mpbw diare

10
Pendahuluan Kota Bogor, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118,5 km², Jumlah penduduk sampai dengan akhir tahun 2006 sebanyak 879.138 jiwa yang terdiri dari 444.508 jiwa laki-laki dan 434.630 jiwa perempuan. Kota Bogor terletak di antara 106°43’30”BT - 106°51’00”BT dan 30’30”LS – 6°41’00”LS serta mempunyai ketinggian rata-rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter dengan jarak dari ibu kota negara Jakarta kurang lebih 60 Km. Peta Administratif Kota Bogor Wilayah Administrasi Kota Bogor terdiri atas 6 (Enam) Kecamatan dan 68 Kelurahan, 750 RW dan 3.349 RT. Batas wilayah Kota Bogor adalah : Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor.

Upload: cintia-risma-yuliani

Post on 07-Apr-2016

65 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

mpbw

TRANSCRIPT

Page 1: MPBW Diare

Pendahuluan

Kota Bogor, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118,5 km², Jumlah penduduk sampai dengan akhir tahun 2006 sebanyak 879.138 jiwa yang terdiri dari 444.508 jiwa laki-laki dan 434.630 jiwa perempuan. Kota Bogor terletak di antara 106°43’30”BT - 106°51’00”BT dan 30’30”LS – 6°41’00”LS serta mempunyai ketinggian rata-rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter dengan jarak dari ibu kota negara Jakarta kurang lebih 60 Km.

Peta Administratif Kota Bogor

Wilayah Administrasi Kota Bogor terdiri atas 6 (Enam) Kecamatan dan 68 Kelurahan, 750 RW dan 3.349 RT. Batas wilayah Kota Bogor adalah :

• Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor.

• Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor.

Page 2: MPBW Diare

• Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Darmaga dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.

• Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor.

Kota Bogor mempunyai Kawasan Terbangun pada tahun 2005 dengan luas total sebesar 4.411,86 Ha atau sekitar 37,23% dari luas total Kota Bogor, yang berupa lahan Perdagangan, Permukiman, Perumahan, Komplek Militer, Istana, Industri, Terminal, dan Gardu. Kawasan terbangun di wilayah Kota Bogor didominasi oleh 3.135,79 Ha (26,46%) kawasan permukiman, yang didalamnya terdapat fasilitas Kesehatan, Pendidikan, Peribadatan, serta Perkantoran. Sedangkan kawasan Belum Terbangun dengan luas total sebesar 7.438,14 Ha atau sekitar 62,77% dari luas total Kota Bogor, yang berupa Situ, Sungai, Kolam, RTH, Tanah Kosong Non RTH, dan Lain-Lain yang tidak teridentifikasi. Kawasan Belum Terbangun di Kota Bogor didominasi oleh 6.088,58 Ha atau 51,38% RTH, yang didalamnya terdapat Hutan Kota, Jalur Hijau jalan, Jalur Hijau SUTET, Kawasan Hijau, Kebun Raya, Lahan Pertanian Kota, Lapangan Olah Raga, Sempadan Sungai, TPU, Taman Kota, Taman Lingkungan, Taman Perkotaan, dan Taman Rekreasi.

Diare adalah suatu penyakit yang biasanya ditandai dengan perut mulas, meningkatnya frekuensi buang air besar, dan konsentrasi tinja yang encer. Tanda-tanda ini bisa bervariasi tingkat keparahannya, tergantung pada jenis penyebab diare. Ada beberapa penyebab diare. Beberapa di antaranya adalah Cyclospora cayetanensis, total koliform (E. coli, E. aurescens, E. freundii, E. intermedia, Aerobacter aerogenes), kolera, shigellosis, salmonellosis, yersiniosis, giardiasis, Enteritis campylobacter, golongan virus dan patogen perut lainnya.

Diare termasuk penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting disease). Meskipun demikian, jangan remehkan diare karena dapat mengancam jiwa. Di Kota Bogor dalam waktu enam bulan terakhir ini warga Bogor yang terserang diare meningkat, dari sekitar 850 orang yang sempat mengalami diare dan dirawat, empat di antaranya meninggal dunia.

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena Diare. Di Indonesia, setiap tahun 100.000 balita meninggal karena Diare.

Modelling/Patogenesis Penyakit Diare

Untuk memutus mata rantai penyakit maka hal pertama yang harus diketahui adalah siklus hidup agen. Dengan mengetahui hal tersebut, penatalaksanaan penyakit dapat dibuat berdasarkan kekhasannya masing-masing.

