nekrosis pulpa

11
LATAR BELAKANG Pulpa merupakan pangkal rasa sakit. Dimana di dalamnya terdapat pembuluh darah, limfe, saraf yang masuk melalui foramen apical. Fungsi dari pulpa adalah sebagai formatik yaitu pembentuk dentin oleh sel-sel ondotoblast, fungsi nutrisi intuk memberi makan jaringan gigi, fungsi sensorik untuk menerima dan meneruskan rangsangan dan fungsi protektif untuk melindungi gigi. Pulpa yang berfungsi normal pada umumnya berespon terhadap berbagai stimulus termasuk panas atau dingin dengan nyeri yang ringan yang terjadi selama kurang dari 10 detik. Juga perkusi pada gigi tidak menimbulkan respon nyeri. Bagaimanapun normal pulpa tidak akan merespon terhadap tes suhu. Jika kanal pada akar mengalami kalsifikasi karena proses penuaan, trauma, plak yang menempel atau penyebab lainnya, tes suhu tidak akan memberikan respon selama pulpa gigi pasien tetap sehat dan berfungsi normal. Tes elektrik pulpa memunculkan respon dari pasien yang pulpanya masih berfungsi. Dokter harus berhati-hati terhadap hasil dari tes ini karena hasilnya tidak tetap sehingga tidak diperlukan untuk melihat status kesehatan.

Upload: yudhikaiway

Post on 12-Aug-2015

732 views

Category:

Documents


98 download

TRANSCRIPT

Page 1: NEKROSIS PULPA

LATAR BELAKANG

Pulpa merupakan pangkal rasa sakit. Dimana di dalamnya terdapat pembuluh

darah, limfe, saraf yang masuk melalui foramen apical. Fungsi dari pulpa adalah sebagai

formatik yaitu pembentuk dentin oleh sel-sel ondotoblast, fungsi nutrisi intuk memberi

makan jaringan gigi, fungsi sensorik untuk menerima dan meneruskan rangsangan dan

fungsi protektif untuk melindungi gigi.

Pulpa yang berfungsi normal pada umumnya berespon terhadap berbagai stimulus

termasuk panas atau dingin dengan nyeri yang ringan yang terjadi selama kurang dari 10

detik. Juga perkusi pada gigi tidak menimbulkan respon nyeri. Bagaimanapun normal

pulpa tidak akan merespon terhadap tes suhu. Jika kanal pada akar mengalami kalsifikasi

karena proses penuaan, trauma, plak yang menempel atau penyebab lainnya, tes suhu

tidak akan memberikan respon selama pulpa gigi pasien tetap sehat dan berfungsi normal.

Tes elektrik pulpa memunculkan respon dari pasien yang pulpanya masih berfungsi.

Dokter harus berhati-hati terhadap hasil dari tes ini karena hasilnya tidak tetap sehingga

tidak diperlukan untuk melihat status kesehatan.

Page 2: NEKROSIS PULPA

BAB I

DEFINISI DAN KLASIFIKASI

1.1 Definisi dan Klasifikasi

Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang merupakan proses lanjutan dari

inflamasi pulpa akut/kronik atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat

trauma. Nekrosis pulpa dapat terjadi parsial ataupun totalis. Ada 2 tipe nekrosis pulpa

yaitu:

1. Tipe koagulasi : pada tipe ini ada bagian jaringan yang larut, mengendap, dan berubah

menjadi bahan yang padat.

2. Tipe liquefaction : pada tipe ini, enzim proteolitik merubah jaringan pulpa menjadi

suatu bahan yang lunak atau cair. Pada setiap proses kematian pulpa selalu terbentuk

hasil akhir berupa H2S, amoniak, bahan-bahan yang bersifat lemak, indikan,

protamain, air dan CO2. Diantaranya juga dihasilkan indol, skatol, putresin, dan

kadaverin yang menyebabkan bau busuk pada peristiwa kematian pulpa. Bila pada

peristiwa nekrosis juga ikut masuk kuman-kuman yang saprofit anaerob, maka

kematian pulpa ini disebut gangrene pulpa.

1.2 Klasifikasi nekrosis pulpa berdasar derajatnya:

a. Nekrosis Pulpa Parsial

Pulpa terkurung dalam ruangan yang dilindungi oleh dinding yang kaku, tidak

memiliki sirkulasi darah kolateral dan venula serta system limfenya akan lumpuh jika

tekanan intrapulpanya meningkat. Oleh karena itu, pulpitis ireversibel akan

menyebabkan nekrosis likuefaktif. Jika eksudat yang timbul selama pulpitis

ireversibel diabsorbsi atau terdrainase melalui karies atau daerah pulpa terbuka ke

dalam rongga mulut, terjadinya nekrosis akan tertunda. Pulpa di akar mungkin masih

tetap vital untuk waktu yang lama. Sebaliknya penutupan atau penambalan pulpa

terinflamasi akan menginduksi nekrosis pulpa yang cepat dan total serta penyakit

periradikuler. Selain nekrosis likuefaksi, nekrosis pulpa iskemik dapat timbul akibat

trauma karena terganggunya pembuluh darah. Dapat dikatakan nekrosis pulpa parsial

Page 3: NEKROSIS PULPA

terjadi apabila sebagian jaringan pulpa di dalam saluran akar masih dalam keadaan

vital.

