model pembelajaran kuantum

17
MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM (QUANTUM TEACHING & LEARNING) oleh : IPUTU GEDE BAGUS SUNARDIANA Nim : 0711031603 jurusan : S1 PGSD,UNDIKSHA SINGARAJA BALI A. JUDUL PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM (QUANTUM TEACHING & LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA PARA SISWA KELAS V SEMESTER II SD NEGERI 1 BATUAGUNG KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA PROVINSI BALI TAHUN AJARAN 2010/2011 B. LATAR BELAKANG Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD, menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2007 tentang Standar Isi, tidak hanya menuntut penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan di atas, siswa SD harus mampu menguasai serangkaian Standar Kompetensi (SK) beserta Kompetensi Dasar (KD) yang tercantum dalam Standar Isi. Standar Kompetensi merupakan ketentuan pokok untuk dijabarkan lebih lanjut dalam serangkaian kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan secara efektif; sedangkan, Kompetensi Dasar adalah kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan efektif (Permendiknas No. 22 Tahun 2007). Penguasaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menunjukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan, hasil observasi 29 September 2010 di Kelas V, SD Negeri 1 Batuagung menunjukkan bahwa siswa belum mampu mengusai seluruh Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA secara maksimal. Dari seluruh Standar Kompetensi yang harus dikuasai, siswa belum mampu mengusai salah satu Standar Kompetensi, yaitu Standar Kompetensi “5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta

Upload: ananda-m-fadhil

Post on 24-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Model Pembelajaran Kuantum

MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM (QUANTUM TEACHING & LEARNING)

oleh : IPUTU GEDE BAGUS SUNARDIANANim : 0711031603jurusan : S1 PGSD,UNDIKSHA SINGARAJA BALIA. JUDUL PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM (QUANTUM TEACHING & LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA PARA SISWA KELAS V SEMESTER II SD NEGERI 1 BATUAGUNG KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA PROVINSI BALI TAHUN AJARAN 2010/2011

B. LATAR BELAKANG Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD, menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2007 tentang Standar Isi, tidak hanya menuntut penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan di atas, siswa SD harus mampu menguasai serangkaian Standar Kompetensi (SK) beserta Kompetensi Dasar (KD) yang tercantum dalam Standar Isi. Standar Kompetensi merupakan ketentuan pokok untuk dijabarkan lebih lanjut dalam serangkaian kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan secara efektif; sedangkan, Kompetensi Dasar adalah kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan efektif (Permendiknas No. 22 Tahun 2007). Penguasaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menunjukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan, hasil observasi 29 September 2010 di Kelas V, SD Negeri 1 Batuagung menunjukkan bahwa siswa belum mampu mengusai seluruh Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA secara maksimal. Dari seluruh Standar Kompetensi yang harus dikuasai, siswa belum mampu mengusai salah satu Standar Kompetensi, yaitu Standar Kompetensi “5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya” sesuai harapan. Hal tersebut ditujukan oleh tidaktercapaianya salah satu Kompetensi Dasar dari Standar Kompetensi tersebut, yaitu “5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuatpekerjaan lebih mudah dan lebih cepat”. Sehubungan dengan hal tersebut, hasil observasi di SD Negeri 1 Batuagung dengan jumlah siswa 22 anak, yang terdiri dari 8 anak laki-laki dan 14 anak perempuan, menunjukkan bahwa siswa belum mampu mencapai angka minimal daya serap 68% yang telah ditentukan dalam kurikulum. Berdasarkan refleksi awal terhadap permasalahan yang dialami, dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi pada kelas tersebut disebabkan oleh penggunaan model mengajar yang kurang menarik. Tampak jelas bahwa guru pada saat mengajar lebih banyak menggunakan metode ceramah, sehingga mengakibatkan siswa merasa jenuh, begong, dan keliatan tidak terarik untuk mengikuti pelajaran. sehingga hal tersebut menyebabkan hasil belajar mereka pada mata pelajaran IPA rendah,. Pada kondisi yang lain, guru belum sepenuhnya menghayati hakekat

