model pemetaan daerah miskin menggunakan sistem informasi...

21
Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi Geografis Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer Peneliti Aloysius C. Deo S.N (672008070) Kristoko Dwi Hartomo, M.Kom Frederik Samuel Papilaya, S.Kom., M.Cs Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Januari 2016

Upload: hoangbao

Post on 08-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara

Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan

Sistem Informasi Geografis

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer

Peneliti

Aloysius C. Deo S.N (672008070)

Kristoko Dwi Hartomo, M.Kom

Frederik Samuel Papilaya, S.Kom., M.Cs

Program Studi Teknik Informatika

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

Januari 2016

Page 2: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara
Page 3: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara
Page 4: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara
Page 5: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara

Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan

Sistem Informasi Geografis

1)

Aloysius C. Deo S. N, 2)

Kristoko Dwi Hartomo, 3)

Frederik Samuel Papilaya

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711, Indonesia

Email: 1)

[email protected], 2)

[email protected], 3)

[email protected]

Abstract

Poverty has always been a problem in every country, including Indonesia, as a developing country. One of the efforts to accelerate poverty reduction is determining

poorer areas. Mapping poor areas using Geographic Information System (GIS) web-

based, represents the statistical data that become information as visualization maps to

facilitate the reading of data and find out the poorest areas. The conclusion is the statistical data that is processed by quartiles and visualized with GIS, mapping models

can generate sufficient, rather poor, poor and the poorest.

Keywords: Geografis Information System, GIS, Poverty, WebGIS

Abstrak

Kemiskinan selalu menjadi permasalahan di setiap negara, termasuk Indonesia

terlebih sebagai negara berkembang. Proses pengentasan kemiskinan dilakukan dengan berbagai upaya. Salah satu percepatan penanggulang kemiskinan diperlukan upaya

penajaman dalam menetapkan sasaran daerah miskin. Pemetaan daerah miskin

menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis web mampu merepresentasi data statistik menjadi informasi berupa visualisasi peta sehingga dapat mempermudah

pembacaan data dan mengetahui sasaran hingga daerah termiskin. Kesimpulannya

adalah data statistik yang diolah dengan distribusi frekuensi dan tervisualisasi dengan SIG menghasilkan model pemetaan daerah cukup, agak miskin, miskin dan termiskin.

Kata Kunci : Sistem Informasi Geografis, SIG, Kemiskinan, WebGIS

_________________________________________________________________

1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Sistem Informasi,

Universitas Kristen Satya Wacana 2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana 3 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana

Page 6: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara

1

1. Pendahuluan

Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat

kesejahteraan suatu rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat

kemiskinan disuatu wilayah lazim digunakan untuk mengukur tingkat

kesejahteraan di wilayah tersebut. Dengan demikian, kemiskinan menjadi salah

satu tema utama pembangunan. Keberhasilan dan kegagalan pembangunan

acapkali diukur berdasarkan perubahan pada tingkat kemiskinan [1]. Istilah

kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu

mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan

minimal dari standar hidup tertentu. Dalam arti proper, kemiskinan dipahami

sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan

hidup. Seseorang masuk dalam kriteria miskin jika pendapatannya berada

dibawah garis kemiskinan [2]. Jika dilihat dari jumlah penduduk, sebagian besar

penduduk miskin berada di pulau Jawa (15,54 juta dari 28,55 juta penduduk

miskin di Indonesia) menjadikannya salah satu fokus utama pemerintah dalam

pengentasan kemiskinan. Terdapat 6 provinsi di pulau Jawa, yaitu: DKI Jakarta,

Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten. Berikut data

jumlah presentase penduduk miskin pada ke 6 provinsi tersebut.

Tabel 1 Kemiskinan Menurut Provinsi di Pulau Jawa, September 2013

Sumber: Diolah dari data SUSENAS, September 2013

Dari tabel 1.1 terlihat bahwa Provinsi Jawa Tengah menempati urutan ke-2

sebagai provinsi termiskin dengan jumlah penduduk miskin sebesar 4,561,830

orang. Angka kumulatif jumlah penduduk miskin Jawa Tengah di atas patut

menjadi perhatian pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan di wilayah Jawa

Tengah. Hal ini dipengaruhi oleh kepadatan penduduk diwilayah Jawa Tengah

dengan banyaknya jumlah penduduk yang tergolong miskin. Dalam rangka

percepatan penanggulang kemiskinan diperlukan upaya penajaman yang melitputi

penetapan sasaran, perancangan dan keterpaduan program, monitoring dan

evaluasi, serta efektifitas anggaran perlu dilakukan penguatan kelembagaan secara

nasional guna menanggulangi kemiskinan [3]. Dalam melaksanakan strategi

penanggulangan kemiskinan diperlukan informasi yang akurat dan sangat

tergantung pada ketepatan mengidentifikasi kelompok masyarakat miskin dan

area miskin atau peninjauan kemiskinan secara makro.

