hipertensi mkalah
DESCRIPTION
hipertensiTRANSCRIPT
ANATOMI JANTUNG
Jantung merupakan organ berongga, berotot yang terletak di ruang mediastinum
infero medial.
Proyeksi;
- Kanan atas terletak di ICS II parasternal dextra
- Kiri atas terletak di ICS II parasternal sinistra
- Apex terletak di ICS V midclavicula sinistra
Jantung dilapisi membran yang disebut perikardium.
Batas-batas jantung dengan organ sekitar:
-dextra et sinistra: pleura
-anterior: thymus dan os sternum
-posterior: oesophagus, v.cava superior, aorta pars thoracica
Jantung terbagi menjadi 3 lapisan;
- Epikardium
- Myokardium
- Endokardium
Facies/ permukaan jantung:
- Facies sternocostalis
- Facies diaprhagmatica
- Facies basis cordis
Jantung terdiri dari 4 ruang:
- atrium dextra, berfungsi menerima darah dari vena cava superior et inferior
1
- ventrikel dextra, berfungsi menerima darah dari atrium dextra untuk diteruskan ke
arteri pulmonal
- atrium sinistra, berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari vena pulmonal
- ventrikel sinistra, berfungsi menerima darah dari atrium sinistra kemudian dipompa
ke seluruh tubuh.
Jantung memiliki katup/ area auskultasi:
- katup mitral (antara atrium sinsitra dengan ventrikel sinistra), letak ICS V linea
midclavicularis sinistra
- katup tricuspid (antara atrium dextra dengan ventrikel dextra), ICS IV linea sternalis
sinistra
- katup pulmonal (antara ventrikel dextra dengan arteri pulmonalis), ICS II linea
sternalis dextra
- katup aorta (antara ventrikel sinistra dengan aorta), ICS II sternalis sinistra
Perdarahan pada jantung:
Arteri: Aorta Ascenden
Arteri coronaria dextra Arteri coronaria sinistra
R. nodi sinuatrial R. circumflexus
R. coni arteriosi R. interventricularis anterior
R. marginalis dextra R. marginalis sinistra
R. interventricularis posterior R. atrialis
Vena:
Vena Cardiaca
2
V. cardiaca magna V. ventricular anterior dextra
V. cardiaca parva V. cardiaca media
Sinus coronarius Atrium dextra
FISOLOGI JANTUNG
Fisiologi Jantung
a. Fungsi umum otot jantung yaitu:
Sifat ritmisitas/otomatis: secara potensial berkontraksi tanpa adanya rangsangan dari luar.
3
1. Mengikuti hukum gagal atau tuntas: impuls dilepas mencapai ambang rangsang otot
jantung maka seluruh jantung akan berkontraksi maksimal.
2. Tidak dapat berkontraksi tetanik.
3. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.
b. Metabolisme Otot Jantung
Seperti otot kerangka, otot jantung juga menggunakan energy kimia untuk
berkontraksi. Energy terutama berasal dari metabolism asam lemak dalam jumlah yang lebih
kecil dari metabolisme zat gizi terutama laktat dan glukosa. Proses metabolism jantung
adalah aerobic yang membutuhkan oksigen.
c. Pengaruh Ion Pada Jantung
1. Pengaruh ion kalium : kelebihan ion kalium pada CES menyebabkan jantung
dilatasi, lemah dan frekuensi lambat.
2. Pengaruh ion kalsium: kelebihan ion kalsium menyebabkan jantung
berkontraksi spastis.
3. Pengaruh ion natrium: menekan fungsi jantung.
d. Elektrofisiologi Sel Otot jantung
Aktifitas listrik jantung merupakan akibat perubahan permeabilitas membrane sel.
Seluruh proses aktifitas listrik jantung dinamakan potensial aksi yang disebabkan oleh
rangsangan listrik, kimia, mekanika, dan termis.Lima fase aksi potensial yaitu:
1. Fase istirahat: Bagian dalam bermuatan negative(polarisasi) dan bagian luar
bermuatan positif.
2. Fase depolarisasi(cepat): Disebabkan meningkatnya permeabilitas
membrane terhadap natrium sehingga natrium mengalir dari luar ke
dalam.