Nekrosis pulpa biasanya tidak menimbulkan gejala tetapi dapat juga disertai

dengan episode nyeri spontan atau nyeri ketika ditekan (dari periapeks). Gejala klinis

nekrosis pulpa parsial adalah pada anamnesa terdapat keluhan spontan, dan pada

pemeriksaan obyektif dengan jarum Miller terasa sakit sebelum apical.

b. Nekrosis Pulpa Total

Nekrosis totalis merupakan matinya pulpa yang menyeluruh. Gejala klinis

biasanya asimtomatik tetapi dapat juga ditandai dengan nyeri spontan dan

ketidaknyamanan nyeri tekan (dari periapeks). Diskolorisasi gigi merupakan indikasi

awal matinya pulpa.

BAB II

ETIOLOGI, PATOFISIOLOGI DAN GEJALA KLINIS

2.1 Etiologi

Nekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab yang bervariasi, pada umumnya

disebabkan keadaan radang pulpitis yang ireversibel (pulpitis kronik) tanpa penanganan

atau dapat terjadi secara tiba-tiba akibat luka trauma yang mengganggu suplai aliran

darah kepulpa (pulpitis akut). Meskipun bagian sisa nekrosis dari pulpa dicairkan atau

dikoagulasi, pulpa tetap mengalami kematian. Dalam beberapa jam, pulpa yang

mengalami inflamasi dapat berdegenerasi menjadi kondisi nekrosis. Penyebab nekrosis

lainnya adalah bakteri, trauma, iritasi dari bahan restorasi silikat ataupun akrilik. Nekrosis

pulpa juga dapat terjadi pada aplikasi bahan-bahan devitalisasi seperti arsen dan

paraformaldehid. Nekrosis pulpa dapat terjadi secara cepat (dalam beberapa minggu) atau

beberapa bulan sampai menahun. Kondisi atrisi dan karies yang tidak ditangani juga

Page 4: NEKROSIS PULPA

dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa lebih sering terjadi pada kondisi fase

kronis dibanding fase akut.

2.2 Patofisiologi

Jaringan pulpa yang kaya akan vaskular, syaraf dan sel odontoblast memiliki

kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitu kemampuan untuk mengadakan

pemulihan jika terjadi peradangan. Akan tetapi apabila terjadi inflamasi kronik pada

jaringan pulpa atau merupakan proses lanjut dari radang jaringan pulpa maka akan

menyebabkan kematian pulpa atau nekrosis pulpa. Hal ini sebagai akibat kegagalan

jaringan pulpa dalam mengusahakan pemulihan atau penyembuhan. Semakin luas

kerusakan jaringan pulpa yang meradang, maka semakin berat sisa jaringan pulpa yang

sehat untuk mempertahankan vitalitasnya.

Terjadinya nekrosis pulpa pada dasarnya diawali oleh infeksi bakteri pada

jaringan pulpa. Ini dapat terjadi karena adanya kontak antara jaringan pulpa dengan

lingkungan oral akibat terbentuknya dentinal tubules dan direct pulpal exposure, hal ini

memudahkan infeksi bakteri ke jaringan pulpa yang menyebabkan radang pada jaringan

pulpa. Apabila tidak dilakukan penanganan, maka inflamasi pada pulpa akan bertambah

parah dan dapat terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya

menyebabkan nekrosis pulpa. Dentinal tubules dapat terbentuk sebagai hasil dari

operative atau restorative procedure yang kurang baik atau akibat restorative material

yang bersifat iritatif. Bias juga diakibatkan karena fraktur pada enamel, fraktur dentin,

proses erosi, atrisi dan abrasi. Dari dentinal tubulesinilah infeksi bakteri dapat mencapai

jaringan pulpa dan menyebabkan peradangan. Sedangkan direct pulpal exposure bias

disebabkan karena proses trauma, opertative procedure dan yang paling umum adalah

karena adanya karies. Hal ini mengakibatkan bakteri menginfeksi jaringan pulpa dan

terjadi peradangan jaringan pulpa.

Nekrosis pulpa yang disebabkan adanya trauma pada gigi dapat menyebabkan

nekrosis pulpa dalam waktu yang segera yaitu beberapa minggu. Pada dasarnya, proses

yang terjadi sama yaitu terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada

akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Trauma pada gigi dapat menyebabkan obstruksi

pembuluh darah utama pada apek dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya dilatasi

pembuluh darah kapiler pada pulpa. Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti dengan degenerasi

Page 5: NEKROSIS PULPA

kapiler dan terjadi edema pulpa. Karena kurangnya sirkulkasi kolateral pada pulpa, maka

dapat terjadi iskemia infark sebagian atau total pada pulpa dan menyebabkan respon

pulpa terhadap inflamasi rendah. Hal ini memungkinkan bakteri untuk melakukan

penetrasi sampai ke pembuluh darah kecil pada apek. Semua proses tersebut dapat

mengakibatkan terjadinya nekrosis pulpa.

