new-1.docx
TRANSCRIPT
Fraktur leher radius pada anak
Penanganan fraktur leher radius pada anak tidaklah mudah, terutama jika angulasi fraktur
melebihi 60 derajat. Sejak 1994 kita menggunakan reposisi tertutup dan stabilisasi dengan
sebuah intramedullary kirschner pada pasien dengan derajat 4 pada fraktur sesuai
klasifikasi judet dkk.
Pada analysis retrospective selama periode 2 tahun (1994-1996), 324 anak dengan fraktur
siku memerlukan penanganan. 29(9%) memiliki fraktur pada leher radius, 6 dengan luka
pada derajat 4 (1,9%). 5 lainnya memiliki perbaikan yang lebih baik setelah operasi dengan
pergerakan pada siku dan lengan bawah. 1 pasien dengan hasil yang buruk karena terdapat
dislokasi yang bersamaan dengan fraktur pada siku.
Hasil yang kita dapatkan menyarankan reposisi tertutup dan intramedullary pinning
pada derajat 4 memungkinkan stabilisasi yang adekuat untuk penyembuhan.
Cedera siku pada anak merupakan kejadian paling umum dan fraktur leher radius
memiliki presentase 5%-10%. Anatomi yang komplek pada siku dan suplay aliran darah
menyebabkan penangan yang susah. Kepala radius dan aliran darahnya dapat menyebabkan
perlukaan pada daerah itu sendiri dan dengan manipulasi pembedahan seperti reposisi
terbuka.
Hasilnya, teknik reposisi terbuka dengan menggunakan percutaneus kirschner (K-)
wires memperoleh hasil yang lebih baik, reposisi yang baik tidak dapat mencapai yang
konsisten karena K-wires merupakan penanganan segera sesudah dislokasi yang berulang.
Fiksasi yang baik pada fraktur, lebih baik dengan menggunakan closed intramedullary
pinning (CIMP) diajukan oleh Gonzalez Buendia dkk. dan Metaizeau dkk. Kombinasi
reposisi tertutup non invasive dengan fiksasi internal memenuhi kedua persyaratan.
Kita melaporkan, memperoleh hasil sejak November 1994 ketika kita memulai
menggunakan CIMP pada reposisi terbuka dan fiksasi transcondylar.
PASIEN DAN CARA
Kita menentukan derajat fraktur leher radius menurut klasifikasi judet, judet dan
lefranc (pada gambar 1). Fraktur derajat 1 dan derajat 2 ditangani dengan sebuah gips .
Derajat 3 dengan reposisi tertutup dan gips. Dan derajat 4 dengan CIMP, jika perlu dengan
menggunakan percutaneous K-wires untuk membantu reposisi.
Antara November 1994 dan oktober 1996, kita menangani 324 anak dengan fraktur pada
siku, 29 (9%) diantaranya fraktur leher radius. 6 (1,9%) menunjukkan fraktur derajat 4.
Informasi yang relevan mengenai mekanisme cedera, fraktur angulasi dan cedera yang lain
dan pada waktu pembedahan ditunjukkan pada table 1.
Dengan menggunakan anestesi umum, seluruh anggota tubuh atas siap, menutup dan
terletak pada samping meja, dibawah bimbingan gambar intensifier, buat insisi kecil sekitar
1,5 cm diatas piringan epifisis pada sisi radial pada distal radial metaphysis. Jaringan lunak
dipotong langsung dibawah tujuan perawatan. Cedera cutaneus cabang dari saraf radial,
otot atau tendon. Lapisan luar yang terkena dan perforasi menggunakan pfriem type trocar.
K-wire (diameter 1,6-2,0 mm tergantung usia) dengan sedikit bengkok pada ujungnya
disambungkan kedalam saluran intramedullary dan dengan hati-hati menekan kearah
cranial hingga mencapai bagian inferior muka epiphysis, kemudian dengan siku dengan
posisi moderate varus stress, pengurangan fraktur dengan manipulasi eksternal. Jika
maneuver ini gagal, intramedullary k-wire tidak dapat mencapai fragmen atau tidak
mencapai pencegahan yang ditentukan. Pada angulasi 20 derajat-30 derajat untuk anak
muda dan 10 derajat-15 derajat pada anak remaja, pencegahan lebih lanjut dicapai dengan
pengaruh perkutan pada kepala dengan K-wire didiskripsikan oleh akatsu dan feray.