Page 3: MPBW Diare

Berdasarkan teori Simpul, maka didapatkan suatu distribusi faktor determinan munculnya penyakit diare sebagai berikut :

II

Gambaran Patogenesis Penyakit Diare

SakitEnterohaemorragic E. coli

Kualitas Makanan/Minuman

Cara Memasak Makanan/Minuman

Produktifitas Menurun

Pemukiman PadatPencemaran

Sanitasi Lingkungan Buruk

Akses dan Ketersediaan Air

Bersih

Kandang Ayam/Domba

Sampah Tak Terangkut

Jarak Antara Jamban dan

Sumber Air Bersih (Sumur)

L

A

L

A

T

Makanan

Air

Umur, Status Gizi, Penurunan Daya

Tahan Tubuh

Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum

Makan

Penduduk

Iklim

Kemiskinan

Manajemen

Page 4: MPBW Diare

Simpul 1 (Sumber Penyakit)

Untuk beberapa jenis bakteri, utamanya EHEC (Enterohaemorragic E. coli), ternak merupakan reservoir terpenting. Akan tetapi, secara umum manusia dapat juga menjadi sumber penularan dari orang ke orang. Selain itu, makanan juga dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen akibat lingkungan yang tidak sehat, di mana-mana ada mikroorganisme patogen, sehingga kehigienisan makanan perlu diintervensi. Lingkungan yang tidak higienis akan mengundang lalat. Padahal lalat dapat memindahkan mikroorganisme patogen dari tinja penderita ke makanan atau minuman.

Simpul 2 (media perantara)

Penyakit ini disebabkan oleh sesuatu yang masuk ke mulut manusia, yakni makanan dan minuman. Makanan bisa mengandung mikroorganisme patogen akibat kontaminasi oleh penjamah ataupun di dalamnya (secara alami) sudah mengandung patogen. Selain itu, lalat juga bisa menempati posisi ini.

Simpul 3 (perilaku pemajanan)

Simpul 3 (perilaku pemajanan) adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi penyakit. Dalam hal penyakit diare, manusia akan kontak dengan makanan saat dia memakan sumber penyakit (bisa berupa makanan ataupun minuman). Kualitas kontak manusia ditentukan oleh frekuensi manusia memasukkan sumber penyakit ke dalam perutnya lewat mulut dan kuantitas mikroorganisme patogen yang dikandung oleh makanan dan minuman tersebut.

Simpul 4

Seseorang dikatakan sakit diare jika terdapat gejala umum seperti perut mulas, meningkatnya frekuensi buang air besar, dan konsentrasi tinja yang encer, asidosis, dan perut kejang.

Manajemen Penyakit Diare

Setelah mengetahui uraian masing-masing determinan berdasarkan teori Simpul, maka langkah manajemen dapat dimulai. Manajemen penyakit dapat dikembangkan dengan mengintervensi masing-masing Simpul.

Manajemen penyakit di Simpul 1

Penyakit diare memiliki manusia dan ternak sebagai reservoirnya. Oleh karena itu, manajemen Simpul 1 dapat dimulai dengan menyehatkan ternak dan manusia. Sebenarnya penyakit ini dapat disebarkan lewat tinja hewan dan manusia yang sedang sakit. Penularannya bisa dengan jalan tinja mengontaminasi makanan secara langsung ataupun tidak langsung (lewat lalat). Oleh karena itu, manajemen penyehatan lingkungan lewat perbaikan sanitasi dan penyediaan air bersih juga harus dilakukan. Hal ini karena lalat biasanya berkembang biak di tempat yang basah seperti sampah basah, kotoran hewan, tumbuh-tumbuhan yang membusuk, dan permukaan air kotor yang terbuka. Pada waktu hinggap, lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik hitam. tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat lalat istirahat. Pada siang hari lalat tidak makan tetapi beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumput-rumput, dan tempat yang sejuk. Juga menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan

Page 5: MPBW Diare

tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik. Di dalam rumah, lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat listik dan tidak aktif pada malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih dari 5 (lima) meter. Dari pengenalan ini, kita dapat mengembangkan 2 cara pengendalian vektor, yakni perbaikan sanitasi lingkungan dan pemberantasan vektor secara langsung

Perbaikan sanitasi dapat diharapkan mampu mengurangi tempat perindukan lalat. Cara yang bisa diambil di antaranya adalah menjaga kebersihan kandang hewan, buang air besar di jamban yang sehat, pengelolaan sampah yang baik, dan sebagainya.