3. Fase polarisasi parsial: Setelah depolarisasi terdapat sedikit perubahan akibat
masuknya kalsium ke dalam sel, sehingga muatan positif dalam sel menjadi
berkurang.
4
4. Fase plato(keadaan stabil): Fase depolarisasi diikiuti keadaan stabil agak lama
sesuai masa refraktor absolute miokard.
5. Fase repolarisasi(cepat): Kalsium dan natrium berangsur-angsur tidak
mengalir dan permeabilitas terhadap kalium sangat meningkat.
e. Sistem Konduksi Jantung
Sistem konduksi jantung meliputi:
1. SA node: Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada di dalam
dinding atrium kanan di ujung Krista terminalis.
2. AV node: Susunannya sama dengan SA node berada di dalam septum atrium
dekat muara sinus koronari.
3. Bundle atrioventrikuler: dari bundle AV berjalan ke arah depan pada tepi
posterior dan tepi bawah pars membranasea septum interventrikulare.
4. Serabut penghubung terminal(purkinje): Anyaman yang berada pada
endokardium menyebar pada kedua ventrikel.
f. Siklus Jantung
Empat pompa yang terpisah yaitu: dua pompa primer atrium dan dua pompa tenaga
ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung sampai kontraksi berikutnya disebut siklus jantung.
g. Fungsi jantung sebagai pompa
Lima fungsi jantung sebagai pompa yaitu:
1. Fungsi atrium sebagai pompa
2. Fungsi ventrikel sebagai pompa
3. Periode ejeksi
4. Diastole
5. Periode relaksasi isometric
Dua cara dasar pengaturan kerja pemompaan jantung
5
1. Autoregulasi intrinsic pemompaan akibat perubahan volume darah
yang mengalir ke jantung.
2. Reflex mengawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung melalui
saraf otonom
h. Curah jantung
Normal, jumlah darah yang dipompakan ventrikel kiri dan kanan sama
besarnya. Jumlah darah yang dipompakan ventrikel selama satu menit
disebut curah jantung (cardiac output).
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi otot jantung:
1. Beban awal
2. Kontraktilitas
3. Beban akhir
4. Frekuensi jantung
Periode pekerjaan jantung yaitu:
1. Periode systole
2. Periode diastole
3. Periode istirahat
6
DEFINISI
Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih
dari 95 mmHg. (kapita selekta kedokteran jilid 1.)
Definisi Tension Headcache
Nyeri kepala ini adalah manisfestasi dari reaksi tubuh terhadap stress, kecemasan,
depresi, konflik emosional, kelelahan, atau hostilitasyang tertekan (kapita selekta kedokteran
jilid 2.)
Definisi Vertigo
Vertigo adalah sensasi abnormal berupa gerakan berputar. ( panduan taktis diagnosis
dan tatalaksana penyakit saraf)
7
GEJALA KLINIS
Gejala Klinis Vertigo
Tampilan Vertigo perifer Vertigo sentral
Masa laten sebelum
timbul nistagmus
2-20detik tidak ada
Lama nistagmus <30detik >30detik
Kelelahan nistagmus Menghilang dengan
manuver berulang-
ulang
Nistagmus kambuh bila
manuver diulang-ulang
Latancy setelah manuver Lebih lama(sampai
20 detik)
Lebih singkat(sampai
5detik)
Arah nistagmus pada
posisi kepala tertentu
Arahnya tidaak
berubah hanya Satu
Arahnya bisa berubah
dengan tatapan ake arah
8
arah fase cepat dari nistagmus
Hilang pendengran ,tinitus sering jarang
Ketidak seimbangan Ringan sampai
sedang,dapat berjalan
Berat tidak dapat berdiri
tegak atau berjalan
Gejala klinis hipertensi
Biasanya asimtomatik tetapi dapat ditemukan dengan tanda-tanda dan gejala kerusakan
end-organ seperti nyeri dada,edema perifer,gangguan penglihatan dan kladio kasio.