Provinsi Penduduk Miskin

(000)

Presentase

(%)

DKI Jakarta 412,79 4,09

Jawa Barat 4238,96 9,18

Banten 649,19 5,51

Jawa Tengah 4561,83 13,58

DI Yogyakarta 532,59 14,55

Jawa Timur 4748,42 12,28

Page 7: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara

2

Untuk membantu pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan, dapat

dikembangkan suatu peta kemiskinan daerah. Peta kemiskinan dapat diartikan

sebagai representasi visual data daerah beserta kondisi sosial ekonominya.

Teknologi berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan teknologi yang

mampu melakukan visualisasi data, disamping itu SIG dapat digunakan dalam hal

menilai kemiskinan secara kewilayahan[4]. SIG mampu menggabungkan tampilan

peta dengan data bawaan peta serta data lain yang terkait dalam rangka

menyajikan suatu informasi mengenai suatu wilayah pada peta. Dengan

menyediakan data dan informasi persebaran kemiskinan berbasis SIG, program

dalam jangka pendek seperti bantuan dari pemerintah dapat disalurkan tepat pada

sasaran.

2. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu yang menggunakan Sistem Informasi Geografi adalah

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran industri di

Kabupaten Gresik. Dinas Lingkungan Gresik dalam peningkatan kualitas

pelayanannya menerapkan Sistem Informasi Geografi ke dalam aplikasi yang

mampu menampilkan peta berkemampuan memberikan informasi mengenai hasil

pemantauan pencemaran udara, sungai dan laut dengan membandingkan

parameter-parameter yang melebihi standar baku mutu. Kesimpulan yang diambil

dari hasil perancangan sistem dan penerapan perangkat lunak dari aplikasi tingkat

pencemaran industri ini yaitu mendigitasi peta tematik yang telah ada untuk

memetakan titik pantau pencemaran udara, sungai dan laut, industri dan daerah

pengembangan industri [5].

Penelitian lain mengenai sistem pengolahan data spasial dengan

memanfaatkan Sistem Informasi Geografi yang digunakan untuk menentukan

daerah prioritas rehabilitasi di cekungan Bandung, yang nantinya rehabilitasi

tersebut guna mengurangi degradasi fungsi hidrologi yang sedang terjadi. Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan menggunakan analisis spasial tematik

curah hujan, kemiringan lereng, pemeabilitas tanah, penggunaan lahan dihasilkan

peta tematik kekritisan resapan air yang tersimpan dalam basis data spasial [6].

Dalam penelitian ini pemanfaatan Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah

untuk menyajikan model pemetaan daerah miskin di provinsi Jawa Tengah,

berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

kemudian dilakukan pengelompokan data statistik guna menentukan tingkat

kemiskinan. Terdapat 3 (tiga) indikator untuk perhitungan kemiskinan yang

digunakan dan menjadi acuan BPS dan penelitian ini, yaitu presentase penduduk

miskin, indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan.

Penyajian data berupa webform, yang dapat menampilkan peta dengan tingkat

kemiskinan disetiap Kabupaten/Kota provinsi Jawa Tengah.

Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang

dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Kemiskinan didefinisikan

sebagai standar hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi

dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat

yang bersangkutan. Secara ekonomis, kemiskinan juga dapat diartikan sebagai

Page 8: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara

3

kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan

sekelompok orang. Kemiskinan terjadi ketika seseorang atau sekelompok orang,

baik laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk

mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermatabat [7]. Berbagai

masalah kemiskinan dapat dikelompokkan dalam empat terminologi, yaitu

kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, kemiskinan kultural dan kemiskinan

struktural. Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh

kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan

masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar

minimum disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu

dan perhatian terfokus pada golongan penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen

atau 40 persen lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan menurut

pendapatan/pengeluaran. Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin.

Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

pendapatan/pengeluaran penduduk sehingga dengan menggunakan definisi ini

berarti “orang miskin selalu hadir bersama kita”. Kemiskinan absolut, ditentukan

berdasarkan ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi

kebutuhan pokok minimumnya seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan

dan pendidikan. Kebutuhan pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran

finansial dalam bentuk uang dan nilai minimum kebutuhan dasar yang dikenal

dengan istilah garis kemiskinan. Oleh karena itu, penduduk yang pendapatannya

di bawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin. [8]. BPS

menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs

approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai

ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan

dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin

adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah

garis kemiskinan. Indikator kemiskinan dilihat dari pendekatan kebutuhan dasar

(basic need approach), ada 3 indikator kemiskinan yang digunakan untuk

perhitungan kemiskinan: Presentase Penduduk Miskin atau Headcount Index,

Indeks Kedalaman Kemiskinan atau Poverty Gap Index, Indeks Keparahan

Kemiskinan atau Poverty Severity Index [8].

