mula kerja, puncak efek dan lama kerja obat analgetik pada pemberian per oral dan intraperitoneal

16
1 FARMAKOLOGI PRAKTIKUM II MULA KERJA, PUNCAK EFEK DAN LAMA KERJA OBAT ANALGETIK PADA PEMBERIAN PERORAL DAN INTRAPERITONEAL DISUSUN OLEH: KELOMPOK 4 PUTRA P. 201210410311035 NOR HALIDAH 201210410311046 NOVI FACHRUNNISA 201210410311051 DYAH NURI R. 201210410311052 MIATIN RAHMANIYAH 201210410311054 SITI MUSLIKAH 201210410311065 RUSDIANA DEWI 201210410311068 KUNTUM KHOIRO UMMAH 201210410311071 ATHIRA RIANDITA 201210410311075 JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Upload: novi-fachrunnisa

Post on 27-Jun-2015

9.422 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral dan Intraperitoneal

1

FARMAKOLOGI

PRAKTIKUM II

MULA KERJA, PUNCAK EFEK DAN LAMA KERJA OBAT ANALGETIK PADA

PEMBERIAN PERORAL DAN INTRAPERITONEAL

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 4

PUTRA P. 201210410311035

NOR HALIDAH 201210410311046

NOVI FACHRUNNISA 201210410311051

DYAH NURI R. 201210410311052

MIATIN RAHMANIYAH 201210410311054

SITI MUSLIKAH 201210410311065

RUSDIANA DEWI 201210410311068

KUNTUM KHOIRO UMMAH 201210410311071

ATHIRA RIANDITA 201210410311075

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Page 2: Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral dan Intraperitoneal

2

2013/2014

Page 3: Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral dan Intraperitoneal

3

DAFTAR ISI

Daftar Isi…………………………………………………………………...1

I. Tujuan Instruksional Khusus…………………………………………2

II. Dasar Teori …………………………………………………………....2

III. Alat dan Bahan………………………………………………………...6

IV. Prosedur Kerja ……………………………………………………......7

V. Dosis …………………………………………………………………....8

VI. Tabel ……………………………………………………………………9

VII. Pembahasan ……………………………………………………………9

VIII. Kesimpulan ……………………………………………………………12

Bahan Diskusi ……………………………………………………………..13

Daftar Pustaka ………………………………………………………...….14

Page 4: Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral dan Intraperitoneal

4

PRAKTIKUM II

MULA KERJA, PUNCAK EFEK DAN LAMA KERJA OBAT ANALGETIK PADA

PEMBERIAN PERORAL DAN INTRAPERITONEAL

I. Tujuan Instruksional Khusus

Membedakan mula kerja (onset of action), puncak efek (peak effect), lama kerja

obat (duration of action) analgesic pada pemberian per oral dan intra peritoneal.

II. Dasar Teori

a) Farmakokinetik

Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat.

b) Mula Kerja (Onset of Action)

Mula kerja adalah waktu dimana obat mulai memasuki plasma dan berakhir sampai

mencapai konsentrasi efektif minimum (MEC Minimum Effective Concentration) .

c) Puncak Efek (Peak Effect)

Puncak efek adalah proses dimana obat mencapai konsentrasi tertinggi dalam darah

atau plasma.

d) Lama Kerja (Duration of Action)

Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efek farmakologis.

Beberapa obat menghasilkan efek dalam beberapa menit, tetapi yang lain dapat

memakan waktu beberapa jam atau hari. Kurva respons – waktu menilai 3 parameter dari

kerja obat : mula kerja obat, puncak efek dan lama kerja.

Kadar obat dalam plasma atau serum menurun di bawah ambang atau MEC, maka ini

berarti dosis obat yang memadai tidak tercapai ; kadar obat yang terlalu tinggi dapat

menyebabkan toksisitas.

Ketiga fase tersebut dipengaruhi oleh :

a. Absorbsi.

Absorbsi adalah proses dimana obat masuk ke dalam tubuh (sirkulasi) dari tempat ia

diberikan, jadi tempat absorbsi bergantung pada cara pemberian obatnya disesuakan dengan

Page 5: Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral dan Intraperitoneal

5

kondisi pasien sehingga tercapai efek terapi yang diinginkan. Absorpsi sangat mempengaruhi

bioavailabilitas hal ini bia dilihat pada pemberian secara intra vena dan secara oral, dimana

pemberian secara intravena bioavailabilitasnya lebih besar maksimal daripada pemberian

secara oral, hal ini dipengaruhi oleh tingkat absorbsi yang tidak lengkap dan eliminasi lintas

pertama (first pass)

Tingkat absorbsi

Dalam pemberian oral,suatu obat dapat diabsorpsi secara tidak sempurna, misalnya

hanya 70% dari dosisi digoksin yang mencapai sistem sirkulasi sistemik. Hal ni disebabkan

kurangnya absorpsi melalui usus. Obat yang terlalu hidrofilik misalnya aetanolol tidak akan

bisa menembus membran plasma yang bersifat lipid dan jika terlalu lipofilik misalnya

acyclovir maka obat tersebut akan kurang melarut untuk menembus lapsan air disekitar sel.

