nesatugas turp
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
![Page 1: nesatugas turp](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022080900/55cf943e550346f57ba09738/html5/thumbnails/1.jpg)
FfssaTransurethral Resection of The Prostate Syndrome
Definisi
Transurethral Resection Syndrome merupakan suatu bentuk intoksikasi air
iatrogenik, suatu kombinasi kelebihan cairan dan hiponatremia yang terlihat
pada berbagai prosedur bedah endoskopik, walaupun secara klasik terlihat
setelah prosedur Transurethral Resection of The Prostate (TURP). TURP sering
membuka jaringan pleksus venosus di dalam prostat dan menyebabkan absorpsi
sistemik cairan irigasi. (Morgan et al., 2005). TURP syndrome terjadi ketika
cairan irigasi diserap dalam jumlah yang cukup (2 L atau lebih) untuk
menimbulkan manifestasi sistemik.
TURP syndrome dilaporkan juga terjadi setelah transurethral resection of
bladder tumor, sitoskopi diagnostik, percutaneus nephrolithotomy, artroskopi,
dan prosedur ginekologik yang menggunakan irigasi.( Hawary A, et all, 2009)
Epidemiologi dan Faktor Resiko
Insiden TURP syndrome terjadi antara 0,5-8% dengan tingkat mortalitas
0,2-0,8%. Pada satu penelitian menunjukkan morbiditas dan mortalitas pasien
yang menjalani TURP tidak berhubungan dengan lama operasi, kecuali ketika
operasi berlangung lebih dari 150 menit.( Yao FS, 2008)
TURP syndrome lebih sering terjadi jika ukuran kelenjar prostat besar,
terjadi kerusakan kapsul prostat selama pembedahan, dan tekanan hidrostatik
tinggi dari cairan irigasi. Kelenjar prostat yang besar kaya akan jaringan vena
sehingga memungkinkan absorpsi cairan irigasi intravaskular. Kerusakan kapsul
prostat selama pembedahan memungkinkan masuknya cairan irigasi ke dalam
ruang periprostatik dan retroperitoneal. Tekanan hidrostatik cairan irigasi
merupakan penentu yang penting dalam kecepatan absorpsi cairan irigasi.( Yao
FS, 2008)
Patofisiologi
![Page 2: nesatugas turp](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022080900/55cf943e550346f57ba09738/html5/thumbnails/2.jpg)
Gambar 1. Patofisiologi TURP syndrome
TURP syndrome memiliki karakteristik berupa pergeseran volume
intravaskular dan efek osmolaritas (plasma-solute).2
1. Kelebihan Cairan
Pengambilan dari sejumlah kecil cairan irigasi dapat ditunjukkan pada
setiap operasi TURP melalui venous netwok of prostatic bed. Jumlah cairan irigasi
yang diabsorpsi tergantung dari tinggi wadah cairan irigasi yang menentukan
besar tekanan hidrostatik dan durasi pembedahan.3 Sebagian besar reseksi
berlangsung selama 45-60 menit, dan rata-rata 20 ml/menit cairan diabsorpsi.4
Uptake 1 L irigan ke dalam sirkulasi dalam satu jam menyebabkan penurunan
akut konsentrasi natrium serum 5-8 mmol/L.5 Baik hipertensi maupun hipotensi
dapat terjadi pada TURP syndrome; hipertensi dan refleks takikardia terjadi
karena ekspansi volume yang cepat hingga mencapai 200 ml/menit.
Pasien dengan fungsi ventrikel kiri yang buruk dapat mengalami edema
pulmoner akibat kelebihan sirkulasi akut. 5 Absorpsi cairan manitol
menyebabkan ekspansi volume intravaskular dan memperberat kelebihan
cairan.4
Durasi operasi berpengaruh pada jumlah absorbsi dan overload sirkulasi.