Statistik merupakan suatu ilmu yang dimanfaatkan guna pengolahan data,

analisis data sehingga mampu menghasilkan gejala/keadaan secara lebih spesifik

[9]. Distribusi frekuensi bilangan adalah distribusi yang berisikan data berupa

angka-angka, dimana data itu dibagi atas golongan-golongan yang dinamakan

kelas-kelas, menurut besarnya bilangan.

Langkah-langkah dalam membuat distribusi frekuensi bagi segugus data

kuantitatif adalah sebagai berikut: a. Menentukan banyaknya kelas yang

diperlukan; b. Menentukan wilayah data tersebut (Range); c. Membagi wilayah

dengan banyaknya kelas untuk menduga lebar selangnya; d. Menentukan limit

bawah kelas bagi selang yang pertama dan batas bawah kelas, tambahkan lebar

kelas pada batas bawah kelas untuk mendapatkan batas atas kelas; e.

Mendaftarkan semua limit kelas bagi masing-masing selang dengan meratakan

limit kelas atau batas kelas; g. Menentukan frekuensi bagi masing-masing kelas;

Page 9: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara

4

h. Menjumlah kolom frekuensi dan mencocokkan hasilnya dengan banyaknya

total pengamatan.

Proses pembentukan banyaknya kelas, yaitu dengan menggunakan aturan

Sturges, sebagai berikut.

𝑘 = 1 + 3.3 log𝑛 (1)

dimana: k = banyaknya kelas

n = banyaknya pengamatan

Wilayah kelas atau range dari data yang dihadapi adalah selisih antara nilai

data yang terbesar dengan nilai data yang terkecil.

Sistem Informasi Geografis didefinisikan sebagai sistem berbasis komputer

yang digunakan untk memasukkan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan

mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai

tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan[10].

Gambar 1 Subsistem-subsistem SIG[10]

Gambar 1 menjelaskan mengenai uraian SIG menjadi beberapa subsistem.

Data Input merupakan subsistem pengumpul, mempersiapkan, dan menyimpan

data spasial dan atributnya. Subsistem ini juga mentransformasikan format data

asli ke dalam format yang dapat digunakan oleh perangkat SIG (native). Data

Output adalah subsistem yang menampilkan keluaran seluruh atau sebagian basis

data baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy. Keluaran juga diekspor

menjadi bentuk format yang dikehendaki. Data Management mengorganisasikan

baik data spasial maupun tabel-tabel atribut terkait ke dalam sebuah sistem basis

data hingga mudah proses retriving, updating, dan editing. Data Manipulation &

analisis merupakan subsistem yang menentukan informasi-informasi yang dapat

dihasilkan oleh SIG. Subsistem ini juga melakukan proses manipulasi yakni

Data

Output

SIG

Data

Management

Data Input

Data

Manipulation

& Analysis

Page 10: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara

5

evaluasi penggunaan fungsi operator matematis, dan pemodelan data untuk

menghasilkan informasi yang diharapkan.

SIG memiliki kekuatan dan fleksibilitas lebih dibanding peta konvensional.

Kelebihan yang sangat jelas dari SIG yaitu kemudahan, keefisienannya,

kedinamisannya dalam menyajikan peta yang berdasarkan tema-tema tertentu

(tematik) tanpa harus melakukan perubahan besar.

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut.

Tahapan Tujuan

Langkah 1Studi Kepustakaan &

Identifikasi DataKemiskinan

*Inventarisasi Data Primer:

Internet Survey (BPS)

*Inventarisasi Data Sekunder

Studi Pustaka suatu wilayah

-Data Angka Kemiskinan

-Indikator Kemiskinan

-Perhitungan Kemiskinan

suatu wilayah

Stastika: Range dan Distribusi

Frekuensi

Sistem Informasi Geografi

Alat/Bahan/Luaran

Langkah 2Penerapan Statistik

Range dalam

Distribusi Frekuensi

untuk status/kategori

wilayah miskin

Pengelompokan data menurut

indikator

Pensortiran data per indikator

(asc)

Pengelompokan setelah

pengolahan data

menghasilkan 4 kategori

miskin: Cukup, Miskin, Cukup

Miskin, Sangat Miskin. Dari 3

indikator: Presentase pddk

Miskin, Indeks kedalaman,dan

keparahan kemiskinan.