Sakit kepala saat terjaga,kadang mual muntah,akibat peningkatan tekanan darah
intracranium
Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina
Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
Pada pemeriksaan fisik dan lab.rutin tampak:
o Kardiak; bunyi jantung s4 akibat peningkatan terhadap pengisian ventrikel dan edema
perifer
o Renal; mikroalbuminuria,proteinuria
o Vaskular: bruit karotis,arteriosklerosis hialin,bruit abdominal
o Oftalmologi; hilangnya pulsasi vena
Gejala kliniis tension headache
9
o Terasa sakit tertekan di bagian occipital
o Tidak disertai mual dan muntah
o Kepala serasa terikat oleh pita
o Kadang penurunan nafsu makan
KLASIFIKASI
Klasifikasi Hipertensi
a. Menurut etiologinya:
1. Hipertensi primer (idiopatik/esensial)
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, mencakup 95% kasus.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain seperti penyakit ginjal, penyakit
endokrin dll.
b. Menurut JNC VII
Klasifikasi tekanan darah Tekanan sistol (mmHg) Tekanan diastole
(mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi stadium I 140-159 Atau 90-99
Hipertensi stadium II >160 Atau >100
c. Menurut WHO
Kategori Tekanan sistol (mmHg) Tekanan diastol (mmHg)
Optimal
Normal
Normal tinggi
<120
<130
130-139
<80
<85
85-89
Tingkat I (hipertensi ringan) 140-159 90-99
10
Sub grup: perbatasan 140-15990-94
Tingkat II (hipertensi
sedang)160-179 100-109
Tingkat III (hipertensi berat) >180 ≥110
Hipertensi sistol terisolasi
Sub grup perbatasan
≥ 140
140-149
<90
<90
Klasifikasi Vertigo
A. Vertigo sentral
Akibat kerusakan batang otak atau serebellum
B. Vertigo perifer
- Benign paroxysmal positional vertigo
- Meneire’s disease
- Vestibular neuritis
Klasifikasi tension type headache
Menurut International Headache Society Classification (1988):
a. Infrequent episodic tension-type headache
Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam <1 hari/bulan (atau <12 hari/
tahun), nyeri kepala berakhir dalam 30 menit – 7 hari bilateral, menekan mengikat,
tidak berdenyut, mild atau moderate, tidak ada mual/ muntah, mungkin ada fonofobia/
fotofobia, sama sekali tidak ada hubungannya dengan penyakit nyeri kepala lain
b. Frequent episodic tension-type headache
Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1- 15 hari/bulan dalam waktu
paling tidak selama 3 bulan (atau 12 -180hari pertahunnya), nyeri kepala berakhir
dalam 30 menit- 7 hari, bilateral, menekan, mengikat, tidak berdenyut, mild or
moderate, tidak ada mual/ muntah, mungkin ada fonopobia/ fotopobia, sama sekali
tidak ada hubungannya dengan penyakit nyeri kepala lain.
11
c. Chronic tension-type headache
Nyeri kepala yang berasal dari ETTH yang timbul >15 hari/bulannya dalam
waktu > 3 bulan (atau >180 hari/tahun).
d. Probable tension-type headache
Dijumpai memenuhi kriteria TTH akan tetapi kurang satu kriteria untuk TTH
bercampur dengan salah satu kriteria probable migrane. Nyeri kepala berlangsung
>15 hari/bulan selama > 3 bulan (atau > 180 hari/tahun), nyeri kepala berlangsung
selama sekian jam atau terus menerus kontinyu, bilateral, rasa menekan/mengikat,
intensitas mild or moderate, tidak ada severe nausea atau vomiting, mungkin ada
fotopobia/ fonopobia, tidak ada hubungannya dengan penyakit kepala lainnya, paling
tidak masa 2 bulan terakhir
Komplikasi Hipertensi
System organ komplikasi Komplikasi hipertensi
Jantung Gagal jantung kongestif, angina pectoris,
infark miokard
System saraf pusat Ensefalopati hipertensif
Ginjal Gagal ginjal kronis
Mata Retinopati hipertensif
Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer
komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan
otak.
Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan
kebutaan
Pada jantung, gagal jantung merupakan kelainan yang ditemukan pada hipertensi
selain kelainan koroner dan infark miokard
Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya
mikroaneurisma.