Obat mungkin tidak akan di absorbsi oleh karena adanya transporter yang berlawanan yang

berkaitan dengan glikoprotein - P.proses ini secara aktif memompa obat keluar dari sel –sel

dinding usus masuk kedlam lumen usus. Penghambat glikoprotein – P dan metabolisme

dinding usus mungkin jus jeruk bali, mungkin berkaitan penting dengan absorbsi obat.

Tabel Rute pemberian,bioavalibilitas dan sifat- sifat umum

Rute Bioavalibilitas (%) Sifat – sifat

Intravena (IV) 100 (dengan ketentuan) Kebanyakan dengan mula

kerja cepat

Intramuskular (IM) 75 sampai < = 100 Sering membutuhkan

volume yang besar ;

mungkin disertai dengan

rasa nyeri

Subkutan (SC) 75 sampai < = 100 Volume lebih sedikit

dibandingkan

IM;mungkin dengan rasa

nyeri

Oral (PO) 5 ampai < 100 Sebagaian besar

sesuai;efek first pass

mungkin berarti

Page 6: Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral dan Intraperitoneal

6

Rektal (PR) 30 sampai < 100 Efek first past lebih kecil

dibandingkan per oral

inhalasi 5 sampai < 100 Mula kerja sring sangat

cepat

Transdermal 80 sampai <= 100 Absorpsi biasanya snagat

lambat ; digunakan untuk

yang tidak memiliki efek

first pass, memperlam

durasi keraja

Catata : <= artinya kurang dari sama dengan

Eliminasi first pass

Setelah absorbsi melalui dinding usus, darah portal akan membawa obat ke hati

sebelum masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Obat dapat dimetabolisme di dinding usus (misal

oleh sistem enzim CYP3A4) atau bahkan di dalam darah portal, tetapi umumnya hati adalah

yang bertanggung jawab atas metabolisme obat sebelum obat mencapai sirkulasi

sistemik.selain itu, hati dapat mengeluarkan obat kedalam empedu. Setiap proses ini dapat

berperan pada pengurangan biovaliblitas , semua proses ini dikenal sebagai eliminasi first

pass.

Distribusi

Distribusi adalah Merupakan proses dimana molekul obat yang diabsorbsi mulai

meninggalkan tempat ia diabsorbsi, masuk sirkulasi sistemik, bersama aliran darah menuju ke

seluruh tubuh, melewati berbagai barier untuk mencapai tempat kerjanya pada jaringan atau

organ target sehingga tercapainya terapi. Distribusi obat dipengruhi oleh aliran darah,

afinitas (kekuatan penggabungan) terhadap jaringan ,dan efek pengikatan dengan protein.

Ketika obat di distribusi didalam plasma , kebanyakan berikatan dengan protein (terutama

albumin) merupakan protein yang berikatan dengan obat yang bersift asam misalnya fenitoin

salisilat dan disopiramid dan ada juga proten 1-acid glycoprotein – mengikat obat basa

misalnya kunidin lidokain dan propranolol. Obat yang berikatan dengan protein maka

molekulnya menjadi besar sehingga sulit untuk berdifusi pada membran secara difusi pasif.

Hanya free drugs yang dapat melewati membran jaringan kemudian berikatan dengan

Page 7: Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral dan Intraperitoneal

7

reseptor seluler dan kemudian didistribusikan ke jaringan tubuh lain setelah itu

dimetabolisme dan diekskresi. Ikatan protein pada obat idak spesifik misalnya ketika ada

obat yang berbeda mengikat protein yg sama pada saat itu terjadi kompetisi, dimana obat

yang memiliki afinitas kuat akan berikatan kuat dengan proteinnya. Sistem kerja distribusi

obat seperti pola difusi dimana obat yang telah selsai diabsorpsi didistribusikan oleh sirkulasi

darah menuju jaringan target, kemudian berikatan dengan protein plasma sehingga ada obat

yang berikatan dengan protein plasma dan ada obat free drugs. Obat yang berikatan dengan

protein plasma dan obat free drugs berpindah secara difusi akibat perbedaan konsentrasi.

