model pengembangan desain instruksional

24
1 Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional MODEL KEMP Model desain sistem instruksional yang dikembangkan oleh Kemp (1994) merupakan model yang membentuk siklus. Dalam model ini pengembangan desain sistem pembelajaran terdiri atas komponen-komponen yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan, dan berbagai kendala yang timbul. Menurut Kemp pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinyu. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai di dalam siklus tersebut. Model Kemp ini tidak menentukan dari komponen mana seharusnya proses pengembangan itu dimulai. Dalam mengembangkan sistem instruksional bisa dimulai dari komponen mana saja, asal tidak mengubah urutan komponennya, dan setiap komponen itu memerlukan revisi demi mencapai hasil yang maksimal. Pengembangan perangkat model Kemp memberi kesempatan kepada para pengembang untuk dapat memulai dari komponen manapun. Namun sebaiknya proses pengembangan itu dimulai dari tujuan. Secara umum model pengembangan model Kemp ditunjukkan pada gambar berikut:

Upload: penze

Post on 11-Jun-2015

8.473 views

Category:

Documents


69 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model Pengembangan Desain Instruksional

1Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional

MODEL KEMP

Model desain sistem instruksional yang dikembangkan oleh Kemp (1994)

merupakan model yang membentuk siklus. Dalam model ini pengembangan

desain sistem pembelajaran terdiri atas komponen-komponen yang dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan, tujuan, dan berbagai kendala yang timbul. Menurut

Kemp pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinyu. Tiap-

tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi.

Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai di dalam siklus

tersebut. Model Kemp ini tidak menentukan dari komponen mana seharusnya

proses pengembangan itu dimulai. Dalam mengembangkan sistem instruksional

bisa dimulai dari komponen mana saja, asal tidak mengubah urutan

komponennya, dan setiap komponen itu memerlukan revisi demi mencapai hasil

yang maksimal. Pengembangan perangkat model Kemp memberi kesempatan

kepada para pengembang untuk dapat memulai dari komponen manapun. Namun

sebaiknya proses pengembangan itu dimulai dari tujuan.

Secara umum model pengembangan model Kemp ditunjukkan pada gambar 

berikut:

Gambar model pengembangan sistem pembelajaran menurut Kemp

Page 2: Model Pengembangan Desain Instruksional

2Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional

Pada dasarnya, perencanaan dalam desain pembelajaran Kemp ini terdiri atas

delapan langkah:

1. Menentukan tujuan dan daftar topik,menetapkan tujuan umum untuk

pembelajaran tiap topiknya

2. Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran tersebut

didesain

3. Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat

dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar

4. Menentukan isi meteri pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan

5. Pengembangan penilaian awal untuk menentukan latar belakang pelajar

dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik

6. Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang

menyenagkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa siswa

akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan

7. Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi

personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk

melaksanakan rencana pembelajaran;

8. Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka menyelesaikan

pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan kembali

beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan

MODEL BANATHY

Model Banathy dikembangkan pada tahun 1968 oleh Bela H. Banathy. Model

yang dikembangkannya ini berorientasi pada hasil pembelajaran, sedangkan

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem, yakni pendekatan yang

didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu hal

yang sangat kompleks, terdiri atas banyak komponen yang satu sama lain harus

bekerja sama secara baik untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.

Page 3: Model Pengembangan Desain Instruksional

3Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional

Gambar desain pembelajaran Banathy

Tahapan model pengembangan instruksional Banathy meliputi enam tahap, yaitu:

1. Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan umum maupun tujuan

yang lebih spesifik, yang merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai

peserta didik.

Page 4: Model Pengembangan Desain Instruksional

4Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional

2. Mengembangkan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak

dicapai. Hal ini dilakukan agar setiap tujuan yang dirumuskan tersedia alat

untuk menilai keberhasilannya.

3. Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni merumuskan apa

yang harus dipelajari (kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa dalam

rangka mencapai tujuan belajar). Kemampuan awal siswa harus dianalaisis

atau dinilai agar mereka tidak perlu mempelajari apa yang telah mereka

kuasai.

4. Merancang sistem, yakni kegiatan menganalisis sistem dan setiap

komponen sistem. Dalam langkah ini juga ditetapkan jadwal dan tempat

pelaksanaan dari masing-masing komponen instruksional.

