[modul1][senin1][wardanasaputra][12211031][ft]

7
Page1 MODUL I GAS POROSIMETER LAPORAN Nama : Wardana Saputra NIM : 12211031 Kelompok : Shift Senin I Tanggal Praktikum : 11 Maret 2013 Tanggal Penyerahan : 11 Maret 2013 Dosen : Prof. Dr. Ir. Pudji Permadi Asisten : Fatimah Kusumaningrum 12209074 Tito Ajiguno 12209069 LABORATORIUM PETROFISIKA PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013

Upload: wardana-saputra

Post on 25-Apr-2015

62 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: [modul1][senin1][wardanasaputra][12211031][ft]

Pag

e1

MODUL I

GAS POROSIMETER

LAPORAN

Nama : Wardana Saputra

NIM : 12211031

Kelompok : Shift Senin I

Tanggal Praktikum : 11 Maret 2013

Tanggal Penyerahan : 11 Maret 2013

Dosen : Prof. Dr. Ir. Pudji Permadi

Asisten : Fatimah Kusumaningrum 12209074

Tito Ajiguno 12209069

LABORATORIUM PETROFISIKA

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2013

Page 2: [modul1][senin1][wardanasaputra][12211031][ft]

Pag

e2

I. TUJUAN PERCOBAAN

a. Memahami prinsip kerja Gas Porosimeter.

b. Menentukan porositas suatu sampel core dengan menggunakan Gas Porosimeter.

c. Memahami konsep porositas dan penerapannya di dalam lingkungan teknik

perminyakan.

II. PRINSIP PERCOBAAN

Prinsip gas porosimeter adalah Hukum Boyle, yang mengatakan bahwa perkalian

tekanan dan volume pada kondisi isothermal adalah konstan (PV=C). Pada prakteknya

kita akan mengalirkan gas N2 ke dalam gas porosimeter yang berfungsi sebagai sumber

tekanan pada tekanan P1. Selanjutnya gas N2 pada tekanan P1 dialirkan ke dalam core

holder yang telah diisi sample disk atau batuan sehingga terjadi penurunan tekanan

menjadi P2.

Dari data P2 masing-masing disk akan kita temukan sebuah persamaan regresi yang

kita gunakan untuk mencari volume grain dari sample (Vgrain = a(P1/P2)+b). sehingga

pada akhirnya kita bisa mendapatkan porositas dari sample batuan itu.

Vbulk

VgrainVbulk

Page 3: [modul1][senin1][wardanasaputra][12211031][ft]

Pag

e3

III. TABULASI DATA

a. Data Dimensi Core:

Jenis Diameter (cm) tinggi (cm)

Disk 2 2.55 0.96

Disk 3 2.56 1.275

Disk 5 2.54 3.175

Core 1 2.6 2.87

Core 2 2.58 2.695

Core 3 2.56 2.465

b. Data Gas Porosimeter:

Jenis P1 (psi) P2 (Psi)

Disk 2 100 10

Disk 3 100 10.4

Disk 5 100 13.1

Core 1 100 12.6

Core 2 100 12.3

Core 3 100 11

Page 4: [modul1][senin1][wardanasaputra][12211031][ft]

Pag

e4

IV. PENGOLAHAN DATA

a. Mencari Volume Disk

Jenis Volume (cc)

Disk 2 4.9028

Disk 3 6.5626

Disk 5 16.0880

b. Mencari Bulk Volume Sample Core

Jenis Volume (cc)

Core 1 15.2377

Core 2 14.0893

Core 3 12.6878

c. Menentukan Persamaan Regresi (Vgrain = a(P1/P2)+b)

dengan memplot volume disk calibration versus P1/P2 kita dapatkan

persamaan Volume grain = -4.7527(P1/P2)+52.354

tDVdisk 2

4

1

tDVbulk 2

4

1

Page 5: [modul1][senin1][wardanasaputra][12211031][ft]

Pag

e5

d. Mencari Volume Grain dari Persamaan Regresi

Jenis Volume Grain (cc)

Core 1 14.634

Core 2 13.714

Core 3 9.148

e. Menentukan Porositas Core Sample

Jenis Porositas (%)