Page 2: Model Pembelajaran Kuantum

pendidikan IPA, karena guru hanya menekankan produk. Hal itu ditambah dengan pendapat siswa pada tanggal 29 September 2010 bahwa pelajaran IPA dianggap sulit, sehingga mereka tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Semua hal yang disebutkan menyebabkan dampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa, sebagaimana dipaparkan di atas. Untuk mengatasi masalah tersebut guru seharusnya memikirkan sebuah model pembelajaran yang sesuai. Melihat hasil observasi dan diagnosis masalah, model pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut adalah model Pembelajaran Kuantum yang istilahnya dalam bahasa ingris yang dibagi atas dua isitilah yaitu Quantum Teaching & Learning. model kuantum pernah diterapkan oleh Hermawan Widyastantyo terlihat adanya peningkatan dari siklus I,II, dan III. Pada siklus I hasil belajar yang diperoleh adalah 53,97, Pada siklus ke II hasil yang diperoleh adalah 65,74, III memperoleh nilai 73,24. De Porter (dalam Wena, 2009: 137) menyatakan bahwa, model pembelajaran Quantum Teaching & Learning (Model Pembelajaran Kuantum) bawa dunia mereka kedunia kita dan antar dunia kita kedunia mereka. Model Pembelajaran Kuantum mempunyai tujuh karakteristik seperti, pembelajaran berpangkal pada psikologi kognitif, bersifat humanistik, bersifat konstruktivistis, memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi, menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, dan menekankan kebermaknaan dan dan kebermutuan proses pembelajaran. Selain itu model pembelajaran kuantum mengembangkan strategi pembelajaran melalui istilah TANDUR “Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasikan, Ulangi, Rayakan” DePoter (1999: 10). Berpatokan pada hal tersebut, penelitian tindakan kelas ini adalah Penerapkan Model Pembelajara kuntum (Quantum Teaching & Learning) untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA bagi siswa kelas V Semester II SD Negeri 1 Batuagung Kabupaten Jembrana, Kecamatan Jembrana, Propinsi Bali Tahun ajaran 2010/2011.

C. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, antara lain:1. Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran IPA dalam materi jenis-jenis pesawat sederhana yang dapat membuatpekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.2. Siswa kelas V di SD Negri 1 Batuagung dalam mengikuti pelajaran merasa jenuh, begong, dan keliatan tidak terarik untuk mengikuti pelajaran yang dikarenakan model pembelajaran yang digunakan guru tidak efektif.3. Siswa Kelas V di SD Negeri 1 Batuagung pada umumnya mengalami kesulitan dalam mempelajari materi mata pelajaran IPA. 4. Guru Kelas V di SD Negeri 1 Batuagung tidak menerpakan suatu model pembelajaran yang tepat shingga mengakibatkan hasil belajar IPA dibawah rata-rata.

D. PEMBATASAN MASALAH Penelitian ini terbatas pada butir satu yang terdapat pada identifikasi masalah di atas yaitu, Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran IPA dalam materi jenis-jenis pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.

E. RUMUSAN MASALAH

Page 3: Model Pembelajaran Kuantum

Sesuai dengan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu, Apakah penerapan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negri 1 Batuagung?

F. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui. Peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD Negri 1 Batuagung dalam mata pelajaran IPA dengan model pembelajaran kuantum.

