nilai nilai pendidikan islam dalam buku tasawuf modern
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
1/81
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUKU
TASAWUF MODERN BUYA HAMKA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
RINI SETIANI
NIM.106011000156
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
2/81
v
ABSTRAK
Judul : Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern Buya Hamka,
Nama : Rini Setiani, NIM. 106011000156, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011M/1432 H, hlm. xi+75.
Pendidikan Islam dewasa ini sangat mengalami kemajuan dan perkembangan
yang signifikan, hal ini terlihat pendidikan saat ini banyak mengalami modifikasi,
transformasi bahkan metamorphosis ke dalam model atau bentuk pendidikan Islam
formal. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan Islam yaitu membentuk manusia yang
cerdas dan berakhlak mulia, memerlukan konsep yang matang. Ajaran Islam memiliki
dua aspek yaitu aspek eksoteris (lahiriyah) dan aspek esoteris (batiniyah) yang
seharusnya terintegrasi dalam pendidikan Islam. Hal yang bersifat esoteric dewasa
masih relatif sering diabaikan dalam dunia pendidikan saat ini, oleh karena itu
pembelajaran Islam hendaknya tidak hanya mementingkan aspek jasmaniyah semata,tetapi harus menyentuh ranah ruhani yang bisa membentuk peserta didik manjadi insan
yang memahami hakikat kehidupan.
Tasawuf sebagai salah satu kajian dalam Islam sangat kaya akan nilai-nilai Islam
yang bisa diaplikasikan dalam khazanah pendidikan Islam, terutama dalam bidang
ruhani dan akhlak. Dengan nilai-nilai yang ada dalam tasawuf, pendidikan Islam akan
lebih kaya makna, lebih dari itu peserta didik tidak hanya mengetahui pokok-pokok
pendidikan Islam secara teoritis, tapi mereka juga dapat mengetahui ruh serta makna
pendidikan Islam.
Hamka adalah salah satu tokoh ulama Indonesia yang concern dalam kajian
keislaman salah satunya dalam bidang tasawuf. Dari beberapa karyanya ia menulis
tentang tasawuf, yang salah satu karyanya adalah buku Tasawuf Modern. Pada masanya
buku Tasawuf Modern adalah buku yang fenomenal dan mendapat animo yang luar
biasa dari masyarakat. Dalam buku Tasawuf Modern banyak ditemukan nilai-nilai yang
bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan tentunya juga dalam dunia
pendidikan Islam.
Dari buku tersebut setidaknya terdapat tiga pokok pembahasan mengenai nilai-
nilai pendidikan Islam, yaitu pendidikan keimanan, pendidikan akhlak dan pendidikan
spiritual. Memperteguh keimanan dengan cara memahami dan memperbanyak
membaca Al Qur’an, memahami hadist Nabi, serta bertafakur kepada Allah adalah
contoh nilai pendidikan keimanan yang dibahas dalam buku Tasawuf Modern. Nilai
pendidikan akhlak terlihat dengan penjelasan Hamka tentang macam-macam akhlakterpuji diantaranya adalah malu, sidiq, qona’ah , amanat, iklhlas dan tawakal. Sementara
mencegah penyakit hati dan mengobatinya serta menjadikan iman sebagai terapi untuk
menjaga kesehatan jiwa mendidik kita untuk memperkuat spiritualitas.
Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui tentang nilai-nilai pendidikan
Islam yang terkandung dalam buku Tasawuf Modern buya Hamka. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriftif
analisis dan kajian pustaka. Setelah data terkumpul dan tercatat dengan baik, maka
langkah selanjutnya adalah menganalisa data. Proses analisa dilakukan dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, kemudian data tersebut
dianalisis dan dipelajari secara cermat dan dideskripsikan yang selanjutnya memberikan
gambaran dan penjelasan serta diuraikan.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
3/81
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
4/81
vii
7.
Terima kasih penulis haturkan kepada kanda Rahmi syauqi Ilahi yang
dengan sabar membimbing dan memberi motivasi kepada penulis.
8. Rekan rekan Mahasiswa PAI angkatan 2006 khususnya kelas D yang telah
menemani penulis belajar di kampus peradaban selama empat tahun, serta
kawan-kawan IMM Cabang Ciputat yang telah banyak memberikan
pembelajaran kepada penulis, terutama Irma Tazkiyya, Tsauroh Arrisalati,
Nursyakinah Nasution dan Mayang Maharani yang tinggal satu atap ,
terima kasih sudah bersedia menjadi tempat sharing dan berbagi cerita.
Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis memohon perlindungan.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya penulis, dan
umumnya pembaca. Amin.
Jakarta, Februari 2011
Penulis
Rini Setiani
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
5/81
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B.
Penegasan Istilah ........................................................................ 9
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 10
E. Metodologi Penelitian ................................................................. 10
BAB II TINJAUAN UMUM PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Pendidikan Islam ...................................................... 13
B. Nilai-Nilai Pendidikan Islam ...................................................... 18
C. Sumber-Sumber Pendidikan Islam ............................................. 19
D. Tujuan pendidikan Islam ............................................................ 22
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
6/81
ix
BAB III KAJIAN TERHADAP BUKU TASAWUF MODERN BUYA
HAMKA
A. Sekilas Biografi Buya Hamka .................................................... 25
B. Latar Belakang Penulisan Buku Tasawuf Modern ...................... 28
C. Tasawuf dalam Persfektif Pemikiran Hamka ............................. 29
D. Bahagia Menurut Hamka ............................................................ 35
BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG TERKANDUNG
DALAM BUKU TASAWUF MODERN BUYA HAMKA
A. Nilai Pendidikan Keimanan ........................................................ 43
B. Nilai Pendidikan Akhlak ............................................................ 49
C. Nilai Pendidikan Spiritual .......................................................... 58
D.
Relevansi Buku Tasawuf Modern dengan Nilai-Nilai ............... 66
E. Pendidikan Islam ......................................................................... 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 68
B. Saran ........................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 76
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
7/81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tasawuf merupakan kajian yang menarik, baik dalam kerangka ajaran
Islam maupun dalam konteks perkembangan peradaban Islam. Harun
Nasution, Barmawi Umarie dan para ahli ilmu tasawuf lainnya, umumnya
mengemukakan bahwa tasawuf berasal dari kata sufi, maknanya orang yang
suci atau diliputi kesucian, tasawuf merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari cara seseorang berada sedekat mungkin dengan Allah.1
Al-Junaid menyebutkan bahwa tasawuf ialah keluar dari budi, perangai
yang tercela dan masuk kepada budi perangai yang terpuji. 2Dan seseorang
yang mengamalkan tasawuf disebut sufi, dalam bahasa Arab , kata sufi berasal
dari kata sufah, siffah, sofie dan suffah. Masing-masing kata memiliki makna
yang berbeda, namun secara mendasar berarti “kesucian” dan “keikhlasan”
menerima segala ketentuan Allah yang di ekspresikan dengan berbagai cara.3
Dalam perkembanganya tasawuf dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa macam, Departemen Agama (Depag) dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) seperti dikutip oleh Muhammad Solikhin dalam
buku Tasawuf Aktual (2004), mengklasifikasikan tasawuf menjadi tiga
1 Harun Nasution, Falsafat dan mistisisme Dalam Islam , (Jakarta:Bulan Bintang, 1973), h.
56. 2
Hamka, Tasauf Moderen, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987) h. 13.
3 Ahmad Khalil, Merengkuh Bahagia, (Malang: UIN Malang Press,2007), h. 7.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
8/81
2
macam, yaitu tasawuf akhlaqi, tasawuf amaly dan tasawuf falsafi.4 Tasawuf
akhlaqi adalah ajaran tasawuf yang membahas kesempurnaan dan kesucian
jiwa melalui proses pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku.
Taswauf amaly adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara
mendekatkan diri kepada Allah, yang konotasinya adalah thariqoh. Sedangkan
tasawuf falsafy adalah bentuk tasawuf yang memadukan antara visi mistis dan
visi rasional, baik dalam kerangka teoritis maupun praktis. Meskipun
demikian, dalam prakteknya ketiganya tidak dapat dipisahkan. Hal ini
sebagaimana kasyaf yang dialami oleh sufi falsafy tetap melakukan latihan
rohani dengan mengendalikan kekuatan syahwat serta menggairahkan ruh
dengan jalan melakukan zikir.
Para ilmuwan sejarah umumnya menyimpulkan bahwa tasawuf adalah
sebagai dimensi mistik dalam Islam. Menurut mereka kemunculan tasawuf
berawal pada abad ke-9 masehi, atau sekitar dua ratus tahun sesudah kelahiran
Islam.5 Pada mulanya tasawuf merupakan perkembangan dari pemahaman
tentang makna institusi-institusi Islam. Sejak zaman sahabat dan tabi’in,
kecenderungan orang terhadap ajaran Islam secara lebih analitis sudah
muncul, pada saat itu ajaran Islam dipandang dari dua aspek, yaitu aspek
lahiriyah dan aspek batiniyah. Pengalaman dan pendalaman aspek dalamnya
mulai terlihat sebagai hal yang paling utama, namun tanpa mengabaikan aspek
luarnya yang dimotivasikan untuk membersihkan jiwa.6
Sejarah mencatat adanya konflik tajam antara jenis penghayatan
keagamaan yang bersifat lahiriyah dan batiniyah. Di kalangan umat Islam
tidak sedikit yang menyebutkan bahwa tasawuf telah menyimpang dari ajaran
Islam, bahkan ada para pemikir dan peneliti yang menyebutkan bahwa salah
satu yang menjadi sebab mundurnya umat Islam adalah tasawuf.7 Hal ini
dikarenakan ajaran tasawuf ada yang bercampur dengan mistis budaya lokal
4 Muhammad Solikhin, Tasawuf Aktual ,(Semarang: Pustaka Nuun, 2004), h. 10.
5 Khalil, Merengkuh… , h. 7.
6 Rosihon Anwar dan. Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf , (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h.