2.3 Gejala Klinis

Gejala umum nekrosis pulpa adalah: simtomnya seringkali hampir sama dengan

pulpitis ireversibel; nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri, tapi pernah nyeri spontan;

sangat sedikit atau tidak ada perubahan radigrafik; mungkin memiliki perubahan-

perubahan radiografik definitive, seperti : pelebaran jaringan periodontal yang sangat

nyata; dan perubsahan-perubahan radiografik mungkin jelas terlihat.

Nekrosis pulpa dapat terjadi parsial atau total. Tipe parsial dapat memperlihatkan

gejala pulpitis yang ireversibel yaitu menunjukan rasa sakit yang biasanya disebabkan

oleh stimulus panas atau dingin atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit

bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam dan tetap ada setelah stimulus/jejas

termal dihilangkan. Pada awal pemeriksaan klinik, ditandai dengan suatu paroksisme

(serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperature

yang tiba-tiba terutama dingin, bahan makanan manis ke dalam kavitas atau penghisapan

yang dilakukan oleh lidah atau pipi dan sikap berbaring yang menyebabkan bendungan

pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah

dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara spontan tanpa penyebab yang jelas. Rasa

sakit seringkali digambarkan oleh pasien seperti menususk, tajam, atau menyentak-

nyentak dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bias sebentar atau terus-menerus

tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada

tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang

menyebar ke gigi didekatnya, ke pelipis, atau ke telinga bila yang terkena dibagian bawah

belakang.

Page 6: NEKROSIS PULPA

BAB III

DIAGNOSIS, PENGOBATAN DAN PROGNOSIS

3.1 Diagnosis

Radiograf umumnya menunjukan suatu kavitas atau tumpatan besar, suatu jalan

terbuka ke saluran akar dan suatu penebalan ligament periodontal. Diagnosis dari

nekrosis pulpa parsial adalah tes termis (bereaksi atau tidak bereaksi), tes jarum Miller

(bereaksi), dan pemeriksaan rontgenologis (terlihat adanya perforasi). Selain itu dapat

dilakukan perawatan dengan pulpektomi.

Page 7: NEKROSIS PULPA

Diagnosis dari nekrosis pulpa totalis dapat dilihat dari penampilan mahkota yang

buram dan perubahan warna gigi menjadi keabu-abuan atau kecoklatan serta bau busuk

dari gigi.

Pemeriksaan klinis terdiri dari:

Pemeriksaan subyektif: gigi berlubang, kadang-kadang sakit bila kena rangsang

panas, bau mulut (halitosis), gigi berubah warna.

Pemeriksaan obyektif : gigi dengan pulpa nekrotik tidak bereaksi terhadap tes

termal dingin, tes pulpa listrik atau tes kavitas. Namun, gigi dengan pulpa

nekrotik seringkali sensitive terhadap perkusi dan palpasi asalkan disertai dengan

inflamasi periapikal.

Rontgenologis: gambaran radiografi umumnya menunjukan suatu kavitas atau

tumpatan besar, jalan terbuka ke saluran akar dan penebalan ligament periodontal.

kadang-kadang gigi yang tidak mempunyai tumpatan atau kavitas pulpanya akan

mati akibat trauma.

3.2 Pengobatan

a. Simtomatis: diberikan obat-obat penghilang rasa sakit atau antiinflamasi (OAINS).

b. Kausatif: diberikan antibiotik (bila ada peradangan).

c. Tindakan: terdiri dari preparasi dan obturasi saluran akar. Preparasi saluran akar

terdiri dari berbagai tindakan, yaitu: preparasi akses, ekstirpasi pulpa, debridement,

drying, obturasi dan restorasi (disesuaikan dengan kondisi jaringan gigi yang masih

ada).

Tindakan restorasi yang disesuaikan dengan jaringan gigi yang masih ada, dibagi

menjadi beberapa bagian, yaitu:

Restorasi cavitas oklusal: untuk cavitas kecil dan mahkota yang tersisa banyak.

Restorasi Onlay/Uplay: kerusakan melibatkan cusp. Fungsinya melindungi gigi

dari fraktur.

Preparasi Mahkota: preparasi ¾ mahkota ata mahkota penuh, dapat dilakukan

jika sisa jaringan gigi tidak memungkinkan pembuatan Onlay.

Mahkota Intracoronal: restorasi di mana dibuat retensi tambahan pada bagian

kamar pulpa sekaligus sebagai penunjang mahkota ekstrakoronal.

Page 8: NEKROSIS PULPA

3.3 Prognosis

Prognosis bagi gigi baik, bila diadakan terapi endodontik yang tepat.