G. MANFAAT PENELITIANHasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan maanfaat praktis. Maanfaat teoritis artinya bahwa hasil penelitian ini dapat menunjang pengembangan ilmu pengetahuan. Sedangkan, maanfaat praktis merupakan sumbangan positif hasil penelitian terhadap kegiatan proses belajar mengajar. 1. Manfaat teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi atau masukan kepada pengajar (guru) dalam memberikan pelajaran-pelajaran yang dinilai sulit dipahami oleh siswa dalam menerima pelajaran. Model pembelajaran kuantum (Quantum Teaching & Learning) memberikan cara belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi siswa 1) Siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar IPA. 2) Hasil belajar siswa meningkat pada materi pokok tumbuhan hijau. 3) Siswa lebih dapat mencintai alam sekitar.b. Bagi Guru 1) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan model pembelajaran kuantum (Quantum Teaching & Learning) sebagai model pembelajaran. 2) Guru lebih termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang bermanfaat bagi perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran. 3) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi, sehingga materi pelajaran akan lebih menarik.c. Bagi sekolah Memberikan sumbangan bagi sekolah rangka perbaikan proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan. d. Bagi Peneliti SelanjutnyaDapat dijadikan suatu referensi ilmiah untuk meneliti dengan penelitian yang sejenis dan dalam bidang studi yang lain.

H. KAJIAN PUSTAKA Dalam subjudul ini, dipaparkan sebuah kajian komprehensif terhadap teori-teori yang relevan dengan masalah dalam penelitian ini. Kajian teori ini digunakan untuk memperjelas masalah penelitian, mempertajam ruang lingkup dan konstruk variabel penelitian, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. 1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa sekolah

Page 4: Model Pembelajaran Kuantum

dasar. Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2007 tentang Standar Isi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar berkaitan erat dengan usaha siswa untuk mencari tahu tentang alam dengan langkah-langkah yang sistematis. Memperhatikan pernyataan tersebut, IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dengan demikian, Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Sejalan dengan pendapat di atas, Mariana dan Praginda (2009) menyatakan bawha pada hakekatnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan makna alam dan berbagai fenomena/prilaku/karakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan teori maupun konsep melalui serangkaian proses ilmiah yang dilakukan manusia. Dengan demikian, IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. IPA bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar baik itu lingkungan alam maupun lingkungan alam buatan. Begitu pula halnya dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki sebuah tujuan yang harus diketahui dan dipahami oleh siswa. Azmiyawati (2008) menyatakan dengan belajar IPA segala permasalahan yang muncul dilingkungan, baik itu lingkungan fisik maupun non fisik dapat dipecahkan dan diperingan. Begitupula dengan Sulistyanto (2008) yang menyatakan “Dengan belajar IPA kita dapat mengenal alam serta kita dapat mengambil manfaat dan menjaga kelestarian alam”. Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan mata pelajran IPA adalah kita mampu megenal lingkungan serta melestarikan dan memamfatkannya untuk mempermudah tugas kita dalam bekerja.

2. Model Pembelajaran Kuantuma. Pengertian Model Pembelajaran Kuantum Model pembelajaran Kuantum timbul berdasarkan gagasan Bobbi DePoter dan Mike Henarcki pada tahun 1982 di SuperCamp – sebuah lembaga yang terletak di Kirkwood Meadows, Negara bagian Kalipornia, Amerika Serikat. Di sinilah secara terprogram DePoter mengujicobakan model pembelajaran Kuantum kepada para remaja selama tahun-tahun awal dasawarsa 1980-an. Model pembelajaran ini dibangun berdasarkan pengalaman dan penelitiannya terhadap 25 ribu siswa dan sinergi pendapat ratusan guru SuperCamp. Menurut DePoter istilah Kuantum bermakna “Interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. (di dalam Sugianto, 2009: 71). Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran, pernyataan ini bermakna bahwa oksidasi bermacam-macam interakasi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar disebutkan sebagai energi. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa, dan dapat mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermaanfat bagi mereka sendiri dan orang lain. Porter dan Hernacki (2001) berpendapat bahwa Model Pembelajaran Kuantum adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar yang meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan yang dinamis dalam lingkungan kelas – interaksi yang mendirikan landasan dalam kerangka untuk belajar. Dengan demikian, Model Pembelajaran Kuantum dapat