Langkah 3 Perancangan dan

Pembangunan Sistem

Pemodelan &

Pemetaaan

Kemiskinan berbasis

Spasial

1. Desain Sistem Kode

Sistem PHP & mapserver

2. Desain Basisdata dengan

MySQL

3 Implementasi SIG dengan

ArcViewGIS

4 Konfigurasi Server Local

5.. Rancangan Arsitektur

6. GUI

7. Rancangan Basisdata

8. Aplikasi

Gambar 2 Metode Penelitian

Tahapan awal yaitu identifikasi data dan memperoleh informasi kemiskinan.

Pengidentifikasian data dan informasi kemiskinan terdiri dari: 1) Ketersediaan

data kemiskinan wilayah dari Badan Pusat Statistik (BPS), 2) Proses perhitungan

angka kemiskinan berdasarkan indikator kemiskinan, 3) Ketersediaan data dan

informasi tentang persebaran kemiskinan suatu wilayah berdasarkan kriteria yang

ditentukan.

Page 11: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara

6

Tahapan berikutnya adalah pengelompokan data berdasarkan 3 indikator

yang dipakai, yaitu Persentase Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan,

dan Indeks Keparahan Kemiskinan. Pengelompokan data dengan distribusi

frekuensi pada penelitian ini yaitu mengelompokkan data-data dari sejumlah besar

data kedalam 4(empat) kelas dan kemudian dilakukan penggolongan kategori

kemiskinan di antaranya: cukup, hampir miskin, miskin, dan sangat miskin. Pada

Tabel 1 merupakan data kemiskinan yang telah tersortir secara ascending,

semakin tinggi nilai berdasarkan indikator, mengindikasikan semakin tingginya

bobot kemiskinan suatu daerah.

Tabel 1 Tabel Pengelompokan Data

Presentase Penduduk

Miskin

Indeks Kedalaman

Kemiskinan

Indeks Keparahan

Kemiskinan

Kota Semarang

Kota Salatiga

Kudus

Kota Pekalongan Jepara

Semarang

Kota Magelang

Kota Tegal

Sukoharjo

Tegal

Temanggung

Boyolali

Kota Surakarta

Karanganyar

Magelang

Kendal Pati

Batang

Wonogiri

Blora

Pekalongan

Purworejo

Klaten

Sragen

Grobogan

Cilacap

Demak Banjarnegara

Pemalang

Banyumas

Kebumen

Brebes

Wonosobo

Rembang

Purbalingga

5.12

8.28

9.01

9.36 10.18

10.50

10.51

10.62

10.94

13.11

13.46

13.72

13.96

13.98

14.14

14.47 14.48

14.67

15.67

16.27

16.29

16.61

17.47

17.49

17.86

18.11

18.76 19.17

19.96

20.20

22.70

23.01

23.15

23.40

24.58

Kota Semarang

Kudus

Kota Salatiga

Kota Pekalongan Jepara

Semarang

Sukoharjo

Kota Magelang

Kota Tegal

Temanggung

Tegal

Karanganyar

Magelang

Kota Surakarta

Batang

Boyolali Blora

Pekalongan

Pati

Grobogan

Purworejo

Sragen

Klaten

Wonogiri

Cilacap

Pemalang

Banjarnegara Kendal

Rembang

Banyumas

Kebumen

Demak

Wonosobo

Purbalingga

Brebes

0.89

0.92

0.94

1.11 1.12

1.45

1.54

1.61

1.72

1.73

1.78

1.98

2.05

2.19

2.29

2.34 2.38

2.40

2.43

2.48

2.67

2.85

2.95

3.02

3.04

3.19

3.34 3.48

3.50

3.56

3.68

3.75

3.96

4.00

4.27

Kota Salatiga

Kudus

Kota Pekalongan

Jepara Kota Semarang

Semarang

Sukoharjo

Temanggung

Tegal

Kota Magelang

Kota Tegal

Magelang

Karanganyar

Grobogan

Pekalongan

Surakarta Batang

Blora

Purworejo

Sragen

Pati

Boyolali

Klaten

Pemalang

Cilacap

Rembang

Kebumen Banjarnegara

Wonogiri

Banyumas

Purbalingga

Wonosobo

Demak

Brebes

Kendal

0.16

0.16

0.19

0.22 0.25

0.31

0.34

0.34

0.35

0.39

0.44

0.46

0.50

0.52

0.53

0.53 0.54

0.61

0.65

0.66

0.68

0.71

0.75

0.80

0.81

0.83

0.92 0.92

0.92

0.99

1.08

1.09

1.14

1.17

1.30

Berdasarkan tabel 1, dapat dilakukan pembentukan distribusi frekuensi

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Page 12: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara

7

Langkah 1: Menentukan kelas, yaitu 4 (empat) dengan penggolongan cukup,

hampir miskin, miskin, sangat miskin

Langkah 2: Range data ditentukan dengan rumus R = nilai maksimum – nilai

minimum.