Obat yang berikatan dengan Protein albumin

barbiturate probenecid

benzodiazepines streptomycin

bilirubin sulfonamides

digotoxin tetracycline

fatty acids tolbutamide

penicillins valproic acid

phenytoin warfarin

Obat yang berikataan dengan Protein 1-glikoprot

alprenolol lidocaine

bupivicaine methadone

desmethylperazine prazosin

dipyridamole propranolol

disopyramide quinidine

etidocaine verapamil

imipramine

Page 8: Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral dan Intraperitoneal

8

b. Metabolisme

Metabolisme adalah proses dimana enzim mengkatalisa perubahan kimia obat

menjadi lebih polar (metabolit) sehingga mudah diekskresikan

Hati merupakan tempat utama metabolisme. Kebanyakan obat di inaktifkan oleh

enzim-enzim hati dan kemudian diubah atau di transformasikan oleh enzim-enzim menjadi

metabolit inaktif atau zat yang larut dalam air untuk di ekskresikan. Tetapi, beberapa obat di

transformasikan menjadi metabolit aktif, menyebabkan peningkatan Respon Pharmacologyc.

Penyakit-penyakit hati, seperti sirosis dan hepatitis, mempengaruhi metabolisme obat.

c. Ekskresi atau klirens

Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi empedu,

feses, paru-paru, saliva, keringat,dan ASI. Obat bebas, yang tidak berikatan,yang larut dalam

air, dan obat-obat yang tidak diubah di filtrasi oleh ginjal. Obat-obat yang berikatan dengan

protein tidak dapat di filtrasi oleh ginjal. Sekali obat dilepaskan ikatnnya dengan protein,

maka obat menjadi bebas dan akhirnya akan di ekskresikan melalui usus.

III. Alat dan Bahan

a. Alat

- Analgetic meter beban geser

- Hot plate

- Spuit 1 ml

- Sonde

- Stop watch

b. Bahan

- Tikus

- Obat analgetik : xylomidon (50 mg/150 mg BB)

- Antalgin tablet (500 mg/tab) dipuyer + CMC + air sampai 20 cc tiap tikus disonde

2 ml

Page 9: Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral dan Intraperitoneal

9

IV. Prosedur Kerja

a. Prosedur pemeriksaan rasa nyeri:

Rangsangan rasa nyeri dengan tekanang akan

- Persiapkan analgesi meter, terlebih dahulu dilakukan pengaturan dan menentukan

beban yang akan di pakai. Gunakan beban terkecil untuk menentukan nyeri tekan

normal pada semua tikus. Pegang tikus dengan posisi tangan kiri memegang

daerah kulit punggung dan tangan kanan memposisikan salah satu kaki di alat

penekan antara jari I dan II. Jalankan beban dengan jalan menggeser beban

dengan kecepatan stabil sampai tikus merespon rasa sakit berupa jeritan dan atau

menarik kaki yang ditekan. Usahakan begitu tikus menunjukkan respon nyeri,

lepaskan beban dari sela jari tersebut. Catat posisi beba dalam gram.

- Tikus perlakukan di bagi menjadi 2 kelompok. Kelompok analgetik per oral dan

intraperitoneal. Setelah obat analgetik diberikan, ukur respon analgetik tiap 5

menit. Pengamatan dilakukan sampai menit ke-60. Catat hasil pengamatan

tersebut pada tabel.

- Efek analgetik dikatakan positif (+) jika tikus dapat menahan beban 2x beban

control.

Parameter pengukuran

- Onset of action di ukur sejak analgetik diberikan sampai terjadi pengurangan rasa

nyeri.

- Puncak efek diukur sejak analgetik diberikan sampai terjadi pengurangan rasa

nyeri terhadap rangsangan nyeri yang maksimal.

- Lama kerja obat diukur sejak mulai terjadi pengurangan rasa nyeri sampai

pengurangan rasa nyeri menghilang.

Page 10: Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral dan Intraperitoneal

10

V. Dosis

Tikus I

Antalgin

Dosis= 50mg/150gBB

…/95gBB

Yang tersedia= 500mg/20ml

Yang diambil →

Tikus II

Xylomidon

Dosis= 50mg/150gBB

…/120gBB

Yang tersedia= 250mg/1ml

Yang diambil →

Page 11: Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral dan Intraperitoneal

11

VI. Tabel

Kontrol

Tikus I (peroral) Tikus II (intraperitoneal)

33g

22g

28g

22g

22g

40g

Cara

danKelompok

Waktu

5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ 35’ 40’ 45’ 50’ 55’ 60’

Peroral

Kel.1

Kel.2

Kel.3

Kel.4

Kel.5

Kel.6

-

-

-

+

+

+

-

-

-

-

-

-

Intraperitoneal

Kel.1

Kel.2

Kel.3

Kel.4

Kel.5

Kel.6

+

+

+

-

+

-

+

-

-

+

-

-

VII. Pembahasan

Mekanisme kerja obat analgesic

Analgetik atau penghalang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau

rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

Analgetik anti inflamasi di duga bekerja berdasarkan penghambatan sintesis

prostaglandin (mediator nyeri).