5. Mengimplementasikan dan melakukan tes hasil, yakni melatih (ujicoba)

sekaligus menilai efektifitas sistem. Dalam tahap ini perlu diadakan

penilaian atas apa yang dilakaukan siswa agar dapat diketahui seberapa

jauh siswa mampu mencapai hasil belajar.

6. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.

MODEL DICK AND CAREY

Model Dick and Carey (1996) mengikuti pola dasar instructional design ADDIE

(analysis, design, development, implementation and evaluation). Model Dick and

Carey adalah salah satu dari model prosedural, yaitu model yang menyarankan

agar penerapan prinsip disain pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah

yang harus di tempuh secara berurutan.

Gambar model Dick & Carey

Page 5: Model Pengembangan Desain Instruksional

5Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional

Tahapan dalam model Dick & Carey ini terdiri dari 10 langkah, yakni:

1. Identifying goals, yakni menentukan tujuan dari sistem yang dibangun.

Yang dimaksud dengan tujuan di sini adalah kemampuan yang dapat

diperoleh pembelajar setelah menyelesaikan pelajaran.

2. Conducting instructional analysis, yakni menentukan kemampuan apa saja

yang terlibat dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dan

menganalisa topik atau materi yang akan dipelajari. Analisis ini akan

menghasilkan diagram tentang keterampilan-keterampilan/ konsep dan

menunjukkan keterkaitan antara keterampilan konsep tersebut.

3. Identifying entry behaviors and learner characteristics, yakni menentukan

kemampuan minimum apa saja yang harus dimiliki pembelajar untuk

menyelesaikan tugas-tugas. Ketika melakukan analisis terhadap

keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur

yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan apa yang

telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting juga

untuk diidentifikasi adalah karakteristik khusus siswa yang mungkin ada

hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran. Misalnya

pembelajar harus memliki kemampuan membaca, kemampuan perhitungan

dasar atau kemampuan verbal dan spatial. Kepribadian dari pembelajar

juga mempengaruhi design yang akan dibuat.

4. Writing performance objectives, yang bertujuan untuk menguraikan tujuan

umum menjadi tujuan yang lebih spesifik pada tiap tahapan pembelajaran.

Di tiap tahapan akan ada panduan pembelajaran dan pengukuran

performansi pembelajar.

5. Developing criterion-referenced test items, yakni merancang item tes

untuk menyediakan kesempatan bagi pembelajar untuk

mendemonstrasikan kemampuan dan pengetahuan yang dinyatakan dalam

tujuan.

6. Developing instructional strategy, yakni menentukan aktifitas

instruksional yang membantu dalam pencapaian tujuan. Dimana, strategi

tersebut akan meliputi aktivitas preinstruksional, penyampaian informasi,

Page 6: Model Pengembangan Desain Instruksional

6Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional

praktek dan balikan, testing, yang dilakukan lewat aktivitas. Misalnya

membaca, mendengarkan, hingga eksplorasi internet. Aktifitas

instruksional ini dapat dikembangkan oleh instruktur sesuai dengan latar

belakang, kebutuhan, dan kemampuan pembelajar atau bisa saja

pembelajar menggabungkan pengetahuan yang baru didapatkan dengan

pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk membentuk

pemahaman baru. Proses pembelajaran juga dapat dilakukan secara

berkelompok atau individual.

7. Developing and selecting instructional materials, di mana berkaitan

dengan media yang digunakan untuk proses pembelajaran untuk

menghasilkan pengajaran yang meliputi petunjuk untuk siswa, bahan

pelajaran, tes dan panduan guru.  Media pembelajaran dapat berupa

pemberian materi/perkuliahan, pemberian tugas, powerpoint, internet,

paket computer-assisted-instruction, dan sebagainya. Permasalahan

terletak pada penentuan media yang tepat untuk mencapai tujuan dan hal

ini tidak sama untuk setiap pembelajar.

8. Designing and conducting the formative evaluation of instruction, yang

bertujuan menyediakan data untuk revisi dan pengembangan instructional

materials. Selain itu, Evaluasi ini juga dilakukan untuk mengumpulkan

data yang akan digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana

meningkatkan pengajaran. Evaluasi ini dapat dilakukan, misalnya, dengan

cara mewawancarai setiap pembelajar.