49. 7
SIMUH, Taswauf dan perkembanganya dalam Islam, (Jakarta: PT RajaGrapindoPersada, 1997), h. 18.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
9/81
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
10/81
4
Dari fenomena disorientasi paradigma kehidupan masyarakat tersebut,
telah mengakibatkan lahirnya berbagai penyimpangan kemanusian yang
terjadi di segala sektor kehidupan, seperti: korupsi, penindasan terhadap kaum
lemah, penyalahgunaan kekuasaan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang,
eksploitasi sumberdaya alam hingga menimbulkan kerusakan lingkungan,
dekadensi moral dan lain sebagainya.
Di sisi lain ada sebagian orang yang terlalu terlena dengan tradisi
sufisme mistik , mereka meyakini dengan meninggalkan kehidupan dunia akan
mendapatkan kebahagian batin yang akhirnya menghantarkan mereka pada
singgasana kemuliaan kelak di akhirat. Dengan pemahaman tersebut,
mengakibatkan mereka tidak mau tahu terhadap berbagai penyimpangan yang
terjadi di sekeliling mereka. Mereka acuh terhadap hiruk pikuk keramaian
zaman, karena mengurusi yang demikian dianggap sebagai kesiasiaan belaka.
Menurut Hamka, tasawuf ibarat jiwa yang menghidupkan tubuh dan
merupakan jantung dari ke-Islaman. Oleh karena itu, sangat tepat jika
pendekatan Tasawuf menjadi salah satu daya tarik diterimanya Islam di
Indonesia. Lebih jauh lagi tasawuf telah meniupkan spiritnya ke dalam hampir
seluruh kebudayaan Islam. Tarekat-tarekat sufi sebagai institusi terorganisasi,
memiliki peran signifikan dalam matriks masyarakat muslim yang lebih besar,
eksistensinya telah memainkan pengaruh besar atas seluruh struktur
masyarakat.
Dalam refleksinya Hamka sering memperkenalkan konsep neo zuhud,
yaitu ajaran yang menyatakan kecintaan terhadap dunia yang tidak
proposional merupakan kenistaan. Dalam buku Tasawuf Modern, Hamka
mengutip perkataan K.H Mas Mansur ”80 % didikan Islam kepada
keakhiratan dan 20 % kepada keduniaan. Tetapi kita lupa memenangkan yang
tinggal 20 % lagi itu sehingga menjadi hina”.8
Zuhud sendiri pada dasarnya berarti Manahan diri dari sesuatu yang
mubah karena kekhawatiran kita terikat padanya. Dari definisi tersebut dapat
dipahami bahwa alasan bagi perlunya zuhud terletak pada ketidakbolehan kita
8 Hamka, Tasawuf Modern, h. 16.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
11/81
5
terikat pada sesuatu yang bersifat duniawi. Dengan kata lain tidak ada
salahnya bila terlibat terhadap hal-hal yang bersifat duniawi selama masih
bersifat proporsional.9
Hal ini dengan gamblang di dukung oleh firman Allah pada surat al
Qasash ayat 77
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di muka bumi. Sesungguhnhya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.
Karunia Allah di dunia sangat banyak diantaranya, kesehatan,kekuatan dan kesejahteraan. Manusia tidak dilarang untuk memiliki harta akan
tetapi yang tidak boleh adalah terlalu sibuk dan tenggelam mengurus harta
sehingga lupa kewajibannya sebagai makhluk kepada khaliknya. Jadi inti dari
zuhud kuncinya adalah kata proposionalitas.
Dalam memaknai pengertian tasawuf, Hamka sepakat dengan definisi
tasawuf menurut Al Junaid yaitu keluar dari budi pekerti yang tercela dan
masuk pada budi pekerti yang terpuji. Menurut Hamka tasawuf yang suci dan
murni bukanlah lari dari gelombang hidup, tasawuf yang sejati adalah paduan
dalam menempuh hidup. Tasawuf yang sejati bukanlah lari ke hutan,
melainkan lebur ke dalam masyarakat, sebab masyarakat perlu akan
bimbingan rohani. Tasawuf yang sejati bukanlah “khilafayah dan ikhtilafiyah”
(ilmu berselisih).
9 Khalil, Merengkuh…, h. 67.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
12/81
6
Hamka berpendapat, bertasawuf bisa dilakukan sambil melakukan
aktifitas duniawi, bahkan sambil berdagang sekalipun kita dapat bertasawuf
pada saat yang sama. Junaid Al Bagdadi yang bergelar “Syaikh at Thaifah”
membuka kedai kain di tengah kota Bagdad, ia telah mempraktekan
bertasawuf sambil berladang atau sambil bekerja.10
Hamka melihat bahwa tasawuf beroleh sumbernya yang otentik dari
ajaran-ajaran islam sendiri, seperti telah dijelaskan di atas. Tapi aliran-aliran
tasawuf yang ada sering menyimpang dari paham ortodoksinya. Sebagaimana
diketahui bahwa Hamka memang berusaha membersihkan tasawuf dari unsur
yang bertentangan dengan tauhid, namun demikian ia memang memilki
apresiasi terhadap tasawuf dan berpandangan bahwa taswauf diperlukan oleh
masyar akat.
Terhadap taswauf yang telah menyimpang dan mengalami deviasi,-
yang mengajarkan sikap-sikap yang mengharamkan pada diri sendiri dan
terhadap barang yang dihalalkan Tuhan, Hamka mengatakan bahwa tasawuf
yang demikian tidaklah berasal dari islam. Selanjutnya ia berkata bahwa
zuhud yang melemahkan itu bukanlah bawaan islam. Semangat Islam adalah
semangat bekerja, berjuang bukan semangat malas, rapuh dan melempem.
Menurut Hamka maksud dari tasawuf yang sebenarnya adalah membersihkan
jiwa, mendidik, dan mempertinggi derajat budi serta memerangi syahwat.
Muhammad Solihin dalam bukunya Tasawuf Aktual mengutip
pendapat Hasan Hanafi seorang pemikir Islam kontemporer tentang istilah
tasawuf progresif yang mengarahkan orang untuk bersikap progresif, aktif dan
produktif. Sebagai akibat dari pencerahan spiritualnya melalui aplikasi
tasawuf setiap harinya. Sehingga tidak ada istilah tasawuf sebagai anti
kemoderenan, penghambat krativitas dan penghalang kemajuan. Bahkan
menurut Hasan Hanafi tasawuf aplikatif, jika operasionalnya dilaksanakan
secara benar, akan mampu membangkitkan semangat revolusioner, dalam
produk pemikiran maupun aksi seorang muslim.11
10
Hamka, Pandangan Hidup Muslim, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1992), h. 49-50.
11 M. Solihin, Tasawuf Aktual …., h. 20
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
13/81
7
Apabila tasawuf dimaknai dengan pemahaman yang lebih konstuktif,
edukatif dan progresif sebagaimana telah diutarakan para pemikir muslim
kontemporer di atas, maka tasawuf akan lebih memiliki peran signifikan
dalam khazanah pendidikan Islam, yang bertujuan mencetak generasi muda
yang cerdas, soleh dan berakhlak mulia.
Sejak awal budaya manusia, pendidikan pada hakikatnya merupakan
proses sosialisasi yang menyebarkan nilai-nilai dan pengetahuan yang
terakumulasi dalam masyarakat. Dr. al A’la Afifi dalam studinya tentang
tasawuf klasik memaparkan bahwa tasawuf berperan besar dalam
mewujudkan sebuah revolusi moral spiritual dalam masyarakat. Bertasawuf
yang benar berarti sebuah pendidikan bagi kecerdasan emosi dan spiritual.
Dan bukankah aspek moral – spiritual ini merupakan ethical basic atau al
asasiatul akhlakiyah bagi suatu formulasi sosial seperti dunia pendidikan.12
Hal tersebut senada dengan definisi pendidikan Islam, seperti yang
diungkapkan oleh Mohamad Kanal Hasan sebagaimana dikutip Taufiq
Abdullah Dan Sharon mendefinisikan pendidikan Islam sebagai suatu proses
yang komprehensif dari pengembangan kepribadian manusia secara
keseluruhan, yang meliputi intelektual, spiritual, emosi dan fisik. Sehingga
seorang muslim disiapkan dengan baik untuk melaksanakan tujuan
kehadirannya disisi Tuhan sebagai hamba dan wakilnya di muka bumi.
Tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia seutuhnya.
Seutuhnya dalam arti keutuhan antara jasmani dan rohani. Pendidikan yang
merupakan derivasi (turunan dari) Education (inggris) , tarbiyah- ta’dib dan
ta’lim (Arab) menunjuk adanya proses yang berkesinambungan bagi manusia.
Proses meliputi keseluruhan unsur baik kognitif, afektif dan psikomotorik.
Bila proses tidak berjalan secara simultan maka yang terjadi adalah split
personality (diri yang terpisah) pada setiap orang.13
12 Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai kritik Sosial , (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2006), h.
53.
13 Abdurrahman, Meaningful Learning, (Yogyakarta: pustaka pelajar 2007), h.74.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
14/81
8
Pembelajaran bervisi spiritual diharapkan bisa mengantisipasi adanya
split personality dan mereposisi pendidikan pada tempatnya sebagai jalan
mencari hakikat esensial diri manusia.
Ajaran Islam dapat di bagi dua aspek yaitu aspek eksoteris (lahiriyah)
dan aspek esoteric (batiniyaniah). Dan seharusnya pendidikan Islam
mementingkan kedua-duanya. Hal yang bersifat esoteric masih sering di
abaikan dalam dunia pendidikan saat ini. Dalam mengajarkan ibdah misalnya,
seperti shalat yang lebih ditekankan masih dalam tataran pengetahuan tentang
syarat, rukun, dan hal-hal yang membatalkanya. Sementara aspek esoteric
salat yaitu makna shalat untuk membentuk pribadi muslim yang baik masih
kurang diperhatikan.
Aspek esoteric dalam Islam di sebut tasawuf . Dengan lemahnya
pengajaran aspek esoteris dalam Islam berarti juga bahwa pengajaran tasawuf
dalam pendidikan Islam masih kurang. Padahal seharusnya pengajaran
taswauf dilakukan secara seimbang dengan aspek eksoteris Islam. Karena
tanpa ada pengajaran tasawuf yang seimbang, maka anak didik kurang
menghayati makna ajaran Islam.14
Tasawuf modern Hamka adalah sebuah karya yang tidak hanya berisi
pelajaran tentang kesucian batin, tetapi juga berisi tentang kekuatan iman dan
jiwa yang merupakan pondasi dari pendidikan Islam. Buku Tasawuf Modern
sangat kaya dengan nilai-nilai pendidikan islam yang bisa di aplikasikan
dalam dunia pendidikan.