Morbiditas dan mortalitas ditemukan lebih tinggi pada operasi dengan waktu
lebih dari 90 menit. Absorbsi intravaskular dipengaruhi ukuran prostat
sedangkan absorbsi interstisial dipengaruhi integritas kapsul prostat. Overload
sirkulasi terjadi apabila berat dari prostat lebih dari 45 gr. Faktor penting
![Page 3: nesatugas turp](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022080900/55cf943e550346f57ba09738/html5/thumbnails/3.jpg)
lainnya adalah tekanan hidrostatik dari prostatic bed. Tekanan ini dipengaruhi
ketinggian kolom cairan irigasi dan tekanan dalam kandung kemih saat
pembedahan. Tinggi yang ideal dari cairan adalah 60 cm sehingga kira-kira 300
ml cairan dapat dihasilkan per menit untuk mendapatkan penglihatan yang baik. 1
Hipo-osmolalitas
Penyebab kerusakan sistem saraf pusat tidak berasal dari hiponatremia
saja, tetapi juga hipo-osmolalitas akut. Otak memiliki respon terhadap stres hipo-
osmotik berupa penurunan natrium, kalium, dan klorida intraselular. .(Hawary
A, et al, 2009).
Penurunan natrium, kalium, dan klorida intraselular menyebabkan
penurunan osmolalitas intraselular dan mencegah pembengkakan. Edema otak
merupakan suatu komplikasi berat, dan perkembangan herniasi serebral dalam
beberapa jam postoperasi adalah penyebab kematian utama dari absorpsi air. .
(Hawary A, et al, 2009).
Hiperglisinemia dan Hiperamonemia
Glisin masuk ke dalam intravaskular dan dimetabolisme oleh ginjal dan
portal bed melalui deaminasi oksidatif. Otak juga mengandung sistem enzim
pemecah glisin yang memecah glisin menjadi karbon dioksida dan amonia.
Peningkatan level amonia serum selama endoskopi terjadi sekunder akibat
penyerapan glisin di mana hiperamonemia tidak terjadi pada pasien yang
menjalani reseksi retropubik tanpa glisin. .(Hawary A, et al, 2009). Penggunaan
cairan irigasi sorbitol atau dekstros dalam jumlah besar juga dapat menimbulkan
hiperglisinemia.5 Hiperglisinemia dapat menjadi penyebab TURP ensefalopati
melalui aktivitas positif pada reseptor N-methyl-D-aspartic acid.(Bhakta P, et
al,2007). Hiperglisinemia juga berkontribusi terhadap timbulnya depresi
kardiovaskular dan toksisitas sistem saraf pusat.(Hawary A, et al,2009).
Keracunan amonia berhubungan dengan lambatnya peningkatan kesadaran dan
beberapa gejala sistem saraf pusat lainnya.(MIlerr RD, 2010)
![Page 4: nesatugas turp](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022080900/55cf943e550346f57ba09738/html5/thumbnails/4.jpg)
Gambar 1. Patofisiologi TURP syndrome
II.2.4. Manifestasi Klinis
TURP syndrome bersifat multifaktorial, diawali dengan absorpsi cairan
irigasi yang menyebabkan perubahan kardiovaskular, sistem saraf pusat, dan
metabolik. Gambaran klinis bervariasi sesuai dengan tingkat keparahannya dan
dipengaruhi tipe irigan yang digunakanan, faktor pasien, dan faktor
pembedahan.(Hawary A, et al,2009). Manifestasi klinis ini terutama diakibatkan
oleh kelebihan cairan sirkulasi, intoksikasi air, dan toksisitas zat yang
terkandung dalam cairan irigasi. (Morgan et al., 2005). TURP syndrome dapat
terlihat 15 menit setelah reseksi dimulai hingga 24 jam postoperasi. .(Hawary A,
et al,2009).
Tanda yang paling awal muncul adalah rasa menusuk dan sensasi terbakar
pada daerah wajah dan leher disertai letargi, pasien gelisah dan mengeluh sakit
kepala. Tanda yang selalu muncul adalah bradikardia dan hipotensi arterial.