Page 5: Model Pembelajaran Kuantum

dipandang sebagai sebuah cara baru yang memudahkan proses belajar dan memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah untuk segala mata pelajaran. Menurut Miftahul (2001), DePoter (1999), dan Porter dan Hernacki (2001), Model Pembelajaran Kuantum berisi seperangkat metode dan falsafah belajar yang mengijinkan pendidik untuk memahami perbedaan gaya belajar para siswa di dalam kelas dan efektif untuk semua umur. Model pembelajaran ini memiliki 2 komponen penting, yaitu konteks dan isi. Konteks meliputi lingkungan, suasana, landasan, dan rancangan. Sedangkan, isi mencangkup penyajian dan fasilitas. Dalam konteks ini guru dituntut harus mampu mengubah harus mampu mengubah: 1) suasana yang menyenangkan sebagai PBM, 2) landasan yang kukuh untuk kegiatan PBM, 3) lingkungan yang mendukung PBM, dan 4) rancangan pembelajaran yang dinamis. Sedangkan di dalam isi guru dituntut untuk mampu menerapkan ketrampilan penyampaian isi pembelajaran dan strategi yang dibutuhkan siswa untuk bertanggung jawab atas apa yang dipelajarinya (DePoter, Reardom & Nourie, 2001 dalam Wena, 2007:163).

b. Karakteristik Pembelajaran Kuantum Model Pembelajaran Kuantum memiliki karakteristik umum yang dapat memantapkan dan menguatkan sosoknya. Menurut Sugianto (2009: 73), terdapat 12 kareteristik umum Model Pembelajaran Kuantum, antara lain:1) Pembelajran kuantum berpangkal pada pisikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dankonsep kuantum dipakai. 2) Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanities, bukan positivistis-empiris,”hewan-istis”, dan atau nativities.3) Pembelajran kuantum lebih bersifat kontruktivitis(tis), bukan positivistis-empiris.4) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.5) Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajran dengan tarap keberhasilan tinggi. 6) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kelamiahan dan kewajiban proses pembelajran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat buat. 7) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan peruses pembelajaran.8) Pembelajran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.(1) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan kemampuan aka demis serta prestasi fisikal atau material. (2) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagian penting proses pembelajran. (3) Pembelajran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. (4) Pembelajaran kuantum mengidentrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam peruses pembelajran.

c. Asas Model Pembelajaran KuantumModel pembelajaran kuantum berpatokan pada satu asas “Bawa dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka” (DePoter, 1999). Asas ini dapat dapat diartikan bahwa apapun yang ada di dalam diri guru harus mampu membawa anak didik untuk memahami dan mencoba menerapkannya dalam kehidupan. Asas ini mengingatkan kita betapa pentingnya

Page 6: Model Pembelajaran Kuantum

memasuki dunia peserta didik untuk langkah pertama dan utama di dalam pembelajaran. Jika kita sudah dalam dunia peserta didik maka akan lebih mudah untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan keinginan dan mampu membawa mereka untuk belajar.

d. Prinsip Model Pembelajaran Kuantum Model Pembelajaran Kuantum memiliki lima prinsip dasar, antara lain: (1) segalanya berbicara, (2) memiliki tujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui setiap usaha, dan (5) jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan (A’la, 2010: 29; DePoter Readon, & Nourie, 2001 di dalam Wena, 2009: 161; Sugiyanto, 2009: 81). Adapun maksud dari prinsip-perinsip tersebut sebagai berikut:1) Segalanya berbicara Segalanya berbicara disini maksudnya lingkungan kelas hingga bahasa tubuh dari guru, kertas yang guru bagikan hingga rancangan pembelajaran guru mampu mengirim pesan tentang pembelajaran yang akan disampaikan dalam pengajaran tersebut. 2) Memiliki tujuanMemiliki tujuan disini maksunya segala sesuatu penyusunan pembelajran yang dilakukan oleh seorang guru yang akan diberikan kepada sisiwa harus mempunyai tujuan dan batasan tertentu secara jelas.3) Mengakui setiap usahaDalam tahapan ini seorang guru harus mampu membanggkitkan rasa percaya diri peserta didik dengan cara guru harus mengakui dan memperkuat bahwa apa yang mereka lakukan sudah sesuai dengan aturan dan terus memberikan motivasi agar siswa mampu berkembang danterus belajar tampa mengenal rasa lelah.4) Layak dipelajari maka layak pula dirayakanPerayan atau memberikan sesuatu sebagai re-ward adalah suatu umpan balik mengenai kemajuan murid.