12
Komplikasi vertigo:
Ada beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat serangan
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko Hipertensi
1. Obesitas (kegemukan) merupakan cirri khas penderita hipertensi. Walaupun belum
diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa
daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitasobesitas denga
hipertensi lebih tinggi daripada penderita hipertensi dengan berat badan normal
2. Stress. Diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang berkerja pada saat kita
beraktivitas). Peningkatan saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah
secara intermitten (tidak menentu)
3. Factor keturunan (genetic). Apabila riwayat hipertensi didapat pada kedua orang
tua, maka dugaan hipertensi essensial akan sangat besar. Demikian pula dengan
kembar monozigot (satu sel telur) apabila salah satunya adalah pemderita hipertensi
4. Jenis kelamin (gender). Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita
hipertensi daripada wanita. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi
oleh factor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat
(merokok, kelebihan berat badan).depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan
pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman
terhadap pekerjaan dan pengangguran.
5. Usia. Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita
hipertensi juga semakin besar
6. Asupan garam. Melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekana darah
akan diikuti oleh peningkatan eksresi kelebihan garam sehingga pada keadaan
hemodinamik (system pendarahan) yang normal. Pada hipertensi esensial mekanisme
inilah yang terganggu
13
7. Gaya hidup yang kurang sehat. Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan
hipertensi namun kebiasaan merokok, minum minuman berakohol dan kurang
olahraga dapat pula mempengaruhi peningkatan tekanan darah
Faktor resiko Vertigo
1. Mabuk darat atau mabuk laut
2. Komsumsi alcohol
3. Infeksi bakteri ditelinga bagian dalam
4. Infeksi virus yang misalnya flu yang mengganggu labirin telinga
5. Radang sindi leher
6. Pusat keseimbangan otak kurang sirkulasi darah
Faktor resiko Tension Headcache
1. Stress
2. Depresi
3. Bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama
4. Kelelahan mata
5. Kontraksi otot yang berlebihan
6. Berkurangnya aliran darah
7. Tidak seimbang neurotrasmiter
14
PENATALKSANAAN
Penatalaksanaan Hipertensi
1.TERAPI NON FARMAKOLOGI
Dengan melakukan modifikasi gaya hidup, yaitu:
1. Mengurangi berat badan jika terjadi kelebihan berat badan.
2. Melakukan diet makanan yang diadopsi dari DASH (Dietary Approaches to Stop
Hipertension).
3. Mengurangi asupan natrium sampai ≤ 2,4 g/hari (6 g/hari NaCl)
4. Melakukan aktivitas fisik, seperti aerobik atau berolahraga secara teratur.
5. Mengurangi konsumsi alkohol.
6. Menghentikan kebiasaan merokok.
2.TERAPI FARMAKOLOGI
Ada sembilan kelas obat anti hipertensi. Lima diantaranya merupakan agen primer
(pilihan pertama), yaitu Diuretik, β blocker, ACEI (Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitor), ARB (Angiotensin Reseptor II Blocker), dan CCB (Calcium Channel Blocker).
Sedangkan 4 lainnya merupakan alternatif yang dapat digunakan setelah penderita
mendapatkan obat pilihan pertama, yaitu α blocker, agonis α-2 sentral, inhibitor adrenergik,
dan vasodilator.
Pemilihan obat pada terapi hipertensi tergantung pada derajat peningkatan tekanan darah dan
ada tidaknya komplikasi.
1. Diuretik
Bekerja dengan cara menyebabkan diuresis, meningkatkan ekskresi Na, Cl, dan air sehingga
volume plasma berkurang dan terjadi penurunan curah jantung (cardiac output) yang pada
akhirnya menyebabkan penurunan tekanan darah. Obat-obatan diuretik diberikan pada pagi
hari untuk single dose, atau pada pagi dan sore hari untuk 2 kali pemberian. Hal ini untuk
mencegah terjadinya nokturia diuresis.
15
Ada 4 kelompok diuretik, yaitu
1. Diuretik Tiazid : HCT (hidroklorotiazid), Klortalidon, Indapamid, dan Metolazone.
2. Loop diuretik : Furosemide, Bumetanide, dan Torsemide.
3. Diuretik hemat kalium : Amilorid, Triamteren. Dapat menyebabkan hiperkalemia,
terutama pada pasien penyakit ginjal kronik, diabetes dan terapi kombinasi dengan ACEI,
ARB, AINS, atau suplemen kalium.