Dalam karya yang monumental ini ia memaparkan secara singkat
tentang tasawuf. Kemudian secara berurutan ia paparkan pula tentang makna
kebahagiaan disertai pendapat para ilmuan, bahagia dan agama, bahagia dan
utama, kesehatan jiwa dan badan, harta benda dan bahagia, sifat qana’ah,
kebahagiaan yang dirasakan Rasulullah, hubungan ridha dengan keindahan
alam, tangga bahagia, celaka, dan munajat kepada Allah.
14
Sudirman Tebba, Tasawuf Positif; Manfaat Tasawuf dalam Kehidupan Sehari-hari,(Ciputat: Penerbit pustaka Irvan: 2003), h.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
15/81
9
Dari pembahasan sekilas di atas, penulis melihat bahwa begitu banyak
nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam buku Tasawuf Modern
karya Hamka yang perlu dikaji lebih dalam. Maka dari itu dalam penulisan
skripsi ini penulis mengambil judul “ NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM BUKU TASAWUF MODEREN BUYA HAMK A .”
B. Penegasan Istilah
Agar mempermudah dan tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam
memahami penelitian kami yang berjudul: Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam
buku Tasawuf Modern Buya Hamka, penulis menyertakan penegasan istilah
dalam judul tersebut.
1. Nilai Pendidikan Islam
Nilai, Inggris (value); Latin (valere) berarti: berguna, mampu akan,
berdaya, berlaku, kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal
itu dapat disukai, diinginkan, berguna atau dapat menjadi objek
kepentingan Pendidikan diartikan pengubahan cara berfikir atau tingkah
laku dengan cara pengajaran, penyuluhan dan latihan. Sedangkan Islam
dalam pendidikan Islam menunjukkan hasil pendidikan tertentu yang
sesuai dengan ajaran Islam.
2. Tasawuf Modern
Buku Tasawuf Modern adalah buku karya Buya Hamka tahun 1939
sebagai karangan bersambung dalam majalah pedoman masyarakat yang
terbit di Medan. Atas permintaan pembaca tasawuf Modern diterbitkan
sebagai sebuah buku pada tahun 1939.
Dari penegasan istilah di atas maksud dari penilitian yang berjudul
nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku Tasawuf Modern Buya Hamka
yaitu nilai pendidikan Islam adalah kualitas suatu hal yang menjadikan
berguna, untuk mengubah cara berfikir atau tingkah laku dengan cara
pengajaran yang sesuai dengan ajaran Islam.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
16/81
10
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah.
Adapun batasan masalahnya adalah:
1. Tasauf dalam pandangan Buya Hamka
2.
Makna nilai-nilai pendidikan Islam, landasan serta tujuan pendidikan Islam
3. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam buku Tasawuf
Modern, yaitu nilai pendidikan keimanan, akhlak dan spiritual
Adapun perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemikiran tasawuf dalam persfektif Hamka
2. Nilai-nilai pendidikan Islam apa yang terkandung dalam buku Tasawuf
Modern Buya Hamka.
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.
Tujuan penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi nilai-
nilai pendidikan Islam dalam buku tasawuf modern Buya Hamka
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
a. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi tentang penentuan
sikap-sikap yang seharusnya dimiliki manusia dan dapat memberikan
manfaat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam
pendidikan Islam.
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat mengajarkan bahwa terdapat banyak
pelajaran yang didapatkan dari buku Tasawuf Modern yang bisa
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
Teknik atau metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kepustakaan atau study literature (library research) yaitu
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
17/81
11
dengan melakukan penelitian pada buku, artikel dan dokumen yang
berhubungan dengan tema skripsi. Penelitian kepustakaan dimaksudkan
untuk menelaah, mengkaji dan mempelajari berbagai literature yang erat
kaitanya dengan masalah yang dibahas.
Sebagai sumber data penulis menggunakan sumber data primer dan
sekunder sumber data primer diperoleh dari buku Tasawuf Modern karya
Hamka, sedangkan sumber data sekundernya yaitu buku-buku yang relevan
dengan pembahasan baik karya Hamka seperti , Renungan Tasawuf ,
Pandangan Hidup Muslim, Tasawuf perkembangan dan pemurnianya,
maupun karya orang lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Metode Analisis Data
Penelitian yang penulis lakukan tergolong pada penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan cara berfikir
secara induktif, artinya penelitian kualitatif bergerak dari bawah, peneliti
mengumpulkan data sebanyak mungkin tentang persoalan penelitian,
kemudian data-data tersebut dicari pola, hukum dan prinsip-prinsip.15
Proses menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif
analisis yang terdiri dari tiga kegiatan, diantaranya adalah reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Pertama, setelah
pengumpulan data selesai, maka tahap selanjutnya adalah mereduksi data
yang telah diperoleh, yaitu dengan menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data, dengan demikian
maka dapat ditarik kesimpulan.
Tahap kedua, data akan disajikan dalam bentuk narasi, kemudian
tahap ketiga akan dilakukan penarikan kesimpulan dari data yang
diperoleh.
Kemudian penelitian ini menggunakan teknik analisis isi (Content
analysis). Content analysis adalah teknik analisis terhadap berbagai sumber
informasi termasuk bahan cetak dan bahan non cetak.
15
Prasetya Irawan, Penelitian kulaitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI, 2007), Cet. 1, h. 10
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
18/81
12
3.
Teknik Penulisan
Teknik atau metode penulisan skripsi ini berpedoman pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
19/81
13
BAB II
TINJAUAN UMUM PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan education.
Menurut Frederick J. MC. Donald pendidikan adalah : “ Education in the sense
used here, is a process or an activity which is directed at producing desirable
changes in the behavior of human being”1 (pendidikan adalah proses yang
berlangsung untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan dalam tingkah
laku manusia).
Istilah pendidikan sesungguhnya berasal dari bahasa Yunani yaitu
paedagogy yang dimaknai dengan seseorang yang tugasnya membimbing
anak pada masa pertumbuhanya sehingga menjadi anak yang mandiri dan
bertanggung jawab.2
Dalam kamus besar bahasa indonesia disebutkan bahwa pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.3
1 Frederick J. MC. Donald, Educational Psychology, (Tokyo: Overseas Publication
LTD,1959), h. 4. 2 Dr. Zurinal Z dan Wahdi Sayuti S. Ag, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar
Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press), h. 2. 3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi II (Jakarta:Balai Pustaka,1994 ).
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
20/81
14
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati dalam bukunya “ilmu Pendidikan”
(2001) telah mengemukakan beberapa pengertian pendidikan, diantaranya; 1).
John Dewey, mangartikan pendidikan sebagai proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah
alam dan sesama manusia. 2). SA. Bratanata dkk, mengartikan pendidikan
sebagai usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang
tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembanganya menuju
kedewasaan. 3). Kihajar Dewantara, mengartikan pendidikan adalah menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya.4
Sedangkan dalam Undang-undang RI No. 20 tentang sisdiknas pada
pasal satu menyebutkan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dannegara.5
Menurut H. M. Arifin, pendidikan adalah usaha orang dewasa secara
sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan
dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal.6
Dan menurut Prof Dr. Moh Ardani pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
7
Dari beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia
untuk dapat membantu, melatih, dan mengarahkan anak melalui transmisi
4 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, cet.2, (Jakarta:Rineka Cipta, 2001),
h.69. 5 Undang-undang RI No.20 tentang Sisdiknas, cet,II, (bandung: Fokusmedia, 2003), h. 3.
6 H.M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta : Bulan Bintang,
1976) h. 12. 7
Moh. Ardani, Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT mitracahayaUtama), h. 4.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
21/81
15
pengetahuan, pengalaman, intelektual, dan keberagamaan orang tua (pendidik)
dalam kandungan sesuai dengan fitrah manusia supaya dapat berkembang
sampai pada tujuan yang dicita-citakan yaitu kehidupan yang sempurna
dengan terbentuknya kepribadian yang utama.
Di dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam, terutama karya-karya
ilmiah berbahasa Arab, terdapat berbagai istilah yang dipergunakan oleh
ulama dalam memberikan pengertian tentang pendidikan Islam dan sekaligus
diterapkan dalam konteks yang berbeda-beda.8
Pendidikan Islam menurut Langgulung setidaknya tercakup dalam
delapan pengertian, yaitu al tarbiyah al diniyah (pendidikan keagamaan),
ta’lim al -din (pengajaran agama), al ta’lim al diny (pengajaran keagamaan), al
ta’lim al islamy (pengajaran keislaman), tarbiyah almuslimin (pendidikan
orang-orang Islam), al tarbiyah fi al islam (pendidikan dalam Islam), al
tarbiyah inda almuslimin (pendidikan dikalangan orang-orang Islam), dan al
tarbiyah al islamiyah (pendidikan Islami).9
Dalam bahasa arab ada beberapa istilah yang biasa dipergunakan
dalam pengertian pendidikan, seperti kata ta’lim (تعلم
) , tarbiyah ( تبه
), dan
kata ta’dib ( ت دي
).
Ta’lim ,( تعلىم ) berarti pengajaran, seperti dalam firman Allah SWT
dalam al-Qur’an yang berbunyi:
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar." (QS. Al- Baqarah: 31).
8 Muhaimin. et. Al , Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h. 36.
9 Muhaimin, Paradigma…, h. 36.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
22/81
16
Tarbiyah (تبه
) berarti pendidikan, dengan kata kerja rabba (بر
)
berarti mendidik.10 Sebagaimana firman Allah SWT :
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".
(al-Isra:24).
Ta’dib ( ت دي
) berarti pendidikan yang berhubungan dengan prilaku
atau akhlak dalam kehidupan yang lebih mengacu pada peningkatan martabat
manusia.11 Seperti sabda Rasul yang berbunyi :
Dari abu Burdah Abu Musa al- Asy’ari ra Nabi saw bersabda: ‘’laki-laki
manapun yang memiliki perempuan hendaknya ia mendidiknya….(HR.