Core 1 3.96

Core 2 2.67

Core 3 27.9

Vbulk

VgrainVbulk

Page 6: [modul1][senin1][wardanasaputra][12211031][ft]

Pag

e6

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam Petrofisika ada tujuh sifat fisik batuan, yaitu porositas, permeabilitas, saturasi,

resistivitas, tekanan kapiler, wettabilitas, dan kompresibilitas batuan. Pada praktikum ini

kita akan membahas tentang salah satu metode untuk menentukan porositas batuan, yaitu

dengan menggunakan gas porosimeter (PORG-200TM

Unit). Prinsip kerja alat ini adalah

menggunakan prinsip hukum Boyle, yaitu perkalian tekanan dan volume adalah konstan

pada kondisi isothermal. Gambar di bawah menunjukkan skematik gas porosimeter,

terlihat bahwa cell yang menampung core dihubungkan dengan cell bertekanan P1 hingga

tekanan menurun menjadi P2.

Untuk mengukur volume grain dari sample core kita butuh data V1 dan V2, sehingga

diperlukan plotting data dari beberapa calibration disk yang dicobakan di cell 2. Setelah

mendapatkan volume grain kita ukur bulk volume sample dengan jangka sorong, lalu nilai

porositas sampel adalah perbandingan selisih volume bulk- grain dengan volume bulknya.

Porositas yang didapat adalah porositas efektif, karena gas hanya mau mengisi rongga

yang saling berhubungan. Gas yang digunakan adalah gas N2 karena selain tidak bereaksi,

kompresibilitas rendah, harganya juga murah, tidak semahal helium.

Asumsi yang digunakan pada percobaa ini:

1. Tidak terjadi proses kimia antara core dan gas N2

2. Calibration Disk dan Core adalah tabung sempurna

3. Temperature konstan agar PV=C dapat berlaku (isothermal)

4. Tidak ada partikeel lain yang msuk core holder selain disk atau sampel

5. Pengukuran tekanan dalam gas porosimeter tepat

6. Tidak ada head losses, minor losses, major losses, dan pressure losses pada

dinding pipa.

Jenis Porositas (%)

Core 1 3.96

Core 2 2.67

Core 3 27.9

Page 7: [modul1][senin1][wardanasaputra][12211031][ft]

Pag

e7

Setelah kesemua prosedur di atas telah dilakukan, akan didapat data porositas

ketiga sampel core seperti pada tabe di atas. Ketiga nilai tersebut sebenarnya sangat

ditentukan oleh persamaan regresi yang didapat dari percobaan, yaitu volume grain

= -4.7527(P1/P2)+52.354 dengan R2=0.9998 (kepercayaan tinggi). Bila kita lihat

data literatur regresi di lab volume grain = -4.7813(P1/P2)+52.558 nampaknya tidak

terlalu jauh bedanya, hal ini mengindikasikan bahwa gas porosimeter berada dalam

kondisi optimal. Galat yang sangat kecil pada persamaan regresi dimungkinkan

terjadi akibat galat pembacaan ukuran disk pada jangka sorong, sehingga volumnya

bisa berbeda.

Selanjutnya apabila kita bandingkan ketiga jenis core sample, sampel 3

mmiliki porositas terbesar yaitu 27.9%, sedangkan sampel 1: 3.96%, dan terkecil

sampel 2: 2.67%. Di dunia perminyakan batuan reservoir yang dicari dan memiliki

potensi produktif adalah batuan dengan porositas di atas 10%, sehingga pilihan kita

pasti akan jatuh pada sampel 3, sedangkan sampel 1 dan 2 biasanya diabaikan.

Porositas sangat penting karena memperlihatkan sebesar apa kapasitas dari

reservoir untuk menampung hidrokarbon.

VI. KESIMPULAN

1. Gas porosimeter dapat digunakan untuk menentukan porositas efektif batuan

dengan prinsip hokum Boyle.

2. Porositas yang didapat dari gas porosimeter adalah 3.96% untuk sampel 1,

2.67% untuk sampel 2, dan 27.9% untuk sampel 3

3. Di dunia perminyakan porositas sangat vital sebagai penentu kualitas reservoir

dan kuantitas hidrokarbon di dalamnya.

VII. JAWABAN PERTANYAAN

-