Distensi abdomen sekunder terhadap absorpsi cairan irigasi melalui perforasi
kapsul prostatik juga dapat terjadi. .(Hawary A, et al,2009).
Pada periode postoperasi selanjutnya, dapat terjadi mual dan muntah,
gangguan penglihatan, kedutan dan kejang fokal atau umum, serta perubahan
kesadaran dari konfusi ringan hingga koma. Penyebab gangguan sistem saraf
pusat ini berhubungan dengan hiponatremia, hiperglisinemia, dan atau
hiperamonemia. Hiponatremia dapat terjadi ketika menggunakan semua jenis
![Page 5: nesatugas turp](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022080900/55cf943e550346f57ba09738/html5/thumbnails/5.jpg)
cairan irigasi, tetapi hiperglisinemia dan hiperamonemia terjadi ketika
menggunakan glisin sebagai cairan irigasi. .(Hawary A, et al,2009).
Gangguan visual sering dilaporkan sebagai komplikasi TURP syndrome,
tetapi gangguan ini hanya muncul jika terjadi kombinasi penggunaan glisin dan
hiponatremia berat. Gejala visual ini bervariasi dari penglihatan redup hingga
kebutaan sementara yang berlangsung selama beberapa jam. Pupil mengalami
dilatasi dan tidak bereaksi terhadap rangsang cahaya. .(Hawary A, et al,2009).
Kebutaan akibat TURP disebabkan karena efek toksik dari glisin terhadap retina.
Tingkat keparahan kebutaan akibat TURP secara langsung berhubungan dengan
jumlah glisin dalam darah. Penglihatan secara gradual meningkat seiring dengan
penurunan glisin darah.(Yao FS, 2008)
Tabel 1. Tanda dan Gejala Transurethral Resection of The Prostate
Kardiovaskular dan
respiratori
Sistem saraf pusat Hematologik dan Renal
Hipertensi
Bradiaritmia/takiaritmia
Gagal jantung kongestif
Edema pulmoner dan
hipoksemia
Infark miokard
Hipotensi
Syok
Mual/muntah
Agitasi/konfusi
Kejang
Letargi/paralisis
Kebutaan
Pupil
non-reaktif/dilatasi
Koma
Hiponatremia
Hiperglisinemia
Hiperamonemia
Hipoosmolalitas
Hemolisis/anemia
Gagal ginjal akut
II.2.5. Tatalaksana TURP syndrome
Terapi yang direkomendasikan jika terjadi gejala TURP syndrome: (Yao FS, 2008)
- Terminasi segera operasi.
- Berikan furosemid, 20 mg IV.
- Berikan oksigen melalui nasal kanul atau face mask.
- Jika terjadi edema pulmoner, dapat dilakukan intubasi trakeal dan
ventilasi tekanan positif dengan oksigen.
- Periksa darah untuk analisa gas darah dan natrium serum.
![Page 6: nesatugas turp](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022080900/55cf943e550346f57ba09738/html5/thumbnails/6.jpg)
- Jika natrium serium rendah dan tanda klinis hiponatremia terlihat,
berikan saline hipertonik (3-5%) IV. Kecepatan pemberian saline
hipertonik sebaiknya tidak melebihi 100 ml/jam. Pada sebagian besar
kasus dibutuhkan tidak lebih dari 300 ml untuk mengkoreksi
hiponatremia. Pemberian saline hipertonik dapat mengurangi edema
serebral, mengekspansi volume plasma, mengurangi edema selular, dan
meningkatkan ekskresi urinari tanpa meningkatkan total ekskresi zat
terlarut. .(Hawary A, et al,2009).
- Jika terjadi kejang, dapat diberikan agen antikonvulsan jangka pendek
seperti diazepam 5-20 mg atau midazolam 2-10 mg IV. Jika kejang tidak
berhenti, dapat ditambah barbiturat atau fenitoin 10-20 mg/kg IV.
