mkalah lk 2

29
BAB I I. Latar Belakang Kebangkitan dan kesadaran perempuan untuk maju adalah merupakan gejala universal yang terjadi disetiap negara di dunia. Gejala ini tidak terjadi dalam waktu bersamaan, pergerakan di negara-negara Eropa terjadi lebih awal meski hal yang melatar belakangi berbeda- beda disetiap negara. Di Indonesia sendiri perjuangan perempuan adalah sesuatu yang menjadi bagian integral yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah perjuangan bangsa. Hal ini ditandai dengan Kongres perempuan Indonesia yang pertama sekali diselenggarakan dua bulan setelah Kongres Pemuda. Ini menandakan bahwa jauh sebelum Kongres Perempuan diselenggarakan dorongan untuk membentuk organisasi perempuan sudah ada didalam benak perempuan Indonesia, Kongres Pemuda hanyalah merupakan stimulan bagi perempuan Indonesia saat itu untuk berorganisasi dan hasrat yang sudah lama terpendam ini kemudian diwujudkan dalam membentuk permufakatan yang bernama Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI). Tujuan dari organisasi ini adalah untuk menghimpun organisasi perempuan Indonesia dan memperbaiki martabat perempuan. Kesadaran berorganisasi pada kalangan perempuan masa itu pada akhirnya melahirkan pemikiran bahwa perempuan tidak hanya bisa berkiprah diranah domestik saja melainkan juga bisa memberikan kontribusi yang positif didalam politik. Tapi pemikiran ini juga mendapat perlawanan dari penganut paham tradisional 1

Upload: abdi-rahman

Post on 19-Jan-2016

29 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: mkalah lk 2

BAB I

I. Latar Belakang

Kebangkitan dan kesadaran perempuan untuk maju adalah merupakan

gejala universal yang terjadi disetiap negara di dunia. Gejala ini tidak terjadi

dalam waktu bersamaan, pergerakan di negara-negara Eropa terjadi lebih awal

meski hal yang melatar belakangi berbeda-beda disetiap negara. Di Indonesia

sendiri perjuangan perempuan adalah sesuatu yang menjadi bagian integral yang

tidak bisa dipisahkan dari sejarah perjuangan bangsa. Hal ini ditandai dengan

Kongres perempuan Indonesia yang pertama sekali diselenggarakan dua bulan

setelah Kongres Pemuda. Ini menandakan bahwa jauh sebelum Kongres

Perempuan diselenggarakan dorongan untuk membentuk organisasi perempuan

sudah ada didalam benak perempuan Indonesia, Kongres Pemuda hanyalah

merupakan stimulan bagi perempuan Indonesia saat itu untuk berorganisasi dan

hasrat yang sudah lama terpendam ini kemudian diwujudkan dalam membentuk

permufakatan yang bernama Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI).

Tujuan dari organisasi ini adalah untuk menghimpun organisasi perempuan

Indonesia dan memperbaiki martabat perempuan.

Kesadaran berorganisasi pada kalangan perempuan masa itu pada akhirnya

melahirkan pemikiran bahwa perempuan tidak hanya bisa berkiprah diranah

domestik saja melainkan juga bisa memberikan kontribusi yang positif didalam

politik. Tapi pemikiran ini juga mendapat perlawanan dari penganut paham

tradisional yang berpendapat bahwa politik merupakan lahan laki-kali dan kiprah

perempuan dibatasi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan pemerintahan Soeharto

mendukung hal ini. Organisasi-organisasi seperti Dharma Wanita, PKK

(pembinaan kesejahteraan keluarga) dan sebagainya subur berkembang. Peranan

perempuan hanya sebagai pendukung aktifitas laki-laki.1

Pergerakan perempuan pada masa reformasi atau setelah jatuhnya orde

baru adalah terbukanya kebebasan dalam menyatakan pendapat diruang-ruang

publik termasuk dimedia masa, informasi tidak dapat dibendung. Pada zaman orde

baru sangat tidak mungkin untuk mengadakan seminar perempuan dengan

berbagai topik yang dianggap tabu oleh pemerintah orde baru, pada masa

1 Arifin,ichwan, perempuan, politik dan pergerakan kebangsaan, Mizan, Bandung 2011, hal.36

1

Page 2: mkalah lk 2

reformasi berbagai isu perempuan yang ditutupi selama ini dibahas kembali

diberbagai pertemuan, lokakarya, seminar ataupun workshop tentang perempuan

tema-tema yang cukup mendapat perhatian adalah seputar pelanggaran HAM

termasuk seperti kasus Marsinah, wanita dan perburuhan, penyiksaan terhadap

TKW, masalah aborsi, kekerasan dalam rumah tangga, kesehatan reproduksi,

orientasi seksual dan gender dan lain sebagainya. Partisipasi perempuan di pasca

reformasi ini diharapkan bisa menjadi patron terdepan untuk kemajuan bangsa

bukan hanya didalam pendidikan moral saja kepada anak-anak bangsa tetapi juga

merangkup segala bidang.

Kebebasan bersuara dan menyatakan pendapat juga memberikan

kesempatan bagi para aktivis perempuan untuk mendirikan Komnas Perempuan

sebuah badan yang lebih kuat posisinya dihadapan pemerintah sehingga berbagai

permasalahan perempuan bisa diteruskan keatas melalui wadah organisasi ini,

masalah kekerasan dalam rumah tangga yang menurut pemikiran tradisional

adalah bukan konsumsi publik dapat diusut oleh Komnas Perempuan pada masa

reformasi. Bahkan pemerintah membuat produk perundang-undangan yang

melindungi perempuan dari kekerasan dalam rumah tangga (undang-undang

KDRT). Disamping itu berdiri Yayasan Jurnal Perempuan yang menerbitkan

sebuah jurnal tentang perempuan sebagai media untuk memberitakan

perkembangan isu-isu terkini tentang dunia perempuan jurnal ini juga sebagai

wadah pengungkapan aspirasi wanita indonesia.2

II. Batasan Masalah

Berdasarkan latarbelakang diatas maka penulis membatasi ruang masalah

agar lebih terarah. Pembatasan tersebut ialah :