9. Revising instruction, merupakan bagian konstan dalam proses design.

Revisi dilakukan berdasarkan hasil dari tiap komponen model ini. Pada

tahap ini, data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap

sebelumnya diringkas dan dianalisis serta diinterpretasikan untuk

diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dari

pakar/validator. Mungkin saja tahapan-tahapan pembelajaran kurang

efektif dalam pencapaian tujuan akhir, atau aktifitas, media, dan penugasan

yang telah ditentukan tidak membantu dalam memperoleh tujuan.

Page 7: Model Pengembangan Desain Instruksional

7Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional

10. Conducting summative evaluation, yang bertujuan mempelajari efektifitas

keseluruhan sistem dan dilakukan setelah tahap formative evaluation.

MODEL PPSI

Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) adalah model yang

dikembangkan di Indonesia untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI

adalah sistem yang saling berkaitan dari satu instruksi yang terdiri atas urutan,

desain tugas yang progresif bagi individu dalam belajar. PPSI berfungsi sebagai

pedoman bagi guru dan berguna dalam menyusun proses belajar mengajar.

Model pengembangan PPSI

Secara garis besar, model pengembangan PPSI mengikuti pola dan siklus

pengembangan yang mencakup: (1) perumusan tujuan, (2) pengembangan alat

evaluasi, (3) kegiatan belajar, (4) pengembangan program kegiatan, (5)

pelaksanaan pengembangan. Sesuai bagan di atas, perumusan tujuan menjadi

dasar bagi penentuan alat evaluasi pembelajaran dan rumusan kegiatan belajar.

Rumusan kegiatan belajar lebih lanjut menjadi dasar pengembangan program

kegiatan, yang selanjutnya adalah pelaksanaan pengembangan. Hasil pelaksanaan

tentunya dievaluasi, dan selanjutnya hasil evaluasi digunakan untuk merevisi

pengembangan program kegiatan, rumusan kegiatan belajar, dan alat  evaluasi.

Page 8: Model Pengembangan Desain Instruksional

8Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional

Tahapan yang dimiliki model PPSI ini mencakup:

1. Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh siswa.

Perumusan tujuan memberikan petunjuk bagi guru dalam merumuskan

tujuan-tujuan khusus. Perumusan tujuan khusus itu berdasarkan pada

pendalaman dan analisis terhadap pokok-pokok bahasan/ subpokok

bahasan yang telah digariskan untuk mencapai tujuan instruksional dan

tujuan kurikuler.

2. Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis tes dan menyusun

item soal untuk masing-masing tujuan. Pengembangan alat evaluasi ini

memberikan petunjuk tentang prosedur penilaian yang akan ditempuh,

tentang tes awal (pre test) dan tes akhir (post test), tentang jenis tes yang

akan digunakan dan tentang rumusan soal-soal tes sebagai bagian dari

satuan pelajaran. Tes yang digunakan dalam PPSI disebut criterion

referenced test yaitu tes yang digunakan unuk mengukur efektifitas

program/ pelaksanaan pengajaran.

3. Mengembangkan kegiatan belajar mengajar, yakni merumuskan semua

kemungkinan kegiatan belajar mengajar dan menyeleksi kegiatan belajar

yang perlu ditempuh. Kegiatan dalam tahap ini merupakan petunjuk bagi

guru untuk menetapkan langkah-langkah kegiatan belajar siswa sesuai

dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai dan tujuan khusus

instruksional yang harus dicapai oleh para siswa.

4. Mengembangkan program kegiatan pembelajaran, yakni merumuskan

materi pelajaran, menetapkan metode dan memilih alat dan sumber

pelajaran, sehingga para siswa melakukan kegiatan sesuai dengan rumusan

tujuan instruksional khusus.

5. Pelaksanaan program, yaitu kegiatan mengadakan prates, menyampaikan

materi, mengadakan psikotes, dan melakukan perbaikan. Tahap ini

berkenaan dengan dimulainya pelaksanaan tes awal dilanjutkan dengan

penyampaian materi pelajaran sampai pada dilaksanakannya penilaian

hasil belajar.

Page 9: Model Pengembangan Desain Instruksional

9Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional

Berikut matriks perbandingan model Kemp, Banathy, Dick & Carey, dan PPSI:

Model: KEMP BANATHY DICK & CAREY PPSIPengertian: Model yang

menggunakan pendekatan holistik. Model ini secara virtual melibatkan semua faktor yang terdapat dalam lingkungan belajar, yang meliputi analisis subjek, karakteristik pembelajar, tujuan pembelajaran, aktivitas pengajaran, sumber belajar, layanan pendukung dan evaluasi

Model pembelajaran yang terdiri dari banyak bagian dan fungsi yang saling berhubungan dan mesti dikerjakan secara logis agar mencapai tujuan yang diinginkan.