Range Persentase Penduduk Miskin = 19.45

Range Indeks Kedalaman Kemiskinan = 3.38

Range Indeks Keparahan Kemiskinan = 1.14

Langkah 3: Lebar selang merupakan Range dibagi jumlah kelas, yaitu 4 (empat)

Lebar selang Persentase Penduduk Miskin = 4.86

Lebar selang Indeks Kedalaman Kemiskinan = 0.85

Lebar selang Indeks Keparahan Kemiskinan = 0.29

Langkah 4: Tabel distribusi frekuensi

DF Persentase Penduduk Miskin

Selang Kelas Frekuensi Kategori

5.12 – 9.98

9.99 – 14.85

14.86 – 19.72

19.73 – 24.59

4

14

10

7

Cukup

Hampir Miskin

Miskin

Sangat Miskin

DF Indeks Kedalaman Kemiskinan

Selang Kelas Frekuensi Kategori

0.89 – 1.74

1.75 – 2.60

2.61 – 3.46

3.47 – 4.32

10

10

7

8

Cukup

Hampir Miskin

Miskin

Sangat Miskin

DF Indeks Keparahan Kemiskinan

Selang Kelas Frekuensi Kategori

0.15 – 0.44

0.45 – 0.74

0.75 – 1.04

1.05 – 1.34

11

11

8

5

Cukup

Hampir Miskin

Miskin

Sangat Miskin

Sebelum proses pembuatan aplikasi, terlebih dahulu dilakukan proses

perancangan sistem, hal ini dilakukan dengan tujuan supaya aplikasi yang dibuat

dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan, yaitu mampu

membantu pengembangan model pemetaan daerah miskin dengan sistem

informasi geografis.

Page 13: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara

8

USER

Laye

r

Pres

enta

si

Model Klasifikasi

Wilayah Miskin

Laye

r

Aplik

asi

Tool

sLa

yer

Stor

age

.sql .shp .xsl

Mapserver

ArcView

MySql

Representasi

KontenGrafis

GeoSpasial

Gambar 3 Rancangan Representasi Informasi Geografis berbasis SIG

Gambar 3 merupakan rancangan representasi informasi geografis

menggunakan teknologi berbasis SIG bertujuan memberikan informasi

kemiskinan daerah kepada pengguna yang dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu:

1) penyimpanan data (.sql, .xls, .shp); 2) alat permrosesan data menggunakan

MySql, ArcView dan mapserver, pemrosesan data menyisipkan fungsi statistik

yakni kuartil; 3) aplikasi model daerah miskin; dan 4) representasi data.

Gambar 4 menjelaskan bagaimana arsitektur SIG yang meliputi 4 bagian

besar berdasarkan dengan proses dan perangkat lunak yang digunakan yaitu dari

proses manual untuk mengumpulkan data, lalu menggunakan perangkat lunak

Map Server GIS dalam pengolahan peta, MySQL untuk mengolah basis data serta

bahasa PHP untuk melakukan coding.

USER

Database

.XLS

PHP

Map Server

MySql

Admin

HTML CSS

JvscrptBrowser

MapScript

MySql

Query

.Sql .Shp

Gambar 4 Rancangan Arsitektur SIG

Setelah melakukan perancangan terhadap aplikasi secara garis besar,

selanjutnya perlu dilakukan perancangan terhadap antar muka yang akan

digunakan untuk aplikasi. Antar muka ini merupakan media user yang akan

berkomunikasi dengan aplikasi. Perancangan antar muka untuk aplikasi ini antara

lain.

Page 14: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara

9

Header

Menu

Content

Gambar 5 Rancangan Tampilan Aplikasi

Gambar 5 merupakan tampilan rancangan. Tampilan rancangan terdiri dari

header , menu dikanan dan content yang ditampilakan berada di kanan.

4. Hasil pembahasan dan implementasi

Implementasi model pemetaan daerah miskin dilakukan dengan membuat

aplikasi berbasis web. Penerapan sistem informasi geografis telah mampu

memadukan MySQL sebagai database atribut dan MapServer sebagai mesin

database spasial. Keduanya telah berhasil diimplementasikan pada tampilan

antarmuka sistem. Pengguna akan memperoleh kesatuan informasi secara spasial

dan atribut.

