Dalam Buku Musyawarah Burung

(Mantiq Al-Tayr) Dengan Konteks Sekarang

Nilai-nilai pendidikan tasawuf yang terkandung dalam buku

musyawarah burung tentunya bisa dikatakan semuanya memuat nilai

dan ajaran tasawuf, Karen buku musyawarah burung adalah buku

sastra sufistik yang berisi tentang ajaran tasawuf dan menceritakan

tentang bagaimana perjalanan batin seorang salik dalam menempuh

suluk untuk menempuh tauhid yang sejati, yaitu tauhid dengan

perjalanan pembuktian secara empiris dengan diri sendiri (melihat

denga mata kepala) serta sampai pada keadaan bahwa tidak ada

kemungkinan lain selain Allah SWT.

Dalam buku musyawarah burung juga di jelaskan bagaimana

keadaan dan kondisi jiwa seorang sufi ketika dalam perjalanan Tauhid

tersebut. Serta fase-fase atau tahapan-tahapan yang akan dilalui

seorang sufi dalam perjalanannya menuju perjumpaan angung dengan

raja yang sejati.

Buku musyawarah burung adalah buku sastra sufistik, dan

tentunya dalam penyampaian ajaran dan gagasannya penuh dengan

amsal-amsal, penggambaran-penggambaran, loncatan logika, bahasa

Page 53: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

39

yang sangat halus tetapi padat akan muatannya, dimana setiap baris

dan bait mengandung inti kesadaran dari kehidupan.

Buku musyawarah burung terdiri dari tiga Bab. Bab yang

pertama berjudul Doa Pujian, Bab yang kedua berjudul Burung-

Burung Berkumpul, dan Bab yang ketiga berjudul Musyawarah

Burung. Berikut adalan gambaran secara rincinya.

1. Bab I Doa Pujian

Dalam bab 1 ini tertulis lembaran syair dan pujian kepada

Allah SWT, dan keagungan terhadap ciptaannya. Dalam bab ini

terdapat bebrapa nilai-nilai pendidikan tasawuf yang bisa kita

ambil antaralain yaitu sebagai berikut.

a. Ajaran Tauhid ( bukti kehadiran Alam Semesta sebaga ciptaan-

Nya)

Pada permulaan zaman Tuhan menggunakan gunung-

gunung selaku paku pengukuh bumi dan membasuh wajah

bumi dengan air lautan. Kemudian Ia tempatkan bumi di atas

punggung lembu jantan, dan lembu jantan itu di atas ikan, dan

ikan itu di atas udara. Tetapi di atas mana terletak udara? Di

atas yang tiada. Tetapi yang tiada itu tiada dan segalanya itu

pun tiada.

Kalau demikian, kagumilah buah karya Tuhan,

meskipun Ia sendiri memandang segalanya itu sebagai tiada.

Dan mengingat bahwa hanya Hakikat-Nya sendirilah yang ada,

Page 54: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

40

maka pastilah tiada suatu pun selain Dia. Arasy-Nya di atas

perairan dan dunia ini di udara. Tetapi tinggalkanlah perairan

dan udara itu, karena segalanya Tuhan: arasy dan dunia itu

hanya azimat. Tuhan adalah segalanya, dan benda benda hanya

punya nilai dalam sebutan saja; dunia yang terlihat dan tak

terlihat hanya Dia Sendiri jua.

Tiada siapa pun kecuali Dia. Tetapi juga, tak seorang

pun dapat melihat Dia. Mata ini buta, meskipun dunia diterangi

dengan matahari cemerlang. Andaikan kau dapat melihat Dia

sekejap saja pun, kau akan kehilangan akal, dan bila kau dapat

melihat Dia sepenuhnya, kau akan kehilangan dirimu sendiri

(Attar, 2015: 4-5).

b. Penyatuan Roh (jiwa) dengan Raga

Ketika jiwa disatukan dengan raga, maka ia pun

merupakan bagian dari keseluruhan itu: belum pernah ada

pesona yang mengagumkan seperti itu. Jiwa punya peranan

dalam apa yang tinggi, dan raga punya peranan dalam apa yang

rendah; terbentuklah paduan antara tanah liat yang pekat dan

ruh yang murni. Karena paduan ini, maka insan pun menjadi

yang paling mengagumkan dari segala rahasia. Kita tak tahu

dan tak mengerti sedikit pun tentang ruh kita. Jika kau ingin

mengatakan sesuatu tentang ini, lebih baik kau diam. Banyak

yang tahu akan permukaan lautan ini, tetapi mereka tak

Page 55: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

41

mengerti sedikit pun akan dasarnya yang terdalam dan dunia

lahiriah ini ialah pesona yang melindunginya.

Tetapi pesona yang berupa rintangan-rintangan jasmani

ini akhirnya akan rusak. Dan akan kau temukan harta itu bila

pesona itu lenyap; jiwa pun akan menyingkapkan dirinya

sendiri bila raga tersingkir. Tetapi jiwamu ialah suatu pesona

yang lain; dalam hal yang berhubungan dengan rahasia ini, jiwa

itu suatu kenyataan yang lain. Maka tempuhlah jalan yang akan

kutunjukkan, tetapi janganlah minta penjelasan (Attar, 2015: 7-

8).

c. Perjuangan perjalanan rohani para Nabi dalam bertauhid

Pikirkan mereka yang menempuh jalan ruhani. Lihat

apa yang terjadi pada Adam; ingat berapa tahun yang ia

lewatkan dalam berduka. Renungkan air bah di masa Nuh dan

sekalian kepala suku itu, yang menderita dalam cengkeraman

orang-orang yang jahat. Pikirkan Ibrahim yang penuh cinta

pada Tuhan: ia menderita penganiayaan dan dilemparkan ke

dalam api. Ingat Ismail malang, yang dikorbankan demi cinta

ilahiat. Tengok Ya,kub yang menjadi buta lantaran meratapi

putranya. Lihat Yusuf, yang mengagumkan baik ketika

berkuasa maupun ketika menghamba, ketika dalam sumur dan

dalam penjara. Kenangkan Ayub yang papa, yang menggeliat

di tanah menjadi mangsa cacing dan serigala. Ingat Yunus,

Page 56: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

42

setelah tersesat dari Jalan itu, meninggalkan bulan ke perut

ikan. Lihat Sulaiman, yang kerajaannya dikuasai jin. Ingat

Zakaria, begitu menyala-nyala cintanya pada Tuhan sehingga ia

tetap diam ketika orang-orang membunuhnya; dan Yahya, yang

dihinakan di muka orang banyak, dan kepalanya diletakkan di

atas lempengan kayu. Tegak berdirilah di kaki tiang Salib

mengagumi Isa ketika ia menyelamatkan dirinya dari tangan-

tangan orang Yahudi. Dan akhirnya, renungkanlah segala yang

di derita oleh Pemimpin sekalian nabi itu, berupa penghinaan

dan penganiayaan dari orang-orang yang jahat (Attar, 2015: 8-

9).

2. Bab II Burung Burung Berkumpul

Seluruh burung-burng di dunia berkumpul menjadi satu,

mereka membentuk sebuah kelompok yang di pimpin oleh

Burung Hudhud, masing-masing burung disapa dan

diperkenalkan latarbelakangnya oleh Hudhud. Begitulah Attar

mengambarkan isi dari bab 2 ini. Adapun nilai pendidikan

tasawuf dalam bab ini adalah Ajaran tetang suatu kelompok

oraganisasi Tariqat

Selamat datang, O Hudhud! Kau yang menjadi

penunjuk jalan Raja Sulaiman dan menjadi utusan sejati dari

lembah, yang beruntung dapat pergi hingga ke batas-batas

Kerajaan Saba. Tutur siulmu dengan Sulaiman menyenangkan;

Page 57: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

43

sebagai kawan baginya, kau pun mendapat mahkota

kehormatan. Kau harus membelenggu setan, si penggoda itu,

dan sesudah demikian, kau akan dapat masuk ke istana

Sulaiman (Attar, 2015: 11).

3. Bab III Musyawarah Burung

Segala burung-burung di dunia, yang dikenal dan tak

dikenal, dating berkumpul. Mereka berkata, “Tiada negeri di

dunia ini yang tak punya Raja. Maka bagaimana mungkin

kerajaan burung-burung tanpa penguasa.” Begitulah Attar

membuka kalimatnya dalam Bab 3 ini.

Dalam Bab ini berisi tetang dialok dan perdebatan

Hudhud sebagai pemimpin dengan para burung-burng. Adapun

nilai-nilai pendidikan tasawuf yang terkandung dalam Bab ini

akan penulis gambarkan sebagai berikut.

a. Musyawarah dibuka

Digambarkan bahwa segala burung di seluruh dunia

berkumpul. Mereka memikirkan tentang bagaimana hendak

mencari pemimpin. Tenjadi banyak percakapan mengenai

pencarian raja sejati. Adapun pendidika tasawuf yang

tekandung dalam bab ini adalah sebagai berikut.

1) Ajaran tentang Zuhud

Hudhud: Kukenal baik Rajaku, tetapi tak bisa

aku pergi mencarinya sendiri. Tinggalkan keengganan

Page 58: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

44

kalian, kesombongan kalian dan keingkaran kalian,

karena siapa yang tak mementingkan hidupnya sendiri

terbebas dari ikatan dirinya sendiri; ia terbebas dari

ikatan baik dan buruk demi yang dicintainya (Attar,

2015: 16).

Hudhud: Janganlah kita menutup jiwa kita

terhadap yang kita kasihi, tetapi hendaklah kita ada

dalam keadaan yang serasi untuk menuntun jiwa kita ke

istana Raja kita itu. Cucilah tangan kalian dari

kehidupan ini bila kalian ingin disebut pengamal. Demi

yang kalian kasihi, tinggalkan kehidupan kalian yang

berharga ini, sebagai makhluk mulia. Bila kalian

menyerahkan diri dengan manis, sang kekasih pun akan

memberikan seluruh hidupnya pada kalian." (Attar,

2015: 18).

2) Kewaspadaan terhadap cinta yang berlebihan

Bulbul: “Bila aku berpisah dari mawarku

tercinta, aku pun merasa sunyi, aku tak lagi menyanyi,

dan tak kututurkan pada siapapun rahasiaku. Hanya

mawar yang mengetahuinya dengan pasti. Begitu dalam

aku terlibat dalam cinta dengan mawar hingga akupun

tak memikirkan hidupku sendiri dan hanya memikirkan

mawar. Perjalanan mendapatkan simurgh ada diluar

Page 59: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

45

kekuasaanku, cinta dari Mawar itu cukup bagi Bulbul

ini” (Attar, 2015: 19).

3) Ajaran Tentang Surga Duniawi dan Surga Akhirat

Merak: “Namun aku selalu berharap agar ada

penunjuk jalan yang bermurah hati mau menuntun aku

keluar dari tempat yang gelap ini dan membawaku ke

rumah-rumah besar yang tinggal berdiri selamanya.

Aku tak mengharapkan akan sampai ke hadapan Raja

yang kausebutkan itu, cukuplah bagiku untuk sampai ke

gerbangnya. Bagaimana dapat kau harapkan diriku akan

berusaha untuk sampai ke hadapan Simurgh karena aku

telah tinggal di sorga dunia? Tak ada keinginanku yang

lain kecuali tinggal di sana lagi. Tiada yang lain lagi

yang berarti bagiku." (Attar, 2015: 23).

4) Orang yang menuhankan ibadahnya

Tiadalah kiranya yang pernah menyaksikan

makhluk yang lebih menarik dan lebih suci

daripadaku," katanya. "Setiap saat aku melakukan

sesuci yang menjadi kelaziman itu, lalu

membentangkan tikar sembahyang di air. Burung mana

dapat hidup dan bergerak di air seperti aku ? Dalam hal

ini aku punya kemampuan yang mengagumkan.