Bukhari).
Apabila uraian di atas kita perhatikan, terdapat perbedaan pemaknaan
di antara istilah-istilah tersebut. T a’lim lebih bersifat informatif, yaitu usaha
pemberian ilmu pengetahuan sehingga seseorang menjadi berilmu (tahu).
Istilah ta’dib mengesankan proses pembinaan terhadap sikap moral dan etikadalam kehidupan yang lebih mengacu kepada peningkatan martabat manusia.
Sedangkan tarbiyah mengandung makna lebih luas, tercakup didalamnya
pengertian ta’lim dan ta’dib.
HAMKA memposisikan pendidikan sebagai proses ta’lim dan
menyampaikan sebuah misi (tarbiyah) tertentu. Tarbiyah kelihatanya
mengandung arti yang lebih komprehensif dalam memaknai pendidikan Islam,
baik vertical maupun horizontal . Prosesnya merujuk kepada pemeliharaan dan
pengembangan seluruh potensi fitrah peserta didik, baik jasmaniyah maupun
rohaniyah.
Misi pendidikan Islam menitikberatkan pada tujuan penghambaan dan
kekhalifahan manusia, yaitu hubungan pemeliharaan manusia terhadap
makhluk Allah lainnya, sebagai perwujudan tanggung jawabnya sebagai
10 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. II, (Jakarta: Bumi Aksara dan Dirjen
Lembaga Islam Depag RI, 1992), h. 25. 11
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1997), h.8.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
23/81
17
khalifah dimuka bumi, serta hubungan timbal balik antara manusia dengan
alam sekitarnya secara harmonis. Bila kata tarbiyah ditarik pada pengertian
interaksi edukatif, pandangan Hamka tentang tarbiyah mengandung makna:
1). Menjaga dan memelihara pertumbuhan fitrah (potensi) peserta didik untuk
mencapai kedewasaan. 2). Mengembangkan seluruh potensi yang dimilkinya,
dengan berbagai sarana pendukung (terutama bagi akal dan budinya). 3).
Mengarahkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik menuju kebaikan
dan kesempurnaan seoptimal mungkin. 4). Kesemua proses tersebut kemudian
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan irama perkembangan peserta
didik.12
Hamka membedakan pengertian pendidikan dan pengajaran.
Menurutnya pendidikan Islam merupakan serangkaian upaya yang dilakukan
pendidik. Untuk membantu membentuk watak, budi, akhlak, dan kepribadian
peserta didik, sehingga ia dapat membedakan mana yang buruk dan mana
yang baik. Sementara pengajaran Islam adalah upaya untuk mengisi
intelektual peserta didik dengan sejumlah ilmu pengetahuan.13
Secara Terminologi pendidikan Islam menurut Ahmad D Marimba adalah
bimbingan jasmani maupun rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam
menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.14
Achmadi dalam bukunya Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan,
(1992), mendefinisikan pendidikan Islam adalah segala usaha untuk
memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insan yang
berada pada subjek didik menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan
kamil ) sesuai dengan norma Islam atau dengan istilah lain yaitu terbentuknya
kepribadian muslim.15
Athiyah al-Abrasyi menyatakan bahwa pendidikan Islam ialah untuk
mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia,
12 Samsul Nizar, Memperbincangkan dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang
Pendidikan Iislam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 109-110. 13
Nizar, Memperbincangkan …,h. 111. 14
Marimba, Pengantar Filsafat …., h. 21. 15
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Adityamedia,1992), h. 14.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
24/81
18
mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, teratur
pikiranya, halus perasaanya, mahir dalam pekerjaanya, manis tutur katanya
baik dengan lisan atau tulisan.16
Dari beberapa pengertian pendidikan Islam di atas, pendapat yang
lebih terperinci adalah hasil rumusan seminar Pendidikan Islam se-Indonesia
tanggal 7 sampai dengan 11 Mei 1960, di Cipayung Bogor, menyatakan
bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan
rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan,
melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.17
Masih banyak lagi pengertian pendidikan Islam menurut para ahli,
namun dari sekian banyak pengertian pandidikan Islam yang dapat kita petik,
pada dasarnya pendidikan Islam adalah usaha bimbingan jasmani dan rohani
pada tingkat kehidupan individu dan sosial untuk mengembangkan fitrah
manusia berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya manusia
ideal (insan kamil ) yang berkepribadian muslim dan berakhlak terpuji serta
taat pada Islam sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
B. Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Nilai adalah substansi, esensi atau sifat-sifat yang melekat pada sebuah
hakikat atau objek. Dalam kajian filsafat, nilai adalah salah satu kajian dari
aksiologi yang membahas tentang ada (being) dengan nilai (value), kalau
dirumuskan ada = sesuatu + nilai. Tidak ada sebuah nilai apabila tidak ada
sesuatu yang menyemat nilai tersebut, jadi sebuah nilai akan sangat tergantung
pada penegembannya, yaitu sesuatu.
Sidi Gazalba sebagaimana dikutip oleh Chabib Thoha dalam Kapita
Selekta Pendidikan (1996), Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia
ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan
salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang
16
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : kalam Mulia, 2002), h. 3.
17 Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, cet.2, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 16.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
25/81
19
dikehendaki dan tidak dikehendaki.18 Sedang menurut Chabib Thoha nilai
merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah
berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini).19
Jadi nilai adalah sesuatu yang besifat objektif dan tetap, sesuatu yang
menerangkan tentang baik, buruk, indah atau buruknya sesuatu yang terlebih
dahulu telah diketahui. Nilai-nilai pendidikan Islam berarti sifat-sifat objektif
Islam yang melekat pada sebuah system, model, metode ataupun aktifitas
pendidikan yang bersumber dari ajaran Islam .
Lebih dari itu fungsi pendidikan Islam adalah pewarisan dan
pengembangan nilai-nilai dienul Islam serta memenuhi aspirasi masyarakat
dan kebutuhan tenaga disemua tingkat dan bidang pembangunan bagi
terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai Islam seperti
nilai keimanan, akhlak dan spiritual yang mendukung dalam pelaksanaan
pendidikan bahkan menjadi suatu rangkaian atau sistem di dalamnya. Nilai
tersebut menjadi dasar pengembangan jiwa peserta didik sehingga bisa
memberi out put bagi pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat
luas.
C. Sumber-Sumber Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sangat memperhatikan penataan individual dan
social yang membawa penganutnya pada pemelukan dan pengaplikasian Islam
secara komprehensif. Agar penganutnya mampu memikul amanat yang
dikehendaki Allah, pendidikan Islam harus kita maknai secara rinci. Landasan
Pendidikan Islam adalah fundamen atau asas agar pendidikan Islam dapat
berdiri tegak dan tidak mudah roboh. Dasar Pendidikan Islam secara garis
besar ada dua yaitu Al Qur’an dan sunnah.
18 HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996), h. 61.
19 Thoha, Kapita Selekta…, h. 61.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
26/81
20
1. Al Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah (perkataan Allah) yang diturunkan
sebagai wahyu dan merupakan mukjizat agung kepada Nabi Muhammad
SAW melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an ini juga dipandang sebagai
keagungan (majid) dan penjelasan (mubin). Kemudian seringkali di sebut
petunjuk (hidayah) dan buku (kitab).20
Kedudukan Al Qur’an sebagai sumber dapat dilihat dari kandungan
surat Al Baqarah ayat 2 :
Ialah Kitab (al-Quran) yang tidak ada keraguan di dalamnya,
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Al-baqoroh : 2).
Selanjutnya firman Allah SWT dalam surat Asy Syura ayat 17 :
Allah SWT yang telah menurunkan kitab dengan membawa
kebenaran dan menurunkan neraca keadilan (QS. Asy Syura: 17).
Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam sudah barang tentu harus
dijadikan dasar pijakan atau asas bagi pendidikan Islam. Banyak sekali
terma-terma tentang pendidikan yang dapat kita temukan di dalam Al-
Qur`an baik secara eksplisit maupun implisit. Abul A’la al-Maududi
menjelaskan bahwa mendidik dan memelihara merupakan salah satu dari
sekian banyak makna implisit yang terkandung di dalam kata rabb. Allah
adalah rabbul alamin yang universal dan tiada batas. Karena manusia
berkomunikasi dan menitikberatkan pendidikan bagi manusia yang ada di
muka bumi ini, maka akan sangat relevan jika Allah diyakini yang telah
mengajar manusia di muka bumi ini dengan nama-nama dari segala
sesuatu yang ada.21
20 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al Qur’an,
(Jakarta:Rieneka Cipta, 2007), h. 17.
21 Abdullah, Teori-Teori …, h. 19.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
27/81
21
Al-Qur’an memberikan pandangan yang mengacu kepada
kehidupan di dunia ini, maka asas-asas dasarnya harus memberi petunjuk
kepada pendidikan Islam. Seseorang tidak mungkin dapat berbicara
tentang pendidikan Islam apabila tanpa mengambil Al-Qur’an sebagai
salah satu rujukan. Salah satu contohnya di dalam Al-Qur’an terdapat
ajaran yang berisi prinsip-prinsip yang berkenaan dengan kegiatan atau
usaha pendidikan itu. Sebagai contoh dapat dibaca dalam kisah Luqman
yang mengajari anaknya dalam surat Luqman.22
Al-Qur’an adalah petun juk-Nya yang apabila dipelajari akan
membantu menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman berbagai
problem hidup. Apabila dihayati dan diamalkan menjadi pikiran rasa dan
karsa mengarah pada realitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas dan
ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.23
2. Al-Sunnah
Selain Al-Qur’an yang berfungsi sebagai dasar pijakan dan prinsip
pendidikan Islam, Al-Sunnah sebagai tuntunan hidup rasulullah Saw
adalah sumber ke dua yang sama-sama memiliki peranan vital dalam
membangun dasar-dasar dan prinsif pendidikan Islam. Secara harfiah
sunnah berarti jalan, metode dan program. Secara istilah sunnah adalah
perkara yang dijelaskan melalui sanad yang shahih baik itu berupa
perkataan, perbuatan atau sifat Nabi Muhammad Saw.