e. Langkah Model Pembelajaran KuntumUntuk mempermudahkan mengingat dan untuk keperluan oprasional, model pembelajaran kuantum dikenal dengan konsep “TANDUR”. Konsep ini mencerminkan enam langkah-langkah pembelajaran, yaitu: 1) Tumbuhkan minat dengam memuaskan, yakni apakah mamfaat yang akan diberikan serta diperoleh dari pembelajaran bagi guru dan murid. Dalam tahap ini seorang guru harus menumbuhkan suasana yang menyenangkan, relaks, tumbuhkan interaksi dengan siswa dengan masuk kedalam alam pikiran mereka kea lam pikiran anda, yakinkan siswa kenapa harus mempelajari ini dan itu. Jika sudah demikian maka siswa akan merasa enjoy dalam mengikuti pelajaran.2) Alami, yakni ciptakan dan datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajaran. Dalam tahap ini seorang guru harus menggunakan istilah yang mudah dimengerti olehsiswa didalam pembelajran. Agar siswa merasa nyaman didalam mengikuti pembelajran.3) Namai atau Memberi nama, dalam hal ini guru terlebih dahulu harus menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, setrategi: yang kemudian menjadi masukan si anak.4) Demontrasikan, yakni sediakan kesempatan waktu bagi siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.5) Ulangi, yakni tunjukkan kepada para siswa tentang cara-cara mengulang materi dan menegaskan Aku tahu bahwa aku tahu ini.

Page 7: Model Pembelajaran Kuantum

6) Rayakan, yakni pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan prolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.

3. Hasil Belajara. Penertian Hasil BelajarHasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana, 1987: 28). Dimyati dan Moedjiono (dalam Ketut Jelantik, 2009) menyatakan pula bahwa ”hasil belajar merupakan hasil dari suatu intraksi tindak mengajar atau tindak belajar”.Dalam proses belajar dan mengajar terjadi interaksi antara guru dan siswa. Interaksi guru dan siswa sebagai makna utama proses pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. `tujuan pembelajran dikatatakan berhasil secara sempurna apa bila hasil menunjukan lebih dari agka setandar penilain disekolah tertentu. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara misalnya, proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, dan tes (Depdiknas: 2002). Begitu pula dengan Nurkancana & Sunartana (1990: 11), mendefinisikan hasil belajar adalah “suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu”. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil yang dicapai siswa, baik hasil belajar (nilai), peningkatan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah perubahan tingkah laku atau kedewasaannya. Untuk melihat pencapaiyan hasil belajar biasanya dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran.Pencapaiyan hasil belajar yang bagus oleh siswa sangat ditentukan oleh metode,model, teknik,setrategi, serta lingkungan pembelajaran di sekitar siswa mendukung. Dengan adaya hal tersebut maka motivasi siswa dalam belajar sangat tinggi. Sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa juga ikut meningkat sesuai dengan kreteria penilaian yang ada disekolah tertentu.