Page 60: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

46

Di antara burung-burung aku petobat yang

berpenglihatan jernih, berpakaian bersih; dan aku hidup

dalam unsur yang suci. Tak ada yang lebih bermanfaat

bagiku kecuali air, karena di sana kudapat makananku

dan kumiliki permukimanku. Bila kesusahan-kesusahan

merisaukan diriku, maka kubasuh dan kuhilangkan

semuanya di air.

Air jernih memberikan zat-zatnya pada sungai di

mana aku hidup; aku tak suka akan tanah kering.

Begitulah, karena aku hanya berurusan dengan air,

mengapa pula aku harus meninggalkannya? Segala

yang hidup ini hidup dari air. Bagaimana aku akan

dapat melintasi lembah-lembah dan terbang

mendapatkan Simurgh? Mana mungkin macam aku ini

yang puas dengan permukaan air, merasa rindu untuk

bertemu dengan Simurgh ? (Attar, 2015: 24).

5) Pengemis kepadan Raja-aja (pemerintah)

Rajawali: “Aku yang senang menyertai para raja

dan tak mengacuhkan makhluk-makhluk lain. Kututup

mataku dengan peci agar aku dapat bertengger di tangan

raja. Aku amat terlatih dalam sopan-santun dan

menjalankan pertarakan seperti petobat agar bila dibawa

ke hadapan raja, aku dapat melakukan tugas-tugasku

Page 61: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

47

dengan tepat seperti yang diharapkan. Mengapa pula

aku harus bertemu dengan Simurgh, meskipun dalam

mimpi? Mengapa begitu saja aku harus bergegas

kepadanya?

Aku tak merasa terpanggil untuk ikut serta

dalam perjalanan ini, aku puas dengan sesuap dari

tangan raja; istananya cukup bagus bagiku. Ia yang

bermain-main demi kesenangan raja, mendapatkan

segala keinginannya; dan agar berkenan di hati raja, aku

hanya harus terbang lewat lembah-lembah yang tak

bertepi. Tak ada keinginanku yang lain kecuali

melewatkan hidupku penuh kegembiraan dengan cara

begini baik dengan melayani raja maupun dengan

berburu menurut kesukaannya." (Attar, 2015: 29).

6) Kemunafikan “menyembunyikan kesombongan dan

keriya‟an di dalam kerendah hatian.”

Aku termenung bingung dan patah semangat.

Aku tak tahu bagaimana mesti hidup, dan aku rapuh

bagai rambut. Tak ada yang akan menolong diriku dan

aku tak bertenaga sekuat semut pun. Aku tak

mempunyai bulu halus maupun lar(1) -sedikit pun tidak.

Bagaimana mungkin makhluk lemah seperti aku ini

Page 62: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

48

berusaha mendapatkan Simurgh? Burung Gereja tak

akan sanggup berbuat demikian.

Tak kurang mereka di dunia ini yang mencari

persatuan itu, tetapi bagi makhluk macam aku ini, itu

tak selayaknya. Aku tak ingin memulai perjalanan

sesusah itu untuk mencari sesuatu yang tak mungkin

kucapai. Jika aku mesti berangkat menuju ke istana

Simurgh, aku akan binasa di jalan. Maka karena aku

sama sekali tak layak untuk berusaha ke arah itu.”

(Attar, 2015: 34).

b. Tuju Maqom Dan Keadaan Para Sufi

Dalam bagian ini Attar mengambarkan bahwa orang

yang melakukan Suluk atau perjalanan Tasawuf harus

melewati tujuh lembah. Dalam dialog burung-burung

Hudhud mengatakan: “Kita harus melintasi tujuh lembah

dan hanya setelah kita melintasi lembah-lembah itu akan

menemukan Simurgh. Siapa yang telah menempuh jalan ini

tiada akan pernah kembali ke dunia, dan tak mungkin

dikatakan berapa mil jarak yang ada di muka kita.

Bersabarlah, o penakut, sebab semua mereka yang melintasi

jalan ini sama halnya dengan keadaanmu. (Attar, 2015:

121).

Page 63: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

49

Adapun nilai pendidikan tasawuf dalam bagian ini

akan penulis kemukakan sebgai berikut:

1) Lembah pencarian

Bila kau memasuki lembah pertama, Lembah

Pencarian, seratus kesukaran akan menyergapmu; kau

akan mengalami seratus cobaan. Di sana, merak langit

tak lebih dari seekor lalat. Kau harus melewatkan

beberapa tahun di sana, kau harus melakukan upaya-

upaya besar, dan harus mengubah keadaanmu. Kau

harus meninggalkan segala yang tampak berharga

bagimu dan memandang segala milikmu sebagai tak

berarti apa-apa. Bila kau yakin bahwa kau tak memiliki

suatu apa, kau masih harus melepaskan dirimu dari

segala yang ada. Kemudian hatimu pun akan

diselamatkan dari kehancuran dan kau akan melihat

cahaya suci Keagungan Ilahi dan hasrat-hasratmu yang

sejati akan diperlipat gandakan menjadi tak terbatas.

(Attar, 2015: 121).

2) Lembah cinta (mahabbah)

“Di lembah ini, cinta dilambangkan dengan api,

dan pikiran dengan asap. Bila cinta datang, pikiran

lenyap. Pikiran tak bisa tinggal bersama kedunguan

cinta; cinta tak berurusan dengan akal pikiran insani.

Page 64: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

50

Bila kau memiliki penglihatan batin, zarrah-zarrah dari

dunia yang kelihatan ini akan tersingkap bagimu. Tetapi

bila kau memandang segalanya dengan mata pikiran

biasa, kau tak akan pernah mengerti betapa perlunya

mencinta. Hanya dia yang telah teruji dan bebas dapat

merasakan ini. Ia yang menempuh perjalanan ini

hendaknya punya seribu hati sehingga tiap sebentar ia

dapat mengorbankan satu." (Attar, 2015: 126).

3) Lembah keinsyafan dan ke‟arifa (Ma‟rifat)

Hudhud: “Setelah lembah yang kubicarakan itu,

menyusul lembah yang lain - Lembah Keinsafan, yang

tak bermula dan tak berakhir. Tiada jalan yang sama

dengan jalan ini, dan jarak yang harus ditempuh untuk

melintasinya tak dapat diperkirakan. Keinsafan, bagi

setiap penempuh perjalanan itu, kekal sifatnya; tetapi

pengetahuan hanya sementara. Jiwa, seperti raga, ada

dalam perkembangan maju dan mundur; dan Jalan

Ruhani itu hanya menampakkan dirinya dalam tingkat

di mana si penempuh perjalanan itu telah mengatasi

kesalahan-kesalahan dan kelemahankelemahannya,

tidur dan kemalasannya dan setiap penempuh

perjalanan itu akan bertambah dekat dengan tujuannya,

masing-masing sesuai dengan usahanya. Meskipun

Page 65: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

51

seekor lalat terbang dengan segala kemampuannya

dapatkah ia menyamai kecepatan angin? Ada berbagai

cara melintasi Lembah ini, dan semua burung tidaklah

sama terbangnya. Keinsafan dapat dicapai dengan

beragam cara-sebagian ada yang menemukannya di

Mihrab, yang lain pada arca pujaan. Bila matahari

keinsafan menerangi jalan ini, masing-masing akan

menerima cahaya sesuai dengan amal usahanya dan

mendapatkan tingkat yang telah ditetapkan baginya

dalam menginsafi kebenaran. (Attar, 2015:132-133).

4) Lembah kebebasan dan lembah kelepasan (istinghna)

Hudhud melanjutkan, “Kemudian menyusul

lembah di mana tak ada nafsu untuk memiliki atau

keinginan untuk menemukan. Dalam suasana jiwa yang

demikian, angin dingin pun bertiup, begitu hebat

sehingga dalam sejenak saja angin itu menimbulkan

kerusakan yang luas tak terhingga: ketujuh lautan tak

lebih dari sebuah lobang air, ketujuh kaukab hanya

setitik bunga api, ketujuh langit hanya sebuah bangkai,

ketujuh neraka hanya es yang hancur. Kemudian,

sesuatu yang mengherankan, tak masuk akal! Seekor

semut sama kuatnya dengan seratus gajah, dan seratus

Page 66: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

52

kafilah tewas sementara seekor gagak sedang mengisi

temboloknya.”

Di Lembah ini tiada apa pun yang baru atau

yang lama akan berharga; kau boleh berbuat atau tidak

berbuat. Bila kaulihat seluruh dunia terbakar dan segala

hati tak lebih dari syisy kabab, itu baru impian saja

dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya. Jika

puluhan ribu jiwa harus tenggelam ke lautan yang tak

terbatas, itu akan seperti setitik embun belaka. (Attar,

2015: 136-137).

5) Lembah Keesaan Murni (Tauhid)

Hudhud melanjutkan: “Kau seterusnya harus

melintasi Lembah Keesaan. Di Lembah ini segalanya

pecah berkeping-keping dan kemudian menyatu. Segala

yang menegakkan kepala di sini menegakkan kepala

dari kerah yang satu itu juga. Meskipun kau seakan

melihat wujud yang banyak, namun pada hakikatnya

hanyalah satu. Semua merupakan esa yang sempurna

dalam keesaannya. Dan sekali lagi, yang kaulihat

sebagai keesaan tidaklah berbeda dengan yang tampak

sebagai banyak. Dan karena Wujud yang kubicarakan

itu mengatasi keesaan dan hitungan, jangan lagi

memikirkan keabadian sebagai yang dulu dan yang

Page 67: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

53

kemudian, dan karena kedua keabadian ini telah lenyap,

jangan lagi membicarakannya. Bila segala yang tampak

menjadi tiada, apakah lagi yang tinggal untuk

direnungkan?" (Attar, 2015: 142).

6) Lembah keheranan dan Kebingungan (Al-Ittihad)

Setelah Lembah Keesaan menyusul Lembah

Keheranan dan Kebingungan, di mana kita menjadi

mangsa duka dan kesedihan. Di sana keluhan bagai

pedang, dan setiap nafas ialah keluhan pedih; di sana,

adalah duka dan ratapan, dan kerinduan yang menyala.

Siang dan malam pun serempak. Di sana, adalah api,

namun kita merasa tertekan dan tak berpengharapan.

Betapakah, dalam kebingungan ini, kita akan

meneruskan perjalanan? Tetapi bagi yang telah

mencapai keesaan, ia pun lupa akan segalanya dan lupa

akan dirinya sendiri. Jika ia ditanya, "Adakah kau, atau

tak adakah kau? Apakah kau merasa ada atau tidak?

Apakah kau ada di tengah atau di tepi? Apakah kau fana

atau kekal?" maka ia akan menjawab dengan kepastian,

"Aku tak tahu apa-apa, aku tak mengerti apa-apa. Aku

tak sadar akan diriku sendiri. Aku sedang dalam

bercinta, tetapi dengan siapa, tak tahu aku. Hatiku

Page 68: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

54

penuh dan sekaligus juga hampa cinta." (Attar, 2015:

147).

7) Lembah Keterampasan (Faqir) dan Ketiadaan (Fana)

Hudhud melanjutkan: “Terakhir dari semua itu

menyusul Lembah Keterampasan dan Kematian, yang

hampir tak mungkin diperikan. Hakikat Lembah ini

ialah kelupaan, kebutaan, ketulian dan kebingungan;

seratus bayang-bayang yang melingkungimu

menghilang dalam sepancar sinar surya samawi. Bila

lautan kemaharayaan mulai bergelora, pola pada

permukaannya pun kehilangan bentuknya; dan pola ini

tak lain dari dunia kini dan dunia nanti.

Siapa yang menyatakan bahwa dirinya tak ada

mendapat keutamaan besar? Titik air yang menjadi

bagian dari lautan raya ini akan tetap tinggal di sana

selamanya dan dalam kedamaian. Dilaut yang tenang

ini, kita pada mulanya hanya akan mengalami kehinaan

dan keterbuangan; tetapi setelah terangkat dari keadaan

ini, kita akan memahaminya sebagai penciptaan, dan

banyak kerahasiaan akan tersingkap bagi kita. (Attar,

2015: 153).