Page 12: Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral dan Intraperitoneal

12

Mekanisme kerja obat analgetik merupakan sebuah mekanisme fisiologis tubuh

terhadap zat-zat tertentu. Obat analgetik bekerja di dua tempat utama, yaitu di perifer dan

sentral. Golongan obat AINS bekerja diperifer dengan cara menghambat pelepasan mediator

sehingga aktifitas enzim siklooksigenase terhambat dan sintesa prostaglandin tidak terjadi.

Sedangkan analgetik opioid bekerja di sentral dengan cara menempati reseptor di kornu

dorsalis medulla spinalis sehingga terjadi penghambatan pelepasan transmitter dan

perangsangan ke saraf spinal tidak terjadi.

a. Analgetik perifer

Analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu badan

pada saat demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di

hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya pengeluaran

kalor disertai keluarnya keringat.

Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer di golongkan terdri dari golongan

salisilat, golongan para-aminofenol, golongan pirazolon, dan golongan antranilat. Contohnya

Parasetamol, Asetosal, Antalgin.

b. Analgetik NSAIDs (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs)

Anti radang sama kuat dengan analgesik di gunakan sebagai anti nyeri atau rematik

contohnya asam mefenamat, ibuprofen.

2) Analgetik narkotik (analgetik central)

Analgetik narkotik bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri yang hebat sekali

yang bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran) dan efek sampingnya dapat

menimbulkan rasa nyaman (euforia). Obat ini khusus di gunakan untuk penghalau rasa nyeri

hebat, seperti pada fractura dan kanker. Contoh obatnya : Morfin, Codein, Heroin, Metadon,

Nalorfin.

Yang termasuk analgetik narkotik antara lain :

a. Agonis Opiat, yang dapat dibagi dalam :

- Alkaloida candu

- Zat-zat sintetis

Cara kerja obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan mengenai potensi dan

lama kerjanya, efek samping, dan risiko akan kebiasaan dengan ketergantungan.

Page 13: Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral dan Intraperitoneal

13

b. Antagonis Opiat, bila digunakan sebagai analgetika, obat ini dapat menduduki salah

satu reseptor.

c. Kombinasi, zat-zat ini juga mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak mengaktivasi

kerjanya dengan sempurna.

Obat Antalgin dan Xylomidon

1) Antalgin

a) Mekanisme kerja :

Aminopirin merupakan derivate pirazolon yang mempunyai efek sebagai analgesik,

antipiretik. Efek antipiretik diduga berdasarkan efek mempengaruhi pusat pengatur suhu di

hipotalamus dan menghabisi biosintesa dari prostaglandin sedangkan efek analgesiknya

mengurangi rasa nyeri cukup kuat.

b) Efek Samping

agranulosis, reaksi hipersensitifitas, reaksi pada kulit.

2) Xylomidon

Xylomidon adalah obat campuran dari antalgin 250mg.pyramidon 50 mg.lidocain

15mg.solvens ad 1ml. xylomidon termasuk dalam mitamizol yaitu derivate sulfonat dari

aminofenazol yang larut dalam air. Khasiat dan efek sampingnya sama yaitu analgesik,

antipiretik, dan anti radang. Obat ini sering dikombinasi dengan obat lain yaitu dengan

aminofenazol. Obat ini dapat secara mendadak dan tak terduga menimbulkan kelainan darah

yang bisa menyebabkan akibat fatal. Oleh karena itu, sudah lama dilarang beredar.

Jalur pemberian obat

Dalam pengelolaan penderita, ketepatan cara pemberian obat bisa menjadi factor

penentu keberhasilan suatu pengobatan, karena cepat lambatnya obat sampai di tempat

kerjanya (site of action) sangat tergantung pada cara pemberian obat.

Ada berbagai cara pemberian obat diantaranya dapat memberikan secara peroral,

intraperitoneal, intravena, subcutan, intramuscular. Pada percobaan ini kita akan

membedakan antara peroral dan intraperitoneal.