Pemberantasan lalat dapat dilakukan dengan 3 cara, fisik (misalnya penggunaan air curtain), kimia (dengan pestisida), dan biologi (sejenis semut kecil berwana hitam Phiedoloqelon affinis untuk mengurangi populasi lalat rumah di tempat-tempat sampah).

Koordinasi dengan Dinas Kebersihan perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah timbulan sampah dan meningkatkan frekuensi pengangkutan sampah.

Manajemen Simpul 2

Simpul 2 diisi oleh makanan. Cara penanganan makanan yang higienis diperlukan untuk menghilangkan bahaya biologis di dalam makanan. Oleh karena itu, memasak makanan dan minuman secara sempurna harus dilakukan. Demikian juga perilaku penjamah makanan yang terlibat dalam proses penyajian dan persiapan makanan. Dia harus mengetahui di titik-titik mana saja dia harus menganalisis bahaya pada makanan dan langkah apa yang harus dia ambil. Promosi kesehatan tentang HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) perlu dilakukan kepada masyarakat.

Manajemen Simpul 3

Simpul 3 diisi oleh perilaku manusia yang mempengaruhi jumlah kontaknya dengan media perantara. Bagaimana manusia makan dan minum perlu diintervensi. Manusia harus mencuci tangannya dengan sabun untuk membersihkan bahaya yang ada di tangannya. Program yang dapat dilakukan misalnya upaya kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk imunisasi; perbaikan nutrisi, seperti promosi air susu ASI dan makanan pendamping ASI; pengingkatan hygiene perorangan dan kesehatan lingkungan seperti penggunaan jamban yang memenuhi syarat kesehatan dan kebiasaan cuci tangan baik sebelum makan maupun sesudah makan; penyuluhan kesehatan masyarakat; Promosi PHBS.

Manajemen Simpul 4

Walaupun dengan dosis infektif yang amat kecil, pasien yang terinfeksi dilarang menjamah makanan atau menjaga anak atau merawat pasien sampai hasil sampel tinja atau suap dubur negatif selama 2 kali berturut-turut (diambil 24 jam secara terpisah dan tidak lebih cepat dari 48 jam setelah pemberian dosis antibiotik yang terakhir). Penggantian cairan dan elektrolit penting jika diare cair atau adanya tanda dehidrasi). Sebenarnya tubuh memiliki mekanisme alami untuk mengeluarkan racun di dalam usus lewat frekuensi buang air besar yang meningkat. Oleh karena itu, diperlukan penjagaan terhadap status gizi pasien. Pasien harus mendapatkan konsumsi makanan dengan asupan nutrisi yang adekuat dan cairan elektrolit yang memadai. Disamping itu peran aktif petugas kesahatan dalam penemuan penderita diare di masyarakat sangat diperlukan.

Page 6: MPBW Diare

Pelaksanaan dan Monitoring

Melakukan surveilans kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana, periodik mengumpulkan data yang terintegrasi baik data kejadian penyakit maupun berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit (faktor resiko), diikuti analisis data sebagai dasar pengambilan kebijakan dan perencanaan terpadu.

Pokok-pokok kegiatan pelaksanaan dan monitoring yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Bogor dalam pemberantasan dan pengendalian Diare :

a. Advokasi dan Sosialisasi, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan petugas maupun masyarakat dalam upaya penanggulangan penyakit diare;

b. Penemuan dan Tata laksana, dilaksanakan di rumah tangga dan masyarakat (keluarga, kader, posyandu), di tingkat pelayanan dasar (Puskesmas, Pustu dan Pelayanan Kesehatan di desa) dan di sarana kesehatan rujukan (rumah sakit);

c. Pemberdayaan Masyarakat untuk Pencegahan dan Perawatan;

d. Manajemen Logistik, dimaksudkan untuk menunjang kegiatan penemuan dan tata laksana penderita maupun diare, kegiatan pelatihan, pelatihan komunikasi dan penyebaran informasi serta kegiatan administrasi atau manajemen;

e. Peningkatan Sumber Daya Manusia, dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya dalam penatalaksanaan kasus dan manajemen program;

f. Supervisi dan Pencatatan;

g. Kemitraan, diarahkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat, peran lintas program dan lintas sektor terkait serta peran pengambil keputusan termasuk penyandang dana;

h. Manajemen Program;

i. Penelitian dan Pengembangan Program.