Page 69: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

55

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisis Terhadap Nilai-Nilai Pendidikan Tasawuf Dalam Buku

Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr)

Dalam perjalanan menuju tauhid yang sejati atau paling tidak

menemukan kehadira Allah dalam kehidupa kita ini. Seorang salik

membutuhkan seorang guru untuk membimbing perjalanannya, karena tanpa

guru perjalanan ini membutuhkan waktu yang lama.

Inti sebenarnya dari buku musyawarah burung ini terangkum dalam

bab tiga yang berjudul “Musyawarah di Buka”. Itu adalah titik awal sampai

dimulainya perjalanan burung-burung mencari raja sejati mereka yaitu

Simurgh. Adapun analisis secara keseluruhan, pada bagian ini akan penulis

gambarkan dalam dua hal yaitu: Analisis tek doa pujian dan Analisis tek

tentang rapat di buka dan Tuju Maqam (Stasion).

1. Analisis Teks Doa Pujian

Dalam teks doa pujian ini pertama-tama penulis Fariduddin Attar

memuji Allah SWT dengan segala keagungan ciptaannya. Adapun Analisi

nilai-nilai pendidikan tasawuf pada bagian ini antara lain sebagai berikut.

a. Ajaran Tauhid ( bukti kehadiran Alam Semesta sebaga ciptaan-Nya)

Pada permulaan zaman Tuhan menggunakan gunung-gunung

selaku paku pengukuh bumi dan membasuh wajah bumi dengan air lautan.

Page 70: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

56

Kemudian Ia tempatkan bumi di atas punggung lembu jantan, dan lembu

jantan itu di atas ikan, dan ikan itu di atas udara. Tetapi di atas mana

terletak diudara? Di atas yang tiada. Tetapi yang tiada itu tiada dan

segalanya itu pun tiada.

Kalau demikian, kagumilah buah karya Tuhan, meskipun Ia sendiri

memandang segalanya itu sebagai tiada. Dan mengingat bahwa hanya

Hakikat-Nya sendirilah yang ada, maka pastilah tiada suatu pun selain

Dia. Arasy-Nya di atas perairan dan dunia ini di udara. Tetapi

tinggalkanlah perairan dan udara itu, karena segalanya Tuhan: arasy dan

dunia itu hanya azimat. Tuhan adalah segalanya, dan benda benda hanya

punya nilai dalam sebutan saja; dunia yang terlihat dan tak terlihat hanya

Dia Sendiri jua.

Tiada siapa pun kecuali Dia. Tetapi juga, tak seorang pun dapat

melihat Dia. Mata ini buta, meskipun dunia diterangi dengan matahari

cemerlang. Andaikan kau dapat melihat Dia sekejap saja pun, kau akan

kehilangan akal, dan bila kau dapat melihat Dia sepenuhnya, kau akan

kehilangan dirimu sendiri (Attar, 2015: 4-5).

Adanya lukisan adalah bukti bahwa ada Sang pelukis, begitulah

kiranya kalimat yang mampu mengambarkan tetang pencipta dan yang di

ciptakan. Segala yang selain Allah adalah mahluk, dan dengan mengenali

mahluknya maka kita dapat mengenali penciptanya. Pada dasarnya

manusia memang sudah diberi potensi dasar untuk mengenali Ayat-ayat

Page 71: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

57

Allah, adapun Ayat-ayat Allah yaitu segala sesuatu yang ada di dalam diri

manusia dan segala sesuatau yang tersebar di alam semesta. Sedangkan

ayat Allah yang berupa tulisan disebut Al-Quran dan ditulis dalam kertas

disebut mushaf.

Alam Semesta sebagai bukti adanya Allah, Alam Semesta

diciptakan oleh Allah dan akan kembali kepada-Nya, Allah menciptakan

Alam Semesta dengan kekuasaan dan kesempurnaan, Allah menciptakan

Langit dan Bumi keduanya bertautan (bersatu), Allah menciptakan dan

menjaga Langit sebagai atap yang tidak roboh/lenyap, kejadian Langit dan

Bumi dan pergantian siang dan malam mejadi tanda kekuasaan-Nya.

Menurut sudut pandang Islam, dunia ini dicipitakan oleh Allah dan

dipelihara oleh-Nya serta akan kembali kepadan-Nya. Dunia diciptakan

oleh Allah sebagai bukti bahwa Allahlah yang menciptakannya. Seluruh

ciptaan Allah yang ada di jagat raya ini semuanya mempunyai awal dan

akhirnya. Dalam Al-Quran Allah memberi gambaran tentang penciptaan

Langit dan Bumi dalam Al-Bqarah, 117 yang berbunyi:

فيكىن كه نه يمىل فإومب أمسا لضى وإذا وانؤزض انسمبوات بديع

Artinya: Allah pencipta langit dan Bumi, dan bila dia berkehendak (untuk

menciptakan) sesuatu, maka (cukup) Dia hanya mengatakan kepadanya:

“Jadilah” lalu jadilah ia. (Al-Baqarah, 117).

Page 72: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

58

Dalam banyak ayat Al-Quran. Allah bersumpah atas nama ciptaan-

Nya, seperti matahari, bulan, berbagai jenis buah-buahan, dan banyak ayat

Al-Quran yang menyuruh manusia agar memperhatikan kebijaksanaan

yang luar biasa yang terdapat dalam ciptaan-Nya. Dengan cara yang

serupa, islam memperuntukkan dirinya bagi alam primordial manusia

yang ada dalam pencaran pesan kosmis yang tertulis di atas dedaunan,

gunung-gunung dan bintang-bintang. Itulah sebabnya baik ayat-ayat Al-

Quran menyebut kedua ayat ini yang dalam jiwa manusia maupun dalam

ciptaan-Nya yang lain sebagai tanda-tanda atau isyarat Allah SWT

sebagaimana disebutkan:

يكف أونم انحك أوه نهم يتبيه حتى أوفسهم وفي انآفبق في آيبتىب سىسيهم

شهيد شيء كم عهى أوه بكبس

Artinya: kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda

(kekuasaan) di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga

jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup

bahwa sesungguhnya TuhanMu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Al-

Fushilat 53). (Maslihah 2009: 81-82).

b. Penyatuan Ruh (jiwa) dengan Raga (jasad)

Dalam Kosep penyatuan jasad dan Ruh Attar mengatakan. “Ketika

jiwa disatukan dengan raga, maka ia pun merupakan bagian dari

keseluruhan itu: belum pernah ada pesona yang mengagumkan seperti itu.

Page 73: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

59

Jiwa punya peranan dalam apa yang tinggi, dan raga punya peranan dalam

apa yang rendah; terbentuklah paduan antara tanah liat yang pekat dan ruh

yang murni. Karena paduan ini, maka insan pun menjadi yang paling

mengagumkan dari segala rahasia. Kita tak tahu dan tak mengerti sedikit

pun tentang ruh kita. Jika kau ingin mengatakan sesuatu tentang ini, lebih

baik kau diam. Banyak yang tahu akan permukaan lautan ini, tetapi

mereka tak mengerti sedikit pun akan dasarnya yang terdalam dan dunia

lahiriah ini ialah pesona yang melindunginya.”

Tetapi pesona yang berupa rintangan-rintangan jasmani ini

akhirnya akan rusak. Dan akan kau temukan harta itu bila pesona itu

lenyap; jiwa pun akan menyingkapkan dirinya sendiri bila raga tersingkir.

Tetapi jiwamu ialah suatu pesona yang lain; dalam hal yang berhubungan

dengan rahasia ini, jiwa itu suatu kenyataan yang lain. Maka tempuhlah

jalan yang akan kutunjukkan, tetapi janganlah minta penjelasan (Attar,

2015: 7-8).

Kau sufi sefaham seluruhnya, termasuk Rumi, bahwa sanya Ruh

Insani ini datang dari alam lain ke dunia ini dan terkurung dalam badan

jasmani di dunia. dia laksana penjara di sini. Senantiasa nyawa yang

terpenjara itu ingin hendak kembali ketempat asalnya. (Hamka 1986: 190).

Dari keterangan di atas dapat kita tairk garis pemahaman bahwa

Ruhani dan Jasad memang sesuatu yang berbeda, jasad terbuat dari materi

sedangkan Ruh berasal dari Alam ketuhana ketika seorang hamba ingin

Page 74: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

60

menemui Tuannya maka dia harus mensucikan dirinya atau ruhaninya.

Konsep penyatuan antara Jiwa dan Ruh juga di kemukakan oleh Syekh

Abd Qadir Jilani dalam bukunya yang berbunyi sebagai berikut.

“Manusia dapat dilihat dari dua sudut pandang: dalam

perwujudan jasad dan bentuk ruh. Dalam perwujudan jasad segala sesuatu

lebih kurang sama. Karena itu dalam pemahaman ini,orang bisa

menerapkan hukum-hukum umum ke manusia. Dalam bentuk ruh, dibalik

perwujutannya yang tersembunyi, setiap orang berbeda-beda. Karena itu,

hukum-hukum khusus dapat berlaku padanya.” (Al- Jilani, 2006: 13).

c. Perjuangan perjalanan rohani para Nabi dalam bertauhid

Lihat apa yang terjadi pada Adam; ingat berapa tahun yang ia

lewatkan dalam berduka. Renungkan air bah di masa Nuh dan sekalian

kepala suku itu, yang menderita dalam cengkeraman orang-orang yang

jahat. Pikirkan Ibrahim yang penuh cinta pada Tuhan: ia menderita

penganiayaan dan dilemparkan ke dalam api. Ingat Ismail malang, yang

dikorbankan demi cinta ilahiat. Tengok Yakub yang menjadi buta lantaran

meratapi putranya. Lihat Yusuf, yang mengagumkan baik ketika berkuasa

maupun ketika menghamba, ketika dalam sumur dan dalam penjara.

Kenangkan Ayub yang papa, yang menggeliat di tanah menjadi mangsa

cacing dan serigala. Ingat Yunus, setelah tersesat dari Jalan itu,

meninggalkan bulan ke perut ikan. Lihat Sulaiman, yang kerajaannya

dikuasai jin. Ingat Zakaria, begitu menyala-nyala cintanya pada Tuhan

Page 75: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

61

sehingga ia tetap diam ketika orang-orang membunuhnya; dan Yahya,

yang dihinakan di muka orang banyak, dan kepalanya diletakkan di atas

lempengan kayu. Tegak berdirilah di kaki tiang Salib mengagumi Isa

ketika ia menyelamatkan dirinya dari tangan-tangan orang Yahudi. Dan

akhirnya, renungkanlah segala yang di derita oleh Pemimpin sekalian nabi

itu, berupa penghinaan dan penganiayaan dari orang-orang yang jahat.

(Attar, 2015: 8-9).

Kehidupan di dunia adalah perjuangan (Jihad). Sedangkan

perjuangan setiap manusia berbeda-beda tergantung letak maqam dan

kepekaannya terhadap firman Allah. Ada yang baru pada tahap mencari

kebenaran, ada yang baru tahap menyukai sesuatu yang bersifat materi,

kebesaran, popularitas, harta benda, ada juga yang sudah sampai pada

kesadaran tentang asal usul dirinya, tujuan akan kemanakah dirinya dan

tugasnya selama masih hidup di dunia. Dari berbagai titik keordinat

kesadaran manusia tersebut sebenarnya jika ingin memperoleh

kebahagiaan yang sejati mau tidak mau manusia harus melakukan

pencarian-pencarian dan perjuangan yang sifatnya lebih hakikat atau

substansi dari kehidupan ini. Karena kebahagiaan yang hakiki menag

sudah di set up oleh Allah pada perjumpaan akhir di akhirat nanti.

Hikmah tentang perjuangan Ruhani bisa kita mengambil dari

cerita-cerita dalam Al-Quran tentang perjuangan para Nabi-Nabi

terdahulu. Seperti Nabi Nuh dengan kesabaran dan ketabahan dalm

Page 76: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

62

menghadapi umatnya, Nabi Ibrahim dengan pencariaan Tauhidnya dan

lain-lain. Tidak ada Nabi yang hidup dengan bahagia jika kita melihat dari

sudut pandang Materi, tetapi jika kita melihat dari sudut pandang batiniah

mereka mendapat ketenangan batin yang luarbiasa karena hidup mereka di

jamin oleh Allah, mereka juga mendapatkan kedudukan di sisi Allah

sebangai kekasihnya.