- Per Oral

Absorbs obat yang dilakukan secara oral dapat berlangsung didalam mulut, lambung

ataupun usus. Absorbsi dapat berlangsung di mulut melalui mukosa mulut, jika obat

diberikan secara sublingual(dibawah lidah) atau secara bukal (antara mukosa pipi dan gusi).

Cara ini dapat menguntungkan karena mencegah perusakan obat oleh asam lambung. Di

Page 14: Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral dan Intraperitoneal

14

samping itu, obat dari lambung akan dibawa ke hati melalui vena porta sehingga dapat

dimetabolisme oleh hati. Hal ini harus diperhitungkan agar jangan sampai salah hitung pada

pemberian dosis.jika dikehendaki bahan aktif obat tidak dirusak oleh asam lambung, maka

sediaan obat (tablet) dapat dibuat agar tidak mengalami desintegrasi atau pecah didalam

lambung tapi baru pecah didalam usus. Dengan cara melapisi bahan obat dengan bahan yang

tahan asam. Jika absorbsi terjadi di usus, obat dapat mengalami metabolisme oleh hati pada

saat pertama kali melintasi hati (first pass metabolism). Sebagian besar obat diabsorbsi

melalui jalur ini dan cara ini paling banyak digunakan karena kenyamanannya. Tetapi,

beberapa obat (misalnya benzilpenisilin, insulin) dirusak oleh asam atau enzim dalam usus

dan harus diberikan secara parenteral.

- Intraperitoneal

Intraperitoneal termasuk dalam pemberian obat parenteral. Pada rongga peritonerum

mempunyai permukaan absorbsi yang sangat luas sehingga obat dapat masuk kedalam

sirkulasi sistemik secara cepat. Untuk obat yang merangsang atau rusak oleh getah lambung

atau tidak di reabsorbsi usus pemberian parenteral ini sangat tepat. Tetapi kerugiannya adalah

cara ini lebih mahal dan nyeri serta sukar digunakan oleh pasien sendiri. Selain itu, adapula

bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau syaraf jika

tempat injeksi tidak dipilih dengan tepat.

VIII. Kesimpulan

- Cara pemberian secara intraperitonial (i.p.) dengan menyuntikkan tepat pada bagian

abdomen kelinci dan melaui oral dengan menggunakan oral sonde untuk mempermudah

masukknya obat kedalam mulut kelinci yang sempit dan langsung ke kerongkongan.

- Pada pemberian obat secara oral lebih lama menunjukkan onset of action dibanding

secara Intraperitonial, hal ini dikarenakan Intraperitonial tidak mengalami fase absorpsi

tapi langsung ke dalam pembuluh darah.Sementara pemberian secara oral, obat akan

mengalami absorpsi terlebih dahulu lalu setelah itu masuk ke pembuluh darah dan

memberikan efek.

Page 15: Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral dan Intraperitoneal

15

o Semakin tinggi dosis yang diberikan akan memberikan efek yang lebih cepat

Onset of action dari rute pemberian obat secar IP lebih cepat diperoleh daripada

rute pemberian obat secara oral.

Duration of action dari rute pemberian obat secara IP lebih panjang (lama)

dibandingkan rute pemberian obat secara oral.

Bahan Diskusi

1. Mengapa mula kerja obat pada pemberian peroral lebih lambat daripada pemberian

intraperitoneal? Jelaskan!

→ Karenapemberian per oral memiliki banyak faktor yang dapat mempengaruhi

bioavaibilitasnya sehinggawaktu onset yang didapat cukup lama. Sedangkan

pemberian yang cukup efektif adalah intraperitoneal, Karena tidak mengalami

tahap absorpsi maka kadar obat dalam darah diperoleh secara cepat.

2. Sebutkan cara pemberian parenteral selain intraperitoneal serta keuntungan dan

kelebihan masing-masing!

- Intravena. Cepat mencapai konsentrasi, cepat menimbulkan efek.

- Intramuskular. Tidak diperlukan keahlian khusus, dan dapat dipakai untuk

pemberian obat larut dalam minyak.

- Subkutan. Diperlukan latihan sederhana dan mencegah kerusakan sekitar

saluran cerna.

3. Buatlah kurva dosis vs % efek!

Page 16: Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral dan Intraperitoneal

16

DAFTAR PUSTAKA

http://www.psychologymania.com/2012/12/mekanisme-kerja-obat-analgetik.html

http://norhayani.blogspot.ca/2010/04/farmakologi-cara-pemberian-obat.html

http://wendijuwandi.blogspot.com/2012/09/analgetik.html

Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar & Klinik edisi 10. 2010

Neal, M.J. At a Glance Farmakologi Medis edisi kelima