1. Bagaimana peran wanita dalam pembangunan bangsa ?

2. Bagaimana keadaan pembangunan di Indonesia pasca Reformasi ?

2 Ibid, Arifin, Ichwan. Hal. 792

Page 3: mkalah lk 2

BAB II

A. Status dan Peranan Wanita

Para pendiri negeri ini, sungguh sangat arif dalam menyusun UUD 1945

menghargai peranan wanita pada masa silam dan mengantisipasi pada masa yang

akan datang, dengan tidak ada satu kata pun yang bersifat diskriminatif terhadap

wanita. Konstitusi ini dengan tegas menyatakan persamaan hak dan kewajiban

bagi setiap warga negara (baik pria maupun wanita). Di dalam GBHN 1993 di

antaranya juga diamanatkan, bahwa wanita mempunyai hak dan kewajiban yang

sama dengan pria dalam pembangunan. Selain itu, pengambil keputusan juga telah

meratifikasi (mengesahkan) konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi

terhadap wanita dalam UU No. 7 Tahun 1984.3

Namun, kenyataan menunjukkan bahwa wanita mengalami ketertinggalan

atau ketidakberuntungan lebih banyak dibandingkan dengan pria di antaranya di

bidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, penguasaan dan  pemanfaatan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, peningkatan peranan wanita

dalam pembangunan yang berwawasan gender sebagai bagian integral dari

pembangunan nasional, mempunyai arti penting dalam upaya untuk mewujudkan

kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dengan wanita atau mewujudkan

kesetaraan dan keadilan gender dalam berbagai bidang kehidupan dan

pembangunan.  Kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dengan wanita adalah

suatu kondisi hubungan kedudukan dan peranan yang dinamis antara pria dengan

wanita. Pria dan wanita mempunyai persamaan kedudukan, hak, kewajiban dan

kesempatan, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara maupun dalam kegiatan pembangunan di segala bidang.

Dalam hal persamaan kedudukan, baik pria maupun wanita sama-sama

berkedudukan sebagai subjek atau pelaku pembangunan. Dalam kedudukan

sebagai subjek pembangunan, pria dan wanita mempunyai peranan yang sama

dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan menikmati hasil

3 Dinata, Arda. Meluruskan Emansipasi dan Membangun Karakter Bangsa, Ciputat, 2009, hal 180

3

Page 4: mkalah lk 2

pembangunan. Hak yang sama di bidang pendidikan misalnya, anak pria dan

wanita mempunyai hak yang sama untuk dapat mengikuti pendidikan sampai ke

jenjang pendidikan formal tertentu. Tentu tidaklah adil Jika dalam era global ini

menomorduakan pendidikan bagi wanita, apalagi jika anak wanita mempunyai

kecerdasan atau kemampuan4

B. Peranan Wanita dalam Pembangunan

Peranan wanita dalam pembangunan adalah hak dan kewajiban yang

dijalankan oleh wanita pada status atau kedudukan tertentu dalam pembangunan,

baik pembangunan di bidang politik, ekonomi, sosial budaya maupun

pembangunan di bidang pertahanan dan keamanan, baik di dalam keluarga

maupun di dalam masyarakat.

Keterlibatan kaum perempuan dalam pembangunan bangsa Indonesia

sebenarnya sudah sejak lama dimulai, secara eksplisit dengan gencarnya

dilaksanakan ketika lembaga Kementerian Peranan Wanita didirikan secara resmi

akhir tahun 70-an. Realitasnya tidak dapat dipungkiri bahwa peran kaum

perempuan dalam pembangunan sedemikian besarnya, ikut serta menentukan arah

dan keberhasilan pembangunan karakter bangsa Indonesia. Konsep pembangunan

kemampuan peranan perempuan yang dipergunakan berkembang menjadi

pemberdayaan perempuan yang berarti meningkatkan kualitas dan peran

perempuan pada semua aspek kehidupan baik secara langsung atau tidak langsung

melalui penciptaan situasi-situasi yang kondusif sebagai motivator dan akslerasi

proses pembangunan. Sehingga Karls memandang bahwa pemberdayaan kaum

perempuan sebagai suatu proses kesadaran dan pembentukan kapasitas (capacity

building) terhadap partisipasi yang lebih besar, kekuasaan dan pengawasan dalam

pembuatan keputusan dan tindakan transformasi agar menghasilkan persamaan

derajat yang lebih besar antara perempuan dan kaum laki-laki.

Pada masalah pembangunan karakter bangsa, perlu adanya sebuah

kesadaran bagi wanita untuk menjadi seorang ibu. Kesadaran ini, tentu berkenaan

dengan masalah-masalah reproduksi perempuan sebagaimana yang menjadi

wacana feminisme. Tetapi, dalam pandangan Suharsono, persoalannya tidaklah

cukup dengan “melahirkan” lalu menjadi ibu dan selesai. Menjadi ibu melibatkan

4 Aziz, Haslinda. Edukasi untuk para pejuang mudi: mahasiswi universitas indonesia. bangkit dan kepalkan jarimu, pustaka murni, Yogyakarta, 2002,hal. 20

4

Page 5: mkalah lk 2

pengertian dan kesadaran baru yang harus dimiliki bagi setiap perempuan. Di

samping resiko beratnya melahirkan, menjadi ibu berarti memiliki kesadaran

penuh untuk membekali diri dalam rangka mendidik anak-anaknya. Tugas untuk

menjadi ibu dalam pengertian seperti ini, membutuhkan bobot spiritual dan

intelektualitas yang memadai. Para ibu adalah guru pertama anak-anaknya sendiri.