Sistem informasi geografis ini dapat menampilkan model pemetaan daerah

miskin. Daerah miskin yang menjadi pemodelan adalah provinsi Jawa Tengah

tahun 2013 yang mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS). Perhitungan

kemiskinan oleh BPS didasarkan pada 3 (tiga) indikator yakni Persentase

Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan, dan Indeks Keparahan

Kemiskinan.

Page 15: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara

10

Gambar 6 Hasil Query Daerah

Hasil query informasi detail kabupaten/kota provinsi Jawa Tengah dapat

diketahui jika salah satu daerah kabupaten/kota pada peta dipilih. Daerah

kabupaten/kota yang dipilih akan menampilkan nama daerah beserta nilai dari

masing-masing indikator yang dipakai. Gambar 6 menampilkan hasil query

daerah kota Salatiga dimana dapat dilihat profil kemiskinan berdasarkan indikator

yang dipakai dengan nilai persentase penduduk miskin: 8.28, indeks kedalaman

kemiskinan: 0.94, dan indeks keparahan kemiskinan: 0.16.

Kode Program 1 Pilih Daerah Kabupaten/Kota pada Peta 1. function pilih_lokasi(){

2. $oExt = $GLOBALS["prov_jateng"];

3. $fMinX = $oExt->extent->minx;

4. $fMinY = $oExt->extent->miny;;

5. $fMaxX = $oExt->extent->maxx;;

6. $fMaxY = $oExt->extent->maxy;;

7. $GLOBALS["prov_jateng"]->setextent( $fMinX, $fMinY,$fMaxX,

$fMaxY );

8. $fW = $GLOBALS["prov_jateng"]->width;

9. $fH = $GLOBALS["prov_jateng"]->height;

10. $nX = intval($GLOBALS["posisiklik"]->x) ;

11. $nY = intval($GLOBALS["posisiklik"]->y) ;

12. $nGeoX = Pix2Geo($nX, 0, $fW, $fMinX, $fMaxX, 0);

13. $nGeoY = Pix2Geo($nY, 0, $fH, $fMinY, $fMaxY, 1);

14. $GLOBALS["lokasiklik"]->setXY($nGeoX, $nGeoY);}

Kode Program 1 diatas ini merupakan fungsi untuk proses pemilihan daerah

pada peta.

Kode Program 2 Tampilkan Data 1. function get_data(){

2. pilih_lokasi();

3. $olayer=$GLOBALS["prov_jateng"]->GetLayerByName("NAMA_KAB");

4. if(@$olayer->QueryByPoint($GLOBALS["lokasiklik"],

Page 16: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara

11

MS_SINGLE,-1)==MS_SUCCESS){$olayer->Open();

5. $hasil=$olayer->GetResult(0);

6. $oshape=$olayer->GetShape($hasil->tileindex,$hasil->shapeindex);

7. $hasil= $oshape->values["NAMA_KAB"];

8. $GLOBALS["res"]= $hasil;

9. $olayer->Close;}else{$GLOBALS["res"]= "";}}

Sedangkan Kode Program 2 memiliki fungsi pemanggilan query nama

kabupaten dengan values NAMA_KAB pada file .dbf.

Kode Program 3 Menampilkan Peta dan akses database query lokasi 1. include ("skrip_jateng.php");//import halaman

2. include ("../coba_jateng/database.php");

3. $navigasi=$HTTP_POST_VARS["navigasi"];

4. $GLOBALS["psklikx"]=$HTTP_POST_VARS["mapa_x"];

5. $GLOBALS["pskliky"]=$HTTP_POST_VARS["mapa_y"];

6. $GLOBALS["posisiklik"]->setXY($psklikx,$pskliky);

7. peta();//pemanggilan function peta dari halaman impor

8. takepicture();//pemanggilan fungsi takepicture

9. $db=new dbPresentase;

10. $db->connect();//terhubung database/mysql 11. $pddk=$db->getPddk_miskin($GLOBALS["res"]); 12. $kdlm=$db->getIndeks_Kdlman($GLOBALS["res"]); 13. $kprhn=$db->getIndeks_Kprhan($GLOBALS["res"]); 14. echo "Wilayah ".$GLOBALS["res"]."<br>"; 15. echo "Presentase Penduduk Miskin ".$pddk."<br>"; 16. echo "Indeks Kedalaman Kemiskinan ".$kdlm[0]."<br>"; 17. echo "Indeks Keparahan Kemiskinan ".$kprhn."<br>";

Kode Program 3 berisi impor fungsi dan akses database sehingga setelah

daerah kabupaten/kota dipilih, data daerah miskin beserta nilai di setiap indikator

dapat ditampilkan.