Intramedullary K-wire kemudian ditekan kedalam hingga kepala dengan ujung menunjuk
radial. Sisa pencegahan radial lateral displacement, yang mengelilingi kawat melewati 180
derajat hingga ujung menunjuk kearah ulna, demikian pemasangan secara paksaan pada
fragmen dapat menyebabkan pergeseran kearah medial dan terjadi perubahan anatomi
kepala radial persendian. Akhirnya siku tidak mobilisasi kedalam sambungan, sehingga
dapat menyebabkan nyeri.
Waktu yang dibutuhkan untuk operasi sekitar 35 menit (25-45) dengan pengecualian pada
pasien dengan tambahan fraktur pada ulna (90 menit). Kita tidak merasakan mendapat
pelajaran secara significant karena pengalaman yang banyak pada pemasangan pinning
pada fraktur tidak mudah.
Kita menggunaka 1,6 mm K-wires untuk semua pasien karena terlihat lebih mudah untuk
maju. Ini berarti, radiasi waktu sekitar 3-30 detik (2 menit 47-4 menit 10), kecuali pada
pasien dengan fraktur ulna yang membutuhkan radiasi waktu 10 menit. Pada pasien bedah
dan semua operasi pada ruang operasi termasuk orang-orang atau tenaga medis
memerlukan pakaian perlindyngan dan apabila terkena radiasi harus <0,01 µGy/s.
Semua pasien diperiksa gejala klinis dan radiologi selama 4 minggu hingga 3 bulan dan
setelah itu diberi jangka waktu 6 bulan. Mobilisasi siku dimulai sesudah pelepasan gips
setelah 4 minggu setelah operasi k-wire, pelepasan K-Wire dilakukan ketika penyembuhan
fraktur berlangsung untuk gejala klinis dan radiologi.
HASIL
Hasil menunjukkan tingkatan yang sangat baik, sedang atau buruk dapat dilihat pada table
2. Pronasi/supinasi normal didefinisikan 85 derajat/0 derajat/90 derajat, dan normal fleksi
atau ekstensi sebagai 160 derajat/0 derajat/0 derajat pada laki-laki dan 160 derajat/0
derajat/5 derajat pada perempuan. Pronasi/supinasi dan fleksi atau ekstensi dibandingkan
dengan siku tanpa cedera/yang sehat.
6 pasien pasca operasi yang berhasil, dicatat dari hasil radiologi dan condolidasi selama 4
minggu dan penyembuhan fraktur secara sempurna selama 3 bulan setelah cedera. Setelah
pelepasan pin menunjukkan 4,25 bulan (6 minggu-8 bulan) 5 dari 6 pasien (83,3%) terlihat
gejala klinis yang sempurna dan pemulihan radiologi dengan batas normal, ditandai dengan
gerakan siku dan lengan bawah dengan kepala radius pada posisi anatomi pada
pemeriksaan radiologi.
Pada pasien yang usia tua, yang juga ditemukan dislokasi pada siku, tampak tidak
menunjukkan hasil yang memeuaskan terlihat dari gejala klinis dan pemulihan radiologi
yang menunjukkan hasil yang buruk.
Kerusakan berat pada pronasi/supinasi (25 derajat/0 derajat/10 derajat) dan dalam batas
sedang, pada fleksi /ekstensi (130 derajat/0 derajat/0 derajat) hal ini ditunjukkan
berdasarkan persentase dalam 2,5 tahun setelah cedera, tetapi pada kepala radius bentuk
bulb angulasi 20 derajat dengan synostosis radio-ulnar yang progresif.