Orang pertama yang akan menjadi sandaran bagi anak-anaknya, tempat bertanya,

mengadukan halnya, dan juga perlindungannya. Jawaban-jawaban yang diberikan

serta kepedulian seorang ibu bagi anak-anaknya, sangat menentukan bagi masa

depan anak-anaknya.5

. Adapun peran strategis yang dapat dijalankan oleh kaum perempuan

meliputi:

Pertama, peran untuk ambil bagian dalam merancang suatu model baru

pembangunan, yang digerakkan oleh suatu tata kelola pemerintahan yang baik dan

adil gender. Kaum perempuan dapat mendorong berkembangnya pandangan baru

dan ukuran-ukuran baru, sehingga kiprah kaum perempuan tetap dilihat dalam

kacamata perempuan dan bukan kacamata yang bias gender.

Kedua, peran untuk ambil bagian dalam proses politik, khususnya proses

pengambilan keputusan politik yang dapat berimplikasi pada kehidupan publik.

Dalam hal ini, kaum perempuan sudah saatnya membangun keberanian untuk

memasuki ranah politik, baik menjadi penggerak partai politik, masuk ke

parlemen, atau berjuang melalui posisi kepala daerah.

Ketiga, peran untuk ambil bagian dalam proses sosial-ekonomi dan

produksi, serta proses kemasyarakatan yang luas. Kaum perempuan dapat menjadi

penggerak kebangkitan perekonomian nasional yang lebih berkarakter, yakni

perekonomian yang berbasis produksi, bukan konsumsi.

Kaum perempuan sudah saatnya memanfaatkan ruang yang telah terbuka

dengan sebaik-baiknya. Beberapa kebijakan yang mulai memperlihatkan suatu

kesadaran tentang kesetaraan dan keadilan gender, tentu perlu diperluas dan pada

gilirannya arah dan seluruh gerak negara, berorientasi pada usaha membangun tata

kehidupan yang setara dan berkeadilan. Kita percaya bahwa hal ini sangat

mungkin diwujudkan, sepanjang kita setia pada cita-cita proklamasi kemerdekaan

dan ideologi bangsa, yakni Pancasila. Dengan berjalan di atas garis ideologi dan

5 5

Page 6: mkalah lk 2

cita-cita proklamasi, kita percaya bahwa tata hidup yang setara dan berkeadilan,

akan dapat diraih dengan gemilang.

C. Peranan Wanita Dalam Berbagai Masa Kehidupan

a) Zaman primitive

Kehidupan wanita sehari-hari seperti :

o Mengasuh anak

o Pola mencari makan

o Pola menata rumah

o Bercocok tanam di ladang

o Dari segi kesehatan wanita di zaman ini tidak terlalu penting

b) Abad Pertengahan

o Wanita sudah kehilangan kedudukan yang dominan

o Dari segi kesehatan wanita tidak begitu di perhatikan

c) Abad ke – 17 dan 18

Pada abad ini kehidupan sehari-hari sangat di pengaruhi oleh :

Peradaban barat yang mengeluarkan ajaran bahwa wanita yang menikah

menjadi hak suaminya dan harus melahirkan anak laki-laki.

d) Abad ke-19

Pola dominasi pria terhadap wanita mengalami perubahan,walaupun dari

segi kesehatan hanya mengalami sedikit perubahan yang berarti.

e) Abad 20 dan 21

Perkembangan perempuan di Indonesia

Perkembangan perempuan di Indonesia telah ada sejak dimulainya

pergerakan nasional.

3 organisasi perempuan berdasarkan kurun waktunya yaitu :

1. Organisasi yang bersifat ke agamaan

2. Organisasi yang muncul pada orde baru

3. Gerakan LSM wanita

D. Organisasi Wanita dari masa ke masa

1. Masa Pra Kemerdekaan

Gerakan feminisme di Indonesia muncul sekitar abad 18-19 M. Tokoh

feminisme di Indonesia abad ke-19 R.A. Kartini karena dipengaruhi oleh politik

etis, sadar akan kaumnya masih terbelakang dan terkukung dalam budaya

6

Page 7: mkalah lk 2

feodalis. Ia lahir di Jepara tahun 1870, ia merupakan anak ke-2 dari bupati Jepara.

Bermula dari kebiasaannya menulis. Sering kali Ia menulis  sebuah surat yang

berisikan amarah yang selama ini mengengkang kebebasannya dan menghalangi

emansipasi rakyat jawa, kaum perempuan khususnya. Inti dari gerakan Kartini

ialah untuk pengarahan, pengajaran agar anak-anak perempuan mendapatkan

pendidikan  Selain Kartini pada generasi berikutnya muncul pahlawan emansipasi

lainnya seperti  Dewi Sartika berasal dari Priangan Jawa Barat, Rohana Kudus

Sumatera Barat.

Semakin lama tumbuhlah kesadaran akan emansipasi kaum perempuan.

Akhirnya dibentuk sebuah wadah dalam bentuk organisasi. Organisasi dibentuk

guna kepentingan kaum perempuan untuk memperjuangkan perempuan dalam

perkawinan mempertinggi kecakapan dan pemahaman ibu sebagai pengatur dan

pengontrol dalam rumah tangga. Hal ini bisa dilakukan dengan cara

memperluas  lapangan pekerjan, memperbaiki pendididkan dan mepertinggi

kecakapan. Namun sayangnya oganisasi pada masa itu yang di nilai bertentangan

dengan orde baru dibubarkan. Selanjutnya Soeharto menciptakan organisasi yag

berbasis “ibuisme” dan pada 1 Oktober 1965 di mulailah rezim pemerintahan orde

baru.

Pada abad ke 20 muncullah organisasi perempuan secara formal. Seperti

Putri Mardika tahun 1912 di Jakarta.  Organisasi ini dibentuk bertujuan untuk

memajukan pendidikan bagi perempuan serta berusaha membiasakan perempuan

untuk tampil di depan umum dengan tanpa rasa takut. Kemudian muncul

organisasi perempuan di Tasik 1913, Sumedang dan Cianjur 1916, Ciamis 1917..