Gambar 7 Model Pemetaan Persentase Penduduk Miskin

Page 17: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara

12

Gambar 7 menggambarkan pemetaan kemiskinan berdasarkan persentase

penduduk miskin. Keterangan warna adalah semakin gelap warna, semakin tinggi

nilai kemiskinan suatu daerah berdasarkan indikator. Terdapat 7 daerah dengan

warna paling gelap yaitu Purbalingga: 24.58, Rembang: 23.4 Wonosobo: 23.15,

Brebes: 23.01, Kebumen: 22.7, Banyumas: 20.2, Pemalang: 19.96. Nilai

persentase penduduk miskin di setiap daerah akan muncul pada tabel.

Kode Program 4 Kategori Kemiskinan Persentase Penduduk Miskin 1. $kab=array("KOTA MAGELANG","KOTA SALATIGA","KOTA TEGAL",

"KOTA PEKALONGAN","KOTA SURAKARTA","KUDUS",

"KOTA SEMARANG","SUKOHARJO","TEMANGGUNG",

"SEMARANG","BATANG","JEPARA","KARANGANYAR","PURWOREJO",

"BOYOLALI","KENDAL","BLORA","PEKALONGAN","REMBANG","WONOGIRI",

"SRAGEN","BANJARNEGARA","MAGELANG","PATI","WONOSOBO","TEGAL",

"KLATEN","DEMAK","PURBALINGGA","GROBOGAN","PEMALANG","KEBUMEN",

"CILACAP","BANYUMAS","BREBES");

2. $pddk=array();

3. $db=new dbPresentase;

4. for($a=0;$a<count($kab);$a++){

5. $db->connect();

6. $pddk=$db->getPddk_miskin($kab[$a]);

7. if(($pddk < 9.98)){

8. $r=255;$g=204;$b=204;}

9. else if(($pddk < 14.85)){

10. $r=255;$g=153;$b=153;} 11. else if(($pddk < 19.72)){ 12. $r=255;$g=102;$b=102;} 13. else if(($pddk <= 24.59)){

14. $r=255;$g=51;$b=51;}

Kode program 4 merupakan fungsi inisialisasi tingkat kemiskinan

berdasarkan nilai indikator tiap daerah menggunakan warna.

Gambar 8 Model Pemetaan Indeks Kedalaman Kemiskinan

Page 18: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara

13

Gambar 8 menggambarkan pemetaan kemiskinan berdasarkan Indeks

Kedalaman Kemiskinan. Terdapat 8 daerah dengan indeks kedalaman kemiskinan

paling tinggi yaitu Brebes: 4.27, Purbalingga: 4, Wonosobo: 3.96, Demak: 3.75,

Kebumen: 3.68, Banyumas: 3.56, Rembang: 3.5, Kendal: 3.48.

Gambar 9 Model Pemetaan Indeks Keparahani Kemiskinan

Gambar 9 menggambarkan pemetaan kemiskinan berdasarkan Indeks

Keparahan Kemiskinan. Terdapat 5 daerah dengan indeks keparahan kemiskinan

paling tinggi yaitu Kendal: 1.3, Brebes: 1.17, Demak: 1.14, Wonosobo: 1.09,

Purbalingga: 1.08.

Berikut ini adalah hasil pengujian dengan metode black-box.

No Skenario Hasil Status

01 Menampilkan

gambar peta

menggunakan

Mapserver

Peta Prov.Jateng

dapat

ditampilkan

dalam web-based

Berhasil

02 Memilih lokasi

kabupaten/kota

dengan test case

– klik daerah

User dapat

melihat informasi

sesuai daerah

yang dipilih

Berhasil

03 Menampilkan

hasil query

daerah yang

dipilih

Hasil query

berupa nama

kabupaten/kota,

data miskin

berdasarkan

indikator yang

Berhasil

Page 19: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara

14

dipakai.

04 Menampilkan

model pemetaan

berdasarkan

indikator

Persentase

Penduduk Miskin

Model pemetaan

dengan Indikator

Persentase

Penduduk

Miskin. Warna

semakin gelap,

semakin tinggi

status

kemiskinan

Berhasil

05

Menampilkan

model pemetaan

berdasarkan indikator Indeks

Kedalaman

Kemiskinan

Model pemetaan

dengan Indeks

Kedalaman Kemiskinan

Miskin. Warna

semakin gelap,

semakin tinggi

status kemiskinan

Berhasil

06

Menampilkan

model pemetaan

berdasarkan

indikator Indeks

Keparahan Kemiskinan

Model pemetaan

dengan Indeks

Kedalaman

Kemiskinan

Miskin. Warna semakin gelap,

semakin tinggi

status kemiskinan

Berhasil

07 Fungsi Login

Masuk menu data

jika username

dan password

cocok dengan database

Berhasil

08 Tambah data File input

berformat .csv

dapat

ditambahkan ke

database

Berhasil

Bentuk dari pengujian yang dilakukan adalah pengujian kebenaran

fungsional unit program, pengujian yang dilakukan menggunakan teknik

pengujian Black-Box. Pengujian black-box dilakukan untuk menemukan

kesalahan yang terjadi seperti fungsi yang tidak benar/hilang, kesalahan interface,

kesalahan struktur data, kesalahan kinerja, atau kesalahan inisialiasi dan terminasi.