Sebagaimana Al-Qur’an, al-sunnah berisi petunjuk-petunjuk untuk
kemaslahatan manusia dalam segala aspeknya yang membina manusia
menjadi muslim yang bertaqwa. Dalam dunia pendidikan, al-sunnah
memiliki dua faedah yang sangat besar, yaitu :
1). Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an
atau menerangkan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya.
22
Daradjat, ,Ilmu Pendidikan…, h. 20.
23 M. Qurais Shihab, wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), h. 13.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
28/81
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
29/81
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
30/81
24
serta mempersiapkan peserta didik untuk hidup secara layak dan berguna di
tengah-tengah komunitas sosialnya.
Armai Arif dalam bukunya “ Pengantar Ilmu dan metodologi
Pendidikan Islam” secara rinci menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam
terbagi kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir, dan tujuan
operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua
kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan
sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah peserta didik diberi
sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum.
Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi
manusia-manusia sempurna (insan kamil) setelah ia mengahabisi sisa
umurnya. Sementara tujuan operasinal adalah tujuan praktis yang akan di capai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.31
Dari beberapa pemaparan dari para ahli tentang tujuan pendidikan
Islam diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan dalam Islam adalah bagian
dari perjalanan hidup dan tujuan diciptakannya manusia yaitu semata-mata
untuk beribadah (menghamba) kepada Allah Swt. Selain itu pendidikan Islam
juga bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia paripurna
(insan kamil ), sesuai ajaran dan pribadi rasulullah Saw guna mendekatkan diri
kepada Allah SWT demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
31
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,2002), h. 18-19.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
31/81
25
BAB III
KAJIAN TERHADAP BUKU TASAWUF MODERN BUYA HAMKA
A. Sekilas Biografi Buya Hamka
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) adalah “anak Minang”
yang lahir di sungai Batang Maninjau (sumatera Barat) pada hari ahad, tanggal
16 februari 1908 M/13 Muharam 1326 H dari kalangan keluarga yang terkenal
sangat taat beragama.1Ayahnya adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau sering
disebut Haji Rasul bin syekh Muhammad Amrullah (gelar Tuanku Kisai) bin
Tuanku Abdullah Saleh. Haji Rasul merupakan salah seorang ulama yang
pernah mendalami agama di Mekkah, pelopor kebangkitan kaum mudo. Dan
tokoh Muhammadiyah di Minangkabau. Sementara ibunya bernama Siti
Shafiyah Tanjung binti Haji Zakaria (w. 1934). Dari data di atas dapat
diketahui bahwa Hamka berasal dari keturunan yang taat beragama dan
memilki hubungan dari generasi pembaharu Islam di Minangkabau pada akhir
abad XVIII dan awal abad XIX.
Sejak kecil ia menerima dasar-dasar agama dan memebaca Al-Qur’an
langsung dari ayahnya. Ketika usia 6 tahun, ia dibawa ayahnya ke Padang
Panjang. Pada usia 7 tahun , ia kemudian dimasukan ke sekolah desa --yang
hanya sempat dienyam sekitar tiga tahun-- dan malamnya Hamka belajar
mengaji dengan ayahnya sampai khatam.
Ketika berusia 12 tahun, kedua orang tuanya bercerai. Perceraian kedua
orang tuanya ini merupakan pengalaman pahit yang dialaminya. Tak heran jika
1 HAMKA, Kenang-kenangan Hidup, Jilid I, (Jakarta:Bulan Bintang, 1979), h. 9.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
32/81
26
pada fatwa-fatwanya, ia sangat menentang tradisi kaum laki-laki minangkabau
yang menikah lebih dari satu perempuan (poligami), sebab menurut Hamka
hal tersebut sangat berpotensi untuk merusak ikatan dan keharmonisan rumah
tangga.2
Pendidikan formal yang dilaluinya sangat sederhana. Mulai tahun 1916
sampai 1923 ia belajar agama pada lembaga pendidikan Diniah School Padang
panjang, serta Sumatera Thawalib padang Panjang dan di Parabek.3 Walaupun
pernah duduk di kelas VII, akan tetapi ia tidak punya ijazah. Guru-gurunya
waktu itu antara lain4 Syekh Ibrahim Musa Parabek, Engku Mudo Abdul
Hamid Hakim, Sutan Marajo, dan Syekh Zainuddin Labay El yunusi.
Di tahun 1924 ia berangkat ke Yogya, dan mulai mempelajari
pergerakan pergerakan Islam yang mulai bergelora. Ia mendapat kursus
pergerakan Islam dari H.O.S TJokroaminoto, H. Fakhrudin, RM suryo pranoto
dan iparnya sendiri A.R. St. Mansur yang pada waktu itu ada di Pekalongan.5
Di tahun 1935 dia pulang ke Padang Panjang. Waktu itulah mulai
tumbuh bakatnya sebagai pengarang. Buku yang mula-mula dikarangnya
adalah bernama “Khatibul Ummah”. Di awal tahun 1927 dia berangkat pula
dengan kemauanya ke Mekkah, sambil menjadi koresponden dari harian
Islam” Tanjung Pura Langkat”, dan pembantu dari “Bintang Islam” dan
“Suara Muhammadiyah” Yogyakarta.
Atas desakan iparnya, A.R. St. Mansur ia kemudian di ajak pulang ke
Padang panjang untuk menemui ayahnya yang demikian merindukanya.
Sesampainya di Padang Panjang, ia kemudian di nikahkan dengan Siti Raham
binti Endah Sutan, yang merupakan anak mamaknya (anak paman) pada
tanggal 5 april 1929. Pernikahan Hamka dengan Siti Raham berjalan harmonis
dan bahagia. Dari perkawinanya dengan Siti Raham, Hamka memiliki
beberapa putera dan peteri, yaitu: Zaki, Rusdy, Fakhri, Azizah, Irfan, Aliyah,
Fathiyah, Hilmi, Afif dan Syakib. Stelah istrinya meninggal dunia, satu
2 HAMKA, Kenang-kenangan Hidup, h. 63-74
3 HAMKA, Tasawuf Modern, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987) h. xv.
4
HAMKA, Tasawuf…, h. 2.
5 HAMKA, Tasawuf…, h. 9.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
33/81
27
setengah tahun kemudian, tepatnya tahun 1973, ia menikah lagi dengan
perempuan asal Cirebon yaitu Hj. Siti Khadijah.6
Pada tahun 1928 keluarlah buku romanya yang pertama dalam bahasa
Minangkabau berjudul Si Sabarariyah. Waktu itu pula ia memimpin majalah
“K emajuan Zaman” yang terbit hanya beberapa nomor. Di tahun 1929
keluarlah buku-bukunya antara lain, Agama dan perempuan, Pembela Islam,
Adat Minangkabau dan Agama Islam, Kepentingan Tabligh, Ayat-Ayat M i‟raj
dan lain-lain.
Di tahun 1930 Hamka mulai menjadi penulis mengarang pada surat
kabar “Pembela Islam” Bandung, dan pada saat itu pula mulai berkenalan
dengan M. Natsir, A Hasan dan tokoh Islam lainnya. Ketika beliau pindah ke
Makassar diterbitkanya majalah Al Mahdi.7
Pada tahun 1934 ia meninggalkan Makasar dan kembali ke padang
panjang untuk meneruskan cita-citanya dan mengelola kuliyatul mubalighin
antara tahun 1934-1935. Tujuan lembaga ini adalah untuk mencetak para
mubaligh. Pada beberapa mata pelajaran penting seperti ilmu usul fiqh dan
mantiq, ilmu ikhtilaful mazahib, ilmu tafsir dan ilmu arudh. Akan tetapi
karena honorarium tak cukup untuk menghidupi keluarganya, maka bulan
januari 1936, ia memutuskan untuk berangkat ke Medan. Di Medan bersama
M Yunan Nasution ia mendapat tawaran dari H Asbiran Ya’kub dan Muhamad
Rosami (bekas sekertaris Muhammadiyah Bengkalis) untuk memimpin
majalah mingguan Pedoman Masyarakat.
Meskipun banyak rintangan dan kritikan, sampai tahun 1938 peredaran
majalah ini berkembang cukup pesat. Perkembangan majalah “Pedoman
Masyarakat” yang cukup menggembirakan ini telah ikut meningkatkan
ekonomi keluarganya. Melalui rubrik “Tasawuf Modern”, tulisanya telah
mengikat hati para pembacanya, baik masyarakat awam maupun kaum
intelektual, untuk menantikan dan membaca setiap terbitan pedoman
masyarakat.
6 Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. HAMKA, ( Jakarta Pustaka
Panjimas: 1983) h. ix, 34 dan 107.
7 HAMKA, Tasawuf …, h. 10.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
34/81
28
Pemikiran-pemikiranya yang cerdas yang dituangkan dalam majalah
“Pedoman Masyarakat” merupakan alat yang menjadi penghubung anatara
dirinya dengan kaum intelektual lainya, seperti Natsir, Hatta, Agus Salim, dan
Muhammad Isa Ansari.
Ketika zaman pendudukan Jepang banyak terjadi kejadian yang
mengecewakan rakyat. Salah satu kekecewaannya yaitu diberangusnya
majalah pedoman masyarakat. Namun kebijakan Jepang yang merugikan
tersebut tidak membuat semangat HAMKA menjadi luntur, ia masih sempat
menerbitkan majalah “Semangat Islam”. Namun demikian kehadiran majalah
ini tidak dapat menggantikan majalah pedoman masyarakat yang telah
demikian melekat di hati pembacanya.
Hamka juga dipercaya menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)
pada tahun 1975. Namun dua bulan sebelum wafatnya, Hamka mengundurkan
diri dari kepemimpinan MUI. Pengunduranya ini disebabkan adanya persepsi
yang berbeda antara pemerintah dengan MUI tentang perayaan natal bersama
antara umat Kristen dan umat Islam.
Setelah pengunduran dirinya dari MUI, Hamka masuk rumah sakit
karea serangan jantung yang cukup parah. Setelah kurang lebih satu minggu di
rawat di rumah sakit pusat Pertamina, tepatnya pada tanggal 24 Juli 1981,
Hamka menghembuskan nafas terakhirnya dengan di kelilingi oleh orang-
orang tercintanya, istrinya khadijah, putranya Afif Amrullah dan sahabat-
sahabat terdekatnya. Hamka berpulang ke rahmatullah pada usia 73 tahun.8
B.