b. Ciri-ciri Hasil BelajarMenurut Winkel (dalam Aryati, 2003:9) menyatakan bahwa “cirri-ciri hasil belajar setelah terjadinya perubahan pada seseorang yang bealajar, ia mengalami perubahan dari belum mampu menjadi mampu atau dari belum tahu menjadi tahu”.Menurut T. Rakajoni (dalam Aryati, 2003: 8) ciri-ciri hasil belajar dapat dilihat dari berbagai hal antara lain sebagai berikut. 1) Adanya kemampuan peserta didik yang mencakup dua pokok masalah antara lain:a) Ulangan sebagai usaha untuk memelihara pontinuitas antar bahan mengajar yang telah diajarkan dengan bahn baru.b) Ulangan dalam arti penilaian diberikan setelah satuan bahan pengajaran telah selesai diberikan dengan tujuan untuk menilai prestasi belajar siswa, dan fungsi untuk memperbaiki proses belajar mengajar.2) Adanya minat, perhatian, dan motivasi belajar.Jadi cirri-ciri hasil belajar adalah adanya perubahan pada diri siswa dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Moedjiono (dalam Aryati, 2003: 9) adapun faktor yang mempengaruhi terhadap hasil

Page 8: Model Pembelajaran Kuantum

belajar itu adalah:1) Faktor internal adalah kondisi yang timbul dari dalam diri anak, yang terdiri dari faktor fisik dan faktor psikis.2) Faktor eksternal adalah kondisi yang berasal dari luar diri anak, biasanya berkaitan dengan lingkungan seperti: tempat, alat belajar, waktu, pergaulan, dan bahan yang dipelajari.Sedangkan menurut Mukhtar dan Rusmini (dalam Aryati, 2003: 9) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan belajar diakibatkan oleh:1) Adanya kondisi internal atau kurang mendukung proses aktivitas belajar tersebut, seperti: kondisi fisik kurang sehat, cacat, intelegensi, bakat, minat, motivasi, dan kesehatan mental.2) Faktor-faktor eksternal seperti factor orang tua, suasana rumah atau keluarga, keadaan ekonomi keluarga, factor sekolah, media massa, dan lingkungan social dimana siswa tersebut berada.Berdasarkan kedua pendapat diatas bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh faktor dari siswa (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Sebagai seorang guru tidak boleh mengabaikan satupun dari semua faktor agar hasil bisa tercapai dengan baik.

I. KERANGKA BERPIKIR Penerapan Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching & Learning) dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) lebih memberi peluang kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Model Pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga mereka dapat memperoleh informasi dan menyimpannya dalam memori (pikiran) jangka panjang mereka. Hal ini secara tidak langsung berdampak pula terhadap perolehan atau hasil belajar siswa. Di samping itu, penerapan Model Pembelajaran Kuantum dalam pembelajaran IPA dapat lebih menarik perhatian siswa selama proses belajar, karena pembelajaran kuantum memungkinkan siswa untuk belajar yang meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar, serta berfokus pada hubungan yang dinamis dalam lingkungan kelas, sehingga mampu membangkitkan interaksi-interaksi yang mendirikan landasan dalam kerangka untuk belajar. Ini berarti pula dengan penggunaan model pembelajaran kuantum dalam pembelajaran IPA akan memperjelas materi yang disajikan guru dan dapat mempermudah membantu siswa untuk memahami materi pelajaran yang dipelajarinya. Dengan demikian,dapat dinyatakan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kuantum dalam pengelolaan proses pembelajaran IPA, cenderung akan meningkatkan hasil belajar siswa dan standar pecapaian kurikulum akan dapat tercapai dengan maksimal.

J. METODELOGI PENELITIAN1. Karateristik Subjek Penelitian Kegiatan penelitian dilakukan selama satu bulan, yaitu pada bulan september 2010 pada siswa kelas V semester satu dengan jumlah siswa 22 orang yang tersiri atas 8 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa anak perempuan, di SDN 1 Batuagung, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana Tahun ajaran 2010/2011 kusus pada mengidentifikasi penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup.