2. Analisi Bab II Burung Burung Berkumpul

Dalam analisis Bab dua ini di gambarkan suatu kelompok Burung-

burung yang berkumpul untuk tujuan yang sama. Dalam bab ini sebenarnya

Attar ingin mengambarkan suatu organisasi Tariqat, dan di dalam bab ini juga

di jelaskan tentang pengambaran sosok Hudhud sebagai pemimpin atau

mursid tariqat itu. Attar menuliskan dalam syairnya yang berbunyi.

Selamat datang, O Hudhud! Kau yang menjadi penunjuk jalan Raja

Sulaiman dan menjadi utusan sejati dari lembah, yang beruntung dapat pergi

hingga ke batas-batas Kerajaan Saba. Tutur siulmu dengan Sulaiman

menyenangkan; sebagai kawan baginya, kau pun mendapat mahkota

kehormatan. Kau harus membelenggu setan, si penggoda itu, dan sesudah

demikian, kau akan dapat masuk ke istana Sulaiman. (Attar, 2015: 11).

Adapun penjelasan mengenai Thariqat Hamka dalam bukunya

Tasawuf perkembangan dan pemurniannya menyatakan bahwa pertumbuhan

Thariqat-Thariqat atau suluk tidak berkurang. Thariqat ialah laksana pesantren

Page 77: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

63

kita sekarang ini. Di suatu tempat tertentu duduklah murid menghadap

gurunya.

Guru itu di beri gelar Syaikh. Selain mempelajari syariat agama, yang

di pentingkan sangat di dalamnya ialah dengan perantara guru mempelajari

wirid tertentu di dalam menuju jalan Tuhan (Suluk). Thariqat-thariqat itu

berdiri sendiri, di bawah pimpinan seorang syaikh. Yang sangat terkenal ialah

thariqat “Qadiriyah” yang didirikan oleh Sayid Abdul Kadir Jailani di negeri

bagdad. (Hamka 1984: 166).

Dari penjelasan di atas telah jelas bahwa thaariqat-thariqat adalah

sebuah lembaga bagi orang-orang yang mengerjakan suluk. Sedang tugas sang

guru (Mursid) dalam hal ini adalah mengawasi setiap saat dalam pertumbuhan

rohani muridnya, ia mengawasinya khusus dalam masa meditasi.

Di bawah pimpinan guru terpercaya, murid dapat mengharapkan

kemajuan tingkatan dalam tariqat. Guru memberi petunjuk tentang kelakuan

yang tepat dalam setiap keadaan jiwa dan memerintahkan masa-masa khalwat,

bila di pandangnya perlu. (Schimmel, 1986: 107).

3. Analisi Bab III Musyawarah Burung

Segala burung-burung di dunia, yang dikenal dan tak dikenal, dating

berkumpul. Mereka berkata, “Tiada negeri di dunia ini yang tak punya Raja.

Maka bagaimana mungkin kerajaan burung-burung tanpa penguasa.”

Begitulah Attar membuka kalimatnya dalam Bab 3 ini.

Page 78: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

64

Dalam Bab ini berisi tetang dialok dan perdebatan Hudhud sebagai

pemimpin dengan para burung-burng. Adapun Analisi nilai-nilai pendidikan

tasawuf yang terkandung dalam Bab ini akan penulis gambarkan sebagai

berikut.

a. Musyawarah di Buka

Dalam bagian ini di ceritakan bahwa segal burung-burung di

dunia, yang di kenal dan tak dikenal, datang berkumpul. Mereka mulai

memikirkan bagaimana hendak mencari pemimpin. Burung Hudhud,

dengan bersemangat tampil kemuka, menempatkan diri di tengah majelis

burung-burung itu. Di dadanya terdapat perhiasan yang melambangkan

bahwa ia telah mengikuti tarekat pengetahuan ruhani. Dan dalam keadaan

itu pula terjadi diskusi dan perdebatan antara Hudhud dengan burung-

burung yang lain tentang Perjalanan menuju Raja sejati dan Hambatan-

hambatannya. Adapun analisis nilai pendidikan tasawuf dalam bagian ini

adalah sebagai berikut.

1) Ajaran tentang Zuhud

Zuhud adalah salah satu pintu awal untuk memasuki dunia

tasawuf atau pengembaraan rohani karena jiwa yang masih terikat oleh

dunia materi dan kesenangan duniawi tidak akan mampu menembus

misteri ruhani. Dalam buku ini Hudhud mengatakan sebagai berikut.

Hudhud: Kukenal baik Rajaku, tetapi tak bisa aku pergi

mencarinya sendiri. Tinggalkan keengganan kalian, kesombongan

Page 79: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

65

kalian dan keingkaran kalian, karena siapa yang tak mementingkan

hidupnya sendiri terbebas dari ikatan dirinya sendiri; ia terbebas dari

ikatan baik dan buruk demi yang dicintainya (Attar, 2015: 16).

Hudhud: Janganlah kita menutup jiwa kita terhadap yang kita

kasihi, tetapi hendaklah kita ada dalam keadaan yang serasi untuk

menuntun jiwa kita ke istana Raja kita itu. Cucilah tangan kalian dari

kehidupan ini bila kalian ingin disebut pengamal. Demi yang kalian

kasihi, tinggalkan kehidupan kalian yang berharga ini, sebagai

makhluk mulia. Bila kalian menyerahkan diri dengan manis, sang

kekasih pun akan memberikan seluruh hidupnya pada kalian." (Attar,

2015: 18).

Ajaran zuhud juga di kemukakan oleh Harun Nasution dalam

bukunya bahwa Zuhud adalah station yang terpenting bagi seorang

calon sufi. Zuhud adalah keadaan meninggalkan dunia dan hidup

kematerian. sebelum menjadi sufi, seorang calon harus terlebih dahulu

menjadi zahid, yang dalam istilah Inggris disebut ascetic. Sesudah

menjadi zahid barulah ia bisa meningkat menjadi sufi. Dengan

demikian tiap sufi adalah Zahid, tetapi sebaliknya bukanlah tiap zahid

merupakan sufi (Nasutio 1973: 64).

Akan tetapi dalam wacana yang lain para sufi tidak

menekankan pada zuhud tetapi lebih pada Hirs, atau “Keserakahan”,

dalam buku dimensi mistis dalam islam dikemukakan bahwa “Dalam

Page 80: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

66

tulisan-tulisan sufi di zaman kemudian yang ditekankan bukanlah

zuhud, melainkan kebalikannya Hirs, atau keserakahan, suatu sifat

yang bertentangan dengan tindakan meninggalkan dunia serta

kemiskinan sejati. Sejarah menunjukan bahwa sifat ini tidak hanya

terdapat pada para pemimpin dunia, tetapi juga pada mereka yang

mengaku telah mencapai tingkat rohaniah yang tertinggi dan

menggunakan zuhud lahiriah untuk menutupi keserakahan batin

mereka. Banyak syair persi yang memperolok-olok zahid-zahir, yaitu

petapa yang masih memuja benda-benda lahir, artinya belum mencapai

sepi ing pamrih yang tulus serta kepasrahan penuh cinta kasih.

(Schimmei di terjemahkan oleh Darmono 1986: 115).

Dari kedua sudut pandang diatas dapat kita tarik kesimpulah

bahwa zuhud adalah bukan soal meninggalkan dunia atau menjauhi

Kemaksiatan, hidup dengan kekayaan atau kemiskinan tetapi tentang

penahlukan diri dan jiwa dari keserakahan dan ketertarikan kepada

dunia. Meskipun pada experiment awalnya para salik melakukan

Riyaadoh semacam latihan olah jiwa dan mental meniadakan yang

mapan. Seperti seorang yang memakai pakaian seperti glandangan,

asalkan jangan di jadikan tren atau mode bahwa seorang sufi harus

berpakaian dari karung atau bulu domba. Inti kesadaran dari zuhud

adalah kewaspadaan terhadap tipu daya Dunia.

Page 81: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

67

2) Kewaspadaan Terhadap Cinta Yang Berlebihan

Cinta adalah anugrah dari yang maha kuasa, keindahan yang

tak mungkin dapat di tolak kedatangannya dan tak mungkin dapat

dicegah kepergiannya. Cinta adalah sesuatu yang hakiki. Tetapi

seberapakah kita meneguk anggur cinta di dunia ini hendaknya kita tau

ukuran-ukurannya, cinta yang tidak didasari oleh sang pencipta akan

cepat hilang dan pudar, karena cinta yang tidak berdasar pada sesuatu

yang kekal akan hilang seiring berjalannya waktu. Sebab akibat yang

jelas dari pola sunatullah atau hukum alam, sesuatu yang disandarkan

pada sesuatu yang tidak kekal akan hilang seiring keruntuhan

sandarannya. Begitulah nasehad hud-hud kepada Burung Bulbul yang

tengah terngelam oleh cinta dari mawar jelita mempesona.

Bulbul: “Bila aku berpisah dari mawarku tercinta, aku pun

merasa sunyi, aku tak lagi menyanyi, dan tak kututurkan pada

siapapun rahasiaku. Hanya mawar yang mengetahuinya dengan pasti.

Begitu dalam aku terlibat dalam cinta dengan mawar hingga akupun

tak memikirkan hidupku sendiri dan hanya memikirkan mawar.

Perjalanan mendapatkan simurgh ada diluar kekuasaanku, cinta dari

Mawar itu cukup bagi Bulbul ini” (Attar, 2015: 19).

Wanita sebagai penampakan Ilahi yang hampir layak sebagai

kontemplasi suci. Rumi menyatakan bahwa bentuk fisik sangatlah

penting, tidak ada yang bisa dilakukan tanpa kerja sama bentuk dan

Page 82: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

68

esensi. Namun banyak diantara kamu menanam benih yang di kupas

kulitnya, sehingga tidak akan bisa tumbuh. Tanamlah benih itu dengan

kulitnya maka ia akan tumbuh menjadi pohon yang besar. Dari sudut

pandang ini bentuk zahir adalah fundamental dan penting bagi realisasi

tujuan Ilahi. Dalam keagungannya pada wanita Rumi menyatakan

dalam syairnya: Ia (wanita) yang dengan kecantikann wajahnya lelaki

diperbudak, bagaimana jadinya jika ia (wanita) mulai memainkan

peran sebagai budak yang tunduk? Ia (wanita) yang kepadanya

kesombongan hatimu tergetar, bagaimana kamu akan bersikap ketika

ia (wanita) luruh berurai air mata di hadapanmu? Oleh karena Ia

(Tuhan) menciptakannya (Wanita) supaya Adam menemukan

kedamaian padanya, bagaimana Adam bisa dipisahkan dari Hawa?

(Lewishon, 2003:425).

Cinta memang sesuatu yang hakiki tetapi dalam meneguk

Anggur Cinta hendaknya kita tau apa dan seberapakah ukuran dari

cawing itu. Ukuran-ukuran dalam kehidupan itulah yang disebut

dengan ilmu dan pengetahuan, karena cinta tanpa ilmu dia menjadi

naif dan ilmu tanpa cinta dia menjadi kering. Begitulah sekiranya

dalma perjalana rohani kedua sayap cinta dan ilmu pengetahuan kita

pakai untuk mengarumi hidup ini.

Cinta kepada sesuatu yang tidak hakiki maka akan hilang

seiring dengan hilangnya sesuatu yang dicintai. Itulah sebabnya para

Page 83: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

69

sufi mengajarkan untuk tidak “Hubbu Dunya” cinta kepada dunia,

karena cinta dan terika kepada sesuatu yang tidak abadi dan hakiki

hanya akan menyesal pada akhirnya.