4. Antagonis Aldosteron, juga termasuk diuretik hemat kalium : Spironolakton, Eplerenone.
Spironolakton dapat menyebabkan ginekomastia pada 10% pasien.
2. β blocker
Mekanisme kerjanya tidak diketahui tetapi dapat melibatkan menurunnya curah
jantung melalui kronotropik negatif dan efek inotropik jantung dan inhibisi pelepasan renin
dari ginjal.
β blocker dibedakan menjadi 4 kelompok berdasarkan sifatnya, yaitu
1. Kardioselektif, bekerja selektif pada reseptor β1 di jantung: Atenolol, Bisoprolol,
Metoprolol, dan Betaxolol.
2. Nonselektif, bekerja pada reseptor β1 dan β2 : Nadolol, Propanolol, Timolol, dan Sotalol.
Tidak boleh digunakan pada pasien asma atau bronkhitis.
3. Memiliki Aktivitas Simpatomimetik Intrinsik: Acebutolol, Carteolol, Penbutolol, dan
Pindolol.
4. Campuran α dan β blocker : Karvedilol, Labetolol.
Efek samping blokade reseptor β pada miokardium adalah bradikardi, ketidaknormalan
konduksi atrioventrikular (AV), dan gagal jantung akut. Penghentian β blocker secara cepat
dapat menyebabkan angina tidak stabil, infark miokard, dan bahkan kematian pada pasien-
pasien dengan resiko tinggi penyakit koroner.Karena itu dosis harus diturunkan perlahan-
lahan selama 1-2 minggu sebelum penghentian.
3. ACEI (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor)
ACEI menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II, dimana
angiotensin II adalah vasokronstrikstor poten yang juga merangsang sekresi aldosteron. ACEI
juga memblok degradasi bradikinin dan merangsang sintesa zat-zat yang menyebabkan
vasodilatasi, termasuk prostaglandin E2 dan prostasiklin.
16
Yang termasuk dalam kelompok ACEI adalah: Kaptopril, Benazepril, Delapril,
Enalapril, Fosinopril, Lisinopril, Perindopril, Kuainapril, Ramipril, dan Ilazapril.
Penggunaan kaptopril sebaiknya pada saat perut kosong, karena absorbsinya dapat
berkurang 30-40% jika diberikan bersama makanan.
Efek samping pada penggunaan ACEI yaitu :batuk kering (pada 20% pasien),
hiperkalemia (monitoring), neutropenia, agranulosit, glomerulonefritis, proteinuria, dan
gangguan fungsi ginjal. ACEI dikontaindikasikan pada wanita hamil dan pasien dengan
riwayat angioedema.
4. ARB (Angiotensin Reseptor II Blocker)
ARB menghambat secara langsung reseptor angiotensin II tipe 1 (ATI) yang
memediasi efek angiotensin II yang sudah diketahui pada manusia: vasokonstriksi, pelepasan
aldosteron, aktivasi simpatetik, pelepasan hormon antidiuretik dan kontriksi arteriol dari
glomerulus. ARB tidak memblok reseptor angiotensin II tipe 2 (AT2). Jadi efek yang
menguntungkan dari stimulus AT2 (seperti vasodilatasi, perbaikan jaringan dan
penghambatan pertumbuhan sel) tetap utuh dengan menggunakan ARB.
Yang termasuk kelompok ARB adalah: Kandesartan, Eprosartan, Irbesartan, Losartan,
Olmesartan, Telmisartan, dan Valsartan.
Efek sampingnnya adalah insufisiensi ginjal, hiperkalemia, dan hipotensi ortostatik. ARB
tidak menyebabkan batuk seperti ACEI, karena tidak mencegah pemecahan bradikinin. Tidak
boleh digunakan pada wanita hamil.
5. CCB (Calcium Channel Blocker)
CCB bekerja dengan menghambat influx kalsium sepanjang membran sel. Ada dua
tipe kanal kalsium: high voltage channel (tipe L) dan low voltage channel (tipe T). CCB yang
ada hanya menghambat kanal tipe L, yang menyebabkan vasodilatasi koroner dan perifer.