DISKUSI
Penanganan fraktur leher radius pada anak masih controversy. Pada tahun 1996 kita
menjelaskan hasil penanganan pada fraktur derajat 4 dengan reposisi terbuka dan tertutup,
transarticular fixation (ORIF) dari 10 pasien yang keluar dari 90 pasien dengan fraktur
leher pada derajat 4. 8 ditangani secara operatif, dengan 1 pasien hasil yang sangat baik
(12,5%) dan 6 buruk (75%), hasil sementara, 1 pasien (12,5%) kehilangan pengawasan. 2
ditangani secara conservative karena diagnosis yang terlambat, sehingga hasil yang didapat
buruk.
Hasil secara keseluruhan yang dibandingkan sangat tidak baik dengan yang dijelaskan
lainnya dan yang dilaporkan baik pada reposisi tertutup sesudah ORIF pada 50%, 43%,
38%, 33%, dan 22%. Walaupun secara keseluruhan hasil dari ORIF tidak baik, hanya 1 dari
3 pasien memiliki hasil yang memuaskan, ini menandakan bahwa tidak sesuai dengan
tujuan penanganan fraktur yang susah.
Oleh karena itu kita merubah menjadi intramedullary pinning, ini di diskripsikan oleh
Metaizeau dkk. hasilnya kita gunakan sesuai cara yang terlihat pada 5 pasien dari 6 pasien
(83%) memperoleh hasil yang memuaskan. Metaizeau dkk dan Gonzales Herranz dkk
melaporkan hasilnya hampir sama seperti CIMP yang memeperoleh hasil yang memuaskan
pada derajat fraktur 4 dalam 82% dan 83% pada penelitian masing2.
Teknik lain yang digunakan sebagai management fraktur leher radius adalah percutaneous
K-wine atau Steinmann pin tanpa fiksasi yang dilaporkan beberapa sumber lainnya. Tidak
ada pembelajaran yang dapat membandingkan langsung dengan hasil dari metaizeu dkk dan
Gonzalez herranz dkk. sejak indikasi untuk pencegahan (angulasi >30 derajat dan >35
derajat) dan sistim tingkatan menggunakan hasil yang berbeda. Walaupun hasil tampak
berbeda antara CIMP dan ORIF . futami dkk dan biyani, mehara dan Bhan mendiskripsikan
reposisi subsequent percutaneous pinning pada kepala. Futami dkk melaporkan hasil
menunjukkan memuaskan pada semua 10 pasien, tapi 4 pasien mengalami keterlambatan
kemajuan pada epiphysis pada kepala. Biyani dkk, pencegahan percutaneous dan pinning
sesuai fraktur derajat 3 dan 4, menghasilkan hasil yang memuaskan pada kasus. Kita setuju
dengan kelompok keduanya pada fraktur derajat 4 membutuhkan fiksasi setelah reposisi
untuk menghindari pergeseran kembali dan maneuver berulang. sehingga dapat
membahayakan aliran darah pada leher.
Prognosis ditentukan dengan adanya cedera yang menyertai. Hanya anak-anak dalam
pembelajaran kami dengan hasil yang buruk yang memiliki dislokasi bersamaan pada siku
dan berusia lebih dari 10 tahun. Cedera lain yang menyertai bersamaan dengan frakture
memperoleh hasil yang tidak baik. Selain itu juga pada pasien dewasa yang memiliki
sedikit kapasitas untuk remodeling dan dapat tumbuh kembali.
CIMP memberikan hasil yang memuaskan, karena memiliki stabilisasi pada kepala radius .
Teknik ini aman, mudah untuk digunakan dan invasive minimal. Menghindari pembedahan
yang berbahaya lainnya dan bergesernya kembali. Mobilisasi yang mudah pada persendian
dengan memungkinkan menggunakan kawat in situ dan memiliki periode rehabilitasi yang
pendek .Walaupun penelitian kita memiliki pasien yang sedikit, tetapi hasil kita sama
dengan Metaizeau dkk dan Gonzales-herranz dkk memiliki hasil yang baik dan dapat
digunakan sebagai penanganan fraktur derajat 4 pada anak-anak.