Attar memberikan nasehat dalam dialok para burung-burng

yang berbunyi: “kau yang tak mau ikut, silau karena bentuk lahiriah

dari segala ini, berhentilah menikmati keterikatan yang begitu

menyesatkan. Cinta Mawar itu banyak durinya; ia mengusik dan

menguasai dirimu. Meskipun Mawar itu jelita, namun keindahannya

akan segera lenyap. Siapa yang mencari kesempurnaan diri janganlah

menjadi budak cinta yang begitu cepat berlalu. Jika senyum Mawar itu

menimbulkan berahimu, maka itu hanya akan mengisi hari demi

harimu dan malam demi malammu dengan ratapan-ratapan kesedihan.

Tinggalkan Mawar itu dan hendaknya kau malu pada dirimu sendiri;

sebab, bersama tiap Musim Semi yang baru, ia menertawakanmu dan

kemudian ia pun tak tersenyum lagi." (Attar, 2015: 20).

3) Ajaran Tentang Surga Duniawi dan Surga Akhirat

Merak: “Aku selalu berharap agar ada penunjuk jalan yang

bermurah hati mau menuntun aku keluar dari tempat yang gelap ini

dan membawaku ke rumah-rumah besar yang tinggal berdiri

selamanya. Aku tak mengharapkan akan sampai ke hadapan Raja yang

kausebutkan itu, cukuplah bagiku untuk sampai ke gerbangnya.

Bagaimana dapat kau harapkan diriku akan berusaha untuk sampai ke

Page 84: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

70

hadapan Simurgh karena aku telah tinggal di sorga dunia? Tak ada

keinginanku yang lain kecuali tinggal di sana lagi. Tiada yang lain lagi

yang berarti bagiku.”

Hudhud: “Kau tersesat dari Jalan yang benar. Istana Raja itu

jauh lebih bagus dari sorgamu. Tak ada yang lebih baik bagimu selain

berusaha untuk sampai ke sana. Istana itu tempat tinggal bagi jiwa, ia

keabadian, ia tujuan keinginan kita yang sebenarnya, permukiman hati,

tempat duduk kebenaran. Yang Maha Luhur itu lautan maha raya;

sorga rahmat duniawi hanyalah setitik kecil; segala yang bukan lautan

itu hanya sesuatu yang membingungkan. Bila kau dapat memiliki

lautan itu, mengapa kau ingin mencari setitik embun petang? Akankah

ia yang tahu akan rahasia surya iseng bermain dengan sejemput debu?

Adakah ia yang mempunyai segalanya berurusan dengan apa yang

hanya merupakan sebagian saja? Adakah jiwa berurusan dengan

anggota-anggota badan? Bila kau ingin sempurna, carilah

kesemestaan, pilihlah kesemestaan, jadilah kesemestaan.” (Attar,

2015: 23).

Cerita hudhud tentang Adam “Ketika Adam, yang termulia

dari segala makhluk, masuk sorga, didengarnya suara yang bergema

dari dunia yang tak tampak, 'O kau yang terikat pada sorga duniawi

dengan seratus ikatan, ketahuilah bahwa siapa pun di kedua dunia itu

dikenal karena apa yang terjadi antara dia dengan Aku, Kupisahkan

Page 85: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

71

dari segala yang ada, agar ia hanya terikat padaKu saja, kawannya

sejati. “Bagi seorang pencinta, seratus ribu kehidupan pun tiada

artinya tanpa yang dikasihinya. Ia yang hidup untuk sesuatu yang lain

dari Dia, biar Adam sendirilah itu, telah terusir. Para penghuni sorga

tahu bahwa yang pertama mesti mereka serahkan ialah hati mereka.”

(Attar, 2015: 24).

Dunia memang bukanlah sesuatu yang harus dijauhi atau di

benci, tetapi ketika seluruh pikira dan jiwa terfokus dan terikat oleh

dunia tentu itu akan melenakan dan membuat kita lupa akan tujuan

hidup kita. Sedak zaman dahulu telah banyak filsafat-filsafat tentang

kehidupan yang menyatak bahwa kehidupan di dunia hanyalah

sementara.

Begitulah siklus waktu berjalan begitu cepat, Bayi lahir, Anak-

anak, Remaja, Dewasa, Tuwa dan Mati. Tetapi selama ini dalam

hidup, kita tetap merasa tidak pernah ada perubahan dalam suasana

jiwa kita. Itu adalah sesuatu bukti bahwa hakikat manusia atau diri kita

yang sejati ada didalam lubuk hati terdalam kita. Jangan takut menjadi

tuwa tetapi takutlah untuk tidak menjadi dewasa. Saya kira itu adalah

kalimat yang tepat untuk menyatakan jati diri manusia yang

sebenarnya.

Badan kita tidak abadi karena dia akan menua dan ketika kita

mati badan akan kembali menyatu dengan tanah, begitu juga dengan

Page 86: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

72

waktu kehidupan kita di dunia, serta segala kebesaran dan keagunggan

yang akan segera kita tinggalkan. Saya kira itulah sebabnya para sufi

mengingatkan tentang taman hidup keabadian yaitu Akhirat.

4) Orang yang menuhankan ibadahnya

Bahaya kesombongan tidak hanya di lakukan oleh orang-orang

biasa tetapi kesombongan juga bisa di lakukan oleh orang-orang yang

sudah merasa dirinya Alim dan rajin beribadah kepada Allah SWT.

Begitulah kiranya nasihat yang akan di berika oleh Attar dalam

kalimatnya sebagai berikut.

Tiadalah kiranya yang pernah menyaksikan makhluk yang

lebih menarik dan lebih suci daripadaku," katanya. "Setiap saat aku

melakukan sesuci yang menjadi kelaziman itu, lalu membentangkan

tikar sembahyang di air. Burung mana dapat hidup dan bergerak di air

seperti aku? Dalam hal ini aku punya kemampuan yang

mengagumkan. Di antara burung-burung aku petobat yang

berpenglihatan jernih, berpakaian bersih; dan aku hidup dalam unsur

yang suci. Tak ada yang lebih bermanfaat bagiku kecuali air, karena di

sana kudapat makananku dan kumiliki permukimanku. Bila

kesusahan-kesusahan merisaukan diriku, kubasuhhilangkan semuanya

di air.

Air jernih memberikan zat-zatnya pada sungai di mana aku

hidup; aku tak suka akan tanah kering. Begitulah, karena aku hanya

Page 87: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

73

berurusan dengan air, mengapa pula aku harus meninggalkannya?

Segala yang hidup ini hidup dari air. Bagaimana aku akan dapat

melintasi lembah-lembah dan terbang mendapatkan Simurgh? Mana

mungkin macam aku ini yang puas dengan permukaan air, merasa

rindu untuk bertemu dengan Simurgh?" (Attar, 2015: 24).

Dari penjelasan diatas bisa kita tarik pemahaman tentang

kesombongan dan lupa akan hakikat sebenarnya dari ibadah. Dalam

melakukan segala hal kita memang harus mengenali dulu asal usul dan

letak kordinat penempatan segala sesuatunya. Ketika segala sesuatu

yang di syariatkan oleh Allah kepada umat islam di anggap sebagai

tujuan maka ketika itulah banyak orang sibuk beribadah tetapi lupa

bertuhan, ibadah sudah tidak dijadikan sara atau wasilah untuk

mendekat kepada Tuhan tetapi ibadah di jadikan sebagai tujuan untuk

mencari keuntungan duniawi. Akhirnya setiap orang akan melakukan

segala sesuatu untuk keuntungan pribadi. Shalat Dhuha agar mendapat

uang yang banyak, bersedekah agar mendapat kembalian tigaratus

kalilipat, dan lain-lain.

Maka dari pada itu hendaknya kita harus kembali menegaskan

kedalam diri kita baik secara prisip maupn secara ilmu bahwa segala

yang kita lakukan di dalam kehidupan ini hanyalah untuk bertauhid

kepada Allah SWT.

Page 88: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

74

5) Mengemis kepadan Raja-aja (Pemerintah)

Seorang Ulama atau para intelektual yang mengemis jabatan

kekuasaan dan harta kepada raja memang sudah terjadi seja dulu. Dan

untuk para ulama yang mengabdi kepada pemerintah para ulama

zaman dahulu sudah memberi istilah dengan ulama suk (ulama yang

buruk). Dalam hal ini Attar menuliskan:

Rajawali: “Aku yang senang menyertai para raja tak

mengacuhkan makhluk-makhluk lain. Kututup mataku dengan peci

agar aku dapat bertengger di tangan raja. Aku amat terlatih dalam

sopan-santun dan menjalankan pertarakan seperti petobat agar bila

dibawa ke hadapan raja, aku dapat melakukan tugas-tugasku dengan

tepat seperti yang diharapkan. Mengapa pula aku harus bertemu

dengan Simurgh, meskipun dalam mimpi? Mengapa begitu saja aku

harus bergegas kepadanya?

Aku tak merasa terpanggil untuk ikut serta dalam perjalanan

ini, aku puas dengan sesuap dari tangan raja; istananya cukup bagus

bagiku. Ia yang bermain-main demi kesenangan raja, mendapatkan

segala keinginannya; dan agar berkenan di hati raja, aku hanya harus

terbang lewat lembah-lembah yang tak bertepi. Tak ada keinginanku

yang lain kecuali melewatkan hidupku penuh kegembiraan dengan

cara begini baik dengan melayani raja maupun dengan berburu

menurut kesukaannya." (Attar, 2015: 29).

Page 89: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

75

Fakta tentang kerjasama para peguasa dan tokoh masayarakat

yang bekerjasama untuk tetap melanggengkan kekuasaannya sudah

terjadi seja zaman pemerintahan ke khalifahan Islam, dimana banyak

fatwa-fatwa ulama di pergunakan untuk kepentingan raja agar rakyat

tidak melakukan pemberontakan, juga dengan berbagai argument

bahwa pemimpin adalah wakil Tuhan di bumi yang harus di taati. Dari

sekian perputaran sejarah manusia Attar sudah memberi gambaran

tetang godaan yang melenakan sehingga membuat manusia lupa akan

tujuannya di dunia adalah kekuasaan atau jabatan dan harta beda.

6) Kemunafikan “Menyembunyikan Kesombongan Dan Keriya‟an

Didalam Kerendah Hatian”

Aku termenung bingung dan patah semangat. Aku tak tahu

bagaimana mesti hidup, dan aku rapuh bagai rambut. Tak ada yang

akan menolong diriku dan aku tak bertenaga sekuat semut pun. Aku

tak mempunyai bulu halus maupun lar sedikit pun tidak. Bagaimana

mungkin makhluk lemah seperti aku ini berusaha mendapatkan

Simurgh? Burung Gereja tak akan sanggup berbuat demikian.

Tak kurang mereka di dunia ini yang mencari persatuan itu,

tetapi bagi makhluk macam aku ini, itu tak selayaknya. Aku tak ingin

memulai perjalanan sesusah itu untuk mencari sesuatu yang tak

mungkin kucapai. Jika aku mesti berangkat menuju ke istana Simurgh,

Page 90: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

76

aku akan binasa di jalan. Maka karena aku sama sekali tak layak untuk

berusaha ke arah itu.

Hudhud, “O kau, yang dalam kehilangan harapan kadang

bersedih dan kadang gembira, aku tak akan terkecoh oleh alasan yang

dibuat-buat ini. Kau sedikit munafik. Juga dalam kerendahan hatimu

kau memperlihatkan seratus tanda keriyaan dan kesombongan. Tak

usah bicara lagi, jahit bibirmu dan langkahkan kaki. Jika kau terbakar,

kau akan terbakar bersama yang lain-lain. Dan jangan bandingkan

dirimu dengan Yusuf!” (Attar, 2015: 34).