2. Jenis PenelitianJenis penelitian dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu Action Research

Page 9: Model Pembelajaran Kuantum

yang dilakukan di kelas secara singkat penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.Guru sebagai peneliti merupakan faktor yang sangat berpengaruh untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian tindakan kelas, guru diharapkan ikut terlibat secara penuh dalam proses penelitian baik mulai dari tahap perencanaan, aksi, tindakan, dan refleksi. Guru mencari problem atau masalah, kemudian meneruskannya. Masalah yang diangkat hendaknya memang betul-betul terjadi di kelas tempatnya mengajar dan mencarikan solusi-solusi yang tepat seyogyanya mampu meningkatkan hasil belajar siswa di kelas itu sendiri. Keterlibatan pihak luar hanya bersifat konsultatif dalam mencari dan mempertajam persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi oleh guru yang sekiranya layak untuk dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas. Jadi dalam penelitian tindakan kelas guru sebagai peneliti, dimana peran pihak luar sangat kecil pengaruhnya terhadap proses penelitian kelas tersebut.

3. Rancangan PenelitianPenelitian ini dikembangkan menurut metode Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Suyanto, dkk, 1999) , yang direncanakan akan dilaksanakan dalam beberapa siklus-siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu 1) rencana tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan evaluasi tindakan, 4) refleksi. Masing-masing tahapan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut.1. Rencana Tindakan2. Pelaksanaan Tindakan3. Observasi dan Evaluasi Tindakan4. Refleksi

Gambar 1. Model PTK Dua Siklus (Mc. Taggart, 1999)Melihat gambar diatas Setiap setiap tahapan penulis akan melakukan hal sebagai berikut: A. PrencanaDalam perencanaan ini Peneliti menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan yang berhubungan dengan penerapan Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching & Learning ) akan mempersiapkan beberapa hal sebelum melaksanakan tindakan, agar penelitian berlangsung dengan lancar. Persiapan yang dimaksud menyangkut hal-hal sebagai berikut.1. Menyesuaikan jadwal penelitian dengan jawal pelajaran sekolah.2. Menentukan alokasi waktu untuk melaksanakan penelitian.3. Merumuskan tujuan pembelajaran.4. Menyiapkan materi pelajaran yang sesuai dengan silabus/kurikulum yang ada.5. Menata keadaanq kelas yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran Kuantum. 6. Menentukan/menyiapkan alat bantu dan bahan media pembelajaran.7. Menyiapkan dan melaksanakan tes untuk melihat kreatifitas dan kemampua kognitif siswa berupa LKS.

B. Pelaksanaan Kegiatan pelaksanaan meliputi pembukaan, kegiatan inti, dan evaluasi. Pelaksanaan pelajaran ini dilakukan di dalam kelas dan disekitar lingkungan sekolah. Semua kegiatan tersebut akan

Page 10: Model Pembelajaran Kuantum

dijabarkan melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penyusunan RPP tidak lepas dari prinsip dan setrategi pembelajaran kuantum melalui istilah TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Ulagi, Rayakan).C. Observasi/EvaluasiHasil observasi akan memberikan landasan bagi refleksi sekarang dan masa datang observasi dilakukan dengan pengamatan langsung, sehingga guru dapat mengobservasi aktivitas siswa dalam belajar mengajar dan proses penilaian dilakukan pada akhir pembelajaran dengan menggunakan tes.D. RefleksiPada tahap ini, peneliti mengetahui kekurangan dan kelemahan serta hambatan-hambatan yang muncul pada tiap-tiap siklus yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi digunakan sebagai pertimbangan dalam merancang tindakan untuk siklus berikutnya.