Sekilas Latar Belakang Penulisan Buku Tasawuf Modern
Pada tahun 1936 ketika Hamka hijrah ke Medan, ia beserta M Yunan
Nasution mendapat tawaran dari H Asbiran Ya’kub dan Muhamad Rosami
(bekas sekertaris Muhammadiyah Bengkalis) untuk memimpin majalah
mingguan “Pedoman Masyarakat”. Pada majalah ini Hamka juga dipercaya
menulis pada sebuah rubrik yang bertajuk “Tasawuf Modern”.
8
Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka, (Jakarta: PustakaPanjimas 1983), h. 195-196
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
35/81
29
Pada rubrik tersebut Hamka mulai menulis sebuah tulisan berseri sejak
tahun 1937 dengan mengambil judul “Bahagia”.9 Tulisan Hamka yang berjudul
“Bahagia” ini menerangkan tentang bentuk-bentuk dan cara-cara menggapai
kebahagiaan menurut ajaran Islam dan diperkaya dengan mengutip dari para
pemikir dan filosof barat dan kontemporer.
Bagi Hamka, tulisannya tersebut selain sebagai kekayaan ilmu
pengetahuan, tapi juga diharapkan dapat membantu setiap pembacanya yang
mengalami kegundahan dan keresahan untuk menemukan ketentraman jiwa.
Bahkan Hamka sendiri mengakui bahwa tulisannya tersebut kerap dibacanya
sendiri guna menasihati dan menentramkan jiwanya. Jadi tulisan Hamka ini
sesungguhnya lebih banyak bersifat tuntunan aplikatif dan mengambil
permasalahan kehidupan sehari-hari sebagai objek kajiannya.
Seiring berjalannya waktu, banyak dari pembaca majalah “Pedoman
Masyarakat” yang sangat menaruh perhatian apresiatif kepada artikel berseri
tersebut, bahkan setiap majalah “Pedoman Masyarakat” mengeluarkan edisi
baru, maka hampir semua mata pembaca tertuju pada rubric “Tasawuf
modern”.
Dengan animo yang cukup tinggi dari para pembaca, maka setelah seri
tulisan “Bahagia” ini berakhir pada tahun 1938 dengan edisi 43, banyak yang
meminta supaya Hamka membukukan tulisannya tersebut. Berkat dukungan
dari majalah “Pedoman Masyarakat” dan penerbit “As-Syura”, kumpulan
tulisan tersebut terbit untuk pertama kalinya pada bulan Agustus 1939 dalam
bentuk buku yang berjudul Tasawuf Modern yang diambil dari nama rubrik
majalah “Pedoman Masyarakat” yang telah membesarkan dan mempopulerkan
tulisan tersebut.
C. Tasawuf Dalam Persfektif Pemikiran HAMKA
Secara etimologi pengertian tasawuf dapat dilihat dari beberapa
pengertian, pertama, tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan
ahlu suffah, yang berarti sekelompok orang dimasa Rasulullah yang hidupnya
9 HAMKA, Tasawuf …, h. 1.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
36/81
30
banyak berdiam diserambi – serambi masjid, dan mereka mengabdikan
hidupnya untuk beribadah kepada Allah.
Kedua, ada yang mengatakan tasawuf itu berasal dari kata shafa, kata
shafa ini berbentuk fi‟il mabni majhul sehingga menjadi isim mulhaq dengan
huruf ya nisbah , yang berarti sebagai nama bagi orang-orang yang bersih atau
suci. Maksudnya adalah orang-orang yang menyucikan dirinya dihadapan
Tuhanya.
Ketiga, ada yang mengatakan bahwa istilah tasawuf berasal dari kata
shaf yang bermakna harfiah barisan. Makna shaf ini dinisbahkan kepada orang-
orang yang ketika salat selalu berada di shaf (barisan) yang paling depan.
Keempat , ada yang mengatakan istilah tasawuf dinisbahkan kepada
orang-orang bani shufah.10
Kelima , tasawuf ada yang menisbahkannya dengan kata dari bahasa
Grik atau Yunani, yakni saufi. Istilah ini disamakan maknanya dengan kata
hikmah.
Keenam, ada juga yang mengatakan tasawuf berasal dari kata “shuf”
yang berarti bulu domba atau wol.11
Pengertian tasawuf secara terminologi telah dikemukakan oleh
beberapa ahli. Al-Junaid mengungkapkan pengertian tasawuf adalah
membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan kebanyakan makhluk,
berjuang menanggalkan pengaruh budi yang asal (insthink ) kita, memadamkan
sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan dari hawa
nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian, dan bergantung pada ilmu-ilmu
hakikat, memakai barang yang penting dan terlebih kekal, menaburkan nasihat
kepada semua umat manusia, memegang teguh janji dengan Allah dalam hal
hakikat dan mengikuti contoh Rasulullah dalam hal syari‟at .12
Tasawuf menurut Hamka adalah seperti apa yang dikatakan oleh Al
Junaid yaitu keluar dari budi perangai yang tercela dan masuk pada budi
10 Rosihon Anwar dan Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf , ( Bandung: Pustaka Setia, 2006 )
h. 9. 11
Anwar dan Solihin, Ilmu…, h. 10.
12 Anwar dan Solihin, Ilmu…, h. 13-14.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
37/81
31
perangai yang terpuji.13 Lebih lanjut Hamka mendefinisikan tasawuf dengan
istilah membersihkan, yaitu membersihkan hati dari sifat khizit, khianat, loba.
tamak, takabbur dan sifat tercela lainnya dan mengisi jiwa dengan sifat-sifat
mulia.14
Sebagaimana diketahui bahwa Hamka bukanlah orang yang pertama
kali memperkenalkan tasawuf di Indonesia, tatapi beliau memperkenalkan
kembali tasawuf dalam bentuk yang berbeda, pemikiran tentang tasawuf
Hamka bisa dilihat dalam buku-bukunya yaitu Tasawuf Modern, Renungan
Tasawuf , Tasawuf Perkembangan dan Permunianya, dan Pandangan Hidup
Muslim.
Dalam majalah “Pedoman Masayarakat” yang dipimpinya dalam judul
rubric “Tasawuf Modern” ia menulis tulisanya hampir dua tahun dan mendapat
respon dari pembaca, karena dalam tulisanya itu dijumpai pembahasan-
pembahasan tentang soal-soal kesucian batin yang tadinya hanya dapat
dijumpai dalam teosofi. Di sinilah letak keistimewaan Hamka dibanding
ulama-ulama lain, ia lebih menggunakan pendekatan tasawuf dalam
menyerukan Islam dari pada pendekatan fiqih atau hukum.
Dalam perjalannya tasawuf sering dihadapkan atau dibenturkan dengan
pendekatan fiqih yang legalistik. Dalam pendekatan fiqih, Islam digambarkan
sebagai agama peraturan. Keterangan mengenai iman dan ibadah pun disajikan
dalam logika dan argumen hukum, sehingga terkesan bahwa Islam adalah
agama yang kering dan kaku yang mementingkan formalitas dan yang lahir ,
demikian M Dawam Rahardjo menjelaskan dalam bukunya Intelektual
Intelegensia dan Perilaku Politik Bangsa.15
Sebagai seorang tokoh Muhammadiyah tentu Hamka mengambil resiko
dalam memperkenalkan tasawuf. Ia sudah tentu sadar tentang tujuan dan
kehadiran Muhammadiyah. Yaitu untuk memurnikan ajaran Islam dari unsur
tradisi yang sering mengandung bid‟ah dan khurafat . Sasaranya adalah apa
13 HAMKA, Tasawuf …,h. 13.
14 Hamka , Renungan Tasawuf (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1985) h. 21.
15
M. Dawam Raharjo, Intelektual Intelegensia dan Perilaku Politik Bangsa, (Bandung:Mizan, 1993), h. 203.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
38/81
32
yang kemudian dikenal sebagai ajaran kebatinan. Terutama kebatinan jawa.
Selain adat istiadat dan nilai-nilai budaya setempat di daerah-daerah lain yang
sering tercampur dengan kepercayaan dinamisme dan animisme.
Islam seperti dikatakan Dawam Rahardjo yang mengutip dari berbagai
ahli sejarah seperti prof. Dr Priyono, bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui
India dengan membawa unsur-unsur tasawuf. Dengan pendekatan tasawuf ini,
Islam jadi lebih mudah diterima, dengan konsekuensinya, Islam membiarkan
dirinya tecampur dengan budaya lokal. Muhammadiyah datang untuk
membersihkan dari unsur-unsur tersebut. Dengan keyakinan bahwa Islam yang
demikian itu akan membawa umat ke arah kemajuan. Memperkenalkan
tasawuf berarti melawan arus reformasi yang dibawa oleh Muhammadiyah.16
Hamka tidak seperti pembaharu-pembaharu Islam lain, karena beliau
tidak menentang tasawuf sebagai ajaran yang menyimpang, sebab kebanyakan
pembaharu beranggapan bahwa tasauf merupakan sumber kemunduran Islam,
sehingga hampir kebanyakan dari pembaharu-pembaharu tersebut tidak banyak
merespon ajaran-ajaran tasawuf.
Terhadap tasawuf yang menyimpang, yang mengajarkan sikap-sikap
yang mengharamkan pada diri sendiri barang yang dihalalkan Tuhan, Hamka
mengatakan bahwa tasawuf yang demikian bukanlah berasal dari ajaran islam.
Selanjutnya Hamka mengatakan bahwa zuhud yang melemahkan bukanlah
bawaan Islam. Semangat Islam adalah semangat berjuang, semangat
berkurban, bekerja, bukan semangat malas, lemah rapuh dan melempem.
Timbulnya tasawuf yang keliru tersebut menurut Hamka adalah karena
perbuatan yang hendak menipu. Perbuatan ini disebut korupsi rohaniah. Kalau
dalam perkara yang terang banyak penipuan, apalagi dalam soal batin yang
tidak dapat di tangkap oleh panca indera.17
Dalam hal ini Hamka mengkritik agar tidak terjerumus kedalam ajaran
tasawuf yang keliru dengan jalan menghimbau untuk kembali kepada pokok
pangkal tasawuf yang sebenarnya, yaitu kembali kepada tauhid yakni
16
Raharjo, Intelektual… , h. 204.