Ada dua subkelas CCB, yaitu:
1. Dihidropiridin: Amlopidin, Felopidin, Isradipin, Lekardipin, Nicardipin, Nifedipin, dan
Nisolpidin. Efek samping dari dihidropiridin adalah pusing, flushing, sakit kepala,
hiperplasia gusi, edema perifer, perubahan mood, dan gangguan gastrointestinal.
Nifedipin dapat meningkatkan resiko kardiovaskular.
2. Non dihidropiridin: Diltiazem dan Verapamil. Menurunkan denyut jantung dan
memperlambat konduksi nodal atriventrikular. Efek sampingnya adalah anorexia, nausea,
edema perifer, dan hipotensi. Verapamil menyebabkan konstipasi pada 7% pasien
17
6. α blocker
Yang termasuk α blocker adalah Doxazosin, Prazosin, dan Terazosin.
Bekerja pada pembuluh darah perifer dan menghambat pengambilan katekolamin pada sel
otot halus, menyebabkan vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah.
Efek samping berat yang mungkin terjadi adalah fenomena dosis pertama yang
ditandai dengan pusing sementara atau pingsan, palpitasi, dan bahkan sinkope 1-3 jam setelah
dosis pertama. Untuk mengatasinya, dilakukan pemberian dosis awal dan peningkatan dosis
saat mau tidur. Hipotensi ortostatik dan pusing dapat berlanjut dengan pemberian terus-
menerus. α blocker melewati sawar darah-otak dan dapat menyebabkan efek samping pada
CNS seperti kehilangan tanaga, letih, dan depresi. Penggunaan dosis tinggi atau penggunaan
kronik dosis rendah dapat meretensi air dan natrium, sehingga lebih efektif jika digunakan
bersama diuretik. Penggunaannya harus hati-hati pada pasien lansia.
7. Agonis α-2 sentral
Klonidin dan Metildopa menurunkan tekanan darah terutama dengan merangsang
reseptor adrenergik di otak. Perangsangan ini menurunkan aliran simpatetik dari pusat
vasomotor di otak dan meningkatkan tonus vagal. Penurunan aktivitas simpatetik, bersamaan
dengan meningkatnya aktivitas parasimpatetik, dapat menurunkan denyut jantung, cardiac
output, total peripheral resistance, aktivitas plasma rennin, dan reflex baroreseptor.
Efek sampingnya adalah sedasi dan mulut kering. Penggunaan kronis dapat
menyebabkan retensi natrium.
Penghentian agonis α-2 sentral secara tiba-tiba dapat menyebabkan rebound
hypertension. Efek ini diduga disebabkan oleh meningkatnya pelepasan norepinefrin sewaktu
klonidin diberhentikan tiba-tiba.
8. Inhibitor adrenergik
Reserpin menurunkan tekanan darah dengan mengosongkan norepinefrin dari ujung
saraf simpatetik dan memblok perjalanan norepinefrin ke granul penyimpanannya. Reserpin
juga mengosongkan katekolamin dari otak dan miokardium, mengakibatkan sedasi, depresi,
dan berkurangnya curah jantung.
18
Efek sampingnya adalah depresi (pada dosis > 0,25 mg/hari), hidung tersumbat,
meningkatnya sekresi asam lambung, diare, dan bradikardi. Dapat menyebabkan resistensi
natrium yang signifikan sehingga harus dikombinasi dengan diuretik tiazid.
9. Vasodilator
Efek antihipertensi dari hidralazin dan minoksidil disebabkan oleh relaksasi langsung
otot polos arteriolar tetapi tidak menyebabkan vasodilatasi ke pembuluh darah vena. Kedua
obat juga menyebabkan penurunan tekanan perfusi yang kuat yang mengaktifkan refleks
baroreseptor. Pengaktifan dari baroreseptor menyebabkan meningkatnya aliran simpatetik,
sehingga meningkatkan denyut jantung, curah jantung, dan pelepasan renin. Akibatnya terjadi
takifilaksis, efek hipotensi akan hilang dengan pemakaian seterusnya. Efek ini dapat diatasi
dengan penggunaan bersama β blocker atau diuretik.