Organisasi ini di bentuk bertujuan menyediakan sekolah khusus bagi perempuan

yang bernama Kartini di Jakarta, kemudian didirikan lagi di Madiun, Malang,

Cirebon, Pekalongan, Indramayu dan Rembang. Namun sekolah ini kebanyakan

diikuti oleh para kaum bangsawan.

Organisasi perempuan yang bergaris agama muncul pada tahun 1920. Di

Yogyakarta ada Aisyiyah sebuah organisasi perempaun dibentuk dalam rangka

pemberharuan Muhamdiyah yang bediri tahun 1917. Dan juga pada thun 1925

berdiri Serikat Putri Islam.

Munculnya kesadaran politik ditandai dengan adanya kongres wanita

tanggal 22-23 desember 1928 di Yogyakarta. Kongres perempuan ini diadakan

oleh organisasi-organisasi perempuan antara lain Wanita Utama. Puteri Indonesia,

7

Page 8: mkalah lk 2

Wanita Katholik, Wanita Muljo, Aisyiyah, Serikat Isteri Buruh Indonesia, Jong

Java, Wanita Taman Siswa. Yang menghasiklan keputusan bahwa kesamaan

derajat akan tercapai dalam susunan masyarakat yang tidak terjajah. Tahun 1932

organisasi Isteri Sedar di mana organisasi ini tidak hanya terlibat dalam

perjuangan kemerdekaan. Organisasi ini dianggap sebagai organisasi yang radikal.

Karena menyimpang dari kaedah agama.

Masa penajahan jepang, Jepang membentuk Fujinkai Jawa

Hokokai untuk mobilitas pasukan Jepang di Asia Timur Raya. Jugun Ianfu sejenis

perkumpulan wanita peenghibur tentara Jepang, diam-diam melakukan pegerakan

kerja sama dengan tentara Nasional Indonesia. Pada  masa kemerdekan oranisasi

muncul merebutkan kekuasaan negara. Hubungan politik antara laki-laki dengan

perempuan mulai terjadi. Selama perjuangan anti kolnial perempuan juga aktor

vokal dalam gelanggang politik.  Di Semarang oleh 7 wakil organisasi perempuan

membentuk  Gerwis. Selama Gerwis berjalan ada suatu masalah dari segi anggota,

anggota gerwis hanya berasal  dari kalangan atas saja. Akhirnya 4 Juli 1954

diubah namanya menjadi Gerwani yang beranggotakan lebih menyeluruh dari

lapisan masyarakat. Pegerakan ini tidak hanya menuntut adanya persamaan hak

tapi juga berperan aktif dalam pergerakan politik bangsa. Organisasai ini

mendukung pembebasan Irian Barat, juga menyertakan para sukarelawatinya

dalam konfrontasi dengan Malaysia. Memberi dukungan pada aksi buruh dan

mahasiswa, petani dan juga perlawanan Darul Islam.

Para anggota gerwani berasal dari kalangan yang berbeda secara ideologi

tapi di dalam tubuh gerwani berbagai macam ideologi tesebut dapat dilebur

menjadi satu. Gerwani berbasis ormas yang anggotanya berasal dari kalangan

biasa dan anggota Gerwani lebih plural. Namun secara ideologis gerwani

mempunyai kedekatan dengan PKI.  Tahun 1960 gerwani mulai condong ke kiri

dan aktif mendukung progam Soekarno yang mendapat dukungan dari PKI. Saat

terjadi gerakan 30 September PKI terjadi pembunuhan seacara besar-besaran.

Diduga Gerwani terlibat dalam pembantaian para jendral di lubang buaya,

mengiris-iris tubuh para jendral sambil menari telanjang akibatnya para anggota

gewani baik yang terlibat ataupun tidak dibunuh dan dipenjarakan, meskipun

dugaan tehadap gerwani demikan namun gewani memepunyai jasa dan juga

Gerwani bukanlah organisasi wanita yang hanya memperjuangkan kaumnya tapi

juga ikut dalam memperjuagkan kesatuan negara NKRI.[4]

2. Pasca Kemerdekaan

8

Page 9: mkalah lk 2

Organisasi Perempuan yang ada masih terus memperjuangkan

kesamaan politik , hak memperoleh pendidikan dan kesempatan kerja. Persolan

yang di hadapi adalah tindakan diskriminatif antara laki laki dan perempuan.

Ada beberapa hal yang telah di capai :

a.      Hak politik yang sama antara laki-laki dan perempuan setidaknya secara

legal telah di jamin dalam pasal 27 UUD 45. Lalu lahir UU 80/1958,yang

menjamin adanya prinsip pembayaran yang sama dalam hal pekerjaan yang sama

perempuan dan laki-laki tidak di beda-bedakan dalam sistem penggajian.

b.      Maria Ulfa kemudian terpilih menjadi menteri sosial pada kabinet Syahrir II

(1946) dan S.K.Trimurti menjadi menteri perburuhan pada kabinet Amir

Syarifuddin (1947-1948), gerakan perempun indonesia yang juga berhasil

menempatkan perempuan sebagai anggota parlemen.

3. Masa Orde Baru

Di masa orba sudah ada kelompok-kelompok organisasi perempuan

untuk membantu pemerintah dan menyebar luaskan ideologi gender .mereka

adalah :

a.    Dharma Wanita untuk istri PNS

b.    Dharma Pertiwi untuk istri yang suaminya bekerja di militer dan kepolisian

c.    Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk perempuan yang tidak

termasuk kelompok pertama dan kedua, khususnya untuk yang di pedesaan.

4. Masa Reformasi

Pada era tahun 2000-an , terjadi perubahan dari gerakan sosial ke gerakan

politik, dari jalan ke parlemen.