17 HAMKA, Pandanagn Hidup Muslim, Jakarta: Bulan Bintang, 1960), h. 49.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
39/81
33
kepercayaan bahwa Tuhan hanya satu. Kita tundukan jiwa hanya kepada Allah
tidak kepada guru atau syekh, tidak kepada benda dan berhala dan tidak kepada
makam-makan keramat. Hendaklah kita isi pribadi kita dengan sifat-sifatNya
yang dapat kita jadikan sifat kita menurut kesanggupan kita.18
Maka maksud Hamka menulis tentang Tasawuf Modern adalah
meletakan tasawuf kepada rel-nya, dengan menegakan kembali maksud semula
tasawuf, yakni guna membersihkan jiwa, mendidik, dan memperhalus
perasaan, menghidupkan hati dalam menyembah Tuhan dan mempertinggi
derajat budi pekerti.19
Dengan bukunya Tasawuf Modern para pembaca bisa meletakan di
mana posisi Hamka di antara berbagai aliran tasawuf. Dia memang berusaha
untuk mengembalikan tasawuf kepada Al-Qur’an dan sunnah. Tidak hanya itu
dia berusaha membangun konsep baru tasawuf dalam kehidupan modern
sekarang ini. Maka di sini kita bisa mendudukan Hamka sebagai salah satu
tokoh Muhammadiyah terpenting yang mermberikan sumbangan yang unik
dalam pemikiran keagamaan.
“Buya Hamka„s Revitalisation and Sufism and Relevance in Modern
Indonesia” demikian pengakuan seorang pengagum Hamka, Yulia Day
Howell, seorang sarjana Barat. Ia menyatakan bahwa pemahaman tasawuf
Hamka relevan dengan perkembangan kehidupan modern saat ini. 20
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa Hamka berpendapat bertasawuf
dengan tujuan mendekatkan diri kepada Tuhan tidaklah salah akan tetapi jalan
yang ditempuh untuk mendekatkan diri tersebut tidak lain adalah ibadah
sebagaimana yang diajarkan oleh agama kita, jalan inilah yang ditempuh oleh
Nabi dan para sahabat beliau.21 Para sufi menurut Hamka dalam bermujahadah
mempunyai kode-kode, istilah-istilah sendiri yang hampir mustahil dapat
dimengerti oleh orang lain. Analisa Hamka terhadap huruf ja, ha, kha, adalah
18 HAMKA, Tasawuf Perkembangan dan Pemurnianya, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1993
h. 235 19
HAMKA, Pandangan…, h. 205. 20
Disampaikan di forum Seminar Internasional tentang Hamka, bertempat di Hotel Atlet
Century Park, Jakarta Pusat, 8 April 2008.
21 Sobahussurur (e.d) Mengenang 100 Tahun Hamka,(Jakarta: YPI Al Azhar, 2008),h. 16.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
40/81
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
41/81
35
tasawufnya, atau dengan kata lain bahwa corak pemikiran tasawuf Hamka
adalah tasawuf akhlaki.
Tentang posisi tasawuf dia berkata di akhir bukunya bahwa filsafat
adalah penjelasan hidup, kesusastraan adalah nyanyian hidup, kesenian adalah
perhiasan hidup, dan tasawuf adalah intisari hidup dengan ibadat sebagai
pegangan hidup.25
D. Bahagia Menurut Hamka
Sebagaimana diketahui bahwa buku Tasawuf Modern pada awalnya
adalah sebuah rubrik di sebuah majalah “Pedoman Masyarakat”. Pada
mulanya tulisan tersebut berjudul “Bahagia" yang menerangkan tentang konsep
bahagia dalam perpektif Islam, akan tetapi nama rubrik “Tasawuf Modern” – di
mana tulisan tersebut di muat-- pada majalah “Pedoman Masyarakat” tersebut
pada waktu itu telah menjadi icon dan sudah sangat akrab dengan para
pembaca, sehingga nama “Tasawuf Modern” dijadikan judul bagi kumpulan
artikel “Bahagia” dalam versi buku.26
Hal yang menarik dari buku Tasawuf Modern adalah banyak dari para
pembaca yang menggunakan buku tersebut sebagai penentram jiwa. Seorang
dokter sahabat Hamka pernah menganjurkan kepada pasienya yang sedang di
rawat untuk membaca buku Tasawuf Modern untuk menentramkan jiwanya.
Beberapa suami istri yang sedang berbahagia mengatakan bahwa Tasawuf
Modern adalah sebagai patri dari kehidupan bahagia mereka.
Bagi Hamka buku Tasawuf Modern yang dikarangnya juga sebagai
nasehat bagi dirinya sendiri. Tidak jarang Hamka membaca buku Taswuf
Modern hasil tulisannya sendiri seagai cara menasehati dirinya sendiri dan
untuk menentramkan jiwanya.
Hamka mendefinisikan tasawuf sebagai upaya untuk membersihkan
jiwa, mempertinggi derajat budi dan menekan kerakusan maka ia menguraikan
tentang arti bahagia. Hidup bahagia menjadi tujuan hidup kita semua, hampir
25
Raharjo, Intelektual…, h. 207.
26 HAMKA, TasawuF …,h. 3.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
42/81
36
tanpa kecuali. Sukses meraih hidup bahagia menjadi impian dalam gerak hidup
kita setiap hari. Para ilmuan sejak Aristoteles sampai psikologi William James
menyetujuinya. Tidak ada perbedaan mendasar, tujuan hidup kita adalah
bahagia.27
Namun faktanya banyak sekali orang yang sudah berkecukupan secara
material akan tetapi tidak mendapat ketenangan jiwa dan kebahagiaan, bahkan
pada sebagian masyarakat, karena tidak menemukan jalan yang benar untuk
tujuan dan kebahagiaan itu, larilah mereka kepada hal-hal yang dilarang
agama, seperti obat-obatan terlarang, minuman keras dan lain sebagainya. Hal
ini membuktikan jika bahagia tidak hanya cukup materi yang berlimpah, atau
karir terus menanjak, namun dalam hal ini ada hal lain yang bisa membuat
manusia tentram dan bahagia.
Kebahagiaan merupakan sesuatu yang abstrak, karena itu kebahagiaan
bersifat relatif. Setiap orang, masyarakat atau bangsa mempunyai pandangan
tersendiri tentang makna bahagia. Edward Spranger (Jerman) sebagai seorang
ahli psikologi kepribadian, menilai kebahagiaan hidup itu menggunakan
pendekatan yang didasarkan pada pandangan hidup seseorang. Menurut
Edward Spranger ada enam aspek yang mendasari pandangan hidup manusia
yaitu:28
1. Manusia ekonomi adalah mereka yang menilai bahwa kekayaan harta
benda sebagai sumber kebahagiaan.
2. Manusia sosial, adalah mereka yang menilai bahwa bakti dan pengabdian
untuk kepentingan social sebagai puncak kebhaagiaan hidup
3.
Manusia estetis adalah mereka kebahagiaan bersumber dari segala yang
dapat memenuhi kepuasan akan rasa indah dan keindahan.
4. Manusia kuasa, adalah mereka yang menilai bahwa kebahagiaan sebagai
kepemilikan terhadap kekuasaan
5.
Manusia ilmu, yaitu yang menilai bahwa kebahagiaan dapat dicapai
dengan mengembangkan kemampuan nalar semaksmal mungkin.
27
Suakidi, Kecerdasan Spiritual , (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 103.
28 Jalludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2001), h. 81.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
43/81
37
6. Manusia susila, yaitu mereka yang menlai bahwa kebahagiaan akan
diperoleh melalui cara hidup yang susila dan saleh.
Dari pendapat Edward di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa
kebahagiaan itu bersifat relative, tergantung dari segi mana manusia menilai,
karena setiap manusia, suku bangsa mempunyai pandangan dan penilaian
tersendiri tentang arti kebahagiaan hidup.
Hamka dalam bukunya Tasawuf Modern memaparkan pengertian
bahagia dari beberapa ahli. Ibnu Khaldun berpendapat bahwa bahagia itu
adalah tunduk dan patuh mengikut garis-garis yang ditentukan Allah dan
perikemanusiaan. Al ghazali berpendapat bahwa bahagia dan kelezatan sejati,
ialah bilamana dapat mengingat Allah. Menurut Al Ghazali kesempurnaan
bahagia itu tergantung pada tiga kekuatan yaitu kekuatan marah, kekuatan
syahwat, dan kekuatan ilmu. Maka sangatlah perlu manusia berjalan ditengah-
tengah di antara tiga kekuatan itu. Jangan berlebih-lebihan menurutkan
kekuatan marah, yang menyebabkan mempermudah yang sukar dan
membawanya kepada binasa. Jangan pula berlebih-lebihan pada kekuatan
syahwat sehingga menjadi seorang yang humuq yang membawa kerusakan.
Setiap orang ingin bahagia dalam hidupnya, spiritualitas tasawuf
dipelajari dan diparaktekan dalam rangka mencari kebahagiaan, hal itu karena
ternyata harta benda, materi, dan kehidupan lahiriyah saja tidak dapat
menjamin kebahagiaan seseorang dengan cara menumpuk harta, rumah indah,
mobil mewah, segala keinginan terpenuhi tetapi kebahagiaan itu tidak
ditemukan. Kehidupan spiritual yang mapan mampu memenangi peperangan
melawan nafsu dan menahan kehendak yang berlebihan, itulah kebahagiaan,
Demikian pendapat Imam Al Ghazali.29
Hamka juga menguraikan dalam bukunya tentang dari apakah tersusun
bahagia, Dalam hal ini Hamka mengutip pendapat para filosof yaitu
Phitagoras, Socrates dan Plato, yang menyatakan bahwa bahagia tersusun dari
empat hal, yaitu hikmat , keberanian, iffah dan adil. 30 Alasanya adalah bahwa
29
HAMKA, Tasawuf …, h. 25.