Relaksan otot dapat diberikan juga.
- Jika terjadi edema pulmoner atau hipotensi, perlu dilakukan monitoring
hemodinamik invasif.
- Jika terjadi kehilangan darah signifikan, dapat diberikan packed red blood
cell.
Sebagian besar pasien yang menjalani prosedur TURP adalah orang dengan
usia tua. Fungsi kapasitas organ berkurang sesuai dengan usia, menyebabkan
penurunan cadangan dan kemampuan kompensasi. Penyakit penyerta menekan
fungsi organ dan meningkatkan resiko. .(Hawary A, et al,2009).
Kemampuan ginjal dalam mengatur keseimbangan natrium dan air juga
terganggu pada orang dengan usia tua menyebabkan aktivitas renin plasma
menurun, jumlah aldosteron darah dan urinari menurun, dan menurunnya
respon terhadap hormon antidiuretik. Oleh karena itu, dengan adanya penyakit
jantung atau ginjal, pemberian cairan harus diberikan secara hati-hati pada
orang tua yang menjalani operasi endoskopik untuk mengurangi resiko dan
mencegah eksaserbasi TUR syndrome. .(Hawary A, et al,2009).
Pasien dengan gejala ringan seperti mual, muntah, dan agitasi dengan
hemodinamik stabil dimonitor hingga gejala hilang. Terapi suportif seperti
antiemetik dapat diberikan. Bradikardia dan hipotensi dapat diatasi dengan
atropin, obat adrenergik dan kalsium. Ekspansi volume plasma dapat diperlukan
karena hipotensi dan cardiac output yang rendah dapat terjadi ketika irigasi
![Page 7: nesatugas turp](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022080900/55cf943e550346f57ba09738/html5/thumbnails/7.jpg)
dihentikan. Waktu paruh glisin sekitar 85 menit, sehingga gangguan visual
biasanya hilang spontan dalam 24 jam dan tidak membutuhkan intervensi. .
(Hawary A, et al,2009).
II.2.6. Prevensi (Hawary A, et al,2009).
a. Posisi pasien
Menurunkan tekanan hidrostatik dalam vesika urinaria dan tekanan vena
prostatik dapat menurunkan volume cairan irigasi yang diabsorpsi ke
dalam sirkulasi.
Pada posisi Trendelenburg (200), tekanan intravesikal yang diperlukan
untuk memulai absorpsi 0,25 kPa meningkat menjadi 1,25 kPa pada
posisi horizontal. Dengan demikian resiko TURP syndrome meningkat
dengan posisi Trendelenburg.
b. Durasi operasi
Walaupun absorpsi cairan dalam jumlah besar dapat terjadi dalam 15
menit sejak dimulai operasi, telah direkomendasikan durasi operasi
kurang dari 60 menit. Pada penelitian retrospektif Mebust and colleagues
terhadap 3885 pasien yang menjalani TURP, ditemukan bahwa insiden
perkembangan TURP syndrome sebesar 2% pada grup dengan waktu
reseksi lebih dari 90 menit, sementara insiden TURP syndrome hanya
0,7% pada grup dengan waktu reseksi kurang dari 90 menit.
c. Tinggi wadah cairan
Tinggi optimum dan aman dari cairan irigasi selama TURP merupakan
suatu hal yang masih kontroversial. Madsen dan Naber menjelaskan
bahwa tekanan di fossa prostatik dan jumlah cairan irigasi yang
diabsorpsi tergantung dari tinggi cairan irigasi di atas pasien dan
disarankan bahwa tinggi optimum sebaiknya 60 cm di atas pasien.
Mereka menunjukkan adanya peningkatan dua kali lipat dari absorpsi
cairan ketika tinggi irigan meningkat 10 cm.
![Page 8: nesatugas turp](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022080900/55cf943e550346f57ba09738/html5/thumbnails/8.jpg)