4. Instrumen dan Teknik Pengumpulan DataMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes, dimana tes ini merupakan suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan denganh nilai yang didapat oleh anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan (Nurkencana, 1990). Tes ini diberikan pada setiap akhir pertemuan pada masing-masinig siklus. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes hasi belajar yang terdiri dari beberapa butir soal yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda, dan untuk penskoran hasil tes menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci jawaban dan pedoman penskoran setiap butir soal.5. Analisis DataAnalisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriptif yaitu pengolahan data melalui penyajian distribusi frekwensi, angka rata-rata (mean) dan prosentase. Adapun langkah-langkah analisis data tersebut adalah sebagai berikut:a. Tabel Distribusi FrekwensiUntuk menyajikan data prestasi belajar ke dalam tabel distribusi frekwensi digunakan rumus:R = ( Xt – Xr ) + 1Keterangan :R = Nilai RentangXt = Nilai TertinggiXr = Nilai Terendahb. Menentukan Rata-rata (Mean)Untuk menghitung rata-rata (mean) dengan menggunakan rumus:

Keterangan : fx : Jumlah skor Seluruh siswaN : Jumlah SiswaM : Rata-ratac. Menghitung Rata-rata Prosentase Prestasi BelajarUntuk mengetahui rata-rata prosentase tingkat prestasi belajar siswa

Page 11: Model Pembelajaran Kuantum

dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :Rh : Rata-rata HitungM : Mean (rata-rata)SMI : Skor Maksimal Ideal

6. Kriteria KeberhasilanKriteria keberhasilan adalah standar yang ditetapkan oleh peneliti sebagai patokan atau tolak ukur keberhasilan. Dalam penelitian ini standar keberhasilan yang dijadikan patokan adalah secara klasikal siswa kelas V mampu mencapai prosentase tingkat keberhasilan minimal sedang (65-79).DAFTAR PUSTAKA

A’la Miftahul.2010. Quantum Teaching (Buku Pintar dan Praktis). Jogjakarta: DIVA Press.Aryati, Luh. 2003. Penggunaan Media Benda Konkrit untuk Meningkatkan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas I Semester I Di SD 3 Sidetapa Kecamatan Banjar Tahun Ajaran 2003/2004. Skripsi. Jurusan Pendidikan Dasar. IKIP Negeri Singaraja.Azmiyawati, Choiril. 2008. IPA Salingtemas untuk kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.Deporter, B. 2000. Quantum learning: membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan cetakan VII, New York: Dell Publising. Terjemahan.Deporter, B. Terjemahan Ary Nilandari. 1999. Quantum Teaching. PT Minzan Pustaka. Bandung.De Porter,B. dan Mike Hernachi, 1992. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Anggota IKAPI. Kaifa PT Mizan Pustaka: Bandung.Hermawan Widyastantyo. 2007. Penerapan Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ipa (Sains) Bagi Siswa Kelas V SD Negeri Kebonsari Kabupaten Temanggung. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang 2007.Kemmis, S. & Mc. Taggart. (1988). The Action Rseach Planner. Geelong: Deakin University..Mariana.A dan Praginda.W (2009). Hakekat IPA dan Pendidikan IPA Untuk Guru SMP.Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).Nurkancana dan Sunartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.Nurkancana, Wayan dan PPN. Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional

Permendiknas.no 22. 2007. “Standar Nasional Pendidika”. Tersedia Pada: Http://Html-Pdf-Convert.Com/Cari/Permendiknas-No-22-Tahun-2007.Html (diakses tanggal 11 juli 2010 jam 10:30 WTA).Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. 2002.’ Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar’. Tersedia’ Pada: http://www.puskur.or.id/data/ringkasan_kbm.pdf (diakses tanggal 11 juli 2010 jam 10:30 WTA).Program Sarjana dan Diploma Universitas Pendidikan Ganesha, 2009. Pedoman Penulisan SKRIPSI dan Tugas Akhir. Departemen Pendidikan Ganesha Tahun 2009.

Page 12: Model Pembelajaran Kuantum

Sudjana, N. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo.Sugiyanto.2009. Model-Model Pembelajran Inovatif. Panitia Sertifikasi Guru rayon FKIP UNS Surakarta.Sulistyanto, Heri. 2008. Ilmu pengetahuan alam 5: untuk SD dan kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.Sumaji. et all.. 1998. Pendidikan Sains yang Humanistik. Yogyakarta: Kanisius.

Wena, Made. 2007. Sertatergi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Malang : Bumi Aksara.