Munafik adalah sifat ganda yang sangat sukar kita

mengindikasinya. Karena Rasulullah sendiri juga hampir tertipu oleh

orang munafik. Sifat munafik adalah sifat perang ganda yang bisa

bersembunyi di balik bayang-bayang kerendahatian. Dalam dialog

burung-burung diatas Attar mengambarkan bagaimana burng gereja

mengatakan dengan penuh kerendahtian kepada Hudhud dan

menunjukan kelemahan dan kekurangannya di banding dengan

burung-burung yang lain, tetapi pada akhinnya hanya di jadikan alasan

untuk tidak ikut dalam pengembaraannya menuju Simurgah (Raja para

burung). Dari beberap uraian diatas bisa kita simpulkan bahwa dalam

hidup ini ada Ribuan alasan untuk tetap melakukan keburukan tetapi

tidak perlu ada alasan untuk melakukan sebuah kebain, Karen

kebaikan akan tetap berdiri sebagai kebaikan tanpa sebuah alasan.

Page 91: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

77

b. Tuju Maqam dan Keadaan Para Sufi

Dalam bagian ini Attar mengambarkan bahwa orang yang

melakukan Suluk atau perjalanan Tasawuf harus melewati tujuh lembah.

Dalam dialog burung-burung Hudhud mengatakan: “Kita harus melintasi

tujuh lembah dan hanya setelah kita melintasi lembah-lembah itu akan

menemukan Simurgh. Siapa yang telah menempuh jalan ini tiada akan

pernah kembali ke dunia, dan tak mungkin dikatakan berapa mil jarak

yang ada di muka kita. Bersabarlah, o penakut, sebab semua mereka yang

melintasi jalan ini sama halnya dengan keadaanmu.

Lembah pertama ialah Lembah Pencarian, yang kedua Lembah

Cinta, yang ketiga Lembah Keinsafan, yang keempat Lembah Kebebasan

dan Kelepasan, yang kelima Lembah Keesaan Murni, yang keenam

Lembah Keheranan, dan yang ketujuh Lembah Kemiskinan dan

Ketiadaan, lebih dari itu tiada yang dapat pergi lebih jauh lagi. (Attar,

2015: 121).

Tuju maqam di atas sejalan dengan yang di kemukakan oleh Harun

Nasution dalam buku Filsafat dan Mistisisme dalam islam yang

mengatakan bahwa: “Untuk berada dekat pada Tuhan, seorang sufi harus

menempuh jalan panjang yang berisi Stasion-stasion, yang disebut

maqamat atau stages dan stasion dalam istilah inggris. Buku tasawuf tidak

selamanya memberikan angka dan susunan yang sama tentang stasion-

stasion ini. Tetapi secara keseluruhan yang biasa disebut ialah: “Tobat –

Page 92: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

78

Zuhud – Sabar – Tawakal – Kerelaan.” Di atas stasion-stasion ini masih

ada lagi yaitu: “Cinta – Ma‟rifat – Fana‟ dan Baka – persatuan.” Dan

dalam persatuan dapat mengambil bentuk Al-Hulul atau Wahdat Al-

Wujud. (Nasution 1973: 62).

Di dalam dunia tasawuf selain ada istilah Maqam (Stasion) tahap-

tahap yang harus ditempuh oleh para sufi kita juaga akan mengenal istilah

Hal. Hal adalah suatu keadaan mental atau kondisi jiwa seorang sufi yang

tidak bisa diperoleh atas usaha melainkan suatu anugrah dan rahmat dari

Allah SWT.

Dalam bukunya Harun Nasution mengemukakan tentang Hal

sebagai berikut. “Di samping istilah Mqam itu terdapat pula dalam

literature tasawuf istilah Hal. Hal merupakan keadaan mental, seperti

perasaan senang, sedih, takut dan sebagainya. Hal yang bisa disebut

adalah: “Takut – Rendah Hati – Patuh – Iklas – Rasa Berteman – Gembira

Hati – Syukur”

Hal, berlainan dengan Maqam, bukan di peroleh atas usaha

manusia, tetapi di dapat sebagai anugrah dan rahmat dari Tuhan. Dan

berlainan pula dengan maqam, hal bersifat sementara, datang dan pergi

bagi seorang sufi dalam perjalanannya mendekati Tuhan. (Nasution 1973:

63).

Adapun analisi nilai pendidikan tasawuf dalam bagian ini akan

penulis kemukakan sebgai berikut:

Page 93: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

79

1) Lembah Pencarian (Zuhud)

Dalam lembah pencarian ini, Attar menuliskan dalam

bukunya sebagai berikut.

Bila kau memasuki lembah pertama, Lembah Pencarian,

seratus kesukaran akan menyergapmu; kau akan mengalami seratus

cobaan. Di sana, merak langit tak lebih dari seekor lalat. Kau harus

melewatkan beberapa tahun di sana, kau harus melakukan upaya-

upaya besar, dan harus mengubah keadaanmu. Kau harus

meninggalkan segala yang tampak berharga bagimu dan memandang

segala milikmu sebagai tak berarti apa-apa. Bila kau yakin bahwa kau

tak memiliki suatu apa, kau masih harus melepaskan dirimu dari

segala yang ada. Kemudian hatimu pun akan diselamatkan dari

kehancuran dan kau akan melihat cahaya suci Keagungan Ilahiat dan

hasrat-hasratmu yang sejati akan diperlipatgandakan menjadi tak

terbatas. (Attar, 2015: 121).

Lembah pencarian atau lembah Talab. Di lembah ini banyak

kesukaran, rintangan dan godaan di jumpai oleh seorang salik

(penempuh jalan). Untuk mengatasinya seorang salik harus melakukan

berbagai ikhtiar besar dan harus mengubah diri sepenuhnya dengan

membalikkan nilai-nilai yang dia peganginya selama ini. Kecintaannya

kepada Dunia harus dia lepaskan dan tingalkan. Baru setelah itu ia

Page 94: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

80

dapat di selamatkan dari kehancuran diri dan setelah itu dia akan dapat

menyaksikan cahaya kudus keagungan Ilahi.

Abdul Hadi dalam bukunya “Hermeneutika, Estetika dan

Religiusita” memberi tafsir tentang lembah pencarian sebagi berikut.

“Seorang yang berhasil mengatasi diri jasmani dan dunia akan

dipenuhi kerinduan kepada yang di cintai dan benar-benar

mengabdikan diri kepada kekasinya.” Kata Attar, “Apabila kau gemar

memilih di antara segala sesuatu yang datang dari Tuhan, maka kau

bukanlah penempuh jalan yang baik. Apabila kau suka memadang

dirimu sendiri dimuliakan karena memiliki intan dan emas segudang,

dan merasa di hinakn karena hanya memiliki setumpuk batu, maka

Tuhan tidak akan menyertaimu. Ingatlah, jangan kau sanjung intan dan

kau tolak batu, karena keduannya berasal dari Tuhan. Batu yang

dilempar oleh kekasih yng setia lebih baik daripada intan yang di

jatuhkan oleh seorang perempuan perusak rumah tangga.

Di lembah pencarian seseorang harus memiliki cinta dan

harapan. Dengan cinta dan harapan orang dapat bersabar. Kata Attar,

“Bersabarlah dan berusahalah terus dengan harapan memperoleh

petunjuk jalan (Hidayah). Kuasailah dirimu dan jangan biarkan

kehidupan lahiriah dan jasmaniah menawan serta menyesatkanmu.

(Hadi 2004: 149).

Page 95: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

81

2) Lembah Cinta

Didalam lembah ke dua ini Attar mengambarkan cinta sebagai

penglihatan batin yang terang, sehingga tembus pandang, artinya dapat

menemus bentuk-bentuk formal kemudian menyikap rahasia-rahasian

terdalam dari ciptaan.

Di lembah ini, cinta dilambangkan dengan api, dan pikiran

dengan asap. Bila cinta datang, pikiran lenyap. Pikiran tak bisa tinggal

bersama kedunguan cinta; cinta tak berurusan dengan akal pikiran

insani. Bila kau memiliki penglihatan batin, zarrah-zarrah dari dunia

yang kelihatan ini akan tersingkap bagimu. Tetapi bila kau

memandang segalanya dengan mata pikiran biasa, kau tak akan pernah

mengerti betapa perlunya mencinta. Hanya dia yang telah teruji dan

bebas dapat merasakan ini. Ia yang menempuh perjalanan ini

hendaknya punya seribu hati sehingga tiap sebentar ia dapat

mengorbankan satu." (Attar, 2015: 126).

Perhentian-perhentian berikutnya di jalam mistik ialah

Mahabbah atau Cinta. Salah satu ciri cinta sejati ialah penglihatan

batin yang terang dan dengan itu ia mampu menembus bentuk zahir

segala sesuatu sehingga mencapai hakikatnya yang terdalam. Karena

dapat melihat dari arah hakikat orang yang cinta tidak memandang

segala sesuatu dengan mata pikiran biasa, melainkan dengan mata

batin. Hanya dia yang terpuji dan bebas dari dunia serta kungkungan

Page 96: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

82

benda-benda, berpeluang memiliki penglihatan terang. Caranya ialah

dengan penyucian diri.

Iama Ghazali menulis dalam kitabnya mengenai mahabbah

atau cinta sebagai berikut.

Allah SWT berfirman:

وانهه ذوىبكم نكم ويغفس انهه يحببكم فبتبعىوي انهه تحبىن كىتم إن لم

زحيم غفىز

Artinya: katakanlah, “jika kalian (benar-benar) mencintai Allah,

ikutilah aku.” (Al-Imron 31).

Ayat ini turun ketika Nabi saw. Menajak ka‟ab ibn al-Asyraf

dan sahabat-sahabatnya masuk islam. Mereka berkata, “Kami berada

dalam kedudukan sebagai anak-anak Allah dan kami sangat mencintai

Allah.”

Lalu Allah SWT berfirman kepada Nabi-Nya: Katakan, “jika

kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (dalam agamaku)

sebab aku adalah utusan Allah yang menyampaikan risalah dalam

Hujjah-Nya kepadamu, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni

dosa-dosamu.” Allah maha pengampun lagi maha penyayang.

Kecintaan orang-orang mukmin kepada Allah adalah mereka

mematuhi perintah-Nya, mengutamakan ketaatan kepada-Nya, dan

mencari keridhaan-Nya. Sedangkan kecintaan Allah kepada orang-

Page 97: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

83

orang mukmin adalah dia memuji mereka serta memberi pahala,

ampunan, kenikmatan, rahmat, pemeliharaan, dan taufik kepada

mereka. (Al-Ghazali, 2006: 45).

3) Lembah keinsyafan dan kearifan (Ma‟rifat)

Lembah adalah suatu keadaan diman tidak ada perbedaan

antara kondisi tejaga dan kondisi tidur, karena dalam keadaan tidur,

karena dalam kondisi tidur, ruh mampu menemukan kesempatan untuk

keluar kerumah yang sebenarnya, alam semua ruh, dan kembali

dengan membawa banyak berita. Inilah yang kita sebut dengan mimpi

sejati.

Adapun mengenai pengertian tentang lembah keinsyafa Attar

memberi gambaran sebagai berikut:

Hudhud: “Setelah lembah yang kubicarakan itu, menyusul

lembah yang lain - Lembah Keinsafan, yang tak bermula dan tak

berakhir. Tiada jalan yang sama dengan jalan ini, dan jarak yang harus

ditempuh untuk melintasinya tak dapat diperkirakan.

Keinsafan, bagi setiap penempuh perjalanan itu, kekal

sifatnya; tetapi pengetahuan hanya sementara. Jiwa, seperti raga, ada

dalam perkembangan maju dan mundur; dan Jalan Ruhani itu hanya

menampakkan dirinya dalam tingkat di mana si penempuh perjalanan

itu telah mengatasi kesalahan-kesalahan dan kelemahan-

kelemahannya, tidur dalam kemalasannya dan setiap penempuh

Page 98: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

84

perjalanan itu akan bertambah dekat dengan tujuannya, masing-masing

sesuai dengan usahanya.