 Gerakan perempuan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari gerakan reformasi

untuk demokrasi. Pada tahun 2001 muncul presiden perempuan pertama di

indonesia , Megawati Soekarno Putri. Tahun 2003 :  UU no 12/2003(pasal 65

ayat1) memuat kuota 30% keterwakilan perempuan dan pada tahun 2004lhir

undang-undang tentang perlindungan terhadap perempuan.[5]

D. Partisipasi Politik Perempuan

Berbicara tentang perempuan dan politik, merupakan bahasan  yang

menarik. Sebab, peran politik perempuan dari perspektif  kalangan feminisme

radikal adalah dimana terjadinya transformasi total (kalau perlu, dengan sedikit

pemaksaan) peran perempuan di ranah domestik ke ranah publik. Atau dalam

bahasa populernya, kesetaraan gender.9

Page 10: mkalah lk 2

Keterlibatan wanita di kancah politik bukan hal yang baru. Dalam sejarah

perjuangan kaum wanita, partisipasi wanita dalam pembangunan, telah banyak

kemajuan dicapai terutama di bidang pendidikan, ekonomi, lembaga kenegaraan,

dan pemerintahan.

Berbicara tentang partisipasi politik wanita, tentu saja kita tidak dapat

menghindarkan diri dari diskusi tentang partisipasi politik menurut disiplin ilmu

politik. Menurut Verba, Nie, dan Kim (1978:46, dalam Afan Gaffar, 1991)

partisipasi politik adalah “legal activities by private citizens than more or less

directly aimed at influence the selection of governmental personnel and/ or the

action they take”.

Mely G. Tan (1992, dalam Yulfita, 1995:1) membedakan partisipasi

politik dalam dua aspek, yaitu dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit yaitu

berupa keikutsertaan dalam politik praktis dan aktif dalam segala kegiatannya;

sedangkan dalam arti luas, berupa keikutsertaan secara aktif dalam kegiatan yang

mempunyai kemampuan, kesempatan dan kekuasaan dalam pengambilan

keputusan yang mendasar yang menyangkut kehidupan orang banyak.

Dalam sebuah lingkungan nyata, konstribusi politik perempuan haruslah

diletakkan dalam suatu cara bahwa aktivitas- aktivitas kolektif didasarkan atas

sebuah kehendak bebas, sukarela, sadar, dan aktif. Inilah sebuah situasi ketika

individu- individu masyarakat dan mengatur urusan- urusan social (baik langsung

maupun tidak) serta membantu membentuk kehidupan masyarakat.

Dalam sejarah perjuangan kaum wanita Indonesia, kita mengenal tokoh-

tokoh seperti R.A Kartini, Dewi Sartika, Nyi Ageng Serang, dan sebagainya.

Mereka memperjuangkan hak- hak wanita untuk dapat memperoleh pendidikan

setara dengan pria. Di bidang lain ada wanita yang berjuang untuk merebut

kemerdekaan seperti Cut Nyak Dien, Maria Tiahahu,Yolanda Marinis, dsb.

Organisasi wanita telah lama ada sebelum kemerdekaan, bahkan pada tanggal 22

Desembar 1928 mereka mengadakan kongres I. Bahkan kini terdapat 66 unit

organisasi wanita yang berhimpun dalam Kowani (Kongres Wanita Indonesia).

Secara UUD 1945 tidak membedakan laki- laki dan perempuan dan

menjamin bagi warga negaranya persamaan hak dan kewajiban di bidang politik

dan lainnya. Pada tahun 1978 persamaan hak, tanggung jawab, dan kesempatan

tersebut ditekankan secara eksplisit di dalam GBHN. Kepedulian Indonesia

terhadap persamaan hak ini juga tercermin dengan ikut sertanya menandatangani

10

Page 11: mkalah lk 2

konvensi mengenai penghapusan segala bentuk deskriminasi terhadap perempuan

pada tahun 1980 dan diretifikasi tahun 1984 melalui UU No.7 Tahun 1984.

Dalam segi Ideologi dan Hak Asasi Manusia,perempuan mempunyai

kedudukan yang sama dengan laki-laki. Perempuan dan laki-laki mempunyai hak ,

kedudukan dan kesempatan yang sama untuk memperoleh

kesehatan,pendidikan,pekerjaan,hak untuk hidup, hak kemerdekaan pikiran, hak

untuk tidak disiksa, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, hak untuk

berserikat, berorganisasi, berpolitik, dan berbagai hak universal yang dilindungi

oleh hukum.Singkat kata semua hak yang dimiliki laki-laki tak ubahnya duduk

sama rendah dan berdiri sama tinggi. Perempuan dan laki-laki mempunyai

kedudukan yang sama, yang dijamin dan dilindungi oleh Negara.

Dalam konteks islam sendiri, perempuan dan laki-laki mempunyai

kedudukan yang sama bahwa yang paling mulia disisi Allah ialah yang paling

bertakwa. Perbedaannya dari sisi fisik saja, yaitu laki-laki lebih kuat daripada

perempuan. Laki-laki kepala rumah tangga dan perempuan ibu rumah tangga.

Meskipun beberapa ahli fikih menyatakan larangan total bagi aktivitas perempuan

dalam wilayah ini: sementara, pada saat yang sama, selainnya menyisakan ruang

bagi perubahan dalam aturan klasik ini, sebuah perubahan yang di dasarkan atas

ruang dan waktu. Sejauh hukum syariat tidak mengingkari peran perempuan

dalam masyarakat dan mendelegasikan mereka posisi yang netral, dan sejauh al

qur’an dan sunah menyuarakan kesetaraan gender dalam ruang social, perempuan

memilki hak untuk partisipasi dalam ruang politik. Perempuan bebas

mengekspresikan pandangannya dan memberikan persetujuan atau kritiknya

terhadap berbagai kebijakan pemerintah. Hal ini berkesuaian dengan penerimaan

mereka terhadap perintah al qur’an sebagai berikut:

“Dan orang- orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka

menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan)

yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat,

dan mereka taat kepada Allah dan rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh

Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At

Taubah: 71).