Model pengembangan sistem instruksional yang berorientasi pada tujuan pembelajaran.

Model ini bertitik tolak dari pendekatan sistem, yang mencakup enam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, yakni: merumuskan tujuan, mengembangkan tes, merumuskan kegiatan belajar, merancang sistem, menerapkan sistem, dan mengadakan perbaikan

Model yang menyarankan agar penerapan prinsip disain pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus di tempuh secara berurutan

Model desain pembelajaran ini menggunakan pendekatan sistem. Dengan pendekatan sistem tersebut, model ini bisa dikatakan salah satu model terbaik karena mirip dengan perancangan sebuah software.

Model ini adalah model yang mengikuti pola dasar instructional design ADDIE (analysis, design, development, implementation and

PPSI adalah sistem yang saling berkaitan dari satu instruksi yang terdiri atas urutan, desain tugas yang progresif bagi individu dalam belajar

PPSI merupakan model desain pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan berguna untuk menyusun satuan pelajaran.

Page 10: Model Pengembangan Desain Instruksional

10Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional

Model: KEMP BANATHY DICK & CAREY PPSIevaluation ).

Karakteristik: Diagram pengembangannya berbentuk oval yang tidak memiliki titik awal tertentu.

Memberi kesempatan kepada para pengembang untuk dapat memulai dari komponen manapun.

Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi.

Desain pembelajaran adalah proses yang sistematis dan linear.

Penyusunan sistem instruksional dilakukan melalui tahapan-tahapan yang jelas.

Secara garis besar tahapan-tahapan yang dimilikinya terdiri dari proses rancangan dan proses pelaksanaan.

Termasuk model rectilinear. Model rectilinear gagal mengenali kompleksitas dari proses design

Dalam penerapan model ini, setiap komponen bersifat penting dan tidak boleh ada yang dilewati

Penggunaan model ini mungkin akan menghalangi kreatifitas instructional designer profesional

Menyediakan pendekatan sistematis terhadap kurikulum dan program design. Ketegasan model ini susah untuk diadaptasikan ke tim dengan banyak anggota dan beberapa resources yang berbeda

Cocok diterapkan untuk elearning skala kecil, misalnya dalam bentuk

Pedoman untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program secara sistematis

Memiliki lima langkah pokok, yakni merumuskan tujuan khusus, menyusun alat evaluasi, menentukan KBM, merencanakan program KBM, dan melaksanakan program belajar mengajar

Page 11: Model Pengembangan Desain Instruksional

11Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional

Model: KEMP BANATHY DICK & CAREY PPSIunit, modul, atau lesson

Kelemahan: Kurang lengkap dan kurang sistematis

Tidak melibatkan penilaian ahli, sehingga ada kemungkinan perangkat pembelajaran yang dilaksanakan terdapat kesalahan.

Tidak memberikan perhatian khusus pada proses pengembangan tes

Tidak ada spesifikasi yang jelas tentang cara perancangan sistem

Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan

Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM dapat di kembangkan sesuai dengan langkah-langkah tersebut

Tidak cocok diterapkan dalam elearning skala besar

Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif

pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak nampak secara jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi)

Tidak ada kejelasan mana yang harus didahulukan antara analisis konsep dan analisis tugas.

Page 12: Model Pengembangan Desain Instruksional

12Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional

Model: KEMP BANATHY DICK & CAREY PPSI

Kelebihan: Diagram pengembangannya yang berbentuk oval yang tidak memiliki titik awal tertentu, sehingga dapat memulai perancangan secara bebas

Bentuk oval itu juga menunjukkan adanya saling ketergantungan di antara unsur-unsur yang terlibat

Dalam setiap unsur ada kemungkinan untuk dilakukan revisi, sehingga memungkinkan terjadinya sejumlah perubahan dari segi isi maupun perlakuan terhadap semua unsur tersebut selama pelaksanaan program.