PENATALAKSANAAN VERTIGO
Terapi vertigo terdiri dari:
1. Terapi kausal : kebanyakan kasus vertigo tidak diketahui sebabnya, jika penyebabnya
diketahui pengobatan kausal merupakan pilihan utama
2. Terapi simptomatik : Pengobatan ini ditujukan pada dua gejala utama, yaitu rasa vertigo
(berputar, melayang) dan gejala otonom (mual, muntah). pasien biasanya merasa cemas
19
dan menderita, maka perlu diberikan obat simtomatik. pemberiannya secukupnya saja
untuk mengurangi gejala, tujuannya agar pasien dapat segera dimobilisasi untuk
melakukan latihan rehabilitasi.
Jenis Obat Antivertigo
Calsium entry blockler
Mekanisme kerja: mengurangi aktivitas eksitatori SSP dan bekerja langsung sebagai
depresor labirin. Bisa untuk vertigo perifer dan sentral.
Obat: flunarisin (SIBELIUM)
Antihistamin
Mekanisme kerja: efek antikolinergik dan merangsang inhibitory-monoaminergik,
dengan akibat inhibisi N. vestibularis
Obat: sinarisin (STUGERON), dimenhidrinat (Dramamine), prometasin (Phenergan),
meclizine, cyclizine.
Antikolinergik
Mekanisme kerja: mengurangi eksitabilitas neuron dengan menghambat jaras
eksitatorik-kolinergik ke N. vestibularis yang bersifat kolinergik. Mengurangi firing
rate dan respon N. vestibularis terhadap rangsang.
Obat: skopolamin, atropin.
Monoaminergik
Mekanisme kerja: merangsang jaras inhibitori-monoaminergik pada N. vestibularis,
akibatnya mengurangi eksitabilitas neuron.
Obat: amfetamin, efedrin
Fenotiasin (Antidopaminergik)
Mekanisme kerja: bekerja pada kemoreseptor trigger zone dan pusat muntah di
medula oblongata.
20
Obat: klorpromasin (Largactil), proklorperasin (Stemetil), haloperidol (Haldol,
Serenace), droperidol.
Benzodiazepine
Mekanisme kerja; menurunkan resting activity neuron pada N. vestibularis, dengan
menekan recticular facilitatory system.
Obat : diazepam (Valium)
Histamin
Mekanisme kerja: inhibisi neuron polisinaptik pada N. Vestibularis lateralis.
Obat: betahistin (Merislon)
Beta-blocker
Masih dalam penelitian
Antiepileptik
Karbamasepin, fenitoin, pada temporal lobe epilepsi dengan gejala vertigo. Bekerja
meningkatkan ambang rangsang epilepsinya.
21
3.Terapi rehabilitatif
Tujuan terapi adalah untuk menimbulkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan
habituasi pada pasien dengan gangguan vestibular.
Mekanisme kerja terapi ini adalah melalui:
Substitusi sentral oleh sistem visual dan somatosensori untuk fungsi vestibular yang
terganggu.
Mengaktifkan kendali pada tonus inti vestibular oleh serebelum, sistem visual, dan
somatosensori
Menimbulkan habituasi, yaitu berkurangnya respon terhadap stimuli sensorik yang
diberikan berulang-ulang
22
PENATALAKSANAAN TENSION HEADACHE
Terapi lini pertama adalah pengaturan ulang gaya hidup substansi yang menyebabkan
nyeri kepala seperti alcohol dan nikotin, melakukan latihan fisik yang rutin, tidur cukup,
mengurangi stress, dan jika diperlukan, perubahan lain pada situasi dan modehidup pasien.
Jika dibutuhkan medikasi, agen pilihannya adalah antidepresan trisiklik, diikuti
dengan beta bloker atau tizanidin. Nyeri kepala tipe tegang berespon baik terhadap
beberapa obat yang menghilangkan ansietas atau depresi, terutama apabila ditemukan
gejala ansietas dan depresi.
Analgesic seperti aspirin dan asetaminofen atau NSAID lainnya dapat membantu,
namun hanya pada periode yang singkat.
23