E. Peran Wanita dalam Mewujudkan Masyarakat yang Religius.

11

Page 12: mkalah lk 2

Eksistensi seorang wanita merupakan segmen yang urgen dari sebuah

masyarakat sebab wanita adalah bagian sebuah masyarakat, bangsa dan komunitas

manusia. Kita tidak akan dapat menutup mata dari peran penting yang dimainkan

oleh wanita. wanita mempunyai peran yang sangat urgen dan fundamental dalam

memcoraki karakter pribadi-pribadi suatu masyarakat dan bangsa. Dalam sebuah

mutiara hikmah, seorang bijak berkata: “Wanita adalah pendidik manusia,

kebaikan suatu bangsa berporos pada kebaikan wanita, dan kebejatan suatu bangsa

berporos pada kebejatan wanita”.

Mengingat begitu fundamentalnya peranan wanita dalam membentuk

karakter pribadi sebuah bangsa, ia pun sanggup menjadikan bangsa tersebut

unggul atau hancur, Karena sebuah bangsa atau masyarakat adalah komunitas

yang terbentuk dari pribadi-pribadi, sedangkan yang membentuk karakter pribadi

adalah keluarga. Lantas siapa yang lebih banyak berperan dalam sebuah keluarga,

Tentu wanita, yaitu tatkala ia berperan sebagai seorang ibu. Ini merupakan

peranannya secara tidak langsung secara dalam mewujudkan sebuah bangsa yang

maju. Sedangkan peran langsung yang dapat dimainkan oleh perempuan adalah

peran sebagai anggota masyarakat. Yakni seperti wanita yang berperan dengan

menunjukkan kredibilitasnya dalam ranah sosial, politik, ekonomi, sains, dan lain-

lain.

Sesuai dengan fitrahnya Islampun menetapkan peranan – peranan tertentu

bagi statusnya, yaitu wanita sebagai seorang ibu, dan wanita sebagai seorang istri.

Islam mewajibkan seorang wanita agar melaksanakan fungsi keibuannya dengan

sebaik – baiknya. Karena jika ia tidak dapat memainkan peran itu dengan baik,

justru akan berakibat fatal terhadap kebahagiaan dan kesengsaraan masa depan

anaknya. Dalam berbagai hadits ditekankan bahwa memelihara anak adalah amal

saleh yang besar. Itulah sebabnya, walaupun Islam mengizinkan bergerak di

masyarakat sesuai dengan keperluannya, namun Islam memandang bahwa

kehadirannya dirumah merupakan hal yang paling penting dari segalanya. 

Menjadi seorang ibu merupakan peran secara tidak langsung dalam membangun

sebuah masyarakat yang sehat jasmani maupun ruhani, maju dan unggul. Sebab,

begitu beratnya tugas menjadi seorang ibu. Tuhan memberikan keistimewaan

kepada ibu sebagai balasan atas tugas berat di pundaknya, sebagaimana yang

disabdakan oleh Rasul saww.: “Syurga di bawah telapak kaki ibu”. Kalau kita

coba teliti lagi redaksi hadis di atas, mungkin beliau ingin mengatakan juga bahwa

12

Page 13: mkalah lk 2

di telapak kaki ibulah terbentuk kepribadian surgawi (baik) atau jahanami (buruk).

Maksudnya, seorang ibu mampu melahirkan pribadi-pribadi yang baik dan

masyarakat yang sehat dan saleh.

Kaum wanita harus berperan aktif mendidik anak-anaknya dengan prinsip-

prinsip takwa, dan melatih mereka dengan cara hidup demikian. Seperti cara

hidup bersih, baik lahir maupun batin, mengajari kejujuran, tidak sombong, tidak

menipu, merampas hak orang lain, dan memupuknya dengan akhlak mulia.

Singkatnya, mendidik mereka dalam rangka menjauhi larangan Allah dan

menjalankan perintah-Nya. Bukan hanya sekedar mendidik anak dalam bentuk

pendidikan formal saja dan melalaikan sisi ruhani dan spritualnya. Bukan hanya

memenuhi kebutuhan kesehatan jasmaninya saja tanpa memperhatikan kebutuhan

kesehatan ruhaninya. Inilah langkah awal untuk menciptakan masyarakat yang

sehat dan saleh.

Maka dari itu dirumuskan bahwa istri yang baik adalah istri yang menjadi

teman suaminya dalam meningkatkan moralitas, spiritualitas, dan religiulitas.

Serta seorang ibu yang baik yaitu ibu yang dapat membentuk jiwa anak – anaknya

menjadi pribadi –pribadi yang baik yang pada akhirnya memunculkan generasi

bangsa yang berakhlak dan berprestasi.

Karena sebuah bangsa atau masyarakat adalah komunitas yang terbentuk

dari pribadi-pribadi, sedangkan yang membentuk karakter pribadi adalah

keluarga. Maka mustahil ada sebuah masyarakat kalau di sana tak ada keluarga

dan keluarga memerlukan sosok wanita yang berakhlak mulia serta memahami

peranannya untuk membentuk masyarakat yang diharapkan yakni sebuah

masyarakat yang religius. Yaitu masyarakat yang menjunjung norma-norma

agama, berpegang teguh kepada ajaran agama dan dan mempraktekkannya dalam

kehidupan sehari-sehari dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat.

F. Kiprah Perempuan dalam Bidang Ekonomi

Perempuan sangat potensial untuk melakukan berbagai kegiatan produktif

yang menghasilkan dan dapat membantu ekonomi keluarga, apalagi potensi

tersebut menyebar di berbagai bidang maupun sektor. Dengan potensi tersebut

perempuan potensial berperan aktif dalam proses recovery ekonomi, untuk itu

potensi perempuan perlu ditingkatkan.

Kiprah perempuan dalam bidang ekonomi terutama yang melakukan peran

sebagai pengelola usaha telah merambah ke pelosok-pelosok wilayah perdesaan 13

Page 14: mkalah lk 2

dengan menjalankan usaha di berbagai sektor, seperti antara lain pertanian,

pengolahan makanan, industri kecil dan perdagangan. Sedangkan di perkotaan

usaha perempuan lebih beragam sampai menjangkau keseluruh sektor-sektor

usaha yang ada. Sebagian besar usaha perempuan pada kenyataannya juga banyak

bergerak di bidang-bidang yang berkaitan dengan wilayah “domestik” dan dekat

dengan lingkungan rumah tangganya, seperti pada sektor jasa, industri kerajinan

dan rumah tangga serta sektor informal lainnya.