Meskipun seekor lalat terbang dengan segala kemampuannya

dapatkah ia menyamai kecepatan angin? Ada berbagai cara melintasi

Lembah ini, dan semua burung tidaklah sama terbangnya. Keinsafan

dapat dicapai dengan beragam cara-sebagian ada yang menemukannya

di Mihrab, yang lain pada arca pujaan. Bila matahari keinsafan

menerangi jalan ini, masing-masing akan menerima cahaya sesuai

dengan amal usahanya dan mendapatkan tingkat yang telah ditetapkan

baginya dalam menginsafi kebenaran.

Bila rahasia hakikat segala makhluk menyingkapkan dirinya

dengan jelas padanya, maka perapian dunia pun menjadi taman

mawar. Ia yang berusaha akan dapat melihat buah badam yang

terlindung dalam kulitnya yang keras itu.

Ia tak akan lagi sibuk memikirkan dirinya sendiri, tetapi akan

menengadah memandang wajah sahabatnya. Pada setiap zarrah ia akan

dapat melihat keseluruhan; ia akan merenungkan ribuan rahasia yang

cemerlang (Attar, 2015:132-133).

Kearifa atau ma‟rifat. Kearifan berbeda dengan pengetahuan

biasa. Pengetahuan biasa bersifat sementara, sedangkan kearifan ialah

pengetahuan yang abadi, sebab isinya ialah tetang yang abadi.

Kearifan ialah maqam yang di peroleh seseorang setelah mata batinnya

Page 99: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

85

terbuka, dimana ia mengenal dengan pasti hakikat tunggal segala

sesuatu. Kearifan menyebabkan seseorang selalu terjaga kesadarannya

akan yang Satu, dan waspada terhadap kelemahan, kekurangan dan

keabaian dirinya.

Syekh abd Qadir Jilani mengemukakan cara atau metode dan

tahap untuk sampai pada maqam Marifat. Adapun pernyataannya

sebagai berikut:

Manusia sesuai dengan hukum-hukum umum, dengan

mengikuti sejumlah langkah dapat kembali ke asal-usulnya. Untuk

mengambil langkah seperti ini, manusia mengikuti ketentuan-

ketentuan nyata dari agama kita sebagai suatu pedoman, mengikuti

turan-aturan agama, manusia melangkah maju naik dari satu tingkat ke

tingkat yang lainnya. Manusia dapat dapat mencapai maqam jalan

spiritual melangkah menuju alam hakikat (kearifan).

Untuk mencapai tingkat ini, orang orang pertama-tama harus

meninggalkan penampakan-penampakan palsu dan kemunafikan

dalam perbuatan sedemikian rupa sehingga yang lainnya dapat melihat

atau mendengar.

Kemudian orang-orang harus menjalani tiga tahap ilmu

pengetahuan secara berturut-turut: usaha dalam mengikuti ajaran-

ajaran agama (Syari‟ah), usaha dalam mengendalikan nafsu-nafsu

yang bersarang dalam dirinya. Melawan penyebab munculnya nafsu-

Page 100: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

86

nafsu rendahan yang ada dalam ego, agar tercapai kesatuan maqam

dan datang mendekat ke penciptanya (Tariqah) dan akhirnya, dalam

usahanya mencapai maqam marifat dengan mana manusia akan datang

mengenal Tuhannya. (Al-Jilani, 2006: 14).

4) Lembah Kebebasan dan Lembah Kelepasan (Al-Hulul)

Di lembah ini tidak adalagi nafsu memenuhi jiwa seseorang

atau keingginan mencari sesuatu yang mudah di dapat dengan ikhtiar

biasa. Karena pandangan telah tercerahkan oleh kehadiran yang abadi,

maka seseorang tidak pernah melihat ada yang baru atau ada yang

lama didunia ini. Adapun mengenai lembah ini Attar mengambarkan

sebagai berikut:

Hudhud melanjutkan, “Kemudian menyusul lembah di mana

tak ada nafsu untuk memiliki atau keinginan untuk menemukan.

Dalam suasana jiwa yang demikian, angin dingin pun bertiup, begitu

hebat sehingga dalam sejenak saja angin itu menimbulkan kerusakan

yang luas tak terhingga: ketujuh lautan tak lebih dari sebuah lobang

air, ketujuh kaukab hanya setitik bunga api, ketujuh langit hanya

sebuah bangkai, ketujuh neraka hanya es yang hancur. Kemudian,

sesuatu yang mengherankan, tak masuk akal! Seekor semut sama

kuatnya dengan seratus gajah, dan seratus kafilah tewas sementara

seekor gagak sedang mengisi temboloknya.”

Page 101: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

87

Di Lembah ini tiada apa pun yang baru atau yang lama akan

berharga; kau boleh berbuat atau tidak berbuat. Bila kaulihat seluruh

dunia terbakar dan segala hati tak lebih dari syisy kabab, itu baru

impian saja dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya. Jika

puluhan ribu jiwa harus tenggelam ke lautan yang tak terbatas, itu

akan seperti setitik embun belaka. (Attar, 2015: 136-137).

Di dalam lembah ini mengambarkan suatu kondisi para sufi

setelah melewati maqam marifat. Ketika ruh sang sufi dapat pergi

berkelana ke tempat asalnya bertemu dengan Raja sejati wujud dari

segala wijud. Sehingga apa yang dia lihat di dunia menjadi tidak lebih

dari setitik embun di bandingkan dengan Wujud-Nya. Suatu kondisi

dimana Lautan tampak sebagai setitik air ditengah wujid-Nya yang tak

terhingga luasnya, dan dadanya selalu lapang sebab dia mengetahui

bahwa rahmad Tuhan tidak akan pernah menyusut atau berkembang.

Tujuan hidup menjadi tak berguna dan seseorang sudah merasa cukup

dengan rahmad yang dilimpahkan oleh Tuhan.

Hulul menurut Abu Nasr al-Tursi mengatakan bahwa hulul

ialah faham yang mengatakan bahwa tuhan memilih tubuh-tubuh

manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya, setelah sifat-

sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu di lenyapkan (Nasution

1973: 88).

Page 102: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

88

Jadi kelepasa atau Al-Hulul adalah suatu kondisi dimana

terlepasnya sifat-sifat kemanusiaan dan berganti atau di isi dengan

sifat-sifat ketuhanan.

5) Lembah Keesaan Murni (Tauhid)

Di dalam lembah ini semuanya pecah berkeping-keping, dan

kemudian menyatu kembali. Semuanya yang tampak berlainan dan

berbeda kelihatannya berasal dari hakikat yang sama. Begitulah

kiranya Attar akan mengambarkan keadaan pada lembah keesaan

murni ini. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Hudhud melanjutkan: “Kau seterusnya harus melintasi

Lembah Keesaan. Di Lembah ini segalanya pecah berkeping-keping

dan kemudian menyatu. Segala yang menegakkan kepala di sini

menegakkan kepala dari kerah yang satu itu juga. Meskipun kau

seakan melihat wujud yang banyak, namun pada hakikatnya hanyalah

satu. Semua merupakan esa yang sempurna dalam keesaannya. Dan

sekali lagi, yang kaulihat sebagai keesaan tidaklah berbeda dengan

yang tampak sebagai banyak. Dan karena Wujud yang kubicarakan itu

mengatasi keesaan dan hitungan, jangan lagi memikirkan keabadian

sebagai yang dulu dan yang kemudian, dan karena kedua keabadian ini

telah lenyap, jangan lagi membicarakannya. Bila segala yang tampak

menjadi tiada, apakah lagi yang tinggal untuk direnungkan?" (Attar,

2015: 142).

Page 103: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

89

Di dalam lembah keesaan ini semua yang terlihat berbeda dan

berlainan ternyata berasal dari hakikat yang sama. Dilembah ini

seseorang menyadari bahwa hakikat wujud yang banyak itu

sebenarnya satu, maksudnya manifestasi cinta Yang Satu, yaitu

Rahman dan Rahim-Nya.

6) Lembah keheranan dan Kebingungan (Ekstase)

Seorang sufi yang telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan

melambankan bahwa dia sudah berada dalam maqam Al-Ittihad.

Dalam maqam ittihad ini Attar menggambarkan keadaan seorang sufi

sebagai berikut.

Setelah Lembah Keesaan menyusul Lembah Keheranan dan

Kebingungan, di mana kita menjadi mangsa duka dan kesedihan. Di

sana keluhan bagai pedang, dan setiap nafas ialah keluhan pedih; di

sana, adalah duka dan ratapan, dan kerinduan yang menyala. Siang dan

malam pun serempak. Di sana, adalah api, namun kita merasa tertekan

dan tak berpengharapan.

Betapakah, dalam kebingungan ini, kita akan meneruskan

perjalanan? Tetapi bagi yang telah mencapai keesaan, ia pun lupa akan

segalanya dan lupa akan dirinya sendiri. Jika ia ditanya, "Adakah kau,

atau tak adakah kau? Apakah kau merasa ada atau tidak? Apakah kau

ada di tengah atau di tepi? Apakah kau fana atau kekal?" maka ia akan

menjawab dengan kepastian, "Aku tak tahu apa-apa, aku tak mengerti

Page 104: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

90

apa-apa. Aku tak sadar akan diriku sendiri. Aku sedang dalam

bercinta, tetapi dengan siapa, tak tahu aku. Hatiku penuh dan sekaligus

juga hampa cinta." (Attar, 2015: 147).

Di dalam keadaan ini seorang sufi menjadi terngelam dalam

kebingungan dan timbul rasa duka yang tak terkirakan. Siang berubah

jadi malam, malam berubah menjadi siang. Kemalangan tampak

sebagai keberuntungan dan keberuntungan tampak sebagai

kemalangan. Orang yang mencapai lembah Tauhid akan lupa

segalanya, kemudian tersadar bahwa dia bersama yang Satu. Ketika

orang yang ada di lembah ini ditannya, dia akan menjawab: “Aku tak

tahu apakah ini fana‟ (lenyap) atau baqa‟ (hidup kekal) dalam dia. Aku

tak tahu apa ini nyata atau tidak. Aku sedang bercinta, tetapi tidak tahu

dengan siapa.” (Hadi 2004: 157).

Dalam keadaan inilah sangsufi merasaak perasaan antara adan

dan tiada, sedang bercinta tetapi tidak tau dengan siapa. Persatuan

dalam maqam ini dalam tasawuf di sebut dengan maqam ittihad.

Al-Ittihad ialah suatu tingkatan dalam tasawuf dimana seorang

sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhannya. Dalam ittihad,

kata al-Badawi yang dilihat hanya satu wujud, sungguhpun sebenarnya

ada dua wujud yang berpisah satu dari yang lain. Karena yang dilihat

dan dirasakan hanya satu wujud, maka dalam ittihad bisa terjadi

pertukaran antara yang dicintai dengan yang mencintai atau secara

Page 105: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

91

tegasnya antara sufi dan Tuhan. Sufi yang bersankutan Karena

kefanaannya telah tak mempunyai kesadaran lagi, dan berbicara

dengan nama Tuhan. (Nasution 1973: 83).

7) Lembah Keterampasan (faqir) dan Ketiadaan (fana)

Hudhud melanjutkan: “Terakhir dari semua itu menyusul

Lembah Keterampasan dan Kematian, yang hampir tak mungkin

diperikan. Hakikat Lembah ini ialah kelupaan, kebutaan, ketulian dan

kebingungan; seratus bayang-bayang yang melingkungimu

menghilang dalam sepancar sinar surya samawi. Bila lautan

kemaharayaan mulai bergelora, pola pada permukaannya pun

kehilangan bentuknya; dan pola ini tak lain dari dunia kini dan dunia

nanti.

Siapa yang menyatakan bahwa dirinya tak ada mendapat

keutamaan besar? Titik air yang menjadi bagian dari lautan raya ini

akan tetap tinggal di sana selamanya dan dalam kedamaian. Di laut

yang tenang ini, kita pada mulanya hanya akan mengalami kehinaan

dan keterbuangan; tetapi setelah terangkat dari keadaan ini, kita akan

memahaminya sebagai penciptaan, dan banyak kerahasiaan akan

tersingkap bagi kita. (Attar, 2015: 153).