Hasil pengujian black-box dapat dijelaskan hubungan proses yang terjadi pada

proses pengolahan data sistem mencakup proses pengelompokan data, proses

kategorisasi, dan pemanggilan data. Pengujian aplikasi menghasilkan nilai

masing-masing daerah kabupaten/kota berdasarkan ketiga indikator tervisualisasi,

dapat diamati bahwa terdapat 3 (tiga) kabupaten yang memiliki nilai paling tinggi

pada setiap indikator yang digunakan.

Page 20: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara

15

Pada model pemetaan ini, kabupaten Purbalingga, Wonosobo, dan Brebes

memiliki warna paling gelap pada setiap indikator. Warna paling gelap

merepresentasikan skor tinggi, yang dapat diartikan tingkat kemiskinan di daerah-

daerah tersebut adalah yang paling tinggi dibanding 32 kabupaten/kota provinsi

Jawa Tengah.

5. Simpulan

Model pemetaan daerah miskin menggunakan sistem informasi geografis

dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah khususnya BAPPEDA,

pemangku kepentingan lain, dan badan sosial untuk menentukan sasaran bantuan

bagi penduduk miskin sebagai pertolongan pertama dan langkah jangka pendek

dalam pengentasan kemiskinan. Hasil pengolahan data menggunakan range pada

statistik dan distribusi frekuensi guna pengkategorian tingkat kemiskinan

mengacu besaran nilai dari tiap indikator, yaitu Persentase Penduduk Miskin,

Indeks Kedalaman, dan Keparahan Kemiskinan. Pengolahan data dan visualisasi

data sekunder menjadi model pemetaan ke dalam SIG ini masih sangat sederhana

dan masih dapat dilakukan banyak pengembangan lain yaitu seperti menambah

indikator kemiskinan sehingga dapat meningkatkan akurasi dalam penentuan

daerah miskin. Metode dapat menggunakan Sistem Pengambil Keputusan (SPK)

sehingga mempercepat pemrosesan data menjadi informasi yang lebih terukur.

Dapat juga dikembangkan menjadi model pemetaan prediksi atau tingkat

kerentanan daerah terhadap kemiskinan.

6. Daftar Pustaka

[1] Suryahadi, Asep dan Sumarto. 2001. ”Memahami Kemiskinan Kronis dan

Kemiskinan Sementara di Indonesia.” Smeru Newsletter, No.03, Mei - Juni.

2001

[2] Badan Pusat Statistik. Berita Resmi Statistik (2007). Tingkat Kemiskinan di

Indonesia Tahun 2007. No. 38/07/Th.X, 2 Juli 2007..

[3] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia PP-RI No. 15, 2010, Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan, www.bappenas.go.id, diakses tanggal 20

November 2014.

[4] Akinyemi, F. 2010, A Conceptual Poverty Mapping Data Model.Butare.

Rwanda: National University of Rwanda.

[5] Triyono, Joko dan Kunjung Wahyudi. 2008, Aplikasi Sistem Informasi

Geografi Tingkat Pencemaran Industri Di Kabupaten Gresik.

http://jurtek.akprind.ac.id/sites/default/files/hal-1-8-joko-gabung-ok.pdf.

Diakses 2 Desember 2014.

[6] Narulita, I. 2008, Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Menentukan

Daerah Prioritas Rehabilitasi di Cekungan Bandung. Jurnal Riset Geologi

dan Pertambangan Jilid 18 No.1 (2008) 23-35.

[7] Perpres Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJMN, Pokok-Pokok Materi Teori

Pengambilan Keputusan, Jakarta: Ghalia Indonesia

Page 21: Model Pemetaan Daerah Miskin Menggunakan Sistem Informasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9591/2/T1_672008070_Full... · Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat ... Secara

16

[8] Badan Pusat Statistik (BPS), 2008,

http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/23#subjekViewTab1|accordion-daftar-

subjek1. Diakses 12 September 2014

[9] Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

[10] Eddy Prahasta, Ir., MT., Sistem Informasi Geografis : Konsepkonsep Dasar,

Edisi Revisi, Informatika, Bandung, Oktober, 2002.