Optimalisasi peran serta perempuan di dalam berbagai kegiatan publik

perlu terus ditingkatkan.[1] Kiprah perempuan untuk tampil ke depan mulai

dibuka lebar tampak dari semakin mudahnya perempuan dalam meraih setiap

peluang kerja yang tersedia. Kompetisi untuk mencari sumber pendapatan seiring

dengan tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin meningkat dan

semakin bervariasi terus dihadapi perempuan. Oleh karena itu. secara kualitas

perempuan harus dipersiapkan untuk mengahadapinya.

Peran ganda perempuan yang semakin berkembang tidak hanya terkait di

sektor domestik tetapi telah meluas ke sektor kegiatan ekonomi. Peran perempuan

turut menegakkan ekonomi rumah tangga dengan memasuki berbagai kegiatan

ekonomi diakui memberikan dampak positif bagi kesejahteraan rumah tangga.

Karena kuatnya posisi ekonomi adalah sebagai modal untuk membiayai seluruh

keperluan rumah tangga.

Meningkatnya keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi dilandasi

peningkatan dalam jumlah perempuan yang terlibat dalam pekerjaan di luar rumah

tangga yang meningkat dari waktu ke waktu. Di samping itu peningkatan dalam

bidang jumlah pekerjaan yang dapat dimasuki oleh perempuan yang selama ini

sebelumnya masih didominasi oleh laki-laki.[2] Kaum perempuan saat ini

memiliki peranan yang cukup besar dalam upaya peningkatan kualitas kehidupan.

Peran perempuan di bidang ekonomi sudah menunjukkan adanya peningkatan,

walaupun bila dibandingkan dengan laki-laki masih lebih rendah (78.61% tahun

2010). Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan mengalami

peningkatan dari 46.68 % tahun 2009 menjadi 47.24 % tahun 2010.[3]

Banyak anggapan, dunia ilmu pengetahuan adalah dunia kaum laki-laki.

Seolah-olah, kaum wanita tidak memiliki kontribusi apa-apa dalam bidang ilmu

pengetahuan. Padahal dalam sejarah panjang umat manusia, banyak wanita yang

berperan penting dalam pelestarian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

14

Page 15: mkalah lk 2

G. Peran Wanita di Dunia Pendidikan

Kemajuan ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan.

Pendidikan yang baik akan menjadi awal bagi pengembangan ilmu

pengetahuan.Proses pendidikan diawali dari lingkungan yang paling kecil, yaitu

rumah. Dari sinilah bermulanya kontribusi wanita dalam ilmu pengetahuan. Tidak

sedikit ilmuwan yang lahir berkat didikan wanita yang berkualitas sejak masa

yang sangat dini di rumah. Keberhasilan Eve Curie, misalnya, tentu tidak bisa

dipisahkan dari didikan Marie Curie.

Peran RA. Kartini dalam memajukan pendidikan di Indonesia merupakan

salah satu contoh kontribusi wanita yang dicetak dengan tinta emas dalam sejarah.

Pada masa itu, kondisi pendidikan di tanah air sangat memprihatinkan, khususnya

bagi kaum wanita. Anak-anak di bawah umur 12 tahun masih diperbolehkan

mengikuti pelajaran di sekolah. Namun setelah di atas 12 tahun, mereka tidak

diperbolehkan lagi belajar di luar rumah.

Kartini mendobrak kondisi yang memprihatinkan tersebut dengan

membangun sekolah khusus wanita. Selain itu, ia juga mendirikan perpustakaan

bagi anak-anak perempuan di sekitarnya. Usaha Kartini ini didukung oleh

sahabatnya, Rosa Abendanon, dan suaminya, Raden Adipati Joyodiningrat.

Pemikiran-pemikiran Kartini dalam memajukan dunia pendidikan dapat kita baca

dalam bukunya yang terkenal, " Habis Gelap Terbitlah Terang".

Apa yang telah diperjuangkan oleh Kartini pada masa itu, dapat kita lihat

manfaatnya dalam perkembangan pendidikan di Indonesia saat ini. Hal ini juga

berimbas pada kemajuan ilmu pengetahuan di tanah air.

H. Peran dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan

Selain berperan mengembangkan ilmu pengetahuan -secara tidak

langsung- lewat jalur pendidikan, banyak tokoh wanita yang mengukir prestasi

besar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan secara langsung.

Tokoh wanita yang mungkin layak disebutkan pertama kali adalah Aisyah

ra. Pada masanya, Aisyah ra. banyak memberikan masukan dan ide-ide cemerlang

dalam memajukan Islam. Selain itu, dia juga berperan besar dalam menjaga

kemurnian sunnah nabi, yang menjadikannya salah seorang sumber rujukan pada

zamannya.

Aisyah ra. juga terkenal ahli dalam bidang fiqh, yang nyaris tak tertandingi

kehebatannya dalam sejarah keilmuan Islam. Keahliannya dalam bidang sunnah

15

Page 16: mkalah lk 2

dan fiqh tersebut membuat namanya tercatat dalam golongan intelektual papan

atas di tahun-tahun pertama Islam.

Nama lain yang juga pantas disebut adalah Helen keller. Dia adalah

penulis dan peneliti asal AS. Ketika berumur satu tahun, dia terserang penyakit

yang parah, dan itu mengakibatkannya tidak bisa melihat dan mendengar lagi.

Kekurangan yang dimilikinya, tidak mengurungkan niat Helen untuk terus

mengembangkan ilmu pengetahuan. Ia terus belajar, belajar dan belajar. Helen

menuntut ilmu di rumah, dan diajar oleh guru pribadi yang didatangkan oleh

orangtuanya.