Audit MPBW

Tujuan dari pelaksanaan audit MPBW ini adalah untuk mengukur kinerja kegiatan pengendalian penyakit diare di Kota Bogor dengan menggunakan pendekatan manajemen penyakit berbasis wilayah apakah sesuai dengan kebijakan serta komitmen Kepala Dinas Kesehatan serta tata laksana kasus diare yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan bersama organisasi profesi. Audit kasus Diare di Kota Bogor dilaksanakan untuk melihat dan menilai apakah pencapaian hasil kegiatan telah memenuhi target yang diharapkan, mengidentifikasi masalah dan hambatan yang dihadapi serta menyusun langkah-langkah perbaikan selanjutnya yang dilaksanakan tiap semester (enam bulan sekali) atau jika ada kejadian khusus dengan melihat laporan rutin dari Puskesmas dan Rumah sakit melalui SP2TP, laporan puskesmas sentinel panduan, laporan KLB/wabah (jika ada), pengumpulan data melalui studi kasus.

Page 7: MPBW Diare

Pembahasan

Berdasarkan analisis yang dilakukan, dapat diketahui bahwa Kota Bogor mempunyai tingkat kerentanan yang rendah karena tingkat kebersihan tergolong baik, cakupan air bersih tinggi dan cakupan sarana pelayanan kesehatan yang memadai. Namun masih ada beberapa wilayah di Kota Bogor yang berada pada status rawan (tingkat kerentanan tinggi) seperti beberapa wilayah di Kecamatan Tanah Sareal. Ini disebabkan karena tingkat kebersihan di wilayah tersebut yang buruk, cakupan air bersih rendah dan cakupan pelayanan kesehatan yang kurang memadai.

Kesimpulan

Kota Bogor masih perlu meningkatkan kualitas lingkungannya meliputi tingkat kebersihan, cakupan air bersih, dan cakupan sarana pelayanan kesehatan karena masih terdapat beberapa wilayah yang berada pada status kerentanan diare tinggi. Oleh sebab itu perlu dilakukan sistem kewaspadaan dini terhadap kejadian diare di Kota Bogor.

Saran

Promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai sebagai indikator tingkat kebersihan harus terus ditingkatkan, mengingat keberhasilan program yang merubah perilaku masyarakat memerlukan waktu yang lama dan berkesinambungan.

Penambahan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan seperti tenaga medis/non medis di puskesmas, jumlah Puskesmas Keliling perlu dilakukan pada tahun-tahun mendatang dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dan meningkatkan jangkauan pelayanan terutama bagi keluarga miskin.

Anggaran Kesehatan yang baru mencapai ± 5% dari APBD masih jauh dari kesepakatan yaitu 15% dari APBD hendaknya mendapat perhatian.

Penutup

Manajemen pemberantasan penyakit berbasis wilayah pada hakikatnya merupakan upaya tata laksana pemberantasan dan pengendalian penyakit dengan cara mengendalikan sumber penyakit dan/atau berbagai faktor resiko penyakit secara paripurna, dalam satu perencanaan dan tindakan yang terintegrasi berdasarkan fakta yang dikumpulkan secara sistematik, periodik, terpercaya dalam satu wilayah.

Pelaksanaannya memerlukan sistem yang menuju tujuan yang sama yakni masyarakat hidup sehat dalam lingkungan yang sehat dan bebas penyakit dengan cara merangkai seluruh stakeholders atau komponen pemerintah, legislatif dan masyarakat berlandaskan kemitraan. Kepala daerah Kabupaten/Kota dibantu Kepala Dinas Kesehatan merupakan tokoh sentral dalam pengendalian penyakit dalam suatu wilayah. Achmadi, U.F., 2008)

Page 8: MPBW Diare

MANAJEMEN PENYAKIT DIARE BERBASIS WILAYAH (Studi Kasus Kota Bogor)

TUGAS MATA KULIAH

PENYAKIT BERBASIS WILAYAH

Dosen Pengajar : Mukhlasin, S.Pd., SKM., MKM.

Disusun Oleh :RICKY HARUN – 09065O3042

JESSICA MILA – 0906592621

ALIANDO – 0906592629

PRILLY LATUCONSINA – 0906592636

Program Studi Kesehatan MasyarakatSTIKes Faletehan Serang

Page 9: MPBW Diare

2013