30 HAMKA, Tasawuf …, h. 37.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
44/81
38
segala keutamaan bahagia itu hanya dirasai oleh diri dan nafsu. Mereka setuju
bahwa barang siapa yang sudah terkumpul sifat yang empat itu maka tidak
perlu lagi mempunyai sifat lain. Karena sifat-sifat yang lain itu hanya sebagai
ranting saja. Sebab ke empat sifat tadi bukan sifat jasmani melainkan sifat
rohani. Golongan ini mengemukakan bahwa bahagia itu akan lebih bersih dan
suci jika jasmani telah berpisah dari rohani. Karena mereka berpendirian
bahwa bahagia itu hanya perasaan jiwa.
Sedangkan menurut Aristoteles bahagia itu tersusun karena badan
sehat, cukup kekayaan, indah sebutan diantara manusia, tercapai apa yang
dicita-citakan, dan tajam pikiran.31Hal ini dikarenakan karena badan
merupakan salah satu bagian dari diri manusia. Sehingga kebahagiaan jiwa
tidak akan sempurna jika tidak tercapai terlebih dahulu kesempurnaan badan.
Tolstoy Membagi bahagia menjadi dua, yaitu bahagia untuk diri sendiri
dan bahagia yang sejati yakni bahagia yang berguna bagi masyarakat. Bahagia
yang sejati menurut Tolstoy adalah bahwa engkau cinta sesama manusia
sebagaimana cinta terhadap dirimu sendiri. Islam pun menyokong pendapat
filosof ini.32 Allah befirman dalam Al Qur’an:
Berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali agama Allah dan
janganlah berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atasmu, seketika
kamu bermusuh-musuhan, lalu telah dipersatukanya hati kamu semuanya,
sehingga dengan segera kamu telah menjadi bersaudara dengan sebab
NikmatNya.(Ali Imran 103).
Kebahagiaan itu identik dengan kenikmatan, karena tidak mungkin
orang bahagia tanpa merasakan sesuatu yang nikmat. Demikian sebaliknya
penghayatan terhadap suatu kenikmatan, akan melahirkan kebahagiaan.
31
HAMKA, Tasawuf …, h. 37.
32 HAMKA, Tasawuf …, h. 40-41.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
45/81
39
Menurut Ibnu Maskawaih kabahagiaan setiap eksistensi ada pada inti
perilakunya yang ia lakukan atas dasar kesempurnaan dan keutuhan, yaitu
dalam kemampuan membedakan, berfikir dan mengambil hikmah.
Untuk meraih kebahagiaan, Ibnu Maskawaih tidak lepas dari konsep
hikmah yang ia rumuskan, yaitu hikmah teoritis dan hikmah praktis. Barang
siapa menghendaki kebahagiaan, ia harus menyempurnakan kedua bagian
hikmah tersebut. Hikmah teoritis dapat diperoleh melalui proses pembelajaran
mengenal semua ilmu dan semua hal-hal yang maujud di alam ini, sehingga ia
mmapu melihat titik akhir dari semua maujudat yaitu Tuhan. Sedangkan
hikmah praktis dapat diperoleh dengan mempelajari buku-buku akhlak yang
mendidik jiwa dan melahirkan sikap-sikap yang mencerminkan kesempurnaan
akhlak. Jika manusia dapat menyempurnakan kedua hikmah tersebut, maka ia
akan memperoleh kebahagiaan yang sempurna juga.33
Sedangkan Hamka mengungkapkan dalam bukunya Tasawuf Modern
bahwa menurut agama untuk mencapai bahagia perlu empat hal yaitu: itikad
yang bersih, yakin, Iman dan agama34Dengan agama, iman, yakin dan itikad
yang bersih maka kebahagiaan batin akan tercapai.
Sukidi dalam bukunya Kecerdasan Spiritual mengatakan bahwa faktor
spiritual merupakan sumber bahagia . Hal ini diperkuat dengan survey-survey
yang dilakukan oleh para peneliti yang dilaporkan oleh Howard C Cutler
bahwa orang-orang spiritual lebih banyak melaporkan rasa bahagia dan puas
dalam hidupnya daripada mereka yang religius.35
Hal tersebut karena bahagia muncul dari dalam diri sendiri berupa sikap
hidup, bukan dari luar seperti kekayaan, uang, kekuasaan dan popularitas.
Sikap hidup itu adalah sabar dan senang dengan keadaan hidupnya walau
kurang beruntung, merasa cukup dan mensyukuri apa yang diperoleh, optimis
dan mencintai kehidupanya. Semua sikap hidup itu diajarkan dalam tasawuf.
36Misalnya bersabar dengan kondisi hidup disebut sabar, mensyukuri nikmat
33 HAMKA, Tasawuf …, h. 33-35.
34 HAMKA, Tasawuf …, h. 55.
35
Sukidi, Kecerdasan …, h. 110.
36 Sudirman Tebba, Hidup Bahagia Para sufi, (Jakarta:Pustaka Irvan, 2007), h. 1.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
46/81
40
yang diperoleh di sebut syukur, senang dengan keadaan hidup walau sulit
disebut ridha dan ikhlas, merasa cukup disebut qona‟ah, optimis disebut raja‟
dan rasa cinta di sebut mahabbah. Dalam buku Tasawuf Modern Hamka juga
memaparkan beberapa sifat terpuji yang membuat hati menjadi tenang dan
bahagia, diantaranya qona‟ah, ikhlas dan tawakal .
Menurut Hamka qona‟ah merupakan sebab kebahagiaan umat
terdahulu. Qona‟ah adalah menerima dengan cukup. Ada lima perkara yang
terkandung dalam sifat qona‟ah yaitu; menerima dengan rela apa adanya,
memohon kepada Tuhan tambahan yang pantas, dan berusaha, menerima
dengan sabar akan ketentuan Tuhan, bertawakal kepada Tuhan dan tidak
tertarik oleh tipu daya dunia.37
Qona‟ah bertujuan supaya orang tidak berkeluh kesah kalau rizkinya
kecil dan tidak terdorong berbuat curang atau korupsi. Selain itu qon‟aah juga
bermanfaat supaya orang merasa tenang dan bahagia dengan apa yang
diperoleh.
Selain Qona‟ah sifat yang jika dimiliki oleh manusia akan membuat
bahagia adalah tawakal . Tawakal menurut Hamka adalah menyerahkan
keputusan segala perkara, ikhtiar dan usaha kepada Tuhan semesta alam.
Beliau menjelaskan bahwa bukanlah tawakal namanya, apabila ular hendak
menggigit, binatang besar hendak menerkam, kala mengejar kaki, kemudian
kita tidak menghindar. Orang yang bertawakal adalah orang yang keluar
terlebih dahulu mengunci pintu sebelum keluar rumah, menutup kandang
ayam sebelum hari senja,. Karena menurut sunnatullah, dengan maksud
terkuncinya rumah baru maling tidak masuk, ditutupnya pintu kandang baru
musang tak masuk mencuri ayam.38
Menurut Nurcholis Majid, dalam agama tawakal ialah sikap bersandar
atau mempercayakan diri kepada Tuhan, karena mengandung makna
mempercayakan diri maka tawakal implikasi langsung dari iman. Allah
berfirman:
37
Hamka, Tasawuf Modern…, h. 219
38 HAMKA, Tasawuf…, h.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
47/81
41
Tawakal kepada Allah, jika kamu orang yang beriman. ( Al Maidah/5:23).
Dr Aid Abdullah al-Qarni dalam bukunya “ Berbahagialah”
menyatakan bahwa “jika Anda ditimpa musibah, maka bayangkan yang
terburuk darinya. Kemudian siapkan diri Anda untuk menanggungnya dengan
penuh tenang. Bertawakalah kepada Allah, karena sesungguhnya Dia telah
memberikan kecukupan kepada Anda sebelumnya dan mencukupi Anda di
masa depan.39
Menurut Ibnu Al-Qayim Al-Jauziyah, tawakal ada beberapa
tingkatan;40 Pertama, ialah makrifat kepada Tuhan beserta sifat-sifatnya.
Kedua, adalah ikhtiar. Orang harus beriktiar dahulu sebelum berserah diri.
Ketiga, adalah tauhid. Keempat , menyandarkan hati kepada Tuhan dan merasa
tenang denganya. Kelima, adalah berprasangka baik kepada Tuhan. Keenam,
adalah Istislam, yaitu menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Dan
ketujuh, ialah ridha terhadap apapun yang dialami.
Dengan memenuhi tingkatan tawakal , maka orang tidak akan kecewa,
marah frustasi stress, menggerutu, panik, gelisah, sedih atau menyalahkan
orang lain kalau mengalami kegagalan atau tujuanya tidak tercapai.
Demikianlah penjelasan salah satu sifat terpuji yang bisa membuat manusia
yang memilikinya bisa merasakan kebahagiaan.
Menurut Hamka penyakit jiwa seperti sombong akan memperhambat
bahagia, oleh karena itu penyakit-penyakit jiwa tersebut harus segera diobati,
maka menurut Hamka pendidikan dan pengajaran zaman sekarang harus
memperhatikan bagian dalam (jiwa) dan bagian luar.41 Sebagai manusia kita
juga harus menjaga kesehatan jiwa, Hamka menyatakan untuk menjaga
kesehatan jiwa harus diperhatikan lima perkara yaitu; bergaul dengan orang-
39 Aid Al Qarni, Berbahagialah, (Jakarta: Pustaka Al kautsar, 2006), h. 61-62.
40
Teba, Hidup Bahagia …, h. 175-177.
41 Hamka,Tasawuf …, h. 270.
-
8/19/2019 Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tasawuf Modern
48/81
42
orang budiman, membiasakan pekerjaan berfikir, menahan syahwat dan marah,
bekerja dengan teratur dan memeriksa cacat diri sendiri42
Al Ghazali pun mengistilahkan mensucikan jiwa dengan “tazkiyatun-
nafs” yang secara singkat berarti membersihkan jiwa dari kemusyrikan dan
cabang-cabangnya, dan menjadikan nama-nama Allah yang baik sebagai
akhlaknya, di samping ubudiyah yang sempurna kepada Allah dengan
membebaskan diri dari pengakuan rububiyah. Semua itu melalui peneladanan
kepada Rasulullah.43
Kebahagiaan adalah tujuan setiap manusia dalam menjalani hidup,
sebagaimana dalam harapan setiap muslim yang selalu dikumandangkan dalam
do’a yang artinya “ ya Allah