Kefakiran adalah bahwa ia tidak memiliki apa-apa lagi,

semuanya sudah terhapus dari dirinya, kecuali cintanya kepada yang

Page 106: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

92

satu. Karena jiwanya hanya terisi oleh-Nya, maka dia sanggup

mengorbankan dirinya asal di perintahkan oleh kekasihnya.

Sedangkan fana‟ ialah persatuan mistik, Manunggaling

kawulo dan Gusti atau Union-Mystical. Keadaan ini di susul dengan

baqa‟ yaitu pengalaman hidup kekal dalam Tuhan. Apabila seseorang

telah mencapai tahap ini, dia akan menemukan dirinya yang hakiki,

dirinya yang universal, dan sungguh-sungguh mengenal asal muasal

kerohaniannya. Hadis yang mengatakan, “Barang siapa mengenal

dirinya, akan mengenal Tuhannya” dapat dijelaskan melalui uraian

tersebut.

Dalam penyatuan diri yang di sebut Wahdat Al-Wujud Harun

Nasution menjelaskan dalam bukunya sebagai berikut.

Wahdat al Wujud berarti kesatuan wujud, dalam faham

wahdat al Wujud, tiap-tiap yang adan mempunyai dua aspek. Aspek

luar, merupakan „ard dan khalq yang mempunyai sifat kemakhlukan,

dan aspek dalam yang merupakan jawhar and haq yang mempunyai

sifat ketuhanan. Dengan kata lain dalam tiap-tiap yang berwujud itu

terdapat sifat ketuhanan atau haq dari sifat kemakhlukan atau khaliq.

Harun Nasuton dalam bukunya menyatakan: Falsafat ini

timbul dari faham bahwa Allah ingin melihat diri-Nya di luar diri-Nya

dan oleh karena itu di jadikan-Nya alam ini. Maka Alam ini

merupakan cermin bagi Allah. Dikala ia ingin melihat diri-Nya, ia

Page 107: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

93

melihat kepada alam, pada benda-benda yang ada dalam alam, karena

dalam tiap-tiap benda itu terdapat sifat ketuhanan, Tuhan melihat diri-

Nya. Dari sini timbullah faham kesatuan. Yang ada dalam alam ini

kelihatan banyak, tetapi sebenarnya itu satu. (Nasution 1973: 93).

B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Tasawuf Dalam Buku Musyawarah

Burung (Mantiq Al-Tayr) Dengan Konteks Sekarang

Buku Musyawarah Burung karya Fariduddin Attar ini memang tidak

membahas pendidikan tasawuf secara eksplisit. Namun dari deretan bab per

bab hampir semuanya mengilhami penulis tentang pernak pernik kehidupan

tasawuf secara implisit.

Buku yang berisi bait-bait sastra dan beberapa kumpulan hikayat,

terangkum dalam satu susunan dialog panjang perjalanan Burung-burung

untuk bertemu dengan Raja yang sejati. Buku ini secara umum membahas

tentang asal muasah kehidupan manusia, hakikat perjalanan hidup manusia,

tujuan kehidupan manusia dan jalan menuju kesempurnaan hidup. Dalam

buku ini Attar mampu menyajikan dialok sastra sufisti yang tidak hanya

mampu berbicara kepada kaum sufi tetapi juga pada orang biasa.

Lalu apa sesungguhnya relevansi pemikiran Attar dengan kondisi

sekarang? Mencermati kondisi sekarang yang serba global, dimana kebebasan

tanpa batas menjadi ideologi yang di agung-agungkan oleh banyak orang.

Bebas bicara semaunya dengan dalil kebebasan berbicara, bebas melakukan

apa saja dengan dalil demokrasi dan hak asasi manusia. Semuanya menjadi

Page 108: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

94

serba absud karena manusia hidup di dalam kebebasan tanpa mengenal batas-

batasnya. Kebebasan bukanlah tujuan hidup melainkan kendaraan untuk

memahami batas-batas dalam hidup ini. Kebebasan yang tak mengenal batas

akan menghancurkan manusia itu sendiri.

Kita hidup pada zaman, dimana segala sesuatu diukur berdasarkan

materi, selama ini manusia tidak pernah dilihat, yang dilihat hanya Presiden,

Gubernu, Artis, Bintang Film, Pemulung, Pengemis, tukang Becak tetapi

pemulung tidak pernah dipahami bahwa dia juga manusia. Sekiranya itulah

yang membuat manusia lupa tentang hakiat siapa dirinya. Sehingga

menyebabkan manusia kering akan spiritualitas dan jauh dari Tuhan. Karena

Tuhan sendiri bukanlah sesuatu yang bisa dilihat secara kasatmata.

Bedasarkan itu semua, maka nilai pendidikan tasawuf sangatlah tepat

dan relevan untuk di aplikasikan dalam kondisi sekarang. Nilai-nilai

pendidikan tasawuf mampu membawa manusia memasuki dimensi-dimensi

spiritual dalam hidup ini.

Misalnya seperti aplikasi zuhud dalam koteks kehidupan sekarang.

zuhud bukanlah soal meninggalkan dunia dalam arti menyepi di hutan,

menjauh dari kehidupan sosial karena menghindari kemaksiatan, Tetapi zuhud

pada hakikatnya adalah tidak terikatnya hati pada dunia. Harun Nasution

dalam bukunya mengatak bahwa zuhud adalah keadaan meninggalkan dunia

dan hidup kematerian. Tentang zuhud, Hasan al-Basri mengatakan: “Jauhilah

Page 109: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

95

dunia ini, karena ia sebenarnya serupa dengan ular, licin pada perasaan tangan

tetapi racunnya membunuh (Nasution 1973: 64).

Jadi berdasarkan pengertian di atas, zuhud bisa kita aplikasikan

dalam kehidupan kita tanpa harung menggunakan metode-metode seperti

orang-orang pada zaman dahulu, karena inti dari kesadaran zuhud bukanlah

soal menyepi dan meninggalkan dunia, tetapi zuhud adalah selalu waspada

terhadap tipu daya dunia dan penempata diri (posisi) kita di dihadapan Tuhan

dalam segala kejadian dalam hidup kita.

Selain zuhud konsep-konsep seperti ma‟rifat dan mahabbah juga

sangat relevan dalam konteks kekinian. Kosep ma‟rifat misalnya dapat lebih

mendekatkan pengenalan diri kita kepada Allah dalam arti yang

sesungguhnya. Demikian juga dengan konsep mahabbah adalah juga sangat

relevan baik secara vertikal maupun secara horizontal ditengah kondisi

masayarakat yang serba plural.

Page 110: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

96

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian buku Musyawarah

Burung (Mantiq Al-Tayr) dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai pendidikan tasawuf dalam buku Musyawarah Burung (Mantiq

Al-Tayr) berisi tentang nilai pendidikan Tauhid, ajaran tentang

kewaspadaan terhadap tipu daya dunia, hakikat penciptaan manusia,

tujuan hidup manusia, Ajaran tentang Zuhud, mahabbah, ma‟rifat

(mengenal Allah), istighna, faqir dan fana.

2. Adapun Relevansi nilai-nilai pendidikan tasawuf yang terkandung dalam

buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr) dalam konteks sekarang,

Misalnya seperti aplikasi zuhud dalam koteks kehidupan sekarang, zuhud

bisa kita aplikasikan dalam kehidupan kita tanpa harung menggunakan

metode-metode seperti orang-orang pada zaman dahulu, karena inti dari

kesadaran zuhud bukanlah soal menyepi dan meninggalkan dunia, tetapi

zuhud adalah selalu waspada terhadap tipu daya dunia dan penempata diri

(posisi) kita di hadapan Tuhan dalam segala kejadian dalam hidup kita.

Selain zuhud konsep-konsep seperti ma‟rifat dan mahabbah juga sangat

relevan dalam konteks kekinian. Kosep ma‟rifat misalnya dapat lebih

Page 111: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

97

mendekatkan pengenalan diri kita kepada Allah dalam arti yang

sesungguhnya. Demikian juga dengan konsep mahabbah adalah juga

sangat relevan baik secara vertikal maupun secara horisontal ditengah

kondisi masayarakat yang serba prular.

B. SARAN

1. Segi hikmah yang terdapat dalam buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-

Tayr) ini, penulis menyarankan agar penggalian dan penanaman ajaran

tasawuf tersebut terus dilakukan/disosialisasikan kepada masyarakat

sebagai salah satu langkah perbaikan aqidah dalam jiwa manusia untuk

menjalani kehidupan di dunia ini yang semata-mata untuk beribadah dan

menggapai ridho Allah SWT, agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan

akhirat.

2. Penelitian selanjutnya, kajian dalam penelitian tentang nilai-nilai

pendidikan tasawuf dalam buku Musyawarah Burung (Mantiq Al-Tayr)

ini belum dikatakan sempurna, untuk itu harapan peneliti akan ada banyak

peneliti baru yang berkenan meneliti lebih luas dan komprehensif terhadap

buku tersebut.

Page 112: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

55

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Abdul. 2004. Hermeneutika, Estetika, dan Religiusitas. Yogyakarta: Matahari

Munib, Achmad. 2006. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES

Maslikhah. 2009. Ensiklopedia Pendidikan. Salatiga: STAIN Salatiga Press.

Syamsuddin, Sahiron, Dkk. 2011. Pemikiran Hermeneutika dalam Tradisi Barat.

Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga

Schimmel, Annemarie. 1975. Dimensi Mistik Dalam Islam. Edisi Ke 1.

Diterjemahkan oleh: Djoko Darmono, Sapardi dan Ikram, Achadiati. 1986.

Jakarta: Pustaka Firdaus

Attar, Fariduddin. 1986. Musyawarah Burung. Edisi Ke 1. Diterjemahkan oleh:

Azizi, Rizal Qomaruddin. 2015. Yogyakarta: Tinta Surga

Nasution, Harun. 1989. Filsafat Dan Mistisme Dalam Islam. Edisi Ke 6. Jakarta:

Bulan Bintang

Lewisohn, Leonard. 1999. WARISAN SUFI Warisan Sufi Persia Abad Pertengahan.

Edisi Ke 1. Diterjemahkan oleh: Alimah, Ade dan Robani, Shobir. 2003.

Jogjakarta: Ustaka Sufi

Jilani, Abd Al-Qadir. 2006. Menyikap Tabir Rahasia Ilahi. Edisi Ke 1.

Diterjemahkan oleh: Abdullah Mudhofir. Yogyakarta: Suluh Press

Al-Ghazali. 2006. Menyikap Hati Menghampiri Ilahi. Edisi Ke 1. Diterjemahkan

oleh: Kurniawan, Irwan. Bandung: Pustaka Hidayah

Solihin, dan Anwar. 2005. AKHLAK TASAWUF Manusia, etika, dan makna hidup.

Edisi ke 1. Bandung: Penerbit Nuansa

Syukur Amin. 2004. Tasawuf Sosial.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tim Karya Ilmiah Purna Siswa 2011 Raden (Refleksi Anak Muda Pesantren). 2011.

Jejak Sufi Membangun Moral Berbasis Spiritual. Kediri: Lirboyo Press Kediri

Soejono dan Abdurrahman. 2005. METODE PENELITIAN Suatu Pemikiran dan

Penerapan. Jakarta: PT. Bina Adiakasara

Page 113: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

56

Maslikhah dan Peni Susanti. 2009. Modul Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakarta: Mitra

Cendekia

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung:

PT Imperial Bhakti Utama.

Lutfia Zeni dan Mujahidin Farhan. 2011. Pendidikan Agama Islam. Surakarta: Yuma

pustaka

Bagir Haidar. 2016. Belajar Hidup Dari Rumi. Jakarta: Mizan Publika

Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Bantet: Kalim, 2011

Page 114: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

57

Page 115: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

58

Page 116: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

59

Page 117: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

60

Page 118: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

61

Page 119: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

62

Page 120: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

63

Page 121: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1733/1...i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TASAWUF DALAM BUKU MUSYAWARAH BURUNG (MANTIQ AL-TAYR) KARYA FARIDUDDIN

64