Pada usia 20 tahun, dia berhasil diterima di universitas. Helen aktif

menulis buku untuk menggalang dana bagi orang-orang buta. Buku pertamanya,

" The Story of My Life", telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Apa

yang telah dilakukannya, membuka mata dunia untuk lebih menghargai

keberadaan dan peran wanita, sekalipun dengan keterbatasan indera, seperti Helen

Keller.

Ketika banyak orang mengasumsikan ilmu pengetahuan hanya sebatas

teknologi, maka tokoh besar wanita yang tidak boleh dilupakan adalah Marie

Curie. Wanita yang bernama lengkap Maria Sklodowska Curie ini, adalah penemu

unsur radium. Curie adalah satu-satunya ilmuwan yang berhasil memperoleh dua

nobel, nobel yang pertama didapat pada tahun 1903 untuk bidang fisika, dan yang

kedua didapat pada tahun 1911 untuk bidang kimia. Curie juga merupakan wanita

pertama yang mengajar di Universitas Sorbonne, Paris.

Dedikasinya yang sangat tinggi di bidang ilmu pengetahuan, belum ada

yang menandingi. Curie mengabdikan seluruh hidupnya pada ilmu pengetahuan.

Dan sampai saat ini, tidak ada wanita yang memiliki pengabdian intelektual

seperti dirinya. Berkat jasa Marie Curie, wanita semakin diakui kontribusinya

dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Meskipun disibukkan oleh kegiatannya,

tapi dia tidak pernah melupakan kodratnya sebagai wanita dan sebagai seorang

ibu. Dia tetap meluangkan waktu untuk melayani sang suami, Pierre Currie, dan

anaknya, Irene Curie. Banyak wanita muda yang tersugesti setelah membaca

kisahnya.

Demikianlah, anggapan bahwa dunia ilmu pengetahuan adalah dunia kaum

laki-laki, ternyata tidak sepenuhnya benar. Banyak tokoh wanita yang berperan

besar dalam memajukan ilmu pengetahuan. Baik secara langsung maupun tidak

langsung. Berbagai prestasi luar biasa yang telah ditorehkan oleh Kartini, Aisyah

16

Page 17: mkalah lk 2

ra, Helen Keller, Marie Curie, dan lain-lain; adalah sederet bukti yang tak

terbantahkan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Status wanita adalah keadaan atau kedudukan wanita dalam hubungannya

dengan masyarakat dalam konteks budaya,politik,agama,dan

pembangunan.

2. Nilai wanita adalah angka kepandaian, potensi, atau mutu yang dimiliki

olehseorang wanita. Orang-orang banyak berbeda kecakapannya satu sama

lain, kecakapan adalah fungsi pribadi,oleh karena itu wanita harus diberi

persamaan kesempatan untuk mewujudkan potensi-potensi mereka dan

penilaian kecakapan mereka tidak boleh didasarkan atas prakarsa kelamin.

Dalam definisi kesehatan kaum wanita harus mencerminkan kehidupan

wanita,yaitu :

a. Peran reproduksi ( melahirkan anak )

b. Takdir biologis ( siklus menstruasi )

c. Hubungan social.

B. Saran-saran

1. Wanita harus diberi persamaan kesempatan untuk mewujudkan potensi-

potensi mereka.

2. Pemerintah harus lebih serius lagi dalam meningkatkan peran wanita dalam

segala bidang.

17

Page 18: mkalah lk 2

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Haslinda. Edukasi untuk para pejuang mudi: mahasiswi universitas indonesia. bangkit dan kepalkan jarimu, pustaka murni, Yogyakarta, 2002

Asmara, Gusti. Kartini BUKAN Cuma Pejuang Pergerakan Perempuan [Ditinjau dari Nasionalisme & Islamisme], Mustika Persada, Malang, 2008

Hendawati, Rayuna. Paradigma gerakan muslimah Indonesia, CitaPustaka, Jakarta, 2004

Ichwanarifin, perempuan, politik dan pergerakan kebangsaan, Mizan, Bandung 2011

Suryochondro, Sukanti. Timbulnya dan perkembangan gerakan wanita di Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2000

Fadlullah Sayid Muhammad Husain, Dunia Wanita dalam Islam, Lentera, Jakarta, 2000

Razwy Sayid, Menapak Jalan Suci Sang Putri Mekah, Lentera ,Jakarta, 2002.

Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual;Refleksi Sosial Cendekiawan Muslim, Mizan, Bandung, 1991,

Rahman Yudi Nur, 1995, 14 Manusia Suci, Bandung, Pustaka HidayahEuis Daryati, Peran Perempuan dalam Membangun Masyarakat Religius (1); Sebuah Pengantar, http://www.islamfeminis.wordpress.com, Surakarta, 3 Juli 2007

Dinata, Arda. Meluruskan Emansipasi dan Membangun Karakter Bangsa, Ciputat, 2009

Bashin, Kamla dan Nighat Said Khan, Persoalan Pokok Mengenai Feminisme dan Relevansinya. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995

Mansour Fakih. Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001

Hakeem, Ali Hosein. Membela Perempuan “Menakar Feminisme dengan Nalar Agama”. Penerbit Erlangga, Jakarta ,2005

Yubahar Ilyas. Perempuan dan Kekuasaan (Menelusuri Hak Politik dan Persoalan Gender dalam Islam, Zaman Wacana Mulia, Bandung, 1998

18

Page 19: mkalah lk 2

Ja’far, Dr. Muhammad Anis Qasim. Perempuan dan Kekuasaan (Menelusuri Hak Politik dan Persoalan Gender dalam Islam). Zaman Wacana, Bandung, Mulia, 1988

Khan, Said. Wanita, Gender dan Feminisme – Perjuangan Partisipasi Politik Kaum Perempuan. Rajawali Press; Jakarta, 2011

Mernissi, Fatimah. Pemberontakan Wanita – Peran Intelektual Kaum Wanita dalam Sejarah Muslim. Mizan; Bandung, 1999

19