Berorientasi pada kemampuan siswa

Pembelajaran berdasarkan pada analisis tugas

Revisi didasarkan pada identifikasi kelebihan dan kekuatan implementasi

Ada tiga aspek kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotorik)

Ada pengujian dan revisi sistem

Analisis tugas tersusun secara terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara hierarkis

Adanya uji coba yang berulang kali menyebabkan hasil yang diperoleh sistem dapat diandalkan

Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti

Teratur, efektif dan efisien dalam pelaksanaan

Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang terperinci, sehingga mudah diikuti

Adanya revisi pada analisis instruksional, di mana hal tersebut merupakan hal yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan maka segera dapat

Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bukan untuk mengembangkan sistem pembelajaran,

Uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis,

Dalam pengembangannya melibatkan penilaian ahli, sehingga sebelum dilakukan uji coba di lapangan perangkat pembelajaran telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian, saran dan masukan para ahli

Page 13: Model Pengembangan Desain Instruksional

13Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional

Model: KEMP BANATHY DICK & CAREY PPSIdilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya

Sangat lengkap komponennya, hampir mencakup semua yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran.

Page 14: Model Pengembangan Desain Instruksional

14Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional

MODEL DESAIN SISTEM INSTRUKSIONAL BERORIENTASI PENCAPAIAN KOMPETENSI (DSI-PK)

DSI-PK adalah gambaran proses rancangan sistematis tentang pengembangan pembelajaran, baik mengenai proses maupun bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pencapaian kompetensi.

Gambar Model DSI-PK

Dari keempat model pengembangan sistem pembelajaran yang telah dibahas

sebelumnya (Kemp, Dick & Carey, Banathy, dan PPSI), menunjukkan bahwa

keempatnya memiliki beberapa perbedaan, namun juga memiliki persamaan.

Dengan adanya perbedaan itu menyebabkan masing-masing  model memiliki

kelebihan dan kekurangan. Dari keempat model tersebut dapat ditarik persamaan

bahwa pada dasarnya ketiganya terdiri atas empat tahap pengembangan, yakni: (1)

pendefinisian, (2) perancangan, (3) pengembangan, dan (4) penyebaran.

Sementara kunci dari DSI-PK adalah kreatifitas guru dan memiliki tiga tahap

yang sangat penting, yakni:

1. Analisis kebutuhan, yaitu proses penjaringan informasi tentang

kompetensi yang dibutuhkan anak didik sesuai jenjang pendidikan. Proses

ini meliputi dua hal pokok, yakni analisis kebutuhan akademis dan

kebutuhan nonakademis.

2. Pengembangan, yakni proses mengorganisasikan materi pelajaran dan

pengembangan proses pembelajaran.

Page 15: Model Pengembangan Desain Instruksional

15Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional

3. Pengembangan alat evaluasi, yang meliputi evaluasi formatif dan evaluasi

sumatif.

Selain itu DSI-PK dan keempat model pengembangan desain pembelajaran tadi

sama-sama menggunakan kerangka berfikir pendekatan sistem. Sistem adalah

keseluruhan dari bagian-bagian yang saling berkaitan dan bekerja sama untuk

mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan.

Proses yang melibatkan berbagai komponen dalam kerangka sistem diarahkan

untuk mencapai tujuan tersebut.

DSI-PK memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Sederhana dengan tahapan yang jelas dan bersifat praktis

2. Langkah yang harus ditempuh digambarkan dengan jelas

3. Desain yang merupakan pengembangan dari analisis kebutuhan

4. Adanya penekanan pada penguasaan kompetensi sebagai hasil belajar

yang dapat diukur.

Page 16: Model Pengembangan Desain Instruksional

16Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional

Bacaan Rujukan

______________. (2004). Dick and Carey Model. [online]. Tersedia:

http://www.instructionaldesign.org/models/dick_carey_model.html.

[Tanggal diakses: 22 Juni 2009]

______________. (2004). Kemp Design Model. [online]. Tersedia:

http://www.instructionaldesign.org/models/kemp_model.html. [Tanggal

diakses: 22 Juni 2009]

Kusumah, Wijaya. (2008). Aplikasi Model Desain Pembelajaran di Sekolah.

[online]. Tersedia: http://wijayalabs.wordpress.com/2008/07/11/aplikasi-

model-desain-pembelajaran/. [Tanggal diakses: 22 Juni 2009]

Qureshi, Elena. (2004). Instructional Design Models. [online]. Tersedia:

http://web2.uwindsor.ca/courses/edfac/morton/intructional_design.htm.

[Tanggal diakses: 22 Juni 2009]

Rusdi, Andi. (2008). Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran. [online].

Tersedia: http://anrusmath.wordpress.com/2008/08/16/pengembangan/.

[Tanggal diakses: 22 Juni 2009]

Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.